Anda di halaman 1dari 41

BINCANG PAJAK KARBON

DI INDONESIA

Titi Muswati Putranti


Webinar IKPI-Depok Dosen/ Peneliti Tax Centre
Senin, 17 Januari 2022 Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Indonesia (FIA UI)
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Indonesia

1
Tax Centre Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Indonesia (Tax Centre FIA UI)
adalah lembaga pendidikan, pelatihan dan
kajian independen yang mendukung kegiatan
akademik dengan fokus utamanya pada
penelitian/kajian akademik dan pengabdian
masyarakat di bidang perpajakan
(baik jenis pajak pusat dan daerah), kepabeanan
dan cukai.
Komitmen Indonesia
mengurangi Emisi
Gas Rumah Kaca
Perubahan Iklim
• Laju pembangunan diiringi dengan meningkatnya eksploitasi sumber daya alam
secara langsung maupun tidak langsung membawa konsekuensi pada kerusakan
lingkungan dan ekosistem.

• Tanda-tanda terjadinya kerusakan lingkungan seperti kenaikan temperatur udara


dan air laut yang diakibatkan oleh pemanasan global (global warming).

• Pemanasan gobal yang diikuti dengan perubahan iklim (climate change) kini telah
dan akan terus mengancam keberlangsungan proses kehidupan manusia dan mahluk
lainnya di bumi.

• Pemanasan tersebut semakin dipercepat dengan adanya konsentrasi gas-gas tertentu


yang dikenal dengan emisi Gas Rumah Kaca/GRK (Green House Gases /GHG emission)
yang keberadaannya terus meningkat di atmosfir bumi.
Perubahan Iklim

• Emisi: Emisi GRK/GHG (CO2) dan Emisi Gas Buang


• Perubahan iklim merupakan kondisi akibat dari efek gas GRK yang mengubah iklim bumi menjadi lebih panas
• Perubahan Iklim merupakan masalah global
• GRK adalah gas yang terkandung dalam atmosfer, baik alami maupun antropogenik, yang menyerap dan
memancarkan kembali radiasi inframerah (Pasal 1 UU NEK)
Sumber Pencemaran Lingkungan
• CO2 sebagai sumber terbesar emisi GRK telah menimbulkan pencemaran lingkungan dan
perubahan iklim.
• CO2 yang dihasilkan dari kegiatan produksi dan konsumsi, disebabkan karena sektor industri
masih mengandalkan bahan bakar/energi fosil (high carbon industries). Dalam jangka panjang
dapat memicu kontribusi emisi semakin tinggi yang tidak diperhitungan melalui pasar
produsen dan konsumen.
• Perubahan iklim merupakan eksternalitas dari kegiatan ekonomi produksi dan konsumsi.
Emisi GRK tidak diperhitungkan sebagai komponen biaya bagi produksen maupun kosumen,
ini merupakan bentuk kegagalan pasar (market failure).
• Dalam lingkup suatu negara, maka pemerintah harus turut campur atau harus melakukan
intervensi.
• Perlu upaya pemerintah agar terjadi transformasi pergeseran aktivitas industri ke arah
resoruces efficiency dan mendorong penggunaan sumber EBT menuju industri rendah karbon
(low carbon industries).
• Untuk itu diperlukan perubahan perilaku produsen dan konsumen untuk pergeseran dari high
carbon industries ke low carbon industries.
Sektor Penyumbang Emisi GRK Nasional
Tahun 2020

Limbah
Energi
28%
35%

1%
26% 9%
Pertanian
Kehutanan
IPPU

Tingkat emisi dari tahun 2016, 2017, 2018 (KLHK, 2020) Sumber: SIGNSMART, KLHK RI
 sektor energi menyumbang emisi sebesar 40%, 42%,36%
 sektor kehutanan dan kebakaran gambut menyumbang emisi sebesar 38%, 36%, 44%
 Sektor Pertanian, Limbah dan IPPU (Industrial Process and Product Uses)
Emisi GRK by Countries vs ID Province
Australia Turkey Italy Sulawesi Selatan
Thailand
Brazil UK Poland Sumatera Barat Tahun 2020
Mexico Jawa Timur
South Africa Nusa Tenggara Barat
Kep Bangka Belitung
Canada
Saudi Arabia Sumatera Utara
Indonesia
South Korea 1%1%1%%
11% China
1%
1%
1% 1%
1% 1%
1%
1% 0%
0%
0%
0%
0%
0% Jawa Barat
1%
2% 2%
Iran 2% 4%
2% 29% Sumatera Selatan 29%
Germany 2% 9%
2%
2%
Japan 3%

Russia
4%
Sulawesi Tengah
24%
India 7%

20% 27%
15% Rest of World Riau
US

Sumber: SIGNSMART, KLHK RI


Upaya Dunia Internasional
KTT Bumi di Rio de Sustainable development: climate change & biodiversity
Janeiro tahun 1992

Protokol Kyoto Membatasi negara maju dan industri dalam memproduksi Gas
Desember 1997 Rumah Kaca

Bali Action Plan Upaya menanggulangi perubahan iklim berupa mitigasi, adaptasi,
Desember 2007 alih teknologi, penguatan kapasitas & pendanaan

Konvensi Internasional Mengatasi dampak pemanasan global untuk mencapai


Perubahan Iklim di pembangunan berkelanjutan
Kopenhagen 2009

Konferensi di Doha, Para pemimpin dunia menyepakati perpanjangan Protokol Kyoto


Qatar tahun 2012 ke periode dua.

Paris Agreement & Sepakat utk mengurangi laju emisi dari business as usual di 2030
COP 21 th 2016

COP 26 Nov 2021 Negara-negara akan didorong untuk mencapai Net Zero Emission
Inggris di tahun 2050
Upaya Menanggulangi Perubahan Iklim

usaha pengendalian untuk mengurangi risiko


akibat perubahan iklim melalui kegiatan yang
• Aktivitas dapat menurunkan emisi atau meningkatkan
Mitigasi mengurangi emisi penyerapan GRK dan penyimpanan/penguatan
cadangan karbon dari berbagai sumber emisi.
Gas Rumah Kaca

upaya yang dilakukan untuk meningkatkan


kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap
perubahan iklim, termasuk keragaman iklim
dan kejadian ekstrim sehingga potensi
• Penyesuaian
Adaptasi dampak
kerusakan akibat perubahan iklim berkurang,
peluang yang ditimbulkan oleh perubahan iklim
perubahan iklim dapat dimanfaatkan, dan konsekuensi yang
timbul akibat perubahan iklim dapat diatasi.
Komitmen Indonesia Dalam Kebijakan Penurunan Emisi GRK

Amanah Amandemen Pasal 33 ayat (4) UUD Tahun 1945, juga telah menetapkan prinsip Pembangunan
Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan

Pembangunan rendah karbon/Low Carbon Development (2045 -2050) dengan tujuan kebijakan
berkelanjutan lingkungan sebagai elemen panduan dalam perencanaan pembangunan.
Target Net Zero Emission (NZE)

Kebijakan Low Carbon Development Initiative (LCDI) secara eksplisit dinyatakan sebagai salah satu program
prioritas Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Pemerintah Indonesia menempatkan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebagai salah satu indikator
makro-ekonomi utama dan sebagai kontribusi untuk mencapai Nationally Determined Contribution (NDC)
Indonesia.

Dokumen NDC tersebut memuat mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sebagai salah satu prioritas
integrasi lintas sektor di dalam agenda pembangunan nasional

Indonesia memiliki target dalam NDC yakni penurunan emisi sampai tahun 2030 sebesar 29% dengan
sumber pendanaan domestik sedangkan 41% dengan dukungan pendanaan internasional.
Target Pengurangan Emisi GRK
berdasarkan NDC

GHG 2010 GHG 2030 Emissions Reduction in GHG Emissions


(Million tons CO2e) (Million tons CO2e)
Emissions
No. Sector
(Million tons
CO2e) % from
Mitigation Mitigation Mitigation % from BaU Mitigation
BaU BaU
29% 41% 29% Total 41%
Total
1 Energy 453,2 1669 1355 1271 314 11% 398 14%
2 Waste 88 296 285 270 11 0,38% 26 1%
3 IPPU 36 69,6 66,85 66,35 2,75 0,10% 3,25 0,11%
4 Agriculture 110,5 119,66 110,39 115,86 9 0,32% 4 0,13%
5 Forestry 647 741 217 64 497 17,2% 650 23%
Total 1334 2869 2034 1787 834 29% 1081 38%
Sumber: KLHK, 2016
Environmental Policy
Alternatif Kebijakan Lingkungan
Expert/ Policies Command and Control (CAC) Incentive-Based (IB)
(Market Based Instrument)
Parikh Regulation - taxes/subsidies (negative taxes),
(1995) - Performance Standard - tradeable permits/quotas, insurance,
- bonds, and
- liability laws
Hillman (2003) Direct Regulation - Pigovian Taxes or subsidies
- Quotas that set limits on permissible
activities or emissions

• The polluter pays principle (prinsip pencemar yang membayar) dan the user pays pinciple
(prinsip pengguna yang membayar) (Parikh, 1995)
• Command and Control merupakan sejumlah regulasi yang mengatur standar performa
teknologi misalnya AMDAL
• Market Based Instruments (Carbon Pricing) berhubungan dengan harga: melalui instrumen
Sistem Pembatasan & Perdagangan (Cap-and-Trade System)/Ijin Perdagangan (Tradeable
Permit) dan Environmental Tax
Emission Trading System (ETS)
Entitas yang mengemisi lebih banyak
membeli ijin emisi dari yang mengemisi
Cap-and-Trade/ lebih sedikit
Tradeable Permit
Emission/Carbon Offset
Entitas yang melakukan aktifitas penurunan
emisi dapat menjual kredit karbon nya
kepada entitas yang memerlukan kredit
karbon
Market Based Intrument/
Carbon Pricing
Environmental Related Taxes
Pajak-pajak yang dirancang untuk
meningkatkan pendapatan dengan
Environmental Taxes beberapa kriteria lingkungan

Pigouvian Taxes
Pajak-pajak yang dirancang untuk mencapai
tujuan lingkungan termasuk beberapa
peningkatan pendapatan
Cap-and- Trade/Emission Trading System
(Skema Perdaganan Karbon)
• Pemerintah dapat menetapkan kebijakan pembatasan emisi maksimum yang diijinkan yaitu pembatasan (cap)
untuk penurunan emisi GRK. Batas Atas Emisi GRK adalah tingkat Emisi GRK paling tinggi yang ditetapkan dalam
suatu periode tertentu.

• Industri penghasil emisi yang berhasil untuk mengurangi setiap ton CO2 (menghasilkan emisi karbon di bawah
ambang batas/cap) dapat memperdagangkan (menjual Emisi GRK) selisih jatah maksimum yang ditentukan
kepada peserta industri yang tidak mau atau tidak berhasil mengurangi emisinya (penghasil emisi yang lebih
besar).

• Sebaliknya, jika perusahaan menghasilkan emisi melebihi ambang batas, maka dapat membeli “carbon credit
(crediting mechanism)”dari perusahaan lain dengan emisi di bawah ambang batas atau dikenakan “penalty”.

• Entitas yang mengemisi lebih dari cap diharuskan mengimbangi Emisi GRK dengan membeli izin emisi (Sertifikan
Izin Emisi/SIE) dari entitas yang mengemisi di bawah cap atau membeli Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE/Offset)
atau Certified Emission Reduction/CER (pengurangan emisi bersertifikat).

• Dalam hal entitas tersebut tidak dapat membeli SIE atau SPE di atas cap seluruhnya, maka sisa emisi akan
dikenakan pajak karbon
Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021
• Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon (NEK) terutama
Perdagangan Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan
Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dalam Pembangunan Nasional.

• NEK adalah nilai terhadap setiap unit Emisi GRK yang dihasilkan dari kegiatan manusia dan kegiatan ekonomi

• Untuk mendukung pelaksaan Perdagangan Karbon, Indonesia akan mempunyai Bursa Karbon yaitu suatu
sistem yang mengatur mengenai pencatatan cadangan karbon, Perdagangan Karbon, dan status kepemilikan
Unit Karbon.

• Penerimaan negara yang diterima dari aktivitas perdagangan karbon dicatat sebagai PNBP atas transaksi jual
beli unit karbon.

• Tata cara pelaksanaan perdagangan karbon secara umum akan diatur melalui Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK).

• Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE) GRK adalah surat bentuk bukti pengurangan emisi oleh usaha dan/atau
kegiatan yang telah melalui MRV, serta tercatat dalam Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim
(SRN PPI) dalam bentuk nomor dan/atau kode registri.

• MRV (Measurement, Reporting, and Verification) atau Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi
Skema Perdagangan Karbon
(Cap-and- Trade)

• Perdagangan Karbon adalah mekanisme berbasis pasar untuk mengurangi Emisi GRK melalui
kegiatan jual beli Unit Karbon.
• Unit karbon adalah bukti kepemilikan karbon dalam bentuk sertifikat atau persetujuan teknis yang
dinyatakan dalam 1 ton CO2 yang tercatat dalam Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan
Iklim (SRN PPI).
• Pengimbangan Emisi GRK disebut Offset Emisi GRK adalah pengurangan Emisi GRK yang dilakukan
oleh usaha dan/atau kegiatan untuk mengkompensasi emisi yang dibuat di tempat lain.
Skema Implementasi Perdagangan Karbon
dan Pajak Karbon
Cap & Trade Cap & Tax

Pajak Karbon
SIE/SPE
SIE/SPE
SIE/SPE
Cap
SIE/SPE
SIE/SPE

PT A PT B PT A PT C
Entitas yang mengemisi lebih dari cap diharuskan membeli izin emisi Dalam hal entitas tersebut tidak dapat membeli izin emisi
(Sertifikan Izin Emisi/SIE) dari entitas yang mengemisi di bawah cap atau Sertifikat Pengurangan Emisi di atas cap seluruhnya,
atau membeli Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE/Offset) atau Certified maka sisa emisi akan dikenakan Pajak Karbon
Emission Reduction/CER (pengurangan emisi bersertifikat).
Pajak Karbon (Carbon Tax)
• Sebagai instrumen kebijakan fiskal, kebijakan pajak dapat berupa instrumen yang bersifat
insentif dan dapat pula menjadi instrumen yang bersifat disinsentif.

• Pajak sebagai instrumen yang bersifat disinsentif dapat digunakan untuk mengoreksi
kegagalan pasar seperti timbulnya ekternalitas negatif termasuk meminimalisir dampak
negatif dari high carbon industries.

• Pajak Karbon termasuk dalam pigouvian tax atau pajak lingkungan.

• Pajak ini pada awalnya dirancang untuk mengubah perilaku (penggunaan teknologi yg lebih
efisien dan low carbon), jadi tidak untuk meningkatkan pendapatan

• Definisi Carbon tax (energy tax/CO2 tax)


• pajak yang dikenakan pada bahan bakar fosil (IBFD International Tax Glossary, 2015).
• pajak yg dikenakan atas emisi karbon dan bahan bakar dari fosil yang dikeluarkan oleh
orang pribadi/badan dari aktivitas yang menghasilkan emisi karbon (emisi CO2)
Pajak Karbon (Carbon Tax)
• Urgensi pemungutan pajak ini adalah untuk mengurangi emisi CO2 dan GRK lainnya, yang didesain untuk
memaksa pihak yang mencemari lingkungan menanggung beban dan bertanggungjawab untuk
berkontribusi.

• Bentuknya ‘disinsentif’ (sanksi atau hukuman/penalizing) bagi Wajib Pajak yang secara signifikan
menghasilkan emisi CO2 dan gas lainnya,

• Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara signifikan menghasilkan emisi CO2 dan gas
lainnya atau menjadi polluter.

• Dasar pengenaan pajak (tax base), jumlah kandungan emisi karbon yang dikeluarkan (the carbon content
of fossil fuel)

• Tarif: X dollar (nilai mata uang suatu negara) per ton emisi (CO2e)

• Kebijakan ini bertujuan untuk mempengaruhi perilaku masyarakat untuk mengurangi aktivitas yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan (menimbulkan emisi).
International Best Practise
No Negara Mulai No Negara Mulai
1 Finland 1990 18 Mexico 2014
Pajak Karbon di Negara-Negara 2 Poland 1990 19 Spain 2014
3 Norway 1991 20 Portugal 2015
4 Sweden 1991 21 Chile 2017
5 Denmark 1992 22 Colombia 2017
6 Slovenia 1996 23 Zacatecas 2017
7 Estonia 2000 24 Argentina 2018
8 Latvia 2004 25 Canada 2019
9 British Columbia 2008 26 Newfoundland and Labrador 2019
10 Liechtenstein 2008 27 Northwest Territories 2019
11 Switzerland 2008 28 Prince Edward Island 2019
12 Iceland 2010 29 Singapore 2019
13 Ireland 2010 30 South Africa 2019
14 Ukraine 2011 31 New Brunswick 2020
15 Japan 2012 32 Luxembourg 2021
16 United Kingdom 2013 33 Netherlands 2021
17 France 2014 34 Tamaulipas 2021
Benchmark Tarif Pajak Karbon, US$ per Ton CO2 emisi

Sumber: World Bank (2020) & update Tax Foundation (2021) dalam Tatariyanto
Contoh Instrumen Kebijakan Industri
Hijau di Jepang

Sumber: UNIDO, 2016


Sistem Perpajakan

Tax Policy  Tidak Tertulis (konsep, prinsip, postulat, asas,


pendekatan, dan paham)

 Tertulis (UU dan peraturan perundang-undangan)

Tax Administration pelaksana/pengawas/penegak UU, SDM, sarana/prasarana proses


bisnis penyelenggaraan pemajakan
UU No.7/2021 - Harmonisasi Peraturan Perpajakan
BAB VI Pasal 13- Pajak Karbon
1) Pajak karbon dikenakan atas emisi karbon yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup.
2) Memperhatikan: a. peta jalan pajak karbon; dan/atau b. peta jalan pasar karbon.
3) Peta jalan pajak karbon memuat: a. strategi penurunan emisi karbon; b. sasaran sektor prioritas; c. keselarasan
dengan pembangunan energi baru dan terbarukan; dan/atau d. keselarasan antar berbagai kebijakan lainnya.
4) Kebijakan peta jalan pajak karbon ditetapkan oleh pemerintah dengan persetujuan DPR RI.
5) Subjek pajak karbon yaitu orang pribadi atau badan yang membeli barang yang mengandung karbon
dan/atau melakukan aktivitas yang menghasilkan emisi karbon.
6) Pajak karbon terutang atas pembelian barang yang mengandung karbon atau aktivitas yang menghasilkan
emisi karbon dalam jumlah tertentu pada periode tertentu.
7) Saat terutang pajak karbon: a. pada saat pembelian barang yang mengandung karbon; b. pada akhir periode
tahun kalendar dari aktivitas menghasilkan emisi karbon dalam jumlah tertentu; atau c. saat lain yang diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
8) Tarif pajak karbon ditetapkan lebih tinggi atau sama dengan besaran tarif harga karbon di pasar karbon per
kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e) atau satuan yang setara.
9) Dalam hal tarif harga karbon di pasar karbon sebagaimana dimaksud pada ayat (8) lebih rendah dari Rp30,00
(tiga puluh rupiah) per kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e) atau satuan yang setara, tarif pajak karbon
ditetapkan sebesar paling rendah Rp30,00 (tiga puluh rupiah) per kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e)
atau satuan yang setara.
UU No.7/2021 - Harmonisasi Peraturan Perpajakan
BAB VI Pasal 13- Pajak Karbon
10)Ketentuan mengenai: a. penetapan dan perubahan tarif pajak karbon; b. dasar pengenaan pajak, diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah dikonsultasikan dengan DPR RI.

11)Ketentuan mengenai penambahan objek pajak yang dikenai pajak karbon diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah setelah disampaikan pemerintah kepada DPR RI untuk dibahas dan disepakati dalam
penyusunan RAPBN.

12)Penerimaan dari pajak karbon dapat dialokasikan untuk pengendalian perubahan iklim.

13)Wajib Pajak yang berpartisipasi dalam perdagangan emisi karbon, pengimbangan emisi karbon, dan/atau
mekanisme lain sesuai peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup dapat diberikan: a.
pengurangan pajak karbon; dan/atau b. perlakuan lainnya atas pemenuhan kewajiban pajak karbon.

14)Ketentuan mengenai: a. tata cara penghitungan, pemungutan, pembayaran atau penyetoran, pelaporan, dan
mekanisme pengenaan pajak karbon; dan b. tata cara pengurangan pajak karbon dan/atau perlakuan lainnya
atas pemenuhan kewajiban pajak karbon, diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

15)Ketentuan mengenai: a. subjek pajak karbon; b. alokasi penerimaan dari pajak karbon untuk pengendalian
perubahan iklim, diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah setelah disampaikan oleh
pemerintah kepada DPR RI untuk dibahas dan disepakati dalam penyusunan RAPBN.
Peta jalan (road map) Pajak Karbon

2021 2022 2025 

▪ Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun ● Diterapkan mekanisme pajak yang • Implementasi perdagangan karbon secara
2021 tentang Penyelenggaraan Nilai mendasarkan pada batas emisi (cap penuh melalui bursa karbon
Ekonomi Karbon and tax) untuk sektor pembangkit • Perluasan sektor pemajakan pajak karbon
▪ Pengembangan mekanisme Perdagangan listrik terbatas pada Pembangkit dengan penahapan sesuai kesiapan sektor
Karbon dan Bursa Karbon Listrik Tenaga Uap (PLTU) terkait dengan memperhatikan antara
▪ Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 batubara; lain kondisi ekonomi, kesiapan pelaku,
tentang Harmonisasi Peraturan dampak, dan/atau skala.
Perpajakan - BAB VI, Pasal 13 Pajak • Penerapan pajak karbon mengutamakan
Karbon pengaturan atas subjek pajak Badan.
• Tarif pajak karbon akan dibuat lebih
tinggi daripada atau sama dengan harga
karbon di pasar karbon domestik.
• Penetapan PMK tata laksana pajak karbon
(cap & tax) untuk sektor lainnya
Kontribusi Pajak Karbon

• Medorong internalisasi biaya eksternalitas


• Mengendalikan emisi GRK untuk mendukung pencapaian NDC Indonesia
• Mendorong investasi hijau
• Mengatasi celah pembiayaan Perubahan Iklim
• Peluang penerimaan negara
• Mendorong Pertumbuhan berkelanjutan
Kebijakan Pajak terkait
Penurunan Emisi di Indonesia
saat ini
Kebijakan lingkungan secara umum di Indonesia
• Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UU 4/1982) atau UU PPLH yang berlaku efektif pada tanggal 11
Maret 1982, sebenarnya pemerintah telah mengatur kebijakan ekonomi lingkungan.

• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup


(pengganti UU No. 4/1982)

• Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup (pengganti UU No.23/1997)

• Peraturan Pemerintah RI Nomor 46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi


Lingkungan Hidup (Implentasi UU No.32/2009).

• Pasal 31 PP 46/2017 mengatur kebijakan insentif dan/atau disinsentif yang meliputi


penerapan pajak, retribusi dan subsidi lingkungan hidup.
Ketentuan Pajak yang dapat di
indikasikan untuk penurunan emisi
• Pajak Karbon merupakan jenis pajak baru yang berbeda dengan
pungutan negara yang ada selama ini baik dalam bentuk pajak/
cukai, PNBP maupun retribusi (charges).

• Saat ini, sebetulnya Pemerintah Pusat dan Daerah telah


mengenakan secara parsial pungutan berupa pajak dan retribusi
pada aktivitas yang menimbulkan emisi karbon.
Pajak Pusat terkait Penurunan Emisi

PPN atas BBM


• PPN dikenakan atas penyerahan dan impor Barang Kena Pajak (BKP) berupa
Bahan Bakar Minyak (BBM) atau Bahan bakar fosil atau mineral lainnya sebagai
bahan bakar pada pembangkit listrik dan panas yang menimbulkan efek GRK
atau emisi tinggi yang digunakan dalam proses produksi oleh industri semen,
besi baja, industri ammonia, industri pengolahan limbah cair domestic, industri
pengolahan limbah padat di TPA, serta emisi yang dihasilkan dari penggunaan
pupuk urea.
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) atas Kendaraan Bermotor
• Berdasarkan PP 73/2019 PPnBM dikenakan atas penyerahan kendaraan
bermotor satu kali pada saat penyerahan oleh pabrikan atau saat impor dengan
tarif sd 95%. Semakin rendah kadar emisi CO2 seperti mobil listrik, PPnBM
dikenakan semakin rendah.
Pajak Daerah terkait Penurunan Emisi
Otoritas Pajak Jenis Pajak
Pajak Provinsi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
Pajak Air Permukaan
Pajak kabupaten/kota Pajak Bahan Galian Mineral dan Bukan Logam
Pajak Air Tanah

• Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Galian Mineral dan Bukan Logam dan Pajak Air Tanah, dipungut untuk mengendalikan kerusakan lingkungan akibat
pengambilan sumber daya alam di lingkungan provinsi dan kabupaten/ kota.
• Pajak Kendaraan Bermotor; Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor terkait dengan eksternalitas negatif yang
timbul dari aktivitas konsumsi bahan bakar.

Sumber: Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
• Earmarking adalah penerimaan tertentu yang diterima oleh
pemerintah yang dianggarkan khusus untuk membiayai
pelayanan publik tertentu.
• Earmarking tax merupakan pajak yang dikenakan pada objek
tertentu, yang kemudian hasil penerimaan pajak tersebut
digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah tertentu yang
berkaitan dengan jenis pajak yang dipungut.
• Dengan jenis pungutan/penerimaan yang spesifik dengan tujuan
pungutan yang spesifik, maka fungsi regulerend dapat diterapkan
Earmarking melalui kebijakan earmarking tax.
• Ketika kebijakan earmarking diterapkan atas Pajak Karbon, perlu
didesain agar dapat dispesifikasikan jenis pengeluarannya dan
perlu diatur lebih detil dan jelas indikator capaian dan penilaian
• Prinsip penerimaan pajak karbon adalah revenue neutral artinya
harus dapat dikembalikan kepada masyarakat, misalkan subsidi
ke tekologi yang lebih efisien, memperbaiki infrastruktur yang
terdampak perubahan iklim.
• Penerimaan dari pajak karbon dapat dialokasikan untuk
pengendalian perubahan iklim (UU HPP)
Benchmark Penggunaan Penerimaan Pajak Karbon
Area Negara Penggunaan Pajak Karbon
Eropa Denmark 1. Pengurangan Pajak Tenaga Kerja
2. Efisiensi Energi dan program lingkungan hidup
Finlandia 1. Pengurangan Pajak Penghasilan
2. Pengurangan Employer Social Security Payment
Perancis 1. Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
2. Pengurangan Pajak Tenaga Kerja
3. Bantuan Terkait energy bagi masyarakat low income
Amerika Chile 1. Masuk dalam Anggaran Belanja
2. Belanja untuk Pendidikan dan Kesehatan
Mexico 1. Masuk dalam Anggaran Belanja
Asia India 1. Energi Bersih dan Lingkungan Hidup
Jepang 1. Teknologi atas Energi Bersih
2. Efisiensi Energi

Sumber: Word Bank (2020) dan update dari Tax Foundation (2021) dalam Tatariyanto (2021)
Kesimpulan
• Perubahan iklim merupakan isu global, perlu kerjasama dunia
• Upaya-upaya mitigasi perubahan iklim untuk mencapai target NDC
Indonesia perlu dilakukan oleh berbagai sektor industri pengunaan
bahan bakar fosil.
• Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan energy rendah
karbon harus segera ditingkatkan, begitupun dengan efisiensi energi
dan konservasi energy agar target bauran energy 23% di tahun 2025
dapat tercapai
• Pengenaan Pajak Karbon perlu dukungan public dan political will
• Perlu juga insentif pajak sebagai upaya menurunkan emisi GRK bagi
industri yang telah memenuhi Sertifikat Industri Hijau
Terima Kasih
39
Dr. Titi Muswati Putranti, M.Si
• Jabatan: Dosen FIA UI & Peneliti Tax Centre FIA UI
• Email: titi.putranti@gmail.com
• HP: +62 816 774 055

Pendidikan
• Gelar Doktor dalam bidang Kebijakan Perpajakan dari Universitas Indonesia dengan risetnya berjudul rekonstruksi
kebijakan insentif pajak untuk mendorong industri rendah karbon.
• Gelar Magister dari Universitas Indoneisa dalam bidang Pajak Penghasilan.

Pengalaman Pekerjaan dan Penelitian


• Direktur Perencanaan dan Anggaran UI (2021 – sekarang)
• Direktur Keuangan UI (2020 – 2021)
• Wakil Dekan Sumber Daya, Venturan dan Administrasi Umum FISIP UI (2014-2018)
• Pernah bergabung di KPMG (1987 – 1993) dan PwC (2001 – 2009)
• Penelitian dengan Department for International Development (DFID) Inggris, World Bank, the University of Illinois
Chicago, GIZ dan World Resources Institute UK (Carbon Tax).
• Kerjasama penelitian dengan BKF Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, dan Bappenas, BUMN,
Pemerintah Daerah dan Industri swasta nasional dan internasional.
• Menulis journal internasional dan nasional
• Menjadi narasumber pelatihan, seminar dan workshop.
Kontak Kami

Tax Centre FIA UI


Gedung B Lantai 2
Komplek Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424 – INDONESIA

T: +62 21 78849147
F: +62 21 78849147
M: +62 811 1544 404
E: admin@taxcentre-ui.org/ taxcentre.ui@gmail.com
www.taxcentre-ui.org

41

Anda mungkin juga menyukai