Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MIKROBIOLOGI

PUPUK BOKASHI

Disusun oleh :

1. Fitrotus Fatma F (153112620120026)


2. Fajar Nugroho (152112620120027)

UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA


Tahun Akademik
2016-2017
PUPUK BOKASHI

1.1 Pendahuluan

Limbah pertanian merupakan sisa-sisa hasil pertanian yang berasal dari tumbuhan
dan hewan ternak misalnya sisa dari pemanenan hasil tanaman pangan, perkebunan,
hortikultura, sampah rumah tangga, kotoran hewan ternak dan sebagainya. Pemanfaatan
limbah pertanian sangat perlu kita lakukan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan
selain itu dapat dijadikan masukan/tambahan bagi petani ataupun masyarakat yang
memanfaatkan limbah tersebut.

Masyarakat telah menyadari bahwa menggunakan bahan-bahan kimia non alami


seperti pupuk dan pestisida sintetik serta hormon tumbuhan dalam memproduksi hasil
pertanian ternyata menimbulkan efek terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Selama ini para petani telah banyak memanfaatkan bahan organik sebagai pupuk
di lahan pertanian, karena bahan tersebut merupakan bahan yang cepat melapuk. Salah
satu contoh bahan organik yang digunakan antara lain kotoran hewan (sapi, kambing,
ayam, dll) dan limbah pertanian. Dengan munculnya berbagai pupuk alternatif dan untuk
menunjang pembangunan pertanian yang ramah lingkungan, maka dengan ini digalakan
pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pembuatan pupuk organik, bahkan beberapa
petani/swasta telah mencanangkan adanya pertanian organik. Pada saat ini banyak
dijumpai berbagai merk dagang pupuk organik yang dijual dipasaran. Pupuk organik
dapat berupa pupuk kandang, kompos dan campuran keduanya.

Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya


tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani.
Teknologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat memanfaatkan seluruh potensi
sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai
system pertanian. Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang
dapat diterapkan pada pertanian saat ini.
Mahalnya pupuk kimia dan langkanya kompos di pasaran membuat banyak
praktisi tanaman berpaling pada pupuk bokashi. Permintaan pasar pun mengalami
peningkatan. Walaupun memang sebelum mengenal pupuk bokashi mereka menggunakan
kompos atau pupuk kimia untuk memberikan nutrisi pada tanamannya.

Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau
peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effektive Microorganisms 4). Selain itu
bokashi juga terbukti meningkatkan kesuburan serta produktifitas tanaman meski efek ini
baru dapat dirasakan setelah bertahun-tahun penggunaan. Hal tersebut sangat wajar
karena pupuk alami semacam bokashi biasanya memang mengandung unsur hara dalam
dosis kecil, namun lengkap unsur makro dan mikronya. Belum diketahui dengan jelas
mengapa petani di Indonesia enggan menggunakan bokashi. Padahal bila mau, bahan
baku bokashi tersedia melimpah dan bahkan seringkali dianggap sebagai limbah sehingga
kerap dihargai sangat murah.

1.2 Penjelasan Bahan Organik

Bahan organik mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan biologi
tanah.Selain itu bahan organik juga berperan terhadap pasokan hara dan ketersediaan P.
Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah adalah terhadap peningkatan porositas
tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan pori total tanah dan menurunkan
berat volume tanah.

Bahan organik sangat penting untuk memperbaiki kesuburan tanah, baik fisika,
kimia maupun biologi tanah. Bahan organik merupakan perekat butiran lepas atau bahan
pemantap agregat, sebagai sumber hara tanaman dan sumber energi dari sebagian besar
organisme tanah (Nurhayati et al., 1986). Fungsi penting bahan organik antara lain
memperbaiki struktur tanah dan daya simpan air, menyuplai nitrat, sulfat, dan asam
organik untuk menghancurkan material, menyuplai nutrisi, meningkatkan NPK dan daya
ikat hara, serta sebagai sumber karbon, mineral, dan energi bagi organisme
(Syukur,Harsono,2008 dalam Ruslan,dkk,2009).
Pengaruh bahan oganik terhadap sifat kimia tanah antara lain terhadap kapasitas
tukar kation dan anion, pH tanah, daya sangga tanah, dan terhadap keharaan tanah.
Penambahan bahan organik akan meningkatkan KPK tanah yaitu kemampuan tanah
untuk menahan kationkation dan mempertukarkan kation hara tanaman. Pengaruh bahan
organik terhadap pH tanah tergantung pada kematangan bahan organik dan jenis tanah.
Bila diberikan pada tanah masam dapat meningkatkan pH tanah (Suntoro, 2001).

1.3 Pengertian Kompos

Pengomposan adalah proses dekomposisi terkendali secara biologis terhadap


limbah padat organik diubah menyerupai tanah seperti halnya humus atau mulsa. Bahan
baku pengomposan adalah semua material organik yang mengandung karbon dan
nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijau, sampah kota, lumpur cair dan limbah
industri pertanian sehingga dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik
dan nutrisi tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-60%,
enzi hemiselulosa 10-30%, lignin 5-30%, protein 5-30%, bahan mineral (abu) 3-5%, di
samping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam
amonium) sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lilin
(Sutanto, 2002).

Proses pengomposan melalui 3 tahapan dan proses perombakan bahan organik


secara alami membutuhkan waktu yang relatif (3-4 bulan), mikroorganisme umumnya
berumur pendek. Sel yang mati akan oleh populasi organisme lainnya untuk dijadikan
substrat yang lebih cocok dari pada residu tanaman itu sendiri. Secara keseluruhan proses
dekomposisi umumnya meliputi spektrum yang luas dari mikroorganisme yang
memanfaatkan substrat tersebut, yang dibedakan atas jenis enzim yang dihasilkannya
(Simamora, dkk, 2006).

Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air


sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat.
Kadar air yang optimal bagi tanaman dan kehidupan mikroorganisme adalah sekitar
kapasitas lapang . Penambahan bahan organik di tanah pasiran akan meningkatkan kadar
air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah
(meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan
berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman (Lingga,
2000).

Faktor yang mempengaruhi pengomposan diantaranya:

Nilai C/N bahan

Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1
hingga40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan
N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan
cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi,
mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan
lambat.

Rasio C/N berkenaan dengan persentase senyawa organik memberikan


indikasi intensitas proses dekomposisi, karena persentase senyawa organik
menentukan jumlah komponen dalam bahan dasar kompos yang akan terdekomposisi.
Pada umumnya limbah organik mempunyai rasio C/N berkisar antara 15 dan 30 : 1.
Selama proses dekomposisi berlangsung rasio C/N turun sampai mendekati 12 pada
kompos yang sudah matang.

Ukuran bahan/parikel

Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area
yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses
dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya
ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

Komposisi bahan/ kandungan hara


Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan. Kandungan P
dan K biasanya terdapat pada kompos-kompos dari peternakan. Kandungan hara ini
akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.

Jumlah mikroorganisme
Porositas

Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos.


Porositasdihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total.
Rongga-rongga iniakan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplai oksigen untuk
proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan
berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.

Kelembaban

Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses


metabolisme mikroba dan kelembaban secara tidak langsung berpengaruh terhadap
suplai oksigen. Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan
organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum
untuk metabolism mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba
akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%.
Apabila kelembaban lebih besar dari 60% hara akan tercuci, volume udara berkurang,
akibatnya aktivitas mikroba akan menurun danakan terjadi fermentasi anaerobik yang
menimbulkan bau tidak sedap.

Dalam kondisi yang lembab, maka kelengasan meningkat sangat tinggi karena
aliran air rembesan, proses kondensasi dan genangan yang terjadi akibat lapisan tanah
yang mampat dan bersifat impermeabel dibawah timbunan kompos. Kondisi anaerob
ditunjukkan terjadinya proses penguraian yang menimbulkan bau.

Aerasi (sirkulasi udara)


Pasokan oksigen yang diperlukan mikroorganisme aerob dalam proses
dekomposisi (terutama bakteri dan fungi) sebagian dipengaruhi oleh struktur dan
ukuran partikel bahan dasar kompos, frekuensi dan tekhnik pembalikan serta
ketinggian timbunan. Ketinggian timbunan bahan yang diperbolehkan dalam
pengomposan mengurangi tekanan berat bahan dasar kompos dan memperbaiki
pasokan oksigen, paling tidak selama tahap pematangan apabila oksigen digunakan
dengan aerasi yang cukup tinggi.

Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen
(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam
tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan
(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan
menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan
pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

Temperatur

Suhu timbunan bahan yang mengalami dekomposisi akan meningkat sebagai


hasil aktivitas mikroba. Suhu yang berkisar antara 60 oC dan 70oC merupakan kondisi
optimum kehidupan mikroorganisme tertentu dan membunuh patogen yang tidak
dikehendaki. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan
akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan
cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 oC -60oC
menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60 oC
akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan
tetap bertahan hidup.

Keasaman (pH)

Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang


optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5 sampai 7,5. pH kotoran
ternak umumnya berkisar antara 6,8 hingga 7,4. Proses pengomposan sendiri akan
menyebabkan perubahan pada bahanorganik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai
contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan
penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa
yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal
pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.

Dalam hal ini contoh dari produk pengomposan salah satunya pupuk bokashi.
Meskipun Pupuk Bokashi dan kompos sama-sama menggunakan bahan organik
sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik, pupuk bokashi diolah dengan
menggunakan teknologi EM (effective microorganisms) yang lebih efektif dan ramah
lingkungan. Dalam kandungan EM4 Sebagian besar mengandung mikroorganisme
seperti bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), bakteri asam laktat
(Lactobacillus sp.), ragi, Actinomycetes sp, dan jamur fermentasi.

Pupuk bokashi penguraiannya melalui fermentasi, maka bokashi lebih banyak


mengandung senyawa organik, asam amino, protein, gula, alkohol dan
mikroorganisme yang bermanfaat dibandingkan dengan kompos. Di samping itu
proses penguraian bahan organik padapembuatan berlangsung lebih cepat, sehingga
waktu pembuatannya lebih cepat (Anonim, 2004 dalam Mihrani,2008).

1.4 Penjelasan Pupuk Bokashi

Pupuk organik yang dibuat dengan menambahkan Efektif Mikroorganisme (EM),


maka pupuk organik tersebut dikenal dengan nama Pupuk Bokashi EM (Higa, 1994
dalam Ruslan,2009)

Bokashi adalah jenis pupuk organik merupakan bahan organik yang telah
difermentasikan dengan EM4. Bokashi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah.Secara biologis dapat mengaktifkan mikroorganisme tanah yang berperan dalam
transformasi unsur sehingga dapat meningkatkan ketersediaan hara tanaman (Edison,
2000, dalam Zahrah, 2011).

Pupuk bokashi merupakan salah satu pupuk organik yang banyak memberikan
manfaat bagi masyarakat. Dengan penggunaan pupuk bokashi diharapkan dapat
membantu menyuburkan tanaman, mengembalikan unsur hara dalam tanah, sehingga
kesuburan tanah tetap tejaga dan ramah lingkungan. Pembuatan bokashi sangat perlu
untuk diterapkan, karena merupakan teknologi baru yang tepat guna, dengan biaya murah
serta mudah dilaksanakan dengan memanfaatkan limbah ternak dan limbah pertanian
yang ada. Penambahan pupuk organik ke dalam tanah dengan kompos bokashi akan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan mendorong pembiakan
mikroorganisme tanah (Sinegar,2007 dalam Masud, 2009)

Selain untuk pembuatan bokashi, EM4 dapat juga digunakan sebagai pestisida
organic seperti EM5, super EM5, EMRAS dan pestisida alami dari ekstrak tanaman. EM5
digunakan sebagai pestisida untuk penanggulangan hama dan penyakit tahap awal.
Sedangkan Super EM5 digunakan untuk menanggulangi hama dan penyakit pada tahap
kronis (Sugihmoro, 1994).

Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan
pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk
gergajian. Semua bahan organik yang akan difermentasi oleh mikroorganisme fermentasi
dalam kondisi semi anaerobik pada suhu 40-5000C

Prinsip pembuatan bokashi sama dengan kompos yang proses pembuatannya


melalui fermentasi bahan organik dan EM. Proses fermentasi bokashi terjadi dengan
cepat 3-14 hari, kemudian hasilnya dapat segera dimanfaatkan meskipun belum
keseluruhan bahan dasar bokasi mengalami fermentasi, tetapi sudah dapat dipergunakan
sebagai pupuk. Apabila bokashi dimasukkan ke dalam tanah, maka bahan organiknya
dapat digunakan sebagai sumber energi mikroorganisme efektif untuk hidup dan
berkembang biak dalam tanah dan sekaligus sebagai tambahan persediaan hara tanaman
Pupuk bokashi, dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah,
meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi tanaman, serta
menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan. Pupuk
bokashi tidak meningkatkan unsur hara tanah, namun hanya memperbaiki sifat fisika,
kimia, dan biologi tanah, sehingga pupuk anorganik masih diperlukan (Cahyani, 2003)

Pupuk bokashi, seperti pupuk kompos lainnya, dapat dimanfaatkan untuk


meningkatkan kandungan material organik pada tanah yang keras seperti tanah podzolik
sehingga dapat meningkatkan aerasi tanah dan mengurangi bulk density tanah
(Susilawati, 2000, dan Cahyani, 2003).

Macam-macam pupuk bokashi saat ini antara lain yaitu:

Bokashi pupuk kandang


Bokashi pupuk kandang arang

Bokashi pupuk kandang tanah

Bokashi jerami

Bokashi cair

Bokashi eksores 24 jam

Ada dua cara untuk mempercepat terjadinya pelapukan bahan organik yaitu
pengaturan kondisi iklim mikro seperti suhu dan kelembapan sehingga sesuai untuk
pertumbuhan mikroorganisme pengurai seperti penambahan atau pemberian
mikroorganisme pengurai sebagai starter atau aktivator. Salah satunya adalah dengan
penambahan jamur Trichoderma sp.

Jamur Trichoderma sp merupakan salah satu agen antagonis yang bersifat saprofit
dan bersifat parasit terhadap jamur lain. Jamur ini termasuk Eukariota, Divisi
Deuteromycota, Kelas deuteromycetes, Ordo Moniliales, Famili Moniliaceae, dan Genus
Trichoderma. Umumnya hidup pada tanah yang lembab, asam dan peka terhadap cahaya
secara langsung. Pertumbuhan Trichoderma sp. Yang optimum membutuhkan media
dengan pH 4-5. Kemampuan jamur ini dalam menekan jamur patogen lebih berhasil pada
tanah masam daripada tanah alkalis. Kelembaban yang dibutuhkan berkisar antara 80-
90% atau 35C-35C.

Cara pengaplikasian yang baik dalam pemberian tanaman dengan pupuk bokashi
dengan cara yaitu:

Sistem sebar

Bokashi disebar di atas tanah secara merata dengan dosis 5-10 ton/Ha. Sistem
ini dilakukan sebelum dan sesudah pengolahan tanah. Sistem alur/larikan :caranya
bokashi disebar di sepanjang alur/barisan tanaman dengan dosis 5s/d 10 ton/ha.
Sistem tugal ; bokasi diberikan pada lubag tanam yang akan ditanami dengan dosis
150 200 gr/tanam. Pemberian ini dilakukan pada tanaman sayuran atau sebagai
pupuk susulan.

Cara melingkar

Bokashi disebar secara melingkar di sekitar tanaman (untuk tanaman keras)


dengan cara dibuat alur melikar di bawah tajuk pohon, setelah bokashi di sebar kemudian
tanah ditutup kembali. Untuk persemaian ; media untuk persamaian yaitu, bokasi
dicampur dengan pasir dengan perbandingan 2 :1, bisa juga ditambah dengan tanah
secukupnya.

Cara penggunaan bokashi secara khusus yaitu dengan cara:

1. Bokashi jerami dan pupuk kandang baik digunakan untuk melanjutkan fermentasi
dan pemupukan pada lahan sawah.
2. Bokashi pupuk kandang dan bokashi expres baik digunakan untuk tanaman
sayuran, buah, terutama untuk tanaman dalam pot.
Pembuatan bokashi dapat disesuaikan dengan ketersediaan bahan di masing-
masing lahan. Bokashi yang teksturnya kasar, seperti bokashi jerami, sangat baik untuk
tanah cenderung liat dan berlumpur.

1.5 Penggunaan EM4 pada pupuk bokashi

Saat ini telah dikenal EM Bokashi yaitu bokashi dengan bahan organik yang
difermentasikan dengan mikroorganisme efektif, bukan dengan tanah dari hutan atau
gunung. EM yang digunakan dalam pembuatan bokashi adalah suatu kultur campuran
berbagai mikriorganisme EM4 sendiri mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp.,
ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa dapat digunakan sebagai inokulan
untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah. Bahan untuk pembuatan bokashi dapat
diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman
kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Namun bahan yang paling baik
digunakan sebagai bahan pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi
yang sangat baik untuk mikroorganisme.

Efek EM4 bagi tanaman tidak terjadi secara langsung. Hal ini yang terkadang
tidak disadari oleh pengguna. Pengguna EM4 akan lebih efisien bila telah lebih dulu
ditambahkan bahan organik yang berupa pupuk organik (bokashi) ke dalam tanah
(Marsono, 2001).

Untuk karakteristik EM4 terdapat mikroorganisme yang ada saat ini dalam pupuk bokashi
yaitu :

EM4 dapat disimpan pada tempat yang teduh dalam wadah tertentu serta harus
ditutup rapat untuk jangka waktu 12 bulan (dilarang disimpan di lemari es)
EM4 dapat bekerja secara efisien tanpa zat kimia

EM4 dapat diperoleh di kios-kios pertanian/ toko


EM4 jangan sekali-kali dicampur dengan bahan kimia lainnya dalam
pengaplikasiannya.

Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pupuk bokashi tersebut


adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman.

2. Memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah

3. Menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah

4.Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman-menjamin perkecambahan dan


pertumbuhan tanaman yang lebih baik

5. Meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk

6.Meningkatkan ketersediaan unsur hara, serta menekan aktivitas hama dan


mikroorganisme pathogen.

7. Meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman.

8. Mempercepat proses fermentasi pada pembuatan bokashi.

Oleh sebab itu, untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian,
khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah
bagi petani. Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan pada pertanian saat ini. Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang
praktis, bokashi merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan
siap dipakai dalam waktu singkat.

1.6 Menyiapkan mikroorganisme dekomposer (EM4)

Hal pertama yang harus dilakukan untuk membuat pupuk bokashi adalah
menyiapkan mikroorganisme dekomposernya. Salah satu dekomposer bokashi yang
paling populer adalah EM4. Larutan EM4 terdiri dari mikroorganisme yang diisolasi
secara khusus untuk menguraikan sampah organik dengan cepat. Mikroorganisme yang
terkandung dalam EM4 terdiri dari bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat (Lactobacillus
sp), Actinomycetes dan ragi.

EM4 dijual dipasaran dalam bentuk cairan kental yang telah dikemas dalam
berbagai ukuran. Untuk membuat dekomposer bokashi, kita cukup mengencerkan cairan
tersebut dan mencampurkannya dengan bahan baku bokashi. Selain membelinya, kita
juga bisa membuat cairan mikroorganisme efektif (EM) sendiri. Berikut langkah-
langkahnya:

Siapkan bahan-bahan berikut: pepaya dan kulitnya 0,5 kg, pisang dan kulitnya 0,5
kg, nenas dan kulitnya 0,5 kg, kacang panjang segar 0,25 kg, sayuran hijau
(kangkung/bayam) 0,25 kg, gula pasir 1kg dan ragi tape 5 butir.

Campur pepaya, nenas, pisang, kacang panjang dan sayuran dan lumatkan bahan-
bahan tersebut dengan blender.

Masukkan bahan-bahan yang telah dilumat kedalam ember yang ada penutupnya.
Lalu tambahkan 1 liter air, gula pasir dan ragi tape. Aduk perlahan hingga merata.
Kemudian tutup ember dengan rapat, diamkan selama 7 hari.

Setelah tujuh hari akan terbentuk cairan berwarna coklat gelap. Saring cairan
tersebut, air hasil saringan merupakan larutan efektif mikroorganisme (EM) yang bisa
dijadikan dekomposer pupuk bokashi. Simpan cairan dalam wadah/botol. Larutan EM
bisa dipakai hingga 6 bulan, sedangkan ampasnya bisa digunakan sebagai kompos.
1.7 Manfaat Bokashi
Untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanam.
Kandungan hara dalam pupuk bokashi lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk
kompos.
Periode tumbuh pada tanaman lebih cepat.
Peningkatan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan seperti mycorhiza,
rhizobium, bakteria pelarut fosfat dll.
Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit yang merugikan tanaman.
Bila bokashi dimasukan ke dalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai
substrat oleh mikroorganisme, efektif untuk berkembang biak dalam tanah, sekaligus
sebagai tambahan persediaan unsur hara bagi tanaman.

1.8 Pengaruh Pemberian Bokashi pada Tanah


Bokashi berasal dari proses penguraian bahan-bahan organik yang bermanfaat
untuk menyuburkan dan menyediakan unsur hara yang berguna bagi kelangsungan hidup
tanaman.
Pengaruh pada tanah antara lain :
Memperbaiki struktur dan tekstur tanah
Meningkatkan KTK (Kapasitas Tukar Kation)
Sebagai sumber unsur hara N, P dan S yang berguna untuk pertumbuhan tanaman
Meningkatkan aktifitas mikroba
Pengaruh pada tanaman :
Untuk meningkatkan jumlah klorofil yang berguna membantu proses fotosintesis
yang berpengaruh terhadap produksi.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/pertanian/4400-pupuk-bokashi-dan-faktor-
faktor-yang-berpengaruh-terhadap-proses-pengomposan-bokashi-.html

sumber:http://bbppbinuang.info

Anda mungkin juga menyukai