BERBASIS WILAYAH
KONGRES PERSI XIV, Jakarta 18 Oktober 2018
55
Dari data 578 Rumah Sakit yang melakukan pengelolaan limbah B3 fasyankes sesuai dengan
standar, diketahui bahwa ada sebanyak 518 Rumah Sakit yang memiliki kerjasama pengolahan
limbah dengan pihak ketiga, dengan didominasi oleh Rumah Sakit yang berada di pulau Jawa
(55%), diikuti dengan pulau Sumatera (27%).
Perkiraan Timbulan dan Kapasitas
Pengolahan Limbah Medis yang ada
Limbah infeksius
Limbah domestik
& patologi
80%
15%
Limbah domestik Limbah infeksius & patologi Limbah kimia & farmasi
Kewajiban Fasyankes
Mengelola Limbah Medis Sisi Regulasi
dan Kesehatan Lingkungan
Regulasi Terkait ….
Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.56/Menlhk-Sekjen/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P-68/MenLHK/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
UU NO. 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT
• RUMAH SAKIT HARUS MEMENUHI PERSYARATAN LOKASI,
BANGUNAN, PRASARANA, SUMBERDAYA MANUSIA, KEFARMASIAN,
DAN PERALATAN
• PRASARANA RS YANG DIMAKSUD DIANTARANYA INSTALASI
PENGELOLAAN LIMBAH
• PRASARANA RS HARUS MEMENUHI STANDAR PELAYANAN,
KEAMANAN, SERTA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PENYELENGGARAAN RS
• PRASARANA TSB HARUS TERPELIHARA DAN BERFUNGSI DENGAN
BAIK
• PENGOPERASIAN PRASARANA RS TERSEBUT, HARUS DIOPERASIKAN
OLEH SDM YG KOMPETEN
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
Jenis Limbah
Sumber Limbah
Pengolahan Pengolahan
Internal Eksternal
Pemilahan
Mudah
1. Memisahkan Limbah berdasarkan jenis, kelompok, menyala
dan/atau karakteristik Limbah B3; dan
Mudah
2. Mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok limbah Infeksius
meledak
b. Metode insinerasi
Incinerator
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS EKSTERNAL
1. PENGANGKUTAN EKSTERNAL
Kegiatan pengangkutan limbah medis dilakukan oleh:
Depo pemindahan
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI FASYANKES
• Puskesmas • Klinik
Tempat Tempat
Pengangkutan Pengangkutan Pengangkutan Pengangkutan
Penyimpanan eksternal
Penyimpanan
internal
Eksternal internal Sementara
Sementara
Depo Depo
Pemindahan/ Pemindahan/Pihak
Ketiga
Pihak Ketiga
MODEL 2
MODEL 1
PENGOLAHAN PENGOLAHAN
LIMBAH LIMBAH
FASYANKES FASYANKES
Off-site Off-site
SUMBER LIMBAH
Recycle Pengumpul
• Pengurangan limbah
RS
Limbah plastic
• Pemilahan : plastik, (non Incinerasi)
tajam, pathologis
PENGOLAHAN
PUSKESMAS
• Limbah plastic : Non EXTERNAL
incinerasi recycle DGN INCINERATOR ABU
Limbah
pathologis BERIZIN
• Limbah infeksius
KLINIK (BUMD/UPT/ SWASTA)
pathologis : ke pengolah
LM berijin Solidifikasi/
inertisasi
• Limbah tajam, botol FASYANKES
kaca : tidak utuh dan LAIN Limbah tajam, botol Sanitari Landfil
disinfeksi (non Incinerasi)
PENGOLAHAN INTERNAL
PENGOLAHAN EXTERNAL
(Pra-pengolahan)
MODEL I KAB/ KOTA/ PROV/ KARISIDENAN/ GUGUS PULAU
Model Pertama
Limbah Plastik seperti kemasan bekas medis, spuit bekas dan botol infus bekas
yang tidak terpapar cairan tubuh pasien, bekas kemasan cairan hemodialisis dapat
dilakukan recycle dengan cara pengosongan, pembersihan, desinfeksi dan harus
berubah bentuk (penghancuran atau pencacahan).
Limbah infeksius patologis dikelola berkerjasama dengan pihak ketiga yang berizin
atau dikirim ke Rumah Sakit Besar atau Vertikal yang mempunyai cold storage dan
incinerator berizin menerima dari Fasyankes lain. Residu abu (buttom ash) yang
dihasilkan dibuang ke sanitary landfill atau controlled landfill setelah dilakukan
solidifikasi dengan cara inertisasi atau enkapsulsasi.
KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN YANG DAPAT MENDUKUNG
PENGEMBANGAN PENGELOLAAN LIMBAH BERBASIS WILAYAH
SK DIRJEN BINA UPAYA KESEHATAN No. HK.02.03/ I/0363/ 2015 tentang
PENETAPAN RS RUJUKAN PROVINSI DAN RS RUJUKAN REGIONAL
MODEL II KAB/ KOTA/ PROVINSI/ KARISIDENAN/ GUGUS PULAU
Model Kedua
Limbah Plastik seperti kemasan bekas MEDIS, spuit bekas dan botol infus bekas selain
infus darah dan/atau cairan tubuh, bekas kemasan cairan hemodialisis dapat dilakukan
recycle dengan cara pengosongan, pembersihan, desinfeksi dan penghancuran atau
pencacahan
Limbah jarum suntik sebelum dimasukkan ke safety box dipisahkan dengan menggunakan
needle cutter atau needle destroyer sehingga tidak dapat digunakan kembali. Limbah spuit
dapat dilakukan recycle dengan cara pengosongan, pembersihan, desinfeksi dan berubah
bentuk (penghancuran atau pencacahan).
Limbah infeksius patologis dikelola bekerjasama dengan pihak ketiga yang berizin atau
dikirim ke Pengolah Limbah Medis dengan Insenerator (Swasta/BUMD/UPT) yang
mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Residu abu (buttom
ash) yang dihasilkan dibuang ke sanitary landfill kelas 1 setelah melalui proses solidifikasi.
MANFAAT
• Berkurangnya volume limbah medis yang perlu dikerjasamakan dengan
pengolah limbah sebagai pihak ke-3
• Mencegah terjadinya dampak pencemaran lingkungan baik di lingkungan
RS maupun masyarakat di luar RS
• Mencegah terjadinya infeksi dan keselamatan terhadap petugas
Fasyankes
• Mencegah terjadinya penyalahgunaan konsep reuse, reduce dan recycle
limbah, yang berpotensi menjadi kasus hukum
• Bagi Pemerintah daerah yang melakukan pengelolaan limbah medisnya
dengan benar dan sistematis, sehingga dapat dilakukan secara efisien dan
efektif serta dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi bagi
wilayahnya.
Kriteria dan persyaratan pengolahan berbasis wilayah ;
• Pemerintah daerah propinsi/kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap pengelolaan
limbah.
• Tersedia lahan yang cukup sesuai peruntukannya.
• Pelaksana pengelola limbah dapat berbentuk BUMD/UPT/RS atau swasta yang bekerja
sama dengan pemerintah daerah.
• Memiliki izin pengolahan dari KLHK.
• Tersedia sumber daya manusia yang kompeten dibidang pengelolaan limbah B3.
• Memiliki transportasi roda empat atau roda tiga yang berizin.
• Memilki Depo pengumpul
• Sisa imbah tajam hasil non insinerasi dan abu dari insinerator pengolah limbah dapat
dikubur di sanitary landfill.
• Pendanaan dibebankan kepada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan yang
menghasilkan.
Terima kasih