Dipaparkan oleh:
Dr. Idhar Sidi Umar, M Kes
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Malut
EVALUASI CAPAIAN
PROGRAM NASIONAL P2TBC
• Perkiraan kasus TB per tahun : 845.000 ( jumlah kasus
kedua terbesar setelah India (2,64 juta).
• Insiden TB: 312 per 100K (urutan ke 14 di antara 30 negara
HBC)
• Mortalitas: 34 per 100K (urutan ke 14 di antara 30 HBC)
• Perkiraan jumlah kasus TB dengan status HIV positif
sebesar 19.000
• Estimasi kasus TB RR/MDR Indonesia sebesar 24.000
kasus dengan rate sebesar 8,8 per 100K penduduk.
• Perkiraan TB RR / TB MDR diantara TB Baru adalah 2,4% dan 13%
diantara pasien TB pengobatan ulang
• Persentase TB RR yang TB MDR adalah 99%.
KASUS TB KASUS TB RO TB HIV
Estimasi: 845.000 kasus
Estimasi: 24.000 kasus Estimasi: 19.000 kasus
• 48 % pria
• 11.463 Pasien HIV (POSITIF HIV)
• 35% wanita
dilakukan • 11.708 yang dinotifikasi
• 17 % a n ak
pemeriksaan • 4.995 yang menjalani
• 562.000 yang ditemukan
• 5.531 memulai pengobatan ARV
• 67% yang menjalani pengobatan
pengobatan
5 ATTRIBUTABLE RISKS
FOR TB 2018-2019
CAPAIAN PROGRAM P2 TUBERKULOSIS
INDONESIA Januari
2021)
– Desember 2 0 2 0 (Data per 16 A pril
CAKUPAN PROGRAM P2 TBC INDONESIA TAHUN 2020
Januari-Desember 2020, data per 16 April 2021 | Januari-Mei 2021, data per 10 Mei 2021
Target TC : 80%
Capaian Penemuan dan Pengobatan Kasus TB RO Tahun
9000 2020 100%
1
7,92
8000 91% 90%
79% 80%
7000 Target 75%
0
4,59
59% 58% 58%
5000 55% 55% 56%
52%
49% 50% 50%
48%
4000 45% 44% 45% 45% 43% 44%
43%
40% 38% 40%
3000
30%
1992
2000
20%
1086
17%
972
846
730
562
558
504
1000
408
398
10%
280
275
276
266
217
169
153
144
140
123
136
132
130
105
102
116
84
80
75
89
88
69
69
66
64
76
58
52
64
46
47
46
39
39
40
42
31
32
31
27
28
31
26
24
22
23
20
19
20
18
18
19
14
12
21
9
4
9
0 0%
80.0 2018)
%
65.6
%
65.5
%
%
61.5
%
60.0
%
59.5
Target 75%
%
56.3
%
55.9
%
55.4
%
54.7
%
54.2
%
54.2
%
53.8
70.0
%
50.5
%
50.0
%
50.0
%
50.0
%
48.8
%
48.6
%
46.9
%
46.7
%
46.2
%
45.7
%
%
45.0
%
44.4
%
44.4
%
44.1
%
44.0
%
38.2
50.0
%
36.0
60.0
% %
%
29.2
%
26.7
%
25.0
40.0
%
30.0
%
6.7
%
20.0
0
%
10.0
%
0.0%
Sumber data: eTB manager & SITB 16 April
CAPAIAN KEGIATAN KOLABORASI TB HIV TAHUN 2020 DAN TW 1
2021 Data 2020: per 16 April 2021, Data 2021: per 10 M ei
2021
Peningkatan akses
kualitas penemuan
dan pengobatan TB
anak.
• Pengiriman
tuberkulin
sebanyak 10.000 vial
ke 34 provinsi.
• Seminar TB anak
yang berkolaborasi
dengan
para bidan seluruh
Indonesia untuk
deteksi
awal.
• Pembuatan KIE dan
ILM serta penayangan
ILM pada social media
CAPAIAN KEGIATAN TERAPI PENCEGAHAN
TBC *) Data tahun 2 0 2 0 per 16 April
2021
Peningkatan pemberian
TPT
• Perluasan sasaran pada
kontak serumah semua
umur, ODHA, dan
kelompok risiko lainnya.
• Diseminasi Petunjuk Teknis
ILTB ke 34 provinsi.
• Kegiatan implementasi
awal paduan TPT jangka
pendek 3HP khususnya di
Jakarta.
• Rencana tahun 2021
pemberian TPT
jangka pendek.
• Pembuatan KIE dan ILM
serta penayangan ILM pada
social media
CAPAIAN KEGIATAN KOLABORASI TBC-
DM *) Data tahun 2 0 2 0 per 25 Mei
2021
UPAYA
• Penguata n transportasi
mekanisme
specimen baik dalam kabupaten yang sama
(untuk pemeriksaan TCM) maupun ke
kab/prov lain (untuk pemeriksaan LPA dan
uji kepekaan)
Trend Utilisasi Tcm Untuk Tbc Cenderung Menurun• Evaluasi kepatuhan fasyankes
dala m pencatatan pelaporan
KEBIJAKAN PENGGUNAAN ALAT
TCM UNTUK PROGRAM SELAIN
• TBC
Difokuskan untuk penegakan diagnosis TBC dengan jenis kartrid TBC
◦ Kartrid MTB Rif (yang sudah ada saat ini)
◦ Kartrid MTB Ultra (dalam tahap persiapan)
◦ Kartrid XDR (dalam tahap persiapan)
• Difungsikan untuk keperluan lain selain TBC yaitu:
◦ Diagnosis Covid-19 (dengan Kartrid SARS-Cov)
◦ Menilai Viral Load HIV (Kartrid khusus dari Program HIV)
◦ Menilai Viral Load Hepatitis (Kartrid khusus dari program HISP)
• Optimalisasi utilisasi mesin, diimbangi dengan pencatatan dan pelaoran kasus ke
program yang terkait
• Pengaturan dan pemantauan logistik supaya tidak terjadi stokout ata u
kemungkinan kadaluwarsa
• Pengaturan dan antisipasi terjadinya overload atau kerusakan mesin TCM
Tantangan dan Kendala :
1. 65% Puskesmas dan 62 Kab Kota belum menggunakan SITB dalam
pelaporan logistik.
2. Pencatatan transaksi logistik belum dilakukan disemua level
ALAT BANTU menggunakan SITB sehingga menyebabkan data stok di SITB tidak
MONITORING valid.
KETERSEDIAAN 3. Proses training logistik SITB secara online memiliki keterbatasan.
LOGISTIK DI 4. Pendistribusian logistik dari provinsi ke kab/kota belum semua didasarkan
SOFTWARE SITB analisa kasus dan ketersediaan stok yg dimiliki.
5. Pengelolaan logistik Non OAT SITB ditingkat Provinsi dan Kab kota masih
rendah. Provinsi Gorontalo melum melakukan pencatatan. Stok cartridge
yg telah disediakan program masih belum digunakan secara maksimal
(masih ada cartridge TCM yang expire; Sumut,DIY,NTT,Kaltim,Sulut,Sulsel).
6. Pendistribusian logistik dari provinsi ke kab/kota belum semua didasarkan
analisa kasus dan ketersediaan stok .
7. Paduan pengobatan TB RO yang bervariasi dan terdapat obat TBRO yg
belum tersedia/diproduksi didalam negeri (Lnz,Clf,Cs,Eto).
Kasie/Wasor diharapkan :
1. Dapat memanfaatkan obat Kat 1 Dosis Harian yang telah dikirimkan ke
Dinkes Provinsi.
2. Melakukan monitoring dan Bintek kepada Kab/Kota/ Fasykes yang
belum memanfaatkan SITB sebagai alat bantu monitoring
ketersediaan logistik.
3. Memastikan permintaan logistik di Provinsinya masing-masing
STRATEGI NASIONAL
PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS
PETA JALAN ELIMINASI TBC
2030
20 20 20 25 20 30
INSIDENSI TURUN 20% INSIDENSI TURUN 50% INSIDENSI TURUN 90%
Diagnosis
• Penyediaan Kartrid TCM
◦ Kebutuhan juta kartrid per
ideal: 4,5 tahun
• Penambahan Mesin TCM
◦ Kebutuhan ideal: 2.133 Mesin TCM
• Biaya transport sputum
Terapi
• Pengobatan:
◦ TB SO : 688.000 kasus @ Rp. 3.080.000
◦ TB RO : 12.000 kasus @ Rp 108.934.000
• Pemberian Enabler (transport pasien TB RO):
12.000 kasus @ Rp. 9.000.000 / tahun
• Pemantau Minum Obat
KEGIATAN PRIORITAS PROGRAM
TBC
KEGIATAN MENGAKSES MENGOPTIMALKAN MENGATASI
KHUSUS YANG BELUM YANG SUDAH UNDER
TUBERKULOSIS TERJANGKAU DICAPAI REPORTING
RESISTEN OBAT • Penemuan dan pelacakan • Penguatan surveilans • Penerapan Public
• Pelayanan TB RO di 360 kontak -> sinergi dengan • Peningkatan Private Mix berbasis
RS Tracing Covid kepatuhan minum kabupaten/kota
dan Balai Kesehatan • Skrining di tempat khusus obat (PMO) • Wajib Lapor dan
• Pengobatan TB RO • Pengendalian faktor risiko • Pelacakan pasien Penguatan surveilans
jangka pendek • Promosi kesehatan mangkir • Sinkronisasi dengan
• Desentralisasi layanan BPJ S (data dan sistem
ke puskesmas rujuk
• Dukungan psikososial balik)
( pendampingan pasien • Manajemen Layanan
dan pemberian TBC yang terintegrasi
bantuan transport) (HIV, DM, gizi, rokok,
• Penanganan efek penyakit paru, dll)
samping
INISIASI DAN PERLUASAN PROGRAM
TBC •M a n a j e m e n Infeksi Laten TB: memperluas penggunaan
TPT
jangka pendek pada kontak serumah
DORONG RISET DAN PRODUKSI OAT DAN ALAT DIAGNOSTIK DI DALAM NEGERI
Apa yang
PMK 67/2016 tentang Program & Tata laksana TB
perlu
SE 660/2020 tentang Pelaporan
Kasus TB
SPM TB
LAKUKAN PENEMUAN
KASUS AKTIF
Contact tracing, skrining X Ray,
PEMBERIAN TERAPICovid,PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA KONTAK ERAT
dilakukan
Indonesia ?
integrasi saat vaksinasi dll