I. PENGERTIAN MUTU
Orang akan sulit mendefinisikan kualitas dengan tepat. Meskipun demikian kualitas dapat
dirinci. Sebagai contoh, Budi baru saja menyaksikan sebuah film di bioskop 21. Ia akan
mudah menyebutkan aspek-aspek apa saja yang ia nilai dalam menentukan kualitas jasa
bioskop yang baru saja dikunjunginya. Misalnya aspek-aspek tersebut terdiri atas
Ketepatan waktu penayangan
Lingkungan atau tata ruang
Kursi yang nyaman/empuk
Harga
Pilihan film yang ditayangkan
Sound system
Contoh diatas menggambarkan salah satu aspek dari kualitas, yaitu aspek hasil.
Pertanyaan mengenai “Apakah produk atau jasa tersebut memenuhi atau bahkan
melebihi harapan pelanggan?” merupakan aspek yang penting dalam kualitas. Konsep
kualitas itu sendiri dianggap sebagai ukuran relative kebaikan suatu produk atau jasa
yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan
fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa
jauh suatu produk memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang ditetapkan.
Created by AGP -1 1
Banyak pakar dan organisasi yang mencoba mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut
pandang masing-masing. Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima
secara universal, tetapi dari definisi-definisi yang ada terdapat beberapa kesamaan, yaitu
dalam elemen-elemen sebagai berikut :
Mutu (Kualitas) meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
Mutu (Kualitas) mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
Mutu (Kualitas) merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang pada masa
mendatang).
Dengan berdasarkan elemen – elemen tersebut, Goetsch dan Davis dalam tulisannya
membuat definisi mengenai kualitas yang lebih luas cakupannya. Definisinya adalah:
“Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan”
Dari definisi yang sudah dijelaskan sebelumnya mempunyai 2 aspek utama yaitu :
1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan
Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan
pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing,
meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan, serta dapat dijual dengan
harga yang lebih tinggi
2. Bebas dari kekurangan
Kualitas yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat mengurangi:
Tingkat kesalahan, mengurangi
pekerjaan kembali dan pemborosan, mengurangi
pembayaran biaya garansi, mengurangi
ketidakpuasan pelanggan
inspeksi dan pengujian
waktu pengirimanproduk ke pasar,
meningkatkan hasil dan kapasitas serta memperbaiki kinerja penyampaian produk
atau jasa.
Created by AGP -2 2
1.1. Perspektif Terhadap Mutu
Created by AGP -3 3
bahwa kualitasnya bersifat operations-driven. Pendekatan ini berfokus pada
penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara internal, yang seringkali didorong
oleh tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya. Jadi yang menentukan
kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan bukan konsumen yang
menggunakannya.
5. Value-based Approach
Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan
mempertimbangkan trade-off antara kineja dan harga, kualitas didefinisikan sebagai
affordable excellence. Kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif , sehingga produk
yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai akan
tetapi yang paling bernilai adalah produk atau jasa yang paling tepat dibeli (best-buy)
Created by AGP -4 4
II. PENGERTIAN PENGENDALIAN
Pengendalian didefinisikan sebagai semua kegiatan atau usaha untuk menjamin agar hasil
dari pelaksanaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana. Bagi
perusahaan industri, tujuan tersebut dapat meliputi antara lain :
Jenis produk yang akan dibuat
Banyaknya
Tingkat kualitas
Biaya produksi, dan
Kapan produksi hasrus diselesaikan
Created by AGP -5 5
tidak mungkin lagi dilakukan pencegahan terhadap penyimpangan yang terjadi,
namun dapat dipakai sebagai pencegahan bagi produksi yang akan datang.
Pengendalian Mutu
Created by AGP -6 6
Biaya Pengendalian Kualitas
Pada dasarnya biaya pengendalian kualitas dapat diklasifikasikan menjadi empat hal
yaitu:
1. Biaya pencegahan, yang didalamnya menyangkut biaya perencanaan kualitas dan
pencegahan kesalahan/cacat
2. Biaya pemeriksaan, yang didalamnya menyangkut biaya pemeriksaan kualitas
produk (pemeriksaan dan pengujian kualitas)
3. Biaya kegagalan dalam produksi, yang disebabkan oleh material yang cacat atau
produk yang tidak dapat dipakai.
4. Biaya kegagalan diluar produksi, disebabkan oleh barang cacat yang terjual,
termasuk ongkos-ongkos penggantian denda dan sebagainya.
Pada dasarnya proses pembuatan suatu produk dapat dibagi menjadi tiga sub proses,
yaitu :
1. Spesifikasi,
2. Produksi, dan
3. Inspeksi
Ketiga sub proses tersebut harus dikoordinir dengan baik agar proses pembuatan
produk berjalan secara efisien.
Created by AGP -7 7
Dalam penetapan batas-batas toleransi untuk suatu karakteristik produk tertentu dapat
mempunyai dua batas, yaitu batas penyimbangan maksimum dan batas penyimpangan
minimum atau dapat berupa satu harga batas saja yaitu penyimpangan maksimum
ataukah minimum. Didalam prakteknya, spesifikasi produksi sangat dipengaruhi oleh
permintaan konsumen. Dalam hal ini pihak produsen (pabrik) harus berhati-hati pada
saat dilakukan negosiasi dengan pihak konsumen, karena spesifikasi yang diminta
oleh konsumen ada kalanya diluar kemampuan produsen. Seandainya dapat
dipenuhipun harusnya diimbangi oleh ongkos yang mahal atau harus menggunakan
proses khusus.
Konsep tentang pengendalian kualitas terpadu (total quality control) mencakup segala
pengendalian kualitas yaitu sejak mulai pemasaran untuk menetapkan tujuan sampai
dengan barang yang diproduksi diserakkan ke tangan konsumen
Menurut Figenbaum (1991), pengendalian kualitas terpadu didefinisikan sebagai
suatu system yang efektif untuk memadukan kegiatan yang berhubungan dengan
pemeliharaan, perbaikan dan pengembangan kualitas dalam suatu organisasi sehingga
dapat diperoleh produksi dan pelayanan dalam tingkat yang paling ekonomis dan
memuaskan konsumen. Konsep ini didasarkan atas pengertian bahwa kualitas hasil
produksi bukan semata-mata tergantung dab menjadi tanggung jawab bagian produksi
saja, melainkan dipengaruhi juga oleh kegiatan-kegiatan sebelum dan sesudah proses
produksi.
Created by AGP -8 8
Dalam perusahaan industri, ada enam tahap kegiatan (sirkuit kualitas) yang sangat
berpengaruh dan berkaitan dengan pengendalian kualitas hasil produksi sampai ke
tangan konsumen, yaitu :
1. Pemasaran dan penetapan tujuan,
2. Penetapan spesifikasi,
3. Pengadaan (pembekalan),
4. Pembuatan produk,
5. Distribusi, dan
6. Layanan purna jual.
Peranan Standardisasi
Created by AGP -9 9
Ditinjau dari sifat keberlakuannya, standar dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
(1) Bersifat mengikat, ataukah (2) Bersifat sukarela.
Created by AGP - 10 10
III. PENGENDALIAN MUTU DALAM PROSES
Created by AGP - 11 11
Apakah data yang diperoleh sudah cukup lengkap sebagai dasar
bertindak?
Mudah dipahami dan diisi
Memberikan data yang lengkap tentang apa yang ingin diketahui
2. Dapat diisi dengan cepat dan mudah, kalau perlu gunakan gambar
3. Pastikan validitas data dan sumber data (dapat diandalkan/sesuai dengan
fakta/kenyataan yang ada)
4. Upayakan data diperoleh dari berbagai sumber yang mungkin
5. Tentukan metode pengumpulan data dan perlengkapannya
Manfaat data :
1. Memahami situasi sebenarnya
2. Menganalisa masalah yang ada
3. Mengendalikan suatu kegiatan atau proses
4. Mengambil keputusan
5. Membuat rencana kegiatan
6. Memeriksa hasil dari tindakan kita
Contoh :
Check Sheet Penyebab Dominan Terjadinya Cacat
Tabel 1. Lembar Pemeriksaan Data
No. Faktor Penyebab Nilai
Created by AGP - 12 12
3.2. Stratifikasi
Stratifikasi adalah menguraikan / mengklasifikasikan persoalan menjadi
kelompok-kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama (misalnya : jenis,
sifat, ukuran, penyebab fungsi)
Data atau nilai yang diamati biasanya selalu bervariasi yang disebabkan oleh
berbagai factor. Apabila data tersebut dapat digolong-golongkan berdasarkan
factor-faktor yang diduga merupakan penyebab variasi, maka factor-faktor
penyebab tersebut akan mudah didapati karena dipersempit variasinya. Dengan
cara ini kita akan lebih mudah meningkatkan mutu dengan mengurangi variasi
dan meningkatkan keseragaman.
Kegunaan Stratifikasi :
1. Melihat masalah secara lebih terarah dan mendalam
2. Mempermudah dalam mengambil keputusan
3. Menghindari salah tafsir
4. Membantu dalam pembuatan diagram pareto, histogram dll.
Contoh :
Tabel 2. Data Stratifikasi
No. Data Jenis Kabel Jumlah Produksi (meter)
Jumlah Total
Created by AGP - 13 13
a. Diagram Pareto yang menunjukkan akibat suatu masalah (Pareto Chart by
Effect). Diagram ini adalah suatu diagram yang berhubungan dengan hasil
atau produk yang kurang memuaskan, berguna untuk memecahkan masalah
yang paling utama atau yang paling penting.
Kualitas : Jumlah kerusakan, cacat, kesalahan, keluhan, produk yang
dikembalikan/ditolak, perbaikan.
Biaya : Jumlah kerugian, pemborosan biaya, biaya bunga, biaya
stock.
Pengiriman : Keterlambatan pengiriman
Keselamatan : Jumlah kecelakaan, kekeliruan kerja
b. Diagram Pareto yang menunjukkan penyebab suatu masalah (Pareto Chart by
Causes).
Operator : Giliran kerja/shift, kelompok kerja, umur, karyawan,
pengalaman, keterampilan
Mesin : Perlengkapan, peralatan, mesin-mesin, organisasi, model,
instrument
Bahan Baku : Pabrik, produsen, jenis bahan baku
Metode Kerja : Kondisi kerja orde kerja
Beberapa petunjuk :
1. Petunjuk untuk membuat Diagram Pareto
a. Lakukan penelitian dengan menggunakan berbagai bentuk klasifikasi dan
buatlah sejumlah besar diagram pareto. Anda akan benar-benar mengerti
persoalannya hanya bila melakukan pengamatan dari berbagai sudut. Oleh
karena itu sangatlah perlu untuk mencoba melakukan pengamatan dengan
berbagai macam klaifikasi/pengelompokan sampai anda dapat menentukan
beberapa hal yang benar-benar penting (vital fiew) dimana hal ini yang
merupakan tujuan dari analisa Pareto.
b. Item-item yang dikelompokkan dalam kelompok “lain-lain” jumlahnya
atau prosentasenya diharapkan tidak terlalu besar. Bilamana hal ini sampai
terjadi, maka hal tersebut disebabkan oleh karena item-item yang diteliti
Created by AGP - 14 14
diklasifikasikan terlalu terperinci atau terlalu banyak item-item yang
dimasukkan kedalam kelompok “lain-lain”. Bila kasus ini terjadi, maka
perlu dipertimbangkan adanya metoda klasifikasi yang lain.
c. Bilaman nilai uang dapat dinyatakan dalam bentuk data, maka sebaiknya
digambarkan dalam bentuk diagram pareto dimana hal ini ditunjukkan
dalam garis tegak (vertical). Bilamana sangkut paut keuangan terhadap
suatu masalah tidak dipahami secara baik, maka aspek-aspek yang penting
kemungkinan akan terabaikan. Biaya merupakan skala ukur yang penting
artinya bagi manajemen.
2. Petunjuk Penggunaan Diagram Pareto
a. Bilamana suatu hal/item diharapkan dapat dipertanggungjawabkan untuk
pemecahan masalah secara sederhana, maka haruslah ditangani secara
benar kecuali jika kurang penting. Oleh karena diagram pareto mempunyai
tujuan untuk memecahkan masalah secara efisien, maka kita pada
prinsipnya hanya mempunyai hal-hal yang benar benar penting saja.
b. Jangan lupa untuk membuat diagram pareto yang menunjukkan penyebab
suatu masalah (Pareto Chart by Causes). Setelah mengidentifikasikan
suatu masalah dengan diagram pareto yang menunjukkan akibat (Pareto
Chart by Effect), maka sangatlah perlu mengidentifikan penyebab-
penyebabnya dengan tujuan untuk dapat memecahkan masalah tersebut.
Oleh karena itu sangatlah perlu untuk membuat diagram pareto yang
menunjukan penyebab suatu masalah.
Kegunaan diagram Pareto :
1. Menunjukkan masalah utama
2. Membantu mengambil suatu keputusan
3. Menyatakan perbandingan persoalan terhadap keseluruhan
4. Untuk evaluasi
Created by AGP - 15 15
a. Tentukan data jenis apa yang ingin anda selidiki sebagai contoh :
Mengenai jumlah barang-banrang yang rusak, jumlah kerugian yang
diderita dalam bentuk rupiah, jumlah kecelakaan yang terjadi ditempat
kerja dan sebagainya.
b. Tentukan bagaimana cara mengklasifikasikan data tersebut. Sebagai
contoh : Menurut jenis kerusakan, menurut lokasinya, menurut prosesnya,
menurut metode kerjanya dan sebagainya.
Catatan : Bilama perlu, catatlah item-item atau hal-hal yang tidak sering
terjadi dalam suatu kelompok dengan judul “lain-lain”
c. Tentukan metode pengumpulan datanya dan waktu/kapan data tersebut
dikumpulkan.
2. Buatlah rancangan mengenai lembar perhitungan data (data tally sheet) yang
berisi daftar item yang akan diteliti. Sediakan kolom untuk mencatat jumlah
hitungan dari masing-masing item tersebut.
3. Isilah kolom-kolom pada lembar perhitungan data tersebut dan hitunglah
jumlah totalnya.
4. Buatlah lembar data yang lain untuk persiapan pembuatan diagram pareto.
Lembar data tersebut memuat kolom-kolom untuk diisi mengenai daftar item
yang akan diteliti, jumlah hitungan dari masing-masing item tersebut, jumlah
kumulatifnya, prosentase (%) masing-masing item terhadap jumlah total dan
prosentase kumulatifnya.
5. Susunlah item-item tersebut secara berurutan sesuai urutan jumlah
hitungannya (dari jumlah yang paling besar sampai jumlah yang paling kecil)
6. Gambarlah dua garis tegak (vertikal) dan datar (horizontal)
a. Garis tegak disebelah kiri, berikan tanda pada garis tersebut dengan skala
mulai dari nol sampai angka yang menunjukkan jumlah total
b. Garis datar dibagi dalam bagian-bagian yang banyaknya sesuai dengan
jumlah item-item yang diteliti.
7. Buatlah grafik atau diagram balok
8. Gambarlah garis kumulatifnya (Garis Pareto), berilah tanda yang
menunjukkan angka-angka kumulatif (baik jumlah kumulatif maupun
Created by AGP - 16 16
prosentase kumulatif) pada sudut kanan atas dari tiap-tiap diagram balok,
selanjutnya hubungkan titik-titik tersebut dengan garis penghubung. Arsirlah
diagram balok yang menunjukkan masalah yang dominant (jumlah yang
paling besar).
9. Tulislah keterangan-keterangan yang diperlukan pada diagram pareto tersebut.
a. Hal-hal yang berhubungan dengan diagram : judul, jumlah besaran,
prosentase
b. Hal-hal yang berhubungan dengan data : periode/waktu, hal-hal dan
tempat yang diteliti, jumlah data.
Total
Created by AGP - 17 17
3.4. Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram)
Apabila dikerjakan oleh suatu group, maka pembuatan diagram sebab akibat ini
dilakukan dengan melakukan sumbang saran (brainstorming).
Sumbang saran (brainstorming).
1. Adalah suatu teknik untuk mengumpukan ide yang sebanyak-banyaknya dari
sekelompok orang.
2. Hampir dapat dipastikan bahwa akan lebih efektif untuk memperoleh
pendapat melalui beberapa orang daripada satu orang
3. Proses brainstorming akan lebih cepat apabila pendapat disampaikan secara
tertulis
4. Apabila diperkirakan semua pendapat telah disampaikan, maka brainstorming
dianggap selesai
5. Pendapat yang telah terkumpul, kemudian diteliti dan disaring untuk dibahas
6. Apabila sampai tidak terdapat kata sepakat, baru diadakan “voting”. Hanya
suara yang mendukung yang dicatat (suara yang tidak mendukung tidak
dicatat)
7. Dengan demikian, maka pembahasan berikutnya hanya berkisar pada hal-hal
yang telah mendapat persetujuan.
Created by AGP - 18 18
Pedoman Pembuatan Diagram Sebab Akibat :
1. Menentukan persoalan
Rumuskan secepat mungkin persoalan/sesuatu yang akan diamati secara
khusus untuk diperbaiki. Usahakan adanya ukuran sehingga dapat diketahui
perbandingan antara sebelum dan sesudah perbaikan. Untuk
menggambarkannya, tarik garis mendatar ke kanan dengan ujung menyentuh
kotak/kepala ikan. Didalam kotak/kepala ikan dituliskan masalah yang akan
diamati atau diperbaiki.
Masalah
2. Mencari factor utam yang berpengaruh atau berakibat pada persoalan. Kelima
factor utama tersebut dituliskan didalam kotak diatas dan dibawah garis utama
dan dihubungkan ke garis tersebut.
Masalah
Lingkungan Material
Created by AGP - 19 19
Manusia Mesin Metode
Masalah
Kotor
Lingkungan Material
Catatan :
Apabila tidak ada masalah dalam salah satu dari kelima factor utama, maka tidak
perlu dimasukkan ke dalam diagram.
Semakin banyak “tulang ikan “ semakin baik, menunjukkan lebih terperinci
dalam mencari penyebab masalah.
x (penyebab)
Created by AGP - 20 20
Cara membaca diagram Pencar
e. Korelasi negative
y akan turun, bila x naik
Created by AGP - 21 21
3.6. Peta kontrol
Pengendalian kualitas dalam proses yang memanfaatkan teknik-teknik statistika
dinamakan statistical process control. Teknik-teknik dalam statistical process control
diantaranya adalah peta control, kapabilitas proses, pre-kontrol, peta Z dan W dan gage
control.
Perubahan karakteristik (ciri) produk dari periode waktu ke waktu memiliki bentuk yang
dinamis. Adanya bentuk dinamis ini menyebabkan perlunya dipelajari pengaruh dari
berbagai factor yang terlibat didalam proses produksi. Jika bahan baku, pekerja, metode,
dan mesin/peralatan berubah karena perubahan waktu, maka perubahan tersebut harus
dicatat dan selanjutnya dilakukan evaluasi dan analisis untuk pada akhirnya diambil
tindakan, dengan demikian tujuan akhir suatu proses, yaitu membuat produk yang
memenuhi spesifikasi dapat dicapai.
Peta control merupakan salah satu teknik pengendalian kualitas dalam proses yang
penggunaannya secara luas telah banyak diterapkan diindustri. Secara umum tujuan
penggunaan peta control dalam rangka pengendalian kualitas dalam proses adalah :
1. Mencoba menemukan dan mengoreksi perbedaan dari pola keragaman yang
disebabkan oleh chance causes dan assignable causes
2. Memisahkan atau menghilangkan keragaman yang berasal dari assignable causes.
Dengan cara ini dimungkinkan membuat diagnosis dan koreksi dari beberapa
gangguan produksi perbaikan kualitas dan pengurangan scrap.
3. Dengan peta control bisa diketahui kapan suatu proses dapat dibiarkan berjalan terus
dan kapan suatu proses harus diperbaiki.
4. Dengan peta control dapat diperoleh informasi yang diperlukan untuk menentukan
toleransi yang lebih baik, alternative metoda produksi, alternative desain, dan
sebagainya.
Peta control adalah suatu grafik perbandingan data proses kinerja, untuk menghitung
batas control yang digambarkan sebagai garis batas pada peta tersebut. Data proses
kinerja biasanya terdiri aas hasil pengukuran grup-grup yang diambil secara berkala
selama proses berjalan. Peta control terdiri atas tiga bagian, yaitu Garis Tengah (GT),
Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB). Garis tengah merupakan
rata-rata data yang lewat atau merupakan rata-rata yang diinginkan. Sedangkan batas
Created by AGP - 22 22
control umumnya didasarkan pada 3 dari garis tengah, yang secara statistika berarti
99,7 % dari nilai yang dipetakan berada dalam batas control.
Created by AGP - 23 23
2. Peta control dengan ketentuan standar dipakai untuk menentukan
(memeriksa) apakah suatu proses yang telah dikenal berada dalam keadaan
terkontrol ataukah tidak.
Langkah pembuatan kedua jenis peta control ini pada prinsipnya adalah sama,
kecuali pada perhitungan batas control, notasi statistika yang dipakai.
Menurut macamnya peta control dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Peta control variabel, yaitu peta control yang dibuat berdasarkan suatu
karakteristik kualitas yang dapat diukur dengan data kontinu.
2. Peta control atribut, yaitu peta control yang dibuat berdasarkan suatu
karakteristik kualitas yang dapat diukur dengan data diskret.
Created by AGP - 24 24
Peta X 0 X0 X0 A 0
Peta X dan R
Peta X dan R masing-masing menyatakan nilai rata-rata dan rentang (range) dari
suatu sample berukuran n. Kedua peta tersebut dapat dipakai bagi data
pengamatan kontinu. Dalam kaitannya dengan proses, peta X menyatakan
terjadinyaperubahan dalam nilai rata-rata proses, sedangkan peta R menyatakan
perubahan dalam disperse proses. Sebagai alat analisis, kedua peta ini digunakan
secara bersam-sama. Adapun perhitungan bagi garis tengah dan batas control
seperti tercantum dalam Tabel 4 , dengan A2 , D3 , D4 merupakan factor peta
control tanpa standar dan A , D1 , D2 merupakan factor peta control standar, yang
masing-masing diperolah dari tabel lampiran.
Peta X dan s
Alternatif dari peta R adalah digunakannya peta simpangan baku (standar deviasi)
yang disingkat sebagai peta s, dengan nilai garis tengah dan batas control
ditentukan sebagaimana rumus pada tabel 4 diatas. Seperti halnya dengan
penjelasan sebelumnya, maka peta s ini dipakai secara bersama-sama dengan peta
X. Adapun A3 , B3 , B4 merupakan factor peta control tanpa standard dan A , B5 ,
B6 merupakan factor peta control dengan standar, yang masing-masing diperoleh
dari tabel lampiran
Created by AGP - 25 25
1. Pengumpulan data. Data yang diperlukan paling sedikit 100 contoh (sampel)
yang diambil dari proses yang sama dengan yang akan dikontrol berikutnya.
2. Data disusun menurut subgroup. Tiap-tiap subgroup disusun sesuai dengan
urutan lot dan masing-masing subgroup terdiri atas 2 sampai 5 contoh. Jumlah
contoh dalam setiap subgroup (harus sama) dinyatakan dengan n dan jumlah
subgroup dinyatakan dengan g.
3. Pencatatan data dilakukan dalam sebuah daftar (tabel) dan pada daftar tersebut
disediakan kolom X dan kolom R (untuk peta X dan R) atau kolom X dan
kolom s (untuk peta X dan s).
4. Perhitungan garis tengah (GT) dan batas control (BKA dan BKB)
5. Menggambarkan peta control dan memetakan tiap harga rata-rata (sesuai peta
yang bersangkutan, yaitu rata-rata X, R ataukah s) dalam subgroup
Contoh soal
Data hasil Pengujian terhadap kekuatan tarik baja tulangan beton hasil rolling dari
delapan billet berturut-turut sbb :
No. Nilai hasil pengujian
Billet X1 X2 X3 X4
1 35 40 32 33
2 46 37 36 41
3 34 40 34 36
4 69 64 68 59
5 38 34 44 40
6 42 41 43 34
7 44 41 41 46
8 56 55 45 32
Pertanyaan :
a. Tentukan peta control bagi persoalan diatas dan gambarkan grafiknya.
b. Jika diasumsikan bahwa nilai yang out-of-control adalah sebagai akibat
assignable causes, tentukan peta kontrol revisinya
Pemecahan dapat dilakukan dengan menggunakan peta X dan R ataukah Peta X
dan s, dengan billet sebagai subgroup. Selanjutnya sebagai langkah awal adalah
menghitung nilai-nilai X dan R masing-masing subgroup, sehingga diperoleh
hasil perhitungan sbb:
Created by AGP - 26 26
Tabel 5. Hasil Perhitungan X dan R
Berdasarkan data tabel diatas dan rumus pada tabel 4 dapat diperoleh hasil
perhitungan garis tengah dan batas control untuk peta X dan R, dengan nilai-nilai
A , A2 , D1, D2 , D3 dan D4 didapat dari tabel lampiran, sehingga diperoleh
perhitungan sebagai berikut:
Untuk peta X :
Untuk peta R :
Garis Tengah (GT) = R = 10,25
Created by AGP - 27 27
Out of control Peta X
70
65
60
kg/mm^2
55
50 BKA
45
GT
40
35 BKB
30
1 2 3 4 5 6 7 8
Sub Group
Out of control
Peta R
30
25
BKA
20
kg/mm^2
15
10 GT
0
BKB
1 2 3 4 5 6 7 8
Sub Group
Harga-harga X dan R pada tabel ternyata ada yang out of control, sehingga perlu
direvisi dengan perhitungan sbb :
Revisi peta X :
Garis Tengah (GT) = X0 = 40,8
Batas Kontrol Atas (BKA) = X0 + A 0 = 40,8 + (1,500) (4,0) = 46,8
Batas Kontrol Bawah (BKB) = X0 - A 0 = 40,8 - (1,500) (4,0) = 34,8
Created by AGP - 28 28
Revisi peta R :
Garis Tengah (GT) = R0 = 8,3
Out of control
Peta X (revisi)
50
BKA
45
kg/mm^2
GT
40
35
BKB
30
1 2 3 4 5 6
Sub Group
Peta R (revisi)
30
25
20
BKA
kg/mm^2
15
10
GT
5
0 BKB
1 2 3 4 5 6 7
Sub group
Proses melakukan revisi peta control dilakukan secara terus menerus sepanjang
masih ada data pengamatan yang keluar dari batas control
Created by AGP - 29 29
Contoh soal diatas yang telah diuraikan sebelumnya dapat pula dipecahkan
dengan menggunakan peta X dan s, dengan s adalah simpangan baku, sbb :
Dengan cara yang sama dapat diperoleh garis tengah dan batas control bagi peta
X dan s, dengan nilai A3, B3, B4, B5, B6 didapat dari tabel lampiran, sbb :
Untuk peta X :
Garis Tengah (GT) =X = 43,125
Untuk peta s :
Garis Tengah (GT) = s = 4,66
Created by AGP - 30 30
Peta X
70
65
60
kg/mm^2
55
BKA
50
45 GT
40
35 BKB
30
1 2 3 4 5 6 7 8
Sub Group
Peta s
15
10 BKA
kg/mm^2
5 GT
0 BKB
1 2 3 4 5 6 7 8
Sub Group
Harga-harga X dan s pada tabel diatas ternyata ada yang out of control, sehingga
hasil perhitungan peta revisinya adalah sbb :
Revisi peta X :
Garis Tengah (GT) = X0 = 40,8
Batas Kontrol Atas (BKA) = X0 + A 0 = 40,8 + (1,500) (4,05) = 46,88
Batas Kontrol Bawah (BKB) = X0 - A 0 = 40,8 - (1,500) (4,05) = 34,73
Created by AGP - 31 31
Revisi peta s :
Garis Tengah (GT) = s0 = 3,73
PetaX(revisi)
50
BKA
45
kg/mm^2
GT
40
35 BKB
30
1 2 3 4 5 6
SubGroup
Peta s (revisi)
15
BKA
10
kg/mm^2
5 GT
0
BKB
1 2 3 4 5 6 7
Sub group
Created by AGP - 32 32
Created by AGP - 33 33
3.6.2. Peta Kontrol Attribut
Peta control atribut digunakan untuk mengendalikan produk yang memiliki karakteristik
kualitas atribut. Karakteristik kualitas tersebut diukur dengan data diskret, misalnya
produk yang dihasilkan dapat dikatagorikan sebagai produk cacat (tidak memenuhi
spesifikasi) dan produk baik (memenuhi spesifikasi). Peta control atribut dipakai apabila
data yang diamati dalam rangka pengendalian proses merupakan data diskret.
Peta control untuk karakteristik kualitas diskret ada empat macam, yaitu :
1. Peta p, untuk mengendalikan fraksi (barang) cacat
2. Peta pn, untuk mengendalikan jumlah (barang) cacat
3. Peta c, untuk mengendalikan jumlah cacat
4. Peta u, untuk mengendalikan jumlah cacat per unit
Cara perhitungan (rumus) garis tengah dan batas control bagi peta control atribut seperti
ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rumus Perhitungan Peta Kontrol Atribut
Jenis Peta
Kondisi Garis Tengah Batas Kontrol
Kontrol
Peta p p = pn / n p 3 p(1-p) / n
Tanpa Peta pn pn = pn /g pn pn(1-p)
Standar Peta c c=c/g c3c
Peta u u=c/n u3u/n
Peta p p0 p0 3 p0 (1-p0) / n
Dengan Peta pn p0 n p0n p0n(1-p0)
Standar Peta c c0 c0 3 c0
Peta u u0 u0 3 u0 / n
Peta p
Peta p digunakan untuk ciri mutu atribut, yaitu mengendalikan fraksi barang cacat. Peta
control ini baik dipakai untuk proses yang didominasi oleh mesin maupun yang
didominasi oleh operator. Harga p menunjukkan fraksi barang cacat, yang dimaksud
Created by AGP - 34 34
barang cacat adalah barang yang mempunyai satu atau lebih cacat. Sedangkan cacat
adalah hal-hal yang tidak diinginkan terdapat pada barang, karena tidak sesuai dengan
spesifikasi dan dapat mengurangi kualitas. Cacat dapat digolongkan menjadi tiga
golongan yaitu :
1. Cacat kritis adalah cacat yang dapat menyebabkan bahaya bagi pemakainya atau
bagi umum
2. Cacat mayor adalah cacat yang tidak dapat diperbaiki
3. Cacat minor adalah cacat kecil yang dapat diperbaiki atau tidak begitu nampak
Peta p kurang sensitive dibandingkan dengan peta X dan peta R serta kurang berhasil
untuk melalukan diagnosis penyebab kesalahan. Penggunaan peta p terutama untuk hal-
hal berikut :
1. Informasi untuk semua tingkat manajemen mengenai garis besar tingkat mutu
2. Sukar memperoleh data variable untuk pengukurannya
3. Bila diminta/diperlukan penggolongan macam-macam cacat
Langkah-langkah pembuatan peta p adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data. Biasanya diperlukan n > 50, sampai pn 3, untuk setiap subgroup
dan n boleh tidak konstan
2. Jumlah subgroup paling sedikit 20
3. Data dicatat pada daftar data
4. Perhitungan garis tengah dan batas control, bila n tidak konstan, maka batas control
dihitung untuk masing-masing n, sehingga diperoleh beberapa buah batas control
yang nilainya tergantung dari besarnya n.
5. Menggambar peta control dan memetakan tiap harga dan subgroup
Peta pn
Peta control pn setara dengan peta control p. Peta control pn merupakan alternative untuk
n yang konstan yang dipakai untuk mengendalikan jumlah barang cacat. Data pn
langsung dipetakan pada peta pn tersebut. Langkah-langkah pembuatan peta pn pada
prinsipnya sama dengan pembuatan peta p, kecuali jumlah n harus konstan.
Created by AGP - 35 35
Contoh soal 1.
Hasil pemeriksaan terhadap produk coran berupa inlet manipul sepeda motor Honda
sebelum pemesinan selama 8 hari berturut-turut seperti ditunjukkan pada Tabel 8. Jika
setiap harinya diperiksa sebanyak 500 inlet manipul, tentukan peta control bagi persoalan
ini.
Tabel 8. Data pemeriksaan inlet manipul
Hari ke Banyaknya produk rusak (buah)
1 37
2 45
3 68
4 53
5 38
6 32
7 58
8 42
Dalam persoalan ini jumlah pemeriksaan (setiap hari) adalah konstan, sehingga dapat
dipecahkan dengan mempergunakan peta p maupun peta pn. Untuk itu perlu dilakukan
pengolahan data sederhana untuk menghitung garis tengah dan batas control bagi peta p
maupun peta pn, seperti ditunjukan pada Tabel 9.
Created by AGP - 36 36
Peta p
Garis Tengah (GT) = p = 0,09
Batas Kontrol Atas = p + 3 p(1-p) / n = 0,09 + 3 0,09(1- 0,09) / 500= 0,128
Batas Kontrol Bawah = p - 3 p(1-p) / n = 0,09 - 3 0,09(1- 0,09) / 500= 0,052
Peta pn
Garis Tengah (GT) = pn = 46,6
Batas Kontrol Atas = pn + pn(1-p) = 46,6 + 3 46,6(1- 0,09)= 66,1
Batas Kontrol Bawah = pn - pn(1-p) = 46,6 - 3 46,6(1- 0,09)= 27,1
Contoh soal 2.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk setiap subgroup pada contoh soal 1 dapat saja berbeda
atau tidak konstan. Dalam kasus ini maka peta control yang digunakan adalah peta p.
Adanya pemeriksaan yang tidak konstan ini mengakibatkan batas kontrolnya menjadi
tidak sama dan kalau digambarkan tidak berupa garis lurus yang sejajar. Tabel 10.
menunjukkan contoh penggunaan peta p dengan batas control yang tercantum dalam
Tabel tersebut dihitung dengan menggunakan rumus peta p. Nampak disini besarnya nilai
batas control bagi jumlah pemeriksaan yang tidak sama akan menghasilkan batas control
yang tidak sama pula.
Created by AGP - 37 37
Peta c
Peta c adalah pilihan praktis untuk pengamatan dengan n konstan. Hal ini terutama efektif
untuk pengamatan jumlah cacat yang besar, sedangkan jumlah cacat persatuan kecil.
Langkah-langkah pembuatan peta control c adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data dilakukan sebanyak mungkin dengan n menyatakan jumlah data
(harus konstan) dan c menyatakan jumlah cacat.
2. Jumlah subgroup paling sedikit 20
3. Data dicatat pada daftar data
4. Perhitungan garis tengah dan batas control
5. Menggambar peta control dan memetakan tiap harga dari subgroup
Peta u
Peta u menunjukkan jumlah cacat per satuan (luas, panjang, isi, berat, waktu), misalnya
jumlah putus benang per 1000 spindel. Semua cacat dalam contoh (subgrup) dihitung,
bila ada beberapa golongan cacat seperti cacat kritis, cacat mayor, cacat minor maka
jumlah cacat dicatat untuk masing-masing golongan cacat. Langkah pembuatan peta u
serupa dengan langkah pembuatan peta c, kecuali apabila n tidak konstan, maka batas
control dihitung untuk masing-masing n, sehingga diperoleh beberapa buah batas control
yang nilainya tergantung dari besarnya n.
Contoh soal 3.
Hasil pemeriksaan produk garmen berupa kemeja pria dewasa dengan jumlah
pemeriksaan konstan untuk masing-masing subgrup, yaitu 40 buah kemeja, adalah sbb :
Tabel 11. Data pemeriksaan kemeja pria dewasa
Jumlah Jumlah cacat menurut jenis cacat (buah)
pemeriksaan Cacat kain Cacat jahitan Cacat Ukuran
40 9 27 9
40 10 29 1
40 8 25 0
40 8 33 2
40 10 46 6
40 12 51 16
40 15 43 2
40 13 35 2
Created by AGP - 38 38
Tentukan peta control bagi persoalan di atas.
Oleh karena jumlah pemeriksaan masing-masing subgroup bersifat konstan, maka
pemecahannya dapat menggunakan peta c dan peta u. Untuk itu Tabel 11 perlu
ditambahkan kolom c yang menyatakan jumlah cacat dan kolom u yang menyatakan
jumlah cacat per unit, seperti ditunjukkan pada Tabel 12.
Peta c
Garis Tengah (GT) = c = 51,5
Batas Kontrol Atas =c+3c = 51,5 + 3 51,5 = 73,03
Batas Kontrol Bawah = c - 3 c = 51,5 - 3 51,5 = 29.97
Peta u
Garis Tengah (GT) = u = 1,28
Batas Kontrol Atas = u + 3 u / n = 1,28 + 3 (1,28 / 40) = 1,82
Batas Kontrol Bawah = u - 3 u / n = 1,28 - 3 (1,28 / 40) = 0,743
Created by AGP - 39 39
Sama seperti halnya pada contoh soal 2, pemeriksaan yang dilakukan untuk setiap
subgroup pada contoh soal 3 dapat saja berbeda atau tidak konstan. Dalam kasus ini maka
peta control yang digunakan adalah peta u. Adanya pemeriksaan yang tidak konstan ini
mengakibatkan batas kontrolnya menjadi tidak sama dan kalau digambarkan tidak berupa
garis lurus yang sejajar. Tabel 13 menunjukkan contoh soal penggunaan peta u dengan
batas control yang tercantum dalam tabel tersebut dihitung dengan menggunakan rumus
peta u.
Tabel 13. Data pemeriksaan kemeja pria dewasa dengan n tidak konstan
n C U BKA BKB
40 45 1,125 1,65 0,63
40 40 1,000 1,65 0,63
40 33 0,825 1,65 0,63
40 43 1,075 1,65 0,63
50 62 1,240 1,59 0,69
50 79 1,580 1,59 0,69
50 60 1,200 1,59 0,69
50 50 1,000 1,59 0,69
n = 360 c = 412
Peta u
u = c / n = 412 / 360 = 1,14
Garis Tengah (GT) = u = 1,14
Batas Kontrol (BK40) = u 3 u / n
Batas Kontrol Atas (BKA) = 1,14 + 3 (1,14 / 40) = 1,65
Batas Kontrol Bawah (BKB) = 1,14 - 3 (1,14 / 40) = 0,63
Batas Kontrol (BK50) = u 3 u / n
Batas Kontrol Atas (BKA) = 1,14 + 3 (1,14 / 50) = 1,59
Batas Kontrol Bawah (BKB) = 1,14 - 3 (1,14 / 50) = 0,69
Created by AGP - 40 40
Latihan :
1. Hasil pemeriksaan “hair dryer blower motor” pada departemen motor suatu
perusahaan perkakas elektronik adalah sebagai berikut :
Pertanyaan :
a. Peta control apakah yang cocok digunakan bagi data di atas? Tentukan batas
kontrolnya
b. Jika terdapat titik yang keluar dari batas control diasumsikan sebagai assignable
causes, tentukan peta control revisinya
Created by AGP - 41 41
2. Dalam rangka memenuhi kemampuan industri dalam negeri, PT Pindad melakukan
uji-coba produksi salah satu komponen persenjataan tempur yang terbuat dari
komposit material untuk memenuhi pesanan dari TNI. Agar tidak mengecewakan
pelanggannya maka manager quality control pada PT. Pindad menginstruksikan
pengendalian pada proses akhir pembuatan komponen tersebut. Untuk itu dilakukan
pengambilan sample selama 16 hari kerja. Berdasarkan hasil pemeriksaan atas
seluruh sample tersebut terdapat 195 komponen yang rusak. Pengambilan sample
dilakukan sebanyak 500 komponen tiap hari. Data komponen yang rusak adalah
sebagaimana disajikan pada tabel dibawah ini
Jumlah
Hari ke Komponen rusak
(buah)
1 8
2 8
3 11
4 12
5 10
6 8
7 26
8 15
9 32
10 8
11 9
12 11
13 10
14 9
15 9
16 8
Created by AGP - 42 42
IV. SAMPLING PENERIMAAN
Sampling penerimaan dapat juga digunakan untuk memonitor kualitas dari bahan dan
komponen yang masuk atau untuk situasi lain yang memerlukan pertimbangan untuk
memutuskan menerima ataukah menolak pengiriman dalam jumlah besar dari suatuitem
tertentu.
Sampling penerimaan perlu dilakukan suatu rencana atas sampling penerimaan dimaksud
dengan tujuan untuk menghemat waktu dan biaya yang dibutuhkan dalam rangka
pemeriksaan yang dilakukan secara manual
Created by AGP - 43 43
Keuntungan digunakannya Sampling Penerimaan
1. Lebih ekonomis (waktu dan biaya) dalam arti pemeriksaan yang dilakukan sedikit
daripada 100% inspection
2. Mengurangi jumlah kesalahan selama pemeriksaan dilakukan
3. Petugas pemeriksan yang diperlukan tidak banyak
4. Peningkatan kemampuan petugas pemeriksa dari pemeriksaan piece-by-piece ke
lot-by-lot
5. Sangat cocok bagi pemeriksaan yang sifatnya merusak
6. Penolakan terhadap lot tidak hanya berarti mengembalikan barang yang cacat,
akan tetapi memberikan motivasi yang kuat untuk perbaikan
Created by AGP - 44 44
4.1. Rencana Sampling Tunggal
1. Ambil n buah sampel, selanjutnya periksa
2. Hitung banyaknya produk cacat dari n buah sampel
3. Banyaknya cacat dalam sampel berukuran n adalah d
4. Jika d < c atau d< r maka lot diterima
5. Jika d > c atau d > r, maka lot ditolak
Dimana :
c = angka penerimaan ( jumlah maks. cacat yang diijinkan ada dlm sampel)
r = angka penolakan (batas awal suatu lot akan ditolak)
Terdapat bebeapa notasi yang lazim dipergunakan dalam teknik sampling penerimaan,
yaitu sbb :
N = ukuran lot
n = ukuran sampel
D = jumlah produk cacat dalam lot
d = jumlah produk cacat dalam sampel
Re atau r = angka penerimaan ( batas awal suatu lot akan ditolak )
Ac atau c = angka penerimaan (jumlah maksimum cacat yang diijinkan ada dalam
sampel)
p atau po = proporsi cacat
Pa = peluang penerimaan
= risiko produsen
= risiko konsumen
n1 = ukuran sampel pada penarikan pertama
n2 = ukuran sampel pada penarikan kedua
c1 = maksimum banyaknya unit cacat pada sampel pertama agar lot diterima
c2 = maksimum banyaknya unit cacat pada sampel pertama dan kedua agar lot diterima
Created by AGP - 45 45
4.1.1. Kurva Operation Charateristic
c (np0)
i
-np0
Pa(c) = e , atau
i=0 i
Created by AGP - 46 46
2. Diketahui ukuran lot (N)=10.000 dan P (persen defective)=1%. Rencana sampling
mempunyai ukuran sampel (n)=100 dan bilangan penerimaan (c)=1. Hitunglah
probabilitas penerimaan RS tersebut.
Jawab :
Pa = (np0=100x1% ; c=1)
= 0,736 ~ 73,6%
Nilai Pa untuk berbagai nilai c dan np0 telah disusun dalam tabel distribusi poisson (tabel
terlampir)
Artinya :
Jika 100 lot yang diperiksa dengan RS (n=100;c=1), maka lot yang diterima sebanyak
100x73,6%=73,6 lot ~ 74 lot dan yang ditolak 100-74 = 26 lot
Tabel Peluang penerimaan bagi Rencana Sampling Tunggal dengan n=89 dan c=2
P0 100P0 N np0 Pa
* Dengan interpolasi
Created by AGP - 47 47
1
0.9
0.8
0.7
0.6
Pa
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8
100np0
Gambar 1. Kurva OC bagi Rencana Sampling Tunggal untuk N=3000 n=89 c=2
Created by AGP - 48 48
Contoh soal tanpa kurva OC
Dari rencana sampling ganda dengan N=9000,n1=60,c1=1,r1=5,n2=150, c2=6 dan r2=7;
maka salah satu keputusan yang mungkin terjadi adalah:
1. Jika dari pemeriksaan n1, diperoleh cacat (d1) sebanyak 0 atau 1 unit cacat, maka
lot diterima
2. Jika diperoleh d1 sebanyak 5 unit atau lebih maka lot ditolak
3. Jika d1 bernilai 2,3 dan 4, maka tidak dapat dibuat keputusan dan teruskan ke
pemerikasaan terhadap sampel kedua (n2=150)
4. Jika jumlah cacat yang diperoleh dari n2 dinyatakan dengan d2, maka keputusan
atas lot adalah :
a. Lot diterima jika d1 + d2 bernilai paling banyak 6 unit (c2)
b. Lot ditolak jika d1 + d2 bernilai paling sedikit 7 unit (r2)
Created by AGP - 49 49
0.5
0.45
Pa (nilai probabilitas)
0.4 rs1 rs2
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
1 2 3 4
p (persen defective)
Created by AGP - 50 50
Contoh soal :
1. Diketahui rencana sampling dengan n=100, c=1 dan p=3% maka AOQ ?
Jawab :
Pa = P(np0 = 100 x 3%; c=1)
= 0,199
AOQ = (100 p0) x Pa
= 3 % (0,199)
= 0,597 %
2. Diketahui rencana sampling dengan n=75, c=1 dan p=1% maka AOQ ?
Jawab :
Pa = P(np0 = 75 x 1%; c=1)
= 0,827
AOQ = (100 p0) x Pa
= 1 % (0,827)
= 0,827 %
Tabel Peluang penerimaan bagi Rencana Sampling Tunggal dengan N=3000, n=89
dan c=2
Created by AGP - 51 51
Dari data tabel peluang penerimaan dapat digambarkan kurva AOQ guna mengevaluasi
Rencana Sampling , diperoleh AOQL = 1,6 %
3,000
Average Outgoing Quality (%)
1,000
0,000
0 1,0 2,0 2,5 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0
100p0
Created by AGP - 52 52
Contoh soal :
Diketahui N=1000, RS1 (n=100, c=0) dan RS2 (n=200, c=1) dengan p masing-masing
Rencana Sampling = 1%, 2%, dan 4%
Hitung :
a. ATI untuk RS1 dan RS2?
b. Berdasarkan nilai ATI tentukan RS yang terbaik ?
Jawab :
Rencana Sampling 1
P = 1% : ATI = 100 + (1000-100) (1-0,368) = 668,8 ~ 669
P=2% : ATI = 100 + (1000-100) (1-0,135) = 878,5 ~ 878
P=4% : ATI = 100 + (1000-100) (1-0,018) = 983,8 ~ 984
Rencana Sampling 2
P = 1% : ATI = 200 + (1000-200) (1-0,406) = 675,2 ~ 675
P=2% : ATI = 200 + (1000-200) (1-0,092) = 926,4 ~ 926
P=4% : ATI = 200 + (1000-200) (1-0,003) = 997,6 ~ 998
Yang dipilih adalah RS 1 karena nilai ATI lebih kecil
Created by AGP - 53 53
Contoh soal : (Rencana Sampling Ganda)
Diketahui RS1 (n=50, c=0, r=3) dan RS2 (n=50, c=3, r=4) denga P= 1%, Hitunglah ASN
untuk RS diatas ?
Jawab :
ASN = n1 + n2 (1 – P1)
P1 = Pa pada S1 + Pr pada S1
n1P0 = 50 x 1% = 0,5
P1 = (P0)1 + (P3 or more)
(P0)1 = P (mnp = 0,5 ; c=0) = 0,607
(P3 or more) = 1 – (P2 or less)
(P2 or less) = P(P(mnp = 0,5 ; c=2) = 0,986
(P3 or more) = 1 – (0,986) = 0,014
Pcombined = 0,607 + 0,014 = 0,621
Created by AGP - 54 54
Dengan diketahunya ukuran lot dan taraf pemeriksaan, maka dari tabel lampiran 5 dapat
diperoleh/ditentukan “kode huruf” yang digunakan.
Setelah diperoleh kode huruf, AQL dan taraf pemeriksaan, maka selanjutnya dapat
ditetapkan rencana samplingnya.
Created by AGP - 55 55
Contoh soal : (double Sampling)
Rencana pemeriksaan produk dengan ukuran lot N=20.000, AQL = 1,5% , taraf
pemeriksaan I, tetukan rencana sampling ganda untuk cara pemeriksaan Normal, Ketat
dan Longgar.
Pergeseran cara pemeriksaan pada sampling penerimaan
- MIL-STD-105D adalah suatu metoda yang didasarkan pada AQL, sebagai persen
cacat maksimum yang masih dapat dianggap memuaskan sebagai harga rata-rata
proses.
- Dengan melihat keadaan AQL, sampling ini merupakan sistem yang fleksibel karena
dapat dipilih cara sampling normal, ketat dan longgar.
- Tingkat pemeriksaan pada prinsipnya dapat tidak selalu tetap, melainkan dapat
berubah sesuai dengan keadaan kelas/barang cacat
- Pergeseran pemeriksaan dimaksudkan agar kualitas produk selalu diawasi sesuai
dengan perilakunya, sehingga jaminan kualitas produk pada saat proses berlangsung
dapat dipertanggung jawabkan.
Pergeseran Normal ke Ketat
Dilakukan jika ada 2 lot yang ditolak diantara 5 lot yang diperiksa secara
berurutan.
Pergeseran Normal ke Longgar
– 10 lot terakhir yang diperiksa dengan sampling normal semuanya diterima
– Dalam sampel dari 10 lot yang diperiksa secara berurutan, jumlah defective
kurang atau dengan angka batas (limit number) pada tabel lampiran 9
Pergeseran Ketat ke Normal
Dilakukan jika dari 5 lot berturut-turut dengan sampling ketat semuanya
diterima
Pergeseran dari Longgar ke Normal
Dilakukan jika 1 lot ditolak dengan sampling longgar, dan jika jumlah cacat
lebih kecil dari Re tetapi lebih besar dari Ac
Created by AGP - 56 56
4.5. Rencana Sampling Dodge-Romig
Created by AGP - 57 57
Soal Latihan :
1. Tentukan rencana sampling tunggal pada LQL=1,0% apabila diketahui ukuran lot
N=1500 dan rata-rata proses=0,25%.
2. Tentukan rencana sampling tunggal pada AOQL=3% apabila diketahui ukuran lot
N=4400 dan rata-rata proses=1,6%
Created by AGP - 58 58