Lansia atau lanjut usia adalah apabila seseorang sudah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Menua bukan suatu penyakit, namun proses berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, yang merupakan menurunya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan baik internal maupun eksternal (Siti Nur Kholifah, 2016).
Stanhope dan Lancaster (2006) menjelaskan bahwa risiko biologis (terkait usia)
yaitu terjadinya berbagai suatu proses penurunan fungsi biologis akibat proses
menjadi tua. Sedangkan risiko sosial atau risiko lingkungan pada lansia dapat
memicu stress, dalam aspek perekonomian karena penurunan pendapatan akibat
pension.
PENGERTIAN JANTUNG KORONER
Suddarth, Brunner (2013) menyebutkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi penyakit
jantung korone terbagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi.
1. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi
Perkembanagan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada pembuluh dara.
Penyumbatan pembuluh darah pada walnya disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (low-
density lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga aliran darah
terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah ( Al fajar, 2015).
Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan lemak disertai klot
trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak
fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi dan pendarahan di bagian
dalam pembuluh darah yang menyebabkan klot darah. Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal
dari PJK berupa senagan jantung (Naga, 2012).
KONSEP ASKEP LANSIA DENGAN JANTUNG
KORONER
PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS
dan diagnose medis, (Wantiyah, 2010: hal 17)
2. Alasan masuk rumah sakit
Pasien biasanaya mengeluh nyeri dada selama 3-5 hari berturut-turut sehingga dia memeriksakan
dirinya ke rumah sakit untuk mengetahui penyakitnya, ternyata didiagnosis penyakit jantung koroner.
(Manarung,2016, hal:22)
3. Keluhan utama
Pasien PJK biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan cara pengukuran skala
nyeri 0-10, dari skala 0 yaitu tidak ada rasa nyeri dan skala 10 nyeri paling tinggi dirasakan. Pengkajian
nyeri secara mendalam menggunakan pendekatan PQRST, meliputi prepitasi dan penyembuh, kualitas
dan kuantitas, intensitas, durasi, lokasi, radiasi/penyebaran, onset. (Wantiyah, 2010: hal 18).
4. Riwayat kesehatan lalu
Riwayat penyakit yang mendahului terjadi penyakit jantung korener adalah hipertensi, merokok,
penguna alcohol, diabetes mellitus, kolesterol dan pola hidup yang tidak sehat. (Prabowo & Pranata,
2017 : hal 195)
5. Riwayat kesehatan sekarang
Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa sistem PQRST. Untuk membantu klien dalam
mengutamakan masalah keluhannya secara lengkap. Pada klien PJK umumnya mengalami nyeri dada.
(Wantiyah,2010: hal 18)
Yang biasanya muncul adalah menyangkal tentang penyakitnya, takut, mengalami kecemasan,
marah, ketergantungan, depresi dan penerimaan realistis. (Wantiyah, 2010: hal 18)
8. Pola aktivitas dan latihan
Pada pasien jantung korener mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari. Pengkajian ini perlu dilakukan untuk mengetahui dan menilai kemampuan dan toleransi klien
dalam melakukan aktivitasnya.(Panthee & Kritprache, 2011: hal 15)
9. Pemeriksaan fisik
d. Ekokardiogram
Menggunakan gelombanag suara untuk menghasilkan gambar jantug, selama elektrokardiogram
dapat ditentukan apakah semua bagian dari dinding jantung berkontribusi normal dalam aktivitas memompa
e. Katerisasi Jantung atau Angiografi
Adalah suatu tindakan invasive minimal dengan memasukkan kateter (selang atau pipa plastik) melalui
pembuluh darah ke pembuluh darah koroner yang memperdarahi jantung, prosedur ini disebut katerisasi
jantung.
a) NOC
- Saturasi oksigen ketika beraktivitas tidak terganggu
- Frekuensi nadi ketika beraktivitas tidak terganggu
- Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas tidak terganggu
- Tekanan darah sistolik dan diastolik saat aktivitas tidak terganggu
- Temuan hasil EKG normal
- Kemampuan dalam melakukan aktivitas harian hidup (ADL)
(NOC ; Toleransi terhadap aktivitas 0005)
b) NIC
- Monitor toleransi pasien terhadap aktivitas
- Pertahankan jadwal ambulasi, sesuai toleransi pasien
- Tentukan pasien/orang terdekat dengan pasien menegnai penyebab kelelahan
- Monitor respon oksigen pasien ( misalnya tekanan nadi, tekanan darah, respirasi) saat
perawatan maupun saat melakukan perawatan mandiri
- instruksikan pasien mengenai perawatan diri pada saat mengalami nyeri dada (minum
nitrogliserin sublingual setiap 5 menit selama 3 kali, jika nyeri dada belum hilang, cari pelayanan
medis gawad darurat)
- instruksikan pasien dan keluarga untuk membatasi mengangkat/mendorong barang (benda
berat) dengan cara yang tepat
- instruksikan pasien dan keluarga mengenai pertimbangan khusus terkait dengan aktivitas
sehari-hari ( misalnya pembatasan aktivitas, dan meluangkan waktu istirahat), jika memang
tepat
- kolaborasi dengan ahli terapis fisik, okupasi dan terapis rekreasional dalam perencanaan dan
pemantauan program aktivitas, jika diperlukan
(NIC; Perawatan jantung rehabilitatif 4046, Terapi aktivitas 4310, Manajemen energi
0180)
4. Ketidakefektifan koping b. NIC
berhubungan dengan derajat - Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikaan
ancaman yang tinggi (kematian) jaminan
- Berikan susana penerimaan
a) NOC - Sediakan informasi aktual mengenai diagnosis,
- Dapat mengidentifikasi pola
penanganan, dan prognosis
koping yang efektif dan tidak
efektif
- Turunkan stimulus yang dapat diartikan sebagai
- Dapat mengidentifikasi suatu ancaman
beberapa strategi koping - Dukung kemampuan mengatasi situasi secara
- Menyatakan perasaan akan berangsur-angsur
kontrol diri - Dukung verbalisasi perasaan, persepsi, dan rasa
- Menyatakan penerimaan takut
terhadap situasi - Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi-
- Menggunakan strategi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan
koping yang efektif (NIC ; Peningkatan koping 5230)
(NOC ; Koping
1302)
5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraksi jantung yang
berkurang
a) NOC
- Denyut jantung apikal normal (60-100 x/menit)
- Tekanan darah sistolik normal (80-120 mmHg)
- Tekanan darah diastol normal (60-80 mmHg)
- Tidak ada disritmia, angina, aritmia, takikardi, bradikardi
- Suara jantung normal (tidak terdapat suara tambahan)
- Tidak dyspnea saat istirahat dan aktivitas
- Tidak sianosis
(NOC ; Keefektifan pompa jantung 0400)
b) NIC
- Secara rutin mengecek pasien baik secara fisik dan psikologis
- Monitor EKG adakah perubahan segmen ST
- Lakukan penilaian komperhensif pada sirkulasi perifer (misal cek nadi perifer, edema,
pengisian ulang kapiler, warna dan suhu ekstermitas
- Monitor TTV rutin
- Monitor disritmia jantung, termasuk gangguan ritme dan konduksi jantung
- Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
- Pastikan tingkat aktivitas pasien yang tidak membahayakan curah jantung atau
menyebabkan serangan jantung
- Dorong adanya peningkatan aktivitas bertahap ketika kondisi sudah stabil
- Instruksikan pasien untuk melapor bila merasakan nyeri dada
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor sesak nafas, kelelahan, takipnea, orthopnea
(NIC ; Perawatan Jantung 4040)
6. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan
mengenai faktor risiko, proses penyakit, rehabilitasi, aktivitas di
rumah, dan pengobatannya
a) NOC
- Menegtahui perjalanan penyakit
- Mengetahui tanda dan gejala awal penyakit
- Mengetahui tanda dan gejala memburuknya penyakit
- Mengetahui manfaat manajemen penyakit
- Menegtahui strategi untuk mengurangi faktor risiko
- Mengetahui aktivitas yang direkomendasikan
- Menegtahui pengobatan (efek terapeutik, efek samping, efek lanjut obat)
(NOC ; Pengetahuan manajemen penyakit jantung 1830)
b) NIC
- Kaji pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit
- Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan
fisiologi
- Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit
- Identifikasi kemungkinan penyebab
- Berikan informasi mengenai kondisinya
- Hindari memberikan harapan kosong
- Berikan informasi mengenai pemerikasaan diagnostik yang tersedia
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau mengontrol proses penyakit
- Diskusikan pilihan terapi
- Jelaskan alasan dibalik manajemen/terapi/penanganan yang dianjurkan
- Jelaskan komplikasi yang mungkin ada
(NIC ; Pengajaran proses penyakit 5602)
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien. Peraawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang
berfokus pada pasien dan berorientasi pada hasil, sebagaimana digambarakan dalam
rencana. Fokus utama daari komponen implementasi adalah pemberian asuhan
keperawatan yang aman dan individual dengan pendekatan multifaktoral.
Implementasi perencanaan berupa penyelesaian tindakan yang diperlukan untuk
memenuhi kriteria hasil (Dudut, 2009).
E. Evaluasi
Pada saat melakukan evaluasi asuhan keperawatan perawat
memperhatikan apa saja yang sudah dituliskan pada poin kriteria
hasil (NOC) berdasarkan respon pasien pada saat dilakukan
tindakan. Masalah keperawatan dikatakan teratasi apabila kriteria
hasil (NOC) dapat terpenuhi secara keseluruhan.
PENERAPAN ASKEP LANSIA DENGAN JANTUNG KORONER
PENGKAJIAN
Tgl MRS : 29 Agustus 2020 pukul 09.25 WIB 2.) Identitas Penanggung Jawab
Tgl Pengkajian : 29 Agustus 2020 pukul 17.00 WIB
• Nama : Tn. I
1. Identitas
1.) Identitas Klien • Umur : 45 Tahun
• Nama : Ny. A • Alamat: Kluyon 2/2, Kec. Magelang
• Umur : 64 Tahun
Utara, Kota Magelang
• Alamat : Kluyon 2/2, Kec. Magelang Utara, Kota Magelang
• Suku/Bangsa : Jawa
• Agama : Islam
• Agama : Islam • Pekerjaan : Swasta
• Pekerjaan : Swasta
• Pendidikan : SMA
• Pendidikan : SD
• Hub.Dengan Klien: Anak Kandung
2. Keluhan Utama
g. Pengkajian Psikososial
Px ingin mengatakan tidak betah dan berharap ingin cepat pulang sehingga px mengeluh tidak bisa tidur. Hubungan
px dengan keluarga, perawat baik.
h. Pengkajian Spiritual
Selama masuk rumah sakit klien tidak dapat menjalankan sholat 5 waktu karena keadaan umum klien bedrest, klien
hanya dapat berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi kesembuhan dan berharap cepat pulang.
Sebelum masuk rumah sakit klien taat beribadah sholat 5 waktu di mushola terdekat atau kadang- kadang dirumah.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium tanggal 29 Agustus 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai Nasional
- Hemoglobin 12,8 11,5 – 16,0 g/dl
- Leukosit 9100 4000 – 11.000/ cmm
- Eritrosit 4.440.000 3,0 – 6,0 juta/cmm
- DifferensialCount 1/-/-/75/24/- 1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7
- LED 60 0-20/jam
- Trombosit 334.000 150000 – 450.000/cmm
- Hemotocrit 39,7 35 – 47 %
- MCV 89,4
- MCH 26,3
- MCHC 32,2
- CKMB 2,00 0–0
- GOT(AST) 26,3 5 – 34 u/L
- GPT (ALT) 14,7 10 – 35 u/L
- Cholesterol 202 0 – 200 mg/dL
- HDL 35,00 35 – 150 mg/dL
- LDL 140,80 0 – 150 mg/dL
- TG 132 0 – 150 mg/dL
- BUN 9,6 10 – 20 mg/dL
- Creatinine 0,48 0,6 – 1,2 mg/dL
- UA 4,2 2,4 – 5,7 mg/ dL
- CA 4,65 4 – 5,2 mg/dL
- KA 3,80 3,6 – 5,5 mmol/L
- NA 142,00 135 – 155 mmol/L
- BSN 102 70 – 110 mg/dL
Terapi
1. Infus pz 12 tetes/menit
2. injeksi per IV (lewat selang infus)
3. Lasix 1 ampul (20 mg)
4. Oral
- Ticard 250 mg : 2 x 1 tablet
- Cardisan 5 mg : 1 x 1/2 tablet
- Spironolactone 100 mg : 1 x 1/2 tablet
- Diazepam 2 : 2 x 1 tablet
- Maintate 5 : 1 x 1 tablet
- Isosorbide Dinitrate 5 mg: 3 x 1 tablet
- Cardio Apirin : 1 x 1 tablet
B. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
No Analisa Data Problem Etiologi
1. DS: pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri Nyaman (nyeri) Gangguan rasa ateri koroner
DO:
TD: 150/70 mmHg
N: 80 x/menit
RR: 24x/menit
S: 36 ◦C
Ekpresi wajah menyeringai/ menahan nyeri
Hasil EKG
2. DS: Pola nafas tidak efektif Nyeri/ kelemahan otot
pasien mengeluh saat bernapas (inspirasi)
dada terasa nyeri
pasien mengatakan berhati
DO:
RR: 24x/menit
S: 36◦C
Inspirasi dan ekspirasi tarkikardi (cepat
dangkal)
Saturasi O2
Diagnosa Keperawatan
1) Observasi TTV
R/ : Mengetahui perkembangan pasien dan untuk menentukan tindakan selanjutnya
2) Berikan posisi semi flower
R/ : Merangsang fungsi pernafasan / ekspansi paru
3) Ajarkan pasien untuk latihan nafas dalam
R/ : Membantu mempertahankan potensi jalan nafas
4) Ajarkan pasien untuk menahan dada dengan bantal selama batuk
R/ : Menurunkan tegangan insisi, meningkatkan ekspansi paru maksimal dan mengingkatkan upaya
batuk efektif
5) Berikan tambahan O2 dengan kanula / masker sesuai indikasi