DI INDONESIA
1
Tax Centre Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Indonesia (Tax Centre FIA UI)
adalah lembaga pendidikan, pelatihan dan
kajian independen yang mendukung kegiatan
akademik dengan fokus utamanya pada
penelitian/kajian akademik dan pengabdian
masyarakat di bidang perpajakan
(baik jenis pajak pusat dan daerah), kepabeanan
dan cukai.
Komitmen Indonesia
mengurangi Emisi
Gas Rumah Kaca
Perubahan Iklim
• Laju pembangunan diiringi dengan meningkatnya eksploitasi sumber daya alam
secara langsung maupun tidak langsung membawa konsekuensi pada kerusakan
lingkungan dan ekosistem.
• Pemanasan gobal yang diikuti dengan perubahan iklim (climate change) kini telah
dan akan terus mengancam keberlangsungan proses kehidupan manusia dan mahluk
lainnya di bumi.
Limbah
Energi
28%
35%
1%
26% 9%
Pertanian
Kehutanan
IPPU
Tingkat emisi dari tahun 2016, 2017, 2018 (KLHK, 2020) Sumber: SIGNSMART, KLHK RI
sektor energi menyumbang emisi sebesar 40%, 42%,36%
sektor kehutanan dan kebakaran gambut menyumbang emisi sebesar 38%, 36%, 44%
Sektor Pertanian, Limbah dan IPPU (Industrial Process and Product Uses)
Emisi GRK by Countries vs ID Province
Australia Turkey Italy Sulawesi Selatan
Thailand
Brazil UK Poland Sumatera Barat Tahun 2020
Mexico Jawa Timur
South Africa Nusa Tenggara Barat
Kep Bangka Belitung
Canada
Saudi Arabia Sumatera Utara
Indonesia
South Korea 1%1%1%%
11% China
1%
1%
1% 1%
1% 1%
1%
1% 0%
0%
0%
0%
0%
0% Jawa Barat
1%
2% 2%
Iran 2% 4%
2% 29% Sumatera Selatan 29%
Germany 2% 9%
2%
2%
Japan 3%
Russia
4%
Sulawesi Tengah
24%
India 7%
20% 27%
15% Rest of World Riau
US
Protokol Kyoto Membatasi negara maju dan industri dalam memproduksi Gas
Desember 1997 Rumah Kaca
Bali Action Plan Upaya menanggulangi perubahan iklim berupa mitigasi, adaptasi,
Desember 2007 alih teknologi, penguatan kapasitas & pendanaan
Paris Agreement & Sepakat utk mengurangi laju emisi dari business as usual di 2030
COP 21 th 2016
COP 26 Nov 2021 Negara-negara akan didorong untuk mencapai Net Zero Emission
Inggris di tahun 2050
Upaya Menanggulangi Perubahan Iklim
Amanah Amandemen Pasal 33 ayat (4) UUD Tahun 1945, juga telah menetapkan prinsip Pembangunan
Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
Pembangunan rendah karbon/Low Carbon Development (2045 -2050) dengan tujuan kebijakan
berkelanjutan lingkungan sebagai elemen panduan dalam perencanaan pembangunan.
Target Net Zero Emission (NZE)
Kebijakan Low Carbon Development Initiative (LCDI) secara eksplisit dinyatakan sebagai salah satu program
prioritas Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Pemerintah Indonesia menempatkan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebagai salah satu indikator
makro-ekonomi utama dan sebagai kontribusi untuk mencapai Nationally Determined Contribution (NDC)
Indonesia.
Dokumen NDC tersebut memuat mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sebagai salah satu prioritas
integrasi lintas sektor di dalam agenda pembangunan nasional
Indonesia memiliki target dalam NDC yakni penurunan emisi sampai tahun 2030 sebesar 29% dengan
sumber pendanaan domestik sedangkan 41% dengan dukungan pendanaan internasional.
Target Pengurangan Emisi GRK
berdasarkan NDC
• The polluter pays principle (prinsip pencemar yang membayar) dan the user pays pinciple
(prinsip pengguna yang membayar) (Parikh, 1995)
• Command and Control merupakan sejumlah regulasi yang mengatur standar performa
teknologi misalnya AMDAL
• Market Based Instruments (Carbon Pricing) berhubungan dengan harga: melalui instrumen
Sistem Pembatasan & Perdagangan (Cap-and-Trade System)/Ijin Perdagangan (Tradeable
Permit) dan Environmental Tax
Emission Trading System (ETS)
Entitas yang mengemisi lebih banyak
membeli ijin emisi dari yang mengemisi
Cap-and-Trade/ lebih sedikit
Tradeable Permit
Emission/Carbon Offset
Entitas yang melakukan aktifitas penurunan
emisi dapat menjual kredit karbon nya
kepada entitas yang memerlukan kredit
karbon
Market Based Intrument/
Carbon Pricing
Environmental Related Taxes
Pajak-pajak yang dirancang untuk
meningkatkan pendapatan dengan
Environmental Taxes beberapa kriteria lingkungan
Pigouvian Taxes
Pajak-pajak yang dirancang untuk mencapai
tujuan lingkungan termasuk beberapa
peningkatan pendapatan
Cap-and- Trade/Emission Trading System
(Skema Perdaganan Karbon)
• Pemerintah dapat menetapkan kebijakan pembatasan emisi maksimum yang diijinkan yaitu pembatasan (cap)
untuk penurunan emisi GRK. Batas Atas Emisi GRK adalah tingkat Emisi GRK paling tinggi yang ditetapkan dalam
suatu periode tertentu.
• Industri penghasil emisi yang berhasil untuk mengurangi setiap ton CO2 (menghasilkan emisi karbon di bawah
ambang batas/cap) dapat memperdagangkan (menjual Emisi GRK) selisih jatah maksimum yang ditentukan
kepada peserta industri yang tidak mau atau tidak berhasil mengurangi emisinya (penghasil emisi yang lebih
besar).
• Sebaliknya, jika perusahaan menghasilkan emisi melebihi ambang batas, maka dapat membeli “carbon credit
(crediting mechanism)”dari perusahaan lain dengan emisi di bawah ambang batas atau dikenakan “penalty”.
• Entitas yang mengemisi lebih dari cap diharuskan mengimbangi Emisi GRK dengan membeli izin emisi (Sertifikan
Izin Emisi/SIE) dari entitas yang mengemisi di bawah cap atau membeli Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE/Offset)
atau Certified Emission Reduction/CER (pengurangan emisi bersertifikat).
• Dalam hal entitas tersebut tidak dapat membeli SIE atau SPE di atas cap seluruhnya, maka sisa emisi akan
dikenakan pajak karbon
Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021
• Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon (NEK) terutama
Perdagangan Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan
Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dalam Pembangunan Nasional.
• NEK adalah nilai terhadap setiap unit Emisi GRK yang dihasilkan dari kegiatan manusia dan kegiatan ekonomi
• Untuk mendukung pelaksaan Perdagangan Karbon, Indonesia akan mempunyai Bursa Karbon yaitu suatu
sistem yang mengatur mengenai pencatatan cadangan karbon, Perdagangan Karbon, dan status kepemilikan
Unit Karbon.
• Penerimaan negara yang diterima dari aktivitas perdagangan karbon dicatat sebagai PNBP atas transaksi jual
beli unit karbon.
• Tata cara pelaksanaan perdagangan karbon secara umum akan diatur melalui Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK).
• Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE) GRK adalah surat bentuk bukti pengurangan emisi oleh usaha dan/atau
kegiatan yang telah melalui MRV, serta tercatat dalam Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim
(SRN PPI) dalam bentuk nomor dan/atau kode registri.
• MRV (Measurement, Reporting, and Verification) atau Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi
Skema Perdagangan Karbon
(Cap-and- Trade)
• Perdagangan Karbon adalah mekanisme berbasis pasar untuk mengurangi Emisi GRK melalui
kegiatan jual beli Unit Karbon.
• Unit karbon adalah bukti kepemilikan karbon dalam bentuk sertifikat atau persetujuan teknis yang
dinyatakan dalam 1 ton CO2 yang tercatat dalam Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan
Iklim (SRN PPI).
• Pengimbangan Emisi GRK disebut Offset Emisi GRK adalah pengurangan Emisi GRK yang dilakukan
oleh usaha dan/atau kegiatan untuk mengkompensasi emisi yang dibuat di tempat lain.
Skema Implementasi Perdagangan Karbon
dan Pajak Karbon
Cap & Trade Cap & Tax
Pajak Karbon
SIE/SPE
SIE/SPE
SIE/SPE
Cap
SIE/SPE
SIE/SPE
PT A PT B PT A PT C
Entitas yang mengemisi lebih dari cap diharuskan membeli izin emisi Dalam hal entitas tersebut tidak dapat membeli izin emisi
(Sertifikan Izin Emisi/SIE) dari entitas yang mengemisi di bawah cap atau Sertifikat Pengurangan Emisi di atas cap seluruhnya,
atau membeli Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE/Offset) atau Certified maka sisa emisi akan dikenakan Pajak Karbon
Emission Reduction/CER (pengurangan emisi bersertifikat).
Pajak Karbon (Carbon Tax)
• Sebagai instrumen kebijakan fiskal, kebijakan pajak dapat berupa instrumen yang bersifat
insentif dan dapat pula menjadi instrumen yang bersifat disinsentif.
• Pajak sebagai instrumen yang bersifat disinsentif dapat digunakan untuk mengoreksi
kegagalan pasar seperti timbulnya ekternalitas negatif termasuk meminimalisir dampak
negatif dari high carbon industries.
• Pajak ini pada awalnya dirancang untuk mengubah perilaku (penggunaan teknologi yg lebih
efisien dan low carbon), jadi tidak untuk meningkatkan pendapatan
• Bentuknya ‘disinsentif’ (sanksi atau hukuman/penalizing) bagi Wajib Pajak yang secara signifikan
menghasilkan emisi CO2 dan gas lainnya,
• Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara signifikan menghasilkan emisi CO2 dan gas
lainnya atau menjadi polluter.
• Dasar pengenaan pajak (tax base), jumlah kandungan emisi karbon yang dikeluarkan (the carbon content
of fossil fuel)
• Tarif: X dollar (nilai mata uang suatu negara) per ton emisi (CO2e)
• Kebijakan ini bertujuan untuk mempengaruhi perilaku masyarakat untuk mengurangi aktivitas yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan (menimbulkan emisi).
International Best Practise
No Negara Mulai No Negara Mulai
1 Finland 1990 18 Mexico 2014
Pajak Karbon di Negara-Negara 2 Poland 1990 19 Spain 2014
3 Norway 1991 20 Portugal 2015
4 Sweden 1991 21 Chile 2017
5 Denmark 1992 22 Colombia 2017
6 Slovenia 1996 23 Zacatecas 2017
7 Estonia 2000 24 Argentina 2018
8 Latvia 2004 25 Canada 2019
9 British Columbia 2008 26 Newfoundland and Labrador 2019
10 Liechtenstein 2008 27 Northwest Territories 2019
11 Switzerland 2008 28 Prince Edward Island 2019
12 Iceland 2010 29 Singapore 2019
13 Ireland 2010 30 South Africa 2019
14 Ukraine 2011 31 New Brunswick 2020
15 Japan 2012 32 Luxembourg 2021
16 United Kingdom 2013 33 Netherlands 2021
17 France 2014 34 Tamaulipas 2021
Benchmark Tarif Pajak Karbon, US$ per Ton CO2 emisi
Sumber: World Bank (2020) & update Tax Foundation (2021) dalam Tatariyanto
Contoh Instrumen Kebijakan Industri
Hijau di Jepang
11)Ketentuan mengenai penambahan objek pajak yang dikenai pajak karbon diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah setelah disampaikan pemerintah kepada DPR RI untuk dibahas dan disepakati dalam
penyusunan RAPBN.
12)Penerimaan dari pajak karbon dapat dialokasikan untuk pengendalian perubahan iklim.
13)Wajib Pajak yang berpartisipasi dalam perdagangan emisi karbon, pengimbangan emisi karbon, dan/atau
mekanisme lain sesuai peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup dapat diberikan: a.
pengurangan pajak karbon; dan/atau b. perlakuan lainnya atas pemenuhan kewajiban pajak karbon.
14)Ketentuan mengenai: a. tata cara penghitungan, pemungutan, pembayaran atau penyetoran, pelaporan, dan
mekanisme pengenaan pajak karbon; dan b. tata cara pengurangan pajak karbon dan/atau perlakuan lainnya
atas pemenuhan kewajiban pajak karbon, diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
15)Ketentuan mengenai: a. subjek pajak karbon; b. alokasi penerimaan dari pajak karbon untuk pengendalian
perubahan iklim, diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah setelah disampaikan oleh
pemerintah kepada DPR RI untuk dibahas dan disepakati dalam penyusunan RAPBN.
Peta jalan (road map) Pajak Karbon
▪ Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun ● Diterapkan mekanisme pajak yang • Implementasi perdagangan karbon secara
2021 tentang Penyelenggaraan Nilai mendasarkan pada batas emisi (cap penuh melalui bursa karbon
Ekonomi Karbon and tax) untuk sektor pembangkit • Perluasan sektor pemajakan pajak karbon
▪ Pengembangan mekanisme Perdagangan listrik terbatas pada Pembangkit dengan penahapan sesuai kesiapan sektor
Karbon dan Bursa Karbon Listrik Tenaga Uap (PLTU) terkait dengan memperhatikan antara
▪ Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 batubara; lain kondisi ekonomi, kesiapan pelaku,
tentang Harmonisasi Peraturan dampak, dan/atau skala.
Perpajakan - BAB VI, Pasal 13 Pajak • Penerapan pajak karbon mengutamakan
Karbon pengaturan atas subjek pajak Badan.
• Tarif pajak karbon akan dibuat lebih
tinggi daripada atau sama dengan harga
karbon di pasar karbon domestik.
• Penetapan PMK tata laksana pajak karbon
(cap & tax) untuk sektor lainnya
Kontribusi Pajak Karbon
• Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Galian Mineral dan Bukan Logam dan Pajak Air Tanah, dipungut untuk mengendalikan kerusakan lingkungan akibat
pengambilan sumber daya alam di lingkungan provinsi dan kabupaten/ kota.
• Pajak Kendaraan Bermotor; Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor terkait dengan eksternalitas negatif yang
timbul dari aktivitas konsumsi bahan bakar.
Sumber: Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
• Earmarking adalah penerimaan tertentu yang diterima oleh
pemerintah yang dianggarkan khusus untuk membiayai
pelayanan publik tertentu.
• Earmarking tax merupakan pajak yang dikenakan pada objek
tertentu, yang kemudian hasil penerimaan pajak tersebut
digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah tertentu yang
berkaitan dengan jenis pajak yang dipungut.
• Dengan jenis pungutan/penerimaan yang spesifik dengan tujuan
pungutan yang spesifik, maka fungsi regulerend dapat diterapkan
Earmarking melalui kebijakan earmarking tax.
• Ketika kebijakan earmarking diterapkan atas Pajak Karbon, perlu
didesain agar dapat dispesifikasikan jenis pengeluarannya dan
perlu diatur lebih detil dan jelas indikator capaian dan penilaian
• Prinsip penerimaan pajak karbon adalah revenue neutral artinya
harus dapat dikembalikan kepada masyarakat, misalkan subsidi
ke tekologi yang lebih efisien, memperbaiki infrastruktur yang
terdampak perubahan iklim.
• Penerimaan dari pajak karbon dapat dialokasikan untuk
pengendalian perubahan iklim (UU HPP)
Benchmark Penggunaan Penerimaan Pajak Karbon
Area Negara Penggunaan Pajak Karbon
Eropa Denmark 1. Pengurangan Pajak Tenaga Kerja
2. Efisiensi Energi dan program lingkungan hidup
Finlandia 1. Pengurangan Pajak Penghasilan
2. Pengurangan Employer Social Security Payment
Perancis 1. Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
2. Pengurangan Pajak Tenaga Kerja
3. Bantuan Terkait energy bagi masyarakat low income
Amerika Chile 1. Masuk dalam Anggaran Belanja
2. Belanja untuk Pendidikan dan Kesehatan
Mexico 1. Masuk dalam Anggaran Belanja
Asia India 1. Energi Bersih dan Lingkungan Hidup
Jepang 1. Teknologi atas Energi Bersih
2. Efisiensi Energi
Sumber: Word Bank (2020) dan update dari Tax Foundation (2021) dalam Tatariyanto (2021)
Kesimpulan
• Perubahan iklim merupakan isu global, perlu kerjasama dunia
• Upaya-upaya mitigasi perubahan iklim untuk mencapai target NDC
Indonesia perlu dilakukan oleh berbagai sektor industri pengunaan
bahan bakar fosil.
• Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan energy rendah
karbon harus segera ditingkatkan, begitupun dengan efisiensi energi
dan konservasi energy agar target bauran energy 23% di tahun 2025
dapat tercapai
• Pengenaan Pajak Karbon perlu dukungan public dan political will
• Perlu juga insentif pajak sebagai upaya menurunkan emisi GRK bagi
industri yang telah memenuhi Sertifikat Industri Hijau
Terima Kasih
39
Dr. Titi Muswati Putranti, M.Si
• Jabatan: Dosen FIA UI & Peneliti Tax Centre FIA UI
• Email: titi.putranti@gmail.com
• HP: +62 816 774 055
Pendidikan
• Gelar Doktor dalam bidang Kebijakan Perpajakan dari Universitas Indonesia dengan risetnya berjudul rekonstruksi
kebijakan insentif pajak untuk mendorong industri rendah karbon.
• Gelar Magister dari Universitas Indoneisa dalam bidang Pajak Penghasilan.
T: +62 21 78849147
F: +62 21 78849147
M: +62 811 1544 404
E: admin@taxcentre-ui.org/ taxcentre.ui@gmail.com
www.taxcentre-ui.org
41