Anda di halaman 1dari 30

Jurnal KESMAS, Vol. 8 No.

1, Januari 2019 68

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DAN KONSUMSI ALKOHOL


DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KOMBI KECAMATAN
KOMBI KABUPATEN MINAHASA
Meylin Memah*, Grace D. Kandou* Jeini Ester Nelwan*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah serius saat ini.
Kejadian hipertensi akan terus mengalami peningkatan, 29% orang dewasa diseluruh dunia
diprediksikan akan mengalami hipertensi pada tahun 2025. Kebiasaan merokok dan konsumsi
alkohol merupakan faktor risiko hipertensi yang dapat diubah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol dengan kejadian
hipertensi di Puskesmas Kombi Kecamatan Kombi Kabupaten Minahasa. Penelitian ini
merupakan survey analitik dengan rancangan cross sectional study (potong lintang dengan jumlah
sampel yang diambil sebanyak 64 orang dengan cara purposive sampling. Instrumen penelitian ini
menggunakan kuesioner dan tensimeter air raksa dengan. Uji statistik yang dilakukan yaitu uji
korelasi spearman. Hasil yang didapatkan yaitu responden lebih banyak memiliki kebiasaan
merokok yaitu 59,4% dan lebih banyak mengkonsumsi alkohol yaitu 64,1%, dan responden lebih
banyak mengalami hipertensi tingkat I yaitu 54,7%. Ada hubungan antara kebiasaan merokok
dengan kejadian hipertensi (p=0,000, r=0,726), dan ada hubungan antara kebiasaan konsumsi
alkohol dengan kejadian hipertensi (p=0,000, r=0,799). Kesimpulan dari penelitian yaitu terdapat
hubungan antara kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi dengan
kekuatan korelasi yang kuat ke arah positif.

Kata Kunci: Kebiasaan merokok, Konsumsi Alkohol, Hipertensi.

ABSTRACT
Hypertension is a non-communicable disease that has become a serious problem nowadays. The
incidence of hypertension will continue to increase, 29% of adults around the world are predicted
to experience hypertension in 2025. Smoking habits and alcohol consumption are risk factors for
hypertension that can be changed. This study aims to determine the relationship between smoking
habits and alcohol consumption with the incidence of hypertension in Kombi Health Center,
Kombi District, Minahasa Regency. This research is an analytical survey with a cross sectional
study design (cross section with the number of samples taken as many as 64 people by purposive
sampling. The instrument of this study used a questionnaire and tensimeter mercury with
statistical tests performed namely spearman correlation test. The results obtained were there were
more respondents who had a smoking habit, 59.4% and more alcohol consumption 64.1%, and
more respondents had hypertension level I, 54.7%. There was a relationship between smoking
habits and the incidence of hypertension (p = 0,000, r = 0,726), and there is a relationship
between alcohol consumption habits and the incidence of hypertension (p = 0,000, r = 0,799) .The
conclusion of the study is that there is a relationship between smoking habits and alcohol
consumption with the incidence of hypertension with a strong strength of positive correlation.

Keywords: Smoking Habits, Alcohol Consumption, Hypertension.

PENDAHULUAN 2013 World Health Organization


Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi mengungkapkan, terdapat peningkatan
salah satu penyebab utama kematian di prevalensi hipertensi di dunia yang
dunia saat ini, pada tahun 2012 telah sebelumnya 600 juta jiwa telah menjadi
ditemukan dari 56 juta kematian 68% 1 milyar jiwa, negara berkembang
kematian diakibatkan oleh penyakit merupakan 2/3 diantaranya. Terdapat
tidak menular (WHO, 2014). Pada tahun sekitar 40% orang dewasa di seluruh
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 1, Januari 2019 69

dunia rata-rata berusia 25 tahun ke atas bulan Januari sampai bulan Juni
didiagnosa mengalami hipertensi, dan sebanyak 182 kasus (Puskesmas Kombi,
data statistik menyatakan bahwa 24,7% 2018)
terjadi pada penduduk Asia Tenggara. Tiga penyebab kematian teratas
Kejadian penyakit penyakit hipertensi untuk kategori semua umur di Indonesia
akan terus mengalami peningkatan, 29% adalah stroke (15,4%), tuberculosis
orang dewasa diseluruh dunia (7,5%), dan hipertensi yang jumlahnya
diprediksikan akan mengalami mencapai 6,8% (Kemenkes RI, 2007).
hipertensi pada tahun 2025. Hipertensi bisa menyebabkan beberapa
Riskesdas 2013 menyatakan angka penyakit lainnya seperti penyakit
kejadian hipertensi pada penduduk umur jantung koroner (Nelwan et al, 2017;
18 tahun ke atas sebesar 25,8% orang Nelwan et al, 2018).
mengalami hipertensi dan 1/3 Merokok ialah salah satu faktor
diantaranya sudah terdiagnosis, risiko penyebab hipertensi yang sudah
sedangkan 2/3 diantaranya tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat
terdiagnosis. Pada tahun 2016, di dunia yang terus berkembang. Lebih
hipertensi merupakan PTM tertinggi di dari 7 juta kematian disebabkan oleh
Sulawesi Utara dengan prevalensi yang rokok, lebih dari 6 juta kematian
mencapai 32.742 kasus (Dinkes Provinsi tersebut disebabkan perokok aktif
Sulut, 2017) dan pada tahun 2017 sedangkan sekitar 890.000 disebabkan
prevalensi hipertensi di Sulawesi Utara paparan asap rokok (WHO, 2017). Di
meningkat menjadi 103.376 kasus Indonesia 34,8% (59,9 juta) populasi
(Dinkes Provinsi Sulut, 2018). Di orang dewasa saat ini merupakan
Kabupaten Minahasa pada tahun 2017, pengkonsumsi rokok (GATS, 2011).
prevalensi hipertensi mencapai 45.292 Prevalensi merokok adalah 67,0% (57,6
kasus dan merupakan peringkat pertama juta) di antara pria dan 2,7% (2,3 juta) di
dalam daftar 10 penyakit menonjol di antara wanita. Di antara populasi orang
Minahasa. Pada tahun 2017 kasus dewasa, 56,7% pria dewasa (57,6 juta),
hipertensi di Minahasa, ditemukan 1,8% wanita dewasa (1,6 juta). Firman
paling tinggi terjadi di wilayah kerja (2011) melakukan penelitian yang
Puskesmas Kombi Kecamatan Kombi menunjukkan bahwa ada hubungan yang
sebanyak 9784 kasus (Dinkes bermakna antara kebiasaa merokok
Kabupaten Minahasa, 2017), dan pada dengan penyakit hipertensi, nilai
tahun 2018 prevalensi penyakit OR=1,532 (95% CI : 1,049-2,239).
hipertensi di Puskesmas Kombi dari
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 1, Januari 2019 70

Faktor risiko lain dari hipertensi responden dengan menggunakan


yakni kebiasaan mengkonsumsi alkohol. purposive sampling. Instrumen
Keasaman darah dapat meningkat penelitian menggunakan kuesioner dan
dikarenakan oleh alkohol, saat kadar tensimeter air raksa. Analisis penelitian
keasaman darah meningkat maka darah ini menggunakan uji univariat dan uji
akan menjadi kental dan jantung dipaksa bivariate dengan uji statistik.
untuk memompa darah lebih kuat, saat
inilah terjadi tekanan darah (Anonim, HASIL DAN PEMBAHASAN
2016). Analisis Univariat
Menutut riset kesehatan dasar tahun Karakteristik responden terdiri dari jenis
2007 konsumen alkohol di pedesaan kelamin, umur, pendidikan terakhir, dan
lebih banyak dari pada konsumen pekerjaan. Karakteristik responden dapat
alkohol di perkotaan, konsumen alkohol dilihat dari tabel 1.
laki-laki lebih besar dari pada Tabel 1.Karakteristik responden.
perempuan. Hasil penelitian yang Karakteristik Responden n %
Jenis Laki-laki 47 73,4
dilakukan Herbert (2012) pada dewasa Kelamin Perempuan 17 26,6
muda, diperoleh adanya faktor risiko 30-35 Tahun 8 12,5
Umur 36-45 Tahun 22 34,4
hipertensi dengan konsumsi alkohol 46-55 Tahun 28 43,8
56-60 Tahun 6 9,4
dengan OR= 2,0 (95%CI :1,234-3,285). Tidak Sekolah 3 4,7
Penulis tertarik untuk melakukan Pendidikan Tamat SD 12 18,8
Terakhir Tamat SMP 14 21,9
penelitian tentang hubungan antara Tamat SMA 21 32,8
Tamat
kebiasaan merokok dan konsumsi
Perguruan 14 21,9
alkohol di Puskesmas Kombi Tinggi
Ibu Rumah
Kecamatan Kombi Kabupaten 10 15,6
Tangga
Minahasa. Pekerjaan Petani 33 51,6
Pegawai
11 17,2
Negeri Sipil
Swasta 10 15,6
METODE PENELITIAN Total 64 100
Dalam penelitian ini metode yang Tabel 1 memperlihatkan bahwa,
digunakan yaitu pengamatan dengan responden yang berjenis kelamin laki-
pendekatan cross sectional study (studi laki lebih banyak dari reponden
potong lintang) yang dilakukan di perempuan dengan jumlah 73,4 persen,
Puskesmas Kombi Kecamatan Kombi umur responden dalam penelitian ini
Kabupaten Minahasa, waktu penelitian paling banyak termasuk dalam kategori
dilaksanakan pada bulan desember- umur 46-55 tahun dengan jumlah 43,8
januari 2019, jumlah responden yaitu 64 persen, untuk pendidikan terakhir paling
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 1, Januari 2019 71

banyak respondentermasuk dalam mengkonsumsi alkohol yaitu sebanyak


kategori tamat SMA dengan jumlah 32,8 64,1 persen
persen, dan sebagian besar responden
bekerja sebagai petani dengan jumlah Analisis Bivariat
51,6 persen. 1. Hubungan antara Kebiasaan Merokok
dengan Kejadian Hipertensi
Tabel 2. Distribusi Responden Tabel. 5. Hasil Uji Korelasi
Berdasarkan Kejadian Hipertensi Variabel R Nilai-P
Kejadian Hipertensi
Derajat Hipertensi n % 0.726 0.000
Kebiasaan Merokok
Hipertensi Tingkat 2 5 7,8
Tabel 5 memperlihatkan hasil uji dari uji
Hipertensi Tingkat 1 35 54,7
Pre-Hipertensi 20 31,2 korelasi Spearman nilai P yang
Normal 4 6,2
Total 64 100 didapatkan yaitu 0,000 artinya ada
Tabel 2 memperlihatkan responden hubungan antara variable kebiasaan
paling banyak termasuk dalam derajat merokok dengan variavel kejadian
hipertensi tingkat 1 yaitu sebanyak 54,7 hipertensi pada pasien Puskesmas
persen. Kombi. Kekuatan korelasi antara
Tabel 3. Distribusi Responden kebiasaan merokok dengan kejadian
Berdasarkan Kebiasaan Merokok hipertensi kuat kea rah yang positif.
Merokok n % Hasil ini didukung dengan hasil yang
Ya 38 59,4
Tidak 26 40,6 diperoleh oleh Oroh (2013) menyatakan
Total 64 100
ada hubungan antara kebiasaan merokok
Tabel 3 responden yang memiliki
dengan kejadian hipertensi dengan hasil
kebiasaan merokok ialah sebanyak 59,4
uji statistik yaitu nilai p sebesar 0,000.
persen dan responden yang tidak
Sirkulasi darah dapat berkurang
memiliki kebiasaan merokok yaitu 40,6
dikarenakan oleh nikotin yang berada
persen.
dalam kandungan rokok yang dapat
menciutkan arteri kecil dan memperkuat
Tabel 4. Distribusi Responden
kerja jantung. Berhenti merokok adalah
Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi
perubahan perilaku yang baik untuk
Alkohol
mencegah penyakit kardiovaskular pada
Konsumsi Alkohol n %
Ya 41 64,1 penderita hipertensi. Kandungan kimia
Tidak 23 35,9
Total 64 100 yang beracun dalam rokok (Triyanto,
Tabel 4 memperlihatkan, responden 2014).
yang mempunyai kebiasaan Dalam tabel 2 menyatakan bahwa
pada sebagian besar pasien di
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 1, Januari 2019 72

Puskesmas Kombi masuk dalam Penelitian Jayanti (2017) juga


kategori hipertensi tingkat I yaitu 46.9 menunjukkan bahwa ada hubungan
persen, responden yang memiliki antara konsumsi alkohol dengan
kebiasaan merokok paling banyak kejadian hipertensi, berdasarkan hasil uji
termasuk dalam hipertensi tingkat I. rank spearman yang menunjukkan nilai
Yashinta (2015) menyatakan bahwa p sebesar 0,0001 dengan α = 0,05 (ρ<α)
kebiasaan merokok akan meningkatkan dan nilai r 0,566. Konsumsi minuman
tingkat hipertensi kepada penderita alkohol yang berlebih pada masyarakat
hipertensi, dan yang dulunya tidak dapat berdampak pada penurunan
pernah mengalami hipertensi maka akan kesehatan yang akan mengganggu dan
mengalami hipertensi tingkat I. Konsep merusak fungsi beberapa organ yaitu
ini mengandung pengertian bahwa salah satunya adalah hati, fungsi hati
semakin banyak kadar zat-zat beracun akan terganggu sehingga mempengaruhi
tersebut maka semakin berat juga kinerja dan fungsi jantung. Gangguan
hipertensi terjadi. Kadar zat -zat kimia fungsi jantung yang terjadi pada
rokok dalam darah secara langsung akhirnya menyebabkan hipertensi. Hal
ditentukan banyak sedikitnya konsumsi ini terjadi karena alkohol merangsang
rokok (Sutomo, 2009). epinefrin atau adrenalin yang membuat
arteri mengecil dan menyebabkan
2. Hubungan Kebiasaan Konsumsi penimbunan air dan natrium.
Alkohol dengan Kejadian Hipertensi Kebiasaan mengkonsumsi alkohol
Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Hubungan pada pasien di Puskesmas Kombi
Kebiasaan Konsumsi Alkohol dengan tergolong tinggi karena meminum
Kejadian Hipertensi. minuman beralkohol telah menjadi
Variabel R Nilai-P budaya yang dianut oleh masyarakat
Kejadian Hipertensi
Kebiasaan Konsumsi 0.799 0.000 secara turun temurun, masyarakat
Alkohol mengenal minuman beralkohol sebagai
Tabel 6 memperlihatkan hasil uji dari uji
minuman yang dapat menambah nafsu
korelasi Spearman, nilai P yang didapat
makan, mengahangatkan tubuh dan
yaitu 0,000 artinya terdapat hubungan
dapat mendorong semangat untuk
antara kebiasaan variabel mengkonsumsi
bekerja, dari hasil peneltian dapat dilihat
alkohol dengan variabel kejadian
lebih dari sebagian responden
hipertensi pada pasien di Puskesmas
mengkosumsi minuman beralkohol yaitu
Kombi, dengan kekuatan korelasi antara
64,1 persen responden. Jenis alkohol
konsumsi alkohol dengan kejadian
yang paling banyak dikonsumsi
hipertensi kuat kearah positif.
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 1, Januari 2019 73

responden (85,4%) yaitu jenis minuman mengurangi hingga berhenti merokok


cap tikus, cap tikus termasuk dalam dan mengkonsumsi alkohol agar tidak
alkohol golongan C (kadar alkohol 20- menimbulkan penyakit hipertensi atau
55%). Komaling (2013) menyatakan meninggkatkan derajat penyakit
bahwa jenis minuman beralkohol yang hipertensi tingkat I menjadi hipertensi
paling sering dikonsumsi responden tingkat II. Selanjutnya, untuk penelitian
(51%) yang mengalami hipertensi selanjutnya dapat mengkaji tentang
adalah jenis minuman cap tikus faktor-faktor risiko lainnya yang dapat
(golongan C). mempengaruhi kejadian hipertensi.
Kandungan alkohol bukan dilihat dari
berapa jumlah minuman alkohol yang DAFTAR PUSTAKA
dikonsumsi tapi dari berapa banyak Anonim. 2016. Global Information
System on Alcohol and Health
kadar alkohol dalam minuman tersebut,
(GISAH). Diakses pada 1
karena kadar alkohol yang menentukan September 2018
https://www.who.int/gho/alcohol/
berapa banyak alkohol yang diserap
en/
tubuh. Pada kadar alkohol yang berbeda,
Dinkes Sulawesi Utara. 2017. Laporan
kecepatan penyerapan dalam tubuh juga Tahunan Tahun 2017. Manado.
akan berbeda. Alkohol yang paling cepat Dinkes Minahasa. 2017. Laporan
diserap tubuh adalah alkohol yang Tahunan Tahun 2017. Tondano.
memiliki kadar 10-30% (Nurwijaya. H, Firman. 2011. Faktor Risiko Kejadian
Hipertensi pada Pasien Rawat
Ikawati. Z, 2009) Jalan Puskesmas di Kabupaten
Wonosobo. UGM : Tesis.
Yogyakarta.
KESIMPULAN
Herbert, W. 2012. Faktor Risiko
Berdasarkan penelitian yang telah
Hipertensi Esensial pada Deasa
dilakukan di Puskesmas Kombi Muda di Kecamatan Banyudono
Kabupaten Boyolali. UGM :
Kecamatan Kombi Kabupaten
Tesis. Yogyakarta.
Minahasa, dapat disimpulkan bahwa
Jayanti, I. 2017. Hubungan Pola
terdapat hubungan antara kebiasaan Konsumsi Minuman Beralkohol
merokok dan konsumsi alkohol dengan terhadap Kejadian Hipertensi
pada Tenaga Kerja Pariwisata di
kejadian hipertensi pada pasien di Kelurahan Legian. Universitas
Puskesmas Kombi Kecamatan Kombi Dhyana Pura : Jurnal Kesehatan.
Denpasar.
Kabupaten Minahasa. Berdasarkan hal
Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan
tersebut maka masyarakat yang Dasar, RISKESDAS 2007.
memiliki kebiasaan merokok dan Jakarta : Balitbang Kemenkes RI.
konsumsi alkohol diharapkan
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 1, Januari 2019 74

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Puskesmas Kombi. 2018. Data Penyakit
Dasar, RISKESDAS 2013. Hipertensi. Kombi.
Jakarta : Balitbang Kemenkes RI.
Sutomo, B. 2009. Cara-Cara Tepat
Komaling, J. 2013. Hubungan Konsumsi Dalam Menghadapi Hipertensi.
Alkohol dengan Kejadian Jakarta : De Media Pustaka.
Hipertensi pada Laki-Laki di
Desa TompasoBaru II Kecamatan Triyanto E. 2014. Pelayanan
Tompasobaru Kabupaten Keperawatan Bagi Penderita
Minahasa Selatan. Universitas Hipertensi Secara
Samratulangi: Jurnal Kesehatan. Terpadu,Yogyakarta : Graha
Manado. Ilmu.

Nelwan, E. J., Widjajanto, E., Andarini, WHO. 2011. Global Adults Tobacco
S., & Djati, M. S. (2017). Survey (GATS). Diakses 1
Modified Risk Factors for September 2018.
Coronary Heart Disease http://www.who.int/tobacco/surve
(CHD) in Minahasa Ethnic illance/survey/gats/indonesia_rep
Group From Manado City ort.pdf
Indonesia. The Journal of WHO. 2013. A global brief on
Experimental Life Hypertension: silent killer, global
Science, 6(2), 88-94. public health crisis (World Health
Nelwan, J. E., Widjajanto, E., Andarini, Da 2013).
S., Djati, S., & Sumampouw, http://www.who.int/cardiovascula
O. J. 2018. The Role of r_diseases/about-
Mapalus Culture by Minahasa cvd/en/accessed.pdf
Ethnic in North Sulawesi to
the Coronary Heart Disease WHO. 2014. Non Communicable
Incidents. Diseases (NDC). Diakses 1
September 2018.
Nurwijaya, H, Ikawati, Z. 2009. Bahaya http://www.who.int/nmh/countries
Alkohol Dan Cara Mencegah /idn_en.pdf
Kecanduannya. Jakarta : Elex
Media Komputindo. Yashinta Octavian G.S, Delmi D, dan
Yuniar L. 2015. Hubungan
Oroh, D. 2013. Hubungan Antara Merokok Dengan Kejadian
Kebiasaan Merokok Dengan Hipertensi Pada Laki-Laki Usia
Kejadian Hipertensi Pada Pasien 35-65 Tahun Di Kota Padang.
Poliklinik Umum Di Puskesmas Universitas Andalas. Jurnal
Tumaratas. Universitas Kesehatan. Padang.
Samratulangi : Jurnal Kesehatan.
Manado.
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI


DI PUSKESMAS KOLONGAN KECAMATAN KALAWAT
KABUPATEN MINAHASA UTARA

Meylen Suoth
Hendro Bidjuni
Reginus T. Malara

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: meylensuoth@yahoo.com

Abstract. Hypertension disease is strongly influenced by an Unhealthy lifestyle. There are


several things that cause hypertension disease, include consuming foods, no physical activity
and do not exercise regularly, can not control the stress, and the presence of smoking habit.
The purpose of this research is to know the relation of hypertension disease with lifestyle.
This research was carried out with the cross sectional method. The selection of samples by
using purposive sampling, a sample of 32 respondents, data collection is done by filling the
questioner. Furthermore the data that has been collected using computer assisted program by
using Correlation Spearman Rho test with significance level ( ) 0,05. The results of this
research show food consumption had significance values (p)=0,004 with thus it can said H1
accepted and H0 is rejected. Physical activity obtained significant result (p)=0,000 with thus
it can be said H1 accepted and H0 is rejected. Stress had significant value (p)=0.002 with
thus it can be said H1 accepted and H0 is rejected. Smoke had significant value (p)=0,447
with thus it can be said H1 accepted and H0 is rejected. Conclusions : lifestyles greatly
influence the occurrence of disease of hypertension. Suggestions which can be given to
patients with hypertension disease is to always control the blood pressure and avoiding the
factors that cause hypertension disease.
Keywords: Lifestyle, consuming foods, smoke, stress, physical activity.

Abstrak. Penyakit hipertensi sangat dipengaruhi oleh Gaya hidup yang tidak sehat. Ada
beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, diantaranya mengkonsumsi
makanan, tidak melakukan aktifitas fisik serta tidak berolahraga secara teratur, tidak dapat
mengendalikan stres dan adanya kebiasaan merokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan gaya hidup dengan penyakit hipertensi. Metode penelitian ini
dilaksanakan dengan metode Cross sectional, pemilihan sampel dengan purposive sampling.
Sampel 32 responden, pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner. Selanjutnya
data yang telah terkumpul diolah menggunakan bantuan komputer dengan menggunakan uji
Korelasi Spearman Rho dengan tingkat kemaknaan ( ) 0,05. Hasil penelitian ini
menunjukkan konsumsi makanan didapat nilai signifikan (p)=0,004 dengan demikian H1
diterima dan H0 ditolak. Aktifitas fisik didapat nilai signifikan (p)=0,000 dengan demikian
H1 diterima H0 ditolak. Stres didapat nilai signifikan (p)= 0,002 dengan demikian H1
diterima dan H0 ditolak. Merokok didapatkan nilai signifikan (p)=0,447 dengan demikian
maka dapat dikatakan H0 diterima dan H1 ditolak. Kesimpulan: gaya hidup sangat
mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi. Saran yang dapat diberikan adalah bagi
penderita penyakit hipertensi untuk selalu mengontrol tekanan darah dan menghindari faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi.
Kata kunci: Gaya hidup, Konsumsi makanan, Merokok, Stres, Aktifitas fisik.

1
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014

PENDAHULUAN hipertensi pada pasien yang berobat di


Pelayanan kesehatan yang diberikan Poliklinik dewasa Puskesmas Bangkinang
puskesmas merupakan pelayanan yang (Anggraini, 2009).
menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif Berdasarkan data awal yang diambil di
(pengobatan), preventif (pencegahan), Puskesmas Kolongan, Kecamatan Kalawat
promotif (peningkatan kesehatan), dan Kabupaten Minahasa Utara, tempat
rehabilitative (pemulihan kesehatan). bekerjanya peneliti dan tempat diadakannya
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penelitian, maka pada tanggal 17 Oktober
penduduk dengan tidak membedakan jenis 2013 telah diambil data dari petugas
kelamin dan golongan umur, sejak dari surveilans, jumlah pengidap penyakit
pembuahan dalam kandungan sampai tutup hipertensi tahun 2012 berjumlah 1138
usia (Muninjaya, 2010). penderita penyakit hipertensi. pada bulan
Pada abad 21 ini diperkirakan terjadi Januari sampai bulan Oktober 2013
peningkatan insidens dan prevalensi berjumlah 648 penderita penyakit hipertensi
Penyakit tidak menular (PTM) secara cepat dari 25.149 jumlah penduduk Kecamatan
yang merupakan tantangan utama masalah Kalawat (Laporan Surveilans, 2013).
kesehatan dimasa yang akan datang. WHO Sesungguhnya gaya hidup merupakan
memperkirakan pada tahun 2020 penyakit faktor terpenting yang sangat mempengaruhi
tidak menular akan menyebabkan 73% kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang
kematian dan 60% seluruh kesakitan di tidak sehat, dapat menyebabkan terjadinya
dunia. Diperkirakan Negara yang paling penyakit hipertensi, misalnya; Makanan,
merasakan dampaknya adalah Negara aktifitas fisik, stres, dan merokok
berkembang termasuk Indonesia (Rahajeng, (Puspitorini, 2009).
2009). Jenis makanan yang menyebabkan
Penyakit ini menjadi salah satu hipertensi yaitu makanan yang siap saji yang
masalah utama dalam kesehatan masyarakat mengandung pengawet, kadar garam yang
di Indonesia maupun dunia. Diperkirakan terlalu tinggi dalam makanan, kelebihan
sekitar 80% kenaikkan kasus hipertensi konsumsi lemak (Susilo, 2011).
terutama terjadi di negara berkembang pada Adapun cara penanganan untuk
tahun 2025 dari jumlah total 639 juta kasus menurunkan hipertensi adalah dengan
di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan beraktifitas secara fisik dan olahraga cukup
meningkat menjadi 1.15 miliar kasus di dan secara teratur. Kegiatan ini secara
tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada terbukti dapat membantu menurunkan
angka penderita hipertensi dan pertambahan hipertensi, oleh karena itu penderita
penduduk saat ini (Ardiansyah, 2012). hipertensi dianjurkan untuk berolahraga
Pada tahun 2012 penderita hipertensi cukup dan secara teratur (Wolf, 2008).
di Sulawesi utara mencapai 33.968 kasus Pada saat tekanan darah meningkat.
(Dinkes Provinsi Sulut, 2013). hormon epinefrin atau adrenalin akan
Penelitian sebelumnya yang dilakukan dilepaskan. Adrenalin akan meningkatkan
oleh Anggraini 2009, dalam Penelitian tekanan darah melalui kontraksi arteri
tentang judul faktor-faktor yang (Vasokonstriksi) dan peningkatan denyut
berhubungan dengan kejadian hipertensi jantung, dengan demikian orang akan
pada pasien yang berobat di Poliklinik mengalami stress. Jika stres berlanjut,
dewasa Puskesmas Bangkinang, kesimpulan tekanan darah akan tetap tinggi sehingga
bahwa hasil penelitian adanya hubungan orang tersebut mengalami hipertensi
antara faktor-faktor dengan kejadian (Junaidy, 2010).

2
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014

Kebiasaan Merokok dapat juga belum ada yang melakukan penelitian di


menyebabkan penyakit hipertensi. Zat puskesmas Kolongan yang berkaitan dengan
nikotin yang terdapat dalam rokok dapat judul Hubungan gaya hidup dengan kejadian
meningkatkan pelepasan epinefrin yang hipertensi di Puskesmas Kolongan
dapat mengakibatkan terjadinya Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa
penyempitan dinding arteri. Zat lain dalam Utara.
rokok adalah Karbon monoksida (Co) yang
mengakibatkan jantung akan bekerja lebih METODOLOGI PENELITIAN
berat untuk memberi cukup oksigen ke sel- Penelitian dilakukan dengan
sel tubuh. Rokok berperan membentuk menggunakan metode penelitian survei
arterosklerosis dengan cara meningkatkan dengan menggunakan rancangan penelitian
pengumpalan sel-sel darah (Dalimartha, cross sectional yaitu menekankan pada
2008). waktu pengukuran/observasi data variabel
Tekanan darah tinggi atau hipertensi independen dan dependen hanya satu kali
merupakan penyakit yang ditandai dengan pada satu saat. Bertujuan untuk
peningkatan tekanan darah melebihi normal. memperoleh prevalensi atau efek suatu
Hipertensi sering mengakibatkan keadaan fenomena atau variabel dependen
yang berbahaya karena keberadaannya dihubungkan dengan penyebab atau variabel
sering kali tidak disadari dan kerap tidak independen (Siswanto, 2013).
menimbulkan keluhan yang berarti; sampai Penelitian dilaksanakan selama satu
suatu waktu terjadi komplikasi jantung, bulan yaitu bulan Desember 2013 s/d Bulan
otak, ginjal, mata , pembuluh darah, atau Januari 2014. Rancangan waktu penelitian
organ-organ vital lainnya. Namun demikian mulai dari penyusunan proposal sampai
penyakit hipertensi sangat dipengaruhi oleh dengan penyusunan laporan skripsi.
makanan yang dikonsumsi masyarakat. Pola Penelitian dilakukan di Puskesmas
hidup sehat dan pola makan sehat Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten
merupakan pilihan tepat untuk menjaga diri Minahasa Utara. Beberapa alasan utama
terbebas dari hipertensi. Semuanya yang mendasari sehingga peneliti merasa
dilakukan secara terus menerus, tidak boleh tertarik melakukan penelitian di Puskesmas
temporer. Sekali kita lengah menjaga diri Kolongan, adalah peneliti bekerja di tempat
dengan tidak mengikuti pola hidup sehat, ini, peneliti melihat ada beberapa pasien
dipastikan kita akan mudah terkena hipertensi yang datang berobat, dan selama
hipertensi dan penyakit lainnya (Susilo, ini belum ada yang melakukan penelitian di
2011). Puskesmas Kolongan yang berkaitan dengan
Berdasarkan data yang ada dan judul yang peneliti teliti.
meningkatnya penyakit hipertensi tersebut, Populasi dalam penelitian ini yaitu
maka penulis ingin membuat sebuah semua penderita hipertensi yang berkunjung/
penelitian tentang hubungan gaya hidup berobat di Puskesmas Kolongan Kecamatan
dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Kalawat. Besar sampel penelitian didasarkan
Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten pada presentase dari besarnya populasi.
Minahasa Utara. Beberapa alasan sehingga Teknik ini cocok dipakai pada penelitian
peneliti merasa tertarik melakukan survei dengan pengambilan sampel 5% dari
penelitian di Puskesmas Kolongan adalah, total populasi atas pertimbangan biaya, jadi
peneliti bekerja di tempat ini dan peneliti total populasi yang diambil yaitu 32 pasien
melihat ada banyak pasien penderita responden (Saryono,2010).
hipertensi yang datang berobat. Selama ini

3
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014

Pengambilan sampel dilakukan b. Skore tertinggi x jumlah pertanyaan :


dengan teknik purposive sampling yaitu cara 2x3=6
pengambilan sampel untuk tujuan tertentu, c. Nilai median diperoleh adalah
dimana teknik penetapan sampel dengan : (3 + 6) : 2 = 4,5
cara memilih sampel diantara populasi dengan kategori penilaian Tidak (jika
sesuai yang dikehendaki oleh peneliti skor jawaban < dari nilai median)
sehingga sampel tersebut dapat mewakili yaitu: skore < 5 dan Ya (jika skor
karakteristik populasi yang telah dikenal jawaban ≥ dari nilai median) yaitu :
sebelumnya (Siswanto, 2013). skore ≥ 5.
Instrumen penelitian ini 3. Kuesioner untuk menilai gaya hidup:
menggunakan kuesioner yang diambil dari stress yaitu sebanyak 5 nomor dan
jurnal Aisyiyah (2009), dengan judul faktor penentuan jawaban menurut skala
resiko hipertensi pada empat Guttman, dimana setiap pernyataan
Kabupaten/Kota dengan prevalensi dijawab Ya diberi skore 1, Tidak diberi
hipertensi tertinggi di Jawa dan Sumatera. skore 2.
1. Kuesioner untuk menilai gaya hidup: Untuk penetapan kategori dilakukan
konsumsi makanan yaitu sebanyak 5 berdasarkan median, yaitu:
nomor dan penentuan jawaban menurut a. Skore terendah x jumlah pertanyaan
skala Likker, dimana setiap pernyataan :1x5=5
dijawab > 1 kali perhari diberi skore 1, 1 b. Skore tertinggi x jumlah pertanyaan
kali per hari diberi skore 2, 3-6 kali sehari : 2 x 5 = 10
diberi skore 3, 1-2 kali perminggu diberi c. Nilai median diperoleh adalah
skore 4, < 3 kali per bulan diberi skore 5, : (5 + 10) : 2 = 7,5
tidak pernah diberi skore 6. dengan kategori penilaian Ya (jika skor
Untuk penetapan kategori dilakukan jawaban < dari nilai median) yaitu:
berdasarkan median, yaitu: skore < 8 dan Tidak (jika skor jawaban
a. Skore terendah x jumlah pertanyaan: ≥ dari nilai median) yaitu : skore ≥ 8
1x5=5 4. Kuesioner untuk menilai gaya hidup:
b. Skore tertinggi x jumlah pertanyaan : Merokok yaitu sebanyak 1 nomor dan
6 x 5 = 30 penentuan jawaban menurut skala
c. Nilai median diperoleh adalah: Guttman, dimana setiap pernyataan
(5 + 30) : 2 = 20,5 dijawab Ya diberi skore 1, Tidak diberi
dengan kategori penilaian Baik (jika skor skore 2.
jawaban < dari nilai median) yaitu: skore Analisis data bivariat Dilakukan untuk
< 20 dan Kurang (jika skor jawaban ≥ melihat hubungan antar variabel dengan
dari nilai median) yaitu : skore ≥ 20. menggunakan uji statistik, yang akan
2. Kuesioner untuk menilai gaya hidup: digunakan adalah uji chi square dengan
aktifitas fisik yaitu sebanyak 3 nomor dan tingkat kemaknaan 95% α 0,05, analisa data
penentuan jawaban menurut skala yang dikumpulkan diolah dengan
Guttman, dimana setiap pernyataan menggunakan bantuan komputer program
dijawab Ya diberi skore 2, Tidak diberi SPSS ( Statistical Program for Social
skore 1. Science). Data bivariat menggunakan uji
Untuk penetapan kategori dilakukan statistik spearman rho untuk mengetahui
berdasarkan median, yaitu: hubungan antara 2 variabel, dengan tingkat
a. Skore terendah x jumlah pertanyaan kemaknaan (α) : 0,05, jika nilai signifikan
:1x3=3 (p) lebih kecil dari α maka dikatakan hasil

4
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014

penelitian diterima, dan jika nilai signifikan


(p) lebih besar dari α maka dikatakan hasil
penelitian ditolak. Penilaian angka korelasi
menentukan kuat dan lemahnya hubungan
variabel yaitu: (Sarwono J., 2006).
Korelasi sangat lemah : 0 – 0,25
Korelasi cukup : 0,25 – 0,5,
Korelasi kuat : 0,5 – 0,75,
Korelasi sangat kuat : 0,75 – 1 : 0,75 – 1

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 5.2. Distribusi Menurut Jenis Kelamin


Responden Di Puskesmas Kolongan Kecamatan
Karakteristik Responden Kalawat Kabupaten Minahasa Utara

1. Distribusi Menurut Usia Responden Di Gambar 5.2 menunjukkan bahwa sebagian


Puskesmas Kolongan Kecamatan besar responden dengan jenis kelamin
Kalawat Kabupaten Minahasa Utara perempuan sebanyak 22 orang (68,8%)
dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 10 orang (31,3%) dari 32
responden.

3. Distribusi Menurut Tingkat Pendidikan


Responden

Gambar 5.1. Distribusi Menurut Usia Responden Di


Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten
Minahasa Utara

Gambar 5.1 menunjukkan bahwa Gambar 5.3. Distribusi Menurut Tingkat Pendidikan
sebagian besar dengan kelompok usia 50-59 Responden Di Puskesmas Kolongan Kecamatan
Kalawat Kabupaten Minahasa Utara
tahun sebanyak 15 orang (46,9%) dan yang
paling sedikit pada kelompok umur > 80
tahun yang masing-masing sebanyak 1 Gambar 5.3 menunjukkan bahwa responden
orang (3%) dari 32 responden. dengan tingkat pendidikan menengah (tamat
SMA sederajat) sebanyak 23 orang (71,9%)
2. Distribusi Menurut Jenis Kelamin dan yang paling sedikit pada tingkat
Responden Di Puskesmas Kolongan pendidikan tinggi (tamat perguruan tinggi)
Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa dari 32 responden.
Utara
4. Distribusimenurut menurut lama
menderita hipertensi Di Puskesmas
Kolongan Kecamatan Kalawat
Kabupaten Minahasa Utara

5
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014

2. Distribusi Menurut Gaya Hidup :


14 Aktifitas Fisik
13 13 21 orang
12 25
orang orang (65,6%)
10 (40,6%) (40,6%)
20
8 4 orang
6 (12,5%) 11 orang
2 orang 15
4 (34,4%)
(6,3%)
2 10
0
5
< 1 tahun 1-3 tahun 3-5 tahun > 5 tahun
0
Gambar 5.4. Distribusi Menurut Lama Menderita Ya Tidak
Hipertensi Di Puskesmas Kolongan Kecamatan
Kalawat Kabupaten Minahasa Utara Gambar 5.6. Distribusi Menurut Gaya Hidup :
Melakukan Aktifitas Fisik Responden Di Puskesmas
Gambar 5.4 menunjukkan bahwa responden Kolongan Kecamatan Kalawat
yang paling banyak dengan lama menderita Kabupaten Minahasa Utara
hipertensi yang paling banyak 1-3 tahun dan
3-5 tahun yang masing-masing sebanyak 13 Gambar 5.6 menunjukkan bahwa responden
orang (40,6%) dan yang paling sedikit yang paling banyak dalam penelitian dengan
dengan lama menderita hipertensi < 1 tahun gaya hidup melakukan aktifitas fisik
sebanyak 2 orang (6,3%) dari 32 responden. sebanyak 21 orang (65,6%) dibanding yang
tidak sebanyak 11 orang (34,4%) dari 32
Variabel Yang Diteliti responden.

1. Distribusi Menurut Gaya Hidup : 3. Distribusi Menurut Gaya Hidup : Stress


Konsumsi Makanan
26 orang
30
25 21 orang (81,3%)
(65,6%) 25
20
11 orang
15 (34,4%)
20

10 15
5 10 6 orang
(18,8%)
0
5
Baik Kurang
0
Gambar 5.5. Distribusi Menurut Gaya Hidup :
Konsumsi Makanan Responden Di Puskesmas Tidak Ya
Kolongan Kecamatan Kalawat Gambar 5.7. Distribusi Menurut Gaya Hidup :
Kabupaten Minahasa Utara Mengalami Stres Di Puskesmas Kolongan
Kecamatan Kalawat Kabupaten
Minahasa Utara
Gambar 5.5 menunjukkan bahwa responden
yang paling banyak dalam penelitian dengan Gambar 5.7 menunjukkan bahwa responden
gaya hidup konsumsi makanan yang baik yang paling banyak dengan tidak mengalami
sebanyak 21 orang (65,6%) dibanding yang stres sebanyak 26 orang (81,3%) sedangkan
kurang baik sebanyak 11 orang (34,4%) dari yang mengalami stres sebanyak 6 orang
32 responden. (18,8%) dari 32 responden

6
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014

4. Distribusi Menurut Gaya Hidup : Data Bivariat


Merokok Tabel 5.1. Tabulasi Silang Hubungan Gaya
25 23 orang Hidup : Konsumsi Makanan Dengan
(71,9%) Kejadian Hipertensi Di Puskesmas
20 Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten
Minahasa Utara
15 9 orang Konsums Penyakit Hipertensi
Total Nilai
(28,1%) i Prehiperte Hipertensi Hipertensi (p)
10 makanan nsi Stadium 1 Stadium 2
10 10 1 21
5 Baik
31,2 % 31,2 % 3,2% 65,6%

0 0 9 2 11
Kurang 0,004
0% 28,2 % 6,2% 34,4%
Ya Tidak
10 19 3 32
Gambar 5.8. Distribusi Menurut Gaya Hidup : Total
31,2 % 59,4% 9,4% 100%
Merokok Di Puskesmas Kolongan Kecamatan
Kalawat Kabupaten Minahasa Utara Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0,495

Gambar 5.8 menunjukkan bahwa responden


yang paling banyak dengan tidak merokok Berdasarkan tabel 5.1, dijelaskan
sebanyak 23 orang (71,9%) sedangkan yang bahwa responden dengan gaya hidup
merokok sebanyak 9 orang (28,1%) dari 32 mengkonsumsi makanan yang baik dan
responden. ditemukan prehipertensi sebanyak 10 orang
(31,2%), hipertensi stadium 1 sebanyak 10
5. Distribusi Menurut Penyakit Hipertensi orang (31,2%) dan hipertensi stadium 2
20 19 orang sebanyak 1 orang (3,2%). Responden
(59,4%) dengan gaya hidup mengkonsumsi makanan
15 10 orang
(31,2%) yang tidak baik dan ditemukan hipertensi
10 stadium 1 sebanyak 9 orang (28,2%) dan
3 orang hipertensi stadium 2 sebanyak 2 orang
5 (9,4%)
(6,2%).
0
Hasil uji statistik Spearman’s rho
dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05
Prehipertensi Hipertensi Hipertensi
Stadium 1 Stadium 2 didapatkan nilai Signifikan (p) = 0, 004
yang lebih kecil dari α = 0,05 dengan
Gambar 5.9. Distribusi Menurut Kejadian Hipertensi
demikian maka dapat dikatakan H1 diterima
Di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat
Kabupaten Minahasa Utara dan H0 ditolak artinya ada hubungan yang
bermakna antara tingkat gaya hidup :
Gambar 5.9 menunjukkan bahwa responden konsumsi makanan dengan kejadian
yang paling banyak dalam penelitian ini hipertensi di Puskesmas Kolongan
berada pada tingkatan hipertensi stadium 1 Kecamatan Kalawat. Selanjutnya nilai
sebanyak 19 orang (59,4%) sedangkan yang koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar
paling sedikit pada tingkatan hipertensi 0,495 menunjukkan bahwa kekuatan
stadium 2 sebanyak 3 orang (9,4%) dari 32 korelasi yaitu cukup.
responden.

7
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014

Tabel 5.2 Tabulasi Silang Hubungan Gaya Penyakit Hipertensi


Total Nilai
Stres Prehiper- Hipertensi Hipertensi
Hidup : Aktifitas Fisik Dengan Kejadian (p)
tensi Stadium 1 Stadium 2
Hipertensi Di Puskesmas Kolongan
10 16 0 26
Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Tidak
31,2 % 50,1% 0% 81,3%
Utara
0 3 3 6
Penyakit Hipertensi Ya 0,002
Aktifitas Total Nilai 0% 9,4% 9,4% 18,8%
Fisik Prehiper- Hipertensi Hipertensi (p)
tensi Stadium 1 Stadium 2 10 19 3 32
Total
31,2 % 59,4% 9,4% 100%
10 11 0 21
Ya
31,2 % 32,4 % 0% 63,6% Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0,537
0 8 3 11
Tidak 0,000
0% 27 % 9,4% 36,4% Berdasarkan tabel 5.3, dijelaskan
10 19 3 32
bahwa responden dengan gaya hidup yang
Total tidak mengalami stres dan ditemukan
31,2 % 59,4% 9,4% 100%

Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0,584


prehipertensi sebanyak 10 orang (31,2%)
dan hipertensi stadium 1 sebanyak 16 orang
(50,1%). Responden dengan gaya hidup
Berdasarkan tabel 5.2, dijelaskan yang mengalami stres dan ditemukan
bahwa responden dengan gaya hidup hipertensi stadium 1 sebanyak 3 orang
melakukan aktifitas fisik setiap hari dan (9,4%) dan hipertensi stadium 2 sebanyak 3
ditemukan prehipertensi sebanyak 10 orang orang (9,4%).
(31,2%) dan hipertensi stadium 1 sebanyak Hasil uji statistik Spearman’s rho
11 orang (32,4%). Responden dengan gaya dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05
hidup yang tidak melakukan aktifitas fisik didapatkan nilai Signifikan (p) = 0, 002
setiap hari dan ditemukan hipertensi stadium yang lebih kecil dari α = 0,05 dengan
1 sebanyak 8 orang (27%) dan hipertensi demikian maka dapat dikatakan H1 diterima
stadium 2 sebanyak 3 orang (9,4%). dan H0 ditolak artinya ada hubungan yang
Hasil uji statistik Spearman’s rho bermakna antara tingkat gaya hidup : stres
dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05 dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
didapatkan nilai Signifikan (p) = 0, 000 Kolongan Kecamatan Kalawat. Selanjutnya
yang lebih kecil dari α = 0,05 dengan nilai koefisien korelasi Spearman rho (r)
demikian maka dapat dikatakan H1 diterima sebesar 0,537 menunjukkan bahwa kekuatan
dan H0 ditolak artinya ada hubungan yang korelasi yaitu kuat.
bermakna antara tingkat gaya hidup :
aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi di Tabel 5.4. Tabulasi Silang Hubungan Gaya
Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat. Hidup : Merokok Dengan Kejadian
Selanjutnya nilai koefisien korelasi Hipertensi Di Puskesmas Kolongan
Spearman rho (r) sebesar 0,584 Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa
menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu Utara
kuat.
Penyakit Hipertensi
Total Nilai
Merokok
Tabel 5.3. Tabulasi Silang Hubungan Gaya Prehiper- Hipertensi Hipertensi (p)
tensi Stadium 1 Stadium 2
Hidup : Stres Dengan Kejadian Hipertensi 2 5 2 9
Ya
Di Puskesmas Kolongan Kecamatan 6,3 % 15,5 % 6,3 % 28,1%
8 14 1 23
Kalawat Kabupaten Minahasa Utara Tidak
24,9% 43,9% 3,1% 71,9
0,447
10 19 3 32
Total
31,2 % 59,4% 9,4% 100%
Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0,139

8
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014

Berdasarkan tabel 5.4, dijelaskan Kecamatan Kalawat, Kabupaten


bahwa responden dengan gaya hidup Minahasa Utara.
merokok dan ditemukan prehipertensi
sebanyak 2 orang (6,3%), hipertensi stadium DAFTAR PUSTAKA
1 sebanyak 5 orang (15,5%) dan hipertensi Aisyiyah, Farida Nur. (2009). Jurnal faktor
stadium 2 sebanyak 2 orang (6,3%). resiko hipertensi pada empat
Responden dengan gaya hidup yang tidak Kabupaten/Kota dengan prevalensi
merokok dan ditemukan prehipertensi hipertensi tertinggi di Jawa dan
sebanyak 8 orang (24,9%), hipertensi Sumatera.
stadium 1 sebanyak 14 orang (43,9%) dan Anggraini, Ade Dian., Waren, Anes.,
hipertensi stadium 2 sebanyak 1 orang Situmorang, Eduward., Asputra,
(3,1%). Hendra., Siahaan, Silvia. (2008).
Hasil uji statistik Spearman’s rho Faktor-faktor yang berhubungan
dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05 dengan kejadian hipertensi pada
didapatkan nilai Signifikan (p) = 0, 447 pasien yang berobat di Poliklinik
yang lebih besar dari α = 0,05 dengan dewasa Puskesmas Bangkinang.
demikian maka dapat dikatakan H0 diterima http://yayankhyar.wordpress.com.
dan H1 ditolak artinya tidak ada hubungan Diakses 5 November 2013.
yang bermakna antara tingkat gaya hidup : Ardiansyah, Muhamad. (2012). Medikal
merokok dengan kejadian hipertensi di bedah. Yogyakarta: Diva Press.
Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat. Brunner dan Suddart. (2012). Buku ajar
Selanjutnya nilai koefisien korelasi keperawatan medical bedah. (Volume
Spearman rho (r) sebesar 0,139 2). Jakarta: EGC
menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu Casey, Aggie, R.N dan Benson, M.D.
sangat lemah atau dianggap tidak ada (2012). Panduan Harvard Medical
korelasi. School. Menurunkan Tekanan Darah.
Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer
KESIMPULAN Kelompok Gramedia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dalimartha, Setiawan., Purnama, Basuri T.,
diketahui bahwa: Sutarina Nora., Mahendra,B.,
- Ada hubungan yang bermakna antara Darmawan Rahmat. (2008). Care
gaya hidup dalam bentuk konsumsi your self Hipertensi. Jakarta: Penebar
makanan dengan kejadian hipertensi di Plus.
Puskesmas Kolongan, Kecamatan Dinkes Provinsi Sulut . (2013). Profil
Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara. Penyakit Hipertensi.
- Ada hubungan yang bermakna antara Junaidi, Iskandar. (2010). Hipertensi
gaya hidup dalam bentuk kemampuan Pengenalan, Pencegahan dan
mengatur stres dengan kejadian pengobatan. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
hipertensi di Puskesmas Kolongan, Komputer.
Kecamatan Kalawat, Kabupaten Laporan Surveilans (2013). Profil
Minahasa Utara. Puskesmas, Kolongan.
- Tidak ada hubungan yang bermakna Muninjaya, Gde. (2010). Buku Pedoman
antara gaya hidup dalam bentuk Kerja Puskesmas. (www.scribd.com/
kebiasaan merokok dengan kejadian doc. depkes).
hipertensi di Puskesmas Kolongan,

9
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014

Notoatmodjo S. (2010). Promosi Kesehatan Sihombing M. (2010), Hubungan Perilaku


dan Ilmu Perilaku. Bandung. PT. Merokok, Konsumsi Makanan/
Rineka Cipta. Minuman, dan Aktivitas Fisik Dengan
Oroh D. N. (2012), Hubungan Antara Penyakit Hipertensi Pada Responden
Kebiasaan Merokok Dan Konsumsi Obes Usia Dewasa Di Indonesia.
Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Pada Pasien Poliklinik Umum Di Biomedis dan Farmasi, Badan
Puskesmas Tumaratas Kecamatan Penelitian dan Pengembangan
Langowan Barat Kabupaten Kesehatan Jakarta.
Minahasa. (http://www.fkm.unsrat. (http://www.indonesia.digitaljournals.o
ac.id). Diakses 31 Januari 2014. rg). Diakses 31 Januari 2014.
Pranama V. F. (2012), Hubungan Antara Siswanto., Susila., Suyanto. (2013).
Aktifitas Fisik Dengan Tekanan Darah Metodologi Penelitian Kesehatan dan
Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Desa Pomahan Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo (www.lib.umpo. Suryani, Maya. (2008). Hubungan Antara
ac.id). Diakses 31 Januari 2014. Sikap Terhadap Kesehatan Merokok.
Prabowo A. (2005) Hubungan Stres Dengan (http//www. Journal. Uad.ac.Id.
Kejadian Hipertensi Pada Pasien php/Empathy/article). Diakses 02
Rawatinap Di Rumah Sakit DR. Oen November 2013.
Surakarta (http://www.eprint.undip. Susilo, Yekti dan Wulandari Ari. (2011).
ac.id). Diakses 31 Januari 2014. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi.
Prasestyorini H. T. Dan Prawesti D. (2012) Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Hubungan Stres Pada Penyakit Wahyuni. (2013). Hubungan tingkat
Terhadap Kejadian Komplikasi pendidikan dan jenis kelamin dengan
Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di kejadian hipertensi di Kelurahan
Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit Jagalan di wilayah kerja Puskesmas
Baptis Kediri (http://www.puslit2. Pucangsawit Surakarta.
petra.ac.id). Diakses 31 Januari 2014. www.digilib.kopertis6.or.id. Diakses
Puspitorini, Myra. (2009). Hipertensi Cara 18 Februari 2014.
Mudah Mengatasi Tekanan Darah Widyaningrum S. (2012), Hubungan Antara
Tinggi. (Cetakan 3). Yogyakarta: Konsumsi Makanan Dengan Kejadian
Image Press. Hipertensi Pada Lansia Di UPT
Ratnawati, Ika. (2011). Pemenuhan Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember
Kecukupan Gizi Bagi Pekerja. (http://www.respositori.enej.ac.id).
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Diakses 31 Januari 2014.
KIA. www.gizikia.depkes.go.Id/ Wolf, Hanns Peter. (2008). Hipertensi, Cara
archives. Diakses 30 Oktober 2013. Mendeteksi dan Mencegah Tekanan
Rosid. (2012). Disiksa Oleh Gaya Hidup. Darah Tinggi Sejak Dini. Jakarta: PT.
(http://Rosid.net/2012/10). Diakses 31 Bhuana Ilmu Populer kelompok
Oktober 2013. Gramedia.
Sarwono, J. (2006). Analisis Data
Penelitian. Jakarta: Penerbit Andi.
Saryono. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Edisi 3. Yogyakarta:
Mitra Cendekia Press.

10
VIVA MEDIKA
Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan
http://ejournal.uhb.ac.id/index.php/VM/issue/archive

STUDI KESTABILAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI


DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Suci Khasanah1, Maria Paulina Irma Susanti 2


1
Program Studi D3 Keperawatan Univeristas Harapan Bangsa
sucikhasanah@shb.ac.id
2
Program Studi D3 Keperawatan Univeristas Harapan Bangsa
mariapaulina@uhb.ac.id

ABSTRAK
Ketidakstabilan tekanan darah merupakan keadaan dimana tekanan darah berada dalam rentang
perubahan yang cenderung tetap. Tekanan darah penderita hipertensi dapat berubah sewaktu-
waktu, dan hal ini sulit diprediksi. Bahkan pada beberapa orang perubahan tekanan darah yang
jauh meningkat di atas normal terkadang penderita yang bersangkutan tidak dapat merasakan
perubahan tersebut. Hal tersebut dapat membahayakan keselamatan penderita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kestabilan tekanan darah dan faktor yang berkorelasi
pada penderita hipertensi di Desa Tambaksogra wilayah kerja Puskesmas 1 Sumbang.
Desain penelitian menggunakan rancangan observasional analisis study cross sectional. Besar
sampel pada penelitian ini 42 responden, dengan teknik cluster sampling. Pengamatan tekanan
darah dilakukan selama 6 hari, dengan setiap hari dilakukan pengukuran faktor yang
mempengaruhinya. Analisis menggunakan lamda dan koefisien kontingensi.
Hasil penelitian menunjukan 90,5% responden memiliki tekanan darah tidak stabil (90,5%).
Responden dengan kualitas tidur yang buruk paling banyak memiliki tekanan darah yang tidak
stabil (80,9%), p value 0.032; paling dominan yang mengalami ketidakstabilan tekanan darah
tingkat stres normal (40,5%), p value 0,143; responden obesitas maupun tidak obesitas paling
panyak tekanan darah tidak stabil dengan p value 0,898.
Kesimpulan hampir seluruh responden mengalami ketidakstabilan tekanan darah dalam 6 hari
pengamatan dan ada hubungan antara kualitas tidur dengan ketidakstabilan tekanan darah.

Kata Kunci : Kestabilan tekanan darah, kualitas tidur, stres, obesitas

ABSTRACT
Instability of blood pressure is a condition in which the blood pressure is within the range of
changes that tends to be constant. The blood pressure on the hypertensive people may change
anytime, and it is difficult to be predicted. Even in some cases, the change of blood pressure
cannot be felt by the sufferers, although it is much higher than the normal range. This may
endanger the sufferers’ condition.
This research aimed to know the blood pressure stability and the related factors of hypertensive
people in Tambaksogra Village, Community Health Center 1 Sumbang.
This research used observational analysis study design with cross sectional approach. The number
of samples was 42 respondents; it was taken by using cluster sampling technique. The observation
of blood pressure were done in 6 (six) days with daily measurement of the influencing factors. The
data was analyzed by using lamda and coefficient of contingency.
The result of the research showed that 90,5% of the respondents had unstable blood pressure
(90,5%). The respondents with bad sleep quality were the most respondents who had unstable
blood pressure (80,9%), p value 0,032; dominantly the respondents having unstable blood
pressure were those who had normal level of stress (40,5%), p value 0,143; the obese respondents
or non-obese respondents were the most respondents who had unstable blood pressure with p
value 0,898.
It can be concluded that almost all respondents have unstable blood pressure in six days
observation and there is a correlation between sleep quality and the instability of blood pressure.
Keywords: Blood Pressure Stability, Sleep Quality, Stress, and Obesity

Viva Medika | VOLUME 11/NOMOR 02/MARET/2019

84
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 11 (02), Maret 2019
Suci Khasanah, Maria Paulina Irma Susanti (Studi Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya)

PENDAHULUAN kasus menjadi 7223 kasus hipertensi.


Puskesmas 1 Sumbang menempati
Hipertensi adalah suatu kelainan
urutan tertinggi kasus hipertensi se
dimana tekanan darah di atas nilai
Kabupaten Banyumas pada tahun
nomal. Hipertensi masih
2016. Pada tahun 2015 terdapat 464
menduduki peringkat pertama
penderita hipertensi, kemudian
penyebab penyakit kardiovaskuler,
meningkat menjadi 828 penderita
yaitu penyakit jantung koroner yang
hipertensi pada tahun 2016 (Dinkes
menyebabkan kematian hingga 45%.
Banyumas, 2016). Laporan diagnosis
Pada tahun 2025, 30% penduduk
penyakit rawat jalan di Puskesmas 1
dunia diperkirakan menderita
Sumbang bulan Desember
hipertensi. Begitu juga di Indonesia,
menunjukkan bahwa hipertensi berada
kasus ini masih menjadi masalah
di urutan ke 2 sebanyak 314 orang
besar. Data statistik terbaru
dengan jumlah terbanyak di Desa
menyatakan bahwa terdapat 24,7%
Tambaksogra berjumlah 48 orang
penduduk Asia Tenggara dan 23,3%
(Laporan Bulanan Data Puskesmas 1
penduduk Indonesia berusia 18 tahun
Sumbang, 2016).
ke atas mengalami hipertensi pada
Hipertensi dan komplikasinya
tahun 2014 (Wanti, 2015).
dapat dicegah dengan gaya hidup sehat
Angka kejadian hipertensi di
dan mengendalikan faktor risiko.
Indonesia berdasarkan hasil Riset
Pencegahan hipertensi dilakukan
Kesehatan Dasar (Riskesdas)
dengan cara menerapkan pola hidup
Balitbangkes (2013) menunjukkan
yang sehat, berhenti merokok,
prevalensi hipertensi mencapai 25,8%.
mempertahankan berat badan dalam
Prevalensi hipertensi di Jawa Tengah
kondisi normal, mengatasi stres dan
didapatkan data sebesar 26,4%
emosi, menghindari minuman
(Departemen Kesehatan, 2013).
beralkohol, dan memeriksakan
Data Dinas Kesehatan
tekanan darah secara berkala
Banyumas pada tahun 2016
(Departemen Kesehatan RI, 2010).
menunjukkan peningkatan yang
Hipertensi menjadi salah satu
signifikan dari tahun 2015 yaitu 5596
penyebab paling umum dari fluktuasi
Viva Medika | VOLUME 11/NOMOR 02/MARET/2019

85
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 11 (02), Maret 2019
Suci Khasanah, Maria Paulina Irma Susanti (Studi Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya)

tekanan darah. Tekanan darah dapat ketidakstabilan tekanan darah pada


berfluktuasi secara signifikan jika penderita hipertensi.
seseorang memiliki penyakit Hasil survey yang dilakukan
hipertensi yang tidak diobati atau tidak oleh Setiani pada tanggal 17 sampai
dapat dikontrol (Erin, 2014). Tekanan 19 Januari 2017 terhadap 10 orang
darah penderita hipertensi dapat penderita hipertensi didapatkan 90%
berubah sewaktu-waktu, bahkan setiap orang mengalami ketidakstabilan
detik tekanan darah penderita tekanan darah. Dari 90% orang yang
hipertensi dapat berubah. mengalami ketidakstabilan sebagian
Hasil penelitian sebelumnya besar (66,7%) merasa tidurnya tidak
menunjukkan bahwa ketidakstabilan berkualitas dan merasa hidupnya tidak
tekanan darah pada penderita berkualitas karena sering merasakan
hipertensi dipercepat oleh beberapa tidak nyaman.
faktor, diantaranya adalah faktor Berdasarkan uraian latar
umur, kualitas tidur, stres, obat belakang di atas maka penulis tertarik
antihipertensi, konsumsi makanan untuk melakukan penelitian mengenai
yang asin atau mengandung banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
garam, obesitas, olahraga dan ketidakstabilan tekanan darah
merokok. Serangkaian penelitian yang khususnya pada penderita hipertensi.
dilakukan oleh Gangwisch et al
METODE PENELITIAN
(2006), Bansil et al (2011), Winarsih
Penelitian dilakukan di Desa
dkk (2012), Sulastri dkk (2012),
Tambak Sogra Kecamatan Kembaran
Noegroho dkk (2013), Keyzer et al
Wilayah Kerja Puskesmas Kembaran
(2014), Setyanda (2015) menyebutkan
1. Desain penelitian menggunakan
bahwa usia, stres, olahraga, obesitas,
rancangan observasional analisis study
kualitas tidur, kebiasaan merokok dan
cross sectional. Besar sampel pada
makanan yang mengandung banyak
penelitian ini 42 responden. Besar
garam serta makanan yang
sampel ditentukan dengan rumus
mengandung pengawet merupakan
solvin, dari besar populasi penderita
faktor yang menyebabkan
hipertensi 48 orang, dengan teknik

Viva Medika | VOLUME 11/NOMOR 02/MARET/2019

86
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 11 (02), Maret 2019
Suci Khasanah, Maria Paulina Irma Susanti (Studi Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya)

pengambilan sampel cluster sampling. Analisis data menggunakan


Cluster yang digunakan adalah 5 analisis univariate dan bivariate.
wilayah RW yang ada di Desa Analisis univariate untuk
Tambak Sogra. menggambarkan masing-masing
Variabel dependent dalam variabel. Dan analisis bivariate untuk
penelitian ini adalah kestabilan mengetahui hubungan antara variabel.
tekanan darah. Sedangkan variabel Untuk mengetahui hubungan variabel
independet yang diteliti meliputi: yang masing-masing berskala nominal
variabel kualitas tidur, tingkat stres analisis statistik yang digunakan
dan obesitas. adalah Koefisien Korelasi, dan untuk
Pengamatan tekanan darah mengengetahui hubungan antar
dilakukan selama 6 hari berturut turut veriabel yang berskala nominal ordinal
setiap sore hari dengan setiap hari menggunakan analisis Lamda
dilakukan pengukuran faktor yang
HASIL PENELITIAN DAN
mempengaruhinya (variabel
PEMBAHASAN
independet).
Gambaran kualitas tidur, tingkat stres,
Tekanan darah dikatakan stabil
obesitas, kestabilan tekanan darah dan
bila selama 6 hari tidak mengalami
kualitas hidup penderita hipertensi di
perubahan hasil tekanan darah dan
Desa Tambaksogra setelah dilakukan
dikatakan tidak stabil bila selama 6
pengukuran selama 6 hari adalah
hari mengalami perubahan tekanan
sebagai berikut:
darah sebesar ≥10 mmHg. Kualitas
Tabel 1
tidur diukur dengan Kuesioner PSQI Kualitas Tidur, Obesitas, Tingkat
modifikasi, dengan hasil ukur kualitas Stres, Kestabilan Tekanan Darah
dan Kualitas hidup Penderita
tidur buruk dan baik. Sedangkan tingkat Hipertensi di Desa Tambaksogra
stress menggunakan kuisioner DASS, Variabel F %
dengan hasil ukur normal, stres ringan, Kualitas 14,3
baik 6
Tidur
sedang, berat dan sangat berat. penentuan buruk 36 85,7

obesitas menggunakan dasar perhitungan Total 42 100,0

IMT, dengan hasil ukur tidak obesitas Obesitas obesitas 12 28,6

(≤25 kg/m ) dan Obesitas (>25 kg/m )


2 2
tidak 30 71,4
obesitass

Viva Medika | VOLUME 11/NOMOR 02/MARET/2019

87
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 11 (02), Maret 2019
Suci Khasanah, Maria Paulina Irma Susanti (Studi Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya)

Total 42 100 Responden dengan kualitas tidur yang


Tingkat 20 47,6 buruk paling banyak memiliki tekanan
Normal
Stres
Stres 4 9,5 darah yang tidak stabil (80,9%). Hasil
Ringan
Stres 11 26,2 uji korelasi menunjukan bahwa ada
Sedang
Stres 7 16,7 hubungan antara kualitas tidur dengan
Berat
Total 42 100 kestabilan tekanan darah bermakna
Kestabilan
Tekanan TD Stabil 4 9,5
secara statistik dengan p value 0,032 <
Darah
TD Tidak
α.
38 90,5
Stabil
Total 42 100 Tabel 3
Hubungan Tingkat Stress dengan
Kestabilan Tekanan Darah
Tabel 1 memberikan informasi bahwa
hampir seluruh responden memiliki Kestabilan Tekanan
Var Tk Darah Total
kualitas tidur yang buruk (85,7%) dan Stres Tidak Stabil Stabil
tekanan darah yang tidak stabil F % F % F %
(90,5%), sebagian besar tidak obesitas Normal 17 40,5 3 7,1 20 47,6
Ringan 3 7,1 1 2,4 4 9,5
dan paling banyak tidak mengalami
Sedang 11 26,2 0 0,0 11 26,2
stres (normal) (47,6%). Hubungan Berat 7 16,7 0 0,0 7 16,7
kualitas tidur, obesitas dan tingkat Total 38 90,5 4 9,5 42 100,0
p-v 0,03
stres dengan kestabilan tekanan darah
CC 0,31
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3 menunjukan bahwa paling
Tabel 2 dominan responden yang mengalami
Hubungan Kualitas Tidur dengan
Kestabilan Tekanan Darah ketidakstabilan tekanan darah tidak
Kestabilan Tekanan Darah mengalami stres (normal) (40,5%).
Total
Var Tidak Stabil Stabil
Hasil analisis korelasi didapatkan
F % F % F %
Baik 4 9,5 2 4,8 6 14,3 bahwa tidak ada hubungan antara
Buruk 34 80,9 2 4,8 36 85,7 tingkat stres dengan kestabilan
Total 38 90,4 4 9,6 42 100,0
tekanan darah (p value 0,143 > α).
p-v 0,03
CC 0,31

Viva Medika | VOLUME 11/NOMOR 02/MARET/2019

88
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 11 (02), Maret 2019
Suci Khasanah, Maria Paulina Irma Susanti (Studi Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya)

Tabel 3 dan sering terjaga, bahkan kadang


Hubungan Obesitas dengan Kestabilan
mengeluh insomnia dan kesulitan
Tekanan Darah
untuk tidur kembali ketika terjaga.
Kestabilan Tekanan
Darah Asumsi ini dikaitkan dengan rerata
Var Total
Obesitas Tidak Stabil Stabil usia responden pada penelitian ini
F % F % F % adalah 61,8 tahun dengan usia
Obes 27 64,3 3 7,1 30 71,4 terendah adalah 34 tahun dan tertinggi
Tidak
11 26,2 1 2,4 12 28,6 adalah 86 tahun. Usia 61,8 tahun
obes
Total 38 90,5 4 9,5 42 100,0 termasuk dalam kelompok usia lansia.
Sebagaimana pendapat Mubarok
p-v 0,03
(2008) bahwa pada usia > 60 tahun
CC 0,31
waktu tidur sekitar sekitar 6 jam/hari,
Sebagian besar responden yang
20-25% tidur REM dan individu dapat
mengalami obesitas memiliki tekanan
mengalami insomnia dan sering
darah yang tidak stabil (64,3%),
terjaga sewaktu tidur. Pada usia ini,
namun responden yang tidak
tahap IV NREM akan mengalami
obesitaspun paling banyak memiliki
penurunan, bahkan kadang tidak ada.
tekanan darah tidak stabil (26,2%).
Pada penlitian ini hampir seluruh
Hasil uji korelasi didapatkkan bahwa
responden memiliki tekanan darah
tidak ada hubungan antara obesitas
yang tidak stabil selama 6 hari
dengan kestabilan tekanan darah (p
pengamatan. Yang dimaksud dengan
value 0,898 > α)
tekanan darah yang tidak stabil adalah
Hasil penelitian menunjukan
selama 6 hari pengamatan dalam
bahwa hampir seluruh responden
setiap harinya terjadi fluktuasi ≥/≤ 10
memiliki kualitas tidur yang buruk
mmHg. Perubahan tertinggi tekanan
(85,7%). Kualitas tidur buruk yang
darah sistolik yang dialami responden
dialami oleh responden dalam
adalah 40 mmHg, sedangkan
penelitian ini kemungkinan dikaitkan
perubahan tertinggi pada tekanan
dengan pola tidur rata-rata yang
darah diastolik juga 40 mmHg.
hampir dialami oleh orang lanjut usia
Perubahan tekanan darah baik sistolik
yaitu kesulitan untuk memulai tidur

Viva Medika | VOLUME 11/NOMOR 02/MARET/2019

89
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 11 (02), Maret 2019
Suci Khasanah, Maria Paulina Irma Susanti (Studi Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya)

maunpun diastolik adalah naik turun, Rahajeng & Tuminah (2009, dalam
namun kecenderungannya adalah naik. Noviningtyas, 2014).
Ketidakstabilan tekanan darah Hasil penelitian ini menunjukan
yang dialami oleh hampir seluruh ada hubungan yang cukup signifikan
responden penelitian ini kemungkinan antara kualitas tidur dengan kestabilan
terkait karateristik tekanan darah tekanan darah dengan p value < α.
penderita hipertensi, dimana tekanan Pada saat tertidur tubuh akan
darah penderita hipertensi dapat beristirahat, termasuk sistem
dengan mudah berubah-rubah, bahkan kardiovaskuler. Kerja tubuh akan
perubahan tekanan darah dapat terjadi didominasi oleh kerja saraf
dalam hitungan menit bahkan detik. parasimpatis. Ketika kerja saraf
Hal tersebut dikarenakan perubahan parasimpatis dominan bekerja maka
fungsi pada pengaturan tekanan darah kerja sistem kardiovaskuler akan
dan perubahan struktur pada tubuh cenderung menurun. Ketika seseorang
penderita hipertensi. Hal ini terjaga maka tubuh akan didominasi
sebagimana dikemukakan oleh oleh sistem saraf simpatis. Pengaruh
Smetlzer dan Bare (2014) bahwa kerja saraf simpatis kepada sistem
sebagian besar hipertensi dikarenakan kardiovaskuler adalah meningkatkan
adanya atheroskelerosis dan perubahan kerjanya. Pendapat ini didasarkan pada
pengaturan tekanan darah. teori pengaruh saraf autonom kepada
Seiring dengan bertambahnya kerja sistem kardiovaskuler
usia maka kondisi pembuluh darah sebagaimana disampaikan oleh Gayton
besar pun akan menjadi lebih sempit dan Hall (2014).
dan dinding pembuluh darah akan Pendapat ini juga sejalan dengan
semakin kaku, yang mana dapat Fitri (2013) yang menerangkan bahwa
berdampak kepada peningkatan gangguan tidur yang terus menerus
tekanan darah. Oleh karenanya atau sering dialami akan berdampak
ketidakstabilan tekanan darah pada kepada perubahan fisiologis tubuh
penelitian ini mungkin juga karena yang menyebabkan sistem
kontribusi usia responden. Hal ini keseimbangan pengaturan sistem saraf
sebagaimana disampaikan oleh simpatis dan parasimpatis terganggu.
Viva Medika | VOLUME 11/NOMOR 02/MARET/2019

90
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 11 (02), Maret 2019
Suci Khasanah, Maria Paulina Irma Susanti (Studi Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya)

Adanya peningkatan kerja sistem Katekolamin terdiri dari epinefrin dan


simpatis tersebut berperan dalam norepinefrin yang bekerja pada sistem
peningkatan tekanan darah dan saraf (Fitri, 2013).
sebaliknya aktifitas parasimpatis akan Kerja sistem saraf akan
menurunkan tekanan darah. mempengaruhi kerja pembuluh darah.
Kualitas tidur yang buruk dapat Kerja saraf simpatis yang bekerja
merujuk pada adanya gangguan tidur dominan akan menyebabkan
yang membuat responden vasokontriksi pembulu darah.
mempersepsikan kualitas tidurnya Vasokontriksi pembuluh darah
buruk. Kualitas tidur yang buruk membuat diameter pembuuh darah
mencakup : durasi tidur yang kurang, semakin mengecil. Mengecilnya
gelombang tidur yang terganggu, diameter pembuluh darah dapat
mendengkur, dan hal lain yang meningkatkan tahanan perifer pada
mengganggu tidur sehingga dinding pembuluh darah. Dan tahanan
mengganggu juga keseimbangan perifer yang meningkat berdampak
sistem tubuh. kepada peningkatan tekanan darah.
Aktifitas tidur dalam tubuh Pendapat tersebut juga sejalan
manusia diatur oleh pusat kesadaran dengan yang disampaikan oleh
yang terdapat di medulla batang otak Pallagini et al (2013), bahwa
dan melibatkan sistem hormonal yang kekurangan tidur dapat menyebabkan
diatur oleh hormon kortisol. Hormon peningkatan aktifitas neuroendokrin
kortisol ini merupakan hormon yang stress system, peningkatan aktiftas
sangat berperan dalam pengaturan saraf simpatik noctural dan
irama sirkardia manusia. peningkatan citokine pro inflamatory
Ketidakseimbangan hormon kortisol di sistem imun. Peningkatan aktifitas
dalam tubuh akan mengakibatkan neuroendokrin stress system akan
ketidakseimbangan hormon yang akan meningkatkan rangsang terhadap
dihasilkan oleh kelenjar adrenal. hipotalamic pituitary adrenal (HPA)
Kortisol akan berpengaruh terhadap dan simpatik adrenal medular (SAM).
kerja katekolamin yang akan Peningkatan rangsang terhadap HPA
dihasilkan oleh medula adrenal. dan SAM akan meningkatkan sekresi
Viva Medika | VOLUME 11/NOMOR 02/MARET/2019

91
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 11 (02), Maret 2019
Suci Khasanah, Maria Paulina Irma Susanti (Studi Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya)

noradrenalin, adrenalin dan cortisol. selanjutnya berkontribusi kepada


Peningkatan hormon tersebut ketidakstabilan tekanan darah mereka.
sebagaimana telah dibahas Hasil penelitian ini juga sejalan
sebelumnya pada akhirnya akan dengan hasil penelitian Palagini et al
meningkatkan tekanan darah. (2013) bahwa perubahan tidur, kurang
Peningkatan aktifitas saraf simpatik tidur dan insomnia berhubungan
noctural sebagaiman telah dijelaskan dengan peningkatan tekanan darah dan
sebelumnya memicu peningkatan risiko hipertensi. Namun penelitian
tekanan darah, bahkan disampaikan tidak sejalan dengan penelitian yang
hal tersebut dapat menyebabkan dilakukan oleh Noviani dkk (2011),
penyakit pada kardiovaskuler. Pitaloka, Utami dan Novayelinda
Sedangkan akibat peningkatan (2015), Tavasoli, Saeidi dan Hooman
citokinin pro inflamatory pada sistem (2015) yang menunjukan bahwa tidak
imum akan menyebabkan terjadinya ada hubungan antara lama tidur
disfungsi endotelial pada pembuluh dengan perubahan tekanan darah
darah sehingga menyebabkan sistolik dan diastolik pada lansia
terbentuknya plak. Peningkatan plak dengan hipertensi. Hasil penelitian
pada pembuluh darah menyebabkan yang tidak sejalan kemungkinan
aliran darah tidak laminar dan dikarenakan perbedaan responden.
diameter pembuluh darah juga Pada penelitian yang hasilnya tidak
semakin menyempit. Hal tersebut sejalan respondennya adalah remaja
dapat menyebabkan tekanan darah dan anak-anak. Sementara pada
meningkat. penelitian ini respondennya adalah
Insomnia yang usia dewasa dan rata-rata adalah
berkempanjangan/kronis dan tidur lansia.
NREM yang kurang juga akan Ketidaksabilan tekanan darah
memicu respon imun inflamatory. penderita hipertensi dapat disebabkan
Dengan demikian tidak menutup oleh tingkat stres. Kajian tingkat stres
kemungkinan kualitas tidur yang pada penelitian ini dilakukan setiap
buruk pada responden penelitian ini hari selama 6 hari berturut-turut
kurangnya tidur NREM yang seiring dengan pengamatan tekanan
Viva Medika | VOLUME 11/NOMOR 02/MARET/2019

92
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 11 (02), Maret 2019
Suci Khasanah, Maria Paulina Irma Susanti (Studi Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya)

darah. Hasil penelitian menunjukan secara rutin selam 6 hari berturut-turut


bahwa dari semua responden yang seiring dengan pengukuran tekanan
stres berat (16,7%) dan sedang darah. Hasil penelitian menunjukan
(26,2%) semuanya memiliki tekanan sebagian besar responden (71,4%)
darah tidak stabil. Namun hampir adalah obes dan hampir seluruh dari
separoh responden (47,6%) berada yang obes (64,3%) memiliki tekanan
pada katagori stres normal dan hampir darah tidak stabil. Begitu juga dengan
seluruhnya (40,5%) memiliki tekanan yang tidak obes (28,6%), hampir
darah yang tidak stabil. Hasil analisis seluruh dari yang tidak obes (26,2%)
univariate menunjukan bahwa tidak memiliki tekanan darah yang tidak
ada hubungan antara tingkat stress stabil. Hasil analisis bivariate
dengan ketidakstabilan tekanan darah. menunjukan bahwa tidak ada
Hasil penelitian ini tidak sejalan hubungan antara obesitas dengan
dengan penelitian yang dilakukan oleh ketidakstabilan tekanan darah.
Gasperin et al (2009) dan Rahayu Hasil penelitian ini sejalan dengan
(2012) bahwa ada hubungan yang penelitian yang dilakukan oleh
signifikan antara stres dengan kejadian Pramana (2016) dan Rahayu (2012)
hipertensi. Stres akan memicu bahwa tidak ada hubungan yang
mengingkatkan resistensi pembuluh signifikan antara obesitas dengan
darah perifer dan keluaran jantung. tingkat hipertensi. Perbedaan hasil
Stres dapat memicu pengeluaran penelitian ini kemungkinan
hormon kortisol dan epinefrin yag dikarenakan perbedaan variabelnya.
berhubungan dengan imunosupresi, Pada penelitian ini variabel yang
aritmia dan peningkatan tekanan darah diteliti adalah kestabilan tekanan
dan denyut jantung. darah, sementara pada penelitian
Ketidakstabilan tekanan darah sebelumnya variabel yang diteliti
juga dapat disebabkan oleh obesitas. adalah hipertensi.
Kajian obesitas dilakukan berdasarkan Obesitas merupakan ciri khas dari
indek masa tubuh responden. populasi hipertensi. Daya pompa
Pengukuran berat badan dan tinggi jantung dan sirkulasi volume darah
badan pada penelitian ini dilakukan penderita obesitas dengan hipertensi
Viva Medika | VOLUME 11/NOMOR 02/MARET/2019

93
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 11 (02), Maret 2019
Suci Khasanah, Maria Paulina Irma Susanti (Studi Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya)

lebih tinggi dibandingkan dengan hipertensi di Desa Tambaksogra


penderita yang memiliki berat badan Puskesmas Sumbang 1
normal. Saran
Peningkatan Indeks Masa Tubuh Untuk responden diharapkan
(IMT) berkaitan erat dengan responden lebih memperhatikan
peningkatan tekanan darah baik pada kualitas tidurnya dan berusaha untuk
laki-laki maupun perempuan. Individu mencari upaya untuk meningktkan
yang mengalami obesitas lebih kualitas tidur. Hasil penelitian dapat
berisiko menderita hipertensi juga digunakan untuk memberikan
dibandingkan dengan individu yang saran terkait pentingnya kualitas tidur
tidak mengalami obesitas (Roslina, bagi penderita hipertensi dan sebagai
2008). Sebagaimana yang upaya tindakan dalam memberikan
disampaikan Black dan Izzo (1999) asuhan keperawatan pada hipertensi.
dalam Rahayu (2012). Selanjutnya dapat dilakukan penelitian
terkait yang sama dengan desain yang
lebih tinggi dari penelitian ini atau
KESIMPULAN DAN SARAN
dapat dilakukan penelitian terkait
Kesimpulan
upaya tindakan untuk meningkatkan
Ada hubungan antara kualitas tidur
kualitas tidur dan pengaruhnya
dengan ketidakstabilan tekanan darah
terhadap kestabilan tekanan darah.
pada penderita hipertensi di Desa
Tambaksogra Puskesmas Sumbang 1,
DAFTAR PUSTAKA
dengan arah hubungan positif dimana Bansil, Pooja, et al, 2011, Associations
kualitass tidur yang semakin buruk between Sleep Disorders, Sleep
Duration, Quality of Sleep, and
maka tekanan darah semakin tidak Hypertension : Results from the
stabil. Namun tidak ada hubungan National Health and Nutrition.

antara tingkat stres dan obesitas Brunner & Suddarth, 2013,


dengan ketidakstabilan tekanan darah Keperawatan Medikal-Bedah
Edisi 8 Volume 2, Jakarta : EGC
serta tidak ada hubungan antara
ketidakstabilan tekanan darah dengan BPDPK Kementrian Kesehatan RI,
2013, Riset Kesehatan Dasar.
kualitas hidup pada penderita

Viva Medika | VOLUME 11/NOMOR 02/MARET/2019

94
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 11 (02), Maret 2019
Suci Khasanah, Maria Paulina Irma Susanti (Studi Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya)

Fitri, A,A, 2013, Hubungan Kualitas Musini, Vijaya M, & J.M. Wright,
Tidur Terhadap Kejadian 2009. Factors Affecting Blood
Hipertensi, Skripsi, Fakultas Pressure Variability : Lessons
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Learned from Two Systematic
Gangwisch, James, E, et al, Reviews of Randomized
2006, Short Sleep Duration as Controlled Trials
a Risk Factor For
Hyipertension Noegroho, Raden T,S, dkk, 2013,
Hubungan antara Pola Tidur
Ganong, William F, 2008, Buku Ajar dengan Tekanan Darah pada
Fisiologi Kedokteran, Jakarta : Pasien Hipertensi di RSUD dr.
EGC Soedarso Pontianak.
Ganong & McPhee, 2010, Noviani, Okti, dkk, 2011, Hubungan
Patofisiologi Penyakit : Lama Tidur dengan Perubahan
Pengantar Menuju Tekanan Darah pada Lansia
Kedoketeran Klinis, Jakarta : dengan Hipertensi di Posyandu
EGC Lansia Desa Karang Aren.
Green, J, H, 2008, Fisiologi Rahayu, Hesti, 2012, Faktor Risiko
Kedokteran, Jakarta : Bina Hipertensi pada Masyarakat
Aksara Rupa RW 01 Srengseng Sawah,
Kecamatan Jagakarsa Kota
Guyton, Arthur C, 2014, Fisiologi Jakarta Selatan. Skripsi,
Manusia dan Mekanisme Fakultas Ilmu Keperawatan
Penyakit, Alih bahasa: dr. Universitas Indonesia.
Petrus Andrianto, Jakarta :
EGC Sugiharto, A, 2007, Faktor-faktor
Resiko Hipertensi Grade II
Keyzer, Willem De., et al, 2014, Effect pada Masyarakat, Tesis,
of Sodium Restriction on Blood Universitas Diponegoro
Pressure of Unstable or Semarang
Uncontroled Hypertensive
Patients in Primary Care. Sulastri, Deimi, dkk, 2012, Hubungan
Obesitas dengan Kejadian
Kowalak., et al, 2012, Buku Ajar Hipertensi pada Masyarakat
Patofisiologi, Jakarta : EGC. Etnik Minangkabau di Kota
Padang
Magfirah, Inun, 2016, Hubungan
Kualitas Tidur dengan Tekanan Sunkudon, M,C, dkk, 2015, Pengaruh
Darah pada Mahasiswi Senam Lansia terhadap
Program Studi S1 Fisioterapi Stabilitas Tekanan Darah pada
Angkatan 2013 dan 2014 di Kelompok Lansia GMIM
Universitas Hasanuddin, Anugerah di Desa Tumaratas 2
Skripsi, Program Studi Kec. Langowan Barat Kab.
Fisioterapi Fakultas Minahasa
Kedokteran, Universitas
Hasanuddin Makasar
Viva Medika | VOLUME 11/NOMOR 02/MARET/2019

95
Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, 11 (02), Maret 2019
Suci Khasanah, Maria Paulina Irma Susanti (Studi Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya)

Sumarni, S, Amiruddin, R, & Leida, I,


M, T, (2015), Faktor yang
berhubungan dengan kualitas
hidup penderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas
Segeri, Jurnal Unhas, Bagian
Epidemiologi Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin,
Sulawesi

Viva Medika | VOLUME 11/NOMOR 02/MARET/2019

96

Anda mungkin juga menyukai