A. DIMENSI RESPON
Dimensi Respon yg hrs dimiliki perawat:
1. Kesejatian
Adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri kita yang sebenarnya
Kesejatian dipengaruhi oleh:
a. Kepercayaan Diri
b. Persepsi terhadap orang lain
c. Lingkungan
Contoh: Disebuah bangsal RS Ada seorang klien yang menyukai anda sebagai
perawat, dia menanyakan nomor telpon anda, sering memandang anda dengan mesra
dan berusaha membuat kontak badan yang sering. Dia bahkan mengundang anda
untuk makan malam....
Bagaimana Anda Menunjukkan Kesejatian Tanpa Meninggalkan
Keprofesionalan Seorang Perawat?
Anda bisa saja berespon:
a. Pikiran Anda : “Saya harus memberikan pelayanan yang profesional”
b. Perasaan Anda : “cakep juga neh orang, sebenarnya saya juga suka, tapi....”
c. “Saya senang menerima undangan anda setelah anda pulang dari RS, Saya akan
memberikan pelayanan yang baik untuk semua pasien disini karena saya pikir
saya tidak adil kalau saya menunjukkan sikap yang berlebihan pada anda.
Dapatkah anda mengerti posisi saya?” (respon kesejatian tanpa meninggalkan
profesionalisme perawat)
2. Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada orang lain dan bahwa kita
telah memahami bagaimana perasaan orang lain tersebut dan apa yang menyebabkan
reaksi mereka tanpa emosi kita terlarut dalam emosi orang lain
Beberapa Aspek Empati
a. Aspek Mental
Aspek mental berarti memahami orang secara emosional dan intelektual.
Kemampuan melihat dunia orang lain dengan menggunakan paradigma orang lain
tersebut
b. Verbal
Kemampuan mengungkapkan secara verbal pemahaman terhadap perasaan dan
alasan reaksi emosi klien. Aspek verbal memerlukan keakuratan (ketepatan),
kejelasan dan kealamiahan (naturalness).
c. Aspek non verbal
Aspek non verbal yang diperlukan adalah kemampuan menunjukkan empati
dengan kehangatan dan kesejatian.
1) Kehangatan
Kehangatan sangat diperlukan dalam menyampaikan empati untuk
menyampaikan kehangatan bisa secara verbal maupun non verbal.
2) Kondisi muka
- Dahi : dahi tampak rileks, tidak ada kerutan
- Mata : kontak mata yang nyaman, gerakan mata natural
- Mulut : mulut tampak rileks, tidak cemberut, tidak menggigit bibir,
tersenyum, rahang rileks.
- Ekspresi : tampak rileks, tidak ada ketakutan, kekhawatiran menunjukkan
perhatian dan ketertarikan.
3) Kondisi postur/sikap tubuh
- Tubuh : berhadapan, bahu paralel dengan lawan bicara
- Kepala : duduk atau berdiri dengan tinggi yang sama, menganggukan
kepala jika perlu
- Bahu : mudah digerakkan tidak tegang
- Lengan : mudah digerakkan, memegang kursi atau tembok
- Tangan : tidak memegang atau menggengam diantara keduanya, tidak
mengetuk – ngetuk pena atau bermain dengan objek
- Dada : nafas biasa, tidak tampak menelan
- Kaki : tampak nyaman, tidak menendang
- Telapak kaki : tidak mengetuk
3. Respek/Hormat
a. Perilaku yang menunjukkan kepedulian/perhatian, rasa suka dan menghargai klien
b. Perawat menghargai klien seorang yang bernilai dan menerima klien tanpa syarat
4. Konkret
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak. Manfaat dari
konkret adalah dapat mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien,
penjelasan dengan akurat tentang masalah dan mendorong klien memikirkan masalah
yang spesifik.
Contoh:
Klien : “Aku tidak akan punya masalah jika orang-orang tidak mengganguku.
Mereka membuat aku marah
Perawat : “ Siapa yang membuat kamu marah?”
Klien : “Keluargaku. Orang berfikir berada dalam keluarga besar adalah
berkah. Itu adalah kutukan.”
Perawat : “Apakah kamu dapat memberi saya contoh dari seseorang yang
membuat kamu marah dirumah?”
B. DIMENSI TINDAKAN
1. Konfrontasi
Adalah proses interpersonal yang digunakan oleh perawat untuk memfasilitasi,
memodifikasi dan perluasan dari gambaran diri orang lain
Tujuannya: Agar orang lain sadar adanya ketidaksesuaian pada dirinya dalam hal
perasaan, tingkah laku dan kepercayaan
Kategori konfrontasi:
a. Ketidaksesuaian antara ekspresi klien terhadap dirinya (konsep diri) dan apa yang
dia inginkan (ideal diri)
b. Ketidaksesuaian antara ekspresi verbal dengan perilaku
c. Ketidaksesuaian antara ekspresi pengalaman klien tentang dirinya dan
pengalaman perawat tentang klien
Kasus: Rumah kost anda sangat berantakan. Teman sekamar anda meletakkan baju
sembarangan, buku-buku berserakan di lantai, meskipun teman anda biasanya
membersihkan kamar setiap 2 minggu sekali, dia tetap saja kembali pada
kebiasaannya itu. Anda sangat merasa tidak nyaman dan bahkan ragu-ragu untuk
mengundang teman andadatang ketempat kost anda.
2. Kesegeraan
Kesegeraaan mempunyai konotasi sebagai sensitivitas perawat pada perasaan klien
dan kesediaan untuk mengatasi perasaan daripada mengacuhkannya.
Berespon dengan kesegeraan berarti berespon pada saat itu dan ditempat itu
- Pasien : “Staf disini tidak peduli pada kliennya, mereka menanganai kita seperti
anak-anak bukan orang dewasa”
- Perawat: Saya heran mengapa anda merasa bahwa kami tidak memperdulikan
anda?
3. Membuka Diri
Membuat orang lain tahu tentang pikiran, perasaan dan pengalaman pribadi kita.
Membuka diri dapat dilakukan dengan:
a. Mendengar
b. Empati
c. Membuka diri
d. mengecek
Kasus: Seorang ibu berkata : “minggu lalu saya merasa sangat takut ketika suami
saya plg dari RS, dia mulai batuk dan wajahnya memerah. Kemudian dia mengalami
nyeri dada. Saya pikir dia akan meninggal. Untunglah saya melihat nitrogliserin
didalam lemari, saya segera memberikan kepadanya dan kemudian berangsur-angsur
tenang. Nyerinya hilang, untunglah...
Terdapat ciri komunikasi publik menurut Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar (2020)
karya Bonaraja Purba, dkk, di antaranya:
a.Biasanya berupa aktivitas seperti kuliah umum, rapat akbar, khotbah, atau ceramah.
b. Komunikator dan komunikannya bisa diidentifikasi atau dibedakan.
c.Interaksi antara komunikator dan komunikan terbatas karena umpan baliknya yang
terbatas. Komunikator biasanya tidak bisa mengidentifikasi satu per satunya.
d. Pesan yang disampaikan universal dan diperuntukkan untuk semuanya.
e.Komunikannya berjumlah cukup banyak dan asalnya datang dari beragam lokasi.
f. Komunikator bisa mengendalikan pesan yang dibuat dan disebarkan dalam proses
penyampaian informasi.
Seperti contoh, beberapa bulan yang lalu di IMTelkom diadakan kuliah umum untuk
jurusan Ilmu komunikasi yang bertemakan “Kewiraan dan Ketahanan Nasional” dengan
pembicara utamanya bapak Brigjen TNI Puguh Santoso. Sebelum bapak Puguh membagikan
ilmunya, terlebih dahulu ketua prodi Ilmu komunikasi memberikan sambutannya dan terima
kasih atas kedatangan para pembicara tersebut, serta tidak lupa untuk memperkenalkan para
pembicara serta menerangkan latar belakang pendidikannya. Selanjutnya bapak Asep
Suryana sebagai rektor di IMTelkom memberikan sedikit sambutannya.
Sekarang tibalah Bapak Brigjen TNI Puguh Santoso mengambil alih kemudi, sebelum
beliau menerangkan tentang Kewiraan dan Ketahanan Nasional beliau meminta kami (para
pendengar) untuk berdiri dan menyanyikan lagu kebangsaan kita “Indonesia Raya” untuk
membangkitkan semangat bela yang ada dalam diri kami masing – masing.
Dalam komunikasi publik daya tarik fisik pembicara dan latar belakang
pendidikannya sering merupakan faktor penting dalam menentukan efektifitas pesan, selain
keahlian dan kejujuran pembicara. Oleh karna itu sebelum bapak Puguh berbicara latar
belakang pendidikan beliau terlebih dahulu sudah diberitahukan, dalam menjelaskan
Ketahanan Nasional beliau sangatlah bersemangat dan dengan tegas serta suara lantang khas
TNI ia membuat kami seolah – olah sedang berada dalam peperangan untuk membela tanah
air tercinta ini, oleh sebab itu kami yang mengikuti pembicaraan beliau sejak awal tidak
pernah merasa bosan saat beliau berbicara, berbeda dengan teman kami yang sibuk sendiri
rasanya baru sebentar saja mereka langsung ingin pulang, tetapi hal lain terjadi saat barisan
depan memberi respon bertepuk tanggan semua yang ada disana ikut bertepuk tangan meski
belum tentu mereka mendengarkan.
Walaupun dalam komunikasi publik cenderung bersifat pasif tetapi kami (pendengar)
masih bisa memberikan respon terutama yang bersifat non verbal, seperti yang sudah
dijelaskan diatas. Komunikasi publik sering bertujuan untuk memberikan penerangan,
menghibur, memberikan penghormatan atau membujuk.