Anda di halaman 1dari 29

Kasus 3

Lupus Nephritis

RSUD Dr. Soetomo


Nama Kelompok
Amalia Meisya Anwar I4C019058 Fitria Nur Malita I4c019096

Nindita Rachmania I4C019059 Cindi Saputri I4C019097

Ryan Astaruddin I4C019061 Baiq Deby Cahaya L I4C019098

Dwita Yan Mukti W I4C019064 Annisaa Ayu Nabilla I4C019102

Virna Yulisa Mustidar I4C019065 Alfiani Nur Amalina I4C019105

Nadia Nurul Ulfa I4C019069 Amatullah Syarifah I4C019109

Rahmad Dhani I4C019079 Maldini. ND I4C019110

Noer Qoenita I4C019088 AtikahDwi Utami I4C019111


Problem Medik
Lupus Nephritis

Anemia (7,1)

Hipoalbumin (1,9)

Peningkatan APTT

Asidosis Metabolik Terkompensasi

S. Isk

HHD Kardiomegali
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S

Usia : 20 tahun

Alamat : Candi

BB/TB : 66 kg/155 cm

Keluhan : Bengkak ditangan dan dikaki sejak 1 bulan terakhir, mual (+) dan muntah (+)
kadang-kadang, nyeri kepala (+), penurunan BAK, penurunan nafsu makan, rambut
rontok (+), nyeri sendi (+), sariawan (-), malar rash (+)

RPD : riwayat MRS 3x (des-jan-mar) di sidoarjo, kemudian dirujuk ke poli hematologi


dengan anemia aplastik dengan nilai ANA test 236 C3 <16 dan C4 7

Riwayat obat : MP 1 x 8 mg, asam folat 3 x 1 tab, adalat oros 1 x 30 mg, captopril 3 x 25 mg

Diagnosa : Lupus nefritis, anemia (7,1), hipoalbumin (1,9), peningkatan APTT, asidosis
metabolik terkompensasi, S ISK, HHD, kardiomegali
Data Klinik
Data Klinik 29/4 30/4 1/5 2/5 3/5

Suhu (oC) 37,1 36,8 - 36,8 36,5

Nadi (x/menit) 120 109 - 89 100

RR (x/menit) 22 20 24 20 22

TD (mmHg) 210/100 130/80 - 110/70 110/70

SPO2 100% 96% - 95% 98%

GCS 456 456 456 456 456

Mual/ muntah +/+ - - - -

Bengkak + + - - -

Sesak + + + + +

Lemah + + + + +
Data Laboratorium Hematologi
Data Tanggal Tanggal
Nilai rujukan Data lab. Nilai rujukan
laboratorium 29/4 2/5 29/4 2/5
Hb 12–16 g/dL 7,1 5,5 K 3,5 – 5,1 mmol/L 4,7 5,2
Leukosit 4–11 × 103/μL 6,53 - Na 135 -145 mmol/L 139 142
Trombosit 150-400 x 103/μL 0,141 -
Cl/ 95 – 115 mmol/L / 105/- 107/-
Eritrosit 3.5–5.0 × 106/μL -- 1,960 phospate 2,5-2,5 mmol/L

MCV 80-100 fl 82,8 86,7


Ca 8,8 -10,4 mmol/L -- --
MCH 26 – 34 pg 27,7 28,1
MCHC 33,5 32,4 BUN 10-20 mg/dL 65 77
32-36 %
HCT 32-47% 21,1 17 SCr 0,3-1,1 mg/dL 5,95 8,45
∙ Neutrofil 50-70% -- - pH 7,35-7,45 7,35 --
∙ Limfosit 20-40 % 14,7 6,1 PCO2 35–45 mm Hg 18 --
∙ Monosit 2-8% 4,7 1,3
PO2 >80 mm Hg 107 --
∙ Eusinofil 1-3% 1,4 0,1
HCO3 22–26 mEq/L 9,9 --
∙ Basofil 0-1% 0,3 0
∙ LUC 1-4% -- - BE ±3 -15,7 --
Data Laboratorium Hematologi
Tanggal
Data lab. Nilai rujukan
29/4 2/5
SGOT <41 U/L 256 --
SGPT 0-35 U/L 108 --
Bili Total 0,3 – 1 mg/dL 0,47 --
Bili Direct 0-0,4 mg/dL 0,24 --
Albumin 3.4–5.4 g/dL 1,91 2,4
GDA 70-180 mg/dL 91 --
PPT 10-15 detik 9,2 --
aPTT 21–45 detik 101,7 --
HbsAg Non reaktif Non reaktif --
C3 50-120 mg/dL 46,4 --
C4 20-50 mg/dL 7 --
ANA Test N. Normal/Negatif: <20 296,4 --
N. Indeterminate : 20.60
N. Positif : >60
Data Laboratorium Urin

Tanggal
Data lab. Nilai rujukan
29/4
Leukosit Negatif +1

Eritrosit Negatif 25-50

Protein Negatif +4

Glukosa Negatif --

Blood Negatif +5
Terapi Rawat Inap
Obat & dosis 29/4 30/4 1/5 2/5 3/5
Diet TKCPRG 1900 kkal √ √ √ √ √
O2 √ √ √ √ √
Inj Ciprofloxacin 2 x 400 mg IV √ √ √ √ √
Inj Ciprofloxacin 2 x 200 mg IV (rekomendasi SOAP) - - - √ √
Inf albumin 20% 100 cc/4 jam setelah MP masuk √ - - - -
Inj MP 1000 mg d1-d3 - √ √ √ -
Inj MP 50 mg - - - - √
Adalat Oros 1 x 30 mg √ √ √ √ √
Irbesartan 1 x 150 mg √ √ √ √ √
Asam folat 3 x 1 PO √ √ √ √ √
Furosemid 2 x 1 Amp √ √ √ √ √
Spironolakton 1 x 1 tab √ √ √ √ STOP
Kalk 3 x 1 PO √ √ √ √ STOP
Inj Ranitidin 2 x 1 Amp √ √ √ √ √
Domperidone 3 x 1 PO √ √ √ √ √
Durogesic Patch - - - - -
Cyclophospamide - - - advice Konsul ulang
Lupus Nephritis
Terapi
Subjektif Objektif Obat Assessment Plan
29/4 30/4 1/5 2/5 3/5
Bengkak di tangan - Data Lab inj. MP 1000 mg - - DRP : Terapi Kurang Efektif Konfirmasi kepada dokter,
dan kaki sejak 1 hematologi
√ √ √ Pasien diberikan terapi iv MP
d1-d3 Rekomendasi pemberian terapi
bulan terakhir, (29/4): dimulai pada hari kedua (30/4)
C3 : 46,4 mg/dl
iv MP 1000 mg dimulai dari
,nyeri kepala, sehingga menurut Alamani et
C4 : 7 mg,dl tanggal 29/4
penurunan nafsu al (2017) pemberian iv MP
makan, nyeri ANA test :296,4 diberikan pada hari pertama
- TD (29/4) :
sendi, rambut hingga hari ketiga
210/100 mmHg
rontok, malar rash
- Data Lab urin
(29/4):
Inj. MP 50 mg - - - - √ DRP : Terapi tidak tepat Konfirmasi kepada dokter .
Leukosit :+1
Pasien diberikan terapi inj. MP Rekomedasi penggantian terapi
Eritrosit :25-50
Protein :+4 50 mg. Menurut Alamani et al mejadi prednison oral dengan dosis
Blood :+5 (2017) pasien diberikan terapi 66 mg/hari.
oral prednisone 1 mg/kg/hari
sehingga pada pasien
diberikan dosis 66 mg/hari
dengan diikuti tapering dose/
penurunan dosis secara
berkala tiap bulan.

Cyclophosph - - - Advice Konsul Terapi Sudah Efektif Pemberian Cyclophosparin


diberikan dengan dosis 0,5 -
amide 1g/m2 secara iv tiap 1 bulan
sekali selama 6 bulan (Almani et
al, 2017)
EVIDENCE

Menurut PRI (2011) WHO mengklasifikasikan lupus


Nefritis dalam beberapa kelas bedasarkan gambaran
Menurut Alamani et all (2017) pasien dengan poliferatif lupus nefritis berat klinis pasien, sehingga berdasarkan kondisi pasien,
diberikan terapi IV metilprednisolon 1000 mg untuk hari 1 hingga hari ke 3
kemudian dilanjutkan dengan terapi oral prednisone 1 mg/kg/hari sehingga pasien masuk dalam kategori kelas 4 yang ditandai
pada pasien diberikan dosis 66 mg/hari dengan diikuti tapering dose/ dengan nilai C3 dan C4 yang menurun dan nilai tekanan
penurunan dosis secara berkala tiap bulan. darah meningkat.
Pasien juga direkomendasikan menggunakan iv Cyclophosphamid 0,5-1
g/m tiap bulan selama 6 bulan
Anemia
Terapi
Subjektif Objektif Obat Assessment Plan
29/4 30/4 1/5 2/5 3/5
Lemas Tgl 29/04 Asam folat √ √ √ √ √ DRP : Terapi Kurang Tepat Merekomendasikan
Hb : 7.1 g/ dL 3 x 1 PO Pasien didiagnosa anemia dan termasuk pemberian transfusi PRC
HCT : 21,1% kategori anemia berat dimana nilai Hb < 8 g/dl (Packed Red Cell).
Pemberian 1 unit PRC dapat
(WHO, 2011). Pada kondisi nilai hb rendah meningkatkan nilai hb
dibawah 7 g/dl, pasien lupus dengan anemia sebesar 1 g/dl, sehingga
Tgl 02/05 direkomendasikan mendapatkan transfusi disarankan pemberian 3
Hb : 5.5 g/dL darah (Sanz, et al., 2015). Berdasarkan Insani unit prc saat mrs hingga
HCT : 17% tercapai target Hb > 10 g/dl.
(2018), KDIGO menyarankan pemberian PRC
Kecepatan transfusi PRC
apabila kadar Hb dibawah 7 g/dl. Pada kasus 100-150 ml/jam (WHO,
MCV normal anemia berat atau anemia yang mengancam 2008).
MCH normal nyawa transfusi darah merupakan terapi yang
efektif untuk meningkatkan nilai Hb secara
cepat (Poggiali, et al., 2014).

Monitoring Target 29/4 30/4 1/5 2/5 3/5


Hb (Hemoglobin) Hb : 12–16 g/dL Hb : 7,1 - - Hb : 5,5 --
HCT (Hematokrit) HCT : 32-47% HCT : 21.1 HCT : 17
MCV MCV :80-100 fl MCV : 82,8 MCV : 86,7
MCH MCH :26 – 34 pg MCH : 27,7 MCH : 28,1
EVIDENCE

(Sanz et, al.2015). (Insani et, al. 2018)


Hipoalbumin
Terapi
Subjektif Objektif Obat Assessment Plan
29/4 30/4 1/5 2/5 3/5
Albumin : Inf albumin √ - - - - Pemberian infus albumin 20% telah sesuai dengan tujuan Mempertimbangkan
Tgl 29/4 : 20% 100 dImana berdasarkan China, et el., (2018) pemberian infus pemberian terapi albumin
1,91 cc/4 jam albumin 20% tidak hanya untuk meningkatkan konsentrasi oral berupa Vip Albumin
Tgl ⅖ : 2,4 serum albumin tetapi juga dalam berikatan dengan kapsul dengan dosis 2 x 500
prostaglandin (PGE2) sehingga dapat mengurangi nyeri mg
pasien. Selain itu, berdasarkan Liumbruno, et al. (2009)
menyatakan bahwa untuk pasien sindrom nefrotik (sesuai
indikasinya) infus albumin jangka pendek 20%-25%
berhubungan dengan diuretik sesuai untuk pasien dengan
serum albumin <2 g/dL, dengan hipovolemia dan atau
gangguan ginjal. Namun, pada pemberian inf albumin
pada 29/4 hanya meningkatkan albumin plasma 2,4 pada
2/3 sehingga perlu tambahan terapi albumin berupa infus
albumin atau vip albumin 2 x 500 mg (apabila infus
albumin dirasa cukup mahal). Vip Albumin merupakan
kapsul yang terbuat dari ekstrak ikan gabus (Dwijayanti, et
al., 2014)

Monitoring Target 29/4 30/4 1/5 2/5 3/5


Albumin 3.4 – 5.4 √ √ √ √ √
g/dL
EVIDENCE

China, et al., 2018

Dwijayanti, et al., 2016

Liumbruno, et al., 2009)


Peningkatan APTT
Terapi
Subjektif Objektif Obat Assessment Plan
29/4 30/4 1/5 2/5 3/5
- PPT : 9,2 -- - - - - - Terapi sudah tepat Merekomenasikan untuk
Pasien mengalami APS (antiphospholipid syndrome) melakukan uji laboratorium
detik yang ditandai dengan adanya peningkatan nilai aPTT INR serta memonitoring kadar
aPTT : 101,7 namun peningkatan tersebut merupakan akibat PPT dan aPTT. untuk pemilihan
detik adanya homeostatis sehingga keadaan tersebut belum terapi yang tepat untuk pasien
membutuhkan terapi, terapi diberikan apabila nilai (Ortel, 2016)
perpanjangan aPTT sampai 121 detik (Ortel, 2016; Apabila pasien mengalami
Adiyanty, 2015; Hift et al, 2015). peningkatan nilai aPTT yang
tinggi (121 detik) maka dapat
diberikan terapi Prednison 60
mg/ hari (Hift et al, 2015 dan
Mazodier et al, 2012) )

Monitoring Target 29/4 30/4 1/5 2/5 3/5

Nilai aPTT 21 - 45 detik 101, 7 - - - -


EVIDENCE

Adiyanti, 2015
Hift et al, 2015

Ortel, 2016

Mazodier et al, 2012


Asidosis Metabolik Terkompensasi
Terapi
Subjektif Objektif Obat Assessment Plan
29/4 30/4 1/5 2/5 3/5
Mual, Tgl 29/4 - - - - - - Pasien mengalami asidosis metabolik dengan tipe Memonitoring sesak,
Penurunan Sesak (+) asidosis tubulus renalis yang disebabkan oleh lupus. nilai pH, pCO2, HCO3,
BAK pCO2 : 18 Menurut Yaxley et al., (2016), penyebab sekunder dari BE, Kalium pada
mmHg asidosis tubulus renalis distal salah satunya adalah pasien
HCO3 : 9,9 autoimun (systemic lupus erythematosus). Namun
mE1/L terapi untuk asidosis tubulus renal ini tidak hanya
BE : -15,7 terbatas pada terapi koreksi, tetapi juga terapi
penyebabnya (Rawla et al., 2019). Terapi koreksi asidosis
yaitu NaHCO3 baru diberikan jika nilai pH<7,2 dan
Kalium pasien abnormal (Jung et al., 2019) Sehingga
pasien ini belum memerlukan terapi koreksi tambahan
untuk asidosisnya karena pH dan Kaliumnya masih
normal karena sudah terkompenasasi oleh tubuh.

Monitoring Target 29/4 30/4 1/5 2/5 3/5

Sesak (-) (+) (+) (+) (+) (+)

pH 7,35 - 7,45 7,35 - - - -

pCO2 35 - 45 mmHg 18 - - - -

HCO3 22 - 26 mEq/L 9,9 - - - -

BE ±3 -15,7 - - - -

Kalium 3,5 - 5,1 mmol.L 4,7 - - 5,2 -


EVIDENCE

(Marcos et al., 2015)

(Yaxley et al., 2016)


(Rawla et al., 2019)

(Jung et al., 2019)


S.ISK
Terapi
Subjektif Objektif Obat Assessment Plan
29/4 30/4 1/5 2/5 3/5
Penurunan BAK penigkatan Nadi Inj Ciprofloxacin √ √ √ √ √ DRP : Overdose Mohon dikaji kembali dosis
Peningkatan RR 2 x 400 mg IV Pasien mendapat terapi Ciprofloxacin 2 x Ciprofloxacin dan
Data 400 mg pada tanggal 29/4 sampai 3/5 dan dipertimbangkan untuk
laboratorium ciprofloxacin 2x200 mg pada tanggal 2/5 pemberian dosis Ciprofloxacin
urin 29/4: dan 3/5 sebagai terapi empiris untuk infeksi 200 mg setiap 12 jam.
Leukosit +1 Inj Ciprofloxacin - - - √ √ saluran kemih. Menurut literatur the renal
2 x 200 mg IV drug hanbook (2009), dosis Ciprofloxacin Inj ciprofloxacin 2x400mg
yang dianjurkan untuk terapi ISK yaitu 400 dihentikan
mg setiap 12 jam, namun karna adanya
peningkatan kreatinin pasien maka Segera melakukan uji kultur
diperlukan penyesuaian dosis, dosis yang bakteri urin
direkomendasikan dari the renal drug
hanbook (2009) penggunaan ciprofloxacin melakukan tes urin lengkap
dgn gangguan ginjal (gfr<10) yaitu setiap 5-7 hari untuk
menggunakan 50% dari dosis normal mengetahui perkembangan
terapi

Monitoring Target 29/4 30/4 1/5 2/5 3/5


Leukosit di urin Negatif +1 - - - -
Nadi 60-100 120 109 - 89 100
RR 12-20 22 20 24 20 22
EVIDENCE

(IAUI, 2015)

(DIH, 2009)

(Dipiro, 2015)

(Alldredge, 2013)
EVIDENCE

(Dipiro, 2015)

(Collins, 2018)
(The Renal Drug
Handbook, ed 3)
HHD Kardiomegali
Terapi
Subjektif Objektif Obat Assessment Plan
29/4 30/4 1/5 2/5 3/5
Bengkak, sesak, TD : Adalat oros √ √ √ √ √ DRP :Terapi kurang tepat Mohon dipertimbangkan
lemah, mual 210/100 (Nifedipin) 1x 30 mg untuk mengganti terapi
(29/4) Irbesartan 1x 150 mg √ √ √ √ √ Pasien menerima terapi obat obat gol. ccb (nifedipin) dgn
Furosemid 2x 1 amp nifedipin, irbesartan, furosemid, obat amlodipin 5mg 1x
√ √ √ √ √
RR (x/menit): Spironolacton 1x 1 dan spironolakton untuk sehari untuk mengontrol TD
22 (29/4) tab mengontrol Hypertensi Heart pasien.
24 (1/5) √ √ √ √ stop disease (HHD) pasien. Dilakukan monitoring
22 (⅗) Untuk penggunaan Adalat oros terhadap TD, kadar kalium,
terlalu kuat dgn dosis 1x30 mg dan input output cairan
Nadi (x/menit): dan memiliki ESO berupa udem, karena pasien mengalami
120 (29/4) karena TD pasien sudah normal udem serta mohon
109 (30/4) dan dikhawatirkan pasien dilakukan foto thorax untuk
100 (3/5) mengalami hipotensi. mengetahui apakah terjadi
Furosemid sudah tepat diberikan udem di paru-paru karena
Na: 142 (2/5) untuk mengatasi udem pasien pasien mengalami sesak
dan spironolacton sudah tepat
dihentikan pada hari terakhir
karena terjadi peningkatan kadar
kalium

Monitoring Target 29/4 30/4 1/5 2/5 3/5

TD (mmHg) <140/90 210/100 130/80 - 110/70 110/70


Natrium 135-145 139 - - 142 -
(mmol/L)
Kalium (mmol/L) 3,5-5,1 4,7 - - 5,2 -
EVIDENCE

JNC 8, 2014

pasien mengalami HHD kardiomegali yang ditandai dengan sesak dan tekanan
darah tinggi. HHD kardiomegali merupakan salah satu tanda penyebab
terjadinya gagal jantung. menurut Grandman et al (2004) dan JNC 8 (2014)
Grandman et al, 2004 menjelaskan bahwa rekomendasi terapi yang disarankan untuk gagal jantung
berupa ACEI atau ARB + BB + diuretik + spironolakton.
EVIDENCE

Pasien mengalami Bengkak ditangan dan dikaki sehingga


dikhawatirkan penggunaan CCB akan memperparah kondisi edema
pasien dikarenakan penggunaan CCB memiliki efek samping edem dan
dapat meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler (Sangam, 2016)

(Sangam, 2016)
EVIDENCE

Barrese & maurizio, 2013

Barrese & maurizio, 2013

Grandman et al, 2004


BB dipilih karena sangat direkomendasikan untuk pasien dengan tanda gejala HF,
gangguan fungsi sistol. penggunaan ACEI dan ARB memiliki efektivitas yang sama,
sedangkan CCB kurang efektif untuk mencegah terjadinya gagal jantung. BB yang
digunakan yaitu obat carvedilol dimana dapat menurunkan penyebab mortalitas pada
pasien HF yang signifikan dibandingkan dengan obat BB lain (Barrese & mauruzio
(2013) ; Granman et al (2004). Berdasarkan JNC VIII (2014) dosis carvedilol yang
direkomendasikan yaitu 6.5 - 25 mg 2 x sehari.

JNC 8, 2014
Daftar Pustaka
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009, Drug Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for
the American Pharmacists Association.
Adiyanti, Sri Suryo . 2015. Diagnosis Laboratorik pada Antiphospholipid Syndrome (APS). Departemen Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Ernst, M.E., Guglielmo, B.J., Jacobson, P.A.Kradjan,W.A., 2013. Koda-Kimble & Young’s Applied
Therapeutics The Clinical Use of Drugs, 10th ed . Lippincott Williams & Wilkins. Pennsylvania, United States of America.
Ashley, C. & Currie, A. 2009. The Renal Drug Handbook, 3th Edition, New York: Radcliffe Publishing Oxford
Barrese V. and Maurizio T. 2013. New Advances in Beta-Blocker Therapy n Heart Failure. Review Article, Vol.4: 323
China, L., A. Maini,* S. S. Skene, Z. Shabir, Y. Sylvestre, R. A. Colas, L. Ly, N. B. Salles, V. B., J. Dalli, D. W. Gilroy, A. O’Brien. 2018.
Albumin Counteracts Immune-Suppressive Effects of Lipid Mediators in Patients With Advanced Liver Disease. Clinical
Gastroenterology and Hepatolog, 16:738–747
Collins Curtis et al. 2018. Guidlines for Treatment of Urinary Tract Infections (UTIs) in Adult-Januari 2018. Saint Joseph Mercy Health
System.
Dennison-himmelfarb C., Handler J. and Lackland D.T.,, 2014 EvidenceBased Guideline for the Management of High Blood Pressure in
Adults Report From the Panel Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8)
Dipiro J.T., Walls B.G., Schwinghammer T.L, and DiPiro C.V., 2015, Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition, McGraw-Hill Education
Companies, Inggris
Dwijayanti, D. Rizqi, M. S. Djati, M. Rifa'i. 2016. The role of VipAlbumin® as an immunostimulatory agent for controlling homeostasis
and proliferation of lymphoid cells. Central European Journal of Immunology, 41(1): 31-38
Glenn, C., & Taylor, J. 2014. JNC 8 hypertension guideline algorithm. Retrieved from.
Grandmand A. H. 2004. Mechanism and management of Hypertensive Heart Disease: From Left Ventricular Hipertrophy to Heart
Failure. Med Clin N Am: 1264-1265
Daftar Pustaka
HIFT, R. J. A. R. BIRD. AND B. D. SAREMBOCK. 2015. ACQUIRED HYPOPROTHROMBINAEMIA AND LUPUS ANTICOAGULANT: RESPONSE TO STEROID
THERAPY British Journal of Rheumatology ;30:308-3.
IInsani et, al. 2018.ANALISIS EFEKTIVITAS TERAPI PADA PASIEN ANEMIA GAGAL GINJAL HEMODIALISIS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR .
Majalah Farmasi dan Farmakologi. pp: 13-15
Ikatan Ahli urologi Indonesia (IAUI), 2015, Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria 2015 edisi 2, Ikatan Ahli Urologi Indonesia, Surabaya.
Jung, B., Martinez, M., Claessens, Y., Darmon, M., Klouche, K., 2019, Diagnosis and management of metabolic acidosis: guidelines form a French expert panel, Annals od
Intensive Care, 9:92.
Liumbruno, G., F. Bennardello, A. Lattanzio, P. Piccoli, G. Rossetti, SIMTI. 2009.Recommendations for the use of albumin and immunoglobulins, Blood Transfer, 7: 216-
234.
Marcos, C. S., Hoffman, V., Gonza ́lez, S. P., Rodrı gue, J. H., and Espinosa, G. 2015. Renal Tubular Acidosis Type IV As A Complication Of Lupus Nephritis. Lupus (0): 1–
3.
Mazodier, K., Arnaud, L., Mathian, A., Costedoat-Chalumeau, N., Haroche, J., Frances, C., Harlé, J.R., Pernod, G., Lespessailles, E., Gaudin, P. and Charlanne, H., 2012.
Lupus anticoagulant-hypoprothrombinemia syndrome: report of 8 cases and review of the literature. Medicine, 91(5), pp.251-260.
Ortel, Thomas L.. 2016. Antiphospholipid Syndrome Laboratory Testing and Diagnostic Strategies. NCBI, doi: 10.1002/ajh.23196
Poggiali, E., Margherita Migone De Amicis, Irene Motta, 2013, Anemia of chronic disease: A unique defect of iron recycling for many different chronic diseases, European
Journal of Internal Medicine, Vol 25(12)
Prashanth Rawla,P., Thandra, K. C., Aluru, J. K., Mageed, S. A., Sakr, E. E.,| Elsayed, G. G., Zidan, M., Morra, M. E. 2019. Systematic Review And Case Report: Systemic
Lupus Erythematosus With Renal Tubular Acidosis. Clin Case Rep. (8): 333–340.
Rawla, P., Thandra, K. C., Aluru, J. S., 2019, Systematic review and case report: Systemic lupus erythematosus eith renal tubular acidosis, Clin Case Rep, 1-8.
Sangam, K., Devireddy, P., & Konuru, V. 2016. Calcium channel blockers induced peripheral edema. Age, 53, 10-88.
Sanz, et al. 2015. Clinical Practice GUideline on Systemic Lupus Erythematosus.Ministry Of health.
WHO, 2011, Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity, Vitamin and Mineral Nutrition Information System. Geneva, World
Health Organization, http://www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin.pdf, diakses tanggal 20 Oktober 2020
WHO, 2018, Clinical Transfusion Practice, WHO
Williams, L., Wilkins, 2014, ACSM’s Guidelines for Exercise Testing and Prescription Ninth Edition, American College of Sports Medicine, Wolters Kluwer Health
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai