Anda di halaman 1dari 79

R

Tan M

la

jdlan dengan
kiri yang tak
yang masih berupa

Kisah tentang Musso adalah satu


yang diangkat dari liPutan
2OO7-2O1O.

cinta dan
Daftar lsi
Serl Buku Tempo
Musso
Si Merah di Simpang Republik

© KPG 901 11 0400

Cetakan Pertama, Januari 2011

Tim Penyunting
Wahyu Dhyatmika
Redaksi KPG
Dari Proklamasi 72 vii
Tim Produksi
Eko Punto Pambudi ""
Aji Yuliarto Si Merah di Simpang Republik 1
Kendra H. Paramita'
BismoAgung
Radikal Kiri Si Bocah Alim 2
Pengkhianatan di Singapura 12
Bangkit Setelah Mati Suri 23
Bersuara dari Rusia 28
Kaum Merah dari Bawah Tanah 32

Meniti Jalan Radikal 42


'Oude Heer' yang Mudah Naik Pitam 48
TEMPO
Suatu Malam di Proklamasi 56 52
Mitos Amerika di Kaki Lawu 58
Laga Pengalih Sebelum Madiun 64
Titah Berujung di Madiun 73
Setelah Pistol Menyalak Tiga Kali 74
Soemarsono: Kami Tidak Memberontak 79
Sapu Bersih dalam Semalam 88
Proklamasi Dini di Madiun 94

Akhir Perjalanan Sang Ketua


Lunglai di Rawa Klambu
101
102
Tentang Orang Kiri
Tiga Dilepas demi Revolusi 108 Indonesia
Jalan Baru yang Kandas 115

Kolom-kolom 127
Hatta Kambing Hitam Madiun 128
Jalan Berliku Tuan Mussotte 135

lndeks 143 -Mengapa DN Aidit?

PERTANYAAN itu diajukan oleh seorang pensiunan letnan


jenderal Angkatan Darat kepada wartawan Tempo pada
suatu jamuan Hari Raya. Ketika itu Oktober 2007, beberapa
pekan setelah Tempo menulis laporan utama tentang bekas
Ketua Partai Komunis Indonesia Dipa Nusantara Aidit.
Sang jenderal masygul. Di matanya, Aidit selayaknya tak
ditulis panjang lebar dalam suatu laporan utama. "Kalian tak
mengerti sejarah," katanya setengah menghardik.
Saya tak tahu persis bagaimana wartawan itu mengelak
dari pertengkaran yang tak perlu dalam acara silaturahmi
ldul Fitri. Yang saya ingat ia tiba di kantor dan bercerita
dengan wajah bersungut.
Komunisme memang pokok yang selalu jadi masalah.
• I 11ga ketika tema itu menjadi ulasan di media massa. Sang
jenderal tampaknya masih berada pada era ketika ideologi
i111 j.,di hantu. Menurut saya, ia salah paham.
Se ungguhnya tak ada fatwa yang men hararnkan media 111c111dis 1 •11ta11).', Aidii. l'r ·111is11ya � cl ·rhancL tak banyak
massa menulis tentang orang yang paling jahat sekalipun. media yan, m nuli, tcntaog peran Ketua PKI itu dalam
Dasar media menulis adalah kemenarikan suatu peristiwa. Di malapetaka 1965.
atas itu ada hak publik untuk tahu. Dalam hal empat sosok Dekat dengan Sukarno menjelang G30S, Aidit merasa
kiri Indonesia-D.N. Aidit, Njoto, dan Sjam Kamaruzaman, di simpang jalan. Ia menganggap revolusi harus segera
dan Musso-informasi yang diterima publik kebanyakan clikobarkan jika tak ingin didahului tentara. Tapi ia tak
berselimut kabut. menguasai militer-kecuali sebagian kecil yang digarap oleh
Tapi sesungguhnya itu kesalahpahaman yang kedua dari Kepala Biro Chusus PKI, Sjam Kamaruzaman. Massa PKI
sang jenderal. Kesalahan yang pertama adalah ia meng­ dianggap belum siap melancarkan revolusi. Meski demikian,
anggap Aidit semata pembawa malapetaka. Aidit dianggap Aidit ngotot. la kemudian datang dengan teori yang belum
berkhianat kepada republik dalam prahara 1965, dan karena dikenal sebelumnya: revolusi bisa dilancarkan asalkan
itu wajib ditumpas. Segi-segi detail tentang sosok itu tak disokong 30 persen tentara. Inilah awal kehancuran Dipa
perlu dibahas. Juga cerita dia sebagai manusia. Nusantara.
Padahal cerita tentang Aidit mestinya diletakkan dalam Dari premis itulah kami bergerak. Rumah masa kecil
sebuah bingkai yang lebih utuh. Inilah kisah tentang tragedi Aidit di Belitung Sumatera Selatan kami kunjungi. Para
anak manusia. Tentang seorang yang punya cita-cita-be­ tetangga yang tersisa kami wawancarai. Aidit kecil nyata­
tapapun sepakat/tak sepakatnya kita pada cita-cita itu dan nya sosok yang berbeda: ia fasih mengaji dan merdu
cara mewujudkannya. mengumandangkan azan.
Di lain pihak, kami menyadari bahwa komunisme adalah Setelah Aidit, kami lanjutkan dengan Sjam Kamaruza­
isu yang sensitif. Tragedi 1965 telah melahirkan konflik dan man. Gairah untuk menelisik Sjam, terbit dalam versi ma­
trauma yang menahun. Karena itu kisah·tentang tokoh ko­ jalah edisi November 2008, dipicu oleh sejumah pertanyaan
munis sangat mungkin melahirkan kontroversi. Dalam kon­ ketika kami menggarap Aidit. Betulkah Aidit-meminjam
teks ini kemarahan sang jenderal bisa dipahami. ucapan Bung Karno-pimpinan PKI yang keblinger dan
Tapi media selayaknya tak surut karena suatu liputan hanya diperalat oleh Sjam? Siapakah Sjam?
berpotensi kontroversial. Kami sulit sepakat dengan gagasan Lelaki dengan lima nama alias ini sosok anggota PKI
"jurnalisme kepiting"-berjalan hati-hati di pantai, maju yang lain. la orang bawah tanah. la muncul pertama kali da­
selangkah untuk kemudian mundur jika capit mengenai lam pengadilan Sudisman pada 1967. Sebelumnya ia sosok
kaki. Gagasan itu hanya cocok di era ketika kebebasan pers yang samar-samar. Penelusuran terhadap Sjam membawa
belum seperti sekarang. kami pada sebuah tamasya sejarah. Kisah tentang intelijen
PKI itu memberi kami pengalaman liputan yang penuh
misteri dan banyak informasi off the record-bahkan setelah
PADA mulanya adalah redaktur senior Gocnaw;:in Mohamad. empat dekade G30S berlalu. Sejumlah sumber, termasuk
Dialah yang pertama kali mengu ulk:111 ;1gar 111ajalah Tempo keluarga Sjam, tak ingin namanya dipublikasikan. Hingga

viii Orang Kiri Indonesia: Musso


kini trauma itu masih membekas. l\nak-a11;1k Sjarn? Scbcl11mnya kami tak pcrnah bermimpi
Berikutnya berturut-turut adalah Njoto dan Musso. bisa menemui. keluarga itu. Sjam tokoh misterius. Sejumlah
Perhatian kami kepada sejarah orang kiri berjalan bersamaan sumber bahkan tak yak.in Sjam berkeluarga. Informasi dari
dengan tokoh lainnya: Natsir, Kartosoewirjo, Sukarno, Hatta, Suryo membuka harapan baru. Meski awalnya ia hanya
Sjahrir, Tan Malak.a. Menyusuri masa lalu adalah memasuki menyebut kawasan tinggal seorang anak lelaki Sjam, kami
ruang dengan tirai berlapis. Semakin disibak, semakin berhasil membujuknya untuk mendapatkan alamat yang
berdatangan misteri baru. Menulis sejarah adalah proses lebih spesifik. Namun tak ada jaminan sang anak mau
yang mengasyikkan-semacam jeda di tengah kesibukan ditemui.
kami meliput peristiwa masa kini. Budi Riza, salah satu redaktur muda, berhasil menemui
!!IHIIHII dan membujuk sang anak. Tak mudah, tentu. Bekerja sebagai
teknisi di sebuah hotel di Jakarta, dia khawatir karirnya
, TAK selalu mudah mendapatkan informasi detail tentang terganggu jika identitasnya dipublikasikan. Tapi Budi tak
orang-orang kiri itu. Sjam adalah yang tersulit. Pada kehilangan akal: ia membawa foto kopi edisi khusus D.N.
mulanya, kami berdiskusi dengan John Roosa, sejarawan Aidit sebagai contoh bahwa kami tak punya niat buruk. Sang
dari Universitas British Colombia, Kanada. anak mengangguk. Pekan berikutnya ia berhasil didatangkan
John memperkenalkan kami dengan Suryoputro, sumber ke kantor majalah Tempo untuk sebuah diskusi internal. Tak
yang tak ingin nama aslinya dipublikasikan. Ketika itu sendiri, ia juga membawa adiknya yang lain, juga cucu Sjam
Ramadhan 2008. Kami bertemu di sebuah rumah di sekitar Kamaruzaman.
Taman Mini Indonesia Indah, tak jauh dari Lubang Buaya, Dari anak bungsu Sjam kami menemukan kisah
Jakarta Timur. tentang betapa dekat sang bapak dengan militer. Setelah
Usia Suryo telah lanjut, meski kesehatannya tampak keluarga Sjam kocar-kacir selepas sang bapak ditangkap,
masih baik. Bek.as kawan kecil Sjam itu membuka kisah si bungsu membaca koran tentang sejumlah tahanan PKI
silam sahabatnya. Tapi hanya tentang cerita masa kecil yang dipindahkan ke Penjara Budi Utomo, Jakarta Pusat.
Sjam di Tuban, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Memasuki Ketika itu 1976. Sang anak yang berusia 14 dan hidup
periode ke Jakarta-masa ketika aktivitas Sjam di PKI menggelandang memberanikan diri mengunjungi bui itu.
dimulai-Suryo mengaku tak tahu. Ada kesan dalam hal ini Tak menduga bisa menemui bapaknya, ia ternyata
ia menutup diri. berhasil membesuk. Mengetahui bahwa si bungsu adalah
Kami sadar bahwa informasi lengkap tak pernah datang anak Sjam, penjaga ramah mempersilakannya masuk.
dari satu sumber. Kami juga paham bagaimana "menjaga "Bapak ditahan di sel yang besar," kata si bungsu. Sejak
ritme" dalam sebuah wawancara dengan sumber yang sensitif saat itu, jika butuh uang, sang anak mengunjungi bapaknya.
dan topik yang tak mudah dibicarakan. Suryo mungkin Sjam menyuruhnya mengambil sendiri uang dalam sebuah
menyembunyikan sesuatu, tapi ia membuka sesuatu yang tas besar. "Saya tak tahu dari mana Bapak punya uang se­
lain. Yang terpenting: keberadaan anak-anak Sjam. banyak itu."
Dari mana uang itu diperoleh? Kami tak mcndapat kisah ini di d •pan So ·larni, i�tri. Njoto. Saya in rat, Jocsoef
informasi yang kuat. Yang ada adalah analisis: Sjam dibiayai mcnangis. Adapun Soetarni tak menunjukkan ekspresi
agar mau membuka rahasia tahanan PKI lain. marah atau berduka. Malamnya, Joesoef meninggal dunia.
Demikianlah, mozaik demi mozaik s�dikit demi sedikit Beberapa tahun terakhir ia mengidap sakit jantung.
kami kumpulkan. -Mungkin belum lengkap betul. Tapi •••
setidaknya kami telah berikhtiar. Sjam yang sebelumnya
misterius, kini makin jelas wujudnya. KAMI sadar bahwa kami bukan sejarawan. Kami bekerja
Cerita tentang Njoto lain lagi. Bertahun-tahun menyem­ tidak dengan perangkat metodologi yang kaku, melainkan
bunyikan diri karena trauma, setelah Soeharto jatuh, keluarga dalam semacam "permainan" keseimbangan-seperti juru
itu akhirnya muncul ke permukaan. Mula-mula kami mem­ masak yang meracik bumbu dan bahan makanan dalam
baca sebuah surat di mailing list tentang perjuangan Nyonya takaran yang pas. Kami mempertimbangkan ketepatan
Njoto mempertahankan hidup setelah suaminya hilang data, kepatuhan pada tenggat, dan keinginan mengangkat
tak lama setelah September 1965. Pengirimnya bernama pesona sejarah ke permukaan. Bagaimanapun, media punya
Iramani, nama samaran Njoto ketika tempo dulu menulis. keterbatasan: usia pemberitaan tak pernah panjang seiring
Tak dinyana, Iramani dalam milis itu adalah salah peristiwa yang datang susul-menyusul.
seorang putri Njoto. Dari sana kami bergerak ke hulu. Kami Kisah liputan Sjam Kamaruzaman barangkali dapat
menemui keluarga Njoto di kediamannya yang sederhana di dijadikan contoh. Syahdan, suatu hari, kami mendapatkan
kawasan Jakarta Timur. Pertemuan pertama itu kami tulis dokumen pemeriksaan Sjam oleh tentara sepanjang 1966-
dalam rubrik "Sosok". 1967. Dokumen fotokopi itu tidak didapat dari pejabat
Selanjutnya kami tak banyak menjumpai masalah. Ke­ militer di Jakarta, melainkan dari seorang peneliti yang
tika edisi khusus tentang Njoto disiapkan, Soetarni, istri mendapatkannya dari perpustakaan di Amerika Serikat.
Njoto, dan anak-anak m�mbuka diri untuk diwawancarai. Saya mendiskusikan bahan itu dengan John Roosa, yang
Kami mengundang mereka dalam diskusi di awal proyek. sebelumnya telah pula mempelajari dokumen tersebut. Tapi
Tak lupa kami menghadirkan Joesoef Isak, wartawan dan John tak menggunakan bahan itu untuk bukunya Dalih
sahabat dekat Njoto. Pembunuhan Massal-buku terkini dan paling otoritatif
Terhadap tokoh yang terakhir ini kami banyak berutang tentang G30S. Menurut John, dokumen itu merupakan
budi. Dari Joesoef-lah kami mendapat kepastian tentang kesaksian Sjam yang tak valid karena boleh jadi dibuat di
kisah cinta Njoto dengan Rita, perempuan Rusia yang diduga bawah tekanan tentara.
intelijen KGB. Perselingkuhan itu konon membuat D.N. Aidit Dilema itu datang: apakah kami mengikuti jejak John
murka. Hubungan Aidit-Njoto disebut-sebut merenggang atau mengambil sikap sendiri? Hams diakui dokumen itu
setelah itu. menyimpan data menarik: kisah tentang pelarian Sjam,
Sebelumnya kisah ini hanya samar-samar. Dalam diskusi jaringannya, serta pernik-pernik operasinya sebagai orang
di kantor Tempo itu Joesoef untuk pertama kali membuka bawah tanah.

xii Orang Kiri Indonesia: Musso xiii


Kami akhirnya mengambil jalan lain: menggunakan
dokumen untuk kemudian menelusurinya kembali. Kisah
pelarian Sjam, misalnya, ditelusuri koresponden Tempo di
0
Jawa Barat. Cerita tentang aksi bawah tanah Sjam mendapat
konfirmasi dari sejumlah tokoh PKI termasuk Hamim,
seorang bekas anggota Biro Chusus yang nama aslinya tak
ingin disebut. Informasi tentang Hamim kami peroleh dari
Ahmad Taufik, redaktur Tempo yang pernah bersamanya
meringkuk di Penjara Cipinang. Taufik ditahan rezim Orde
Bam karena mendirikan Aliansi Jurnalis Independen.
Demikianlah, kisah tentang orang kiri Indonesia ini kami
tulis dengan maksud memandang sejarah secara lebih adil.
Edisi buku dibuat untuk meluaskan pembaca, selain agar
kisah itu lebih mudah didokumentasikan. Versi buku bukan
mempakan pengembangan versi majalah. Kecuali sedikit
editing ulang, apa yang ada di buku tak banyak berbeda
dengan yang tertera di majalah.
Idealnya, kami mengembangkan versi buku dengan pen­
dalaman liputan. Tapi kami tak bisa menaklukkan waktu.
Kesibukan sebagai wartawan majalah berita membuat
yang ideal untuk sementara hams masuk laci. Kami sadar
kami hams bergegas sehingga-untuk sementara-tak bisa
menukik lebih dalam. Dalam hal ini kami hams berendah
hati: makanan yang kami masak barulah sebatas hidangan
siap saji.

Arif Zulkifli
Redaktur Eksekutif Majalah Tempo

xiv . or;ng Kiri Indonesia: Musso


Radikal Kiri
Si Bocah Alim
Musso kecil rajin mengaji. Berkenalan dengan
gagasan kiri setelah bersekolah di kota.

MUSSO berasal dari keluarga berada buat ukuran zamannya. mcmiliki sepertiga tanah di Desa Jagung. Adapun keluarga Kantor
Pos Besar
Lahir dengan nama Munawar Muso pada 1897, ia fombuh Musso menguasai banyak tanah, termasuk di beberapa desa Kebonrojo,
di Desa Jagung, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa lain. Luas tanah di sekeliling rumah orangtua Musso saja bekas gedung
HBS Surabaya.
Timur. Musso bersama Sidik, adiknya, hidup berkecukupan. tiga bektare. Di sana berdiri satu bangunan rumah dan ra­
. Ayahnya, Mas Martoredjo, pegawai kantoran pada bank di t 11san pohon kelapa.
Kecamatan Wates, tiik jauh dari rumah. Ibunya bekerja di Agus mengatakan ibu dan neneknya menggambarkan
rumah, mengelola kebun kelapa dan kebun mangga. Musso sebagai orang yang pintar berorganisasi. Perkawanan
Di desa terpencil itu, Musso tumbuh bersama dua teman Musso, Ronodihardjo, dan Kiai Kemendung putus ketika
karib: Ronodihardjo dan seorang lagi yang belakangan di­ Musso melanjutkan sekolah ke kota pada usia 16 tahun.
kenal sebagai Kiai Kemendv.ng. Mereka bocah alim yang Ronodihardjo mewarisi jabatan ayahnya, demang. Sedangkan
rajin ke Musala Ar-Rahman milik Ki Demang Telo, ayah Kiai Kemendung mendirikan pondok pesantren di Dusun
Ronodihardjo. Ki Demang Telo ketat menjaga ibadah me­ Kernendung, Desa Jagung. Itulah sebabnya masyarakat me­
reka. Ia tinggal hanya 50 meter dari rumah orangtua Musso. nycbut dia Kiai Kemendung.
"Ke mana-mana selalu bersama," kata Agus Pitono, 47 tahun, Tiap kali Musso menjenguk orangtuanya, tiga bersahabat
cucu Ronodihardjo, yang memperoleh cerita dari kakeknya. it11 selalu berkumpul. Hanya, be]akangan Kiai Kemendung ja­
Menurut Agus, Musso dan Ronodihardjo mengendarai se­ rang bergabung karena sibuk di pondok. "Tinggal Kakek dan
peda motor kebo-merek Ural buatan Soviet. Masuk akal, ka­ Mbah Musso. Sepe1ti saudara kandung," kata Agus.
rena orangtua mereka cukup kaya. Orangtua Ronodihardjo Ayah A us, Sabar Ronodihardjo, mewarisi kedekatan

2 Orang Kiri lndorwsi<1: Mu•M> 3


dua keluarga ini. Setiap kali Musso pulang ke Kcdiri, dia warga. L\gu� l'itono sondiri Lak Lahu dimana pcr�is:1ya rmnah
pasti sibuk mengantarkan pemimpin PKI itu berkeliling saudara kandung Musso ini. Ayahnya, Sabar Ronodihardjo,
kota dan mempersiapkan pertemuan kader kiri di rumah sudah tak bisa ditanyai. Sabar tewas dibantai massa pasca
keluarga Musso. Dia yang membelikan penganan, rokok, peristiwa 30 September 1965.
dan kopi untuk setiap rapat di sana. "Ayah saya sangat patuh Selain Agus, ada satu orang lagi yang masih ingat keber­
pada Mbah Musso," kata Agus. adaan Musso di Desa Jagung. Seorang perempuan 80 tahun,
Ironisnya, hubungan Musso dan adiknya, Sidik, justru bernama Nyatin, mengaku pernah menjadi pembantu rumah
renggang. Sidik keberatan kakaknya menggunakan rumah tangga pada keluarga Musso. Sekarang dia membuka warung
orangtua mereka sebagai basis kader PKI. Maklum, kader kopi, tak sampai 200 meter dari lokasi rumah Musso.
komunis dari Blitar, Trenggalek, dan Madiun sering mampir Sayangnya Nyatin tak mau dikorek banyak soal keluarga
ke sana. Musso. Pada zaman Orde Baru, ia pernah didatangi orang
yang mengaku intelijen. Itulah sebabnya Nyatin memilih
*** mengubur dalam-dalam kisah kedekatannya dengan keluarga
Musso. "Saya takut," kata dia�
KINI hanya ada sepetak tanah kosong di Desa Jagung yang
menjadi saksi bisu lahirnya Musso, pentolan Partai Komunis Desa Jagung,
Indonesia. Rumah besar gaya priayi Jawa yang dulu berdiri Kecamatan
Pagu, Kediri,
megah di situ tak ada bekasnya. Rumah itu sudah dibongkar Jawa Timur,
puluhan tahun lalu. Hanya rerumputan dan perdu yang tempat
kelahiran
tumbuh. Tanah itu kini milik Erny, 55 tahun. la bukan ke­ Musso.
rabat Musso.
Erny membeli tanal:i ini dari Sidik. Rumah dan tanah
sekitar tiga hektare milik orangtua Musso belakangan me­
mang diwariskan pada sang adik. Pada 1970-an, Sidik me­
mecah tanah jadi sembilan petak dan menjualnya. Saat itu
harga tanah Rp 50 ribu per ru-satuan luas setara 1 x 14,5
meter. "Mbah Sidik pindah ke dekat penjara Mojoroto," kata
Erny kepada Tempo November 2010. Mojoroto adalah ke­
camatan dalam wilayah Kota Kediri. 0
z
0

Sayangnya, jejak keluarga Sidik tak berhasil dilacak.


cc
>-
Upaya Tempo menanyai beberapa sesepuh masyarakat
Mojoroto, tak membuahkan hasil. "Karena dia bukan orang
asli sini, tak banyak yang tahu soal mereka," kata satu tetua
Menurut Ruth T. McVey dalam ·1 1,, !<is(; of l11lio11.esian 1
/\<..l.ilah l laz 'IL yang men angkat AJ i m in sel,agai anak.
Communism, yang diterbitkan Cornell University Press, Dia pcrtama kali be1:jumpa dengan Alimin sebagai bocah
Ithaca, New York, pada 1965, selepas masa kecilnya di )!,cmbel di alun-alun Solo. Hazeu memberi dia beberapa
Kediri, Musso menempuh sekolah guru di Batavia atau kcping uang dan Alimin langsung membagi rata kepada
Jakarta. Di sekolah inilah dia mulai mendapat ide-ide awal lcmannya. Hazeu terkesima oleh Alimin kecil yang punya
tentang sosialisme dan komunisme. Perkawanan Musso hibit sosialisme.
dan Alimin-yang kelak juga menjadi pentolan gerakan kiri Selain Hazeu, Musso muda juga dekat dengan seorang
Indonesia-berawal di sekolah ini. Keduanya dipertemukan rcformis politik etis, D. Van Hinloopen Labberton, yang
oleh G.A.J. Hazeu, penasihat pemerintah Hindia Belanda juga Ketua Theosofische Vereeniging di Batavia. Setelah ta­
untuk urusan bumiputra. mat pendidikan guru di Batavia, Musso kuliah di kampus

Guru Politik Sang Rumah kos itu sekaligus tempat kursus politik Sukarno m uda. "Orang di
n lau yang
p

Warga sek
roamino Semp en, dan Kartosoewirjo
rumah kos Sukarno, sang proklamator. ' Bekerja sama dengan sang'istri, Suharsikin, Tjokroaminotq;-ketika itu
menjabat Wakil Ketua Sarekat ,;lpm'cabang Surabaya-meni;!mpung sekitar
Indonesia den di Hogere
B

at d i man a saja, , k . Sembari rnakan be , misa lnya,


rJJi;o berbagi pikiran tentang penjajahan Belanda yang membuat, "Kita
mehJadi bangsa kuli dan kuli di ant�ra bangsa-bangsa;' kata Sukarno dalam
Sul<arno an Autobiography karya Cindy Adams.
aat itu, rnenurut Ketua tembii!ga Perjuangan Rehabilitas·

6 J>rapg Kiri Indonesia: Musso 7


pertanian di Buitenzorg atau Bogor. Kw lpu� ini c ikal-bakal t or Pos l h;sar l<cbo11 rojo, sckitar 300 meter Gari rumah
Institut Pertanian Bogor. Tjokroaminoto di Peneleh. Arnold C. Brackman dalam
Versi lain menyatakan Musso bersekolah di Hogere /11donesian Communism terbitan 1963 mengatakan Musso
Burger School. Soemarsono, pemimpin militer gerakan hckcrja sebagai kasir kantor pos Surabaya. Di sini, Musso ber­
Madiun 1948, menyebutkan Musso dua tingkat lebih se­ ha ·ii mengorganisasi buruh kantor pos. "Musso juga punya
nior dibanding Sukarno, yang masuk HBS Surabaya pada rcputasi sebagai jagoan jalanan Surabaya," kata Brackman.
1915. Di Surabaya, Musso kos di rumah tokoh pergerakan Buku HOS Tjokroaminoto, Hidup dan Perdjuangannja,
Tjokroaminoto. HBS adalah sekolah lanjutan menengah un­ tcrbitan Partai Sarekat Islam, yang dikutip McVey, menye­
tuk orang Belanda, Eropa, atau elite pribumi. l>utkan rumah Tjokroaminoto tempat penting bertemunya
Sekolah ini berpengantar bahasa Belanda dan ditempuh sccara pribadi pemimpin pergerakan. Asrama ini dikelola
lima tahun. Bekas gedung HBS Surabaya kini adalah Kan- Suharsikin, istri Tjokroaminoto, pada 1913-1921. Di sini,

Belanda). Musso aktif dalam gerakan yang sama bersama Alimin, Semaoen, dalam pertemuan itu, seperti dikutip Soe Hok Gie.
ua empat tahu n dibanding Sukarno, yan lahir Dengan bangga Bung Karno bercerita kepada Soeripno tentang masa
pada 1 901 . lalunya dengan}:Musso. "Mus$o 'ini dari dulu memang jago: la yang paling
Berdasarkan penelu ran literatu r, tak ada penjelasan berapa' lama suka berkelahi. la jago pencak;' kata Sukarno. Sukarno juga bercerita tentang
Musso tinggal di rumah Tjokroaminoto. Yang jelas, pada 1 9 1 9, Musso tak hobi Musso bermain musik dan bila berpidato akan menyingsingkan lengan
' menghuni �; ��h itu la:i't ��nur�t Ruth �Vey dalam baju.
f ,
CommuniJTTJ;�pada tahu� i'ftb .Musso da irnin terliba us Sareka m Sukarno pun menYindir soal perkembangan(pdlitik komunis internasionai.
Afdeling-B di Jawa Barat dan dijebloskan ke ·penjara. l<eluar dari penjara Pengetahuan Sukarno tentang komunis sempat membuat Muso ternganga.
itulah, pada 1 920 M usso menjadi a nggota Partai Komunis t ndonesia- Bung Karno menjawab keheranan Musso dengan pengakuannya, "Saya ini
peneru� n ISDV. kan masih tetap1:muridnya"Man<, Pak Tjokroamir;ioto, dan Pa� .r-.:,µsso!"
Berpis elama .ham rr tiga das ,· sukarn Sukarno me'fi' u njukkan ' k�kiriannya deng�n memperl i,itkan bukU
lagi pada 1 3 Agustus 1 948 pukul 1 0 pagi di lstana Nega so meny.a mar karangannya, Sarinah. Dalam buku itu, Sukarno mengutip ucapan-ucapan
sebagai Soeparto, sekretaris Soeripno-dubes RI untuk eek9slovakia di masa Lenin dan Stalin .. �uku itu diberikan kepada Musso sebagai tanda mata.
Sja jn. Dal . nya g di Tiga puluh J l�h hari se!el�D pertemuanri]�; pecah Pe[.! :J.i�� Madiun '
� , 0

no Keduanya saling '�emaki. Meski b�gitu, rasa h;(inat Sukarno kepada Musso
memeluk M usso dan M usso memeluk Sukarno. Kegembiraan ketik� itu sebagai guru tak luntur. Dalam wawancara dengan Cindy Adams, Sukarno
upanya ti�t� dapat mer�ka keluarkan dengan kata-kata ; Hanya pan�ari an berkata, "Ajaran Jawa mengatakan, seseorang yang menjadi guru kita harus
>• . / .
·\; r:riata d a f), 1 fi\P�l"). muka 11)!=!.ff.�? menggf kan kege�oI��an itu;' de dihormati lebiey d�(i orangtua:'
:, , .11'
" :, k�saksian So�peno, pemimpin redaksi surat kabar Rev�lusioner, yang ad.ir

8 Orang Kiri Indonesia: Musso


Musso, Alimin, dan Sukarno berguru pada 1Jola-oaminoto. r1 1 l 1 1s;1 1 1 pda 1 1 i di sa 11a I , T<Jnlal . 1 1 1 •lawan p nguasa kolonial.
Ketika Tjokroaminoto mendirikan Sarekat Islam pada 1912, l la 11yak yang Wwas clan clit ·:1.ngkap.
Musso juga aktif di pergerakan itu. Rumah Tjokroaminoto M 1 1� o dan Alimin tennasuk yang saat itu ditangkap
menjadi pusat kegiatan Sarekat Islam. llt-la nda. Mereka dituduh sebagai orang ISDV yang disusup­
Di rumah Tjokroaminoto inilah Musso bertemu dengan lrn1 1 ke Sarekat Islam. Selama di penjara, Musso diperlakukan
Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet, yang suka 11 111111· buruk. Menurut Soe Hok Gie, perlakuan menyakitkan
pada ide-ide sosial demokrat revolusioner. Sneevliet datang i11i yang membuat Musso amat benci kepada Belanda. Meski
ke Hindia Belanda (Indonesia) pada 1913. la menetap di l wgitu, ada juga hikmah buat Musso saat mendekam di balik
Surabaya selama dua bulan dan menjadi Pemimpin Redaksi l 1•ra l i besi. Di sana, dia bisa rutin berdiskusi dengan orang­
Handelsblad. Selama di Surabaya, Sneevliet kerap berdiskusi ora ng komunis. "Di penjara ini, Musso mendapat political
dengan murid-murid Tjokroaminoto, termasuk Musso. /1•sso11 tentang komunisme secara intensif," kata Soe Hok
Belakangan, Musso bersama Alimin, Semaoen, Darsono, < : ie.
Mas Marco Kartodikromo, dan Haji Misbach menjadi kader Sekeluar dari penjara, sikap revolusioner Musso tak lang­
Sneevliet. Setahun kemudian, Sneevliet mendirikan Indische s11ng tampak. McVey menyatakan, pada saat itu mentornya,
Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV), yang berhaluan Van Hinloopen Labberton bahkan sempat berencana men­
Marxisme. jadikan Musso asisten pengajar di Jepang. Tapi pemerintah
Sneevliet pula yang memasukkan gagasan sosialis dalam ,Jepang menolak. Musso dianggap tak mampu mengajarkan
tubuh Sarekat Islam melalui Musso-Alimin dan lainnya. hahasa Indonesia menggunakan pengantar bahasa Inggris.
Sneevliet jeli melihat Sarekat Islam sebagai organisasi rakyat l 'adahal dia jelas menguasai dua bahasa ini dengan baik.
yang memiliki basis massa besar. Itu sebabnya Sneevliet M cVey curiga penolakan Jepang lebih karena faktor aliran
masuk dan menanamkan pengaruhnya dengan membangun politik Musso yang dinilai mulai radikal. Apalagi dia pernah
blok merah di Sarekat Islam. Apalagi Sneevliet adalah orang dipenjara.
yang berani menyuarakan gagasan "Hindia Belanda Mer­ Segera setelah penolakan Jepang itu, Musso mengumum­
deka" -gagasan yang revolusioner untuk masa itu ketika kan berdirinya Partai Komunis Indonesia cabang Batavia.
Belanda kuat menancapkan imperialisme. Semaoen mendirikan Perserikatan Komunis Hindia yang
Soe Hok Gie dalam Orang-orang di Persimpangan Kiri kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia pada 1920.
Jalan mewawancarai Darsono, salah seorang senior Musso Musso dan Alimin bergabung dengan Partai Komunis
di PKI, pada 1964. Menurut Darsono, Musso adalah orang Indonesia pada 1923. ■
yang senang amuk-amukan. Pada usia 20 tahun misalnya,
Musso sudah terlibat dalam gerakan Sarekat Islam Afdeling­
B di Cimareme, Garut, Jawa Barat. Afdeling ini didirikan
tokoh Sarekat Islam, Raden Pandji Sosrokardono. Pada 1919,
Pemberontakan 111 11a aktivis Partai Kornunis. Rapat-rapat mereka pun kerap
dilarang. Dinas Intelijen Belanda tampaknya sudah mencium
rcncana pemberontakan partai merah ini.
Di Singapura, mereka bergabung dengan. pentolan Partai

Pengkhianatan Komunis Indonesia yang sudah lebih <lulu berlindung dari


kcjaran intel Belanda, Alimin, dan agen PKI di sana, Subakat.
di Singapura Tiga hari penuh mereka menggelar rapat, mematangkan ren­
cana PKI menggerakkan pemogokan umum dan perlawanan
licrsenjata untuk menggulingkan pemerintah Belanda, pada
Dua tokoh PKI, Musso dan Tan Ma laka, pecah kongsi pertengahan 1926.
saat merencanaka n Pemberontakan 1 926. Rapat ini merupakan kelanjutan pertemuan rahasia PKI
d i Prambanan, Jawa Tengah, Desember 1925. Ketua Umum
l 'artai Komunis Indonesia, Sardjono, memimpin rapat yang
111cmbahas detail rencana pemberontakan kaum kiri di Nu­
santara itu.
MENYA MAR sebagai matros, Musso tiba di Singapura pada Gerakan akan dimulai dari Padang, Sumatera Barat-ca­
Januari 1926. Tak ada petugas yang mengenali tokoh penting liang PKI paling kuat, sebelum meluas ke Jawa. Ruth T.
Partai Komunis Indonesia itu. Rute pelayaran Sumatera­ McVey dalam The Rise of Indonesian Communism men­
Singapura-Malaka yang amat ramai dan keahlian Musso me­ ralat, rapat PKI ketika itu juga sepakat mendirikan orga-
malsukan dokumen, membuat Musso yang ketika itu berusia 11isasi rahasia bernama "Dictatoriale Organisatie" atau
29 tahun, menyusup·masuk dengan mudah. " n11bbele Organisatie" sebagai pucuk pimpinan partai yang
Musso dan Alimin sebetulnya pernah ditahan di Singa­ sl'i>cnarnya. Sedangkan struktur resmi partai hanya akan ber­
pura, tapi kemudian dilepaskan. "Pemerintah Singapura fu11gsi sebagai kedok untuk mengalihkan perhatian polisi.
hanya memperhatikan orang yang masuk ke Malaka dengan Namun, tak semua pentolan PKI setuju dengan rencana
cara ilegal," kata sejarawan Harry Poeze kepada Tempo di i11 i. Sugono, Ketua Serikat Buruh Kereta Api (VSTP), diam­
Yogyakarta awal November 2010. Artinya, mereka yang diam meragukan matangnya perencanaan aksi. Dia tahu
masuk diam-diam dengan dokumen palsu, bisa lolos dari ikalan buruh masih lemah. Sebuah pemogokan umum amat
pengawasan. sulil dilakukan.
Padahal, ketika itu, Musso dan dua pemimpin PKI lain Pcrtemuan di Singapura akhirnya sepakat untuk me-
yang berangkat ke Singapura-Budisujitro, dan Sugono­ 1 w11111i Tan Malaka, mantan Ketua PKI yang dibuang Belanda,

sedang menjadi buron pemerintah Hindia Belanda. Sejak ,·111 pat tahun sebelurnnya. Kini dia adalah perwakilan Ko-
Desember 1924-ketika PKI memutuskan mengambil posisi 111i11 t ·rn di Asia Tenggara. Dukungan Tan amat penting
melawan penjajah-Belanda memang mulai memburu se- 11111 11k m yakinkan Moskow. Para pemimpin PKI amat ber-

12 Or,11 H 1 Kir r l1 1dor H",1<1: M1 1,,o l'< 'I I I IJt • f ( H l l c l � , 1 1 1 I () / { , 13


harap mendapat sokongan dana dan senjata dari Uni Soviet.
Untuk itu, Alimin pun lalu diutus ke kediaman Tan Malaka
di Manila, Filipina.
Dalam buku Tan Malaka: Pergulatan Menuju Republik,
Harry Poeze menduga Tan sebenarnya sudah mengetahui ren­
cana pemberontakan di Indonesia, beberapa pekan sebelum
Alimin menemuinya. Dia sudah menerima surat pengurus PKI
tertanggal 16 Desember 1925, tentang rencana aksi besar ini. Tan Malaka
{kiri) dalam
Dalam surat itu, pengurus PKI meminta Tan Malaka pelarian di
menjadi perantara untuk meminta dukungan Moskow. Mem­ Filipina.
DOKUMEN HARRY A. POEZE
baca surat itu, Tan terkejut. la termasuk orang yang taktis
dan selalu berhati-hati. Situasi di Indonesia, menurutnya, Tan Malaka menentang putusan Prambanan. Antara lain:
belum siap untuk sebuah aksi revolusioner. Pada 4 Januari belum ada situasi revolusioner, tingkat disiplin PKI masih
1926, ia mengirim surat balasan yang menolak rencana pem­ rcndah, seluruh rakyat belum berada di bawah PKI, belum
berontakan itu. ada tuntutan yang konkret, dan imperialisme internasional
Soe Hok Gie, dalam buku Orang-orang di Persimpangan scdang bersekutu melawan komunisme.
Kiri Jalan menyatakan ada lima faktor yang menyebabkan Surat balasan Tan ini membuat Musso geram. Dari

Komando dari Moskow satu soa!, -\ipenting:


l'\ "" '
"'·" '" bergabung tidaknya PKI dengan Komunis l nternasional
(Komi . Ribuan anggota da atisan PKI hadir di sana. fi McVey
rkan dengan, h i

"*' -

Enam bulan sebelumnya, organisasi kiriritu oaru saja bersalin rupa dari nama Saat rapat a kan membahas afilfasi PKI dengan Komintern,:( etua PKI
lamanya: lndische Sociaal-Democratische Vereeniging {ISDV). Semaoen mengumumkan rapat a kan berlangsung tertutup. Koran resmi
Para aktivis partai itu memutuska.n berganti nama setelah banyak PKI saat itlJ, Het Vrije Woord, rnenulis' berita menarik soal pert�rpuan itu.
pengurusnyariyang'' berkebangsaan Belanda,
?� diusir penguasa kolonial ,dari kHirnya
Nusantara. > f3ahkan . pendiri ISDVi Henor" setelah set'k ngah jam, polis1
Sneevliep l��i g, w ipta;menin9 bah wa yan�, ;e;sis� �.·enar
., ,,
c'•:.j'• "':-) . .

Komunii lridct�esia; dinilai · lebih . il suas


Agen8a 0 utama Konvensi yang mengecil berkumpul di ten_ga aula, s

14 Oiill HJ K i r i l r 1 dorwsir1 : M1 r��o l'l'lllbPr ont dk,111 1 9) €, 15


Tan Malaka. sinilah berawal perse­ dat a11g s<:11diri k �in •· a pura. Harry Poeze menyatakan, Tan
Berseberangan
teruan Musso dan Tan Malaka lianya rncnitipkan risalah penolakan keputusan Pram­
dengan
Musso yang Malaka. "Menurut Tan l,;111.1 11 , kcpada Alimin. Dia berharap Alimin menyampaikan
dianggapnya Malaka, rencana aksi
terburu-buru.
pt 'l'limbangannya, kepada Musso dan aktivis PKI lain yang
tidak matang," kata 1111•1111nggu di Singapura.
Poeze. "Musso dan Alimin Pada Februari 1926, rapat kedua digelar di Singapura.
pun ya pikiran pendek." l'ara pcmimpin PKI yang sedang buron: Sardjono, Musso,
Perbandingan kekuat­ B11d isutjitro, Sugono, Winanta, Subakat, dan Agam Putih,
an kolonial dan PKI juga l1 •11gkap hadir. Semuanya menanti laporan hasil kunjungan
sangat tidak seimbang. Alimin dengan tak sabar. Namun, dalam rapat itu, Alimin
Sejak akhir 1924, tekanan t ak 111enyampaikan dengan lengkap alasan penolakan Tan
polisi Belanda membuat Malaka.
DOKUMEN HARRY A . POEZE
pengurus PKI tercerai- Poeze menduga, Alimin sengaja melakukannya agar ren­
bcrai. Rapat-rapat konsolidasi mereka sering dibubarkan ('a 11a pemberontakan tetap berjalan. Dalam buku Sedjarah
a parat kcamanan dan keuangan organisasi pun menipis aki­ / 'Kl, Djamaluddin Tamin-kawan dekat Tan Malaka-me-
bat macetnya iuran dari anggota. 111 1lis, ketika bertemu di Manila, tiga kali Alimin bertanya
Sayangnya, lantaran kurang sehat, Tan Malaka tak bisa l«·pada Tan Malaka kapan ia bisa dikirim ke Moskow, untuk

dinding agar tidak ada yang kebijakan Moskow diikuti mentah�mentah. Pada 1 920 misalnya, Komunis
i;bih larij ut dl��rikan:'i ' lnternasional s�mpa{ meny�•r ukan kewaspaaaan kaUm merah menghadapi
e�i��h gerakan Pan lslar l �r� · �fitik Soviet at s ma � �ver �a � m , �uslim ini
: t .•
gumum ep�da Koriiihter membuat aktivis PK.l " di lnclonesia-yangf. sebagian besar 'per�ah aktif • di
Hindia, cabang Hindia Bela da dari Komintern!" kata sa_l ah sa arekat Islam me�J;�i riku � · Di ��skow: . cr,eevl:�� me �: �ritik ::ris it� ��n
r}@tft? :51;;ivm} JrntmS[�f<_:, -2�ff/ %· . \(td/!l:t �X <\::i?t;:: U <· :.).: rn;;f�:l- ,. · 0· . . .
. rapat. Hadirin menyambut s itti'aeng egap'gempita. , membela habis�habiSan kep utusan·: PKI untuk beraliansi , aenga�'i sayap%kiri
Sejak itulah, kebijakan PKI mau a u harus segari Sarekat Islam. '
1\ ,r Ji': = d ,JJ;, ))Y : -;; . ':%ffe>:> . �J1t0 r�rA�; /tS+ . . . A)S;. , •. , M . . t'i k.t . ;\•
diri.Jmuskan di Moskow: Sneevliet, t lnt menj�di ci Na mun belakangan kepatuhan PKI pada garis perjuangan Moskow makin
' ,H,, . •bi

PKI, ad.a lah wakil pertama t Kornit · ·


menlngkat. Hal ini nampak jelas . p,tda periode keRemimpinan Musso . Pada
:u ttttr 1Jn:: @ic�::. tutmt xL -?<\�Jt . ·., . ,!
: {{t , , L�;r . vi,;,;:/\1::, ,, :-::: :, . �4::::• . .)$: '.:., . ':r#{
n d'!ri D
8

Komunis lnternasional ·di M , ,


( ,;::-

1 935 misalnya, PKI dengan cepat beradaptasi dengan garis kompromistis


oh pionir pendiri PKl:-c-s tu partai komunis.. pertar,_a di Moskow. Pada saat itu Georgi Dim.itrov terpilih s1:bagai S1:kretaris Jend.1: ral
-,::;::p>-= ""'�' �'""\ff:\:"' �,,'.Y<;\f:::M/' ;·:. +,,%WJt t ·.V;:;f\ · .*t�<W <1Jn�;:L, *
berlabuh di Uni Soviet 'dan menjadi agen-agen kund Komintern.
p
Komunis lnternasional.
Yang menarik, pada masa-masa a wal gerakan PKI, Berdasarkan anal isanya atas perkembangan geo-p(?litik internasio11al,
'>< , .;' �,, ,� � ❖, , � 0:

16 Or.inq K i r i lr 1do1 1<',i,-1 : Ml 1·,:;o l 'r • nitlf'r o r i t . 1ki1 1 1 I 'J)fi 17


memastikao dukungan Uni Soviet pada pemberontakan di 1 1 1 i 1 1 t a ' 1 '; 1 1 1 1 1 rn 11µ; d igcl a r. Al i 1 1 1 i 1 1 , dala1n s u rat i l u , j uga
Indonesia. 1 1 w 1 1ya 1 1 1 paikan r ncana kcpcrgiannya ke Moskow bersama
"Risalah Tan tidak pernah dibicarakan dan tidak pernah M 1 1sso.
dibacakan oleh Alimin," kata Poeze. "Ia hanya bilang Tan M embaca surat itu, "Tan Malaka merasa Alimin meni­
Malaka setuju, padahal tidak." Sebaliknya, Alimin melapor p 1 1 1 1ya," kata Poeze. Setelah itu, Tan Malaka bergegas ke
pada Tan Malaka bahwa risalah sudah disampaikan, tetapi Si1 1ga pura untuk mencari tahu apa yang sebenarnya ter­
ditolak oleh Musso dan Sardjono. i111 li. S 'libanya di sana, pada Juni 1926, Tan hanya bertemu
Pada medio Maret 1926, Musso dan Alimin berangkat S11haka t clan Agam Putih. Rumah sewa Ki Masduki, di Kebun
ke Moskow, dengan lebih <lulu singgah ke Kanton, China. l 'isa 1 1 g Geylang Serai-yang sebelumnya ditempati para
Mereka pergi tanpa sepengetahuan Tan Malaka. Tak pernah p1•1 1tolan PKI-kini kosong melompong. Alimin dan Musso
ada pertemuan antara Musso dan Tan Malaka. Ntulah bcrangkat ke Moskow, dan pemimpin lainnya balik ke
Lantaran tak mendapat kabar apa-apa dari Singapura, I 1 1do11csia. "Dia mendapat informasi risalah itu tidak pernah
Tan Malaka mengirim laporan tentang keputusan Pram­ dihaeakan oleh Alimin," kata Poeze. Tan Malaka merasa ·di­
banan dan pendapatnya atas rencana pemberontakan itu ld t ianati oleh Alimin dan Musso.
kepada Komintern. Surat Alimin kepada Tan baru tiba dua Kcpada Subakat-yang bertugas sebagai agen PKI di
bulan kemudian. Surat itu me.mberitahukan bahwa rencana S i ngapura-Tan Malaka menyampaikan alasan penolak-
, konferensi pimpinan PKI di Singapura-seperti yang di- 1 1 1 1 1 1ya. Subakat lalu menulis surat kepada para pemimpin

Dimitrov mengubah taktik perjuangan kaum komunis sedunia: dari semula rna ndat untuk rnenjelaskan garis baru itu di Indonesia. "Saya cenderung
berkeras memerangi i m perialis, mereka kini harus mulai mengu l u rkan menerirna pendapat bahwa M usso datang ke Indonesia pada saat itu;'
kepada golongan kapjt-a ! i · borj u i s nasional. tulisnya.
yakni kaum. Garis DiJfrov !Tle�t;,ua
�,
keberatan be.R�rja sama d. !=n
uga mengeluarkan !1'1 pendudukan Jepang. Bahkah; der kom
anggota Komintern di. wi jajahan mulai menjali� k�¥Jrsama donesia. Amir Sjarifoeddh;i termasuk
dengan penguasa kolonialnya untuk r,enghambat gerak maju kau m fasis. di antaranya. Buku Kewaspadaan Nasional don Bahaya Laten Komunis karya
l n i tentu perubahan strategi perang yang cukup drastis. M usso-yang saat Soetopo Soetanto menyebut Amir menerima tawaran Gubernur Jawa Timur,
itu ada d i Moskow, pasca-pemberor:it kan 1 926 yang gagal-sampai�sampai C harles van der Plas, membentu k j a ringan bawab tanah u ntuk melawan
1 ;: ,
n�uk kembali ke " sia pada 1 9 35, u ntuk ;e Jepang. la. eu. � diberi 25 ri�u �ul untuk mendanai g;rak,an itu
Duabelas,tahun kemuclidn gmando, baru q
September 1 947, Uni Soviet: m
'< ;;

18 Orang Kiri Indonesia: Musso, Pemberontakan 1 926 19


PKI agar mau bertemu Tan Malaka cli Singapura. Namun, l\:11ol:tki 1 11 SLtl i 11 at ;1s r ·11 ·;1 11a ah,i i 1 1 i d ibcna rkan olcb
hanya Wakil Ketua PKI, Suprodjo, yang datang menemui S1•111aoe11, scp ·tt i dikulip Muhammad Hatta dalam me-
Tan. Tan Malaka, Subakat, dan Suprodjo akhirnya sepakat 11warnya. "Alimin dan Musso pergi ke Moskow mencari
membatalkan keputusan Prambanan. Ratusan pucuk senjata pnset ujuan. Tapi mendengar laporan mereka, Stalin
yang sudah dipesan Musso, dibiarkan tertahan di pelabuhan 111;1rah dan tak setuju, serta meminta pembatalan rencana
Singapura. 1 w111 berontakan," tulis Hatta.
Suprodjo segera membawa basil kesepakatan itu ke Di Indonesia, kelompok Tan Malaka tetap melakukan
Indonesia. Namun sebagian pemimpin PKI berniat tetap me­ l wrhagai upaya untuk mencegah rencana pemberontakan.
neruskan pemberontakan, meski hanya empat cabang yang l'ara pemimpin PKI yang nekat meneruskan keputusan
ikut, yaitu Batavia, Banten, Priangan, dan Sumatera Barat. l'rambanan pun mulai melihat tanda-tanda amburadulnya
Pemberontakan yang seharusnya dilaksanakan pada Mei­ organisasi cabang dan sulitnya menggalang dana.
.Jun i, pun teru mundur dari jadwal. Pemberontakan akhirnya tetap meletus. Pada 12 No­
Oi Mo kow, Musso yang kesal, menjegal upaya Tan wmber 1926 malam, sekitar 300 orang bersenjata muncul
Malaka. Mcsl<.i rencana pemberontakan sudah ditolak Stalin, di jalan-jalan Jakarta dan Tangerang, Banten. Mereka me-
pada Oktober 1926, dia nekat mengirim pesan rahasia ke 11y 'rang penjara Glodok, memutus saluran telepon dan me­
Indonesia, untuk meneruskan rencana aksi bersenjata. "Ini nyerbu barak polisi. Di Jatinegara, orang-orang yang me­
sejarah yang pedih dan peran Musso tidak begitu baik," kata li11tas di jalan raya ditembaki.
I' Poeze. "Ini pengkhianatan kawan separtai."

mengambil jarak dari kubu komunis harus mengambil garis keras.


·
peria li� yang d imotori Ameri • ". Era kompromi dan ker"a sama Doktrin in ilah yang amat mempengaruhi keputusan M usso untuk
kol b kembali ke l ndonesia_;i pada April } 948. Dalam perjalanan enam pekan dari
en · iki ggi Praha, C hekoslowaki'a ke Tu lun g' �g't:ing, Jawa .Titntlr, ' Musso rnenyia pka n"
artai Ko'm unis Soviet yang dekat dengan Joseph Stalin. Perubahan haluan sebuah dokumen berjudul "Jalan Baru untuk Republik I ndonesia''.
ini dide�larasikan
·· ole� Communist Information Bu(eau :(cominform) ean pada Di dalamnya, M usso dengan detai l menjelaskan prinsip-prinsip baru
''. · ,.. '
19 alam Ko perjua11 9 an kaum kgrqynis l ndone.�i,� - "Karena perj !Jangan ln� 9Xte�ia anti­
,
lmperial·is, I ndonesia sat·u garis dJ'Jg' �n Rusia;' katanya. Secara"'g aris besa�,
Haluan i n i menegaskan bahwa dunia telah terbelah dalam dua blok: semangat yang tersirat dalam dokumen 'J alan Baru'-Musso tak jauh berbeda
kapitaljs imperial is yang diryiotori Amerika Serikat d9n blok antHmperialisme dengan qaris Zhdanov. ■
.
yang i'.l l�tori Uni S��!if- Jriti doktri anov,>m rut,Soe Ho ·· e,: kerja
sama dJ�gan kau m l;;;;perialis tida perlu d i lanj kan dan par a ,�partai
Sayangnya, gerakan itu amat tidak terorganisir. Pagi Pasca-1 926
harinya, seluruh Jakarta sudah berhasil dikendalikan kembali
oleh polisi Hindia Belanda. Pemberontakan yang sama di
kota-kota di Jawa Tengah, gagal terlaksana karena rencana
aksi bocor dan pemimpin-pemimpin PKI ditangkapi.
Situasi agak berbeda terjadi di pedalaman Jawa Barat
Bangkit
dan Banten. Pemberontakan di sana lebih meluas. Massa
yang bersenjatakan klewang, pisau -hanya beberapa yang
Setelah Mati Suri
membawa pistol-menyerang para kepala desa dan pejabat
rendahan Hindia Belanda. Seorang pejabat jawatan kereta Partai Komunis I ndonesia lumpuh pasca­
api berkebangsaan Belanda, tewas dibunuh. pemberontakan 1 926. U paya menghidupkannya
Di Sumatera, aksi bersenjata meletus belakangan. Pada kem bal i terus dilaku kan.
4 Januari 1927, massa membakar stasiun dan kantor pos
di Silungkang, Sumatera Barat. Mereka juga menyerang
rumah-rumah pejabat kolonial. Karena minimnya dukungan
persenjataan, dalam sepekan, aksi ini berhasil digulung POLIS! bernama Ahmad dan Sanusi mengetuk pintu rumah
Belanda. Tribudi-bukan nama sebenarnya-di Candi, Semarang, se­
Pasca pemberontakan gagal ini, ribuan orang-orang ko­ kitar pukul dua dinihari. "Zus, Zus, cepat bangun. Sekarang
munis ditangkapi. Tiga tokoh pemberontakan di Jawa Barat juga kita berangkat," kata mereka kepada ibu Tribudi. Sang
-Egom, Hasan, dan Dirdja-dihukum gantung. Alimin dan ibu segera bersiap, dan bersama ketiga anaknya, terinasuk
Musso tak diketahui rimbanya. Tribudi yang masih bayi merah, segera menuju kapal Kruiser
Tan Malaka dan pendukungnya hanya bisa menyaksikan Java di pelabuhan Semarang. Ayah Tribudi dan banyak
I Tagcdi itu tanpa daya. Soe Hok Gie menulis, akibat pem­ orang lain telah menunggu di sana.
b ·ront·a ka n PKI 1926, tak hanya PKI yang dibubarkan. Ter­ Sekitar dua pekan kemudian, tepatnya 23 Maret 1927,
p11k11lnya PKJ kctika itu mempengaruhi mundurnya gerakan rombongan interniran-orang buangan-ini tiba di Tanah
kaum kiri di Indonesia. Poeze menambahkan, "Kalau saja Merah, Boven Digul, Papua. Di sana, menurut Tribudi, me­
ada gerakan kiri yang bersatu, Indonesia yang sosialis akan reka dibawa ke barak-barak yang sudah dihuni oleh rom­
lebih besar waktu revolusi." bongan interniran gelombang pertama. "Rombongan Pak Ali
Pada 1948, lebih dari dua dekade pasca revolusi yang Archam dan kawan-kawan," tulis pria 84 tahun ini kepada
gagal itu, perseteruan Musso dan Tan Malaka kembali ter­ Tempo lewat surat elektronik.
ulang. ■ Ribuan tokoh dan pendukung Partai Komunis Indonesia
dibuang ke Boven Digul akibat pemberontakan yang mereka
lakuka n pada 1926-1927. Setelah periode bergejolak itu, PKI

22 0 1 ,11 H K i r i l 1 1d01 H'',1,1 : M 1 1•,•,o 23


1wl,agai pc t ugas Ko111 1 111is I nt ·rnasi.onal ( Komint e rn ) di
( 'i11a.
l ' K I memang mati suri, tapi usaha menghidupkannya
k1•1 1 1 hali tetap dilakukan. Dalam tulisan Soetopo Soetanto di
l,11k11 Kewaspadaan Nasional dan Bahaya Laten Komunis
disd>Utkan, di Bangkok, Tan Malaka membentuk Partai Re­
p11l,lik Indonesia, meski akhirnya gagal.
Di Belanda, Semaoen mendatangi Mohammad Hatta,
1\1'1 1 1a Perhimpunan Indonesia. PKI dan Perhimpunan mem­
h11at konvensi. lsinya antara lain Perhimpunan Indonesia
1 1 ll'11gambil kepemimpinan dan bertanggung jawab penuh
alas gerakan rakyat Indonesia, PKI hams mengakui kepe-
111impinan Perhimpunan, dan percetakan di bawah PKI
harus diserahkan ke Perhimpunan. Tapi, karena tekanan
Korn intern, konvensi tersebut dibatalkan setahun kemudian,
Tahanan tercerai-berai. Buku The Rise and Fall of the Communist
Partai
1 9 Desember 1927.
Komunis Party ofIndonesia karya Guy J. Pauker menyebutkan, pasca­ Pada saat bersamaan, kader-kader PKI di Belanda,
Indonesia. pemberontakan, sekitar 13 ribu orang ditangkap, 5.000 dita­
I' seperti Abdulmadjid, bemsaha merekrut simpatisan di
han untuk mencegah kembali terjadinya hum-hara, 4.500 antaranya Setiadjid, Rustam Effendi, Sidartawan, Maroeto
dipenjara, dan 1.308 dibuang ke Digul. Daroesman, Gondopratomo, dan Jusuf Muda Dalam.
PKI dinyatakan ilegal pada 1927. Partai pun sekarat. Apa­
lagi, sebelumnya, sutlah banyak petingginya yang dibuang, ***
ditahan, atau dipaksa meninggalkan Indonesia.
Soe Hok Gie dalam buku Orang-orang di Persim­ l )lDigul, menurut Soe Hok Gie, keadaan juga kacau.
pangan Kiri Jalan menyebutkan Ali Archam dibuang ke Scbagian orang buangan di bawah Gondojuwono bekerja
Digul pada 1925. Tan Malaka sudah dipaksa pergi tiga tahun sama dengan Belanda. Yang tetap keras, termasuk Ketua
sebelumnya. Haji Misbach meninggal pada 1926 setelah dua Umum PKI Sardjono, diasingkan ke tempat yang lebih ter­
tahun hidup di pembuangan. Alimin pun telah lari. pencil, ke Gudang Arang, kemudian ke Tanah Tinggi.
Belanda bemsaha menangkap Musso pada Januari 1926. Pada 1937, datanglah gelombang kedua orang-orang
Tapi ia telah berhasil lolos ke Singapura, bergabung dengan PKI yang dibuang ke Digul. Mereka-antara lain Hardjono,
Alimin, Subakat, Sanusi, dan Winanta. Setelah insiden Djoko Soedjono, dan Achmad Sumadi-adalah kader-kader
pemberontakan 1926 yang gaga!, Musso berlabuh ke Rusia, PKl yang dilantik Musso secara diam-diam pada awal 1935
Semaoen ditugasi ke Tajikistan, dan Alimin mengembara di Surabaya, Jawa Timur. Sebelum sempat beraksi, banyak

Pasca- 1 926 25
I\( > N D I S I ini b ·rubah pasca l'roklamasi Kemerdekaan, Agus­
l rn, 1945. Pada 21 Oktober 1945-memanfaatkan keleluasaan
v1111� dibcrikan pemerintah untuk mendirikan partai politik­
N1•ora 1 1g kader PKI bawah tanah yang dilantik Musso pada
1 1 ,: 1r,, Mr. Jusuf, menghidupkan kembali PKI secara legal.
l'KT legal ini segera menarik banyak simpatisan dan ang-
11,01 11 haru. Dalam waktu kurang dari enam bulan, belasan
Maroeto 1·11ha 1 1g partai berdiri di seantero Jawa. Pada Februari 1946
Daroesman Mr. ,I usuf menggelar Kongres PKI yang pertama di Cirebon,
dan Alimin.
.J11wa Barat. Pertemuan perdana ini dihadiri lebih dari tiga
rihu anggota PKI.
dari mereka dicokok dinas intelijen Belanda dan dibuang ke Scbulan setelah itu, PKI Mr. Jusuf langsung menggelar
Papua. l ll'lllhcrontakan di Cirebon. Tidak puas dengan kepemim­
Orang-orang baru ini membawa kabar soal perubahan pi11a11 birokrasi lokal yang masih diisi pamong praja lama,
angin di Moskow. Doktrin Dimitrov memperbolehkan kaum Mr. ,I usuf mendeklarasikan Republik Indonesia Soviet.
kiri bekerjasama dengan penjajah kolonial, untuk bersama­ Aksi konyol ini langsung ditertibkan Tentara Republik
sama melawan fasisme. l 11doncsia.
Djoko Soedjono lantas menghimpun kawan-kawannya I farry Poeze dalam The Cold War in Indonesia, 1948,
dan memprakarsai pembentukan Komite Anti Fasis. Kaum 11 1t•11jelaskan bahwa belakangan Panitia Pemberesan
merah dalam komite ini menyatakan siap berperang me­ ( /'11rgation Committee) yang . dibentuk tokoh-tokoh PKI
lawan Jepang, asalkan dibebaskan dari Digul. Malangnya, �w1 1 ior, mengumumkan bahwa PKI Mr. Jusuf bukanlah pe-
ketika tawaran ini belum sempat dijawab, pasukan Jepang 111·rns resmi PKI 1926.
sudah mendarat di Papua. Pada saat bersamaan, tokoh-tokoh PKI mulai berdatang-
Pemerintah kolonial Belanda pun buru-buru memin­ 1 1 1 1 kc tanah air. Kelompok Digul, kelompok Australia dan

dahkan ribuan orang-orang PKI di Digul, ke Australia. Di kadcr-kader komunis intelektual dari Belanda, satu demi
Negeri Kanguru, orang-orang kiri ini terus bergerak. Dengan .'laI II pulang kampung.
bergerilya di bawah tanah, mereka rajin membuka kontak Pada Maret 1946, Sardjono-Ketua Umum PKI ketika par­
dengan Partai Komunis Australia dan mendirikan unit-unit lai itu dibubarkan Belanda pada 1926-berinisiatif mengum­
partai di berbagai kota di sana. pulkan semua tokoh komunis yang ada. Dia baru saja kembali
dari pembuangan di Australia. Sebagian besar dari mereka
***
akhirnya sepakat mengelar Kongres PKI pada akhir April
1 946 di Solo, Jawa Tengah. Sejak itulah, PKI kembali berkibar
s1 �bagai partai legal. ■
Musso di Soviet

Bersuara dari Rusia

Musso menyelamatkan diri ke Rusia. Di sana dia aktif


dalam berbagai kegiata n gera kan kom unisme d i
bawah pimpinan Joseph Stalin.

MUSSO kembali ke Moskow pada 1927, setelah berhasil lolos


dari pengejaran tentara kolonial Belanda. Beberapa bulan
sebelumnya, Musso memang pernah ke Moskow guna me­
minta persetujuan untuk memberontak melawan Belanda. Di
negara tempat dia be_rkiblat, Musso menyibukkan diri dalam Musso
berbagai kegiatan Partai Komunis Soviet bersama kawan
seperjuangannya, Alimin. Dua senior PKI yang merintis ge­ I )a lam banyak kesempatan, dia menyerang seteru lama-
rakan komunis di Indonesia, Semaoen dan Darsono juga ada 1 1v11, Ta n Malaka. Menggunakan nama alias ' Krause' dalam
di Moskow saat itu. 1 1 1·1 ik1·I yang menyoal Trotskyisme di Indonesia, ia menuding
Sekitar sepekan sekali, Musso mengisi siaran berbahasa ' 1 '1 1 1 1 sd 1agai pengkhianat bangsa dan layak dibunuh.
Indonesia cli radio pemerintah. Jangkauan raclio ini memang K1')!,Ctiran Musso pada Tan tentu tak lepas dari kon­
tidak mencapai Indonesia. Siarannya lebih ditujukan ke ma­ l l i k k,·duanya pada pekan-pekan terakhir menjelang pembe­
hasiswa dan aktivis Indonesia yang saat itu banyak berada di rn 1 1 t a kan 1 926. Karena persiapan yang terbatas, aksi bersen-
sana. Musso juga masuk ke struktur partai dan meajadi staf 111 1 1 1 i1 11 habis dilibas Belanda.
urusan Indonesia. Lewat penerbitan komunis internasional I .1 ·wa t a1tikel satu halaman berhuruf kecil yang tersusun
bernama Inprekorr, singkatan bahasa Jerman untuk "kores­ c l 1 111 lwlom di koran Inprekorr itu, Musso melabeli Tan
pondensi pers internasional", ia banyak mengulas gerakan •.d ,aga i p •ngikut Trotsky, ]awan politik Joseph Stalin, pe-
kiri cli Asia. 1 1 1 1 1 1 1 pi 1 1 111, 1 1 11a Partai Komuni Soviet, yang menjadi kiblat

o U ..1 1 i
komunisme internasional. Padahal, I J .s ;1i ko1 1Y,r •:-;, Musso didap 1 1l s •bagai anY,Y,Ola Komit
Stalin sendiri yang tidak merestui aksi Ebwlrn l i f Komunis .Lntcrna ·ional. la juga empat mendapat
pemberontakan Musso kala itu. lw11siswa pcndidikan di Universitas Lenin di Moskow,
Setelah sempat redup akibat insi­ l l ' l 1 1pi bcrhenti di tengah jalan karena sibuk mengurusi par­
den 1926, karier Musso kembali mon­ l11i. Sebagai anggota Komite Eksekutif, Musso sempat ber­
cer berkat keikutsertaannya dalam l1 1 1 1 1,i1 1 ng ke Vladivostok, yang terletak di sebelah Timur dari
Kongres Komunis Internasional (Ko­ H1 1sia . Di sana ia menggunakan nama samaran 'Sidin' atau
mintern) ke-6, yang digelar di Moskow 'Slwq.?,in' untuk menghinclari penciuman intelijen negara-
pada Juli 1928. Joseph Vissarionovich 1 wgara kapitalis.
Stalin, yang saat itu baru empat tahun Sejumlah sumber juga menyebut Musso sempat ber-
memimpin Soviet dan sedang giat 1.. •luarga di Moskow. Dia menikah dengan perempuan Rusia
Semaoen mengukuhkan kekuasaannya, memimpin langsung kongres « 1 1 1 1 1 punya clua anak. Sayangnya, tidak banyak informasi soal
tersebut. ihwal keluarga Musso ini. Di Indonesia, Musso meninggalkan
Stalin mendeklarasikan tujuan utama komunisme, yaitu 1-111 1 1 1 istri clan satu anak.
menciptakan sistem komunis dunia yang berada dalam kon­ Dalam perjalanannya kembali ke Indonesia dari
trol Rusia. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menge­ Moskow, pada awal 1948, Musso mampir ke Belgia dan
cam perlawanan Sun Yat Sen dan Mahatma Gandhi da­ l ' ra ncis. Di dua negara itu ia berhubungan clengan para pe-
lam mengusir penjajah Barat. Keduanya disebut sebagai 111impin komunis setempat. Ia sempat ditahan aparat clan
nasionalis borjuis. Namun Stalin menutup mulut rapat­ c li_jebloskan ke penjara. Di Prancis ia menemui Maurice
rapat terhadap petualangan Musso dan Alimin dalam usaha Thorez, seorang pimpinan komunis.
mendongkel Belanda, dua tahun sebelumnya. Ini ditafsirkan Ia juga sempat ke Belancla clan berbicara panjang lebar
sebagian orang sebagai perubahan sikap diam-diam Stalin < h•ngan Paul de Groot, pimpinan Communistische Partij

terhadap gerakan komunis Musso. N t •derlancl. De Groot clan Musso terlibat perdebatan panas
Kongres Komunis Internasional ke-6 ini, selain oleh 1 1 1 l'ngenai perlu-tidaknya Indonesia tetap dalam persemak-

Musso, juga diikuti oleh Alimin, Semaoen, Darsono, dan 1 1 1 1 1 ran di bawah Belanda jika mercleka.
Tadjudin sebagai utusan Tan Malaka. Di sana, Musso meng­ De Groot akhirnya mengalah clan ·menerima desakan
gunakan nama samaran 'Manavar', Semaoen dengan nama Musso agar Partai Komunis Belanda menclukung kemerde­
'K. Samin', Alimin memakai nama 'Animin', dan Tadjudin kaan Indonesia. Namun De Groot hanya memberinya sedikit
beralias 'Alphonso'. Musso benar-benar memanfaatkan 1 1 ang untuk ongkos pulang ke Indonesia. ■
forum ini untuk menjelaskan penyebab tumpasnya pem­
berontakan komunis di Jawa dan Sumatera pada 1926. Me­
nurut dia, pemberontakan gagal akibat pertikaian parah di
antara pimpinan partai.

30 ;t0ra119 Kiri lndonesja: Musso Ke' Rusia


:111a 111i 11ya, Sosrokardono, Musso sudah mengenal Siti sejak
l ll 'rsama- ·ama menumpang hidup di rumah Ketua Sarekat
Islam I LO.S. Tjokroaminoto.
"Saya perlu dicarikan rumah kontrakan untuk beberapa
Kaum Merah h 1 1lan," kata Musso, begitu mereka bersua, seperti dikutip
d 1 1 ri l'atatan obituari tak berjudul saat Siti meninggal
dari Bawah Tanah S1 •ptember 1998 lalu. Dalam pertemuan itu, Musso banyak

M usso kembali ke I ndonesia pada 1 935 u ntuk


mem bang kitkan gerakan komu n is yang tercerai­
berai. Berhasil menarik Amir Sjarifoeddin.

SUATU siang April 1935. Siti Larang Djojopanatas, aktivis


perempuan progresif di Surabaya, diminta menemui seorang
tamu rahasia di Hotel Simpang, hotel terkenal di kota
itu. Penghubungnya bernama Pamudji, pemimpin koran
Indonesia Berdjoeang.
Siti Larang bergegas berangkat. Ketika itu, baru setahun
berlalu setelah Siti kehilangan suaminya, Sosrokardono.
Sosro adalah tokoh PKI senior yang dipenjara pemerintah
kolonial Belanda pada 1919 dengan tuduhan menggerakkan
pemberontakan Sarekat Islam Afdeling-B di sekitar Garut, lwrn·rila soal ancaman kekuatan fasisme di Eropa dan Asia. Anggota
Partai
Jawa Barat. Dua tokoh PKI, Musso dan Alimin, ketika itu M1 1hilisasi kekuatan militer Jerman dan Jepang tampaknya Komunis
juga dibui dengan dakwaan yang sama. 111 1 1 lai mengkhawatirkan Moskow. Perkembangan baru ini' Indonesia
ilegal yang
Tak disangka-sangka, tamu rahasia yang menunggu Siti 1 1•111 11 menuntut strategi baru kaum komunis.
ditawan
adalah Musso. Pemimpin PKI yang lari ke Moskow, Rusia, I )i Moskow, angin perubahan memang tengah berembus. sebelum
pascapemberontakan 1926 itu ternyata diam-diam sudah l'ada awal 1935 Sekretaris Jenderal Komunis Internasional dibuang ke
Boven Digul.
menyusup masuk ke Indonesia. v11 1 1g baru, Georgi Dimitrov, mengubah taktik perjuangan
Siti Larang adalah salah satu orang pertama yang dicari l-1 1 11111 komuni . Kaum merah kini dianjurkan bekerjasama
Musso sekembalinya ke Tanah Air. Selain dekat dengan d l 'llg;111 golong·rn kapitali dan borjuis nasional, untuk

32 0 1 . i riq K i r i Ir 1do1 H '\I 1 1',';( )


melawan kaum fasis. Kebijakan ini disebut Garis Dimitrov. yang ditangkap sebelum sempat melakukan apa
Pada pertemuannya dengan Siti Larang, Musso meng­ pun. Pamudji bahkan dihukum mati.
aku akan segera "mendirikan front demokrasi antifasis di Dalam kondisi terjepit itu, Musso berhasil me­
sejumlah kota". Tampak jelas Musso ingin memanfaatkan narik Amir Sjarifoeddin dan Tan Ling Djie masuk
perubahan taktik perlawanan Komintern untuk membangkit­ PKI. "Musso dikenalkan pada Amir melalui anggota
kan kembali PKI di Indonesia, yang ketika itu terus ditekan Perhimpunan Indonesia yang kiri," kata Sumaun.
pemerintah kolonial. Pascapemberontakan komunis yang Lapis pertama kader Musso di Surabaya ini juga
gagal pada 1926, ribuan aktivis kiri memang habis ditang­ berhasil melantik puluhan pemuda, termasuk
kapi dan dibuang ke Digul. Sudisman dan Soemarsono, menjadi kader merah.
Langkah pertama Musso ketika Mereka inilah yang kemudian berperan besar
itu adalah mempublikasikan Garis Di­ dalam aksi-aksi sabotase dan perlawanan rakyat ,melawan Tan Ling Djie
Kuatnya jejaring dinas ,Jepang pada periode 1942-1945. Pemuda-pemuda kiri ini
mitrov di sejumlah surat kabar lokal.
i ntelijen Belanda, terus menyerbu kantor polisi, merusak jaringan transportasi
Koran Indonesia Berdjoeang, yang
Politieke lnlichtingen dan komunikasi, sambil sedikit demi sedikit, mengumpulkan
dipimpin Pamudji, termasuk yang
Dienst, membuat senjata api. Aksi sabotase di Singaparna dan Indramayu
getol memuat artikel Musso. "Dia me­
gerak-geri k kaum kiri misalnya, jelas didalangi kader-kader PKI. Tak sedikit dari
nulis tiga artikel soal ini," kata Sumaun
di Tanah Air saat itu mereka, tertangkap, bahkan dieksekusi oleh Jepang.
Oetomo, Ketua Lembaga Perjuangan
amat sempit. Namun, sesuai dengan instruksi Musso saat itu, semua
Rehabilitasi Korban Orde Baru.
Karena itulah Pamudji dipercaya aksi mereka dilakukan tanpa bendera palu-arit. "Itulah
Musso menjadi salah satu pemimpin Comite Central kesalahan strategi besar PKI: terlambat muncul dari ba­
PKI baru. Musso jug;{ merekrut Azis, Sukajat, dan Djoko wah tanah," kata pentolan Pemuda Sosialis Indonesia,
Soedjono. Mereka berlima menjadi ujung tombak upaya Soemarsono. ■
aktivis komunis mengkonsolidasikan kembali kekuatannya
diam-diam. "Fokus Musso ketika itu adalah Surabaya dan
Solo, Jawa Tengah," kata Hersri Setiawan, mantan Ketua
Lekra Jawa Tengah yang banyak menulis soal gerakan kiri
di Indonesia.
Selama enam bulan-sumber lain menyebut satu tahun­
di Indonesia, Musso aktif berkeliling dan memberikan ce­
ramah. "Tapi semuanya dilakukan secara rahasia," kata
Sumaun. Kuatnya jejaring dinas intelijen Belanda, Politieke
Inlichtingen Dienst, membuat gerak-gerik kaum kiri di
Tanah Air saat itu amat sempit. Tak sedikit aktivis komunis

34 OrillllJ Kir i lr 1do1 1t•,i<1 : M 11',',o 35


PESAWAT amfibi Catalina itu mendarat di rawa-rawa Keca­
matan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur,
pada 10 Agustus 1948. Pada masa itu, rawa-rawa luas di
dekat bendungan Niyama itu memang sering menjadi titik
pendaratan pesawat yang membawa tamu-tamu rahasia un­
tuk Republik.
Dua pria beriringan keluar dari pesawat. Seorang pria
belia berperawakan tinggi ramping ditemani seorang pria
setengah baya bertubuh gempal dengan wajah keras. Yang
lebih muda bernama Soeripno, Kepala Perwakilan Repu- ,
blik Indonesia di Praha, Cekoslovakia. Adapun pria di bela­
kangnya mengaku bernama Soeparto, sekretaris pribadi
Soeripno.
Di tepi rawa-rawa, sebuah mobil menanti. Men u rut e­ Amir
Sjarifoeddin
jarawan Belanda, Harry Poeze, mobil p nj mput h;i ri i· 1 1 1 mon i n j . i u
adalah milik pentolan Pemuda So iali l ndo1 1 ·si;1, Sc H ' 1 1 1adi p , l\ t 1 k , 1 1 1 1 1y . 1

Partoredjo. Seperti dikutip dari bu k11 l 'oc•'1.1·, I , . ,., , 111\ i /


\◄'l ◄'l,1h
1 '1 • q . 1 1 1j , 1 1 1
en Vergeten, Tan Malaka, de linkse i J 1u<'yi11y , ,,, , /, · U1•11vlll1•

Eu l,rn 1
Indonesische Revolutie, 1945-1949, mobil itu dipilih karena Mu o scgcra nwnyusun laporan. Namun mi:nimnya in­
kondisi keempat bannya yang masih baik. formasi tangan pertama membuat analisisnya tidak akurat.
Tak lama berbasa-basi, rombongan segera melaju pergi. Kepada pemimpin Partai Komunis Uni Soviet, Musso mem­
Mereka mengarah ke Solo, Jawa Tengah. Di sana, Gubernur bela tindakan Amir dan kameradnya di Indonesia. Dia me­
Militer Wikana-seorang tokoh Partai Komunis Indonesia ter­ nyebutnya sebagai "taktik saja, untuk tidak menarik perha­
pandang-sudah bersiap menyambut dua tamu dari jauh itu. tian kaum antikomunis". Musso bahkan menjamin posisi
Tak banyak yang sadar bahwa kedatangan dua orang da­ kelompok kiri dalam militer Indonesia masih cukup kuat.
ri Praha ini akan membawa konsekuensi politik yang amat Dalam hitungan hari, analis�s Musso terbantah habis.
besar untuk perjalanan sejarah Republik Indonesia muda, Pada 23 Januari 1948, sepekan setelah Renville ditandata­
beberapa pekan berikutnya. ngani, Amir Sjarifoeddin dipaksa mundur dari kursi perdana
Pria setengah baya yang mengaku sebagai "sekretaris" menteri. Posisi politik dua rival blok kiri, Masyumi dan Par­
itu sebenarnya adalah Musso, 50 tahun, tokoh legendaris tai Nasional Indonesia, juga menguat.
PKI yang ikut mencetuskan pemberontakan para buruh pada Kesalahan laporan Musso segera dikritik hebat. Sejara­
1926. Setelah lebih dari 20 tahun bermukim di Moskow, Ru­ wan Rusia, Larissa Efimova, mengutip laporan dua analis
sia, pada medio 1948 itu dia memutuskan sudah saatnya Rusia, Kogan dan Luhlov, menuding Musso "berkhayal" dan
kembali ke Indonesia. "membenarkan sebuah strategi yang membawa malapetaka".
Kepala Divisi Asia Tenggara di Departemen Kebijakan
*** Luar Negeri Komisi Sentral Partai Komunis di Uni Soviet,
Plishevsky, mengirim surat ke Politbiro dan menegaskan
MOSKOW, Januari 1948, delapan bulan sebelum kepulangan bahwa "taktik keliru PKI telah menyebabkan berpindahnya
Musso. Perjanjian Renville baru saja ditandatangani di Indo­ kekuasaan di Indonesia kepada partai-partai kanan".
nesia. Pemimpin PartafKomunis Uni Soviet bergegas memin­ Meski tak pernah ada dokumen yang menegaskan ada­
ta sebuah laporan dibuat mengenai kondisi terakhir gerakan nya tugas resmi dari Moskow kepada Musso, dalam buku­
komunis di Nusantara. nya, Dari Moskow ke Madiun, Larissa menyebut Musso
Analisis itu dinilai penting karena, setahun sebelumnya, "merenungkan cukup lama kritik Partai Komunis Uni Soviet
Moskow baru merilis garis perjuangan baru yang lazim di­ atas taktik lama PKI" sebelum akhirnya menetapkan diri un­
kenal sebagai doktrin Andrei Zhdanov. Berdasarkan teori tuk mengambil peran sentral meluruskan garis perjuangan
ini, kaum komunis dianjurkan "mulai mengambil jarak dari partainya.
kubu imperialis yang dimotori Amerika Serikat". Tindakan
Perdana Menteri Amir Sjarifoeddin-pemimpin koalisi ***
sayap kiri di kabinet Indonesia, yang menandatangani pakta
Renville di atas kapal Amerika yang berlabuh di Tanjung PADA April 1948, Musso meninggalkan Moskow, menuju
Priok-menimbulkan tanda tanya di Moskow. Praha, Cekoslovakia. Di sana, dia mengaku bernama Musin

38 Orang Kiri Indonesia: Musso 39


Pada 12 Agustus, dua hari setelah kedatang­
annya, berita pertama soal kepulangan Musso
muncul di harian Merdeka, Solo. Pada berita
berjudul "Soeparto al Musso" dijelaskan bahwa
"ada kemungkinan, tokoh kawakan Musso yang
sangat terkenal itu telah kembali".
Berita kecil itu segera disusul kabar-ka­
bar selanjutnya di media lain. Dua media pro­
komunis, koran Suara Ibukota dan majalah
Revolusioner-keduanya terbit di Yogyakarta­
bahkan mempublikasikan wawancara panjang dengan Wikana
Musso, Makar Ivanovich, dan menyamar menjadi sekretaris pribadi Musso selama tiga hari berturut-turut. Salah satu redaktur
Sukarno, dan
oeripno, pejabat Indonesia setingkat duta besar yang Suara Ibukota adalah Wikana.
Soeripno di
Yogyakarta. ditempatkan Menteri Luar Negeri Agus Salim di sana sejak Dalam artikel itu, Musso dengan panjang-lebar menje­
medio 1947. laskan pentingnya pembentukan sebuah pemerintahan front
Pada pekan ketiga Mei 1948, Soeripno berhasil membuka nasional. "Tujuan tunggal dari mobilisasi seluruh potensi ke­
hubungan diplomatik dengan Uni Soviet. Keberhasilan kuatan kita dalam sebuah front nasional adalah memerangi
Soeripno ini disambut pro-kontra-sebagian menilai hubung­ pemerintah kolonial Belanda," kata Musso, seperti dikutip
an diplomatik resmi dengan Soviet bisa mendorong Repu­ jurnalis harian Rakjat, Soerjono, dalam catatannya untuk
blik jauh ke kiri. Tak �ampai sepekan kemudian, sebuah sejarawan Amerika, Ben Anderson.
kawat resmi dikirim ke Praha: Soeripno dipanggil kembali Sehari kemudian, Musso menemui Presiden Sukarno di
ke Yogyakarta. Sekretaris pribadinya, Musin Ivanovich alias gedung Agung, Yogyakarta. Mereka berpelukan lama. "Lho,
Musso, ikut pulang ke Indonesia. kok masih awet muda?" tanya Bung Karno sambil terse­
Selama enam minggu di perjalanan-dari Praha, le­ nyum lebar. Musso menjawab tangkas, "Oh ya, ini semangat
wat Kairo, New Delhi, berhenti sebentar di Bangkok lalu Moskow. Semangat Moskow selamanya muda."
Bukittinggi-Musso terus merahasiakan identitasnya. Menu­ Setelah bercakap-cakap panjang, di akhir pertemuan,
rut catatan Harry Poeze, dia bahkan berkeras tidak mau Sukarno mengajak Musso membantu meredakan pertikaian
difoto. "Setiap kali ada kamera mengarah kepadanya, Musso antarkelompok dalam tubuh Republik. Seperti dicatat warta­
selalu memalingkan muka, atau menyembunyikan wajah di wan Revolusioner, Soepeno, Presiden berujar takzim, "Saya
balik koran atau buku." harap Pak Musso, setelah kembali ke Tanah Air, bisa mem­
Namun di Solo, kedatangan tokoh sekaliber Musso tak bantu menciptakan rust en orde." Musso menjawab dalam
bisa lagi disembunyikan. Sambutan Wikana yang demikian bahasa Belanda, "Ik kom hier om orde te scheppen (Saya me­
hangat kepada "Soeparto" membangkitkan kecurigaan. ma ng datang ke sini untuk menciptakan ketertiban)." ■
Pertemuan ini akhirnya merumuskan garis besar arah
pcrgerakan kaum komunis Indonesia. Ditandatangani wakil Musso saat
I ndonesia, Belanda, dan Cekoslovakia, dokumen itu lantas menjabarkan
gagasan jalan
dikirim ke Moskow untuk diminta persetujuan. Haluan baru
Meniti Jalan Radikal
baru di Solo,
inilah yang kemudian dibawa Musso dan Soeripno, yang Agustus 1948.
saat itu menjabat Duta Besar RI di
Cckoslovakia, ke tanah air pada Agus-
1 us 1948. Menurut Himawan Soetanto,
mantan Kepala Staf Angkatan Ber­
Musso mengubah strategi gerakan komunis. scnjata RI, dalam bukunya Rebut
I ndonesia yang semula lunak menjadi radikal. Kembali Madiun, haluan ini dipe­
Semua atas petunjuk Komintern. ngaruhi "garis Zhdanov."
Musso menyempurnakan rumusan
ini dalam perjalanan dari Praha ke
I ndonesia yang memakan waktu sekitar
DISKUSI tiga tokoh komunis itu berlangsung alot. Hari itu, cnam minggu. Rumusan itu ia sebut,
di suatu siang Maret 1948, Paul de Groot, Munawar Musso, ",Jalan Baru untuk Republik Indonesia."
dan Soeripno bertemu di Praha, Cekoslovakia. De Groot ,I aIan Baru inilah yang kelak mengubah
merupakan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Belanda, ada politik komunis di Indonesia. "Saya
pun dua terakhir tokol] komunis Indonesia. harap kawan-kawan di Indonesia akan
Pertemuan itu untuk merumuskan strategi baru gerakan rnengerti dan bersedia mengikuti," de­
komunis Indonesia. De Groot, dalam pertemuan itu, meng­ rnikian tulis Musso seperti dikutip seja­
hendaki Indonesia tetap menganut garis Front Rakyat yang rawan Belanda Harry Poeze.
lebih kooperatif. Ada pun lawan diskusinya tak sependapat. Musso menyebut sebagai "Jalan
Musso ingin komunis Indonesia memakai garis perjuangan 13aru," karena gagasannya itu berbeda
radikal. Ia menolak gagasan rekannya dari Belanda itu yang dari haluan komunis sebelumnya.
dinilai terlalu "lembek." Scjak 1935 komunis Indonesia, kata
Diskusi juga melebar ke soal status hubungan Indonesia- · I l imawan, menganut garis Dimitrov.
Belanda. Jika De Groot menginginkan hubungan dua negeri Pulang ke Indonesia, Musso­
ini dalam kerangka persemakmuran, Musso menginginkan yang saat itu memakai nama samaran
kemerdekaan sepenuhnya. Jalan tengah akhimya dicapai. Di­ Soeparto untuk mengelabuhi Belanda­
sepakati Belanda akan diberi keleluasaan di bidang ekonomi scgera menghubungi dua koleganya,
dan kebudayaan. Maroeto Daroesman dan Setiadjid,

A -, I .1 l .1 1 t lJ: .l f l l A2
untuk bertukar pikiran. Saat itu dua tokoh komunis ini juga
barn kembali dari Belanda bersama rombongan Menteri
Kehakiman Mr Soewandi yang barn bernnding dengan
Belanda.
Musso pertama kali menjabarkan gagasan Jalan Barn­
nya pada pertemuan Politbiro PKI, 13-14 Agustus 1948, di
Yogyakarta. Dalam pertemuan itu Musso mengkritik se­
jumlah kelemahan dan kesalahan perjalanan organisasi ko­
munis di Indonesia 'pasca kepergiannya ke Moskow. "Me­
nurnt Musso revolusi di Indonesia bukan revolusi proletariat,
melainkan revolusi borjuis, sehingga harns ada front yang
dipimpin orang-orang proletariat," ujar Hersri Setiawan,
penulis Negara Madiun, Kesaksian
Soemarsono Pelaku Perjuangan.
"Menurut Musso Melalui surat kabar, Musso
revolusi di Indonesia juga mengkritik keras kesalahan­
bukan revolusi kesalahan mendasar revolusi
proletariat, melainkan nasional yang digelorakan Sukarno. FOTO: DOK.HARRY POEZE
revolusi borjuis,
• Ia mempersoalkan antara lain tidak bersumpah menentang politik pemerintah. Musso dan
sehingga rus adanya wakil kelas burnh dalam Musso kemudian meminta semua pimpinan organisasi Soeripno
ada pemerintah, sehingga pemerintah melakukan otokritik. Ada empat butir otokritik yang muncul
(kiri bawah)
di Kairo.
dipimpin orang-orang tidak bisa menjalankan politik ketika itu: pertama, pengakuan Amir Sjarifoeddin soal dana
pro I eta riat.,, revolusioner. Demikian juga ke­ bantuan 25.000 gulden dari Charles van der Plas, petinggi
kuatan bersenjata. Menurnt dia, Belanda yang juga bekas Gubernur Jawa Timur di era
angkatan bersenjata harusnya Republik Indonesia Serikat. Amir menggunakan dana itu
adalah tentara rakyat yang benar-benar dibangun dari dan untuk mengorganisir gerakan bawah tanah melawan Jepang.
untuk rakyat. Kedua, tindakan Amir yang membubarkan kabinetnya tanpa
Sebagai nakhoda strategi Jalan Barn, langkah pertama berkonsultasi dengan partai. Menurnt Musso, melepaskan
yang dilakukan Musso mengambil alih pimpinan Front sebuah kekuasaan yang telah berada di tangan adalah sebuah
Demokrasi Rak'Yat dari tangan Amir Sjarifoeddin dan me­ kesalahan besar.
I1 : lebur Partai Komunis, Partai Burnh dan Partai Sosialis serta Ketiga, kebijakan kaum komunis yang tidak segera
Pesindo menjadi partai tunggal: Partai Komunis Indonesia. muncul ke permukaan ecara legal pasca Kemerdekaan
Semua pimpinan organisasi tersebut oleh Musso diminta J\gustus 1945, juga dip rsalahkan Musso. Seharusnya, kata
Musso, PKI ilega] cepat membaca situasi dan mengubah diri lni Musso, kawauku! Yang pernah berperang melawan kaum
mengikuti perkembangan politik yang terjadi. fasis di Italia!"
Keempat, Musso menuding keberadaan tiga partai yang Semangat perang dan gaya berangasan Musso, menular
sama-sama berorientasi pada kepentingan kaum buruh dan dengan cepat. Rakyat yang tidak tahan dengan kondisi ke­
berdasarkan Marxisme-Leninisme, yakni PKI, Partai Buruh kurangan pangan dan sandang akibat blokade Belanda,
Indonesia dan Partai Sosialis, hanya membuat ruwet. Ka­ langsung berbaris di belakangnya. Di tengah upayanya meng­
rena itulah, dia mendorong perubahan radikal: penyatuan himpun massa itulah, pada 18 September, meletus peristiwa
tiga partai itu di bawah satu bendera: Partai Komunis In­ Madiun. ■
donesia.
Untuk menyebarkan gagasan revolusi Jalan Baru-nya,
bersama sejumlah pimpinan PKI, sejak awal September
1948, Musso melakukan safari ke sejumlah daerah di Jawa.
Rombongan Musso menemui massa di Solo, Madiun,
Kediri, Jombang, Bojonegoro, Cepu, Purwodadi, sampai
Wonosobo.
Dalam setiap rapat, Musso
1 selalu berpidato dengan garang.
,
1
M usso dengan wajah Dia mendesak rakyat untuk
keras, langsung meng­ mengangkat senjata melawan
g u lm1g kedua lengan Belanda-bertentangan dengan
bajunya menjawa b5 sikap resmi pemerintah
uKenapa tidak? lni M ussol Indonesia . yang memilih jalur
kawanku i Yang pernah diplomasi. Pada satu rapat
berpera ng melawa n m di kantor Pemuda Sosialis
,, Indonesia (Pesindo), di Solo,
fasis d i Italia !
Jawa Tengah, Musso membuka
pidatonya dengan teriakan
keras, "Menang perang!"
Pada satu rapat lain, seorang mahasiswa Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, bertanya dengan nada skeptis,

i I
"Apa kita mampu melawan Belanda dalam kondisi kita se­
perti sekarang?" Musso dengan wajah keras, langsung meng­
gulung kedua lengan bajunya dan menjawab, "Kenapa tidak?

46 Baru
Didirikan di Solo pada 26 Februari 1948 sebagai akibat
,ial 11hnya kabinet Amir Sjarifoeddin, FDR menampung partai
dan ormas sayap kiri. Selain PKI ilegal, anggota front itu ada­
lah Partai Sosialis, Partai Buruh Indonesia, Pemuda Sosialis

'Oude Heer' yang I ndonesia (Pesindo), Barisan Tani Indonesia, dan Sentral
Organisasi Buruh Indonesia. Amir sendiri didapuk menjadi
Mudah Naik Pitam Kctua Front.
Menurut sejarawan Belanda, Harry A. Poeze, FDR di­
hcntuk setelah Amir dan Sutan Sjahrir pecah kongsi dalam
Di bawah penga ruh M usso, Partai Komunis
I ndonesia m uncul kem bali. Tak solid sejak awa l.

RAPAT Politbiro Partai Komunis Indonesia, Agustus 1948,


adalah panggung pertama bagi Musso setelah 21 tahun
menghilang dari Republik. Pada 1927 ia kabur ke Moskow
akibat terlibat pemberontakan PKI 1926 yang dapat di­
padamkan Belanda. Pada 1935 ia pernah menyusup ke
Surabaya untuk menghidupkan kembali PKI: Tapi ia tak
berhasil.
Sejak itu PKI menjadi partai bawah tanah yang melawan
fasisme secara gerilya. PKI memang tak menggalang massa
buruh dan tani, tapi menyusup ke pemerintah dan organisasi
lain. Pasca-Kemerdekaan Agustus 1945, Musso metiilai cara ANTARA/IPPHOS

itu tak lagi efektif. l'a1tai Sosialis. Amir menghendaki partai memihak Soviet Rapat massa
Dalam gagasan barunya, "Jalan Baru untuk Republik dan menentang kapitalisme pimpinan Amerika Serikat. buruh di Solo,
dihadiri Alimin
Indonesia", Musso menganggap PKI tidak mengakar kuat S,iahrir berpendirian partai hams menempuh politik luar dan Musso,
pada buruh, tani, pemuda, dan tentara. Kader PKI terpecah ncgcri bebas aktif. 1948.
akibat disusupkan ke pemerintah atau partai lain. Sosialisasi Jatuhnya kabinet Amir memperparah perseteruan itu.
ideologi partai lembek karena tidak dilakukan secara terbuka. S,iahrir akhirnya keluar dari Partai Sosialis dan membentuk
Sebagai partai bawah tanah PKI ketika itu lebih banyak l'artai Sosialis Indonesia. Adapun Partai Sosialis Amir me­
berlindung di balik Front Demokrasi Rakyat (FDR). h·h11r ke FDR.

01 anq K i t i l1 1dc n<",i;i : Musso 49


48
Dalam dokumen FDR, "Menginjak Tingkatan Pe1juangan sebenarnya sempat ditolak beberapa pemimpin Partai Buruh,
Militer Baru", disebutkan bahwa aliansi itu dibentuk untuk scperti Asrarudin dan S.K. Trimurti. Mereka meminta Front
menggulingkan kabinet Hatta yang tengah berkuasa. Peng­ mcnggelar kongres sebelum melebur menjadi PK.I.
gulingan itu akan dilakukan melalui parlemen, bahkan jika Sejumlah kader partai non-PK.I di FDR memang mera­
, I perlu membentuk pemerintahan baru melalui pemberon­ �ukan kemampuan Musso, yang tiba-tiba ingin mengambil
I,!
takan. Belakangan, orang-orang PK.I menuding dokumen alih kepemimpinan semua partai kiri. Dalam sebuah rapat,
tersebut adalah rekayasa belaka. Trimurti misalnya berujar, "Setelah semua kesalahan PK.I
Gagasan 'Jalan Baru' Musso langsung disambut. dalam perjuangan melawan Belanda, apakah PK.I bisa di­
Dalam rapat Majelis Lengkap FDR, Agustus 1948, Amir tcrima lagi memimpin rakyat?" Tapi, seperti biasa, Musso
Sjarifoeddin berujar, "Kedatangan Oude Heer (Pak Tua) tak menganggap serius pertanyaan macam itu. "Naaah,
Musso bisa mempercepat proses itu pertanyaan Trotskyist," katanya sambil mengibaskan ta­
yang selama ini kita jalankan." Da- ngan.
Rapat itu a khirnya
lam bukunya, Madiun dalam Re­ Akibat respon sinis semacam itu, sejumlah kader Pesindo
memutuskan hanya
publik ke Republik (2006), mantan dan Barisan Tani Indonesia-yang memang sejak semula pro
perlu satu partai kiri
Kepala Staf Umum Angkatan Ber­ Sjahrir-memilih hengkang dari FDR. Kaum kiri di Murba
yang u
senjata Republik Indonesia Himawan dan Akoma (Angkatan Komunis Muda) yang lebih pro Tan
menyatukan gerakan
Soetanto menyatakan kembalinya Malaka, juga tak tertarik dengan ajakan Musso. " Kerikil­
ruh dan miskin.
Musso membawa haluan baru yang kerikil ini menyebabkan PK.I baru tidak solid menyatukan
menekankan perlawanan terhadap scmua kaum kiri," kata sejarawan Rushdy Hussein.
fasisme secara radikal. Namun, upaya merger ini tak terhindarkan. Pada Kong­
Musso tidak mau rgenyia-nyiakan waktu. Tak sampai se­ res PK.I 27 Agustus 1948, penyatuan itu disahkan. Awal Sep­
pekan setelah kembali ke tanah air, di dalam rapat Politbiro tember, dibentuklah kepengurusan PK.I legal dengan Musso
PK.I, ia meminta partai itu bersalin rupa. "Musso menuntut scbagai pucuk pimpinan.
gerakan PK.I direvisi," kata Hersri Setiawan, mantan Ketua Kepengurusan baru ini menandai masuknya PKI ke
Lembaga Kebudayaan Rakyat Jawa Tengah. kancah politik terbuka. Belum genap sebulan muncul ke per­
Rapat itu akhirnya memutuskan hanya perlu satu par­ mukaan, meletuslah Pemberontakan Madiun yang dilakukan
tai kiri untuk menyatukan gerakan buruh dan kaum mis­ organ PK.I pimpinan Musso. Setelah peristiwa itu, PK.I kem­
kin. Pada rapat FDR, 21 Agustus 1948, Politbiro PK.I meng­ hali remuk-redam. ■
usulkan agar ketiga partai di FDR melebur menjadi satu dan
menyandang nama Partai Komunis Indonesia.
Dalam korespondensinya dengan ahli politik dari Cornell
University, Amerika Serikat, Ben Anderson, mantan Ketua
Bidang Pertahanan Pesindo Soerjono menyatakan usulan itu

50 Oranq Kit i lncion0. iil: Mu�so D,iri f D fl k r: P K I 51


Jatutmya Kabinet Amir

Suatu Malam
di Proklamasi 56
Perjanjian Renville mengantarkan kejatu han
kabinet Amir Sjarifoeddin. Kelompok kiri mulai
terpinggirkan.

LELAKI yang mengenakan safari warna gelap itu berjalan


sendirian. Suatu hari pada Januari 1948, sekitar pukul 19.00
WIB, dengan raut wajah kusut dia mendekati beberapa pe­
muda yang tengah duduk santai di belakang rumah Presiden
Sukarno di Jalan Ptoklamasi 56, Pegangsaan, Jakarta
Pusat.
Rumah ini memang menjadi tempat bersantai para pe­
jabat negara dan aktivis kemerdekaan di malam hari. Setelah
menyapa sekadarnya, dia mengeluarkan sebotol kecil wiski
dari kantong celananya, kemudian menenggaknya. Lelaki itu
adalah Amir Sjarifoeddin, Perdana Menteri Indonesia yang
beberapa hari sebelumnya "dipaksa" meletakkan jabatan.
"Malam itu kami minum wiski bersama," kata Rosihan
Anwar mengenang peristiwa itu. Dalam penglihatan warta­
wan senior ini, Amir terlihat agak tertekan setelah lengser
dari jabatan perdana menteri. "Meski dia bisa berusaha me­
nutupi dengan tetap terlihat enjoy," katanya.
Amir terpaksa melepaskan jabatan perdana menterinya mendesak kcdua negara agar menyelesaikan pertikaian de­
setelah meneken Perjanjian Renville. Tekanan dari lawan ngan menunjuk tiga negara sebagai penengah.
politiknya kian menjadi-jadi. Sebagai kepala pemerintahan, Indonesia memilih Australia, Belanda menunjuk Belgia.
dia dinilai bertanggung jawab atas semakin terpojoknya po­ Dua negara itu kemudian menunjuk Amerika sebagai ang­
sisi Indonesia setelah perundingan itu. gota ketiga. Persekutuan ini kemudian dikenal dengan
Komisi Tiga Negara, yang diwakili Frank Graham (Amerika),
*** Richard Kirby (Australia), dan Paul van Zeeland (Belgia).
Sebelum berunding, di dalam negeri Amir pasang kuda­
WAJAH Amir Sjarifoeddin tampak sumringah pagi itu, 8 kuda. Dia merangkul kembali Masyumi agar mau bergabung
Desember 1947. Di atas kapal USS Renville dia asyik ber­ di pemerintahan. Tawaran itu diterima tanpa syarat. Pada
bicara tentang Frank Graham, perwakilan Amerika Serikat 11 November 1947, Amir merombak kabinet dengan mem­
di Komisi Tiga Negara. "Mereka rileks sambil masing-masing berikan lima kursi menteri untuk Masyumi.
memegang Injil di tangan," kata Rosihan. Pemimpin redaksi Namun harapan tinggal harapan. Baru saja perundingan
koran Siasat itu mengaku melihat pertemuan tersebut saat dibuka, delegasi Belanda menolak usul Indonesia untuk me­
mengunjungi kapal perang milik Amerika yang berlabuh di nyelesaikan persoalan politik sebelum membicarakan soal
Kapal USS Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. gencatan senjata.
Renville
bersandar Perundingan Renville terjadi atas desakan Dewan Ke­ Tak hanya itu, Belanda juga menolak tuntutan komisi
di Tanjung amanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 26 Agustus 1947, teknis Indonesia yang diketuai J. Leimena agar tentara kom­
Priok, Jakarta,
Desember yang khawatir melihat pertikaian Indonesia-Belanda yang peni" ditarik kembali hingga batas garis demarkasi yang telah
1947. berlarut-larut. Dalam resolusinya itu, Dewan Keamanan disepakati bersama 14 Oktober 1946. Sebaliknya, Belanda
menuntut batas demarkasi itu adalah kesepakatan baru pada
28 Agustus 1947, yang disebut sebagai Garis van Mook. Pem­
bahasan di komisi teknis buntu.
Macetnya pembahasan di komisi teknis membuat Amir
jengkel dan mengancam akan kembali ke Yogyakarta. "Kapan
saya kembali ke Jakarta tergantung Belanda. Saya hanya kem­
bali jika ada sesuatu yang harus dikerjakan," katanya seperti
dikutip Naskah Lengkap Asal-Usu! KTN. Karena tak diindah­
kan, pada 24 Desember 1947, Amir kembali ke Yogyakarta.
Pada saat yang sama, di sejumlah daerah tentara
Belanda terns melakukan aksi militer. Tersiar kabar akan
ada aksi militer besar-besaran ke Yogyakarta, jika Indonesia
tetap ngotot menolak 12 prinsip politik Belanda. Keduabelas

55
1948,
prinsip itu termasuk soal-soal yang mendasar bagi Indonesia Amir tidak bisa berbuat banyak. Pada 23 Januari
menyerahkan
seperti status Republik Indonesia Serikat yang berada di ba­ dia menyatakan mundur. Sukarno kemudian
dian mem­
wah persemakmuran Kerajaan Belanda dan keharusan meng­ tampuk pemerintahan kepada Hatta yang kemu
partai yang
adakan referendum untuk memastikan kehendak rakyat bentuk kabinet baru. Masyumi dan PNI, dua
memutuskan
Indonesia untuk merdeka. sebelumnya meninggalkan Amir, kemudian
Kondisi semakin genting. Frank Graham sebagai utusan bergabung di kabinet Hatta.
Pesindo,
Komisi Tiga Negara menggelar pertemuan dengan "Lima Menurut Soemarsono, anggota Pimpinan Pusat
ah permain­
Besar RI", yaitu Sukarno, Moh. Hatta, Soetan Sjahrir, Amir saat itu merasa seperti terjebak dalam sebu
ini," katanya
Amir, dan Agus Salim. Graham meminta Indonesia tidak an politik. "Aduh, begini permainan komplotan
meninggalkan meja perundingan. Tidak memiliki pilihan, mengutip keluhan Amir.
gan ke-
Indonesia akhirnya mengalah dan menerima tuntutan Kepedihan Amir tak berujung di situ. Di kalan
lu lemah dan
Belanda. Kemudian, 17 Januari 1948, di atas kapal Renville, lompok kiri, dia juga disalahkan, dinilai terla
asaan ba ai.
Amir meneken persetujuan itu. mau begitu saja menyerahkan tampuk keku
rapat m n­
Para pemimpin Republik mendukung. Presiden Sukarno perdana menteri. Menurut Soemarsono, sebuah
Ami r. "S ·mua
mengatakan, meski Perjanjian Renville seakan-akan merugi­ dadak digelar kelompok kiri untuk mengadili
dur b •gitu
kan Indonesia, harus dilihat kemungkinan keuntungan yang yang hadir menyalahkan dia karena mau mun
bisa diperoleh. "Kalau bisa mencapai cita-cita dengan jalan saja," katanya.
da la111
damai, kenapa harus perang," katanya. Hatta mengatakan Pemimpin Partai Komunis Indonesia, Mu ·:;o,
, juga mc­
perjanjian ini tidak menjauhkan kita dari cita-cita. Panglima bukunya, Jalan Baru untuk Republik Indonesia
kaum ko­
Besar Sudirman juga �engaku puas atas pencapaian itu. nyerang ketidakberdayaan Amir. Menurut dia,
menyatal an
Di luar dugaan Amir, partai-partai pendukungnya justru munis saat itu melupakan ajaran Lenin yang
ra. "Mun dur
menolak Perjanjian Renville. Sehari setelah perjanjian itu, poko k dari revolusi adalah kekuasaan nega
g kendali pe-
sekitar 300 orang yang mengaku sebagai massa Hisbullah Amir memberi jalan elemen borjuis memegan
menggelar demonstrasi di depan Istana Yogyakarta. "Kabinet merintah," katanya.
ti dirinya
Amir Bubar. Kami menolak Perjanjian Renville," demikian Semua ini berlangsung cepat: Amir mendapa
herankan
kata salah satu dari mereka. Sumpah-serapah juga diarahkan sekonyong-konyong jadi musuh bersama. Tak meng
iskan sampai
ke Perdana Menteri, "Amir pengkhianat." malam itu di belakang rumah Sukarno dihab
Rosihan,
Pemimpin Partai Masyumi dan Partai Nasional Indonesia larut dengan minum wiski dan bernyanyi. Menurut
a dengan
juga menyalahkan Amir. Mereka mengatakan menarik du­ pertemuan malam itu adalah terakhir kali dia bersu
pergi ke Solo
kungan dari pemerintahan dan mengumumkan pengunduran Amir. "Setelah itu, saya hanya mendengar dia
ya. "Sampai
diri para menteri. Presiden Sukarno yang semula mendukung membentuk Front Demokrasi Rakyat," katan

I
kini berbalik. "Sebaiknya serahkan mandat kepada saya," akhirnya ditembak mati." ■
kata Sukarno.

57
56 . LdUIJ iJ_ utlon I Id ' Mll • 0
TUDUHAN keterlibatan Amerika di Madiun pada 1948 mun­
cul setelah peristiwa itu sendiri. Adalah Paul de Groot, pe­
mimpin komunis di Belanda, seperti ditulis ahli Asia Teng­
gara dari Universitas Cornell, Ann Swift, dalam disertasinya

Mitos Amerika berjudul The Road to Madiun: The Indonesian Communist


Uprising of 1948, yang membuka teori provokasi Peristiwa
di Kaki Lawu Madiun oleh Amerika.

PKI percaya ba hwa Amerika ikut membantu


melenyapkan ka um kiri. Minim bukti, meski Amerika
mendekati Suka rno dan Hatta.

DI ketinggian seribu dua ratus meter, telaga itu membentang.


Airnya tenang, dengan kedalaman hampir tiga puluh meter.
Hawa sejuk senantiasa merapat di sekitarnya. Gunung Lawu
yang menjulang kukuh terlihat menancapkan kakinya. Ke­
indahan panoramanya membuat wisatawan rajin berlabuh
di Sarangan, Kabupaten .J\fagetan, Jawa Timur. Seperti me­
menuhi hasrat turis, banyak hotel dan vila mengitari telaga
seluas tiga puluh hektare ini.
Dulu pun orang-orang Belanda membangun rumah dan
hotel di kawasan Sarangan. Tapi, pada saat Agresi Militer
Belanda Kedua, akhir 1948, tentara Republik membakar
bangunan-bangunan itu. Sebagian sisa bangunannya masih Di hadapan parlemen Belanda, sebulan setelah Peristiwa Sukarno dan
Hatta diyakini
terlihat hingga kini. Madiun, De Groot menuduh Charlton Ogburn, penasihat
dibantu
Di sini pula, tersimpan rumor tentang pertemuan pe­ politik delegasi Amerika dalam Komite Jasa Baik untuk Amerika
Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa, bertemu dengan Serikat.
merintah Amerika dengan pemerintah Indonesia. Satu
pertemuan yang oleh pihak komunis diduga ikut mempe­ Sukarno dan Hatta di Sarangan, tiga bulan sebelum Peris­
ngaruhi penyingkiran orang-orang kiri oleh Kabinet Hatta tiwa Madiun meletus. Dalam pertemuan ini, Amerika men­
dalam Peristiwa Madiun pada September 1948. janjikan pengiriman senjata dan penasihat teknis jika pe­
*** merintah Indonesia mau menyingkirkan komunis. Tuduhan
i n i. Ian .,.::;ung clibantah oleh M ·nt · ri 1 1 1 1 11 • 1 . 1 1 11•. . 1 1 1 lv1 1 1 l i : 1111111ad Hatta 111e11y · t ujui tawaran Amerika. "Yang banyak bicara
Natsir. Hatta, Soekiman, dan Roem," katanya.
Be]akangan, tuduhan De Groot ini diadop i okh komunis Menurut Soemarsono, seperti tertulis dalam buku
Rusia pada Januari 1949. Tiga tahun setelah Peristiwa Revolusi Agustus, saat itu PKI memang menghadapi ge­
Madiun, wartawan Prancis, Roger Vailland, juga menu1iskan rakan antikomunis dari sejumlah pihak. Partai Nasional
pertemuan itu dalam Boroboudour, Voyage a Bali, Java et Indonesia dan Masyumi, misalnya, semula mendukung
autres Iles. Versi Roger ini ditelan oleh majalah Bintang Me­ Amir Sjarifoeddin yang memimpin delegasi Indonesia dalam
rah milik PKI. Perundingan Renville. Tak lama setelah perundingan itu,
Berdasarkan tulisan Roger, pertemuan Sarangan di­ PNI dan Masyumi berbalik menentang hasil Perundingan
gelar pada 21 Juli. Indonesia diwakili Presiden Sukarno, Renville-yang akhirnya menjatuhkan Amir dari jabatannya.
Perdana Menteri Mohammad Hatta, Menteri Penerangan Belakangan, kabinet Hatta yang melaksanakan Perunding­
Mohammad Natsir, Menteri Dalam Negeri Soekiman an Renville justru menyertakan orang-orang PNI dan
Wirjosandjojo, Mohamad Roem, dan Masyumi.
Pertemuan ini disebut Kepala Kepolisian Soekanto. Dari pi­ Inilah yang membuat PKI yakin, penyingkiran orang­
meng hasil Red hak Amerika, hadir Duta Besar Merle orang kiri sudah direncanakan setelah Perundingan Renville.
Drive Proposal . Cochran dan penasihat Presiden Soemarsono tak heran, Hatta yang sering berseberangan
Sa lah satu isinya , Harry Truman, Gerard Hopkins. dengan PKI, dan Menteri Dalam Negeri Soekiman yang
Amerika memberi Pertemuan ini disebut mengha­ tokoh Masyumi, menyetujui pemberangusan kaum kiri pada
US$ 56 juta untu k silkan Red Drive Proposal. Salah satu saat pertemuan Sarangan. Kondisi ini sejalan dengan niat
menghancurkan PKL isinya, Amerika memberikan US$ Amerika membendung komunis di berbagai belahan dunia.
56 juta untuk menghancurkan PKI. Di sisi lain, Sukarno menginginkan pengakuan kedaulatan
Bin.tang Merah juga menyebutkan dari negara Barat. "Bung Karno waktu itu berpihak pada
Kabinet Hatta menggunakan Rp 3 juta untuk menyogok Hatta," kata Soemarsono.
Dokter Muwardi, pemimpin Gerakan Revolusi Rakyat, un­ Banyak pihak meragukan adanya pertemuan Sarangan.
tuk membuat insiden Solo yang kemudian memuncu1kan Hersri Setiawan, mantan tahanan politik di Pulau Buru yang
Peristiwa Madiun. pernah mewawancarai Soemarsono, mengatakan pernah
Mantan Gubernur Militer Pemerintah Front Nasional mencoba menelusuri dokumen pertemuan itu. Tapi nyatanya
Daerah Madiun Soemarsono meyakini adanya Red Drive tak ada satu pun dokumen kuat yang mampu menjelaskan
Proposal. Soemarsono mengaku mendengar dari mantan pertemuan dan Red Drive Proposal. "Saya menyimpulkan
perdana menteri Amir Sjarifoeddin-yang digantikan Hatta (proposal) itu mengada-ada," katanya.
setelah Perundingan Renville-soal pertemuan itu. Amir Sejarawan Rushdy Hussein menilai gejala keterlibatan
mcngatakan adiknya saat pertemuan itu menyaksikan siapa Amerika memang ada. Misalnya, setelah Perundingan
·:.1 j:1 y:i11g h.-id i r. Sukarno saat itu hanya diam. Sedangkan Renville, Amerika yang tadinya mendukung Belanda berbalik

10 I l 1 o 11 11 J ► Il l h 1d1 11 1w,l11 M 1 1•,',1 1 61


arah ke Indonesia. Selain itu, pihak kon u 1 1 1 IN 1 1 11:11ga11ggap Belanda :,empat menawarkan bantuan tapi ditolak. Saat
Kepala Kepolisian Soekanto merupakan binaan Amerika ka­ itu Amerika hanya menjawab upaya terbaik dari Hatta akan
rena pada 1948 menjalani pelatihan di sana. "Tapi semua itu menjadi pintu kesepakatan dengan Belanda. Jika kesepakatan
hanya gejala psikologis. Kaitannya tidak langsung. Pertemu­ itu terjadi, Amerika akan membantu perekonomian
an Sarangan bisa dianggap sebagai mitos," ujar Rushdy. Indonesia. Belakangan, saat berbicara dengan Cochran sete­
Ann Swift malah menunjukkan kelemahan mendasar ver­ lah Peristiwa Madiun, Hatta sendiri mengatakan membutuh-
si PKI yang menganggap pertemuan dilakukan pada 21 Juli . kan peralatan persenjataan kepolisian. Tapi Cochran men­
1948. Padahal, "Merle Cochran barn tiba di Indonesia pada jawab bantuan ekonomi tersedia begitu federasi Indonesia
9 Agustus 1948," tulis Swift. tercipta.
Toh, Swift menunjukkan Cochran membujuk Sukarno Entah ada entah tiada bantuan dari Amerika, yang jelas,
dan Hatta agar mengeliminasi komunis dari Indonesia, se­ penumpasan PKI di Madiun akhirnya terlaksana. Pada 1
perti tertulis dalam dokumen milik kantor Hubungan Luar Oktober 1948, Konsulat Amerika menyatakan Peristiwa
Negeri Departemen Pertahanan Amerika. Dokumen itu me­ Madiun sebagai "kekalahan pertama komunis".
nyebutkan, Cochran rajin menemui Presiden dan Perdana
***
Menteri. Ia khawatir, komunis akan menjatuhkan kabinet
Hatta. Sebagai imbalan menumpas komunis, Amerika akan
mengupayakan kesepakatan dengan Belanda yang lebih bisa DI Hotel Huisje Hansje, Red Drive Proposal disebut-sebut
diterima, meski sebelumnya Amerika lebih berpihak kepada ditawarkan Amerika kepada pemerintah Indonesia. Tapi
Belanda untuk melawan blok Soviet di Eropa melalui bantuan pengurus Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia serta war­
Marshall Plan. Indonesia pun memanfaatkan ketakutan ga setempat tak tahu persis lokasi hotel itu. Bung Karno me­
Amerika sebagai tekanan mengupayakan kesepakatan de­ mang pernah ke Sarangan sebelum Peristiwa Madiun. Saat
ngan Belanda. itu ia membawa istrinya, Fatmawati, dan kedua anaknya,
Swift menilai peran Cochran yang memang antikomunis Megawati Sukarnoputri dan Guntur Sukarnoputra. "Tapi
sangat besar dalam membujuk pelenyapan kaum Marxis. menginapnya di Hotel Merdeka," kata bekas karyawan Hotel
Meski menyarankan Hatta segera mengambil tindakan mi­ Merdeka, Sukarno.
liter kepada komunis, Cochran tak terlihat menawarkan Sejarawan Rushdy Hussein pernah mencari Hotel Huisje
bantuan senjata. Hansje. Tapi tak ada petunjuk apa pun yang ditemukannya.
Menurut Swift,_pada 6 September, seorang pejabat tinggi Rushdy menduga, hotel itu ikut dibakar pada saat Agresi
Indonesia, diduga dari Masyumi, mengirim telegram ke Militer Belanda Kedua. Huisje Hansje seperti lenyap mem­
Konsul Jenderal Amerika di Jakarta. Isinya, Hatta telah bawa mitos bernama Red Drive Proposal. ■
menyiapkan aksi tanpa kompromi terhadap komunis. Tapi
Hatta membutuhkan bantuan untuk mengatasi kesulitan
yang mungkin muncul.
Prmmkasi di Solo Begitu paniknya, Sutarto jadi tak awas terhadap seki­
tarnya. Turun dari jip yang membawanya dari markas, bekas
Shodancho Daidan Peta di Wonogiri itu disambut tembakan
dari kegelapan. Dor... dor.... Sutarto ambruk. Dua peluru me­
Laga Pengalih nembus belakang tubuhnya. Ia tewas bersimbah darah.

Sebelum Madiun
Insiden itu memicu beragam kecurigaan. Selain pelaku­
nya tak tertangkap, korbannya adalah panglima sebuah ke­
satuan tempur paling besar dan berpengaruh di wilayah
Surakarta.
Hijrah pasukan Siliwangi dan Program Reorganisasi­ Kabar simpang siur memunculkan desas-desus. Di ling­
Rasionalisasi Tentara kabinet Hatta memicu a ksi kungan prajurit Senopati beredar kabar, Sutarto ditembak ang­
FDR yang · provokasi dan clash a ntarkesatua n d i Solo. Pera ng gota pasukan Siliwangi, anak buah Letnan Kolonel Sadikin.
kecewa pemanasan sebelu m Madiun. "Karenanya, anggota pasukan Senopati diperintah mencari
dengan
reorganisasi tahu," kata Mayor Slamet Rijadi dalam buku biografinya, Dari
dan Mengusir Kempeitai sampai Menumpas RMS.
rasionalisasi
bersiap BAKDA isya, Kolonel Sutarto sampai di depan rumah ibu­ Pada pekan-pekan setelah perundingan Renville ditan­
menggempur nya di Kampung Timuran Solo. Malam itu, 2 Juli 1948, Ko­ datangani itu, ketegangan antara pasukan Siliwangi-yang
pasukan
mandan Pasukan Panembahan Senopati (KPPS) ini bergegas dinilai lebih pro barat-dan pasukan Senopati yang dikenal
Siliwangi di
Solo, 1948. pulang begitu menerima kabar ibunya sakit keras. sebagai laskar kiri, memang meningkat. Siliwangi yang ter­
paksa hijrah ke Solo-meninggalkan wilayah basis mereka
di Jawa Barat-dan merapat ke daerah kekuasaan Senopati,
membuat letupan-letupan konflik kian sering terjadi.
Belakangan, ada spekulasi baru. Sutarto sengaja ditem­
bak karena dianggap melawan Program Reor&anisasi dan
Rasionalisasi (Re-Ra) Tentara yang digulirkan kabinet Hatta.
Pemerintah ingin mengurangi secara drastis kekuatan TNI,
dari 350 ribu menjadi tinggal 160 ribu prajurit saja.
Sejak awal, Sutarto memang amat getol menggalang ten­
tara untuk menolak program pengurangan tentara ini. Dia
menganggap program Re-Ra ini tidak transparan dan meng­
ancam posisi pasukannya.
Front Demokrasi Rakyat/PK! yakin pembunuhan
Sutarto adalah teror politik gaya Hatta. "Ini rasionalisasi

Provoka,i di Solo 65
l dalam bentuk lain. Kami yakin Hatta sendiri yang langsung teritori juga diciutkan.
turun tangan karena dia Menteri Pertahanan saat itu," kata Jawa, misalnya, dari tujuh
Soemarsono, mantan Gubernur Militer Pemerintahan Front divisi menjadi empat divisi.
Nasional Daerah Madiun. " S emuanya disesuaikan
Spekulasi ini menguat karena insiden penembakan Su­ dengan fungsi pertahanan
tarto terjadi selang 40 hari setelah ia memimpin parade pa­ inenghadapi agresi Belanda,"
sukan di Solo, 20 Mei 1948. Di depan Presiden Sukarno dan kata Nasution dalam Tentara
Panglima Besar Sudirman, Sutarto terang-terangan mengge­ Nasional Indonesia.
lar lima resimen tempurnya, termasuk enam resimen laskar Menurut Himawan
rakyat, seperti pasukan Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) Soetanto dalam bukunya,
dan Tentara Laut Republik Indonesia, yang dikenal kiri. Madiun, dari Republik
Belakangan, Divisi IV Panembahan Senopati batal di­ ke Republik, Program Re­
likuidasi. Menanggapi aksi penolakan itu, Panglima Ra justru bermasalah saat
Sudirman menjadikan pasukan diberlakukan di lapangan.
�.-=,----�---� Sutarto sebagai pasukan koman- Misalnya friksi akibat audit
ka binet Hatta do khusus. personel sesuai dengan kepangkatan dan tingkat pen­
soal Reorganisasi dan didikan antara perwira eks Peta dan eks KNIL. Eks Peta, Mayjen A.H.
*** Nasuti on.
Rasionalisasi Tentara ... misalnya, turun sampai dua tingkat (dari letnan satu men­
menyorongkan konsep jadi pembantu letnan satu). Adapun perwira eks KNIL naik
postu r PROGRAM kabinet Hatta soal paDgkat dua tingkat.
angkatan pera ng yang Reorganisasi dan Rasionalisasi Menurut Soemarsono, sejatinya FDR/PKI adalah ke­
lebih ramping dan Tentara yang ditentang Sutarto lompok yang paling dirugikan dengan Re-Ra. Barisan laskar
efisien . menyorongkan konsep pe­ yang dibangun FDR, seperti Pesindo, biro perjuangan, per­
nataan postur angkatan perang wira politik, dan TNI Masyarakat, akan dilikuidasi karena
yang lebih ramping dan efisien. dianggap bukan TNI. "Sebenarnya kamilah sasaran tembak
Hatta beralasan, kocek negara yang mepet dan wilayah utama kabinet Hatta," kata Soemarsono dalam bukunya,
Indonesia yang kian menciut akibat Perjanjian Renville Revolusi Agustus.
menjadi pertimbangan Re-Ra. Hatta, seperti dikutip dalam Soemarsono sendiri dipecat dari Pendidikan Politik Ten­
otobiografinya, merujuk setidaknya ada 350 ribu tentara tara pada awal Mei 1948. Pangkat terakhirnya mayor jen­
plus 400 ribu anggota laskar yang kudu diciutkan menjadi deral. Pada bulan yang sama, dipecat pula Wikana, eks
160 ribu hingga 57 ribu prajurit reguler. Gubernur Militer Surakarta. Wikana adalah tokoh FDR dan
Perampingan itu dimulai dengan penataan struktur garis Pesindo. Menyusul kemudian pembubaran TNI Masyarakat
dan wilayah komando. Besaran divisi dan kesatuan komando yang dirintis Jokosuyono dan Sakirman.

t--------------------- 11 11 >.IJL \ 1 o l , ,_ . ______ ,tr. �c---


66 Ur,HHI K i r i lr 1dor 11 •,1s1 : M 1 1',�0 d,
Menurut Himawan, FDR berang dicegah berkat langkah bijak Komandan Komando Militer
karena penataan sistem komando Kota Solo Mayor Achmadi. Belakangan, Himawan meng­
TNI bisa menghancurkan upaya FDR klaim punya dokumen yang menunjukkan bahwa Sutarto
membangun kekuatan sejak 1945. dibunuh Pirono atas suruhan tokoh PKI, Alimin. Himawan
Setidaknya 35 persen dari TNI pada menilai, dokumen itu membuktikan bahwa konflik di Solo se­
masa itu sudah dipengaruhi "kelompok benarnya hanya laga pengalih sebelum bentrok sebenarnya
kiri". Beberapa di antaranya bahkan terjadi di Madiun.
panglima kesatuan tempur. "Wajar ka­ Namun, toh ketegangan terns memuncak. Apalagi ketika
lau 'penolakan para perwira terhadap perwira ALRI-Gajah Mada yang juga tokoh FDR, Mayor
Re-Ra kemudian dimanfaatkan tokoh­ Esmara Sugeng, dan enam perwira KPPS lainnya "dibawa"
tokoh kiri," kata Himawan. ke Siliwangi. Para perwira itu dikabarkan ditawan di asrama
Himawan merujuk sikap keras kompi Siliwangi yang dipimpin Kapten Oking di Srambatan,
Divisi VI Narotama, Jawa Timur, tak jauh dari Stasiun Balapan.
dan Divisi IV Panembahan Senopati. Puncaknya pada 13 September 1948. Markas Siliwangi
Sutarto sendiri dicap "kiri " karena diserbu pasukan Senopati. Pertempuran berlangsung
Letnan Kolonel kedekatannya dengan tokoh-tokoh Front Demokrasi Rakyat/ sengit dan jatuh korban. Letkol Soedi, Panglima KPPS,
Sadikin.
PKI. melaporkan insiden penculikan para
Menurut Himawan, sebenarnya ada faktor lain yang perwiranya ke Panglima Sudirman.
mendorong penolakan perwira daerah menolak Re-Ra, la juga mengultimatum agar perwira Ketegangan itu
yakni sentimen atas perlakuan istimewa Hatta terhadap yang diculik dibebaskan sebelum pukul membuat Sudirrnan
kesatuan Siliwangi-setelah pasukan Siliwangi terpaksa 12.00 WIB. turun tangan. Namun
hijrah ke Surakarta, pasca-Renville, dan Hatta kemudian Ketegangan itu membuat Sudirman sejumlah perundingan
mempromosikan eks Panglima Siliwangi Kolonel A.H. turun tangan. Namun sejumlah yang d igelar tak banyak
Nasution sebagai wakil Panglima Sudirman. Sosok Nasution perundingan yang digelar tak banyak menyelesai kan masalah.
dianggap menjadi ancaman terhadap wibawa Sudirman menyelesaikan masalah. Letnan Kolonel
sebagai panutan mereka. Sadikin tetap emoh melepas para
Sebagai kota terbesar kedua di Republik setelah Yogya­ perwira KPPS dengan alasan tidak tahu ada penculikan­
karta, Solo pada 1948 sudah padat dengan aneka pendatang meski belakangan akhirnya enam perwira itu diketahui
dan pengungsi, antara lain Brigade II Siliwangi pimpinan ditahan di penjara Wirogunan, Yogya.
Sadikin. Buat pasukan setempat, kehadiran Siliwangi diang­ Gencatan senjata yang digariskan Sudirman dalam
gap sebagai "intruders" atau orang-orang asing yang meng­ perundingan di Balai Kota Solo toh tak ditaati. Esok harinya,
ganggu rumah tangga mereka. 16 September, giliran Markas Pesindo di Jalan Singosaren
Kontak senjata terbuka antara KPPS dan Siliwangi bisa diserbu. Selain pasukan Siliwangi, ikut juga Barisan Banteng
dan GRR. Ketegangan menjalar ke seluruh penjuru Solo. dan Satuan Divisi Siliwangi di bawah pengaruh pemimpin
Sudirman akhirnya mengeluarkan keputusa.r;i harian komunis seperti Tan Malaka dan Dr Moewardi.
yang intinya peristiwa di Surakarta menyinggung kedaulatan Infiltrasi ke Siliwangi, kata dokumen itu, dilakukan sejak
Angkatan Perang. Karena itu, komandan kesatuan diminta 1947 oleh satuan eks Brigade Tjitarum, pasukan Tan Malaka.
bertanggung jawab. Sudirman juga menyampaikan, pucuk "M�reka sama-sama mau merebut kekuasaan komunis, tapi
pimpinan negara telah sepakat akan melakukan tindakan beda kiblat," kata sejarawan Rushdy Hussein.
tegas di daerah mana pun yang terancam bahaya. Karena itu, menurut sejarawan dari Lembaga Ilmu
Presiden Sukarno menunjuk Kolonel Gatot Subroto se­ Pengetahuan Indonesia, Asvi Warman Adam, pertempuran
bagai gubernur militer. Keputusan itu, menurut Nasution, di­ ala "koboi" di Solo seperti lingkaran. "Hanya berputar­
ambil bersama Sudirman. Mereka bertiga akhirnya bertemu putar antara Musso dan Tan Malaka. Dua-duanya siap
d •ngan Sukarno di Gedung Agung Yogyakarta sekitar pukul meledak."■
:2:i.00 w m.
Di Solo, 18 September 1948,
Gubernur Militer Solo Gatot
... sesungguhnya Subroto meminta aksi tembak
p rtikaian bersenjata dihentikan. Gatot juga menyatakan
itu adalah antara dua batalion Ahmad Jadau, Soejoto,
pasukan yang sama� dan Dahlan dinyatakan liar.
sama berhaluan ko­ Clash antarkesatuan di Solo
m un is: yaitu antara ternyata dipantau penuh oleh
Divisi IV Panembahan Belanda. Pusat Dinas Intelijen
Senopati-d i bawah Militer Belanda, Centrale Mili­
pengaruh Alimin, Musso, taire Inlichtingen Dienst, pada
dan Ami r Sjarifoeddin­ 23 September 1948, seperti diku­
dan Satuan Divisi tip Himawan, menyebut Solo
SiliwangL. memang akan dijadikan "Wild
West" oleh kelompok Musso
sebagai pengalih perhatian dari
gerakan yang terjadi di Madiun.
Disebutkan pula, sesungguhnya pertikaian bersenjata
itu adalah antara dua pasukan yang sama-sama berhaluan
komunis, yaitu antara Divisi IV Panembahan Senopati-di
bawah pengaruh Alimin, Musso, dan Amir Sjarifoeddin-

u. £\\_,_f-.1 I (. lJ H.l.t \
J Ragi dini hari, •1 8 September 1 948,
, pasukan Pemtida Sosialis l pdonesia di ,
.bawah;kOIJ?ango Sumarsopo, .mengal)?bih
alih kendali pemerintahan di �adi.\Jn,
Tentara dan polisi dilucuti, pendOJ?O
ka5upaten diduduki.

bengan da' lih ' h'l enyelarnatkan diri dari


ancaman pasukan Siliwangi, laskar-las�ar
merah membentuk pagar betis da"n
mengumumkan berdirinya pemerihtahan
<f111 Front NasionaL Tapi, sampai sekarahg,
Sumarsono tak mau dituding telah
, memberontaks

Apapun, So�k�mq-Hi:!!ta t�k rela


kehilangan Madiun begitu saja. Rencan.a
tpenyerang�n disusun, puk�la� b�lik
disiapkan. Kota kecil di Jawa Timur itu
1
"' bersiap mengnadapi banjir darah <ian "'
lnsiden Madiun
Saban kali bekas anak buahnya datang, yang dibawa ada­
lah kabar-kabar buruk. "Mereka melaporkan ada pasukan
dengan badge tengkorak berlatih menembak dekat markas

Setelah Pistol mereka," kata Soemarsono.


Lain waktu mereka melaporkan hilangnya tiga pemimpin

Menyalak pemogokan Serikat Buruh Daerah Autonom. Penculiknya


ditengarai pasukan tengkorak tadi. Kelompok bersenjata

Tiga Kali yang sama juga dituding menembak anggota Serikat Buruh
Kereta Api.
Nugroho, tukang gambar poster Badan Kongres Pemu­
Soema rsono memimpin laskar kiri menyerang da, bercerita saat itu situasi Madiun memang panas. "Ada
polisi dan tentara Si liwangi. Meng klai m d id u kung tentara, ada laskar macam-macam, dan mereka sering ben­
pemimpin tentara d i Jawa Ti m u r. trok," ujarnya. Yang paling mencolok, kata dia, adalah kelom­
pok bersenjata dengan logo tengkorak di seragamnya.
Rentetan masalah itu mengingatkan Soemarsono akan
KENDATI sudah bertahun-tahun tinggal di Belanda, Nugroho, cerita tiga perwira: Letnan Kolonel Suwardi, Komandan
85 tahun, masih mengingat rumah besar yang berada paling Angkatan Laut Solo Letnan Kolonel Achmad Jadau, dan
dekat dengan jalan raya di kompleks Pabrik Gula Rejoagung Letnan Kolonel Slamet Rijadi yang datang dari Solo, Jawa
di Madiun, Jawa Timur. Ia bercerita, 62 tahun lalu kompleks Tengah. Ketiga perwira ini menceritakan soal penembakan
pabrik itu menjadi markas Badan Kongres Pemuda. dan pernmgkapan orang-orang kiri di daerah mereka.
Nugroho bekerja di bagian penerangan badan itu. Ia Soemarsono yakin hanya daJam hitungan hari masalah
ingat saat itu Rejoagung di bawah kendali Soemarsono yang di Solo bakal sampai ke Madiun. Apalagi intelijennya di Po­
ditugasi Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) menjadi Ketua lisi Militer dan Brigade Mobil bercerita ada instruksi dari
Badan Kongres Pemuda Madiun. pemerintah Mohammad Hatta untuk menangkap dirinya.
Rumah itu pula yang pada pekan ketiga September 1948 Bahkan Brigade 29 juga akan dilucuti oleh Brigade Mobil
berkali-kali didatangi orang berseragam militer. Tarim yang Polisi.
datang itu adalah orang-orang bekas Laskar Pemuda Sosialis Ia makin yakin saat didatangi kawan lamanya, Kolonel
yang masuk jadi tentara di Brigade 29. Moestopo, yang menyampaikan kabar senada. Moestopo,
Soemarsono memang sudah tak lagi bertugas di militer yang saat itu sudah bergabung dengan pasukan Siliwangi,
sejak dipecat Perdana Menteri Mohammad Hatta dari Pen­ bahkan mengatakan ia diperintahkan untuk menangkap
didikan Politik Tentara. Oleh Hatta bintang dua di pundak­ Soemarsono. "Tangkap saja. Tapi apa mungkin menangkap
nya juga dilucuti. Tapi ia masih punya pengaruh karena saya tanpa saya melawan!" Soemarsono balik menghardik.
merupakan salah satu pentolan Pesindo. Pada 16 September, Soemarsono menerima telepon

74 01 . 1 1 1 < 1 K i r r l1 1do1 1p�1. i . M11w


Kolonel dari Kediri. Di ujung sambungan tiran adanya penculikan terhadap koma 1 1d:1 1 1 1 1 · 1 1 1 : i l': i y : 1 1 11:
Sungkono. berpihak ke Front Demokrasi Rakyat-org: 1 1 1 i. ·a. •i : 1 1 1 1 •, 1 1 u · 1 1g­
terdengar suara Panglima Divisi
Brawijaya Kolonel Sungkono. himpun kelompok kiri, termasu k PKI.
Bekas tetangga Soemarsono saat Kepada Soemarsono, Mus o b rta 1 1ya I ·11 1 a 1 1g pcri m­
tinggal di Peneleh, Surabaya, bangan kekuatan. "Tidak usah khaw- t l i r, :-Jaya kcnal pasukan
Jawa Timur, itu mengajak bicara saya," jawab Soemarsono. Kalau b , i t u bcrtindak saja, lucuti
tentang ulah pasukan Siliwangi. pasukan itu," kata Musso lagi. Amir menimpali, "Bertindak
"Sudah, Cak, serang saja saja, sebelum mereka bertindak." Pertemuan larut malam itu
mereka. Masak sampean dari berakhir. Soemarsono pamit dan Musso merangkulnya. "Saya
Surabaya bisa dihantam-hantam begitu?" kata Soemarsono bertindak itu atas perintah Musso," ujarnya belakangan.
menirukan ucapan Sungkono. "Hadapi saja Siliwangi itu, ka- Namun peneliti sejarah dari Universitas Cornell, Ann
1111 penuhnya di belakang Madiun." Swift, meragukan klaim tersebut. Menurut dia, petinggi
Di ,· osol Sungkono, Soemarsono semakin panas. Menurut Front Demokrasi baru tahu setelah pelucutan selesai.
l l i rna wan Soetanto dalam bukunya, Rebut Kembali Madiun, Swift merujuk pada berita Madjallah Merdeka terbitan 30
Brigade 29 memiliki kekuatan sekitar lima batalion. Mantan September 1948, yang menyebut para aktivis Front yang
Panglima Daerah Militer Siliwangi ini menjelaskan, pasukan kemudian tertangkap mengaku tak tahu-menahu rencana
yang dipimpin Kolonel Dachlan tersebut sudah bersiaga Soemarsono yang disebut "agak terburu-buru" itu.
di seputar Madiun, yakni di Ponorogo, Ngawi, Magetan, Himawan Soetanto sependapat dengan Swift. Himawan
Pacitan, sampai ke lereng-lereng Gunung Wilis di Kediri. melihat petinggi Front belum menghendaki gerakan bersen­
Di lain pihak, pae.a awal September kelompok-kelom­ jata.,Buktinya, kata dia, saat Peristiwa Madiun pecah, Musso
pok di sekitar Madiun yang berpotensi menjadi lawan dan Amir justru sedang bersafari di kota-kota lain buat
Soemarsono sudah diberangus. Itu yang dialami Pesantren menggalang dukungan.
Takeran di Magetan yang enggan mendukung gerakan kiri di Himawan yang ikut operasi Siliwangi menyerang Madiun
sana. Satu per satu pemimpin pondok dijemput dan tak per­ juga menilai perhitungan Soemarsono meleset. Pasukan­
nah kembali. pasukan yang dianggap bakal memberikan dukungan malah
Madiun sendiri jadi basis massa yang solid buat gerakan berbalik menggempur Soemarsono, termasuk Kolonel
ini karena kota itu punya bengkel kereta api dan banyak pa­ Sungkono.
***
brik gula. "Mereka dapat dukungan dari buruh pabrik dan
serikat buruh kereta api," kata mantan Tentara Republik
Indonesia Pelajar di Madiun, Yusuf Musdi. PADA 17 September malam, suasana Pabrik Gula Rejoagung
Merasa di atas angin, Soemarsono pada 16 September mencekam. Nugroho yang tinggal di Asrama Rejoagung di­
berangkat meminta restu kepada Musso dan Amir Sjarifoeddin beri tahu malam itu akan terjadi sesuatu. "Kami diminta
di Kediri. Ia bercerita tentang kondisi Madiun dan kekhawa- tenang dan jangan keluar," katanya.

Ii ' idl' l l M ,1d 1 1 1 1 1 77


Lewat tengah malam terdengar letusan pistol. Tar, tar,
tar! Tiga kali tembakan di pagi buta itu menandai bergerak­
nya serdadu Brigade 29.
Soemarsono, yang mengendalikan pasukan dari Rejo­
agung, mengirim pasukan merangsek ke tiga titik di Madiun:
markas Polisi Tentara Republik Indonesia, markas Brigade
Soemarsono:
Mobil Polisi, dan basis "pasukan tengkorak" di Maospati,
daerah perbatasan dengan Magetan. "Saya putuskan menye­
Kami Tidak
rang duluan," kata Soemarsono. "Bisa repot kalau saya harus Memberontak
menghadapi tiga pasukan itu sekaligus."
Kalah dalam jumlah, lawan di markas Polisi Militer
dan "pasukan tengkorak" dengan cepat ditekuk pasukan
Socmarsono. Namun di markas polisi yang tak jauh dari
Rejoagung terjadi perlawanan sengit. Menurut Nugroho,
kontak senjata di markas polisi itu terdengar sampai asra­
manya di Rejoagung. "Suara tembakan baru berhenti sekitar KINI dia 89 tahun. Tapi ia bicara dengan tegas, jelas, sesekali
pukul empat pagi," ujarnya. meledak-ledak. Ingatannya terjaga baik, ia bercerita dengan
Nugroho bercerita, semua aktivis Badan Kongres baru runtut dan mendetail. Keriput di wajah, tubuhnya yang
berani keluar asrama saat hari sudah terang dan melihat ba­ terlihat ringkih, tak kuasa menghalanginya bicara panjang
risan panjang polisi digiring pasukan Soemarsono. "Panjang lebar tentang sejarah pergerakan Indonesia. Ia menilai telah
sekali, saya lihat ada yang belum berpakaian," ucapnya. "Se­ terjadi pemutarbalikan sejarah, dan itu tak adil baginya.
mua digiring entah ke mana." Soemarsono, mantan Ketua Badan Kongres Pemuda
Penyerangan rupanya meluas sampai ke tapal batas ko­ Republik Indonesia, juga bekas pemimpin Pemuda Sosialis
ta. Kantor polisi Gorang Gareng di perbatasan Madiun dan Indonesia (Pesindo), menganggap Peristiwa Madiun adalah
Magetan juga jadi sasaran. Sempat melawan, polisi akhirnya bagian penting dari sejarah hidupnya.
menyerah karena kehabisan peluru. Dia berperan penting mengkoordinasi gerak cepat em­
Enam jam setelah pistol menyalak di Rejoagung, Brigade pat batalion Brigade 29, pasukan ABRI yang pro-Partai
29 sukses memukul lawan-lawannya. Madiun dan sekitarnya Komunis Indonesia, pada dinihari 18 September 1948. Da­
dikuasai penuh pasukan Front Demokrasi Rakyat. lam beberapa jam, Soemarsono dan pasukannya melucuti
Menurut Soemarsono, cuma dua anak buahnya yang te­ pasukan Siliwangi, Brimob, dan polisi militer di barak-barak
was. Saat pemakaman mereka, Soemarsono berseru lantang, mereka sendiri.
" Van Madiun begint de victorie!" Dari Madiun kemenangan Sebagian besar anggota Brigade 29 memang eks anggota
dimulai. ■ Pesindo. Soemarsono bersama pasukan ini bertarung hidup-

78 0 1 o 1 1 H J K i r i l1 1do1 1(",i.i : Mu•,\O


I mati mempertahankan Surabaya dari serangan Inggris, pada apa. Dia mengaku mendapat perintah untuk menangkap
10 November 1945. "Meski bukan komandan di pasukan itu, saya. Tentu saya marah. Saya berkata padanya, tangkap saja,
pengaruh saya besar," kata Marsono, begitu dia biasa disapa, tapi apa m ungkin menangkap saya tanpa ada perlawanan.
sambil tertawa.
Ditemui dua kali pada September lalu di rumah putrinya
di Jakarta, Soemarsono, yang kini bermukim di Sydney, Aus­
tralia, menceritakan kembali apa yang terjadi di Madiun dan
sekitarnya pada akhir 1948. Ia tetap keras menolak peristiwa
itu disebut sebagai pemberontakan.
Banyak yang menyebut Peristiwa Madiun 1948
merupakan pemberontakan PKI.
Saya menolak istilah pemberontakan untuk menyebut
pcristiwa yang terjadi di Madiun itu. Kami tidak berinisiatif
unl uk teriibat dalam bentrokan. Kami hanya membela diri.
Semua berawal dari pemogokan serikat buruh dalam ne­
geri di Madiun pada awal September 1948. Mereka menuntut
kenaikan upah dan berunjuk rasa di depan di kantor wali ko­
ta. Setelah mogok sehari, tiga orang pemimpin serikat itu
hilang, diculik tentara.
Reaksi Anda?
Saya tentu bertanya.kepada komandan teritorial Tentara
Nasional Indonesia di Madiun, Letko! Sumantri. Dia meng­
aku tidak tahu siapa yang menculik. Lho kok bisa, padahal
kami mendapat informasi dari anak-anak Brigade 29 bahwa
ketiga aktivis buruh itu ditahan di markas Siliwangi. Saya
berkesimpulan, para penculik adalah tentara gelap yang ti­
dak inelapor saat masuk Madiun. Kami putuskan bergerak
untuk membebaskan pemimpin buruh yang diculik.
Apa yang kemudian terjadi?
Saya akan ditangkap. Dokter Moestopo, kawan seper­
juangan saya dari Surabaya, datang menemui saya di Pabrik
Gula Rejoagung. Dia kolonel pasukan Siliwangi. Begitu ber­
temu, dia memeluk saya dan menangis. Saya bertanya, ada

80 Or 1 1 1< i r i h id ltW i,,: Mu·,\O _ f,.J


Lalu? mengakui kemerdekaan Indonesia. Dia juga membebaskan
Setelah itu, datanglah Kepala Korps Polisi Militer Ma­ Tan Malaka. Padahal semua orang tahu Tan Malaka musuh
diun, Kapten Sunardi, ke tempat saya. Dia juga memberikan orang-orang PKI.
informasi bahwa saya akan ditangkap. Saya bertanya: soal Jadi, Anda yakin akan adanya Red Drive Proposal?
apa. "Bung dianggap melawan pemerintah," kata Sunardi. Itu jelas. Proposal itu terkait dengan proses pengakuan
Staf intelijen Pesindo menyampaikan kabar serupa. Sejak itu de jure masyarakat internasional atas Republik Indonesia.
saya lebih berhati-hati. Pemerintah Amerika Serikat meminta agar orang-orang kiri
Anda merasa diteror? di pemerintahan disingkirkan <lulu. Jika itu dilakukan, baru
Suatu hari, seseorang menembak saya di pekarangan Indonesia akan mendapat pengakuan.
rumah. Tapi tembakannya meleset, dan peluru kena pohon. Bagaimana Peristiwa Madiun bermula?
Sejak itu, saya bersiap-siap. Pasti ada yang menteror. Saya Saya yang bertindak duluan, pada dinihari 18 September.
siapkan pistol di mobil, meskipun saya pergi ke mana saja Tepat pukul dua pagi, kami melucuti pasukan Brimob, polisi
tanpa sopir. Mobil saya waktu itu Chevrolet tahun 1942. militer, dan Siliwangi. Waktu itu jatuh korban tewas lima
Suasana Madiun saat itu? orang. Tiga orang dari mereka dan dua orang Brigade 29.
Banyak informasi akan ada teror atas orang-orang kiri. Jadi tidak benar bahwa di Madiun ketika itu semua ben­
Semua resah. Apalagi di Solo sudah ada pertempuran. Kami dera Merah Putih diganti bendera merah palu-arit, dan ad.a
mendengar kabar, pasukan Brimob dan polisi militer akan ribuan muslim dimasukkan ke penjara. Setelah pelucutan
melucuti Brigade 29. Kami tidak bisa tinggal diam. pasukan, situasi Madiun biasa-biasa saja.
MengapaAnda merasa terdesak? Bukankah Mad.inn Anda tidak berencana mengganti pemcdntahan
ketika itu basis PKI?. Sukarno-Hatta?
Sebenarnya keresahan sudah dimulai saat kabinet Amir Saya hanya mau melucuti lawan, supaya mereka tidak
Sjarifoeddin jatuh. Kabinet Hatta membuat kebijakan baru, bisa menyerang kami lebih <lulu. Kami hanya membela diri.
yaitu rasionalisasi tentara. Semua laskar, yang kebanyakan Kami juga tidak punya rencana pemberontakan. Buktinya,
anggotanya PKI, akan dikeluarkan dari militer. Kami, yang pada pagi harinya kami kirim telegram ke Yogyakarta, mela­
tidak pernah bersekolah formal, tidak akan pernah menjadi porkan situasi di Madiun.
perwira. Pendidikan tentara Divisi Senopati, misalnya, pa­ Siapa yang mengirim telegram?
ling tinggi ongko loro (kelas di1a SD). Kami semua akan di­ Supardi, Wakil Wali Kota Madiun. Semula saya minta ko­
ganti dengan tentara sekolahan. Siliwangi yang akan paling mandan teritorial, Letkol Sumantri, yang melapor. Dia tidak
diuntungkan. berani. Residen Madiun, Samadikun, tidak ada di tempat.
Anda menuding Hatta ikut melakukan provokasi Wali Kota Madiun juga tidak berani. Ya sudah, saya tunjuk
sampai terjadi Peristiwa Madiun? Supardi. Saya bilang, kamu sebagai wakil wali kota lapor
Hatta jelas melakukan provokasi. Dia yakin, jika masih saja, minta instruksi dari pemerintah Hatta di Yogya, apa
ada orang PKI di aparatur pemerintah, Barat tidak akan yang harus dilakukan.
Di mana Musso saat itu?
la sedang melakukan tur ke daerah-daerah. Sebelumnya,
dia sempat mampir ke Madiun. Sebelum memutuskan ber­
gerak, saya sudah menemui Musso dan Amir Sjarifoeddin
di Kediri, di sebuah penginapan. Jadi saya bertindak atas
perintah Musso.
Kalan bukan pemberontakan, mengapa ada pro­
klamasi pemerintahan Front Nasional?
Itu bukan proklamasi pemerintahan barn. Kami hanya
bersiap-siap, karena ada informasi bahwa kami akan di­
serang. Saat itu semua wakil partai juga diajak berembuk
bersama di Balai Kota Madiun. Namun, setelah Sukarno ber­
pidato di radio menuduh kami berontak, situasinya berubah.
Pak Musso marah sekali. Pidato balasannya itu tanpa teks.
(Rosihan Anwar dalam sebuah tulisan pernah menuliskan
keadaan ini. "Malam tanggal 19 September 1948 Presiden
Sukarno bicara di depan RRI Yogya dan meminta rakyat
memilih antara Muso-PKI dengan Sukarno-Hatta. Dalam esia Merdeka-ata u ikut S u ka rno-Hatta;' kata
waktu dua jam Muso tampil di depan radio Madiun dan a beberapa jam setelah pelucutan senjata.
mengatakan 'rakyat seharusnya menjawab kembali bahwa tidak menginginkan anggota pasukan d i
Sukarno-Hatta adalah budak-budak Jepang, dan Amerika eharto, yang dianggap netral, di-
dan kaum pengkhianat hams mati'." Red.)
Apa yang Anda lakukan setelah Peristiwa Madiun?
Saya disalahkan oleh pemimpin PKI yang barn di bawah
D.N. Aidit. Saya di-black out oleh partai. Semua peran saya
dihapus. Saya diminta tidak disiarkan sebagai orang yang
terlibat peristiwa Surabaya 10 November, misalnya. Saya di­
minta menyingkir karena partai mau membangun kembali
basisnya. Saya lalu pergi ke Pematang Siantar, Sumatera
Utara, dan menjadi guru di sana. Tapi, begitu pecah peristiwa
1965, saya ditangkap lagi oleh Orde Barn. ■

84 Or , 11 1q K i , , lr 1do1wsir1: M l l ','>O Scwh,11 l o di M.rdilm 85


M adi u p
yang ditingga li Soe m a rsonc>, Sae. arto be !") u mpa 0
itu m e ng e nakan ke m eja pytih, celan a panjang hitam;" dan kopiah. M e re ka
deng.� n M us�.o yang.:;.s u da# ;. satUt §etenga; 2 b u l�,e tiba �i l nd; qnesia:t�flama
1
ke m' Gdian b�roinq�1pg-bi g. Si�hartq1Ir:nena�xakan ; �epa u ssg;; k�n a R!l.
- ,., ,
\ :·:>;::::: . ,.
- <,i
)/ ,:
- '>
· , ,. - -
. .. /,'.\.,
;. '. ,,, : · , . ,, . ,,, :, ; � ;;,,, ,n --·
> -:}{V :'
' ;;1- - - -, ,, -, '''' ""0< ·· -:

lebih dari 20 ta h u n, sete lah pembe rontakan PKI pada 1 926 g a gal, M u sso p e me rintah dan Frci�t De mokrasi Rakyat' �a l ah i�ut be rs�te r u .
' li i,-\,J�·"'tingg a, I cli. lua, flr1 e g e r1+ BarU �a, Ji it u l a � So e ha, rto be r{e m u ;: J\:l�SSOP T;@koh kirn u nis
- , -,, ·- " , -, ,-= "' -,-,-, ·· · - <'- -,�··· ;" · - - - - ·-· · - - -,;:;; �,:,
,
pak{h tida�i se bai�.�ya kit�•; tingg.�lkan, �,� rm u $�i6an d, �i'. b�rs.�� u
· · ; :• · ·ti�'
· -- ,; ii? ,
- r- , · ·\\

law Bela � ?
�.�. ; ,a ill;: . . t . 'ft . . <:W Say
4' Bagi ;saya pu'n d e rrtikian, >�Ung Hqrto.
)lif . ii > ·••
a j uga,' d a taf)g, ke mbali ke

Indonesia, u nt u k mempertahanka n ke m e rd e kaan. Tapi rupanya S u karno dan


Hatti tidak s,�nang kepada s aya, h'i' �nc u rigai s ayaf
j

+ Ke n a pa tidak di a dakan p e mbicaraan?


:1 sar u sa]a bettem u, tapi tidak'ada ke�epc1katln.
t �pakah bole �/saya sa :npaika � ke pa a B u n� �a rno d a n Bung Hatta

se be ri. a rnya Pak M u sso masih me nginginka n per%t u an?
)

- Ya, to l ong sampaikan. Tapi ter u s terang, .• . . Bung. . Harto, kala u saya �kan di-
hani' i rkan, ��ya akan m e l��an.
M enurut penuturan Soemarsono, yang kini tinggal di Sydney, Austra l ia, s e ­

u sai pertemuan te rseb u t, 'dia m e minta Soeharto m e mbuat surat pernyataan

ba h�a sit� a iii Madj�n ama <da n t�� ada sinya l -sinya l pemberontakan . " Mas saja

yang buat, ��ya tid�k te rbi�sa :' kai; Soe ma rsono mengutip ja waban Soeharto
Soemarsonb m e minta Soeharto menyampaikan surat itu ke Presiden
t )t/ , <c1\;)f/::i t\/t,
· }AW?-':' " ,/Jf:fs ::tF-�
S u karno dan p e rdana mente ri Hatta .
">_,:

�anta. Q ( .fe rd a 1a . Me �}�ri Am\[ Sja� eddi�,i;�ang �•.�9.a h .:. ��fgai�1g d e ­


t
nga�' Pa rtai, ;om u ;is lndo� esia j u�� m e�i�ipka� ��p u cuk s�rat''int u k �resid e n
S u kit�o. A1jfl kata Joe lrJa.[�.o nq, mingir[�• r u rat. ��i.!;>a�/ ��ng b�(jsi petmintaa1;1��;
a gar � u ng �;rno t�·r u n tangan me�dam�ikan ked�a b e l;h pihak. .
·· �a lam q'i: obiogr�finyar: ?oe h�I,�.9 me 2gataka.�; mt?ni:a mpa .i �an se �tHa
nyat �n M u so ke pada Panglima Su�ir a� ya n ketika j�u s udah sa kit ke r�s.
; � � :,
'Pa .�;: nirma�·,: ya ng\m e nyampaikq;� hasil// J?e rterp�an d,pg a n sso B u ng :t:i:
.
Karna dan B'u ng Hatta;' kata Soe ha.rto. M emang ta k ada data sejara h me nyata­
kan Jpakah besan � u sso it u s a mpai ke Sykarno clan H ai�a. Ya l)�. pa sti;;t)e rang
sa u dara itu tak terceg a h l a gi. Da n

86 Or,ll 1< Kir i l1 ulo1 1esi,1: M11w> So<'li,ll 1 0 di M.id i 1 1 1 1 87


Reaksi Keras

Sapu Bersih
dalam Semalam
Peristiwa Madi u n meletus, tokoh PKI d i Yogyaka rta
d ita ngka p. Operasi pen u m pasan ha nya dalam
semalam.

KABAR itu tiba di Yogyakarta menjelang petang pada 18


September 1948. Isinya gawat: Partai Komunis Indonesia, di­
pimpin Musso, melancarkan aksi pemberontakan di Madiun,
Jawa Timur. Menjelang magrib, Menteri Pendidikan dan Ke­
budayaan Ali Sastroamidjojo dan Residen Surakarta Sudiro
menemui Kepala Staf Operatif Markas Besar Angkatan Pe­
rang Republik Indonesia· Kolonel Abdul Haris Nasution di
rumahnya. "Presiden memanggil saya," kata Nasution, se­
perti dalam bukunya Memenuhi Panggilan Tugas.
Nasution kemudian menemui Presiden Sukarno di Ge­
dung Agung-sebutan Istana Kepresidenan Yogyakarta, yang
terletak di pusat kota. Presiden didampingi Menteri Koor­
dinator Keamanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Ketika
itu Panglima Besar Jenderal Sudirman masih berada di
Magelang. Menurut Nasution, Presiden memintanya mem­
buat konsep tindakan yang akan diberlakukan sebagai kepu­
tusan presiden.
,,, -� -.�;: ' , · :1k:,�
,:' ·:,:,:;/::: ; ,::,_.,� .
#i�-
� ,.,
/411tlo
,,, ,?, ,,• '
J'?

Kolonel Nasution kemudian menyodorkan rencana aksi


,a ,,..
,/
militer kepada Sukarno. "Nasution menyatakan Peristiwa
Madiun sebagai pemberontakan dan harus dilawan," kata
Harry A. Poeze dalam suatu wawancara dengan Tempo.
Nasution sendiri dalam bukunya menyatakan, "Sebagai se­
orang yang telah berbulan-bulan langsung berhadapan de­
ngan PKI, baik sebagai pejabat maupun pribadi, saya dapat
konsepsikan dengan segera rencana pokok untuk menindak
PKI."
Isi rancangan keputusan presiden itu adalah perin­
tah kepada Angkatan Perang Republik Indonesia untuk
menyelamatkan pemerintah dalam menindak pemberon­
takan, dan menangkap tokoh-tokohnya, serta membubarkan
organisasi-organisasi pendukungnya atau simpatisannya.
Nasution cemas, Front Demokrasi Rakyat, sayap oposisi
kelompok kiri yang dipimpin Amir Sjarifoeddin dan Musso,
melancarkan aksi serupa di Yogyakarta. Apalagi, satu hari de Indonesische Revolutie, 1945-1949. Dalam bab De PKI TNI
menggeledah
sebelumnya, terjadi kontak senjata antara batalion Siliwangi in actie, opstand of affaire?, Poeze melukiskan, sidang ka­ bengkel
dan pasukan Front Demokrasi di Solo. binet cuma butuh beberapa menit buat merestui rencana sepatu yang
dianggap
Sukarno menyetuju( rencana aksi Nasution. Presiden Nasution. Sudirman mendapat wewenang melaksanakan markas PKI di
kemudian memerintahkan Jaksa Agung Tirtawinata memper­ keputusan tadi. Yogyakarta,
1948 (atas).
baiki kalimat dari segi hukum. Tapi Nasution mesti menunggu Atas dukungan itu, Nasution melaporkan persiapan ope­
persetujuan sidang kabinet, yang baru digelar menjelang te­ rasi kepada Sudirman. Panglima Besar menyetujuinya. la
ngah malam. Sebelum sidang dimulai, Panglima Besar Jen­ meminta Nasution dan Letnan Kolonel Soeharto, Komandan
deral Sudirman datang. Nasution menceritakan dalam buku­ Brigade X, melaporkan perkembangan keesokan paginya.
nya, Sekretaris Negara Pringgodigdo membacakan konsep Lewat tengah malam, Nasution bergerak. Kekuatan bersen­
keputusan presiden tersebut. Hanya Menteri Luar Negeri jata Front Demokrasi Rakyat di Yogyakarta dilucuti. Tokoh
H Agus Salim yang berbicara. "Kalau sudah begini, tentulah yang menghadiri konferensi Serikat Buruh Kereta Api di­
jadi tugas tentara," tulis Nasution, mengutip Agus Salim. tahan. Hampir 200 simpatisan serta tokoh PKI ditangkap.
Menurut Poeze, semua yang hadir di sidang kabinet Di antaranya Aliniin, Djoko Sudjono, Abdoelmadjid, Tan
sepakat menyimpulkan Peristiwa Madiun sebagai pemberon­ Ling Djie, Sakirman, dan Siauw Giok Tjan.
takan. Tragedi Madiun tercuplik dalam buku Poeze ber:judu) Semua pers yang berafiliasi ke Front Demokrasi Rakyat,
Verguisd en Vergeten, Tan Mala.ka, de linkse beweging 11 seperti Blln1h, R uol11sioner uara Ibu Kata, Patriot, dan
Bintang Merah, dilarang terbit. Percetakannya disegel. War­ Tuduhan itu dinilai Gonda tidak
tawannya ditangkap. Poster dan spanduk Front Demokrasi masuk akal. "Kalau akan diadakan
dibersihkan. Sebagai gantinya, ditempel plakat yang ber­ pemberontakan, kenapa pengurus
bunyi: "Kita hanya mengakui pemerintah Sukarno-Hatta." Serikat Buruh Kereta Api Madiun
Menjelang fajar, operasi itu kelar. datang ke Yogyakarta?" katanya. Di
Nasution melaporkan hasilnya kepada Sudirman. Ke­ kota itu, Serikat Buruh Kereta Api
esokan harinya digelar sidang Dewan Siasat Militer. Panglima tengah menyelenggarakan konfe­
Besar Sudirman lalu mengambil keputusan. Dia mengangkat rensi membahas "Jalan Barn untuk
Kolonel Sungkono sebagai Panglima Pertahanan Jawa Timur. Republik Indonesia". Delegasi Serikat
Ia mengirim Brigade II Siliwangi, di bawah pimpinan Letnan Buruh dari berbagai daerah datang ke
Kolonel Sadikin, guna merebut kembali Madiun. Sedangkan sana.
Letnan Kolonel Koesno Oetomo memimpin Brigade I Menurut Gonda, penangkapan
Siliwangi buat merebut Purwodadi, Elora, Pati, dan Kudus. itu cuma akal-akalan pemerintahan
Malam harinya, keputusan itu disiarkan Sudirman lewat Hatta, yang ketika itu menempati posisi wakil presiden, per­ Kolonel
A.H. Nasution
Radio Republik Indonesia di Yogyakarta. dana menteri, sekaligus menteri p rtaban::t n. "M 'rcka sud::ih
Di mata Poeze, penangkapan itu bukti bahwa gerakan lama mempersiapkan penan kap::i.n," kat:111 :1. I < ·ln11 1 pok
di Madiun tidak dipersiapkan dengan matang. "Tidak ada kiri menuduh penangkapan di]akukan buat 111(-r\'l ,i i l H i 1 1 1 p: 1 1 i
petunjuk agar tokoh PKI di Yogyakarta pergi meninggalkan Amerika Serikat, agar negara itu menekun B la11d:1 1 1 H· 1 1 g: 1 k 1 i l
kota itu," katanya. Para tokoh yang ditangkap itu juga kedaulatan Indonesia. ■
mengaku tidak tahu-me1:,1ahu ihwal aksi di Madiun. "Saya
tidak tahu apa yang dituduh)rnn kepada kami," kata Gondo­
pratomo, sekretaris pertama Serikat Buruh Kereta Api, se­
perti dikutip dalam makalahnya berjudul "Kejadian-kejadian
Penting Menjelang Peristiwa Madiun dan Jatuhnya Republik
Indonesia ke Dalam Jebakan Neokolim".
- Makalah tadi disampaikan Gonda dalam sarasehan Pe­
ristiwa Madiun 1948 di Amsterdam, Belanda, delapan ta­
hun lalu. Gonda mengaku ditangkap pada 18 September
pagi, sebelum sidang kabinet digelar. "Pukul dua pagi kami
ditangkap, lalu dibawa ke Benteng Vredenburg," katanya.
Paginya, ia dibawa ke gedung Normaal School. Dua hari
kemudian, ia baru tahu bahwa ia dikenai tuduhan hendak
mendirikan Negara Soviet di Madiun.

Q2 93
Front Nasiom1I

Proklamasi Dini
di Madiun
M usso melantik g ubern u r m i l iter. PKI menolak
tudingan melakukan pemberontakan.

"Madiun sudah bangkit


Revolusi sudah dikobarkan
Kaum buruh sudah melucuti polisi dan tentara Republik
Pemerintahan buruh dan tani yang baru sudah dibentuk"

Dua hari sebelum peristiwa itu, Soemarsono bertemu Tentara


MELALUI Radio Gelora Pemuda dan Radio Republik In­
Nasional
donesia, pidato Ketua Badan Kongres Pemuda Republik dengan Musso dan Amir Sjarifoeddin di Kediri untuk mela­ Indonesia
Indonesia Soemarsono memecah keheningan pagi di Kata porkan kondisi Madiun yang semakin genting. Mendapat la­ melakukan
pemeriksaan
Madiun, Jawa Timur, pada 18 September 1948. Suasana poran itu, Musso dan Amir kompak menjawab, "Bertindak! di perbatasan
mencekam merasuk hingga ke sudut-sudut kota. Pasukan Lucuti saja pasukan yang menculik itu." Madiun,
September
Soemarsono menguasai semua gedung vital dan kantor pe­ Menjelang siang, Madiun bergerak pulih. Seluruh kota 1948.
merintahan. Mereka melucuti tentara dan polisi. telah berada dalam penguasaan pemuda PKI. Keadaan ini,
Soemarsono menyatakan gerakan itu upaya membela kata Soemarsono, hams dilaporkan ke pemerintah pusat di
diri. Maraknya penculikan terhadap tokoh Partai Komunis Yogyakarta. Namun tak satu pun pejabat Madiun yang berani
Indonesia di Yogyakarta dan Solo telah menjalar ke Madiun. melaporkan. Terjadi perdebatan sengit di antara petinggi
"Apalagi ketika itu berkeliaran pasukan gelap dengan lencana militer PKI. "Semua saling lempar," kata Soemarsono.
tengkorak," katanya dalam perbincangan dengan Tempo, Samadikun, penguasa sipil tertinggi di Madiun, sedang ke
Oktober 2010. luar kota dan wakilnya, Sidarto, terbaring sakit.

Q4 ()t..l l lf1 l< u 1 l 1 u fru u 1 i . 1 · f\. A 1 H.t,.f\ 95


Presiden Sukarno Komandan Teritorial Madiun Letnan Kolonel Sumantri
di Yogyakarta. juga menolak. Dia malah meminta Soemarsono yang mengi­
rimkan laporan ke Yogyakarta. "Saya bukan orang peme­
rintah," Soemarsono menolak. Akhirnya diputuskan memin­
ta Wali Kota Madiun, Purbo, mengiriml<an laporan kepada
Perdana Menteri Mohammad Hatta. Namun Purbo juga
sedang terbaring sakit.
Lalu muncullah Supardi, wakil wali kota yang baru saja
diangkat. Dia mengatakan sanggup mengirimkan laporan itu.
"Asalkan dengan persetujuan komandan teritorial," katanya,
seperti diceritakan Soemarsono. Semua sepakat, termasuk
para bupati yang telah menyatakan mendukung PKI.
Hari itu juga Supardi mengirim telegram ke Yogyakarta,
menjelaskan pelucutan senjata batalion Siliwangi dan
Mobrig oleh Brigade 29. Supardi juga menyarnpail<an keada­
an Madiun aman terkendali. "Berhubun · l p rgian k pa l;1
daerah, untuk sementara pimpinan pem r i n t: a l i a 1 1 d:1cr: t l 1
kami pegang. Minta instruksi lebih lanjut." D m i kian l:1por­
an Supardi, yang menyebut dirinya wakil Pemerintaha n .I{ •­
publik Indonesia Daerah Madiun.
Hingga menjelang petang, tak ada balasan dari Yogya.
Esoknya, menjelang malam, "jawaban" itu akhirnya da­
tang juga. Tidak lewat telegram, tapi melalui gelombang
Radio Republik Indonesia di Yogyakarta. Dengan berapi-api
Presiden Sukarno menyampaikan pidato menanggapi peris­
tiwa di Madiun.
Sukarno mengatakan telah terjadi upaya kup oleh PKI
di Madiun. Dia memberikan dua pilihan kepada rakyat: ikut
Musso dengan PKI atau ikut Sukarno-Hatta. "Negara kita
mau dihancurkan. Mari basmi bersama pengacau-pengacau
itu," Sukarno berseru.
Hanya berselang tiga jam, melalui Radio Gelora Pemuda,
Musso membalas pidato Sukarno. Musso menyatakan
Sukarno-Hatta hendak menjual Bertahun-tahun kemudian, para tokoh PKI berkukuh
Indonesia kepada imperialis menolak dituding melakukan pemberontakan di Madiun.
Amerika. " Oleh karena itu, "Alangkah mencari-carinya orang yang menuduh PKI mero­
rakyat Madiun dan juga daerah­ bohkan Republik Indonesia," kata D.N. Aidit dalam pembe­
daerah lain akan melepaskan laannya berjudul Menggugat Peristiwa Madiun, yang dibaca­
diri dari budak-budak imperialis kan di Sidang Dewan Perwakilan Rakyat, 11 Februari 1957.
itu," katanya. Bantahan serupa datang dari Soemarsono. Menurut
Musso bersama petinggi dia, kalau memberontak, PKI pasti sudah melakukan penye­
Front Demokrasi Rakyat meng­ rangan. "Ini tidak," katanya.
umumkan terbentuknya Front
***
Soemarsono, Nasional Daerah Madiun. Para pejabat pemerintah, dari
2009. bupati sampai lurah yang propemerintah, digantikan kader
PKI. SITUASI Madiun-Yogyakarta terus memanas. Pada akhir
Musso kemudian melantik Soemarsono sebagai gubernur September 1948, lewat Radio Gelora Pemuda, PKI memban­
militer dan Kolonel Djoko Soedjono menjadi komandan tah tudingan Hatta. Lewat Supardi, PKI meminta upaya per­
pasukan PKI. Alasannya, pemerintahan baru ini dibentuk damaian dengan pemerintah Sukarno-Hatta. " Kar na p ·mc­
untuk melawan kekuatan militer. Adapun Supardi, karena di­ rintahan lokal di Madiun merupakan bagian dari Rep11hl i k
nilai berani melapor ke pemerintah pusat, diangkat menjadi Indonesia," kata Supardi, seperti dikutip da l a m 1 >11 lrn
residen. Himawan Soetanto yang berjudul Rebut Kembali Madiu11.
*** Abdoel Moetholib, yang belakangan menggantikan
Supardi, melakukan langkah yang sama. Dia mengumumkan
FRONT Nasional Daerah Madiun menguasai lima kabupaten: daerah-daerah yang sebelumnya diduduki PKI telah kembali
Magetan, Madiun, Ponorogo, Ngawi, dan Pacitan. Hari itu dilepaskan. Agar lebih meyakinkan, Moetholib melakukan
bupati diganti dengan kader PKI. Wilayahnya semakin luas penggantian bupati di Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo,
dengan bergabungnya Wonogiri dan Sukoharjo. dan Pacitan.
Hatta mengecam tindakan Musso. Dalam pidatonya di Upaya itu sia-sia. Sukarno telanjur menunjuk Panglima
depan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat pada Besar Jenderal Sudirman untuk mengambil langkah tegas
20 September 1949, dia mengatakan gerakan PKI itu sebagai guna merebut kembali Madiun. Sepuluh batalion tentara pe­
upaya merobohkan pemerintahan Republik Indonesia de­ merintah menyerbu Madiun.
ngan kudeta. "Kemudian mendirikan pemerintahan Soviet," Kota yang dikelilingi pegunungan itu dikepung dari ber­
katanya. Sejarawan Harry A. Poeze memberikan penilaian bagai penjuru. Petinggi PKI terdesak. Pada 28 September,
yang sama. "Itu upaya mereka menjadikan Musso sebagai Musso, Amir Sjarifoeddin, dan Soemarsono hengkang me­
presiden," katanya. ninggalkan Madiun. "Kami terjepit," kata Soemarsono. ■

g
98 J_ .Jl lil K 1 r1 ludon • 1,1· M u�!.o
A�jl ir ted a� qiJl! ;S f!19Jit e:::,:- :,,.,. :pt: : ,,,, ..
=
· i' - /:, r . · - - " ' :' '-\/;:< ',-C··
· :

asf, pE;1nu asan PKI


ii:'-: :·;;::,:;<

epubli l< d i d unia Barat. D segera terasa: Amerika Serikat


menekarr pemerinta '' ' la enga�u· aut�tan Indonesia.
4 w
Setahun kemudian, 2 Deseniber 1 949, Beland.a menyefah.

Tapi kisah PKI bel um usai. Setelah Musso muncul trio pemi mpin baru
pi1rt;1i 1 1 H'r,1h: /\idit, I ukman, dan Njoto.
Longmarch
ditemukan tentara pada 26 November. "Dalam pernyataan
pertamanya, Amir mengatakan akan kembali ke Solo dan
Yogya dengan menyamar sebagai pedagang," kata Harry A.

Lunglai Poeze, dalam bukunya, PKI Bergerak: Pemberontakan atau


Peristiwa?.

di Rawa Klambu Dua hari sebelum Amir ditangkap, tentara melancarkan


operasi pembersihan di rawa Godong, dekat Nawangan,
Purwodadi, Jawa Tengah. Pasukan Kala Hitam, yang dipim­
Perja lanan tentara merah menyingkir dari Madiun. pin Kemal Idris, menurunkan Seksi I Siradz dan Seksi III
Dua bulan menembus h utan dan rawa d i a ntara Sarmada. Ketika berpatroli, tentara menemukan beberapa
desing pel uru. Berakhir dengan eksekusi orang di semak. Sewaktu dipanggil, mereka berpura-pura
mati di Ngalihan. mati. Tentara mengancam akan menembak sehingga semua
mengangkat tangan.
Mereka mengaku dari desa dan menjadi tawanan PKI. Pa­
sukan Kala Hitam tak percaya pengakuan itu, soalnya mereka
RAMBUT gondrong, jenggot berjuntai tak terurus. Mukanya memiliki pistol. Komandan Peleton Suratman, seperti ditulis
pucat seperti kehilangan darah. Berhari-hari di rawa dengan Tempo pada 1976, melihat mereka putus asa, kelelahan, dan
bekal minim membuat Amir Sjarifoeddin lunglai dan ter­ kelaparan. Bagaimanapun, mereka seperti orang kota yang
serang disentri. Bersama rombongannya, dia sulit keluar tak terbiasa berkeliaran di hutan dan rawa. "Pertempuran
dari rawa di hutan Klambu, Grobogan, Jawa Tengah, yang di hutan berawa-rawa itu sulit sekali. Pandangan terhalang
terkenal angker. Mereka dikepung tentara yang menyeru su­ oleh pepohonan," kata Suratman.
paya Amir menyerah. Amir menjawab hanya akan berpasrah Setelah dibawa ke pos terdekat, baru diketahui bahwa
kepada Pasukan Divisi Panembahan Senopati. orang yang mengaku penduduk desa itu pentolan Front
Permintaan Amir dipenuhi. Pasukan Senopati menjem­ Demokrasi Rakyat/PK!, yakni Djoko Soedjono, Maroeto
put. Amir berjalan terpincang. Bekas perdana menteri itu Daroesman, dan Sardjono. Dalam pemeriksaan, Djoko
hanya memakai piyama, sarung, dan tak bersepatu. Kaca­ Soedjono mengatakan Amir berada beberapa ratus meter
mat�nya masih bagus. Pipa cangklong, yang biasanya tak dari tempat dia. Tujuan mereka bukan menyeberang ke
pernah terpisahkan dengannya, absen. Siang itu, 29 No­ daerah pendudukan Belanda, melainkan bergabung dengan
vember 1948, akhir pengembaraan Amir yang diburu TNI pasukan PKI yang dikira masih aktif.
karena peristiwa Madiun. Pengembaraan Amir dan pentolan PKI lainnya di rawa­
Amir menyerah bersama tokoh PKI Soeripno, serta rawa mulai dilakukan setelah Madiun direbut tentara.
empat pengawal. Kuda Amir sebelumnya sudah tertinggal, Musso, Amir, dan pucuk pimpinan yang lain buru-buru
dan anjing kesayangannya, Sora (serin dipanggil Zero), mengundurkan diri ke Dungus dan Ngebel, Ponorogo. Me-

Ul2
merah aktif? Dimyati menulis: "Masih mendjadi soal gelap
jang tidak mudah diterangkan."
Musso dikawal beberapa orang yang bertualang ke se­
latan dan terdampar di pegunungan sekitar Ponorogo. Dia
tewas dalam penyergapan pada 31 Oktober 1948. Sedangkan
induk pasukan Amir meneruskan perjalanan. Mereka me­
nyusuri jalan_menuju Tegalombo ke Pacitan. Pasukan Amir
Amir Sjarifoeddin bertemu dan bergabung dengan pasukan Ahmad Jadau di
dipertontonkan
kepada rakyat di Purwantoro.
Yogyakarta setelah Atas saran Jadau, mereka bergerak ke utara. Iring-iring­
tertangkap.
DOK.HARRY A. POEZE
an lebih dari 2.000 orang itu dikawal Pesindo di depan;
belakang, lambung kiri dan kanan. Poeze mengatakan rom­
reka dikawal pasukan tentara merah dan ribuan Pemuda bongan itu meliputi pengikut PKI bersenjata, kader, dan
Sosialis Indonesia bersenjata lengkap berikut kaum ibu dan keluarga. Ada juga orang desa yang dipaksa ikut sehingga
anak-anak. jumlahnya membengkak terus dalam setiap perjalanan.
Mereka membawa berjuta ORI (Oeang Republik Indo­ Tentara mengepung PKI di segitiga Ponorogo-Pacitan­
nesia), berkarung beras, mesin tulis, mobil, amunisi, kam­ Wonogiri, tapi sama sekali bukan pagar betis kuat. Pasukan
bing, ayam, bendi, kuda. Sebagian perbekalan itu berceceran TNI tak bisa menutup semua akses sehingga tentara merah
di jalan. Dokumen tertulis saja yang tak pernah tertinggal. berhasil lari ke utara. Tapi long march menggerus sebagian ke­
Mereka berjalan kaki, sebagian berkuda. Dalam buku Re­ kuatan PKI. Dalam pertempuran di Purwantoro, PKI kehilang­
volusi Agustus, Soemarsono bercerita semua perbekalan an tim Abdoel Moetolib yang terpisah dari pasukan induk.
itu akan dipakai untuk persiapan setelah masuk wilayah Pasukan Amir sampai di Wirosari dan masih memiliki
kekuasaan Belanda. 800 personel bersenjata dan seribu anggota keluarga. Bekas
Sampai di Balong, Ponorogo, Musso berselisih dengan Panglima Siliwangi, Himawan Soetanto, mengatakan pa­
Amir. Surat kabar Sin Po menggambarkan konflik kedua pe­ sukan Amir menuju ke daerah Belanda karena ada kemung­
mimpin itu karena perebutan kekuasaan di Madiun. Sumber kinan selamat dan terus hidup dibanding berada di daerah
lain menyebutkan Musso dan Amir berbeda pendapat ten­ Republik.
tang basis penyerangan baru sesudah Madiun jatuh. Musso Dua bulan pasukan PKI melakukan long march. Rom­
menghendaki ke selatan, sedangkan Amir ke utara. bongan akhirnya sampai di daerah rawa di hutan Klambu,
Muhammad Dimyati, dalam bukunya, Sedjarah Perd­ Grobogan, sekitar 50 kilometer dari Madiun. Kekuatan me­
juangan Indonesia, melontarkan pertanyaan yang belum reka tinggal sekitar lima ratus orang karena serangan tentara
terjawab. Mengapa Musso seorang diri? Mengapa ia tak men­ Indonesia.
dapat pengawalan bersenjata, padahal ada ribuan prajurit Dalam serangan 26-29 November di kawasan Klambu,

1 04 O r c 1nq K i ri lndonp,i, 1 : M , ,,;.,o I Of l(J l1 l , 1 1 ( I i 1 05


sekitar 1.200 tcntara PK! u 1 '11y -ra hkan cliri, t ·nnasuk A r n i r D.N. Aidi t, seperti dikutip Lembaga Sedjarah PKI, melu­
dan pemimpin lainnya yang menanti eksekusi. Gubernur Mi­ kiskan peristiwa di Ngalihan pada 1953. Larut malam di
liter Madiun PKI Soemarsono selamat karena berhasil rna­ Ngalihan. Sekitar dua puluh orang sibuk menggali kuburan.
suk ke daerah pendudukan Belanda yang digariskan dalam Kepada Amir diperlihatkan surat perintah Gubernur Militer
Perjanjian Renville. Kolonel Gatot Subroto mengenai eksekusi pemimpin PKI itu.
*** Amir dan kawannya bercakap dengan tentara. Soeripno
KABAR kedatangan mereka ditunggu ribuan warga Yog­ sempat menulis surat untuk istrinya. Mereka lalu menyanyikan
yakarta. Amir, Soeripno, dan Harjono dibawa ke Yogyakarta Indonesia Raya dan Internasionale. "Setelah selesai bernjanji
dengan kereta api pada 5 Desember 1948. Dalam Orang­ Bung Amir menjerukan: 'bersatulah kaum buruh seluruh
orang di Persimpangan Kiri Jalan, Soe Hoek Gie menuli dunia! Aku mati untukmu! "' Amir ditembak lebih <lulu.
kereta sengaja dikosongkan untuk keperluan itu. Wartawan Isu eksekusi Amir beredar beberapa hari kemudian di
Antara mewawancarai mereka di kereta. Amir diam sambil Jakarta. Namun pemerintah menolak memberikan pembe­
membaca Romeo and Juliet karya William Shakespeare. Dua naran. Penjara Amir kosong, tapi keberadaannya tak ter­
lainnya mengatakan pasrah sejak meninggalkan Madiun. lacak. Wartawan Rosihan Anwar mengatakan, sejumlah
Amir dan kawan-kawan ditahan berdasarkan aturan media, termasuk Pedoman, luput memberitakan peristiwa
yang menetapkan bahwa gubernur militer berwenang men­ malam berdarah di Ngalihan.
jebloskan tahanan politik atau militer ke penjara. Ada 560 Pada Januari 1949, Sin Po menulis bahwa Amir dan
tahanan yang diatur dengan tata cara dan disiplin militer Maroeto dihukum mati. Wawancara Sin Po dengan Ketua
di Yogyakarta. Tahanan dibagi ke dalam tiga kategori, yakni Mahkamah Militer Tinggi Koesoemaatmadja menyebutkan
mereka yang sekadar ikut-ikutan, terlibat langsung, dan para pemimpin PKI dibawa ke Solo dan diserahkan ke Gubernur
pemimpin. Militer Gatot Subroto ketika penyerangan Belanda.
Pada 19 Desember i948, Belanda menyerbu pedalaman Sesudah penyerahan kedaulatan pada 1950, peristiwa
Republik atau dikenal dengan Agresi Militer IL Tentara In­ eksekusi itu mencuat lagi. Istri Harjono dan Djoko Soedjono
donesia hams siap perang gerilya karena sulit menandingi menerima kabar bahwa suami mereka dieksekusi pada 19
kekuatan Belanda. Sejumlah tahanan dibebaskan dan diper­ Desember 1948. Pada 15-18 November 1950, kuburan digali
senjatai. Pembebasan itu berlanjut sampai Januari 1949. dan jenazah diidentifikasi. Pemakaman kembali pada 19
Sekitar 35 ribu tahanan politik dibebaskan untuk menangkis November disaksikan sepuluh ribu pengunjung.
Belanda. Di Ngalihan, makam tak bernisan itu kini tak terawat.
Pembebasan itu tak berlaku bagi Amir dan sepuluh Penduduk setempat hanya mengenalnya sebagai kuburan
orang lainnya yang dibawa ke Desa Ngalihan, sebelah timur PKI. Ngalihan menjadi semacam penutup episode Madiun
Solo. Mereka adalah Amir, Soeripno, Maroeto, Sardjono, Oei yang menelan korban ribuan orang. Aidit menyebutkan, ope­
Gee Hwat, Harjono, Djoko Soedjono, Sukarno, Katamhadi, rasi tentara dalam Peristiwa Madiun menyebabkan sepuluh
Ronomarsono, dan D. Mangkoe. ribu buruh dan tani tewas. ■
Keluarga Musso Militer, adalah oditur berpangkat kapten Angkatan Darat di
Hakim Militer Jakarta. Jabatan penting terakhir yang dipe­
gangnya adalah Kepala Rumah Penjara Tentara di Cimahi
pada 1952.

Tiga Dilepas "Orangnya pintar tapi lurus banget, kayak si Kabayan,"


kata Uchi Kowati, keponakan Sukarti, tentang pamannya. Ka­
demi Revolusi rena sifatnya yang lempeng dan dermawan itu, Uchi awalnya
tak percaya Al-Gadri adalah putra Musso. Apalagi tantenya
berkata, "Halah, anak Musso kok kayak begitu."
Putranya d i Indonesia dititipkan ke petani saat Saat membangun rumah, Al-Gadri sering mempersilakan
Musso jadi buron Helanda. Di Rusia, putrinya tukang batunya bekerja setengah hari. Apalagi saat dia lihat
menjadi aktivis Gerakan Buruh l nternasional. Mereka para pekerja sudah letih. Tinggal Sukarti yang geleng-geleng
bangga menjadi anak Musso. kepala.
Lain waktu, Al-Gadri yang justru marah kepada istrinya.
Baginya, ilmu harus dibagi. Memberikan les sama dengan
RUMAH tingkat dua di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, menjual ilmu kepada orang lain. Sukarti memberikan les
itu berbagi tembok dengan dinding parit. Luasnya sekitar 30 fisika, kimia, dan matematika kepada anak sekolah menengah
meter persegi, dengan tegel abu-abu yang kusam. Dindingnya pertama dan sekolah menengah atas untuk mencari nafkah.
cuma semen yang belum dipelur. Itulah bekas rumah Paulu Setelah diterangkan, les yang dia berikan tak sama dengan
al-Gadri dan istrinya, Paulina Sukarti. Keduanya, yang baru menjual ilmu, Al-Gadri paham. Ia pun memberikan les ba­
bebas dari tahanan politik era Soeharto pada 1980-an, me­ hasa Inggris bagi beberapa guru. "Dia cuma dibayar Rp
nikah pada 1985. Kini rumah itu ditempati para tukang 5.000," kata Uchi.
servis jok dan sofa. Uchi barn percaya pamannya ini bukan sembarang
Tetangga sekitar mengenalnya sebagai Ibu Karti yang orang saat Al-Gadri serius mencari kerabat dan keturunan
jago matematika dan Pak Gadri yang pandai bahasa Inggris. Musso di Rusia sejak 1990. Sampai tahun 2000, ketika
Rusminah, pemilik warung di pojok jalan ke gang rumah Al-Gadri meninggal di Rumah Sakit Universitas Kristen
tersebut, menilai tetangganya itu sebagai dermawan. "Suka Indonesia karena kanker, rekan-rekannya di Eropa masih
kasih uang jajan ke anak saya, yang sudah dianggap cucunya membantunya mencari keluarga Musso di Rusia.
sendiri," ujar nya. Al-Gadri menganggap Uchi putri sendiri sehingga mem­
Kedua tokoh ini bukanlah pribadi sembarangan. Paulina percayakan surat-surat penting dan barang berharga milik­
Sukarti pernah menjadi aktivis Corps Gerakan Mahasiswa nya. Termasuk barang mewah pada zamannya: arloji emas
Indonesia, salah satu organisasi massa Partai Komunis Indo­ kebanggaan sang paman, yang rusak dan tak terawat, tapi se­
nesia. Adapun Paulus al-Gadri, lulusan Akademi Hukum lalu saja dipakai. Aneh, dia kan enggak kerja, ngapain pakai

1 09
arloji, pikir Uchi. Ia menyarankan agar arloji itu dijual, t·n p Kediri karena sejak 1924, sudah menjadi buron Belanda.
ditolak Al-Gadri. Karena, "Ini sudah menemani saya · j:il "Dia cuma tersenyum kalau ditanya nama aslinya," ujar
saya masih di luar penjara,". katanya kepada Uchi. Uchi.
Menurut Sumaun Oetomo dari Lembaga Perjuangan
*** Rehabilitasi Korban Orde Barn, nama para anggota PKI su­
dah diincar. "Karena komunis di dunia ingin menghantam
PADA Agustus 1948, sepulang dari Cekoslovakia, Musso b r­ penjajahan, langsung konfrontasi," ujar bekas Ketua Buruh
kekeling ke daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, men yo Kereta Api itu.
barkan "Jalan Baru"-nya. Di kantor PKI di Bintaran Wetan, Ada pula kisah Mariana Winarni, putri Al-Gadri.
Yogyakarta, Musso bertemu dengan putranya, Margono, da, 1 Menurut Mariana, ibunya, Samsirah, bercerai dengan
istrinya (sejauh ini Tempo belum mendapatkan namany. , ayahnya, karena belakangan tahu ayahnya keturunan Musso.
yang ditinggalnya saat ke Rusia pada 1926. "Setelah itu, Ibu tak pernah cerita
Saat itu Musso memberikan arloji kepada Margon ), apa pun soal ini, apalagi soal Kakek
Arloji pada masa itu merupakan barang mewah. Tapi, sebn (Musso)," ujarnya saat ditemui di ke­ ,,Ka mi cuma sempat
gai pejabat di Komunis Internasional, Musso bisa mendti diamannya di Magetan. pega ngan tangan
patkannya. Jabatan terakhirnya Ketua Biro Asia dan Timu , Waktu menikah, dia memakai nama dengan Bapak1
Tengah. Dan itulah pertemuan pertama dan terakhir Musso Mohamad al-Gadri, kelahiran Surabaya, besoknya Bapak
dengan putranya. Dia berpesan, "Setelah kamu pulang, kani 1 1 2 April 1926. Tapi, ketika Al-Gadri meninggal/1
mesti siap berjuang demi revolusi." ditangkap, lingkungan di Magetan tahu
Soerjono alias Pak Kasur-suami pencipta lagu anak l b 1 1 dia keturunan Musso.
Kasur yang menjadi anggota Gerakan Kepanduan Indon in Samsirah hanya tahu suaminya tentara bergelar sarjana
menulis peristiwa itu dalam catatannya yang berjudul " , , hukum militer. Latar belakangnya terbongkar ketika diciduk
Musso's Return" yang diterjemahkan Benedict Anderson. Resimen Para Komando Angkatan Darat. Dia dituduh me-
Uchi tak tahu cerita tentang Margono sampai arloj i i l 1 1 mimpin pasukan mengambil alih Radio Republik Indonesia
muncul. "Bisa jadi arloji yang sama, bagus banget, tapi to I dalam peristiwa Gerakan 30 September.
dirawat." Yang pasti, selain dari arloji, Uchi melihat ciri fi ,jJ Al-Gadri menilai operasi itu cuma jebakan untuk menjerat
Al-Gadri mirip postur Musso, hitam dan tinggi besar. 111 dia. Ketika datang, sudah banyak senjata terkumpul, tapi dia
menduga Al-Gadri nama samaran, karena merupakan nan ,11 dituduh yang menaruh. Uchi tak tahu pasti kapan tentara
marga di Timur Tengah. Paulus nama baptisnya sebayn mengetahui Al-Gadri putra Musso. "Mungkin sebelum 1965,
Katolik, keyakinan yang dia pilih setelah sering bertemu l( makanya dijebak." Dia bebas setelah 16 tahun mendekam di
ngan pendeta. penjara Salemba dan Cipinang, lebih singkat daripada vonis
Al-Gadri pernah bercerita sejak kecil dia diasuh Murd l o, Mahkamah Militer Luar Biasa selama 20 tahun.
petani di Kediri. Nama Musso lebih baik menghilang c l Sekeluar dari penjara, Al-Gadri tak pernah bertemu de-

i , 1 lndor 1(•\1, 1 . M1 N,1 1 KPh 1,irqc1 Mus,o 111


SAMBUTAN kepada tetamu dari Indonesia di rumah
Profesor R. Intojo selalu meriah. Maklum, flat sastrawan
Pujangga Baru di Moskow, Rusia, itu jadi rendezvous orang
Indonesia. "Karena kami keluarga nondiplomat, sering ba­
nyak yang berkunjung tanpa sungkan." Para tamu selalu
suka masakan Indonesia buatan ibunya, seperti ayam goreng
dan semur daging.
Intojo dikirim Presiden Sukarno pada 1956, sebagai cucu Musso
janjinya kepada Uni Soviet mengirim pakar mengajar bahasa dari AI-Gadri
dan sastra Indonesia ke Negeri
Beruang Merah.
Mariana
Winarni Vidji Utami Intojo, putri su­
lung sang profesor, masih ingat
ngan anaknya, Mariana, dan kakak Mariana, Winarno. Ke­ perawakan Musman Pavlov dan
tika keluar dari penjara, dia ditampung seorang pendeta d i Sunar Musso yang tinggi dan
rumahnya, d i bilangan Pakubuwono, Kebayoran Barn. Di berkulit cokelat seperti Musso.
sana Samsirah menemui Al-Gadri setelah menerima surat "Seperti orang bule sepekan di
Al-Gadri yang menyatakan dia ingin bertemu istri dan anak- Asia," kata eks pengajar bahasa
. nya. Tapi Samsirah datang tanpa putra-putrinya itu. Dia Indonesia di Institut Hubungan
datang hanya untuk mengakhiri hubungan. Internasional itu.
Meski karier militern.ya yang cemerlang jatuh dan dicerai Mereka sering ke rumahnya
karena keturunan Musso, Al-Gadri mengaku tak kecewa. yang cuma empat kilometer di
"Saya bangga jadi anak Musso," ujarnya kepada Uchi. Jalan Leninsky Prospekt. Ba­
Al-Gadri akhirnya bertemu dengan Mariana dan Winarno ngunan flat di jalan ini untuk
kala dia koma di rumah sakit. "Kami cuma sempat pegangan kalangan kelas menengah ke
tangan dengan Bapak, besoknya Bapak meninggal," ujar atas. Luas rata-rata flat sekitar
Mariana. Bersama anak dan cucunya, Mariana kini tinggal 80 meter persegi. Intoj o
di rumah kontrakan seluas 70 meter persegi, tak jauh dari ru­ memperkenalkan Musman dan
mah dia dan ibunya, Samsirah. Sebagai penyambung hidup, Sunar kepada Ami-sapaan Vidji
Mariana bekerja sebagai penjahit. Kakaknya, Winarno, me­ Utami -yang kala itu masih 11
ninggal pada 2002. tahun, sebagai anak Musso,
orang yang lama tinggal di Uni

112
1 13
Soviet. "Saya tahu Musso dari buku s�jarab Uni Soviet," kata
Arni.
Sunar, anak perempuan Musso dari pernikahan perta­
manya di Rusia, lulusan Jurusan Bahasa Indonesia Institut
Ketimuran Moskow. Musman, anak dari pernikahan Mus
yang kedua dengan Lydia Pavlova-Musman memakai nama
Jalan Baru
belakang keluarga ibunya-kala itu berumur 18 tahun, dar
mahasiswa baru Institut Bahasa Asing Moskow.
yang Kandas
Di Rusia, Sunar menjadi aktivis seperti ayahnya. Dia ang­
gota Gerakan Buruh Internasional di Moskow. Hingga akhir Kegagalan a ksi PKI 1 948 d i M a d i u n
1960, meski sakit-sakitan, dia masih aktif di sana. Pada beruj u ng d i bantai nya ribuan
1970, Sunar meninggal tanpa sempat berkeluarga. Adapun peng ikutnya. 'Jalan Baru' Musso
Musman bekerja sebagai penerjemah bahasa Jerman dan akhirnya kalah.
Rusia. Ia meninggal tiga tahun lalu dan meninggalkan s -
orang putri.
Meski hidup tanpa sorotan publik di Moskow dan sedikit SUATU malam, pertengahan 1950. Embun menyergap tu­
yang kenal mereka sebagai keturunan Musso, Arni melihat bub Soemarsono ketika ia bergegas keluar dari sebuah ru­
mereka bangga dengan ayahnya. Mereka tahu ayahnya s - mah di Sentiong, Gang Tengah, Matraman, Jakarta. Bekas
dikit dari orang Indonesia yang menjadi petinggi di Uni Gubernur Militer Pemerintah Front Nasional Daerah Ma­
Soviet. "Waktu kecil mereka tahu banyak tokoh politik selu­ diun itu rupanya diusir Alimin, Koordinator Departemen
ruh dunia bergabung dengan Komintern," ujar lulusan S - Agitasi Propaganda Politbiro Central Comite Partai Komunis
jarah Kesenian Universitas Lomonosov, Moskow, itu. ■ Indonesia (CC PKI). Pertemuan di rumah anak Alimin itu
ditandai dengan perdebatan keras. "Alimin tak suka kesetia­
an saya pada 'Jalan Baru' kawan Musso," kisah Soemarsono
kepada Tempo, awal September lalu.
Soemarsono, yang ketika itu berusia 28 tahun, datang
sembunyi-sembunyi. Tentara sedang mencarinya karena dia
pelaku peristiwa yang disebut-sebut sebagai pemberontakan
PKI Madiun 18 September 1948. "Alimin menguji, strategi
apa yang akan- saya pakai jika saya menjadi pimpinan PKI,"
kata Soemarsono.
Alimin ternyata tak sepaham dengan Musso. Untuk
membuktikan Musso keliru, Alimin menceritakan sebuah

1 14 O r r111q K i 1 1 lr 1drnw,1, 1 . M1 1•,,o


mimpinya. Suatu malam Jumat J< I Departemen Luar Negeri dikendalikan Soeripno. Perwakilan
'fOrang komunis kok won, dia ber:jalan kaki menerabn; sekretariat dijabat Njoto dan bendahara diserahkan kepada
percaya yang gaib. hutan dari Solo ke Semaran1 , Ruskak. Jalan Baru yang ditulis Musso di Yogyakarta pada
Oulu Alimin juga mau Di tengah hutan, karena san ,J i Agustus 1948 menjadi pedoman partai. Tapi semua beran­
ditonjok Nlusso karena lelah, Pono, salah satu tokoh Pl I takan begitu cepat setelah Peristiwa Madiun. Alimin, Tan
kurang radikat suka pada masa itu, menggendong d in, Ling Djie, Wikana, Sudisman, Aidit, Njoto, dan Lukman
perempuan." Langkah mereka terhenti keti I n hanya sebagian kecil dari pentolan partai yang selamat.
terdengar bunyi menggelegar dar PKI mendapat "napas baru" pada pertengahan 1949.
dalam tanah yang merekah. La I 1 1 Debat panjang dalam sidang Komite Nasional Indonesia
suara Musso keras terdengar, "Min, aku salah." Alimin me Pusat (KNIP) akhirnya memutuskan memberikan hak hi­
nafsirkan mimpinya sebagai penyesalan Musso karena ga : i i dup kepada PKI. Partai palu-arit itu diminta turut memper­
memimpin PKI. tahankan Republik yang hendak diacak-acak Belanda lagi.
Soemarsono tertawa mendengar tamsil itu. Alimin m:1 Argumen yang berkembang di KNIP: di negara-negara Barnt
rah dan mengusir tamunya. Soemarsono punya alasan mern partai komunis dibiarkan hidup, maka di Indonesia juga tak
bantah Alimin. "Orang komunis kok percaya yang gaib. Dul t , boleh dibinasakan. "Spirit-nya berjuang bersama-sama,"
dia juga mau ditonjok Musso karena kurang radikal, suki, kata Rosihan Anwar, wartawan koran Siasat, yang meliput
main perempuan." sidang-sidang KNIP.
Kejadian malam hari di Sentiong itu merupakan potrcl Surat keputusan pemberian maaf kepada PKI ditandata­
krisis kepemimpinan di tubuh PKI setelah Peristiwa Madi un , ngani Menteri Kehakiman Soesanto Tirtoprodjo, 7 September
Pemimpin partai dan ribuan kader dibunuh tentara Republ i k 1949. Isinya: pemerintah tidak akan menuntut PKI, tapi me­
dan rakyat antikomunis. Penjara dipenuhi pengikut pah ai , 1 reka tak boleh terlibat tindakan kriminal. Secarik kertas itu
komunis. Mereka yang lolos tiarap, seraya mencari hid u p menjadi "tiket" bagi para kamerad partai komunis untuk
dengan menyamar. keluar dari gua-gua persembunyian.
Padahal tujuh belas hari sebelum aksi Madiun ' P T< I PKI pun menobatkan Alimin sebagai pemimpin semen­
masih kelihatan utuh. Politbiro CC PKI baru terbentuk. tara. Pemimpin baru ini punya konsep perjuangan yang
kretariat umum dijabat Musso, Maroeto Daroesman, T an berbeda dengan Musso. Alimin berpikiran PKI hanya perlu
Ling Djie, dan Ngadiman. Departemen Buruh dikendali k::i 1 1 hidup sebagai partai kecil tapi dengan anggota yang militan
Harjono, Setiadjid, Djoko Sudjono, Abdul Madjib, da 1 1 dan menyebar ke semua organisasi massa. Kemudian semua
Achmad Sumadi. Urusan tani dipegang A. Tjokronegoro, anggota dan organisasi inassa itu diikat dalam sebuah front
D.N. Aidit, dan Sutrisno. Kepemudaan diurusi Wikana da1 1 untuk meneruskan revolusi. Konsep Alimin ini bertolak bela­
Soeripno. Amir Sjarifoeddin memimpin Departemen p r� kang dengan 'Jalan Baru' Musso yang radikal dan ter�mka.
tahanan. Agitasi dan Propaganda diurus Alimin, Lukma 1 1 , Kaum muda, seperti Aidit, Lukman, dan Njoto, cenderung
dan Sardjono. Departemen Organisasi dipegang Sudi m:rn, mengikuti "kawan" Musso.

Pd\( ,1- Mo 1d1 1 1 1 1 117


Pengikut garis Musso ini kemudian mendirikan open
office di Jakarta bersama Sudisman. Sisa Politbiro CC PKI
lama, seperti Wikana dan Tan Ling Djie, tak dilibatkan.
Hanya Alimin yang dijadikan formatur. Soemarsono juga
ditinggalkan karena dinilai terlalu yakin pada perjuangan
bersenjata. "Tak ada yang berani melawan Aidit. Semua yes
man saja. Saya lebih senior tapi sulit berdebat dengan Aidit.
Saya lebih suka mengalah," ujar Soemarsono mengenang
suasana ketika itu.
Kongres PKI pada 1951 menunjuk Aidit-Lukman-Njoto
menjadi ketua satu, dua, dan tiga Politbiro CC PKI. Kaum
tua diberi jabatan tak penting. Belakangan, Alimin mundur
dan digantikan Sakirman. Sejak kongres inilah perjuangan le­
wat parlemen dan akselerasi merebut hati rakyat digulirkan
PKI.
Ketika Presiden Sukarno melantik anggota Dewan Per­
wakilan Rakyat Sementara Republik Indonesia Serikat, 15
Februari 1950, PKI mendapatkan jatah kursi. Saat itu PKI
membuka dialog dengan unsur agama dan nasionalis, seperti
Partai Sarekat Islam Indonesia, Masyumi, Nahdlatul Ulama,
Partai Nasional Indonesia, Partai Sosialis Indonesia, dan
Partai Murba.
Pada 15 Agustus 1950, Negara Kesatuan Republik Indo­
nesia terbentuk. Eksistensi PKI semakin kuat, kedudukan­
nya di parlemen kian kukuh. Larissa M. Efimova, dalam bu­
kunya, Dari Moskow ke Madiun, mencatat pada waktu itu
Uni Soviet tidak mengirim ucapan selamat atas terbentuknya
NKRI. Pertukaran nota dan telegram soal hubungan Soviet­
Pembersihan
Indonesia juga tak ada. Tapi PKI tak ambil pusing.
simpatisan PKI
oleh Tentara Sikap kritis kepada pemerintah terns dikembangkan.
Nasional Dalam sidang parlemen pada Oktober 1951, PKI menolak
Indonesia
di Magetan, Konferensi Meja Bundar. PKI ikut serta mendukung mosi
194 8. Hadikusumo yang mengkritik lemahnya pemerintah.

l'd\( d M.idi, 1 1 1 119


Gara-gara mosi itu, Perdana Menteri Natsir akhirnya 14 Oktober 1954, dengan tuduhan menghina Wakil Presiden
mundur. Penandatanganan mutual security act pemerintah Hatta.
Indonesia-Amerika juga tak luput dari serangan PKI. Partai Di persidangan Aidit membuat gempar dengan menyebut
palu-arit beranggapan pakta itu akan menjadi legitima i Musso komunis patriotis. Ruang sidang geger. Hakim sampai
untuk menguras sumber daya alam Indonesia. memukul-mukulkan palu untuk minta pengunjung kembali
Dalam kongres pada 1954 di Malang-ketika, konon, tenang. Dukungan untuk membebaskan Aidit mengalir de­
disediakan kursi kosong untuk Stalin, pemimpin komuni ras. "Empat ribu surat dan telegram yang diorganisir PKI
Soviet-PK! mengamanatkan partai untuk menguasai desa, dikirim ke pengadilan," ujar Poeze. Tapi hakim tetap mem­
kota, dan tentara. Petani dan buruh diperintahkan menjadi vonis Aidit tiga bulan penjara bersyarat dengan enam bulan
perwakilan untuk meluaskan pengarnh di desa dan kota. masa percobaan.
Semua organisasi onderbouw PKI didorong menjadi alat Menjelang Pemilu 1955, pidato pembelaan Aidit di­
propaganda partai. terbitkan kembali, tapi dirampas penegak hukum. Peme­
Hasilnya tak sia-sia. PKI menjadi pemenang keempat Pe­ rintah melarang peringatan Peristiwa Madiun. Dalam
milihan Umum 1955 dengan meraup 16,4 persen-di bawah naskah pidatonya di sidang DPR pada 11 Febrnari 1957,
PNI yang meraih 22,3 persen, Masyumi dengan 20,9 persen, Aidit kembali membela Musso. Alhasil, "PKI tak kenal lelah
dan Nahdlatul Ulama yang merebut 18,4 persen. Resep k - untuk membantah tuduhan coup d'etat Madiun," kata Harry
berhasilan PKI, menurnt Harry Poeze adalah kepemimpinan Poeze. "Tapi saya percaya rencana itu ada."
Aidit-Lukman-Njoto yang berhasil memulihkan kepercayaan 'Jalan Barn' Musso kandas di Madiun. Dan kita tak per­
rakyat dari trauma terhadap PKI. nah menyaksikan apa yang ditulis sebagai kalimat terakhir
Poeze melukiskan peran trio itu sebagai pembersih noda 'Jalan Barn' menjadi kenyataan: "Kaum Bolsjewik Indonesia
Peristiwa Madiun. "Pembersihan" itu, misalnya, dilakukan akan dapat merebut benteng yang terancam bahaya, yaitu
lewat koran Bintang Merah yang menulis peringatan dua benteng Indonesia Merdeka". Toh, konsep itu-seperti juga
tahun peristiwa Madiun. "Media yang diasuh trio Aidit­ "induk" -nya, yakni komunisme-niscaya tak pernah mati. ■
Lukman-Njoto itu menyebut Musso tidak memberontal
atau bercita-cita mendirikan negara Soviet," kata Paez
Tahun berikutnya, Bintang Merah memuat artikel "Tiga
Tahun Provokasi Madiun", yang ditulis Mirajadi-nama
samaran Sudisman. Departemen Agitasi Propaganda PK J
tak ketinggalan dalam proyek ini dengan menerbitkan bul u
putih Peristiwa Madiun pada 1953. Kata pengantarnya l i­
tulis Aidit. Dalam resolusinya, Aidit menuding Sukarno­
Hatta-Natsir provokatif dan kejam menyikapi Peristiwn
Madiun. Gara-gara resolusi itu, Aidit diajukan ke meja hija, 1

1 20 0 1 ,1 1 1 < 1 K i 1 i lndo1 1<",i.1 · M t l',·.o 1 21


Branjangan
meminJam sepeda
penduduk untuk
mengejar. Setiap
Musso rnengarahl-:an
tembakan, sersan ltu
berseinbunyi di pohon

1 22 O r ,rnq K i r i lndonC'':i,i: M l l\SO P0r l,1w,in.:1 1 1 TNakhir 1 23


I
1897 27 Agustus: Konsep "Jalan Baru Republik Indonesia" dlsampaikan kepada Komite Sentral (CC)
Musso lahir di Desa Jagung, Kecamatan Pagu, Kediri, Jawa Timur. PKI dan disetujui.

1913 31 Agustus: Front Demokrasi Rakyat berubah nama menjadi PKI dan melakukan fusi dengan
Musso masuk HBS di Batavia dan diangkat anak oleh Dr G.A.J. Hazeu, pria Belanda yang menjadi penasll1111 sejumlah partai dan ormas kiri lain: Partai Sosialis, Partai Buruh Indonesia, Pesindo, dan SOBSI. Hanya
urusan pribumi di pemerintah kolonial. Di sini, Musso mulai akrab dengan Mas Alimin Prawirodirdjo, yangJu,:" Barisan Tani Indonesia-yang condong ke PSI Sjahrir-yang menolak.
anak angkat Hazeu.
7-17 September: Musso bersafari kelilingJawa, mengkonsolidasikan kekuatan PKI. Dia berpidato di Solo,
1915 Madiun, Kediri, Jombang, Bojonegoro, Cepu, dan Purwodadi.
Musso mulai aktif di Sarekat Islam dan lndische Sociaal-Democratische Vereeniglng, cikal-bakal Partai
Komunis Indonesia. Sekitar tahun ini, dia tinggal di rumah H.O.S. Tjokroaminoto di Surabaya. i8 September: Pasukan Brigade 29-yang didominasi Pesindo-dipimpin Soemarsono, melucutl
pasukah Mobrig, CPM, dan Divisi Siliwangi di Madiun.
1919
Pada usia 22 tahun, Musso terlibat dalam perlawanan petani Sarekat Islam di Afdeling-B, 5 Oktober: Dua pekan setelah insiden pecah, pasukan TNI
Cimareme, Jawa Ba rat, dan dijebloskan ke penjara Belanda. pro-Sukarno-Hatta sudah menguasai kembali Madiun.

1910 31 Oktober: Musso ditembak mati


Musso menjadi anggota PKI. di Ponorogo,Jawa Timur.

1925
Pada Desember tahun ini, Musso dan sekelompok pemlmpin PKI merencanakan
aksi pemberontakan melawan Belanda pada pertengahan 1926.

1 926 Masa remaja nan elok dla


Maret: Musso dan Alimin berangkat ke Singapura, Kanton (Cina), lalu tlnggalkan. Memilih menjadl
ke Moskow (Ru.sia). Mereka berencana menemui Stalin untuk meminta aktlvls Sarekat Islam dan
persetujuan atas aksi pemberontakan PKI di Indonesia. lndlsche Soclaal-Democratlsche
Vereenlglng, clkal-bakal Partal
November: Aksi meletus di Jakarta dan Banten. Musso masih di Moskow.
Komunls Indonesia. DI kancah
hldupnya yang terus melawan,
Desember: Musso kembali ke Indonesia, lewatSlngapura.
peluru tentara mengakhlrl
pemberontakannya yang gagal.
lnllah Jejak Munawar Musso.
1927
Januari: Peberontaakan PKI meletusjuga di Padang. Pada tahun ini, Musso
dilaporkan berhasil lolos dari penangkapan Belanda dan melarikan diri kembali
ke Moskow. Di sini, Musso menjadi anggota stat lembaga penelitian komunis di
bawah Com intern.

1935
Musso kenibali secara diam-diam ke Indonesia, untuk membentuk PKI bawah
tanah. Sejak pemberontakan 1926, Belanda memang menangkapi semua aktivis
PKI dan organisasi itu dinilai ilegal.

1936
Setelah kurang-lebih enam bulan di Indonesia, Musso kembali ke Moskow.

1948
PadaApril tahun ini, Musso tiba di Praha, Cekoslovakia. Di sana, dia bertemu dengan
Soeripno, anggota PKI yang diberi mandat oleh Perdana Menteri Amir Sjarifoeddin untuk
membuka hubungan diplomas! dengan Uni Soviet.

1948
Perjalanan Musso kembali ke Indonesia dlmulai.

Ju11i; Dari Praha, dla tiba di New Delhi, India, via Kairo, Mesir. Disana dia lalu menunggu pesawat yang baru diholl
pemerintah Indonesia dari India. Dengan pesaw!t itu, Musso terbang pulang.
,

lull: Bangkok, Thailand. Di sini, Musso berheJti u�tuk transit.

Agustus: Bukittlnggi, Sumatera Barat. Di slnl, perhentian terakhir sebelum berangkat �e Yogyakorl11,

11 Agustus: Musso tiba di Tulungagung.

13 Agustus: Musso memimpin rapat Politbiro PKI.

22 Agustus: Musso memimpln rapat akbor�i Yogynknrlo.

-=== Perjolanon 1926 Ptrjolonon 1947


PerJolonon 1927 • • • • PerJnlanan 1040
1 24
Kolom-kolom
menimpa Amir Sjarifoeddin dan sepuluh pemimpin teras
kelompok komunis pada 19 Desember 1948 tengah malam

Hatta Kambing
di Desa Ngaliyan, Solo.
Pada era reformasi telah terbit berbagai buku tandingan

Hitam Madiun yang memberikan penjelasan dan interpretasi berbeda me­


ngenai Peristiwa Madiun 1948. Namun, dalam orasi atau
buku-buku yang ditulis oleh kelompok kiri, Hatta selalu
Asvi Warman Adam dijadikan target serangan. Aidit menuduh Hatta telah me­
Sejarawan Lembaga Ifmu Pengetahuan Indonesia lakukan provokasi. Ini dikaitkan dengan "red drive pro­
posal" berupa konsep untuk membasmi komunisme yang
dikemukakan dalam pertemuan di Sarangan, Jawa Timur.
Namun apakah betul ada "Pertemuan Sarangan" itu dan
sesungguhnya apa isi pertemuan tersebut? Dalam hal ini
satu-satunya yang sering dirujuk adalah buku Boroboedoer,
DALAM alam sejarah yang diajarkan semasa Orde Baru, sebuah kisah perjalanan yang ditulis oleh Roger Vailland. Ia
Peristiwa Madiun 19 September 1948 merupakan pembe­ lebih dikenal sebagai novelis Prancis ketimbang sebagai se­
rontakan PKI yang disertai dengan pembantaian terhadap jarawan. Jadi buku itu diragukan kesahihannya.
para kiai. Namun kini dipertanyakan apakah peristiwa itu Dalam Harian Rakjat, 14 September 1953, dimuat per­
merupakan pemberontakan yang bersifat nasional atau ha­ nyataan Politbiro CC PKI tentang Peristiwa Madiun 1948.
nya perlawanan lokal (;1.pakah coup d'etat atau coup de D.N. Aidit kemudian diajukan ke pengadilan dengan tuduhan
ville). Tentang pembunuhan terhadap pemuka Islam, hal menghina dan menyerang kehormatan Wakil Presiden Re­
serupa terjadi pada orang-orang kiri yang dituduh terlibat publik Indonesia M. Hatta. Dalam pernyataan tersebut
seperti disaksikan dengan mata kepala sendiri oleh Roeslan terdapat kata-kata "provokasi", "keganasan", "berlumuran
Abdulgani (Casper Schuuring, Roeslan Abdulgani Tokoh darah", dan seterusnya. Aidit menjelaskan bahwa provokasi
Segala Zaman, 2002). itu berawal dari pembunuhan terhadap Kolonel Sutarto,
"Di sebuah gedung sekolah ditawan 43 orang komunis Komandan Divisi IV TNI, Juli 1948, yang dianggap sebagai
dan diputuskan siapa di antara mereka akan dihukum mati. orang yang menolak rasionalisasi tentara yang digariskan
Seorang letnan memohon kesediaan saya untuk hadir dalam Hatta. Selanjutnya penculikan terhadap dua orang anggota
pelaksanaan tembak mati tersebut. Dari jumlah 43 itu, lima PKI, 1 September 1948, yang dilakukan aparat pemerintah.
belas orang dihukum mati dan lima di antaranya benar­ Pada 7 September 1948, terjadi penculikan terhadap lima
benar ditembak di depan liang kubur yang sudah tersedia.... perwira TNI yang beraliran kiri. Semua peristiwa inilah yang
Ketika malam harinya kembali ke Madiun, saya menangis. menyebabkan terjadi konflik antara tentara Siliwangi dan
Saya tidak pernah menangis begitu kera ." H ::i l yan ama Panembahan Senopati di Surakarta. Ketegangan ini men-

I JQ
jalar ke Madiun dengan dilucutinya p;1s1 1 k: i 1 1 S i l 1 1v.1 1 1 1 •, 1 " , 1 1 rifikasi ulang. Pada saat itu terdapat sedikit persenjataan
Brigade 29 pada 1 8 September 1948. dan lebih dari 400 ribu tentara yang terdiri atas tentara
Pada 19 September 1948, Hatta d • 1 1ga 1 1 *'g1 · 1·:1 1 1 H • 1 1 1 1 1 i 1 , reguler dan laskar yang hendak diciutkan menjadi 60 ribu
Badan Pekerja KNIP mengesahkan U nda 1 1g�I J 1 1d: 1 1 1,·, 1 , · , i l 1 1 , 1 , orang. Tentu dengan tujuan agar lebih efektif, patokan Hatta
Pemberian Kekuasaan Penuh kepad1 Pr ·si<.,l, · 1 1 d . d . 1 1 1 1 1 , adalah satu senjata untuk empat prajurit. Hatta menyadari
adaan Bahaya selama tiga bulan (saja). U ndang 1 1 1 1d. 1 1 1i·. 1 ,1 1 q• bahwa kebijakan itu menimbulkan dampak psikologis ka­
disahkan pada 20 September 1948 i tu-ha 1 1 : 1 1 , , i , I 1 1 ,1 1 , rena bisa menimbulkan kesan "habis manis sepah dibuang\
satu pasal-memberikan kekuasaan pen u l i (1,t1 •i11 / '" " ' '' ' " ) lalu kedua, siapa yang dikeluarkan dan siapa yang diperta-

kepada presiden. Maka dalam tempo dua 111ingg11 d i l . d . i i l ,1 1 , hankan tentu menjadi isu sentral yang terkait pula dengan
penumpasan terhadap gerakan yang dianggap 1 1 ll ' l : 1 w. 1 1 1 1 . . kepentingan partai politik yang menggarap tentara.
merintah tersebut. Sementara itu, di pihak la i 1 1 , l \, • l . 1 1 1 . I , , Ir Setiadi Reksoprodjo (yang baru meninggal beberapa
yang memperkirakan tentara Indonesia su<lah s:1 1 1);:1 1 l.-1 1 1 i i , , bulan lalu pada usia 89 tahun), Menteri Penerangan dalam
setelah bersusah payah mengatasi kri i M adi11 1 1 , 1 1 w 1 1 1 1 1 1 1 1 kabinet Amir Sjarifoeddin pada 1947, memberikan kesaksian
kan Agresi Militer II pada 19 Desemb r L 948 1 1 1 1 1 1 1 1( 1 1 1 1 •1 1 ,• 13 halaman tulisan tangan kepada saya, menjelaskan jasa
hancurkan Republik Indonesia. Amir dalam mengefektitkan angkatan bersenjata Indonesia.
Tuduhan bahwa Hatta menyebabk::1 1 1 prnv1 1k:1.1 i l, . 1 1 , , , 1 Sejak November 1945 sampai Januari 1948, Amir berturut­
program rasionalisasi yang dijalankan nya l · 1 1 l 1 1 p, ·1'1 1 1 . I i i I . , turut menjadi Menteri Keamanan Rakyat/Menteri Perta-

1 30 Or,11 1q K i r i lndorn•\ia: M11'"0 Kolo111 kolorn 131


banan. 1:'ada aw;d b • 1 1 1 nd 1 · ka a 1 1 , 1 1 1 1 ,-.; 1 1 r tentara tcrdiri a tas k •kua:--:a;1 1 1 l\'rp11sat pada a ktor egitiga: Sukarno di atas clan
berbagai kelompok tedat i h ( •k:, didikan Belanda/Jepang) PKI-Tentara cli sudut kiri-kanan bawah. Hatta, yang sudah
dan laskar. Dalam masa transisi, menurut Amir, diperlukan kehilangan kekuasaan, dengan mudah dijadikan kambing
Tentara Masyarakat. hitam.
Amir juga berpendapat RI hanya bisa bersandar pada
perjuangan kekuatan rakyat, bukan pada tentara konvension­ Warisan Kebencian
al. Tentara RI haruslah tentara rakyat, tidak boleh bersifat Anthony Reid (Revolusi Nasional Indonesia, 1996) menga­
elitis, karena bila terpisah dari rakyat, mereka tidak berdaya takan bahwa respons pemerintah terhadap Peristiwa Madiun
apa-apa. Kelaskaran memiliki tradisi akrab dengan rakyat, tidak sulit dimengerti. Negosiasi seperti yang diusulkan
tapi memang kedisiplinannya dalam berorganisasi harus Sudirman mungkin dapat menyelamatkan banyak nyawa,
ditingkatkan. Ini berbeda dengan tentara didikan Belanda tapi dengan ongkos keberhasilan propaganda Belanda bahwa
dan Jepang, yang umumnya kurang mengerti perlunya ke­ Republik Indonesia tidak berdaya terhadap komunis dan ke­
terlibatan rakyat. Untuk itu, Amir mendirikan badan pendi­ pastian dukungan Amerika Serikat bagi Belanda untuk me­
dikan politik tentara untuk menjembatani perbedaan antara lakukan intervensi. Sukarno-Hatta memilih bertindak tegas
kelaskaran dan tentara reguler. Skema itu sudah mulai dija­ terhadap kelompok oposisi kiri tersebut.
lankan, tapi belum berlangsung lama karena agresi Belanda. Masih menurut Reid, Peristiwa Madiun penting tidak ha­
Bahkan kemudian Amir digantikan Hatta sebagai perdana nya karena jumlah korban yang besar (konon, 8.000 orang
menteri. PKI dibunuh oleh TNI menurut tuduhan pihak Belanda di
Perbedaan ..@tara pandangan Hatta dan Amir Sjarifoeddin Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan sebaliknya banyak pula
mengenai pengelolaan tentara tinggal perdebatan sejarah. orang dari kalangan pemuka Islam yang tewas), tapi juga
Yang jelas, telah terjadi ketegangan dan konflik sesama karena warisan kebencian yang ditinggalkan antara kelompok
kelompok tentara di samping persaingan keras partai po­ kanan (santri) dan kiri (abangan). Bagi Sukarno-Hatta, Pe­
litik. Tapi apakah program rasionalisasi tentara (yang dise­ ristiwa Madiun secara gamblang merupakan pemutusan
but Re-Ra oleh Nasution) yang dilakukan Hatta yang men­ gagasan revolusi nasional dengan revolusi sosial. Pada 1945,
jadi penyebab Peristiwa Madiun masih perlu dikaji lebih keduanya seakan tak terpisahkan. Namun, setelah Peristiwa
lanjut. Jadi tudingan "provokasi Hatta" itu lebih bersifat Madiun 1948, revolusi sosial itu tertunda sementara waktu.
tendensius. Menjadi pertanyaan pula kenapa Hatta yang Walaupun arah revolusi belum tuntas ditentukan, ia telah
dituduh, dan bukan Sukarno. Ketika Aidit berpidato "Meng­ dibanting ke kanan.
gugat Peristiwa Madiun" di DPR, 11 Februari 1957, Hatta Menurut Soe Hok Gie dalarn Orang-orang di Persimpang­
sudah mengundurkan diri sebagai wakil presiden. Tentara an Kiri Jalan (1997), perdebatan apakah peristiwa Madiun
yang dipimpin Jenderal Nasution sudah merapat kepada merupakan pemberontakan (versi resmi) atau provokasi
Presiden Sukarno dan hubungan ini kian mesra pada saat pemerintah Hatta (versi kiri) tidak menjawab persoalan
dan setelah meletus PRRI/Permesta. Maka, mulai 1960-an, mendasar. Yang terjadi sebetulnya adalah ketegangan di te-

1 32 Orang Kiri Indonesia: Musso Kolom-kolom 1 33


ngah masyarakat (di Jawa) dalam revolusi nasional karena
harapan-harapan yang tidak terpenuhi dan kesulitan ekonomi
yang membawa frustrasi. Ini memunculkan radikalisme yang
terus meningkat ibarat perlombaan mobil di lereng gunung Jalan Berliku
Tuan Mussotte
yang makin lama makin menyempit. Suatu saat roda yang
berputar itu bersinggungan, bergesekan, dan bertubrukan,
maka timbul percikan api yang membakar. Masalah ini
akan lebih jelas bila dilacak secara multidisiplin, yaitu dari Bonnie Triyana
aspek sosial-politik (perubahan masyarakat setelah 1942), Sejarawan dan Pemimpin Redaksi
ekonomi (kehancuran dan perkembangan ekonomi setelah Maja/ah Historia Online
perang), dan budaya (pertentangan Islam-nasionalis, Sunda
versus Jawa, melalui konflik Divisi Siliwangi-Panembahan
Senopati).
Dendam itu dilanjutkan dengan fatwa Masyumi, De­
sember 1954, yang menyatakan bahwa komunisme itu
identik dengan ateisme. Sebelumnya, M. Isa Anshary telah
membentuk Front Anti Komunisme di Jawa Barat. Keluar­ MATU Mona menggambarkan Paul Mussotte, nama bagi ka­
nya fatwa ini bisa dilihat dalam konteks persaingan antara rakter Musso dalam roman Patjar Merah Indonesia, sebagai
Masyumi dan PKI dalam menghadapi Pemilu 1955. Benih orang terkenal, pemberani, dan jago berpidato. Mcnurut
kcbcncian itu perlu dihilangkan dengan mengkaji sejarah Soemarsono, tokoh pemuda Angkatan '45, Musso d ikcnalnya
s ·cara _jcrnih. Buku pelajaran sejarah perlu ditulis secara cer­ sebagai tokoh yang teguh memegang prinsip betapapun nya­
da:--: d ·ngan perspektif baru. ■ wa taruhannya. Indonesianis Ruth McVey menempatkan
Musso, selain Alimin, sebagai tokoh penting di balik kebang­
kitan PKI pada 1920-an. Soe Hok Gie dalam Orang-orang
di Persimpangan Kiri Jalan (2005) menyamakan Musso
dengan Haji Misbach, yang "senang amuk-amukan" dan se­
dikit nekat.
Nama Musso diliputi kisah kelam pemberontakan yang
tiada berkesudahan. Dia, bersama sepuluh pemimpin PKI
lainnya, menggagas perlawanan rakyat terhadap otoritas ko­
lonial pada 1926. Kemudian, pada 1948, ia dipersangkakan
sebagai orang yang hendak mendirikan Republik Soviet­
Indonesia di Madiun dan mengkudeta pemerintahan
Sukarno-Hatta. Apakah Musso tak punya kisah lain dalam karismatis rakyat Jawa itu sama sekali tak terlibat, kendati
sejarah Indonesia? pada akhirnya Tjokroaminoto tetap ditangkap.
Sebagaimana aktivis politik di z�man itu, Musso mem­ Sikap Musso terhadap Belanda di kemudian hari t rp -
bagi kesetiaannya kepada Insulinde, Sarekat Islam, dan ngaruh oleh perlakuan yang kurang menyenan kan yang d i­
Indische Sociaal-Democratische Vereeniging. Bersama dapatnya dalam penjara kolonial. Pengalaman traumati itu
Alimin, Musso ditangkap oleh pemerintah kolonial atas tu­ menumbuhkan kesumat di dalam hatinya kepada Belanda.
duhan terlibat insiden Afdeling-B pada 1919. Insiden itu di­ Pada 1923, dia dan Alimin dibebaskan dari penjara. Mereka
picu oleh resistensi Haji Hasan dari Cimareme, Garut, yang lantas memegang kendali partai dan mulai memainkan peran
menolak membayar pajak padi kepada pemerintah. penting dalam memperbesar jaringan partai dan pengaruh­
Sarekat Islam mengalami radikalisasi sebagai konse­ nya terhadap rakyat. Alimin aktif mengorganisasi pelaut dan
kuensi masuknya unsur-unsur kiri ke organisasi itu dan men- buruh pelabuhan di Tanjung Priok, sementara Musso mere-

dadak jadi incaran pemerintah. Sederet tokoh Sarekat Islam, organisasi PKI Batavia (Michael C. Williams, 2003). Peran
yang sudah terpecah dua, SI Merah dan SI Putih, ditangkapi Musso sangat strategis, terlebih apabila melihat kenyataan
pemerintah kolonial. Musso pun ditekan untuk mengakui bahwa daerah garapannya berada di wilayah yang bukan
peran H.O.S. Tjokroaminoto dalam insiden Afdeling-B. Na­ basis komunis.
mun, berbeda dengan Alimin yang mengakui bahwa dia D i beberapa daerah, PKI mendapat resistensi karena
berbohong demi menyelamatkan Tjokroaminoto, Musso ber­ dianggap kontradiktif dengan ajaran Islam, tak terkecuali
keras menyatakan di depan pengadilan bahwa pemimpin di Banten, yang terkenal dengan ortodoksinya. Namun, di
bawah kendali Alimin-Musso, daerah yang dikenal puritan dan langsung menuju Surabaya. Di sana ia memulai upa­
itu justru menjadi sentra pendukung partai yang domin­ ya menyatukan serpihan kekuatan PKI yang tercerai-be­
an. Bahkan PKI Banten mengubah pandangannya terhadap rai dengan mendirikan CC PKI dan menunjuk sendiri
Islam yang semula netral menjadi hiper-religius. Hal ter­ orang-orang yang menjalankan partai secara ilegal, yakni
sebut ditunjukkan dengan tindakan tegas terhadap Pura­ Pamudji, Azis, Sukajat, dan Djoko Soedjono. Kelompok ini
disastra, ketua PKI setempat yang menunjukkan sikap ku­ kemudian dikenal sebagai PKI 1935, merujuk ke tahun keda­
rang simpatik dengan meminum secangkir kopi sebelum tangan Musso. Tokoh muda Amir Sjarifoeddin, yang kelak
azan magrib tiba saat bulan puasa. memegang peran penting di Republik yang masih belia,
Dalam jangka waktu setahun setelah pembebasannya, termasuk kader binaan Musso. Ketatnya pengawasan dinas
duet Musso-Alimin berhasil meluaskan jangkauan pengaruh rahasia pemerintah kolonial dan "karena faktor keceroboh­
PKI di Jawa Barat. Pertemuan demi pertemuan diselengga­ an ... konsolidasi PKI itu terbongkar oleh Belanda," tuJis Sok
rakan secara rahasia demi menghindari tindakan otoritas Hok Gie (2005: 25).
kolonial yang semakin represif. Setelah kongres istimewa di Pekerjaan Musso menyatukan gerakan PKI bawah tanah
Kotagede, Yogyakarta, pada 1924, partai telah mantap me­ ini harus dinilai sebagai suatu jasa yang cukup besar dalam se­
milih aksi bersenjata dalam rangka revolusi. Kongres juga jarah perlawanan rakyat Indonesia terhadap fasisme Jepang.
sepakat membangun organisasi ilegal dan keputusan itu Seperti diketahui, selang tujuh tahun setelah kedatangannya,
disetujui dalam rapat pimpinan PKI pada Maret 1925. Salah Jepang menduduki Indonesia. Kelompok yang paling aktif
satu pertemuan terpenting adalah Konferensi Prambanan 25 dalam menentang fasisme itu adalah PKI ilegal bentukan
Desember 1925 yang menghasilkan keputusan berontak me­ Musso. Sejumlah sabotase dan perlawanan seperti yang ter­
lawan Belanda. Musso hadir dalam pertemuan itu. jadi di Singaparna dan Indramayu erat kaitannya dengan ke­
Sejarah mencatat p·emberontakan berlangsung pada lompok ini. Beberapa orang dari mereka tertangkap, bahkan
November 1926 di Banten dan Januari 1927 di Silungkang, dieksekusi oleh Jepang. Sebagian, seperti Widarta cs, mene­
Sumatera Barat. Musso tak berada di Indonesia saat keja­ ruskan perlawanan di bawah tanah terhadap Jepang.
dian itu meletus. Ia telah pergi ke Singapura dan lantas ke Musso baru datang lagi ke Indonesia pada 11 Agustus
Moskow guna mencari dukungan Soviet. Tapi api revolusi 1948 dengan menyamar sebagai sekretaris Soeripno, utusan
yang berkobar padam sebelum waktunya. Dugaan Tan pemuda dalam International Union of Student di Praha
Malaka benar, kondisi obyektif sebagai prasyarat sebuah re­ yang berhasil menjalin hubungan diplomatik dengan Uni
volusi belum terlalu matang untuk dipetik. Otoritas kolonial Soviet. Kepulangannya ke Indonesia kembali membawa
pun menghabisi PKI sekali pukul. Namun dari sini bisa dili­ misi menyatukan gerakan kiri yang terserak karena konflik
hat bagaimana kerja Musso cum suis membesarkan partai : internal dan tindakan represi Jepang. Menurut Gie, keda­
ratusan ribu orang menyerahkan kartu anggotanya saat tangan Musso disambut dengan tangan terbuka bagaikan
pemerintah Belanda meminta mereka menyerahkan diri. "juru selamat" di tengah suasana frustrasi dan kebingungan
Musso baru datang kembali ke Indonesia pada 1935 PKI yang membutuhkan pemimpin baru.

1 38 Or,tnc Kiri lndonP�i,l: M w.�u K ci/ 0 1 1 1 kolorn 1 39


Partai Komunis Indonesia memang mas_ih tetap dalam Tapi, menurut Soeryana dalam catatannya tentang ke­
identitasnya yang samar. Partai ini masih ilegal dan tak sem­ datangan Musso, upaya Musso menyatukan kekuatan kiri
pat menghadirkan diri sebagai partai legal segera setelah tak berlangsung mulus karena ulah Musso sendiri yang mem­
Indonesia merdeka. Padahal, melalui Maklumat Wakil Pre­ bawa isu Trotskyisme ke dalam negeri. Kesalahan itu menye­
siden Nomor X/1945, berbagai kelompok politik di Indonesia babkan Musso kehilangan kesempatan untuk merekrut
diperbolehkan mendirikan partai politik. Aktivis PKI yang kader-kader terbaik dari Partai Murba dan Angkatan Ko­
masih terns di bawah itu terlalu sibuk dengan saling klaim munis Muda (Akoma). Perseteruan dengan golongan Tan
siapa yang paling sah. Alih-alih bersatu di bawah panji palu­ Malaka yang sering distigmatisasi sebagai Trotskyis itu su­
arit, mereka saling cakar. Widarta merasa dirinya paling sah, dah bermula pada 1926. Padahal ada beberapa kesamaan
demikian pula Sardjono, Mr Yusuf, dan Amir Sjarifoeddin. cara pandang yang mereka miliki dalam soal menghadapi
Keadaan itu mendapat reaksi keras dari Musso. la me­ Belanda: mereka berdua tak setuju jalan perundingan dan
ngatakan bahwa tidak dimengertinya keadaan politik sete­ memilih merebut perjuangan dengan cara bersenjata; me­
lah proklamasi Indonesia membuat PKI tetap dalam jubah reka berdua sama-sama khawatir bahwa Republik yang ma­
penyamarannya di bawah tanah. Padahal, menurut Musso, sih muda akan jatuh ke pangkuan penjajahan dalam bentuk­
itulah saat yang tepat bagi PKI untuk memunculkan diri ke nya yang baru.
hadapan rakyat dalam wajah yang legal. Musso menganjur­ Konflik itulah yang agaknya dimanfaatkan secara baik
kan PKI kembali sebagai partai pelopor kelas buruh; PKI oleh pemerintah Hatta untuk bisa mengontrol gerakan
kembali ke tradisi sebelum dan selama Perang Dunia II Musso. Kelompok Tan Malaka yang dipenjara karena insiden
dan meraih hegemoni sebagai pemimpin revolusi nasional 3 Juli 1946 pun dilepaskan untuk mengimbangi aksi Musso.
Indonesia. Pergesekan itu semakin panas dan berujung pada Peristiwa
Setiba di Yogyakarta, Musso melontarkan gagasan su­ Madiun, September 1948. Sukarno pun menyampaikan
paya partai-partai politik yang berbeda menyatukan diri pidato "Pilih Musso atau Sukarno-Hatta?". Musso jadi
dalam Front Nasional untuk menghadapi Belanda. la buruan. Pada 31 Oktober 1948, dia tewas dalam sebuah baku
mengadakan koreksi total terhadap gerakan PKI dan ko­ tembak dengan TNI di daerah Ponorogo.
reksinya itu dikenal sebagai Djalan Baru untuk Republik Setelah itu, nama Musso tenggelam dalam tuduhan
Indonesia. Musso agaknya mafhum bahwa persatuan mutlak sebagai pemberontak nista yang meletupkan perlawanan
dibutuhkan agar revolusi Indonesia tidak salah jalan. Dia terhadap pemerintah Indonesia pada 1948. Sejarah hanya
mengutip Friedrich Engels bahwa revolusi akan gagal jika merekam kisah hitam hidupnya tanpa pernah melihat sisi
tidak diadakan perubahan yang radikal, sementara revolusi lain dari perannya sebagai aktivis politik yang menentang
Indonesia tidak melakukan itu. Kesalahan kedua menurut fasisme, imperialisme, dan kolonialisme. Sama seperti tokoh
Musso terjadi karena pemimpin revolusi tidak berasal dari lain yang terselip hitam di antara putihnya, Musso punya
golongan buruh sebagai kelompok yang paling revolusioner jasa untuk bangsa ini. ■
(Gie, 2005: 226).

1 40 141

Anda mungkin juga menyukai