Anda di halaman 1dari 36

ISU MASALAH KESEHATAN

VAKSINASI COVID-19

Disusun Oleh

Maria Galla’ P10119083


Krisna Dwi Payana P10119101
Hatikah P10119107
Laila Ramadani P10119109
Salma P10119110
Alhaliezha Raveena P10119111
Kesya Limayas P10119112

PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul ‘‘Isu Masalah Kesehatan: Vaksinasi Covid-19’’ sebagai salah satu
syarat dalam mata kuliah Organisasi Manajemen Kesehatan, Peminatan
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Universitas Tadulako.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan dan hambatan
yang dilalui penulis, namun dengan doa, kerja keras, motivasi, bimbingan serta
bantuan dari berbagai pihak sehingga kendala yang dihadapi penulis bisa teratasi
dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada pihak-pihak
yang telah membantu terlebih khusus kepada Ibu drg. Hermiyanti, M.Kes,
selaku Dosen pengampuh mata kuliah Organisasi Manajemen Kesehatan untuk
Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang dengan sabar telah
meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan bimbingan, arahan, saran
serta dorongan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis telah menyelesaikan makalah ini dengan segenap kemampuan dan
pikiran, namun penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar makalah ini dapat mencapai kesempurnaan dan
dapat bermanfaat bagi pembaca
.

Palu, 05 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
2.1 Pengertian Stunting...................................................................................4
2.2 Penyebab dan Dampak Stunting................................................................5
2.3 Kasus Stunting di Dunia dan Indonesia....................................................7
2.4 Gambaran Umum Proyek..........................................................................9
2.5 Tujuan Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Stunting (PKGBM)..........10
2.6 Siklus Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Stunting (PKGBM)...........11
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................19
3.2 Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir tahun 2020, Indonesia dihadapkan dengan kasus kesehatan yang
cukup meresahkan. Masyarakat dikhawatirkan dengan sebuah penyakit yang
disebabkan oleh Corona Virus Disease (Covid-19). Penyakit ini memiliki
intensitas penularan sangat cepat dan meluas, menyerang sistem pernafasan
seseorang, dan tidak sedikit telah menelan korban jiwa (Kemenkes, 2020).
World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai Public
Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau
Kegawatdaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD) dan sampai pada tanggal tanggal 11 Maret 2020, WHO pun
menetapkan penyakit ini sebagai pandemi (Novita and Ramadhani, 2021).
Covid-19 atau disebut Coronavirus Disease 2019 merupakan penyakit
menular yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru yang cukup serius.
Kasus Covid-19 ditemukan pertama kali di Tiongkok pada November 2019.
Covid-19 diketahui sebagai penyakit menular yang disebabkan oleh virus
baru dengan tingkat persebaran sangat cepat. Munculnya Covid -19 di
Indonesia dan menjadi kasus pertama di Maret 2020 setelah ditemukan 2
warga Depok yang tertular setelah berinteraksi dengan warga Jepang
(Sumadi, 2020).
Virus corona pada dasarnya sudah tidak asing di dunia kesehatan
hewan, ada beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia sehingga
menjadi penyakit radang paru. Jauh sebelum pandemic covid-19, dunia
sempat heboh dengan penyakit Sars dan Mars yang punya kaitan dengan
virus corona. Sehingga dari kasus diatas menandakan virus corona bukan
hal yang pertama kali terjadi. Gejala yang di timbulkan hamper sama
dengan flu tetapi virus corona lebih cepat berkembang sehingga akibatnya
menimbulkan infeksi yang lebih parah dan berdampak pada gagal organ
(Amalia, Irwan and Hiola, 2020).

1
Proses penularan COVID-19 kepada manusia harus diperantarai oleh
reservoir kunci yaitu alpha coronavirus dan betacoronavirus yang memiliki
kemampuan menginfeksi manusia. Kontak yang erat dengan pasien
terinfeksi COVID-19 akan mempermudah proses penularan COVID-19
antara manusia. Proses penularan COVID-19 disebabkan oleh pengeluaran
droplet yang mengandung virus SARS-CoV-2 ke udara oleh pasien
terinfeksi pada saat batuk ataupun bersin. Droplet di udara selanjutnya dapat
terhirup oleh manusia lain di dekatnya yang tidak terinfeksi COVID-19
melalui hidung ataupun mulut. Droplet selanjutnya masuk menembus paru-
paru dan proses infeksi pada manusia yang sehat berlanjut (Astuti et al.,
2021).
Menurut Secara klinis, representasi adanya infeksi virus SARS-CoV-2
pada manusia dimulai dari adanya asimtomatik hingga pneumonia sangat
berat, dengan sindrom akut pada gangguan pernapasan, syok septik dan
kegagalan multi organ, yang berujung pada kematian. The emergency
committee telah menyatakan bahwa penyebaran COVID-19 dapat
dihentikan jika dilakukan proteksi, deteksi dini, isolasi, dan perawatan yang
cepat agar tercipta implementasi sistem yang kuat untuk menghentikan
penyebaran COVID-19. Mengingat hal ini, sebagai upaya proteksi terhadap
COVID-19, berbagai negara dari seluruh dunia telah berkomitmen bersama
dengan melibatkan pemerintah, perusahaan bioteknologi, ilmuwan, dan
akademisi untuk dapat menciptakan vaksin Covid-19. Sejauh ini telah
banyak kandidat vaksin yang diluncurkan untuk melawan virus SARS-CoV-
2, penyebab Covid-19 (Makmun and Hazhiyah, 2020).
Pengembangan vaksin itu sendiri, bagaimanapun, tidak akan cukup
mengingat jumlah orang yang perlu di vaksinasi untuk kekebalan yang
meluas. menyatakan, keragu-raguan vaksin sedang meningkat, bervariasi di
berbagai negara, dan dikaitkan dengan pandangan dunia conspiratorial.
Seiring dengan meningkatnya teori konspirasi terkait COVID-19
menimbulkan berbagai persepsi berbeda di khalangan masayrakat. Keragu-

2
raguan dan kesalahan informasi vaksin menghadirkan hambatan besar untuk
mencapai cakupan dan kekebalan komunitas (Astuti et al., 2021).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan vaksinasi covid-19?
2. Apa tujuan vaksinasi covid-19?
3. Bagaimana cara kerja vaksin covid-19 ?
4. Apa manfaat melakukan vaksinasi covid-19?
5. Bagaimana penatalaksanaan vaksinasi covid-19 di Indonesia?
6. Bagaimana cakupan vaksinasi covid-19 di dunia, Indonesia, Sulawesi
Tengah dan Kota Palu?
7. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai adanya vaksinasi covid-
19?
8. Apa saja hoax mengenai vaksin covid-19?
9. Apa saja kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mengenai vaksinasi
covid-19?
10. Bagaimana upaya dalam memenuhi cakupan vaksinasi covid-19 di
Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian vaksinasi covid-19.
2. Untuk mengetahui tujuan vaksinasi covid-19.
3. Untuk mengetahui cara kerja vaksin covid-19.
4. Untuk mengetahui manfaat melakukan vaksinasi covid-19.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan vaksinasi covid-19 di Indonesia
6. Untuk mengetahui cakupan vaksinasi covid-19 di dunia, Indonesia,
Sulawesi Tengah dan Kota Palu.
7. Untuk mengetahui pandangan masayarakat mengenai adanya vaksinasi
covid-19.
8. Untuk mengetahui hoax terkait vaksin covid-19.
9. Untuk mengetahui kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mengenai
vaksinasi covid-19.

3
10. Untuk mengetahui upaya dalam memenuhi cakupan vaksinasi covid-19
di Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Vaksinasi Covid-19
Infeksi COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus corona
yang merupakan Virus Single Staranded RNA yang berasal dari kelompok
Coronaviridae. Virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Middle
East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS-CoV). Virus Corona ini adalah virus baru yang belum
pernah terindentifikasi pada manusia sebelumnya, sehingga disebut 2019
Novel Coronavirus atau 2019-nCoV. Virus ini dapat ditularkan lewat
droplet, yakni partikel air yang berukuran sangat kecil dan biasanya keluar
saat batuk atau bersin.
Proses penularan COVID-19 kepada manusia harus diperantarai oleh
reservoir kunci yaitu alpha coronavirus dan betacoronavirus yang memiliki
kemampuan menginfeksi manusia. Kontak yang erat dengan pasien
terinfeksi COVID-19 akan mempermudah proses penularan COVID-19
antara manusia. Proses penularan COVID-19 disebabkan oleh pengeluaran
droplet yang mengandung virus SARS-CoV-2 ke udara oleh pasien
terinfeksi pada saat batuk ataupun bersin. Droplet di udara selanjutnya dapat
terhirup oleh manusia lain di dekatnya yang tidak terinfeksi COVID-19
melalui hidung ataupun mulut. Droplet selanjutnya masuk menembus paru-
paru dan proses infeksi pada manusia yang sehat berlanjut.
Pemberian vaksin merupakan salah satu upaya yang dinilai paling
efektif untuk mengatasi pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung.
Vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas (antibodi) sistem imun di dalam tubuh. Vaksinasi
sebagai upaya pencegahan primer yang sangat handal mencegah penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Dengan prosedur vaksinasi yang
benar diharapkan akan di peroleh kekebalan yang optimal, penyuntikan
yang aman dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang minimal.

5
Vaksinasi Covid-19 dilakukan setelah kepastian keamanan dan
keampuhannya ada, merupakan upaya untuk menurunkan kesakitan dan
kematian dan mendorong terbentuknya kekebalan kelompok (herd imunity).
Selain itu, vaksinasi Covid-19 bertujuan untuk melindungi dan memperkuat
sistem kesehatan secara menyeluruh, juga menjaga produktivitas dan
mengurangi dampak sosial dan ekonomi masyarakat.
Secara keilmuan, setidaknya ada empat jenis vaksin dari cara
pembuatannya. Pertama, “vaksin mati” atau juga disebut vaksin tidak aktif
(inactivated) adalah jenis vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang
sudah dimatikan dengan suhu panas, radiasi, atau bahan kimia. Proses ini
membuat virus atau kuman tetap utuh, namun tidak dapat berkembang biak
dan menyebabkan penyakit di dalam tubuh. Seseorang akan mendapatkan
kekebalan terhadap penyakit ketika mendapatkan vaksin jenis ini tanpa ada
risiko untuk terinfeksi kuman atau virus yang terkandung di dalam vaksin
tersebut. Tentu saja, “vaksin mati” cenderung menghasilkan respon
kekebalan tubuh yang lebih lemah, jika dibandingkan “vaksin hidup”.
Dengan demikian pemberian “vaksin mati” butuh diberikan secara berulang
atau berfungsi sebagai booster. Kedua, “vaksin hidup” atau live attenuated
yaitu vaksin yang berisi virus atau bakteri yang tidak dimatikan melainkan
dilemahkan. Virus atau bakteri tersebut tidak akan menyebabkan penyakit,
namun dapat berkembang biak, sehingga merangsang tubuh untuk bereaksi
terhadap sistem imun. Vaksin hidup ini dapat memberikan kekebalan yang
lebih kuat dan perlindungan seumur hidup meski hanya diberikan satu atau
dua kali. Vaksin ini tidak dapat diberikan kepada mereka dengan kondisi
kesehatan yang melemahkan sistem kekebalan mereka, di antaranya
penderita HIV/AIDS dan penderita kanker yang menjalani kemoterapi.

Ketiga, “vaksin toksoid” adalah vaksin yang berisi racun bakteri yang diolah
secara khusus agar tidak berbahaya bagi tubuh, namun mampu merangsang tubuh
untuk membentuk kekebalan terhadap racun atau menangkal efek racun dari
bakteri tersebut.

6
Keempat, “vaksin biosintetik” atau istilah sederhananya adalah “buatan
manusia” atau semacam “vaksin sintetis”, yaitu vaksin yang dibuat dari antigen
yang diproduksi secara khusus, sehingga menyerupai struktur virus atau bakteri
yang hendak ditangkap. Jadi, mudahnya, diambil bagian tertentu dari virus untuk
diolah dan dikembangkan menjadi vaksin, atau mengambil pola protein tertentu
dari virus, untuk diolahkembangkan menjadi vaksin yang benar-benar buatan
manusia. Vaksin biosintetik mampu memberikan kekebalan tubuh yang kuat
terhadap virus atau bakteri tertentu dan dapat digunakan oleh penderita
bergangguan sistem kekebalan tubuh atau penyakit kronis. Berbeda dengan vaksin
live attenuated dan vaksin inactive.

Vaksinasi sendiri merupakan pemberian vaksin yang khusus diberikan


dalam rangka menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan dan tidak menja di
sumber penularan. Apabila cakupan vaksinasi tinggi dan merata di suatu daerah
maka akan terbentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Kekebalan kelompok
inilah yang menyebabkan proteksi silang, dimana seseorang yang tidak
divaksinasi risiko tertular penyakit dari orang sekitarnya menjadi kecil dan tetap
sehat karena masyarakat lainnya di lingkungan tempat tinggalnya sudah
mendapatkan vaksin. Hal ini menunjukan bahwa vaksinasi dengan cakupan yang
tinggi dan merata sangatlah penting (Kemenkes, 2020).

Sebagaimana diketahui, Indonesia telah menetapkan tujuh jenis vaksin yang


dapat digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Indonesia. Hingga
awal Maret 2021, dari tujuh jenis vaksin tersebut, sudah tiga vaksin yang
mendapatkan Persetujuan Penggunaan Dalam Kondisi Darurat atau Emergency
Use Authorization (EUA) dari BPOM, yaitu Sinovac, AstraZeneca, dan vaksin
dari PT Bio Farma (Persero).

Sinovac adalah produsen vaksin COVID-19 (CoronaVac) asal Cina yang


memproduksi vaksin jenis inactivated, yaitu berasal dari virus yang telah

7
dimatikan. Diberikan dalam dua dosis atau dua kali suntikan dalam jangka waktu
14 hari. Dari uji klinis fase 3 yang dilakukan di UNPAD Bandung, Jawa Barat,
dengan subjek 1.620 orang, didapatkan efikasi sebesar 65,3 persen, artinya
probabilitas target mendapatkan imunitas sebesar 65,3% per individu. Ini di atas
standar WHO, yaitu 50%. Vaksin dari Sinovac termasuk paling mudah
pengelolaannya, karena vaksin ini hanya membutuhkan penyimpanan dalam
lemari es standar dengan standar suhu 2--8 derajat celcius, dan dapat bertahan
hingga 3 tahun.

Kedua, Vaksin Pfizer-BioNTech yang termasuk jenis vaksin biosintetik.


Vaksin yang berisi kode genetik dari virus tersebut yang disuntikkan ke tubuh,
tidak menyebabkan sakit tetapi mengajari sistem imun untuk memberikan respons
perlawanan.

Vaksin dari Pfizer-BioNTech digunakan untuk usia 16 tahun ke atas dengan


dua suntikan dalam selang waktu tiga minggu atau 21 hari. Analisis interim hasil
uji klinis tahap tiga di Brasil dan Inggris menunjukkan bahwa efikasi dari Pfizer-
BioNTech mencapai 70 persen. Di Amerika Serikat Pfizer-BioNTech mengklaim
angka efikasi 95%.

Ketiga, Vaksin AstraZeneca. Vaksin hasil kerjasama Oxford-AstraZeneca


ini merupakan vaksin yang mampu memicu respons imun terhadap penyakit
seperti COVID-19. Ini juga dapat dikategorikan jenis vaksin biosintetik. Vaksin
ini umumnya aman digunakan pada populasi yang luas bahkan mereka yang
memiliki masalah kesehatan kronis atau orang dengan gangguan kekebalan.
Vaksin Astra-Zeneca mencatat angka efikasi 62,10 persen dari total peserta uji
klinis.

Berikutnya yang keempat adalah vaksin dari produsen Sinopharm (China


National Pharmaceutical Group Corporation). Vaksin ini memanfaatkan virus
yang sudah dimatikan atau masuk jenis inactivated vaccine, sebagaimana sinovac.
Vaksin COVID-19 Sinopharm memerlukan pengelolaan yang tidak berbeda
dengan Sinovac.

8
Vaksin kelima adalah vaksin COVID-19 Moderna yang merupakan jenis
vaksin biosintetik. Moderna digunakan untuk usia 18 tahun ke atas dengan dua
suntikan yang diberikan selang 28 hari. Moderna mengklaim efikasi 94%.

Keenam, vaksin COVID-19 Novavax buatan Novavax Inc. dari Amerika


Serikat. Novavax adalah jenis vaksin biosintetik, dengan menggunakan spike
protein yang dibuat khusus untuk meniru protein spike alami dalam virus Corona.
Vaksin ini bekerja dengan memasukkan protein yang memicu respons antibodi,
yang menghalangi kemampuan virus Corona di masa depan menginfeksi. Di
Inggris, vaksin Novavax mengklaim angka efikasi 96%.

Terakhir, vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero).


Vaksin ini adalah hasil kerjasama Business to Business antara PT. Bio Farma
dengan Sinovac, di mana Bio Farma mendatangkan bulk bahan baku vaksin yang
siap untuk di-filling dan dikemas di sarana produksi milik PT. Bio Farma. Vaksin
COVID-19 yang diproduksi PT. Bio Farma sama kandungan dan profil khasiat-
keamanannya dengan vaksin CoronaVac yang diproduksi oleh Sinovac.

Saat ini Indonesia juga sedang mengembangkan vaksin COVID-19 secara


mandiri yang diberi nama Vaksin Merah Putih. Vaksin ini yang dikembangkan
oleh Lembaga Biomolekuler Eijkman (LBME) dan diproduksi PT Bio Farma
(Persero), bekerja sama dengan sejumlah institusi seperti Lembaga Ilmu
pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi
Bandung (ITB), Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Gadjah Mada
(UGM), PT Kalbe Farma Tbk., Biotis, dan Tempo Scan. Vaksin Merah Putih
yang disuntikkan adalah subunitnya, yaitu bagian-bagian tertentu dari virus yang
dianggap penting untuk menimbulkan memori kekebalan tubuh yang kemudian
diperbanyak dan dijadikan antigen (zat yang dapat merangsang sistem imunitas
tubuh untuk menghasilkan antibodi sebagai bentuk perlawanan).

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan beberapa


efek samping merupakan tanda normal bahwa tubuh sedang berproses
membangun sistem imun. Efek samping ini dapat mempengaruhi kemampuan

9
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, tetapi akan hilang dalam beberapa hari.
Efek samping yang umum dirasakan di lengan bagian suntikan berupa rasa sakit,
pegal, dan dapat terjadi pembengkakan. Sedangkan, efek samping lainnya yang
dirasakan di seluruh atau bagian tubuh lainnya berupa demam, batuk, kelelahan,
dan sakit kepala dapat menyerang ke sebagian orang.

Melalui tahapan pengembangan dan pengujian vaksin yang lengkap, efek


samping yang berat dapat terlebih dahulu terdeteksi sehingga dapat dievaluasi
lebih lanjut. Manfaat vaksin jauh lebih besar dibandingkan risiko sakit karena
terinfeksi bila tidak divaksin. Apabila nanti terjadi Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI), Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI maupun
komite di setiap daerah akan memantau dan menanggulangi KIPI.

Tujuan pemberian Vaksinasi COVID-19 ini adalah meningkatkan


imunitas kekebalan tubuh dengan mengaktifkan antibodi dalam tubuh
supaya dapat mengurangi dampak dari penularan Penyakit COVID-19.
2.2 Tujuan Vaksinasi Covid-19
2.3 Cara Kerja Vaksin Covid-19
.
2.4 Manfaat Vaksinasi Covid-19
.
2.5 Penatalaksanaan Vaksinasi Covid-19
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/4638/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Diseasi
2019 (Covid-19), penatalaksanaan vaksinasi adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Kebutuhan Vaksinasi Covid-19
Dalam rangka pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dibutuhkan
perencanaan yang komprehensif agar mutu pelayanan dan cakupan
vaksinasi COVID-19 meningkat dan merata. Proses penyusunan
perencanaan kebutuhan vaksinasi COVID-19 dilakukan di masing-
masing administrasi pemerintahan dan fasilitas pelayanan kesehatan.

10
Dengan perencanaan yang baik diharapkan kegiatan pelayanan
vaksinasi dapat berjalan dengan baik.
Perencanaan kebutuhan vaksinasi COVID-19 disusun dengan
memperhitungkan data dasar (jumlah sasaran, fasilitas pelayanan
kesehatan/pos pelayanan vaksinasi, tenaga pelaksana, kebutuhan
vaksin, peralatan pendukung dan logistik), baik untuk vaksinasi
program maupun vaksinasi gotong royong.
2. Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19
Tahap pelaksanaan vaksinasi covid-19 meliputi:
a. Distribusi vaksin, peralatan pendukung dan logistik
Pendistribusian vaksin COVID-19, peralatan pendukung, dan
logistik harus dilakukan dan dikelola sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan untuk menjamin kualitas yang baik, agar mampu
memberikan kekebalan yang optimal kepada sasaran. Distribusi
peralatan pendukung, dan logistik harus disertai dengan dokumen
pengiriman berupa Surat Bukti Barang Keluar (SBBK). Sedangkan
distribusi vaksin COVID-19 harus disertai dengan Vaccine Arrival
Report (VAR) dan Packing Slip.
Distribusi vaksin wajib menggunakan cold box, vaccine
carrier disertai dengan cool pack atau alat transportasi lainnya
yang sesuai dengan jenis vaksin COVID-19. Untuk peralatan
pendukung dan logistik menggunakan sarana pembawa lain yang
standar, sesuai dengan ketentuan. Pada setiap cold box, vaccine
carrier atau alat transportasi vaksin lainnya disertai dengan alat
pemantau suhu. Lakukan tindakan disinfeksi pada permukaan cold
box, vaccine carrier atau alat transportasi lainnya dengan
menggunakan cairan disinfektan yang sesuai standar.
Pada saat melakukan penataan vaksin di vaccine refrigerator
atau tempat penyimpanan vaksin lainnya wajib menggunakan
masker bedah/masker medis dan apabila diperlukan memakai
sarung tangan. Sebelum dan sesudah menangani vaksin dan logistik

11
vaksinasi lainnya wajib cuci tangan pakai sabun dan air mengalir
atau menggunakan hand sanitizer.
b. Manajemen vakin dan logistik untuk vaksinasi program dan
vaksinasi gotong royong
1) Penyimpanan vaksin dalam tempat penyimpanan vaksin
Berdasarkan prosedur/manajemen penyimpanannya,
vaksin COVID-19 dibagi menjadi 3 yaitu vaksin COVID-19
dengan suhu penyimpanan 2-8 °C, vaksin COVID-19 dengan
suhu penyimpanan -20 °C (vaksin mRNA, Moderna) dan
vaksin COVID-19 dengan suhu penyimpanan -70 °C (vaksin
mRNA, Pfizer). Penyimpanan vaksin harus sesuai dengan
Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam rangka menjamin
kualitas vaksin tetap terjaga sampai diterima oleh sasaran.
2) Pemantauan suhu
Suhu dalam penyimpanan vaksin harus terjaga sesuai
dengan yang direkomendasikan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pemantauan suhu menggunakan alat pemantau suhu.
Alat pemantau suhu terdiri dari alat pemantau suhu
(termometer, termometer muller, dll), alat pemantau dan
perekam suhu terus menerus, dan alat pemantau dan perekam
suhu dengan teknologi Internet of Things (IoT) terus menerus
secara jarak jauh.
3) Pengelolaan vaksin pada saat pelayanan
Pengelola program imunisasi atau koordinator imunisasi
(korim) menyiapkan vaksin untuk dibawa ke ruang vaksinasi
atau tempat pelayanan. Vaksin dibawa menggunakan kontainer
pasif yaitu vaccine carrier atau untuk vaksin dengan prosedur
penyimpanan UCC menggunakan arktek dan PCM atau
thermoshipper dan sry ice. Kemudian saat pelayanan,
kontainer pasif diusahakan agar tidak terpapar sinar matahari
langsung. Vaksin yang akan dipakai harus dipantau kualitasnya

12
dengan memperhatikan masa kadaluarsa, rekomoendasi shuh
penyimpanan, labe dan tidak terendam air., vaksin yang belum
terbuka diberi tanda dan dibawa kembali ke ruang
penyimpanan untuk disimpan di dalam vaccine refrigerator
pada suhu yang direkomendasikan.
Vaksin yang belum dibua sampai sesi pelayanan harian
sudah selesai, harus dikembalikan ke dalam vaccine
refrigerator dengan diberi penanda untuk digunakan lebih
dulu pada pelayanan hari berikutnya. Sedangkan vaksin yang
masih tersisa dalam vial yang sudah dibuka dan tidak oleh
digunakan lagi. Vaccine carrier disimpn kembali di ruang
penyimpanan di puskesmas atau fasilita pelayana kesehatan,
sedankan coolpack dapat dimasukkan ke dalam vaccine
refrigerator untuk digunakan pada hari berikutnya. Safety box
yang telah erisi disimpan di ruangan atau tempat khusus untuk
menyimpanan sementara limbah medis sebelum dikelola atau
dimusnakan, jauh dari jagkauan pengunjunga terutama anak-
anak, serta pvaksin yang sudah dibuka tidak boleh disimpan
kembali dalam tempat penyimpanan.
4) Penyimpanan Logistik
Selain vaksin, pelaksanaan vaksinasi COVID-19 juga
membutuhkan logistik yang meliputi ADS, safety box, dan
alcohol swab dimana juga memerlukan tata kelola yg baik.
Selain manajemen yang baik juga diperlukan gudang
penyimpanan yang memadai. Dalam penyimpanan logistik ini
harus dipastikan kondisi fisik dan keamanan barang dan
kemasannya, di semua tingkat fasilitas penyimpanan, hingga
digunakan oleh masyarakat.
c. Prinsip pelaksanaan pelayanan vaksinasi covid-19
1) Pemberian vaksinasi covid-19 dilaukan oleh dokter, perawat
atau bidan yang memiliki kompetensi

13
2) Pelaksanaan pelayanan vaksinasi covid-19 tidak mengganggu
pelayanan imunisasi rutin dan pelayanan kesehatan lainnya
3) Melakukan skrining sebelum vaksinasi
4) Menerapkan protokol kesehatan
5) Mengintegrasikan dengankegiatan surveilans covid-19
terutama dalam mendekteksi kasus dan analisa dampak
d. Standar pelayanan vaksinasi covid-19
3. Pencatatan dan Pelaporan Vaksinasi Covid-19
Dalam suatu sistem yang berjalan, pencatatan dan pelaporan sangat
penting dilakukan untuk dapat mendokumentasikan rangkaian proses
dan hasil kegiatan. Pencatatan dan pelaporan dilakukan dengan akurat,
lengkap, tepat waktu, dan terus-menerus. Pencatatan dan pelaporan
kegiatan pemberian vaksinasi COVID-19 harus terpisah dari pencatatan
dan pelaporan imunisasi rutin. Data yang dicatat dan dilaporkan
meliputi hasil pelayanan vaksinasi serta vaksin dan logistik vaksinasi.
Pada pelaksanaan vaksinasi COVID-19, kegiatan pencatatan dan
pelaporan secara elektronik melalui Sistem Informasi Satu Data
Vaksinasi COVID-19. Untuk kebutuhan back up data, selain dilakukan
secara terintegrasi dengan Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi
COVID-19, pencatatan dan pelaporan juga dilakukan secara manual
dengan menggunakan format standar.
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan atau institusi yang mengelola
sistem informasi dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 harus
menjaga kerahasian data pribadi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sistem informasi terintegrasi ini mendukung
mulai dari pendataan sasaran, registrasi, penentuan alokasi serta
monitoring vaksin dan logistik, serta pencatatan dan pelaporan hasil
pelayanan dan vaksin dan logistik. Apabila terjadi kendala pada
pendataan, registrasi, pelayanan, pencatatan, maupun pelaporan
vaksinasi COVID-19 dapat menghubungi hotline Vaksinasi COVID-19
melalui 119 ext 9 atau Telkom kabupaten/kota setempat dan apabila

14
terjadi kendala pada aplikasi Pcare Vaksinasi agar berkoordinasi dengan
BPJS Kesehatan cabang.
4. Strategi Komunikasi
Komunikasi perubahan perilaku untuk mencegah penyebaran
COVID-19 telah dilaksanakan secara nasional di berbagai tingkatan,
mulai dari pusat, provinsi, kabupaten hingga Puskesmas dan
desa/kelurahan. Penyebarluasan pesan-pesan melalui kampanye masih
terus dilaksanakan untuk memastikan bahwa publik tetap
mempertahankan adopsi perilaku pencegahan utama dalam situasi
pandemi. Perilaku pencegahan tersebut yaitu pakai masker – jaga jarak
– cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, mengurangi mobilitas
dan menghindari kerumunan. Dua pesan terakhir merupakan
pengkinian pesan yang disesuakan dengan situasi dan perkembangan
informasi global.
Selain kampanye perubahan perilaku, Pemerintah saat ini juga
melakukan vaksinasi COVID-19 melalui beberapa tahap. Seiring
dengan perkembangan tersebut, dirasa penting melakukan pengkinian
terhadap dokumen Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dalam
Vaksinasi COVID-19 untuk masyarakat dan kelompok khusus di
seluruh tingkatan.
5. Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Vakinasi
Covid-19
Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19 atau yang dikenal
sebagai KIPI merupakan kejadian medik yang diduga berhubungan
dengan vaksinasi. Kejadian ini dapat berupa reaksi vaksin, kesalahan
prosedur, koinsiden, reaksi kecemasan, atau hubungan kausal yang
tidak dapat ditentukan. Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19
diklasifikasikan serius apabila kejadian medik akibat setiap dosis
vaksinasi yang diberikan menimbulkan kematian, kebutuhan untuk
rawat inap, dan gejala sisa yang menetap serta mengancam jiwa.
Klasifikasi serius Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19 tidak

15
berhubungan dengan tingkat keparahan (berat atau ringan) dari reaksi
Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19 yang terjadi.
Vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi COVID-19 ini
masih termasuk vaksin baru sehingga untuk menilai keamanannnya
perlu dilakukan surveilans pasif Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi
COVID-19 dan surveilans aktif Kejadian Ikutan dengan Perhatian
Khusus (KIPK). Mekanisme surveilans aktif KIPK dituangkan dalam
Petunjuk Teknis tersendiri, terpisah dari Petunjuk Teknis ini.
2.6 Cakupan Vaksinasi Covid-19 di Dunia, Indonesia, Provinsi dan Daerah

2.7 Pandangan Masyarakat Mengenai Vaksin Covid-19


2.8 Hoax Terkait Vaksin Covid-19
2.9 Kebijakan Vaksinasi Covid-19
1. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 Tentang Pengadaan Vaksin
dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penaggulangan Pandemi
COVID-19.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 ditetapkan jangka
waktu pengadaan Vaksin COVID-19 dilakukan untuk tahun 2020
sampai dengan tahun 2022 dan dapat diperpanjang bila diperlukan.
Ruang lingkup substansi Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020
meliputi:
a. Pengadaan Vaksin Covid 19
b. Pelaksanaan Vaksinasi Covid 19
c. Pendanaan Pengadaan Vaksin Covid 19 dan Pelaksanaan Vaksinasi
Covid 19
d. Dukungan dan Fasilitas Kementerian Lembaga, dan Pemerintah
Daerah.
2. Permenkes Nomor 28 Tahun 2020 dan Permenkes Nomor 84 Tahun
2020
Pasca terbitnya Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020, segera
disiapkan Peraturan Menteri Kesehatan sebagai aturan pelaksanaan atas

16
Peraturan Presiden tersebut khususnya yakni: Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pengadaan
Vaksin Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19 dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 84 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi
COVID-19.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2020 terkait
pengadaan Vaksin COVID-19 secara garis besar memuat aturan
meliputi: a) penyediaan Vaksin COVID-19 dan peralatan pendukung
dan logistik yang diperlukan; dan b) distribusi Vaksin COVID-19
sampai pada titik serah yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Untuk
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 84 Tahun 2020 terkait
Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 cakupan yang diatur meliputi: a)
perencanaan kebutuhan Vaksinasi COVID-19, b)sasaran pelaksanaan
Vaksinasi COVID-19, c) distribusi Vaksin COVID-19, peralatan
pendukung, dan logistik, d) pelaksanaan pelayanan Vaksinasi COVID-
19, e) kerja sama dalam pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 f)
pemantauan dan penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi
COVID-19, g) strategi komunikasi, h) pencatatan dan pelaporan, i)
pendanaan, dan j) pembinaan dan pengawasan.
3. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020
Di awal tahun 2021, Pemerintah melakukan perubahan
atas  Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 dengan pertimbangan
untuk mengakomodir kebutuhan dalam pengadaan Vaksin COVID-19
dan Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19, diantaranya untuk: penguatan
cakupan keadaan kahar (force majeure), pengambilalihan implikasi
hukum oleh Pemerintah dari Penyedia Vaksin COVID-19, perumusan
terkait Kejadian Ikutan Pasca Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19,
Penguatan ketentuan untuk pembayaran uang di muka atau uang muka

17
untuk pengadaan Vaksin COVID-19, serta untuk memuat ketentuan
mengenai sanksi administratif.
Berikut beberapa uraian terkait substansi yang diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2021, diantaranya terkait keadaan
kahar (force majeure) yang ditegaskan sebagai keadaan yang terjadi
diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya
dan dicantumkan dengan jelas dalam perjanjian/kontrak yang
menyebabkan kewajiban/prestasi yang telah disepakati tidak dapat
dipenuhi. keadaan kahar ini berimplikasi pada dua kondisi yakni: 1)
dilakukannya adendum/perubahan perjanjian/konterak dan 2)
dihentikannya pelaksanaan kontrak/perjanjian/kerjasama pengadaan
Vaksin COVID-19.
Selanjutnya pengambilalihan tanggungjawab hukum oleh
Pemerintah dari Penyedia Vaksin COVID-19 termasuk untuk
keamanan, mutu/kualitas, dan khasiat/imunogenisitas yang tertuang
dengan jelas dalam perjanjian/kontrak pengadaan Vaksin COVID-19.
Pengambilalihan ini dapat dilakukan dengan syarat produksi dan
distribusi Vaksin COVID-19 telah memenuhi prosedur pembuatan obat
yang baik dan pendistribusian obat yang baik. Pengambilalihan
tanggungjawab hukum dimaksud diberikan sampai dengan dicabutnya
status kedaruratan kesehatan masyarakat dan penetapan bencana non
alam penyebaran COVID-19. Disamping pengaturan
terkait Pengambilalihan tanggung jawab hukum juga diatur
mengenai Kejadian Ikutan Pasca Pelaksanaan Vaksinasi COVID-
19 yang diatur sebagai berikut:
a. Pendanaan atas Kejadian Ikutan Pasca Pelaksanaan Vaksinasi
COVID-19 dibebankan melalui mekanisme JKN (BPJS) khusus
bagi Peserta dengan status aktif dan dibebankan melalui
mekanisme APBN untuk peserta BPJS non Aktif dan bukan peserta
BPJS.

18
b. Pelayanan kesehatan dalam bentuk perawatan dan pengobatan
dampak dari Kejadian Ikutan Pasca Pelaksanaan Vaksinasi
COVID-19 diberikan setara dengan kelas III Program Jaminan
Kesehatan Nasional.
c. Penetapan status/keadaan untuk kejadian ikutan pasca vaksinasi
dimaksud didasarkan pada hasil kajian etiologi lapangan oleh
Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Pasca
Imunisasi serta kajian kausalitas oleh Komite Nasional Pengkajian
dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi.
d. Untuk Kejadian Ikutan Pasca Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19
yang berdampak pada kecacatan dan kematian, Pemerintah
memberikan kompensasi yang kriteria, bentuk, dan besarannya
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah mendapat persetujuan
dari Menteri Keuangan.
Terakhir juga dirumuskan terkait sanksi bagi setiap orang yang
telah ditetapkan menjadi Penerima Vaksin COVID-19 namun tidak
melakukan vaksinasi COVID-19 dikenakan sanksi administrasi berupa:
a) penundaan atau penghentian pemberian jaminan sosial atau bantuan
sosial, b) penundaan atau penghentian layanan administrasi
pemerintahan, dan/atau c) denda. Sedangkan untuk penerima vaksin
yang menolak divaksin dan menyebabkan terhalangnya pelaksanaan
penanggulangan penyebaran COVID-19 dikenakan sanksi berlapis
yakni sanksi administrasi dan sanksi sebagaimana diatur dalam undang-
undang tentang wabah dan penyakit menular.
Program Pengadaan Vaksin COVID-19 dan Pelaksanaan Vaksinasi
COVID-19 pada prinsipnya merupakan bagian dari upaya Pemerintah
untuk menanggulangi COVID-19 dengan tujuan untuk pembentukan
herd Immunity mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat
COVID-19. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan sinergitas dan peran
dari semua pihak terutama masyarakat.

19
Sosialisasi terkait Program Pengadaan Vaksin COVID-19 dan
Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 terus dilakukan agar masyarakat
mendapat pemahaman yang tepat dan mau mengambil peran
diantaranya melakukan Vaksinasi COVID-19 apabila ditetapkan
sebagai Penerima Vaksin COVID-19 dan menjalankan
anjuran/himbauan dari Pemerintah untuk menerapkan protokol
kesehatan serta pola hidup yang sehat demi kesehatan dan keamanan
bersama.
4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 02 Tahun 2021 Tentang
Produksi Vaksinasi Covid-19 Dari Sinovac Life Sciences Co. LTD.
China Dan PT. Bio Farma (Persero)
a. Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini, yang dimaksud bahwa vaksin Covid-19
adalah vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Sinovac Life
Sciences Co. Ltd. China dan PT. Bio Farma (Persero) dengan nama
produk yang didaftarkan sebanyak tiga nama, yaitu (1) CoronaVac,
(2) Vaksin Covid-19, (3) Vac2Bio.
b. Ketentuan Hukum
1) Vaksin Covid-19 produksi Sinovac Life Sciences Co. Ltd.
China dan PT. Bio Farma (Persero) hukumnya suci dan halal.
2) Vaksin Covid-19 produksi Sinovac Life Sciences Co. Ltd.
China dan PT. Bio Farma (Persero) sebagaimana angka 1
boleh digunakan untuk umat Islam sepanjang terjamin
keamanannya menurut ahli yang kredibel dan kompeten.
2.10 Upaya Pemenuhan Cakupan Vaksinasi Covid-19
2.10.1 Edukasi
Program vaksinasi covid-19 digalakkan secara
berkesinambungan di Indonesia. Vaksin covid19 yang digunakan
telah memperoleh sertifikat aman oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan serta dinyatakan halal oleh Majelis Ulama Indonesia
(Edy, 2021).

20
Pengabdian yang dilakukan kepada masyarakat adalah
memberikan edukasi pentingnya program vaksinasi covid-19.
Program vaksinasi covid-19 telah resmi dimulai oleh pemerintah
Indonesia pada tanggal 13-Januari-2021. Edukasi menekankan
bahwa vaksin covid-19 yang diterima masyarakat akan membantu
terbentuknya kekebalan dalam tubuh secara spesifik terhadap virus
corona. Vaksinasi dengan jumlah penerima yang banyak juga akan
membantu terbentuknya kekebalan komunitas dari seluruh warga
terhadap paparan virus corona. Program edukasi juga memberikan
gambaran bahwa vaksi yang digunakan di Indonesia aman dan
halal untuk digunakan (Edy, 2021).
Kegiatan edukasi berisikan informasi bahwa sedang
berlangsung program vaksinasi covid-19 yang digalakkan oleh
pemerintah Indonesia. Informasi yang disampaikan adalah tujuan
dari vaksinasi ini adalah agar terciptanya kekebalan atau imunitas
tubuh terhadap paparan virus corona. Tujuan berikut dari vaksinasi
adalah agar terciptanya kekebalan komunitas dari seluruh warga
terhadap virus corona. Harapan akhir dari program vaksinasi adalah
berakhirnya pandemi global yang disebabkan oleh virus corona
(Edy, 2021).
Informasi yang diberikan kepada masyarakat terkait vaksin
yang digunakan adalah bahwa vaksin covid-19 telah aman
digunakan oleh masyarakat. Proses pengujian keamanan dan
kefektifan vaksin covid-19 telah selesai dilakukan di Indonesia
denga hasil yang baik. Keamanan vaksin ditegaskan dengan
dikeluarkannya Emergency Use Authorization (EUA) oleh Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI)
(Edy, 2021).
Informasi mengenai kehalalan vaksin covid-19 yang digunakan
di Indonesia juga disampaikan kepada warga masyarakat. Fatwa
MUI No. 2 Tahun 2021 telah menyatakan bahwa vaksin sinovac

21
baik dari China langsung maupun yang diolah oleh PT. Biofarma
dinyatakan halal dan aman untuk digunakan. Vaksin covid-19 yang
masuk ke Indonesia setelah sinovac seperti moderna dan astra
zeneca juga dinyatakan aman dan halal untuk digunakan (Edy,
2021).
Pengetahuan masyarakat Indonesia secara umum akan vaksin
corona-19 dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan dan jenis
pekerjaan. Masyarakat Indonesia dengan usia diatas 30 tahun
memiliki pengetahuan yang lebih baik akan vaksin covid-19
dibandingkan masyarakat (Edy, 2021).
Edukasi dan informasi yang diberikan kepada masyarakat juga
bertujuan untuk mengurangi hoax atau informasi yang salah
tentang vaksin covid-19. Berita yang tidak benar akan vaksin
covid-19 menyebar dengan cepat kepada seluruh lapisan
masyarakat. Penyebaran hoax menyebar melalui media sosial
maupun pembicaraan antar masyarakat. Berita tidak benar ini akan
sangat mengganggu program vaksinasi covid-19 karena masyarakat
menjadi takut menerima vaksin (Edy, 2021).
Pembagian masker disertai edukasi cara pengunaan masker
yang baik dan benar. Edukasi serta pembagian masker ini penting
masyarakat agar tetap mengenakan masker untuk mencegah
penyebaran virus corona. Penggunaan masker yang baik dan benar
merupakan salah satu protokol kesehatan yang harus dijalakan agar
penyebaran virus corona dapat dihentikan. Masker akan melindungi
pengguna masker maupun orang lain dari paparan virus corona
yang terbawa dari droplet air liur atau cairan dari rongga mulut
dengan usia yang lebih muda. Tingkat pendidikan masyarakat yang
semakin tinggi juga meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat akan informasi vaksin covid-19 (Edy, 2021).

22
2.10.2 Advokasi
Herd Immunity atau kekebalan kelompok akan terbentuk jika
sebagian besar masyarakat divaksinasi. Cakupan vaksinasi yang
tinggi membutuhkan partisipasi dan kerjasama berbagai pihak
untuk mengatasi keengganan dan keraguan (hesitancy) masyarakat
terhadap vaksinasi, meningkatkan penerimaan (acceptance) dengan
memastikan ketersediaan akses pada informasi yang akurat tentang
vaksinasi COVID-19 Paket advokasi ini dapat membantu
pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan untuk:
Memperoleh pemahaman yang lengkap tentang vaksinasi COVID-
19. Mobilisasi sumber daya untuk mendukung pelaksanaan
vaksinasi COVID-19. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak
seperti lembaga swadaya masyarakat, akademisi, media, tokoh
agama, tokoh masyarakat dan swasta (KEMENKES RI, 2021).
Menurut KEMENKES RI (2021) dalam Buku Advokasi
Covid-19, advokasi vaksinasi covid-19 dapat dilakukan oleh
berbagai pihak diantaranya sebagai berikut:
1. Pemerintah
Pemerintah daerah, baik provinsi maupun kota/kabupaten
diharapkan dapat membentuk dan memimpin kelompok kerja
vaksinasi COVID-19 untuk memastikan berbagai persiapan,
pelaksanaan dan evaluasi vaksinasi COVID-19 berjalan
dengan baik sehingga cakupan yang dibutuhkan untuk
terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity) dapat
tercapai. Kelompok kerja setidaknya meliputi bidang
perencanaan/anggaran, logistik dan distribusi vaksin,
komunikasi dan mobilisasi sosial, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi.
Kerjasama dan koordinasi diantara Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan berbagai elemen di masyarakat seperti
akademisi, media, lembaga swadaya masyarakat, tokoh

23
agama/masyarakat dan pihak swasta mutlak dibutuhkan untuk
keberhasilan vaksinasi COVID-19. Koordinasi diharapkan
dapat dilakukan secara rutin sebelum, saat dan setelah
vaksinasi COVID-19 dilakukan. Salah satu tantangan terbesar
dalam keberhasilan vaksinasi COVID-19 adalah penerimaan
dan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, upaya edukasi
pada masyarakat harus terus ditingkatkan melalui berbagai
saluran informasi. Komunikasi interpersonal tenaga kesehatan
pada masyarakat juga harus terus ditingkatkan. Hal ini sesuai
dengan temuan dan rekomendasi Survei Penerimaan
Masyarakat terhadap Vaksinasi COVID-19 yang dilakukan
oleh Kementerian Kesehatan bersama ITAGI , WHO dan
UNICEF.
2. Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi Keagamaan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi
keagamaan dapat menggunakan sumberdaya yang dimiliki
untuk meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap
vaksinasi COVID-19. Beberapa kegiatan yang dilakukan
meliputi edukasi masyarakat tentang pentingnya imunisasi
dasar/rutin dan vaksinasi COVID-19 secara langsung di
masyarakat bersama dengan relawan dan jaringan komunikasi
yang dimiliki. Bekerjasama dengan para tokoh agama dan
tokoh masyarakat untuk meningkatkan penerimaan
masyarakat, ikut serta dalam kelompok kerja dan rapat
koordinasi dengan pemerintah daerah dan pemangku
kepentingan lainnya secara rutin.
3. Organisasi Profesi
Organisasi profesi dapat mendukung pelaksanaan
vaksinasi COVID-19 diantaranya dengan mengeluarkan surat
edaran kepada seluruh anggota untuk mendukung dan
berpartisipasi dalam vaksinasi COVID-19, ikut serta dalam

24
rapat koordinasi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
dan Kepala Daerah, ikut serta dalam kegiatan pelatihan dan
sosialisasi yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan dan
Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi
Nasional (KPCPEN), melakukan edukasi pada masyarakat
tentang pentingnya menjalankan protokol kesehatan (3M),
imunisasi dasar/rutin dan vaksinasi COVID-19, serta tes,
telusur dan tindak lanjut (3T) dalam penanganan COVID-19.
4. Pemimpin Agama dan Tokoh Masyarakat
Menggunakan pengaruhnya di masyarakat untuk
memberikan pemahaman yang benar tentang protokol
kesehatan (3M), imunisasi dasar/rutin dan vaksinasi COVID-
19 serta 3T (Tes, Telusur dan Tindak lanjut), membantu
menangkal misinformasi dan hoax tentang COVID-19 dan
vaksinasi COVID-19. Ikut serta dalam koordisasi yang
dilakukan oleh KPCPEN, Kementerian Kesehatan dan
Pemerintah Daerah.
5. Media dan Jurnalistik
Media dan rekan-rekan jurnalis memiliki peran yang
sangat besar dalam membangun opini masyarakat tentang
vaksinasi COVID-19. Sangat penting untuk memastikan
bahwa pemberitaan yang dibuat telah mengikuti kaidah-kaidah
jurnalistik yang ada, menggunakan sumber-sumber informasi
yang kredibel serta data yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Hoax dan misinformasi telah menjadi
ancaman yang serius dalam upaya penanganan COVID-19.
Media memiliki peran yang besar untuk dapat mengatasi
masalah ini dengan memberikan informasi yang akurat tentang
COVID-19 secara umum dan imunisasi dasar/rutin serta
vaksinasi COVID-19 secara khusus
6. Akademisi atau Lembaga Pendidikan

25
Lembaga pendidikan dan akademisi dapat berkontribusi
dengan melakukan berbagai penelitian terkait penanganan
COVID-19. Khusus untuk vaksinasi COVID-19, lembaga
pendidikan telah melakukan berbagai upaya seperti penelitian
vaksin COVID-19 yang dilakukan oleh Universitas
Padjadjaran dan Eijkman Institute.
Lembaga pendidikan dan akademisi juga dapat melakukan
berbagai kajian sosial tentang pengetahuan, sikap dan praktik
protokol kesehatan di masyarakat, persepsi dan penerimaan
masyarakat terhadap vaksinasi COVID-19 dan lain sebagainya.
Hal ini tentunya dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan
banyak pihak dalam penyusunan kebijakan dan strategi
penanganan COVID-19 yang berbasis bukti-bukti ilmiah.
Lembaga pendidikan juga memiliki kredibilitas yang cukup
tinggi di masyarakat sehingga dapat membantu upaya
penyediaan akses informasi penanganan COVID-19 yang baik
dan dapat dipertanggungjawabkan.
7. Komunitas Bisnis dan Swasta
Pihak swasta dapat berperan dalam upaya penanganan
COVID-19 dengan mengerahkan sumberdaya yang dimiliki
untuk dapat memberikan informasi yang benar kepada para
karyawan dan jaringan bisnis yang dimiliki. Menjalankan
protokol kesehatan dalam kegiatan usaha yang dilakukan dan
ikut membantu mempromosikan sumber-sumber informasi
resmi penanganan COVID-19 seperti situs covid19.go.id.
8. Masyarakat Umum yang Terdampak
Peran serta masyarakat umum adalah kunci keberhasilan
penanganan COVID-19. Dengan menjalankan protokol
kesehatan, yaitu memakai masker dengan benar dan konsisten,
mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand
sanitizer, menjaga jarak minimal 1 meter dan menghindari

26
kerumunan, vaksinasi COVID-19 dan menjalankan tes, isolasi
mandiri dan pengobatan sesuai dengan pedoman yang
dikeluarkan pemerintah, maka kita dapat segera keluar dari
krisis dan kembali hidup sehat dan produktif. Membantu
kerabat, saudara dan tetangga yang terdampak adalah wujud
dari semangat gotong royong yang merupakan kekuatan kita
sebagai bangsa. Menyebarkan informasi yang benar dan
menahan diri untuk tidak menyebarkan berita yang tidak
diketahui kebenarannya juga merupakan kontribusi besar
dalam upaya penanganan COVID-19.
2.10.3 Upaya Tenaga Kesehatan
Menurut Dahlan (2021) upaya yang dilakukan petugas
kesehatan dalam menumbuhkan semangat vaksin pada masyarakat
yaitu sebagai berikut:
1. Edukasi Masyarakat
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah
dilakukan, edukasi masyarakat adalah hal pertama yang
dilakukan oleh petugas kesehatan. Edukasi masyarakat ini
melingkupi semua lapisan masyarakat dan dilakukan secara
terus menerus. Isi dari edukasi ini meliputi pemahaman tentang
makna dari vaksin, sejarah vaksin, tahapan kegiatan vaksin dan
manfaat vaksin. Penekanan pada materi vaksin lebih banyak
pada manfaat vaksin hal ini bertujuan agar masyarakat
memiliki kesadaran dari dalam dirinya untuk melakukan
vaksin tanpa adanya paksaan dari luar.
Edukasi tentang vaksin ini melalui beberapa media seperti
media informatika, pamflet,dan sosialisasi. Media informatika
dipilih karena banyak lapisan masyarakat yang saat ini
menggunakan media sosial. Media sosial yang sering dipilih
adalah facebook dan whats up. Beberapa petugas menuliskan
edukasi tentang vaksin yang kemudian di sebarkan melalui

27
broad cast group whats up. Pamflet menjadi pilihan petugas
karena beberapa masyarakat yang lewat bisa dengan mudah
membacanya. Sedangkan sosialisasi yang dilakukan oleh
petugas adalah memberikan edukasi melalui beberapa kegiatan
masyarakat yang rutin seperti posyandu dan kerjabakti rutin.
2. Permudah Akses Vaksin
Pelonjakan angka masyarakat yang terpapar covid,
membuat warga masyarakat menjadi khawatir. Masyarakat
memilih jalan untuk melakukan vaksin sebagai benteng diri
mereka supaya terhindar dari paparan covid-19. Peningkatan
angka kematian yang disebabkan oleh covid-9 juga menjadi
salah satu pilihan masyarakat untuk melakukan vaksin.
Rasa khawatir dan keserahan masyarakat disini berimbas
kepada hal yang positif. Pemerintah memanfaatkan dengan
baik terhadap kekhawatiran masyarakat dengan mempermudah
akses vaksin. Pemerintah memberikan kelonggaran dan
lemudahan bagi masyarajat yang ingin melakukan vaksin.
Kepala dinas kesehatan kota tulungagung menhatakan bahwa
telah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk
mempermudah masyarakat agar bisa melaksanakan vaksin,
selain itu tidak ada syarat khusus untuk bisa mengikuti vaksin.
Kerjasama yang dilakuka dengan bhayangkara
menunjukkan bahwa terdapat upaya nyata yang dilakukan
untuk pemberian vaksin. Upaya nyata itu berupa oengadaan
pemberian vaksin secara gratis dengan kendaraan berupa mobil
yang keliling di berbagai desa. Hal ini bertujuan untuk dapat
menjangkau semua lapisan masyarakat agar bisa menerima
vaksin.
3. Ancaman
Ancaman menjadi salah satu pilihan pemerintah yang
dirasa masih efektif. Ancaman ini berupa pemberian vaksin

28
bulan berikutnya dikenakan biaya. Sehingga hal ini menjadi
motivasi masyarakat untuk segera melakukan vaksin karena
belum berbayar. Vaksin gratis memiliki daya tarik tinggi bagi
masyarakat. Selain itu masyarakat juga mendapatkan desakan
untuk melakukan vaksin karena segala layanan pemerintah
bukti telah melakukan vaksin menjadi syarat utama. Hal ini
diungkapkan oleh petugas puskesmas (asti) yang menyatakan
bahwa syarat untuk bisa mengurus segala sesuatu adalah tanda
telah vaksin bisa berupa kartu atau sertifikat

29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan di atas, antara lain:
1. Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek dibanding
tinggi badan orang lain pada umunya (yang seusia). Stunted (short
stature) atau tinggi/panjang badan terhadap umur yang rendah
digunakan sebagai indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan
riwayat kurang gizi balita dalam jangka waktu lama.
2. Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal
dari Asia (55%) sedangkan balita stunting di dunia berasal dari Asia
(55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari
83,6 juta lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta
balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia rasal dari
Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah
Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%)
(Kemenkes, 2018).
3. Stunting dapat disebabkan oleh tiga hal yaitu praktek pengasuhan yang
kurang baik, masih terbatasnya layanan kesehatan, masih kurangnya
akses keluarga pada makanan bergizi dan kurangnya akses sanitasi dan
gizi. Sedangkan dampak stunting terdiri dari dampak jangka panjang
dan jangka pendek.
4. Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) adalah
proyek untuk mengurangi dan mencegah bayi lahir dengan berat badan
rendah dan anak stunting, kekurangan gizi pada anak-anak di lokasi
proyek; dan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui
penghematan biaya kesehatan, peningkatan produktivitas dan
meningkatkan kualitas hidup
5. Program PKGBM melatih Tim Pemicuan puskesmas dan Tim pemicu
desa yang akan dipicu. Tim Pemicuan STBM Puskesmas yang akan
dilatih terdiri empat orang terdiri dari staf kantor kecamatan (1 orang),

30
dan puskesmas 3 orang (sanitarian, Tenaga Pengelola Gizi, dan tenaga
Promosi Kesehatan).
6. Siklus PKGBM untuk menurunkan stunting terdiri dari identifikasi
yang merupakan kegiatan menyalurkan hibah untuk masyarakat dengan
kriteria tertentu, formulasi dan analisis pemicuan, penilaian dengan
tujuan meninjau hal yang perlu diperbaiki, implementasi berupa
tahapan pelaksanaan proyek dan evaluasi untuk mengidentifikasi
pembelajaran selama pelaksanaan.
3.2 Saran
Adapun saran dalam makalah ini diharapkan dengan adanya makalah
dapat memberikan masukan dan tambahan ilmu mengenai proyek kesehatan
dan gizi dalam menurunkan stunting.

31
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, L., Irwan, I. and Hiola, F. (2020) ‘Analisis Gejala Klinis Dan
Peningkatan Kekebalan Tubuh Untuk Mencegah Penyakit Covid-19’, Jambura
Journal of Health Sciences and Research, 2(2), pp. 71–76. doi:
10.35971/jjhsr.v2i2.6134.
Astuti, N. P. et al. (2021) ‘Persepsi Masyarakat terhadap Penerimaan Vaksinasi
Covid-19: Literature Review’, Jurnal Keperawatan, 13(3), pp. 569–580. doi:
10.32583/keperawatan.v13i3.1363.
KEMENKES RI (2021) ‘Paket Advokasi Vaksinasi COVID-19’, in Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, pp. 22–50. Available at: www.covid19.go.id.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (no date) Keputusan Menteri
Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/4638/2021 Tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19.
Available at: https://www.dinkes.pulangpisaukab.go.id/2021/05/21/keputusan-
menteri-kesehatan-no-hk-01-07-menkes-4638-2021-tentang-juknis-pelaksanaan-
vaksinasi-dalam-rangka-penanggulangan-pandemi-covid-19/%0Akemenkes
magang 1.
Makmun, A. and Hazhiyah, S. F. (2020) ‘Tinjauan Terkait Pengembangan Vaksin
Covid-19’, Molucca Medica, 13(2), pp. 52–59.
Novita, A. and Ramadhani, N. R. (2021) ‘Webinar Vaksinasi Covid-19 Untuk
Meningkatkan Kesadaran Masyarakat’, Shihatuna : Jurnal Pengabdian
Kesehatan Masyarakat, 1(1), p. 29. doi: 10.30829/shihatuna.v1i1.9274.
Sumadi, S. (2020) ‘Menakar Dampak Fenomena Pandemi Covid-19 Terhadap
Perbankan Syariah’, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 3(1), p. 145. doi:
10.30595/jhes.v0i1.8761.
Dahlan, Dwi Nuriani. (2021). Upaya Petugas Kesehatan Dalam Menumbuhkan
Semangat Vaksin Pada Masyarakat (Fenomena Ledakan Minat Vaksin Covid 19)
Kota Tulungagung Jawa Timur. SIJPE. Vol. xx (x), 2021.
Edy, Hosea Jaya & Sount, Elly Juliana. (2021). Edukasi Pentingnya Vaksinasi
Covid-19 Melalui Program Kemitraan Masyarakat Pada Kolom 13 GMIM
Siloam. The Studies of Social Science. Vol. 03, Issue02, 2021 pp. 30-35

32
33

Anda mungkin juga menyukai