Anda di halaman 1dari 5

Nama : Suci Nopianty

NPM : 213120150
Matkul : Komunikasi Dalam Keperawatan II
MENGHADIRKAN DIRI SECARA TERAPEUTIK

 Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien
beradaptasi terhadap stress,mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain.
 Penggunaan diri perawat sebagai alat terapeutik
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan,diri perawat adalah alat yang terapeutik untuk
penyembuhan klien.
Sikap sebagai kehadiran perawat dalam berkomunikasi agar terapeutik klien mempunyai
peran yang penting untuk tercapainya tujuan komunikasi/interaksi (hubungan). Sikap
(kehadiran) yang harus ditunjukkan perawat dalam berkomukasi terapeutik ada dua,yaitu
sikap kehadiran secara fisik dan secara psikologis. Dalam kehadiran secara psikologis,ada dua
dimensi,yaitu dimensi respon dan dimensi tindakan.
 Sikap dalam komunikasi
1. Secara fisik
a. Berhadapan
b. Mempertahankan kontak mata
c. Membungkuk ke arah klien
d. Mempertahankan sikap terbuka
e. Rileks
f. Berjabat tangan
2. Secara Psikologi
Dimensi Respons :
a. Ikhlas
b. Menghargai
c. Empati
d. Konkret
Dimensi tindakan :
a. Konfrontasi
b. Kesegeraan
c. Terbuka
d. Emosional katarsis
e. Bermain peran

 Sikap (kehadiran) secara fisik untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat
memfasilitasi komunikasi terapeutik sebagai berikut
a. Berhadapan
Posisi berhadapan berarti bahwa dalam komunikasi perawat harus menghadap ke
klien, tidak boleh membelakangi, atau duduk menyamping. Sikap ini harus
dipertahankan pada saat kontak dengan klien. Dengan posisi ini, perawat dapat
melihat secara jelas yang apa yang tampak secara verbal maupun nonverbal klien.
Arti posisi ini adalah saya siap membantu Anda.
b. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan
keinginan untuk tetap berkomunikasi.
c. Membungkuk ke arah klien
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan sesuatu.
d. Mempertahankan sikap terbuka
selama berkomunikasi, perawat tidak melipat kaki atau tangan karena sikap ini
menunjukkan keterbukaan perawat dalam berkomunikasi.
e. Tetap relaks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam
memberikan respons pada klien.
f. Berjabat tangan
Menunjukkan perhatian dan memberikan kenyamanan pada pasien serta penghargaan
atas keberadaannya. Berjabatan tangan juga dapat memberi kesan keakraban dan
kedekatan antara perawat dan klien.

 Sikap dalam dimensi respon


a. Ikhlas
Ikhlas (Genuiness): perawat menyatakan dan menunjukkan sikap keterbukaan, jujur,
tulus, dan berperan aktif dalam berhubungan dengan klien.
b. Empati
Kemampuan perawat untuk memasuki pikiran dan perasaan klien sehingga dapat
merasakan apa yang sedang dirasakan dan dipikirkan klien.
c. Menghargai
Sikap tidak menghakimi, tidak mengejek, tidak mengkritik, ataupun tidak menghina;
harus ditunjukkan oleh perawat melalui, misalnya, duduk diam menemani klien
ketika klien menangis; bersedia menerima permintaan klien untuk berdiskusi atau
bercerita tentang pengalaman; bahkan minta maaf atas ucapan dan perilaku perawat
yang menyinggung klien.
d. Konkret
Menggunakan kata-kata yang spesifik, jelas dan nyata untuk menghindari keraguan
dan ketidakjelasan penyampaian.

 Sikap dalam dimensi tindakan


- Konfrontasi
Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian perasaan,
sikap, kepercayaan dan perilaku. Konfrontasi sangat diperlukan klien yang telah
mempunyai kesadaran tetapi belum merubah perilakunya.

Tiga kategori konfrontasi (Carkhoff, 1967) :


1. Ketidaksesuaian antaran konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya)
dengan ideal diri (cita-cita/keinginan klien).
2. Ketidaksesuaian antara ekspresi nonverbal dan perilaku klien.
3. Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dan perawat seharusnya dilakukan
secara asertif bukan agresif/marah (konfrontasi). Oleh karena itu, sebelum
melakukan konfrontasi, perawat perlu mengkaji, antara lain tingkat hubungan
saling percaya dengan klien, waktu yang tepat, tingkat kecemasan, dan
kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat berguna untuk klien yang telah
mempunyai kesadaran diri, tetapi perilakunya belum berubah.
- Bromley (1981) menyarankan sebelum perawat melakukan konfrontasi perlu
dikaji hal berikut :
 Tingkat trust
 Waktu yang tepat : orientasi tidak boleh berlebihan
 Tingkat stress klien
 Kekuatan mekanisme pertahanan klien
 Perasaan klien akan kebutuhan ruang personal/kedekatan
 Toleransi dan kemampuan klien mendengarkan pendapat yang berbeda
darinya
- Konfrontasi tepat dilakukan pada saat
 Tingkah laku klien tidak produktif
 Tingkah laku klien merusak
 Ketika klien melanggar hak orang lain
- Cara konfrontasi
1) Clarify : membuat sesuatu lebih jelas untuk dimengerti orang lain
2) Articulate : mengekspresikan opini menggunakan perkataan sendiri
3) Request : permintaan
4) Encourage : memberikan support, harapan, kepercayaan

- Contoh konfrontasi
A : Kamu memintaku memberitahukan lembar jawabanku padamu di ujian
pagi tadi. Jujur saya merasa terganggu, konsentrasi saya buyar terhadap
suara dan sikapmu. Kamu tahu, perilakumu tadi membahayakan kita berdua.
Saya lebih suka kamu belajar sebelum ujian sehingga tidak merepotkan
orang lain. Dan saya yakin kamu bisa melakukannya untuk ujian yang akan
datang.
- Kesegeraan
Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan untuk membantu dengan
segera.
Contoh :
Klien : Saya tidak mau hadir dipertemuan itu, saya sibuk dan saya tidak merasa
ada kegunaan dari pertemuan itu.
Perawat : Apakah anda berusaha mengatakan bahwa anda merasa malu dan
pertemuan tersebut tidak menolong anda?
- Membuka diri
Perawat membuka diri tentang pengalaman yang sama dengan pengalaman klien.
Tukar pengalaman ini memberi keuntungan pada klien untuk kerjasama dan
memberikan sokongan. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh
Stuart dan Sundeen, 1987: 134), ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara
perawat-klien menurunkan tingkat kecemasan perawat-klien.

o Guidelines membuka diri


a. Kerjasama : apakah akan membuat klien menjadi lebih kooperatif?
b. Pembelajaran : apakah membantu klien untuk belajar tentang dirinya?
c. Katarsis : apakah membantu klien untuk mengekspresikan perasaan yang
ditekannya?
d. Support : apakah membuat klien merasa terbantu dengan support dan
reinforcement yang kita berikan?
Contoh :
Klien : Saya merasa takut sekali kemarin, ibu saya tiba-tiba jatuh dan tidak
bergerak sama sekali bahkan ketika saya guncangkan badannya. Saya panik, saya
tidak mendengar suara nafasnya sama sekali. Saya hanya bisa berteriak memanggil
ayah saya. Namun akhirnya ayah saya bisa mengguncang ibu saya dengan keras, dan
akhirnya dia berangsur-angsur sadar.

Perawat : saya bisa membayangkan betapa takutnya anda terhadap serangan stroke
ibu anda. Terlebih ketika anda bangunkan ibu tapi tidak berespon apapun. Saya juga
pernah merasakan hal yang sama ketika ayah mertua saya tiba-tiba sadarkan diri.
Saya panik dan berteriak sambil menangis. Apakah kamu merasakan hal yang sama
denganku?
- Emosional katarsis
Emosional katarsis terjadi jika klien diminta untuk bicara tentang hal yang
mengganggu dirinya. Perawat harus mengkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan
masalahnya. Jika klien mengalami kesukaran dalam mengeskpresikan perasaannya,
perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada
situasi klien.
Contoh emosional katarsis
Perawat : Bagaimana perasaan kamu saat suamimu memukul dan membentak?
Klien : Dia memang orang pemarah, mungkin salah saya yang mau menikah
dengannya.
Perawat : Sepertinya ibu membela tindakannya pada ibu. Saya takjub dengan apa
yang ibu rasakan saat itu.
Klien : Yah begitu
Perawat : Tahukah ibu, hal itu mungkin membuat saya marah jika hal tersebut
menimpa saya.
Klien : Sebenernya saya juga marah, tapi mau bagaimana lagi. Saya sudah muak
dengan semua ini. Andai dia tahu betapa tersiksanya saya.
- Bermain peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu, ini berguna untuk
meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari
pandangan orang lain. Bermain peran menjembatani antara pikiran dan perilaku serta
klien merasa bebas mempraktekkan perilaku baru pada lingkungan yang nyaman.

Bermain peran terdiri dari beberapa tahap (Stuart dan Sundeen, 1995)
1) Mendefinisikan masalah
2) Menciptakan kesiapan untuk bermain peran
3) Menciptakan situasi
4) Membuat karakter
5) Penjelasan dan pemanasan
6) Pelaksanaan memerankan suatu peran
7) Berhenti
8) Analisis dan diskusi
9) Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai