Anda di halaman 1dari 47

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

Direktur Kesehatan Lingkungan


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan
Rumah Sakit yang Melaksanakan Pengelolaan PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS SESUAI ATURAN
adalah minimal melakukan pemilahan limbah (antara
Limbah Medis Sesuai Peraturan limbah medis dan non-medis) dan pengolahan limbah
secara mandiri (on site) atau bekerja sama dengan
(e-monev Pengelolaan Limbah Fasyankes per 28 Desember 2017) pihak yang memiliki izin pengolahan (off site).

Pengelolaan Limbah
Memilah Limbah Pilah-Olah dari 782 Rumah Sakit
(per 28 Desember 2017)
3% Ya • 30,36% data RS diterima (782 RS)
Tidak • 22% RS (578 RS dari 2576 RS)
mengelola limbah
97% • Target tahun 2017 = 21 %
26%
Ya Timbulan Limbah
Tidak
dari 782 Rumah Sakit
Mengolah limbah
(per 28 Desember 2017)
74%
• 0,25 kg/tempat tidur/hari
25%
Ya • 35 kg/Rumah Sakit/hari
Tidak
• 27,3 ton/hari
75%
Penggunaan Jasa Pihak Ketiga Pengolah Limbah (%)
0.5
5.3
6.5
Sumatera
27
5.8 Jawa
Kalimantan
Bali dan Nusa Tenggara
Sulawesi
Maluku dan Kep Maluku
Papua

55

Dari data 578 Rumah Sakit yang melakukan pengelolaan limbah B3 fasyankes sesuai dengan
standar, diketahui bahwa ada sebanyak 518 Rumah Sakit yang memiliki kerjasama pengolahan
limbah dengan pihak ketiga, dengan didominasi oleh Rumah Sakit yang berada di pulau Jawa
(55%), diikuti dengan pulau Sumatera (27%).
La
m

120%

0%
20%
40%
60%
80%
Y p
Ka og ung
lim ya

100% 95%
an kar
Su tan ta
m

68%
at Uta
er r
a a
Ba
ra

63% 61%
Ba t
Ka nt
en
l im
an
ta Bal
n i

51% 50%
Ti
Go ur m
ro

40%
nt
al
o

36%
Ri
Su au
la

32%
Ka we Jam
lim si bi
an Sel
ta ata
n
Nu T n
Ja en
sa w g
Te a T a h
ng en
g a ga
ra h
Ba
ra
Ja t
26% 26% 26% 26% 25%

K k
Ke alim Jaw arta
pu a
23%

la ant Ba
ua an ra
n t
Ba Sel
n a ta
Ke gka n
20% 19%

B
Su pula eli
la .
we uan ..
si R
Te i a u
M ng
al g
uk ara
u
18% 17% 16%

Ut
Su ar
m a
15%

at
er Ace
a
Se h
la
Ka ta
l im M n
a n alu
pengelolaan limbah
Indikator Kinerja

Su tan ku
m
at B ar
e
medis sesuai peraturan
RS yang melaksanakan

at
9% 8% 7% 7%

Su ra
la U
we tar
si a
RUMAH SAKIT YANG MENGELOLA LIMBAH MEDIS

Ja Uta
SESUAI ATURAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2017

10%

wa ra
Ti
m
Su ur
6% 5% 5%

la P
we ap
15%

si u
Nu Te a
sa ng
Te B e a h
3% 3%

ng ng
21%

ga ku
r a lu
Pa Tim
p
Target (Tahun)

ur
Su ua
la B
28%

w a ra
t
Provinsi Jatim

Su esi
la Ba
we ra
si t
36%

Ba
2015 2016 2017 2018 2019

ra
t
0% 0% 0% 0% 0%
Perkiraan Timbulan dan Kapasitas
Pengolahan Limbah Medis yang ada

Rumah Sakit • 90 Incinerator RS Berizin


Jumlah : 2.870 • 6 Perusahaan sbg Pihak 3 pengolah
Timbulan : 100,45 ton/hari Incinerator RS berizin : 90
Kapasitas : 3,15 ton/hari
Puskesmas
Jumlah : 9.821 Pengolah Swasta : 6
Timbulan : 2,2 ton/hari Kapasitas : 24 ton/hari
Total Timbulan
Total Kapastas
(tidak termasuk Fasyankes lainnya)
27,15 ton/hari
102,65 ton/hari
Tumpukan Limbah Medis di Indonesia

a) Tumpukan limbah medis 73 rumah sakit dari 15 propinsi :


218, 28 Ton (Data PERSI, Rapat Kemenko PMK 29 Maret 2018)
b) Dari poin a, maka prediksi timbulan limbah medis 2601 Rumah Sakit
seluruh Indonesia (34 propinsi) : 7778 ton

Perhitungan prediksi tumpukan limbah medis di seluruh Indonesia :


Jumlah total rumah sakit x tumpukan limbah medis
Jumlah rumah sakit

2010 x 218,3 = 6010,7 Tumpukan limbah medis dari 15 propinsi


73

2601 x 6010,7 = 7778 Tumpukan limbah medis dari 34 propinsi


2010
Jenis Limbah Fasyankes Berdasarkan Karakteristiknya

Termome
Limbah
Limbahter &
Limbah
kimia
infeksius
tabung&
tajam
& farmasi
rusak
1%
3%
patologi 1%
15%
Limbah
domestik
80%
DASAR HUKUM TERKAIT PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES
Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan


Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.56/Menlhk-Sekjen/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
Kesepakatan Internasional ……

Basel Convention on the


Control of Transboundary
Movements of Hazardous Limbah B3
Wastes and Their Disposal

Stockholm Convention on the


Persistent Organic Pollutants
Dioksin, Furan

Minamata Convention on
Mercury Merkuri di Alkes
UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP

Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 WAJIB


melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri
pengelolaan limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada
pihak lain.
Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Undang-undang No. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan
Pasal 163
Lingkungan sehat berarti bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan
kesehatan, antara lain:
a. limbah cair;
b. limbah padat;
c. limbah gas;
d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah;
e. binatang pembawa penyakit;
f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas;
h. radiasi sinar pengion dan non pengion;
i. air yang tercemar;
j. udara yang tercemar; dan
k. makanan yang terkontaminasi
DUKUNGAN PENGELOLAAN LIMBAH Manajemen Fasilitas dan Keamanan
MFK 1
DALAM AKREDITASI FASYANKES Izin-izin (Izin Lingkungan, IPLC, Izin TPS Limbah
(khusus RUMAH SAKIT) B3, Izin Pengolahan Limbah B3)
MFK 2
Program manajemen risiko fasilitas dan
lingkungan (B3 dan Limbah B3)
MFK 5
Identifikasi dan Pengendalian secara aman B3
dan Limbah B3
MFK 5.1.
Penyimpanan dan pengolahan Limbah B3
MFK 9.3
Pemeriksaan kualitas air bersih dan air Limbah
secara berkala
PENGELOLAAN
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
LIMBAH PPI 7.4
Pengendalian risiko infeksi dari kegiatan
pengelolaan Limbah infeksius
PPI 7.5
Pengendalian risiko infeksi dari benda tajam
dan jarum
PERMEN LHK Nomor: P.56/Menlhk-Sekjen/2015 tentang
Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3
dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan


panduan bagi Penghasil Limbah B3 dari fasilitas
pelayanan kesehatan dalam mengelola Limbah
B3 yang dihasilkan.
PERMEN LHK Nomor: P.56/MenLHK/
Sekjen/2015
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis PP No. 47 tahun 2016 tentang
Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES
Fasyankes :
• Mengatur Terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Meliputi: Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas:
a. Pusat Kesehatan Masyarakat;
1. tempat praktik mandiri Tenaga Kesehatan;
b. Klinik Pelayanan Kesehatan Atau Sejenis;
2. pusat kesehatan masyarakat;
Dan
3. klinik;
c. Rumah Sakit
4. rumah sakit;
5. apotek;
• Limbah B3 Yang Diatur Meliputi Limbah: Dengan 6. unit transfusi darah;
Karakteristik Infeksius; Benda Tajam, Patologis, 7. laboratorium kesehatan;
Bahan Kimia Kedaluwarsa, Tumpahan, Atau Sisa 8. optikal;
Kemasan, Radioaktif, Farmasi, Sitotoksik, Peralatan 9. fasilitas pelayanan kedokteran untuk
Medis Yang Memiliki Kandungan Logam Berat kepentingan hukum; dan
Tinggi; Dan Tabung Gas Atau Kontainer
Bertekanan. 10. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tradisional.
Sesuai dengan PermenLHK No. P56 tahun 2015 tentang
KONDISI SAAT INI Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
B3 dari FASYANKES

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES


Penghasil

 Memilah : RS A
DENGAN INSENERATOR
BERIZIN KLHK
- Limbah Domestik
- Limbah Medis Penghasil PENGOLAH
 Limbah Infeksius LIMBAH MEDIS
SWASTA DENGAN
Puskesmas
Patologis INSENERATOR ABU
BERIZIN KLHK
 Limbah Tajam LIMBAH
Landfill
 Limbah Penghasil MEDIS
Limbah B3
Fasyankes
Plastik/Kaca Klinik
Sesuai dengan PermenLHK No. P56 tahun 2015 tentang
KONDISI SAAT INI Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3
dari FASYANKES

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES


Penghasil
RS B
 Memilah : Tanpa
Insenerator
- Limbah Domestik
- Limbah Medis Penghasil PENGOLAH
 Limbah Infeksius LIMBAH
LIMBAH MEDIS
SWASTA DENGAN
Puskesmas
Patologis MEDIS INSENERATOR ABU
BERIZIN KLHK
 Limbah Tajam
Landfill
 Limbah Penghasil Limbah B3
Fasyankes
Plastik/Kaca Klinik
STRATEGI PENYELENGGARAN

Dana
Kebijakan
PLM
SDM Sarana, prasarana
Proses Pengelolaan Limbah B3

pengurangan penyimpanan pengumpulan pengangkutan

penimbunan pengolahan pemanfaatan


PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGANGKUTA
PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN
N

Pengurangan Pada Sumber (Reduce)


 Menghindari penggunaan material yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
apabila terdapat pilihan yang lain;
 Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan atau material yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau pencemaran terhadap lingkungan;
 Melakukan tata kelola yang baik pengadaan bahan kimia dan bahan farmasi untuk
menghindari terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa; dan
 Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai jadwal.
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGANGKUTA
PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN
N

Pemilahan
Mudah
1. Memisahkan Limbah berdasarkan jenis, kelompok, menyala
dan/atau karakteristik Limbah B3; dan
Mudah
2. Mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok limbah Infeksius
meledak

Kategori Limbah B3 Fasyankes KARAKTERISTIK


LIMBAH B3
Infeksius Tajam Patologis
Beracun Reaktif
Kimia Farmasi Sitotoksik
Korosif
Kontainer
Logam berat Radioaktif
bertekanan
Pemilahan dan Pewadahan
 Pemilahan dilakukan mulai dari sumber oleh penghasil
limbah (mis: perawat). Di setiap sumber/ ruangan MERAH
ditempatkan wadah yang sesuai dengan limbah yang
dihasilkan.
KUNING
 Wadah dinamai sesuai kategori/ kelompok limbah dan
diberikan kantong plastik sesuai warna.
 Jarum suntik bisa disediakan safety box di tempat KUNING
dilakukan tindakan. Setelah menyuntik, suntik langsung
dimasukan ke dalam safety box tanpa menutup kembali.
UNGU
 Jarum suntik juga bisa menggunakan needle cutter atau
needle destroyer untuk memisahkan siringe dengan
spoitnya. COKLAT

Sumber: KEPMENKES 1204/2004 tentang Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Rumah Sakit dan Permen LHK no. P56 th. 2015
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGANGKUTA
PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN
N

Penyimpanan

Patologis Paling lama:


Infeksius • 2 hari, pada suhu > 0oC
Tajam • 90 hari, pada suhu < 0oC

Kimia Paling lama:


Farmasi • 90 hari, yang dihasilkan > 50 kg per hari
Sitotoksik atau lebih;
Tabung bertekanan • 180 hari, yang dihasilkan < 50 kg per hari
Logam berat
24
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGANGKUTA
PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN
N

Pengangkutan
1. Di dalam lingkungan Fasyankes (Internal)
2. Keluar lingkungan Fasyankes (Eksternal)

INTERNAL EKSTERNAL

PT. EDELWEIS
TRANSPORTASI
Untuk pengangkutan: HALWA
1. Dari penghasil ke Depo
2. Dari penghasil ke pengolah
Di dalam Provinsi, Kabupaten/Kota
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGANGKUTA
PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN
N

Pengolahan
1. Teknologi/metode pengolahan Limbah Fasyankes

Teknologi Tajam Infeksi Patologi Farmasi Logam Tabung


berat bertekanan
Insinerator pirolitik Ya Ya Ya Sedikit Tidak Tidak
Disinfeksi kimia Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Autoklaf Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak
Microwave Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Penguburan TIdak Ya Ya Sedikit Tidak Tidak
Enkapsulasi Ya Tidak Tidak Sedikit Sedikit Tidak
Inertisasi Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGANGKUTA
PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN
N

Pengolahan
2. Skenario pengolahan Limbah Fasyankes PENGOLAHAN
LIMBAH
FASYANKES

Berbasis WILAYAH
Off-site On-site

Pihak ke-3
Fasyankes Pemda (BUMD) Mandiri
(swasta)
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGANGKUTA
PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN
N

Pengolahan ACEH
Berlaku: 2

3. Fasyankes yang Sumatera


Utara
mengolah Limbah on- Berlaku: 6
Riau

site (mandiri) dengan Berlaku :2 Kaltim


Berlaku: 8
Kepri
memiliki Incinerator Berlaku: 1

Berizin - 93 RS (Per Babel:


Berlaku: 1
Kalsel
Berlaku : 5
Sulteng
Berlaku : 2
Jambi Proses :1
Juli 2018), total Berlaku : 3

kapasitas terpasang Sumsel


Berlaku: 4 DKI
Berlaku:
Jateng
Berlaku : 6 Jatim

berkisar 45 ton/hari Lampung


9 Proses : 1 Berlaku : 28
Proses : 4 Sulsel
Berlaku : 1 Berlaku : 3
(BERPOTENSI Proses : 1 Proses : 4

MENJADI PENGOLAH Banten


Berlaku : 1
Jabar
Berlaku : 8
DIY NTB
Proses : 1
BERBASIS WILAYAH) Berlaku : 2
Proses : 1
Berlaku: 1
Proses : 1
MODEL I KAB/ KOTA/ PROV

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES BERBASIS


WILAYAH
Penghasil
 Minimalisir Limbah Medis RECYCLE PENGUMPUL
 Memilah : - Limbah Plastik
- Limbah Tajam RS A BIJIH PLASTIK
- Limbah Patologis HASIL NON RS RUJUKAN /
 Limbah Plastik : Non insenerasi INSENERASI RS WILAYAH
 Recycle YANG
Penghasil MEMPUNYAI
 Limbah Infeksius Patologis COLD STORAGE
LIMBAH DAN
 kirim ke RS yang memiliki Puskesmas INFEKSIUS
Insenerator berizin menerima INSENERATOR ABU
PATOLOGIS BERIZIN
dari Fasyankes lain
Atau MENERIMA Pihak ke-3
 Pihak ke 3 dengan insenerator Penghasil DARI FASYANKES
Landfill
berizin LAIN
Limbah B3
SISA LIMBAH Fasyankes
Klinik
 Limbah Tajam : Non insenerasi TAJAM HASIL NON
 Limbah Non B3 INSENERASI
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI FASYANKES BERBASIS WILAYAH

Model Pertama
 Limbah Plastik seperti kemasan bekas medis, spuit bekas dan botol infus bekas
yang tidak terpapar cairan tubuh pasien, bekas kemasan cairan hemodialisis dapat
dilakukan recycle dengan cara pengosongan, pembersihan, desinfeksi dan harus
berubah bentuk (penghancuran atau pencacahan).

 Limbah jarum suntik sebelum dimasukkan ke safety box dipisahkan dengan


menggunakan needle cutter atau needle destroyer sehingga tidak dapat digunakan
kembali. Limbah spuit dapat dilakukan recycle dengan cara pengosongan,
pembersihan, desinfeksi dan berubah bentuk (penghancuran atau pencacahan).

 Limbah infeksius patologis dikelola berkerjasama dengan pihak ketiga yang berizin
atau dikirim ke Rumah Sakit Besar atau Vertikal yang mempunyai cold storage dan
incinerator berizin menerima dari Fasyankes lain. Residu abu (buttom ash) yang
dihasilkan dibuang ke sanitary landfill atau controlled landfill setelah dilakukan
solidifikasi dengan cara inertisasi atau enkapsulsasi.
KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN YANG DAPAT MENDUKUNG
PENGEMBANGAN PENGELOLAAN LIMBAH BERBASIS WILAYAH
SK DIRJEN BINA UPAYA KESEHATAN No. HK.02.03/ I/0363/ 2015 tentang
PENETAPAN RS RUJUKAN PROVINSI DAN RS RUJUKAN REGIONAL
MODEL II KAB/ KOTA/ PROVINSI

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES BERBASIS


WILAYAH
Penghasil
 Minimalisir Limbah Medis RECYCLE PENGUMPUL
 Memilah : - Limbah Plastik
- Limbah Tajam RS A BIJIH PLASTIK
- Limbah Patologis HASIL NON
 Limbah Plastik : Non insenerasi INSENERASI Pengolah Limbah
 Recycle Medis dengan
Penghasil Insenerator
 Limbah Infeksius Patologis LIMBAH (Swasta/BUMD/UPT)
 kirim ke RS yang memiliki Puskesmas INFEKSIUS yang
Insenerator berizin menerima mempunyai izin ABU
PATOLOGIS
dari Fasyankes lain dari KLHK
Atau
 Pihak ke 3 dengan insenerator Penghasil Landfill
berizin Limbah B3
SISA LIMBAH Fasyankes
Klinik
 Limbah Tajam : Non insenerasi TAJAM HASIL NON
 Limbah Non B3 INSENERASI
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI FASYANKES BERBASIS WILAYAH

Model Kedua
 Limbah Plastik seperti kemasan bekas MEDIS, spuit bekas dan botol infus bekas selain
infus darah dan/atau cairan tubuh, bekas kemasan cairan hemodialisis dapat dilakukan
recycle dengan cara pengosongan, pembersihan, desinfeksi dan penghancuran atau
pencacahan

 Limbah jarum suntik sebelum dimasukkan ke safety box dipisahkan dengan menggunakan
needle cutter atau needle destroyer sehingga tidak dapat digunakan kembali. Limbah spuit
dapat dilakukan recycle dengan cara pengosongan, pembersihan, desinfeksi dan berubah
bentuk (penghancuran atau pencacahan).

 Limbah infeksius patologis dikelola bekerjasama dengan pihak ketiga yang berizin atau
dikirim ke Pengolah Limbah Medis dengan Insenerator (Swasta/BUMD/UPT) yang
mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Residu abu (buttom
ash) yang dihasilkan dibuang ke sanitary landfill kelas 1 setelah melalui proses solidifikasi.
Pengecualian
IZIN PENGOLAHAN LIMBAH B3
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGANGKUTA
PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN
N

Pengolahan
4. Perusahaan jasa 6. PT.
pengolahan Limbah PK

Fasyankes sebanyak
6 perusahaan,
dengan kapasitas
pengolahan 151,6
ton per hari 1. PT. WI 5. PT.
AE
3. PT.
PR

2. PT. TJ

4. PT. JM
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN
DALAM KONDISI DARURAT LIMBAH
MEDIS
KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH DI PABRIK SEMEN

Limbah Medis Dimusnahkan


No Nama Perusahaan Jumlah (ton)
s.d. 9 Mei s.d. 9 Jun s.d. 9 Jul s.d. 9 Agt s.d. 9 Sep s.d. 9 Okt
1 PT. Cemen Padang 22,26 46,20 0 0 0 0 68,46
2 PT. Cemindo Gemilang 0 13,72 0 0 0 0 13,72
3 PT. Indocement 0 2,86 0 0 0 0 2,86
Tunggal Prrakarsa, Tbk
4 PT. Holcim Indonesia, 0 3,00 0 0 0 0 3,00
Tbk
Total (ton) 22,26 65,78 0 0 0 0 88,04
INDUSTRI SEMEN YANG BERMINAT
TERLIBAT
NO PERUSAHAAN KETERANGAN

1 Semen Kupang, NTT Surat Nomor: Bu.660.1/16/DLH/2018


tanggal 11 April 2018

2 Semen Baturaja, Sumatera Surat Nomor: KM.01.12/2361/2018


Selatan tanggal 29 Juni 2018

3 Semen Bosowa, Sulawesi Selatan Melalui ASI


4 Semen Tonasa, Sulawesi Utara Melalui ASI
RENCANA KEGIATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
TERKAIT PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES
BERBASIS WILAYAH
Mendorong pengembangan pengolahan Limbah medis berbasis wilayah, baik oleh
Pemerintah Daerah maupun swasta dengan langkah-langkah:

1. Menyiapkan regulasi tentang pedoman pengolahan Limbah berbasis wilayah


2. Mengkoordinasi pelaksanaan pengolahan Limbah berbasis wilayah dengan
Kementerian LHK dan Kemendagri
3. Menyusun kurikulum dan modul pelatihan TOT pengelolaan Limbah Fasyankes
berbasis wilayah
4. Melaksanakan peningkatan kapasitas berupa sosialisasi dan advokasi serta pelatihan
5. Mengembangkan konsep model pengelolaan LM berbasis wilayah berkoordinasi
dengan pemerintah daerah
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai