Anda di halaman 1dari 6

LTM 1: SIKAP PERAWAT SECARA PSIKOLOGIS DALAM

KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Angelica Natalie Bataclao Guzman
2306152866
Praktikum Komunikasi Keperawatan (Kelas C/FG 3)

A. Pendahuluan
Perawat memusatkan perhatian pada kesejahteraan pasien tidak hanya dari
segi fisik, tetapi juga secara emosional dan psikososial dalam asuhan
keperawatannya. Selama berinteraksi dengan pasien maka perawat akan
membangun sebuah hubungan terapeutik. Hubungan terapeutik ini merupakan
pengalaman pembelajaran bersama yang saling menguntungkan dan bersifat
memperbaiki kondisi emosional pasien (Stuart, 2013). Tujuan utamanya adalah
memberikan harapan untuk masa depan yang lebih baik kepada pasien dan
keluarganya, dengan bantuan perawat untuk mencapai wawasan dan mengubah
perilaku klien. Tentunya perawat harus dipersenjatai dengan keterampilan dan
pemahaman yang mendalam tentang aspek yang diperlukan untuk membangun
dan meningkatkan sebuah hubungan terapeutik.
B. Pembahasan
Penting bagi perawat untuk menunjukkan kehadiran psikologis yang kuat
kepada pasien. Menurut Stuart (2013), beberapa elemen yang memengaruhi
kemampuan perawat dalam komunikasi terapeutik dibagi menjadi dimensi
responsif dan dimensi tindakan.
1. Dimensi Responsif
Dimensi responsif berperan sebagai fondasi hubungan antara perawat dan
pasien. Fungsinya untuk membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka,
serta menyampaikan rasa harapan. Dimensi responsif meliputi hal-hal seperti
genuineness, respect, empathic understanding, and concreteness.
1) Ketulusan (Genuiness)
Perawat harus menghadirkan diri sebagai seorang yang tulus dengan
menunjukkan sikap jujur, terbuka, otentik, dan konsisten saat
berinteraksi secara aktif dengan pasien. Saat bersama pasien perawat
mampu menanggapi secara alami dan mengekspresikan perasaan yang
sebenarnya tanpa dipaksa atau dibuat-buat
2) Menghargai (respect)
Perawat diharapkan menghargai klien dengan menerima klien apa
adanya sebagai individu yang berharga tanpa menghakimi, mengejek,
mengkritik, atau menghina. Menerima bukan artinya membenarkan
perilaku buruk namun melihat perilaku pasien sebagai respon dari
keadaan dan dapat berubah beriringan pasien diedukasi. Sikap
menghargai misalnya, menemani saat pasien menangis, bersedia
menerima permintaan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman
pasien dan tidak menyebarkannya, serta tulus mendengarkan pasien.
3) Empati (empathic understanding)
Perawat harus mampu masuk ke dalam kehidupan pasien agar perawat
dapat merasakan apa perasaan dan pikiran pasien sehingga mampu
mengkomunikasikan rasa pengertian kepada pasien tersebut. Empati
dapat mendorong perubahan yang positif. Empati membuat pasien
merasa tidak sendirian dengan menghubungkannya dengan orang lain.
Manfaat lainnya adalah pasien merasa dihargai, diperhatikan, dan
diterima sebagai individu.
4) Konkret (concreteness)
Perawat harus menggunakan istilah dan bahasa yang spesifik, jelas, dan
nyata ketika berinteraksi dengan pasien mengenai perasaan,
pengalaman, dan perilakunya. Kemampuan ini membantu perawat
untuk tetap terhubung dengan perasaan dan pengalaman pasien,
meningkatkan pemahaman yang lebih baik mengenai pasien oleh
perawat, dan mendorong pasien untuk fokus pada masalah spesifik
yang perlu diatasi. Caranya melibatkan bertanya secara langsung
kepada pasien.
2. Dimensi Tindakan
Keberlanjutan dimensi responsif adalah dimensi tindakan. Dimensi
tindakan mendorong hubungan terapeutik dengan mengidentifikasi
hambatan terhadap kemajuan pasien dan mempromosikan perubahan
perilaku menjadi lebih baik. Dimensi Tindakan terdiri dari confrontation,
immediacy, nurse self-disclosure, catharsis, and role playing.
1) Konfrontasi (Confrontation)
Konfrontasi adalah upaya oleh perawat untuk membuat pasien
menyadari ketidaksesuaian dalam perasaan, sikap, keyakinan, dan
perilaku guna untuk meningkatkan kesadaran diri pasien. Jika
dilakukan dengan benar maka konfrontasi dapat mendorong
pertumbuhan. Sebelum melakukan konfrontasi, perawat perlu
mempertimbangkan tingkat kepercayaan, waktu dalam hubungan,
tingkat stres pasien, kekuatan mekanisme pertahanan pasien, dan
tingkat kecemasan dan toleransi pasien terhadap pendapat orang lain.
CONTOH 1
Perawat: “Saya melihat Anda sebagai seseorang yang memiliki banyak kekuatan.
Anda telah memberikan dukungan emosional yang luar biasa kepada anak-anak
Anda pada saat mereka sangat membutuhkannya.”
CONTOH 2
Perawat: “Anda mengatakan ingin merasa lebih baik dan kembali bekerja, tetapi
Anda tidak mengonsumsi obat Anda, yang akan membantu Anda melakukannya.”
2) Kesegeraan (Immediacy)
Kesegeraan dipusatkan pada tujuan memahami cara pasien beroperasi
dalam hubungan interpersonal. Kesegeraan melibatkan kepekaan
perawat terhadap perasaan klien. Respon kesegeraan baiknya dilakukan
ketika hubungan tidak sedang berkembang maupun sedang
berkembang dengan baik. Pasien secara aktif terlibat menjelaskan apa
yang membantu atau menghambat dalam perkembangan hubungan.
CONTOH
Pasien: “Para staf di sini tidak peduli sama sekali dengan kami para pasien. Mereka
memperlakukan kami seperti anak-anak bukan orang dewasa.”
Perawat: “Saya bertanya apakah Anda merasa bahwa saya tidak peduli tentang
Anda atau mungkin saya tidak menghargai pendapat Anda?”
3) Keterbukaan perawat (Nurse self-disclosure)
Keterbukaan perawat adalah pengungkapan pribadi tentang
pengalaman atau perasaan perawat kepada klien yang dilakukan secara
sengaja untuk meningkatkan kerjasama pasien, pembelajaran, katarsis,
atau untuk menunjukkan dukungan kepada pasien. Pengungkapan diri
perawat harus relevan dengan pasien. Ketika berbagi pengalaman atau
perasaan, perawat harus memikirkan tujuan terapeutik yang ingin
dicapai.
CONTOH
Pasien: "Ketika dia mengatakan kepada saya bahwa dia tidak ingin bertemu dengan
saya lagi, saya merasa ingin memukulnya dan memeluknya pada saat yang sama.
Tapi kemudian saya tahu masalahnya sebenarnya ada pada diri saya dan tidak ada
yang akan pernah mencintaiku."
Perawat: "Ketika saya putus dengan pacar saya, saya merasakan kemarahan, sakit,
dan kepahitan yang baru saja Anda deskripsikan. Saya ingat saya berpikir bahwa
saya tidak akan pernah berkencan dengan pria lain."
4) Katarsis emosional (Emotional Catharsis)
Katarsis emosional bisa terjadi saat klien diajak untuk mengungkapkan
perasaan atau pengalaman yang menyakitkan untuk mendapatkan
manfaat terapeutik. Hal ini memungkinkan klien untuk berbagi
ketakutan, stres, dan pengalaman buruk dengan perawat. Jika klien
kesulitan mengungkapkan diri, perawat dapat membantu dengan
mengekspresikan perasaan mereka sendiri dalam situasi yang mirip.
Ketika pasien menyadari bahwa mereka bisa mengungkapkan perasaan
mereka dalam hubungan yang menerima, mereka akan meningkatkan
pemahaman dan penerimaan terhadap diri sendiri.
CONTOH
Perawat: "Bagaimana perasaanmu ketika bosmu memperbaikimu di depan semua
pelanggan?"
Pasien: "Yah, saya mengerti bahwa dia perlu menjelaskan padaku, dan dia tipe
orang yang cepat marah."
Perawat: "Tampaknya kamu membela perilakunya. Saya bertanya-tanya bagaimana
perasaanmu saat itu."
Pasien: "Canggung... eh... kesal, kira-kira. (berhenti sejenak)
Perawat: “Itu pasti membuat saya sangat marah jika itu terjadi pada saya."
Pasien: "Yah, saya marah. Tapi kamu tidak bisa memperlihatkannya, tahu kan.
Kamu harus menahannya semua karena pelanggan. Tapi dia bisa melepaskannya.
Oh tentu saja! Dia bisa mengatakan apa pun yang dia inginkan padaku. Hanya sekali
saja saya ingin dia tahu bagaimana perasaan saya."
5) Bermain peran (Role playing)
Bermain peran dalam situasi tertentu memberikan pemahaman yang
lebih dalam tentang hubungan antarmanusia dan untuk melatih
kemampuan merasakan serta melihat situasi dari sudut pandang yang
berbeda. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi pasien untuk untuk
memusatkan perhatian pada suatu masalah, membentuk dan melatih
perilaku baru dalam lingkungan yang aman, dan untuk memungkinkan
individu meningkatkan kesadaran diri. Berikut langkah-langkah dalam
bermain peran.
1. mendefinisikan masalah,
2. bersiap untuk bermain peran,
3. membangun situasi,
4. bisa mulai mengcasting karakter,
5. pengarahan dan pemanasan,
6. acting,
7. berhenti,
8. menganalisis dan mendiskusikan,
9. mengevaluasi,
3. Penutup
Kemampuan perawat dalam membangun hubungan terapeutik dengan pasien
adalah kunci penting untuk mencapai pemulihan yang optimal. Dengan
menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, perawat membantu pasien
memahami diri mereka, mengatasi rintangan dalam penyembuhan, dan mencapai
perubahan positif dalam perilaku. Dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan
menggunakan keterampilan komunikasi yang efektif, perawat menjadi mitra
berharga dalam perjalanan pemulihan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Anjaswani, T. (2016). Komunikasi dalam Keperawatan. Kemenentrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (10th ed). St.
Lois: Mosby.

Anda mungkin juga menyukai