Anda di halaman 1dari 38

KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES

BERBASIS WILAYAH
KONGRES PERSI XIV, Jakarta 18 Oktober 2018

Direktur Kesehatan Lingkungan


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan
OUTLINE

• Permasalahan dan Dampak yang ditimbulkan


• Dasar Hukum Pengelolaan Limbah Medis
• Pengelolaan Limbah Medis Fasyankes
• Model Pengelolaan Limbah Medis Fasyankes berbasis wilayah
120% RUMAH SAKIT YANG MENGELOLA LIMBAH MEDIS
SESUAI ATURAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2017
100% 95%
Target (Tahun)
Indikator Kinerja
80% 2015 2016 2017 2018 2019
68%
63% 61%
RS yang melaksanakan
60% pengelolaan limbah 10% 15% 21% 28% 36%
51% 50%
medis sesuai peraturan
40%
40% 36%
32%
26% 26% 26% 26% 25%
23%
20% 19%
20% 18% 17% 16%
15%
9% 8% 7% 7%
6% 5% 5%
3% 3%
0% 0% 0% 0% 0%
0%
Penggunaan Jasa Pihak Ketiga Pengolah Limbah (%)
0.5 0
5.3
6.5 Sumatera
27
5.8 Jawa
Kalimantan
Bali dan Nusa Tenggara
Sulawesi
Maluku dan Kep Maluku
Papua

55

Dari data 578 Rumah Sakit yang melakukan pengelolaan limbah B3 fasyankes sesuai dengan
standar, diketahui bahwa ada sebanyak 518 Rumah Sakit yang memiliki kerjasama pengolahan
limbah dengan pihak ketiga, dengan didominasi oleh Rumah Sakit yang berada di pulau Jawa
(55%), diikuti dengan pulau Sumatera (27%).
Perkiraan Timbulan dan Kapasitas
Pengolahan Limbah Medis yang ada

Rumah Sakit • 94 Incinerator RS Berizin


Jumlah : 2.870 • 6 Perusahaan Pihak 3 pengolah
Timbulan : 100,45 ton/hari Incinerator RS berizin : 94
Puskesmas Kapasitas : 3,15 ton/hari
Jumlah : 9.821 Pengolah Swasta :6
Timbulan : 2,2 ton/hari Kapasitas : 24 ton/hari
Total Timbulan
Total Kapastas
(tidak termasuk Fasyankes lainnya)
27,15 ton/hari
102,65 ton/hari
KENAPA LIMBAH MEDIS FASYANKES
HARUS DIKELOLA

DAMPAK LINGKUNGAN DAMPAK KESEHATAN PEMENUHAN PERATURAN


BAHAYA & DAMPAK LIMBAH MEDIS
Limbah Kimia, Farmasi, Limbah Infeksius,
Limbah Genotoksik
Logam Berat Patologis & Benda Tajam
Melalui Adsorpsi: Melalui: Melalui:
• Kulit & membran • Tusukan, lecet, luka • Menghirup debu
mukosa • Membran mukosa atau aerosol
• Pernafasan • Pernafasan • Adsorpsi kulit
• Pencernaan • Ingesti • Tanpa sengaja
menelan
• Intoksikasi/ • Infeksi
Gastroenteritis • Kontak dengan
keracunan akut atau cairan & sekret
kronik • Infeksi Saluran
Pernafasan tubuh pasien
• Cedera – luka bakar
• AIDS
• Hepatitis A • Karsinogen
• Hepatitis B & C • Mutagen
• Infeksi mata • Iritasi kulit
HOSPITAL ACQUIRED • Infeksi genital, • Iritasi saluran cerna
INFECTION • Cedera
Jenis Limbah Fasyankes Berdasarkan Karakteristiknya

Limbah tajam Termometer &


1% tabung rusak
1%
Limbah kimia &
farmasi
3%

Limbah infeksius
Limbah domestik
& patologi
80%
15%

Limbah domestik Limbah infeksius & patologi Limbah kimia & farmasi
Kewajiban Fasyankes
Mengelola Limbah Medis Sisi Regulasi
dan Kesehatan Lingkungan
Regulasi Terkait ….
Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan

Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.56/Menlhk-Sekjen/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P-68/MenLHK/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
UU NO. 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT
• RUMAH SAKIT HARUS MEMENUHI PERSYARATAN LOKASI,
BANGUNAN, PRASARANA, SUMBERDAYA MANUSIA, KEFARMASIAN,
DAN PERALATAN
• PRASARANA RS YANG DIMAKSUD DIANTARANYA INSTALASI
PENGELOLAAN LIMBAH
• PRASARANA RS HARUS MEMENUHI STANDAR PELAYANAN,
KEAMANAN, SERTA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PENYELENGGARAAN RS
• PRASARANA TSB HARUS TERPELIHARA DAN BERFUNGSI DENGAN
BAIK
• PENGOPERASIAN PRASARANA RS TERSEBUT, HARUS DIOPERASIKAN
OLEH SDM YG KOMPETEN
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
Jenis Limbah

Sumber Limbah

Pengolahan Pengolahan
Internal Eksternal

1. Pengurangan 1. Pengangkutan Eksternal


2. Pemilahan 2. Depo pemindahan
3. Pewadahan 3. Pengolahan Eksternal –
4. Pengangkutan Insinerator
5. Penyimpanan 4. Penimbunan
6. Pengolahan Setempat
(Metode non insinerasi
dan Metode insinerasi)
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN

Pengurangan Pada Sumber (Reduce)


 Menghindari penggunaan material yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
apabila terdapat pilihan yang lain;
 Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan atau material yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau pencemaran terhadap lingkungan;
 Melakukan tata kelola yang baik pengadaan bahan kimia dan bahan farmasi untuk
menghindari terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa; dan
 Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai jadwal.
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN

Pemilahan
Mudah
1. Memisahkan Limbah berdasarkan jenis, kelompok, menyala
dan/atau karakteristik Limbah B3; dan
Mudah
2. Mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok limbah Infeksius
meledak

Kategori Limbah B3 Fasyankes KARAKTERISTIK


LIMBAH B3
Infeksius Tajam Patologis
Beracun Reaktif
Kimia Farmasi Sitotoksik
Korosif
Kontainer
Logam berat Radioaktif
bertekanan
PENGOLAHAN SETEMPAT
a. Metode non insinerasi
1) Untuk limbah tajam: needle cutter, needle destroyer.
2) Untuk limbah plastik: Desinfeksi kimiawi
3) Untuk limbah infeksius patologis : Enkapsulasi, Inertisiasi, Penguburan
4) Untuk limbah medis kecuali patologis dan sitotoksik : Microwave,
Autoclave

b. Metode insinerasi
Incinerator
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS EKSTERNAL
1. PENGANGKUTAN EKSTERNAL
Kegiatan pengangkutan limbah medis dilakukan oleh:

a. Penghasil Limbah medis terhadap limbah medis yang dihasilkannya


dari lokasi penghasil limbah medis ke:
 Tempat penyimpanan limbah medis yang digunakan sebagai
Depo Pemindahan; atau
 Pengolah limbah medis yang memiliki izin pengelolaan limbah
medis untuk kegiatan pengolahan limbah medis

b. Pengangkut Limbah medis yang memiliki izin


2. PENGOLAHAN EKSTERNAL – INSINERATOR
• Pengolahan eksternal adalah pengolahan Limbah diluar penghasil.
• Pengolahan limbah eksternal hanya dapat dilakukan dengan menggunakan
peralatan incinerator.
• Pengolahan eksternal dapat dilakukan oleh:
a. Rumah Sakit sebagai penghasil limbah B3 yang memiliki izin untuk kegiatan pengolahan
limbah B3 atau

b. Swasta/BUMD/UPT yang memiliki izin untuk kegiatan pengolahan limbah B3.


• Penggunaan incinerator untuk pengolahan limbah B3 harus memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.56 tahun 2015.
• Limbah medis dari Fasyankes sebelum dimusnahkan dengan
incinerator ditempatkan pada Depo Pemindahan sebagai tempat
penyimpanan sementara, dapat juga RS mengirimkan langsung
ke pengolahan akhir.
• Pengelolaan limbah medis fasyankes berbasis wilayah, maka
Pemerintah Daerah harus memiliki Depo pemindahan sebagai
TPS skala wilayah untuk memudahkan dalam pengumpulan
Limbah untuk diangkut ke tempat pengolahan.
• Lokasi Depo pemindahan berada didalam lingkungan Rumah
Sakit, Fasyankes atau tempat lain yang memenuhi syarat yang
dilengkapi dengan cold storage dan berizin Pemda.
• Depo dapat dikelola oleh Pemda dan atau swasta
• Rumah Sakit (Model Internal) • Rumah Sakit (Model Eksternal)

Pengurangan Pemilahan Pewadahan Pengurangan Pemilahan Pewadahan

Pengolahan Tempat Tempat


Pengangkutan Pengangkutan Pengangkutan
(non insinerasi Penyimpanan eksternal
Penyimpanan
internal Sementara internal
dan insinerasi) Sementara

Depo pemindahan
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI FASYANKES
• Puskesmas • Klinik

Pengurangan Pemilahan Pewadahan Pengurangan Pemilahan Pewadahan

Tempat Tempat
Pengangkutan Pengangkutan Pengangkutan Pengangkutan
Penyimpanan eksternal
Penyimpanan
internal
Eksternal internal Sementara
Sementara

Depo Depo
Pemindahan/ Pemindahan/Pihak
Ketiga
Pihak Ketiga

Proses pengolahan limbah medis di Fasyankes


3. PENIMBUNAN
Abu dari incinerator dapat dibuang ke fasilitas penimbunan
saniter (sanitary landfill) atau fasilitas penimbunan terkontrol
(controlled landfill) sampah domestik setelah dilakukan solidifikasi
dengan cara enkapsulisasi atau inertisasi
MODEL
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
BERBASIS WILAYAH
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES BERBASIS WILAYAH

PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN

MODEL 2
MODEL 1
PENGOLAHAN PENGOLAHAN
LIMBAH LIMBAH
FASYANKES FASYANKES

Off-site Off-site

Pihak ke-3 Fasyankes Pihak ke-3


Pemda (BUMD) Pemda (BUMD)
(swasta) Rujukan (swasta)
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES BERBASIS WILAYAH

SUMBER LIMBAH
Recycle Pengumpul
• Pengurangan limbah
RS
Limbah plastic
• Pemilahan : plastik, (non Incinerasi)

tajam, pathologis
PENGOLAHAN
PUSKESMAS
• Limbah plastic : Non EXTERNAL
incinerasi  recycle DGN INCINERATOR ABU
Limbah
pathologis BERIZIN
• Limbah infeksius
KLINIK (BUMD/UPT/ SWASTA)
pathologis : ke pengolah
LM berijin Solidifikasi/
inertisasi
• Limbah tajam, botol FASYANKES
kaca : tidak utuh dan LAIN Limbah tajam, botol Sanitari Landfil
disinfeksi (non Incinerasi)

PENGOLAHAN INTERNAL
PENGOLAHAN EXTERNAL
(Pra-pengolahan)
MODEL I KAB/ KOTA/ PROV/ KARISIDENAN/ GUGUS PULAU

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES BERBASIS WILAYAH


Penghasil
 Minimalisir Limbah Medis RECYCLE PENGUMPUL
 Memilah : - Limbah Plastik
- Limbah Tajam RS A BIJIH PLASTIK
- Limbah Patologis HASIL NON RS RUJUKAN /
 Limbah Plastik : Non insenerasi INSENERASI RS WILAYAH
 Recycle YANG
Penghasil MEMPUNYAI Solidifikasi/
COLD STORAGE inertisasi
 Limbah Infeksius Patologis LIMBAH
 kirim ke RS yang memiliki DAN
Puskesmas INFEKSIUS
Insenerator berizin menerima INSENERATOR ABU
PATOLOGIS BERIZIN
dari Fasyankes lain
Atau MENERIMA Pihak ke-3
 Pihak ke 3 dengan insenerator Penghasil DARI FASYANKES
Landfill
berizin LAIN
Limbah B3
SISA LIMBAH Fasyankes
Klinik
 Limbah Tajam : Non insenerasi TAJAM HASIL NON
 Limbah Non B3 INSENERASI
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI FASYANKES BERBASIS WILAYAH

Model Pertama
 Limbah Plastik seperti kemasan bekas medis, spuit bekas dan botol infus bekas
yang tidak terpapar cairan tubuh pasien, bekas kemasan cairan hemodialisis dapat
dilakukan recycle dengan cara pengosongan, pembersihan, desinfeksi dan harus
berubah bentuk (penghancuran atau pencacahan).

 Limbah jarum suntik sebelum dimasukkan ke safety box dipisahkan dengan


menggunakan needle cutter atau needle destroyer sehingga tidak dapat digunakan
kembali. Limbah spuit dapat dilakukan recycle dengan cara pengosongan,
pembersihan, desinfeksi dan berubah bentuk (penghancuran atau pencacahan).

 Limbah infeksius patologis dikelola berkerjasama dengan pihak ketiga yang berizin
atau dikirim ke Rumah Sakit Besar atau Vertikal yang mempunyai cold storage dan
incinerator berizin menerima dari Fasyankes lain. Residu abu (buttom ash) yang
dihasilkan dibuang ke sanitary landfill atau controlled landfill setelah dilakukan
solidifikasi dengan cara inertisasi atau enkapsulsasi.
KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN YANG DAPAT MENDUKUNG
PENGEMBANGAN PENGELOLAAN LIMBAH BERBASIS WILAYAH
SK DIRJEN BINA UPAYA KESEHATAN No. HK.02.03/ I/0363/ 2015 tentang
PENETAPAN RS RUJUKAN PROVINSI DAN RS RUJUKAN REGIONAL
MODEL II KAB/ KOTA/ PROVINSI/ KARISIDENAN/ GUGUS PULAU

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES BERBASIS WILAYAH


Penghasil
 Minimalisir Limbah Medis RECYCLE PENGUMPUL
 Memilah : - Limbah Plastik
- Limbah Tajam RS A BIJIH PLASTIK
- Limbah Patologis HASIL NON
 Limbah Plastik : Non insenerasi INSENERASI Pengolah Limbah
 Recycle Medis dengan
Penghasil Insenerator Solidifikasi/
inertisasi
 Limbah Infeksius Patologis LIMBAH (Swasta/BUMD/UPT)
 kirim ke RS yang memiliki Puskesmas INFEKSIUS yang
Insenerator berizin menerima mempunyai izin ABU
PATOLOGIS
dari Fasyankes lain dari KLHK
Atau
 Pihak ke 3 dengan insenerator Penghasil Landfill
berizin Limbah B3
SISA LIMBAH Fasyankes
Klinik
 Limbah Tajam : Non insenerasi TAJAM HASIL NON
 Limbah Non B3 INSENERASI
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI FASYANKES BERBASIS WILAYAH

Model Kedua
 Limbah Plastik seperti kemasan bekas MEDIS, spuit bekas dan botol infus bekas selain
infus darah dan/atau cairan tubuh, bekas kemasan cairan hemodialisis dapat dilakukan
recycle dengan cara pengosongan, pembersihan, desinfeksi dan penghancuran atau
pencacahan

 Limbah jarum suntik sebelum dimasukkan ke safety box dipisahkan dengan menggunakan
needle cutter atau needle destroyer sehingga tidak dapat digunakan kembali. Limbah spuit
dapat dilakukan recycle dengan cara pengosongan, pembersihan, desinfeksi dan berubah
bentuk (penghancuran atau pencacahan).

 Limbah infeksius patologis dikelola bekerjasama dengan pihak ketiga yang berizin atau
dikirim ke Pengolah Limbah Medis dengan Insenerator (Swasta/BUMD/UPT) yang
mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Residu abu (buttom
ash) yang dihasilkan dibuang ke sanitary landfill kelas 1 setelah melalui proses solidifikasi.
MANFAAT
• Berkurangnya volume limbah medis yang perlu dikerjasamakan dengan
pengolah limbah sebagai pihak ke-3
• Mencegah terjadinya dampak pencemaran lingkungan baik di lingkungan
RS maupun masyarakat di luar RS
• Mencegah terjadinya infeksi dan keselamatan terhadap petugas
Fasyankes
• Mencegah terjadinya penyalahgunaan konsep reuse, reduce dan recycle
limbah, yang berpotensi menjadi kasus hukum
• Bagi Pemerintah daerah yang melakukan pengelolaan limbah medisnya
dengan benar dan sistematis, sehingga dapat dilakukan secara efisien dan
efektif serta dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi bagi
wilayahnya.
Kriteria dan persyaratan pengolahan berbasis wilayah ;
• Pemerintah daerah propinsi/kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap pengelolaan
limbah.
• Tersedia lahan yang cukup sesuai peruntukannya.
• Pelaksana pengelola limbah dapat berbentuk BUMD/UPT/RS atau swasta yang bekerja
sama dengan pemerintah daerah.
• Memiliki izin pengolahan dari KLHK.
• Tersedia sumber daya manusia yang kompeten dibidang pengelolaan limbah B3.
• Memiliki transportasi roda empat atau roda tiga yang berizin.
• Memilki Depo pengumpul
• Sisa imbah tajam hasil non insinerasi dan abu dari insinerator pengolah limbah dapat
dikubur di sanitary landfill.
• Pendanaan dibebankan kepada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan yang
menghasilkan.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai