Anda di halaman 1dari 46

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA

LANSIA DENGAN JANTUNG


KORONER”

Irmawanda Purba P1337420518011 Ajeng Dewi W P1337420518035


Dita Fallah W P1337420518012 Dian Prastiwi P1337420518043
Yunita Ela M P1337420518014 Hana Dita P1337420518044
Anjani
Della Indah S P1337420518015 Yoshelin Ivani P1337420518052
Dewi Febriyanti P1337420518016 Dina Fitriyani P1337420518053
Adi Setiawan P1337420518022    
DEFINISI LANSIA

Lansia atau lanjut usia adalah apabila seseorang sudah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Menua bukan suatu penyakit, namun proses berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, yang merupakan menurunya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan baik internal maupun eksternal (Siti Nur Kholifah, 2016).
Stanhope dan Lancaster (2006) menjelaskan bahwa risiko biologis (terkait usia)
yaitu terjadinya berbagai suatu proses penurunan fungsi biologis akibat proses
menjadi tua. Sedangkan risiko sosial atau risiko lingkungan pada lansia dapat
memicu stress, dalam aspek perekonomian karena penurunan pendapatan akibat
pension.
PENGERTIAN JANTUNG KORONER

Jantung koroner merupakan kelainan pada satu atau lebih


pembuluh darah koroner dimana terdapat penebalan dalam
dinding pembuluh darah disertai adanya plak yang mengganggu
aliran darah ke otot jantung yang akibatnya dapat mengganggu
fungsi jantung (AHA, 2015).
ETIOLOGI

Efek dominan dari jantung koroner adalah kehilnangan oksigen dan


nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang. Pembentukan
plak lemak dalam arteri mempengaruhi pembentukan bekuan aliran darah
yang akan mendoorng terjadinya serangan jantung (Hermawatirisa, 2014).
Faktor-faktor utama penyebab serangan jantung yaitu perokok berat,
hipertensi, dan kolesterol. Faktor pendukung lainnya meliputi obesitas,
diabetes, kurang olahraga, genetik, stres, pil kontrasepsi oral, dan gout
(Huon, 2002).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Suddarth, Brunner (2013) menyebutkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi penyakit
jantung korone terbagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi.
1. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi

• Kolesterol darah tinggi (hiperlipidemia) - peningkatan tekanan darah


• Merokok sigaret, penggunaan tembakau - hiperglikemia
• - sindrom metabolik - obesitas
• - inaktivitas fisik
1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
a) Riwayat keluarga positif (kerabat derajat satu dengan penyakit kardiovaskular
di usia 55 tahun atau kurang untuk pria dan usia 65 tahun atau kurang untuk
wanita)
b) Usia (lebih dari 45 tahun untuk pria, lebih dari 55 tahun untuk wanita)
c) Jenis kelamin (pria mengalami penyakit kardiovaskular pada usia lebih dini
dibantingkan wanita)
d) Ras (insidensi lebih tinggi pada Afro-Amerika dibandingkan Kaukasia
MANIFESTASI KLINIS

• Suddarth, Brunner (2013) menyatakan gejala dan komplikasi terjadi sesuai


dengan lokasi dan derajat penyempitan lumen arteri, pembentukan trombus,
dan obstruksi aliran darah ke miokardium. Gejala mencakup :
• Iskemia
• Nyeri dada : angina pektoris
• Gejala atipikal berupa iskemia miokardium (sesak napas, mual, dan lemah)
• Infark miokardium
• Disritmia, kematian mendadak
 
PATOFISIOLOGI

Perkembanagan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada pembuluh dara.
Penyumbatan pembuluh darah pada walnya disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (low-
density lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga aliran darah
terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah ( Al fajar, 2015).
Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan lemak disertai klot
trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak
fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi dan pendarahan di bagian
dalam pembuluh darah yang menyebabkan klot darah. Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal
dari PJK berupa senagan jantung (Naga, 2012).
KONSEP ASKEP LANSIA DENGAN JANTUNG
KORONER
PENGKAJIAN

1. Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS
dan diagnose medis, (Wantiyah, 2010: hal 17)
2. Alasan masuk rumah sakit
Pasien biasanaya mengeluh nyeri dada selama 3-5 hari berturut-turut sehingga dia memeriksakan
dirinya ke rumah sakit untuk mengetahui penyakitnya, ternyata didiagnosis penyakit jantung koroner.
(Manarung,2016, hal:22)
3. Keluhan utama
Pasien PJK biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan cara pengukuran skala
nyeri 0-10, dari skala 0 yaitu tidak ada rasa nyeri dan skala 10 nyeri paling tinggi dirasakan. Pengkajian
nyeri secara mendalam menggunakan pendekatan PQRST, meliputi prepitasi dan penyembuh, kualitas
dan kuantitas, intensitas, durasi, lokasi, radiasi/penyebaran, onset. (Wantiyah, 2010: hal 18).
4. Riwayat kesehatan lalu

Riwayat penyakit yang mendahului terjadi penyakit jantung korener adalah hipertensi, merokok,
penguna alcohol, diabetes mellitus, kolesterol dan pola hidup yang tidak sehat. (Prabowo & Pranata,
2017 : hal 195)
5. Riwayat kesehatan sekarang

Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa sistem PQRST. Untuk membantu klien dalam
mengutamakan masalah keluhannya secara lengkap. Pada klien PJK umumnya mengalami nyeri dada.
(Wantiyah,2010: hal 18)

6. Riwayat kesehatan keluarga


Dilakukan pengkajian pada keluarga klien, apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang
sama yaitu jantung koroner. Pada umumnya penderita jantung korener mewarisi factor-faktor risiko lainnya
yaitu seperti, peningkatan tekanan darah dan juga abnormal kada kolesterol. (A.Fauzi Yahya , 2010 : hal 28).
7. Riwayat Psikososial

Yang biasanya muncul adalah menyangkal tentang penyakitnya, takut, mengalami kecemasan,
marah, ketergantungan, depresi dan penerimaan realistis. (Wantiyah, 2010: hal 18)
8. Pola aktivitas dan latihan

Pada pasien jantung korener mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari. Pengkajian ini perlu dilakukan untuk mengetahui dan menilai kemampuan dan toleransi klien
dalam melakukan aktivitasnya.(Panthee & Kritprache, 2011: hal 15)

9. Pemeriksaan fisik

Meliputi keadaan umum, TTV, dll


10. Pemeriksaan penunjang
Untuk mendiagnosa penyakit jantung koroner dapat dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya :
a. EKG
EKG dapat memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis, rekaman yang dilakukan saat sedang mengalami
nyeri dada sangat bermanfaat.

b. Chest X-Ray (Foto Dada)


Thorax foto dada mungkin normal atau adanya kardiomegali, CHF (gagal jantung kongesif) atau
aneurisma ventrikel (Kulick,2014 :hal 42)

c. Latihan Tes Stress Jantung (Treadmill)


Ketika melakukan treadmill detak jantung, irama jantung, dan tekanan darah terus-menerus dipantu, jika arteri
koroner mengalami penyumbatan pada saat melakukan latihan maka ditemukan segmen depresi ST pada hasil
rekaman (Kulick, 2014:hal 42)

d. Ekokardiogram
Menggunakan gelombanag suara untuk menghasilkan gambar jantug, selama elektrokardiogram
dapat ditentukan apakah semua bagian dari dinding jantung berkontribusi normal dalam aktivitas memompa
e. Katerisasi Jantung atau Angiografi
Adalah suatu tindakan invasive minimal dengan memasukkan kateter (selang atau pipa plastik) melalui
pembuluh darah ke pembuluh darah koroner yang memperdarahi jantung, prosedur ini disebut katerisasi
jantung.

f. CT- Scan (Computerized Tomography Coronary Angiogram)


Pemeriksaan yang dilakuakan untuk membantu memperlihatkan arteri koroner dan suatu zat pewarna
kontras disuntikkan melalui intravena selama CT Scan, sehingga dapat menghasilkan gambar arteri jantung,
disebut ultrafast CT scan yang berguna untuk mendeteksi kalsium dalam deposito lemak yang
mempersempit arteri koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, maka memungkinkan terjadinya PJK
(Mayo Clinik, 2012:hal 43)

g. Magnetic Resonance Angiography (MRA)


Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan dengan penyuntikan zat pewarna
kontras, yang berguna untuk mendiagnosis adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun pemeriksaan
ini tidak sejelas pemeriksaan katerisasi jantung (Mayo Clinic, 2012: hal 44).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan prioritas meliputi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai
oksigen)
2. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan terputusnya aliran darah arteri
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue akibat ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai
oksigen
4. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan derajat ancaman yang tinggi (kematian)
5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraksi jantung yang berkurang
6. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai faktor risiko, proses
penyakit, rehabilitasi, aktivitas di rumah, dan pengobatannya.
(Ignativius & Workman, 2006 ; Lewis et. al, 2007 ; Smeltzer & Bare, 2002)
C. Perencanaan b) NIC
- Lakukan pengkajian nyeri nyeri komperhensif yang meliputi
Perencanaan dari diagnosa keperawatan
yang mungkin timbul meliputi : lokasi, karakteristik, onset/ durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen


atau beratnya nyeri dan pencetus nyeri
- Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
cedera biologis (ketidakseimbangan
kebutuhan dan suplai oksigen) terutama pada mereka yang tidak berkomunisasi secara efektif
- Berikan informasi menegnai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
a) NOC
- Nyeri yang dilaporkan menurun lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan

- Mengenali kapan nyeri terjadi akibat prosedur

- - Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon


Menggambarkan faktor penyebab nyeri
- Menggunakan tindakan pencegahan pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya suhu ruangan,

- Melaporkan nyeri terkontrol pencahayaan, suara bising)


- Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri nonfarmakologis
(NOC ; Tingkat nyeri 2102, dan
- Kolaborasi pemberian obat analgesik, jika diperlukan
Kontrol nyeri 1605)
(NIC ; Manajemen nyeri 1400)
2. Risiko penurunan perfusi jaringan
b) NIC
jantung berhubungan dengan terputusnya
- Skrining pasien mengenai kebiasaan yang berisiko yang
aliran darah arteri
berhubungan dengan kejaidan yang tidak diharapkan
a) NOC pada jantung ( misalnya merokok, obesitas, gaya hidup
- Denyut jantung apikal normal (60-100 yang sering duduk, tekanan darah tinggi, riwayat
x/menit) serangan jantung, riwayat keluarga dengan serangan
- Denyut nadi radial normal (60-100 jantung)
x/menit) - Monitor kemajuan pasien dengan interval yang teratur
- Tekanan darah sistolik normal (80-120 - Intruksikan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
mmHg) gejala penyakit jantung dini dan perburukan penyakit
- Tekanan darah diastol normal (60-80
jantung, sebagaimana mestinya
mmHg)
- Tidak ada angina, aritmia, takikardi,
- Intruksikan pasien dan keluarga mengenai modifikasi
bradikardi faktor risiko, sebagaimana mestinya
(NOC ; Perfusi jaringan - instruksikan pasien dan keluarga mengenai strategi diit
kardiak 0405) jantung sehat (misalnya rendah natrium, rendah lemak,
  rendah kolesterol, tinggi serat, cairan yang cukup,
asupan kalori yang tepat)
(NIC ; Manajemen risiko jantung 4050)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue akibat
ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen

a) NOC
- Saturasi oksigen ketika beraktivitas tidak terganggu
- Frekuensi nadi ketika beraktivitas tidak terganggu
- Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas tidak terganggu
- Tekanan darah sistolik dan diastolik saat aktivitas tidak terganggu
- Temuan hasil EKG normal
- Kemampuan dalam melakukan aktivitas harian hidup (ADL)
(NOC ; Toleransi terhadap aktivitas 0005)
b) NIC
- Monitor toleransi pasien terhadap aktivitas
- Pertahankan jadwal ambulasi, sesuai toleransi pasien
- Tentukan pasien/orang terdekat dengan pasien menegnai penyebab kelelahan
- Monitor respon oksigen pasien ( misalnya tekanan nadi, tekanan darah, respirasi) saat
perawatan maupun saat melakukan perawatan mandiri
- instruksikan pasien mengenai perawatan diri pada saat mengalami nyeri dada (minum
nitrogliserin sublingual setiap 5 menit selama 3 kali, jika nyeri dada belum hilang, cari pelayanan
medis gawad darurat)
- instruksikan pasien dan keluarga untuk membatasi mengangkat/mendorong barang (benda
berat) dengan cara yang tepat
- instruksikan pasien dan keluarga mengenai pertimbangan khusus terkait dengan aktivitas
sehari-hari ( misalnya pembatasan aktivitas, dan meluangkan waktu istirahat), jika memang
tepat
- kolaborasi dengan ahli terapis fisik, okupasi dan terapis rekreasional dalam perencanaan dan
pemantauan program aktivitas, jika diperlukan
(NIC; Perawatan jantung rehabilitatif 4046, Terapi aktivitas 4310, Manajemen energi
0180)
4. Ketidakefektifan koping b. NIC
berhubungan dengan derajat - Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikaan
ancaman yang tinggi (kematian) jaminan
- Berikan susana penerimaan
a) NOC - Sediakan informasi aktual mengenai diagnosis,
- Dapat mengidentifikasi pola
penanganan, dan prognosis
koping yang efektif dan tidak
efektif
- Turunkan stimulus yang dapat diartikan sebagai
- Dapat mengidentifikasi suatu ancaman
beberapa strategi koping - Dukung kemampuan mengatasi situasi secara
- Menyatakan perasaan akan berangsur-angsur
kontrol diri - Dukung verbalisasi perasaan, persepsi, dan rasa
- Menyatakan penerimaan takut
terhadap situasi - Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi-
- Menggunakan strategi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan
koping yang efektif (NIC ; Peningkatan koping 5230)
(NOC ; Koping
1302)
5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraksi jantung yang
berkurang

a) NOC
- Denyut jantung apikal normal (60-100 x/menit)
- Tekanan darah sistolik normal (80-120 mmHg)
- Tekanan darah diastol normal (60-80 mmHg)
- Tidak ada disritmia, angina, aritmia, takikardi, bradikardi
- Suara jantung normal (tidak terdapat suara tambahan)
- Tidak dyspnea saat istirahat dan aktivitas
- Tidak sianosis
(NOC ; Keefektifan pompa jantung 0400)
b) NIC
- Secara rutin mengecek pasien baik secara fisik dan psikologis
- Monitor EKG adakah perubahan segmen ST
- Lakukan penilaian komperhensif pada sirkulasi perifer (misal cek nadi perifer, edema,
pengisian ulang kapiler, warna dan suhu ekstermitas
- Monitor TTV rutin
- Monitor disritmia jantung, termasuk gangguan ritme dan konduksi jantung
- Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
- Pastikan tingkat aktivitas pasien yang tidak membahayakan curah jantung atau
menyebabkan serangan jantung
- Dorong adanya peningkatan aktivitas bertahap ketika kondisi sudah stabil
- Instruksikan pasien untuk melapor bila merasakan nyeri dada
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor sesak nafas, kelelahan, takipnea, orthopnea
(NIC ; Perawatan Jantung 4040)
6. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan
mengenai faktor risiko, proses penyakit, rehabilitasi, aktivitas di
rumah, dan pengobatannya
a) NOC
- Menegtahui perjalanan penyakit
- Mengetahui tanda dan gejala awal penyakit
- Mengetahui tanda dan gejala memburuknya penyakit
- Mengetahui manfaat manajemen penyakit
- Menegtahui strategi untuk mengurangi faktor risiko
- Mengetahui aktivitas yang direkomendasikan
- Menegtahui pengobatan (efek terapeutik, efek samping, efek lanjut obat)
(NOC ; Pengetahuan manajemen penyakit jantung 1830)
b) NIC
- Kaji pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit
- Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan
fisiologi
- Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit
- Identifikasi kemungkinan penyebab
- Berikan informasi mengenai kondisinya
- Hindari memberikan harapan kosong
- Berikan informasi mengenai pemerikasaan diagnostik yang tersedia
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau mengontrol proses penyakit
- Diskusikan pilihan terapi
- Jelaskan alasan dibalik manajemen/terapi/penanganan yang dianjurkan
- Jelaskan komplikasi yang mungkin ada
(NIC ; Pengajaran proses penyakit 5602)
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien. Peraawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang
berfokus pada pasien dan berorientasi pada hasil, sebagaimana digambarakan dalam
rencana. Fokus utama daari komponen implementasi adalah pemberian asuhan
keperawatan yang aman dan individual dengan pendekatan multifaktoral.
Implementasi perencanaan berupa penyelesaian tindakan yang diperlukan untuk
memenuhi kriteria hasil (Dudut, 2009).
E. Evaluasi
Pada saat melakukan evaluasi asuhan keperawatan perawat
memperhatikan apa saja yang sudah dituliskan pada poin kriteria
hasil (NOC) berdasarkan respon pasien pada saat dilakukan
tindakan. Masalah keperawatan dikatakan teratasi apabila kriteria
hasil (NOC) dapat terpenuhi secara keseluruhan.
PENERAPAN ASKEP LANSIA DENGAN JANTUNG KORONER
PENGKAJIAN

Tgl MRS : 29 Agustus 2020 pukul 09.25 WIB 2.) Identitas Penanggung Jawab
Tgl Pengkajian : 29 Agustus 2020 pukul 17.00 WIB
• Nama : Tn. I
1. Identitas
1.) Identitas Klien • Umur : 45 Tahun
• Nama : Ny. A • Alamat: Kluyon 2/2, Kec. Magelang
• Umur : 64 Tahun
Utara, Kota Magelang
• Alamat : Kluyon 2/2, Kec. Magelang Utara, Kota Magelang
• Suku/Bangsa : Jawa
• Agama : Islam
• Agama : Islam • Pekerjaan : Swasta
• Pekerjaan : Swasta
• Pendidikan : SMA
• Pendidikan : SD
• Hub.Dengan Klien: Anak Kandung
2. Keluhan Utama

a. Saat MRS (Masuk Rumah Sakit)


Klien mengatakan nyeri pada bagian dada
P: nyeri dirasakan pada saat melakukan aktivitas seperti menyapu, memasak dan hilang saat
digunakan untuk beristirahat
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri dirasakan dibagian dada sebelah kiri
S: Skala nyeri 6
T: nyeri dada hilang timbul kurang lebih 5 menit dalam 1 hari
b. Saat Pengkajian
Klien mengeluh nyeri dada sebelah kiri sedikit dan klien mengeluh tidak bisa tidur.
NURSING HISTORY

•  Riwayat Penyakit Sekarang


1.
Tanggal 29 Agustus 2020 pukul 09.00 WIB, klien mengeluh nyeri dada hilang timbul seperti ditusuk-tusuk, timbul
setelah melakukan aktivitas sedang seperti memasak, dan menyapu hilang setelah istirahat. Oleh keluarga dibawa ke IGD
RSUD Tidar Magelang dan di IGD px mendapat terapi :
Infus px 12 tetes/menit
Injeksi lasix 1 ampuk
Oksigen 2L/menit
TTV :
• TD = 120/110 mmHg RR = 24 x/menit
• N = 20 x/menit S =3C
• Kemudian px dibawa/ dipindah ke ruang ICU / ICCU RSUD Tidar Magelang
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Px pernah dirawat di rumah sakit 3 kali, yang pertama pernah rawat inap di RST Dr. Soedjono
Magelang sekitar 4 tahun yang lalu. Yang kedua rawat inap di RSUD Tidar Magelang pada bulan
Agustus 2018 kurang lebih 8 hari dan yang terakhir di ruang ICCU/ICU. Px masuk RS , ketiga
tiganya dengan keluhan nyeri dada seperti ditusuk-tusuk. Nyeri datang jika melakukan aktivitas
sedang seperti memasak dan menyapu, hilang setelah beristirahat. Nyeri timbul kurang lebih 5
menit/hari.
Setelah selesai dirawat di RSUD Tidar Magelang , px rajin kontrol di Dr. Thamrin tiap 1 bulan
sekali.
Px mempunyai penyakit hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Tekanan Darah yang biasanya kurang
lebih 150/90 mmHg.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga px ada riwayat penyakit hipertensi yang diturunkan
oleh ibu px, tetapi dalam keluarga px tidak ada riwayat DM. Dalam
keluarga px juga tidak ada riwayat penyakit menular seperti Hepatitis
B atau TBC.
4. Genogram
PEMERIKSAAN FISIK

•1.   Keadaan umum: baik , kesadaran : composmentis •b.  Kardiovaskuler (B2)


2. TTV • Inspeksi : Tidak terlihat ictus cordis
TD : 150/70 mmHg , N : 80 x/ menit, RR : 24 x / menit,
• Auskultasi : Bunyi jantung b > 1 dan b > 11 tunggal
S : 36,5C
3. Body Sistem • Perkusi : pekak

a. Pernafasan (B1) • Palpasi : teraba denyut jantung


• Inspeksi : px memakai oksigen tambahan 2L / menit, pola c. Persyarafan (B3) = tidak terkaji
nafas teratur, RR= 24 x / menit
d. Perkemihan : Eliminasi Urine (B4)
• Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan seperti wheezing,
Ronchi • Inspeksi : px memakai Dc, urine tamping tgl 16 Mei
• Perkusi : Sonor 2009 sebanyak 1400 CC

• Palpasi : Vokal fremitus teraba simetris kanan dan kiri


e. Pencernaan : Eliminasi Alvi (B5)

 Inspeksi : abdomen rata tidak terdapat benjolan


 Auskultasi : Bising usus 9 x / menit
 Perkusi : timpani
 Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat massa
f. Tulang otot Integument (B6) = tidak terkaji

g. Pengkajian Psikososial

Px ingin mengatakan tidak betah dan berharap ingin cepat pulang sehingga px mengeluh tidak bisa tidur. Hubungan
px dengan keluarga, perawat baik.
h. Pengkajian Spiritual

Selama masuk rumah sakit klien tidak dapat menjalankan sholat 5 waktu karena keadaan umum klien bedrest, klien
hanya dapat berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi kesembuhan dan berharap cepat pulang.
Sebelum masuk rumah sakit klien taat beribadah sholat 5 waktu di mushola terdekat atau kadang- kadang dirumah.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium tanggal 29 Agustus 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai Nasional
- Hemoglobin 12,8 11,5 – 16,0 g/dl
- Leukosit 9100 4000 – 11.000/ cmm
- Eritrosit 4.440.000 3,0 – 6,0 juta/cmm
- DifferensialCount 1/-/-/75/24/- 1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7
- LED 60 0-20/jam
- Trombosit 334.000 150000 – 450.000/cmm
- Hemotocrit 39,7 35 – 47 %
- MCV 89,4  
- MCH 26,3  
- MCHC 32,2  
- CKMB 2,00 0–0
- GOT(AST) 26,3 5 – 34 u/L
- GPT (ALT) 14,7 10 – 35 u/L
- Cholesterol 202 0 – 200 mg/dL
- HDL 35,00 35 – 150 mg/dL
- LDL 140,80 0 – 150 mg/dL
- TG 132 0 – 150 mg/dL
- BUN 9,6 10 – 20 mg/dL
- Creatinine 0,48 0,6 – 1,2 mg/dL
- UA 4,2 2,4 – 5,7 mg/ dL
- CA 4,65 4 – 5,2 mg/dL
- KA 3,80 3,6 – 5,5 mmol/L
- NA 142,00 135 – 155 mmol/L
- BSN 102 70 – 110 mg/dL
   
Terapi
1. Infus pz 12 tetes/menit
2. injeksi per IV (lewat selang infus)
3. Lasix 1 ampul (20 mg)
4. Oral
- Ticard 250 mg : 2 x 1 tablet
- Cardisan 5 mg : 1 x 1/2 tablet
- Spironolactone 100 mg : 1 x 1/2 tablet
- Diazepam 2 : 2 x 1 tablet
- Maintate 5 : 1 x 1 tablet
- Isosorbide Dinitrate 5 mg: 3 x 1 tablet
- Cardio Apirin : 1 x 1 tablet
B. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
No Analisa Data Problem Etiologi
1. DS: pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri Nyaman (nyeri) Gangguan rasa ateri koroner
DO:
 TD: 150/70 mmHg
 N: 80 x/menit
 RR: 24x/menit
 S: 36 ◦C
 Ekpresi wajah menyeringai/ menahan nyeri
 Hasil EKG
2. DS: Pola nafas tidak efektif Nyeri/ kelemahan otot
 pasien mengeluh saat bernapas (inspirasi)
dada terasa nyeri
 pasien mengatakan berhati
DO:
 RR: 24x/menit
 S: 36◦C
 Inspirasi dan ekspirasi tarkikardi (cepat
dangkal)
 Saturasi O2
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan


iskemia jaringan akibat penyumbatan arteri coroner

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri/


kelemahan otot
C. Perencanaan
Intervensi :
1. Dx 1
1) Observasi TTV
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
R/ : Untuk mengetahui tanda-tanda vital dan
keperawatan selama 1x24 jam,
perkembangan klien.
nyeri yang dikeluhkan pasien berkurang.
2) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Kriteria hasil :
R/ : Untuk memberikan rasa rileks kepada klien
- Pasien mengatakan nyeri berkurang / hilang
3) Batasi aktivita pasien (bed rest total)
- TTV dalam batas normal / stabil
R/ : Untuk mengurangi kebutuhan O2
- Ekspresi wajah rileks
4) Kolaborasi dengan medis pemberian vasodilator
- Pasien mengatakan bisa beristirahat / tidur
R/ : Untuk memberikan O2 melalui kanul O2 ±
antara 2-4 liter/jam
2. Dx 2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam, masalah pola nafas tidak efektif dapat teratasi.
Kriteria hasil :
- Pasien mengatakan sesak nafas berkurang / hilang
- Saturasi oksigen normal (100%)
- RR dalam batas normal (16-20 x/menit)
- Inspirasi dan ekspirasi seimbang (normal)
Intervensi :

1) Observasi TTV
R/ : Mengetahui perkembangan pasien dan untuk menentukan tindakan selanjutnya
2) Berikan posisi semi flower
R/ : Merangsang fungsi pernafasan / ekspansi paru
3) Ajarkan pasien untuk latihan nafas dalam
R/ : Membantu mempertahankan potensi jalan nafas
4) Ajarkan pasien untuk menahan dada dengan bantal selama batuk
R/ : Menurunkan tegangan insisi, meningkatkan ekspansi paru maksimal dan mengingkatkan upaya
batuk efektif
5) Berikan tambahan O2 dengan kanula / masker sesuai indikasi

R/ : Meningkatkan pengiriman O2 ke paru untuk kebutuhan sirkulasi


6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
R/ : Menentukan terapi yang cocok diberikan kepada pasien
D. Implementasi
Tanggal/Jam Dx Implementasi TTD
30-08-2020 I 1. Mengobservasi TTV  
07.00   T: 98/51mmHg, S: 360C, RR: 22x/menit, N:
    46x/menit
07.15   2. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
    R/ Membatasi pengunjung yang masuk
    3. Membatasi aktivitas pasien
07.30   R/ Pasien hanya miring kiri dan miring kanan
    4. Memberikan oksigen/O2 melalui kanul O2
    R/ O2 = 2 L/menit
07.45   5.Memberikan obat oral: licard, cardisan,
    spironolaktone, diazepain, maintate iso sorbide
07.50   dinitrate, cardio aspirin dan injeksi lasix 1 ampul
 
        
    1. Mengobservasi TTV
11.00 II T: 102/58 mmHg, S: 365C, RR: 27x/menit, N:
  128x/menit
  2. Memberikan posisi semi fowler
11.15 R/ Klien kooperatif dengan tindakan keperawatan
  3. Mengajarkan pasien untuk latihan nafas dalam
  R/ Klien mau mengikuti latihan nafas dalam
11.25 4. Mengajarkan pasien untuk menekan dada dengan
  bantal selama batuk
  R/ Klien kooperatif dengan tindakan keperawatan
  5. Memberikan tambahan O2 dengan kanul O2
11.35 R/ O2 = 2 L/menit
  6. lanjut memberikan obat: bicard, isosorbicle dinitrate
   
 
11.45
 
 
 
E. Evaluasi
Tanggal/Jam Dx Evaluasi TTD

17-5-2009 I S= Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri sudah berkurang


13.00   O=
    - TD: 97/43mmHg, RR: 20x/menit, N: 69x.menit, S: 36 6C
    - Sekala nyeri ringan (0-3)
    A= Masalah teratasi sebagian
    P= Lanjut intervensi no 1-5
     
   
   
     
13.30 II S= Pasien mengatakan saat bernafas sudah tidak nyeri
O=
- RR: 20x/menit
- Saturasi O2
A= Masalah teratasi sebagian
P= Lanjut intervensi 1-6
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai