“ PEMBIAYAAN KESEHATAN”
KELOMPOK 3:
Alhalieza (P10119111)
Hartikah (P10119107)
Salma (P10119110)
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sinopsis proposal penelitian
ini dengan judul ‘‘Analisis strategi pembiayaan dan asuransi risiko bencana d kota
Palu” sebagai salah satu syarat dalam penentuan dosen pembimbing dan syarat
untuk pembuatan proposal penelitian, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Universitas Tadulako.
Penyusunan sinopsis ini tidak lepas dari berbagai kesulitan dan
hambatan yang dilalui penulis, namun dengan doa, kerja keras, motivasi,
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga kendala yang dihadapi
penulis bisa teratasi dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada bapak yang telah
memeberikan tugas ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan kami
mengenai pembiayaan kesehatan.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................6
1.3.1 Tujuan umum........................................................................................6
1.3.2 Tujuan khusus........................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................8
PEMBAHASAN.....................................................................................................8
2.1 Definisi Pembiayaan Kesehatan.................................................................................8
2.2 Tujuan Subsistem Pembiayaan Kesehatan...............................................................10
2.3 Unsur Pembiayaan...................................................................................................11
2.4 Prinsip Pembiayaan Kesehatan.................................................................................12
2.5 Perkembangan subsistem pembiayaan....................................................................14
2.7 Pengalokasian Dana..................................................................................................19
2.8 Aspek Pembiyaan Kesehatan.............................................................20
BAB III..................................................................................................................24
PENUTUP.............................................................................................................24
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................24
3.2 Saran........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan
ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu
investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam
pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM). kesehatan adalah salah
satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-
undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Tanpa adanya kesehatan yang baik memungkinkan sulitnya untuk hidup
produktif. Saat ini, pelayanan kesehatan belum dinikmati secara merata oleh
penduduk Indonesia. Ini terjadi karena terdapat beberapa perbedaan seperti
jarak geografis, latar belakang pendidikan, keyakinan, status sosial
ekonomi, dan kurang cakupan jaminan kesehatan (Ardian, 2019).
4
Kekeliruan utama dalam analisis pembiyaaan kesehatan selama ini
adalah mengabaikan telahaan seksama dan mendalam tentang "apa yang
akan dibiayai" Statement bahwa Indonesia tergolong rendah dalam belanja
kesehatan didasarkan pada "benchmarking" dengan negara lain yang
memiliki tingkat ekonomi setara. Saran untuk meningkatkan belanja
kesehatan sebetulnya berlaku untuk semua negara di dunia, karena dimana-
mana kebutuhan belanja kesehatan terus meningkat sejalan dengan
pertambahan penduduk dan transisi pola penyakit. Tapi tidak kalah
pentingnya adalah menjawab pertanyaan untuk apa tambahan belanja
tersebut dipergunakan.
5
pertanyaan mendasar dalam setiap penyusunan anggaran, baik dalam skala
program pemerintah, bisnis, rumah tangga maupun perorangan. Dalam
bagian kedua, untuk merumuskan rekomendasi kebijakan pembiayaan
kedepan harus dipahami kebijakan pembiayaan yang sudah ada selama ini.
Seperti akan disampaikan, Indonesia tidaklah "kosong" dalam kebijakan
pembiayaan kesehatan. Di bagian ketiga disampaikan gambaran serta
masalah-masalah yang dihadapi dalam pembiayaan kesehatan. Akhirnya
dalam bagian keempat disampaikan beberapa rekomendasi yang dianggap
relevan dan strategis untuk menghadapi tantangan pembangunan kesehatan
di masa yang akan datang, khususnya tantangan pembiayaan
(Sardjoko,2019).
6
4) Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembiayaan kesehatan
5) Untuk mengetahui bagaimana penggalian dana pembiayaan
kesehatan.
6) Untuk mengetahui bagaimana pengalokasian dana pembiayaan
kesehatan
7) Untuk mengetahui aspek dalam pembiayaan kesehatan.
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pembiayaan Kesehatan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Biaya diartikan
sebagai uang yang dikeluarkan untuk mengadakan (mendirikan, melakukan,
dan sebagainya) sesuatu; ongkos; belanja; pengeluaran. Pembiayaan
diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya. Sehingga
dapat dijabarkan bahwa sistem pemblayaan merupakan sistem yang
mengatur tentang segala sesuatu yang yang berhubungan dengan biaya pada
pelayanan kesehatan. Pembiayaan kesehatan merupakan suatu cara yang
memungkinkan seseorang memenuhi kebutuhan medisnya. Pada dasarnya
setiap orang bertanggungjawab untuk mendanal sendiri pelayanan
kesehatannya untuk bisa hidup sehat dan produktif. Namun karena sifat
pelayanan kesehatan yang tidak pasti waktu dan besarannya, maka
kebanyakan orang tidak mampu mengeluarkan dana untuk menuhi
kebutuhan medisnya. Bila seseorang menderita sakit ringan seperti flu atau
sakit kepala ringan, umumnya orang mampu membeli obat sendiri ke
warung, toko obat, apotik, atau ke puskesmas yang tidak memerlukan biaya
tinggi. Namun bila menderita sakit yang berat seperti kanker atau perlu
tindakan operasi, tidak semua orang mampu untuk mendanai sendiri
pengobatannya. Kejadian sakit tidak pernah pasti kapan datangnya dan tidak
pasti besaran biaya yang dibutuhkannya, sehingga kebanyakan orang tidak
memiliki tabungan khusus untuk pengobatan sakitnya. Umumnya, orang
yang memerlukan biaya pengobatan yang besar akan meminjam dari
keluarga, teman, atau majikannya walaupun mungkin belum tentu ada.
Karena kegagalan pembiayaan pendanaan kesehatan perorangan tersebut,
maka umumnya di beberapa Negara di dunia memberlakukan secara
nasional model asuransi kesehatan social yang didanai oleh pemerintah
melalui pajak. Hal ini dimaksudkan agar setiap warganegara dapat terpenuhi
biaya pengobatannya ketika terjadi sakit dan masyarakatnya dapat terus
hidup produktif (Indawati, 2018).
8
Biaya kesehatan adalah masukan finansial yang diperlukan dalam
rangka memproduksi pelayanan kesehatan baik itu promotif-preventif
maupun kuratif-rehabilitatif. Semua kegiatan tersebut merupakan suatu
kesinambungan yang perlu dilaksanakan guna mencapai tujuan kesehatan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Masukan finansial, berupa
dana dari pemerintah maupun dari masyarakat kemudian dihitung per unit
pelayanan. Jumlah uang yang dibelanjakan untuk memproduksi satu unit
atau kelompok unit pelayanan merupakan biaya produksi pelayanan
kesehatan. Fasilitas kesehatan kemudian menagih atau memintapasien
membayar (baik langsung dari kantong pasien sendiri maupun dari pihak
penjaminnya) sejumlah uang yang biasanya lebih besar dari biaya produksi.
Tagihan ini disebut harga. pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan. Harga
pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan merupakan biaya bagi pembayar.
Sebagai contoh, tagihan RS sebesar Rp 5.000.000 kepada seorang pasien
peserta asuransi merupakan harga atau tarif (bukan biaya) bagi RS. Akan
tetapi, tagihan tersebut menjadi biaya bagi asuransi karena besarnya uang
yang harus dibayarkan merupakan beban biaya yang harus dikeluarkan
dalam rangka produksi system asuransi yang dikelolanya. Dalam bab ini,
fokus pembahasan adalah biaya kesehatan yang diperlukan dalam
memproduksi satu unit pelayanan kesehatan. Berbagai faktor seperti biaya
hidup pegawai fasilitas kesehatan, tuntutan dokter, harga obat-obatan, harga
dan kelengkapan peralatan medis, biaya listrik, biaya kebersihan, biaya
perizinan dan sebagainya menentukan biaya pelayanan kesehatan di fasilitas
kesehatan (Indawati, 2018).
9
pendanaan sepenuhnya dari pemerintah mengalami dilema harus menutupi
biaya-biaya yang dikeluarkan seperti jasa dokter, bahan medis habis pakai,
sewa alat medis, biaya listrik, biaya pemeliharaan gedung, dan biaya-biaya
modal atau investasi lainnya. Dalam pelayanan rumah sakit, sering terdapat
bad debt, yaitu biaya rumah sakit yang tidak bisa ditagih kepada pasien atau
penjaminnya. Agar rumah sakit bisa terus menyediakan pelayanan
kesehatannya, maka besarnya bad debt harus dikompensasi dengan
penerimaan lain, yang seringkali dibebankan, baik secara eksplisit maupun
diperhitungkan dalam rencana perhitungan tarif, kepada pasien lain yang
mampu membayar atau yang dibayar oleh penjamin atau oleh perusahaan
asuransi (Indawati, 2018).
10
2.3 Unsur Pembiayaan
Menurut Thary, 2020 Ada beberapa unsur yang terdapat dalam
sistem pembiayaan kesehatan antara lain :
a. Dana Prinsip dari ketersediaan dana adalah selain dana tersebut tersedia,
dana itu harus mencukupi dan dapat dipertangungjawabkan. Dana dalam
sistem pembiayaan kesehatan dapat diperoleh dari sumber pendapatan
daerah baik dari sektor Universitas Sumatera Utara kesehatan ataupun
dari sektor lain yang terkait, baik dari swasta maupun masyarakat untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Menurut ady, 2019 Subsistem pembiayaan kesehatan terdiri atas tiga unsur
utama, yakni:
11
3. Pembelanjaan merupakan pemakaian dana yang telah dialokasikan sesuai
dengan peruntukan secara berdaya guna dan berhasil guna.
12
8. Pembelanjaan harus transparan, akuntabel, efisien dan mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut ady, 2019 Ada 3 tiga prinsip dalam sistem pembiayaan kesehatan
yaitu :
c. Adil dan transparan Dana kesehatan yang terhimpun baik dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat dimanfaatkan secara adil
dalam rangka menjamin Universitas Sumatera Utara terpeliharanya dan
13
terlindunginya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Dana kesehatan tersebut digunakan secara bertanggung
jawabberdasarkan prinsip tata pemerintahan yang baik good governance,
transparan, dan mengacu pada peraturan perundang Utara terpeliharanya
dan terlindunginya dasar kesehatan. Dana kesehatan tersebut digunakan
secara bertanggung jawab.
14
sistem kesehatan dibentuk oleh kondisi dari keterlibatan pihak swasta,
prioritas pada kinerja sistem, dan keterlibatan masyarakat dalam elaborasi
untuk mewujudkan kesehatan. Pada tahun 2007, WHO mengembangkan
kerangka kerja untuk aksi yang dikenal dengan “six building blocks”.
Konsep ini mendeskripsikan enam blok dari sebuah sistem kesehatan yang
mencakup pemberian pelayanan, sumber daya kesehatan, informasi, medical
products, vaksin dan teknologi, pembiayaan, serta kepemimpinan dan tata
kelola. Untuk menguatkan sistem kesehatan maka perlu memprioritaskan
pada masing masing enam komponen tersebut (UNICEF, 2017).
World Health Organization mengembangkan kerangka kerja yang
dikenal dengan six building blocks yang mencakup:
1. Service delivery, berikaitan dengan paket layanan, model layanan,
infrastruktur, manajemen, keselamatan dan kualitas, serta kebutuhan
akan pelayanan.
2. Health workforce, berkaitan dengan kebijakan tenaga kerja nasional,
advokasi, norma, standar, dan data.
3. Information, berkaitan dengan fasilitas dan infomasi yang berbasis
masyarakat, surveillans, dan peralatan.
4. Produk medis, vaksin, dan teknologi mencakup standarm kebijakan,
akses yang merata, dan kualitas.
5. Financing berkaitan dengan kebijakan pembiayaan kesehatan nasional,
pengeluaran, dan tariff.
6. Leadership dan governance mencakup kebijakan sektor kesehatan dan
regulasi.
Pembiayaan kesehatan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Persentase pengeluaran nasional kesehatan di Indonesia terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2005 adalah Rp 57,106.45 triliun
(2,06%) dan meningkat secara progresif menjadi Rp 132,472.09 triliun
(2,36%) pada tahun 2009. Persentase pengeluaran nasional bersumber
publik terhadap PDB pada tahun 2005 adalah 0,89% berbanding 1,17%
pengeluaran kesehatan swasta (private) dan menjadi 1,10% berbanding
15
1,26% pada tahun 2009. Sementara itu proporsi pengeluaran nasional
kesehatan pada tahun 2005 sebesar 43% bersumber publik berbanding 57%
bersumber swasta (private) bergeser menjadi 47% bersumber publik
berbanding 53% bersumber swasta (private) yang menunjukkan terjadinya
peningkatan pembiayaan kesehatan pada pembiayaan kesehatan bersumber
publik. Sementara itu telah terjadi peningkatan pengeluaran nasional
kesehatan per kapita lebih dari dua kali lipat yakni Rp 260.509,91,-
(ekivalen USD 26.84) pada tahun 2005 menjadi Rp 576.053,95,- (ekivalen
USD 55.44) pada tahun 2009. Pada pengeluaran kesehatan Pemerintah
terjadi pergeseran pengelolaan dana Pemerintah yakni peningkatan yang
signifikan pada Pemerintah Daerah sejalan dengan desentralisasi yakni, dari
Rp 9,4 triliun pada tahun 2005 menjadi 24,8 triliun pada tahun 2009
(KEPMENKES RI NO : 374/MENKES/SK/V/2009 Tentang Sistem
Kesehatan Nasional).
Menurut Sekretaris Jenderal Kementrian Kesehatan, anggaran
fungsi kesehatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Tahun 2016 mengalami kenaikan menjadi 5,05% atau sebesar Rp 109 triliun
bila dibandingkan Tahun 2015 sebesar Rp 75 triliun (3,45 % dari APBN).
Sedangkan berdasarkan data kesehatan dunia Tahun 2014 (World Health
Report 2014) dalam pendanaan kesehatan negara-negara di Asia Tenggara,
Singapura adalah negara di Asia Tenggara yang mengalokasikan biaya
kesehatan tertinggi 14% PDB, disusul Thailand (13%) dan Vietnam (13%).
Pada tahun 2015 di seluruh dunia, biaya perawatan kesehatan meningkat
tiga kali lipat dari tahun 2002 yaitu lebih dari $ 9 triliun dihabiskan untuk
perawatan kesehatan pada tahun 2015, dan belanja tahunan bisa meningkat
menjadi $ 16 triliun pada tahun 2030. Negara-negara berpenghasilan tinggi
lebih banyak membelanjakan uang kesehatan untuk pembiayaan pelayanan
kesehatan dari pada negara berpenghasilan rendah (Aspawati Nurrahmi,
2021).
Untuk meningkatkan derajat kesehatan suatu masyarakat menurut
World Health Organization (WHO) diperlukan anggaran minimal 5% – 6%
16
dari total APBN suatu negara, sedangkan untuk mencapai derajat kesehatan
yang ideal diperlukan anggaran 15% - 20% dari APBN. Anggaran yang
cukup besar tersebut memang diperlukan karena biaya kesehatan yang
cukup tinggi sedangkan kesehatan tetap harus menjadi prioritas karena
merupakan investasi guna meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas
warganya (Jacobsen KH, 2019).
Subsistem pembiayaan kesehatan adalah pengelolaan berbagai
upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan dana kesehatan untuk
mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan dari
penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan adalah tersedianya dana
kesehatan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, merata, dan
termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, tersalurkan sesuai
peruntukkannya untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
(Aspawati Nurrahmi, 2021).
Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan
melalui jaminan pemeliharaan kesehatan dengan mekanisme asuransi sosial
yang pada waktunya diharapkan akan mencapai universal health coverage
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Jaminan kesehatan juga meningkat dari tahun ke tahun. Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu menjadi lokomotif pengembangan jaminan di berbagai daerah.
Proporsi penduduk yang telah mempunyai jaminan kesehatan dibandingkan
dengan yang tidak mempunyai jaminan kesehatan pada tahun 2010 adalah
59,07% berbanding 40,93%. Cakupan kepesertaan jaminan kesehatan secara
nasional dengan berbagai cara penjaminan dari penduduk yang telah
mempunyai jaminan kesehatan pada tahun 2010 tersebut adalah: 54,8%
Jamkesmas, 22,6% Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di berbagai
17
daerah, 12,4% Asuransi Kesehatan (Askes) dan Tentara Nasional Indonesia
(TNI)/Polisi Republik Indonesia (Polri), 3,5% Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek), 4,6% berbagai cara penjaminan kesehatan oleh perusahaan
serta 2,0% asuransi swasta/komersial. Kontribusi terbesar kepesertaan
jaminan kesehatan adalah dari Jamkesmas yakni 76,4 juta peserta.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, maka sejak 1 Januari 2014 mulai
diberlakukan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan (PERPRES
RI No. 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional).
Bangsa Indonesia telah memiliki sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, yang telah diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dan untuk
mewujudkan tujuannya tersebut maka dibentuklah Badan Penyelenggara
yang berbadan hukum. Dalam hal inilah yang mendasari pembentukan
Badan Hukum sebagai Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS terbagi menjadi
2 (dua) yaitu BPJS Kesehatan yang bertugas menyelenggarakan program
jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaaan yang bertugas
menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,
jaminan pensiun dan jaminan kematian (Koni et al., 2020).
2.6 Penggalian Dana
Penggalian dana adalah kegiatan menghimpuna dana yang
diperlukan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan dan atau pemeliharaan
kesehatan. Menurut Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. 2019
Terdapat dua jenis penggalian dana, yaitu:
a. Penggalian dana untuk UKM
Sumber dana untuk UKM (Unit Kesehatan masyarakat) terutama
berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah, melalui pajak umum,
pajak khusus, bantuan dan pinjaman, serta berbagai sumber lainnya.
Sumber dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah swasta
sertamasyarakat. Sumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan
prinsip publik-private partnership yang didukung dengan pemberian
18
sentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dana yang disumbangkan.
Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh
masyarakatsendiri guna membiayai upaya kesehatan masyarakat
misalnya dalam bentuk dana sehat, atau dilakukan secara pasif, yakni
menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana
yang sudah terkumpul dimasyarakam, misalnya dana sosial keagamaan.
b. Penggalian dana untuk UKP
Sumber dana untuk UKP (Unit Kesehatan Perorangan) berasal dari
masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat
rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah
melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
19
pusat; dan 3) kekurangan tenaga kesehatan masyarakat di Puskemas
untuk memanfaatan dana BOK tersebut (Gani, 2018).
b. Pembiayaan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
Dua sumber utama pembiayaan UKP adalah: (i) belanja rumah
tangga atau “out of pocket payment” (OOP); dan (ii) asuransi kesehatan
sosial dan komersial. Belanja OOP berkisar 45% dari belanja total
kesehatan nasional dan sebagian besar adalah untuk membeli obat.
Belanja dari asuransi kesehatan sosial (JKN) terus naik dari tahun ke
tahun, yaitu 40,0 T pada tahun 2015 menjadi 70,0 T pada tahun 2017.
Masalah serius yang dihadapi dalam pembiayaan JKN adalah terjadinya
defisit yang semakin besar dari tahun ke tahun.
Defisit JKN/BPJS disebabkan “cash inflow” lebih kecil dari pada
“cash outflow”. Masalah dalam “cash inflow” adalah: a) premi yang
berlaku sekarang terlalu kecil karena didasarkan pada pengalaman
Jamkesmas dan PT. Askes pra-JKN/BPJS. Dalam asuransi kesehatan ada
kecenderungan “moral hazard” termasuk peningkatan utilisasi, sehingga
perhitungan premi perlu disesuaikan dengan kenaikan utilisasi tersebut,
terutama utilisasi pelayanan katastropik; b) banyak peserta mandiri (non-
PBI) yang tidak teratur membayar premi (10.800.000 peserta pada tahun
2017 dan 14.200.000 peserta pada tahun 2018; dan c) banyak pemda
kabupaten terlambat membayar premi karena baru bisa dibayarkan
setelah ada ketetapan anggaran daerah
20
penderita, masyarakat umum dan para administrator (baik dikalangan
perusahaan maupun pemerintah, dan lain-lain) (Mulyani, 2017).
b. Aspek Ekonomi
21
dalam Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Perawatan kesehatan
sangat menyerap biaya pemerintah maupun anggaran keluarga. Selain itu
banyak juga peralatan kesehatan yang harus dibeli dengan menggunakan
valuta asing sehingga akan menghabiskan banyak devisa, hal tersebut
merupakan keterbatasan bagi Negara miskin. Untuk dapat lebih
menghemat, dan meningkatkan efisiensi, banyak Negara yang berusaha
untuk mencari sumber daya tambahan. Dalam hal ini ekonomi kesehatan
akan sangat bermanfaat, karena dapat membantu pengalokasian dana
secara lebih baik. meningkatkan efisiensi, memilih teknologi yang lebih
murah tapi tetap efektif dan mengevaluasi sumber dana lainnya.
22
1. Kejadian penyakit tidak terduga
2. Consumer Ignorance
4. Ekstemalitas
23
bagi individu tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus dapat
menjamin bahwa program imunisasi harus benar-benar dapat
terlaksana. Pelayanan kesehatan yang tergolong pencegahan akan
mempunyai ekstemalitas yang besar, sehingga dapat digolongkan
sebagai "komodity masyarakat", atau public goods. Oleh karena itu
program ini sebaiknya mendapat subsidi atau bahkan disediakan oleh
pemerintah secara gratis. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan yang
bersifat kuratif akan mempunyai ekstemalitas yang rendah dan disering
disebut dengan private good, hendaknya dibayar atau dibiayai sendiri
oleh penggunanya atau pihak swasta.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Biaya diartikan sebagai uang
yang dikeluarkan untuk mengadakan (mendirikan, melakukan, dan
sebagainya) sesuatu; ongkos; belanja; pengeluaran. Pembiayaan diartikan
sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya. Tujuan dari
penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan di dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) yang tertuang dalam Peraturan Presiden
24
Nomor 72 Tahun 2012 adalah tersedianya dana kesehatan dalam jumlah
yang mencukupi, teralokasi secara adil, merata dan termanfaatkan secara
berhasil guna dan berdaya guna, tersalurkan sesuai peruntukannya untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2. unsur yang terdapat dalam sistem pembiayaan kesehatan antara lain Dana
Prinsip dari ketersediaan dana Sumber Daya Pengelolaan Dana
Penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan mengacu pada prinsip-
prinsip Upaya penggalian dana Pengalokasian dana Pembiayaan kesehatan
Pembiayaan kesehatan bagi keluarga miskin dan rentan Pembiayaan
kesehatan yang bersumber masyarakat dan swasta Semua pembiayaan
bidang kesehatan digunakan dengan tujuan untuk mendukung peningkatan
upaya kesehatan Pembelanjaan harus transparan
3. Pembangunan kesehatan merupakan proses adaptif yang merupakan
kombinasi antara konteks atau kondisi sosial budaya dengan sistem
pengaturan perilaku yang dapat mempengaruhi individu. Untuk
mewujudkan status kesehatan yang optimal maka diperlukan penguatan
sistem kesehatan yang merupakan kolaborasi antara pedekatan vertikal dan
horizontal untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sejak tahun 2010
pemerintah mengalokasikan dana khusus untuk UKM, yaitu dana BOK.
Besar BOK pada tahun pertama (2010) adalah Rp 226 milyar, dan
meningkat secara gradual sehingga mencapai Rp 4,8 triliun (2017).
3.2 Saran
Saran dari penyusun agar makalah ini dapat di baca dengan baik dan
dapat di pahami serta dijadikan pembelajaran untuk lebih ditingkatkan lagi
kedepannya.
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Adhy. Analisis sistem kemitraan Dinas Kesehatan dengan PT. Exxon mobil
indonesia terhadap pemanfaatan dana corporate social responcibility
(CSR) bidang kesehatan di kabupaten Aceh Utara tahun 2013.
Unismat. Sumatera.
Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. 2009. Sistem Kesehatan Nasional.
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Universitas
Indonesia.
Sardjoko, Subandi. 2019. Pembiayaan kesehatan dan JKN. Direktorat kesehatan
dan gizi masyarakat. Kajian sektor kesehatan. Kemenrtian
PPN/Bappenas.
27
Yuyun Umniyatun, SKM., MARS. 2021. Modul Pembelajaran Pembiayaan &
Penganggaran Kesehatan. Jakarta. Universitas Muhammadiyah
Prof. DR. Hamka.
28