Anda di halaman 1dari 17

INFERTILITAS PADA WANITA

A. PENGERTIAN INFERTILITAS

Infertilitas atau ketidaksuburan adalah suatu kondisi di mana pasangan suami istri
belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3
kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi
dalam bentuk apapun. Secara medis infertilitas di bagi atas 2 yaitu :

1. Infertilitas primer berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertilitas sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalamn bentuk apapun.

Sebanyak 60%-70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada tahun
pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-2 dari
usia pernikahan. Sebanyak 10-20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau
lebih atau tidak akan pernah memiliki anak (Djuwantono,2008).

Walaupun pasangan suami-istri dianggap infertil, bukan tidak mungkin kondisi


infertil sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat
dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang
manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama tersebut
mengandung arti bahwa dua faktor yang harus dipenuhi adalah:
1. Suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelami pria (spermatozoa) ke dalam organ
reproduksi istri
2. istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh
spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin,
embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan. Apabila salah satu dari dua
factor yang telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri,
pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak.

Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan
suami-istri dianggap infertil apabila memenuhi syarat-syarat berikut (Djuwantono,2008)

1. Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak


2. Selama 1 tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum mendapatkan kehamilan.
3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap minggunya
4. Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik
kondom, obat-obatan, dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.

Hal-hal yang paling penting dalam berhasil atau tidaknya pengobatan infertilitas antara
lain (Permadi,2008)

1. Ketepatan diagnosis penyebab infertilitas


2. Kondisi penyakit yang menjadi penyebab infertilitas
3. Usia pasien
4. Ketepatan metode pengobatan
5. Kepatuhan pasien dalam berobat

B. FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS

Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara lain:

1. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini
dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah
masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan
untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase
menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat bereproduksi, yang
ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut menarche) dan munculnya
tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut
di sekitar alat kelamin, dan timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas wanita
terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah fase di saat haid
berhenti. Fase menopause terjadi pada umur 45-55 tahun.

Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami
menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu
pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar
400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi
perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil
menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat
keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur
habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi.
Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau
USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3.

2. Lama infertilitas

Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan
masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua,
penyakit pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis
pengobatan yang sesuai dengan pasangan tersebut.

3. Stress

Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan


hormon reproduksi.

4. Lingkungan

Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap,
silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat rekreasional
(rokok, kafein, dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Paparan
radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida juga
dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi
yang akan mempengaruhi kesuburan

5. Hubungan Seksual

Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi,


posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.

6. Frekuensi

Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan
setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang
dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi
sperma dalam jumlah cukup dan matang.

7. Posisi

Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan


dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi.
Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan,
yang nantinya akan bertemu sel telur yang menunggu di saluran telur wanita.
Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi
(disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal
dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di
bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan,
setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam
bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk
bertemu sel telur.

8. Masa Subur

Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat berhubungan seksual
wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel telur
dan sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak
dilepaskan karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam
setiap menstruasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu
disebut ovulasi. Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba
falopii) selama kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur.
9. Kondisi Reproduksi Wanita

Kelainan terbanyak pada organ reproduksi wanita penyebab infertilitas adalah


endometriosis dan infeksi panggul, sedangkan kelainan lainnya yang lebih jarang
kejadiannya adalah mioma uteri, polip, kista, dan saluran telur tersumbat (bisa
satu atau dua yang tersumbat.)

Masalah vagina

Masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian adalah adanya


sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau
disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau
perolehan.

Masalah serviks

Masalah serviks yang berpotensi mengakibatkan vertilitas adalah terdapat


berbagai kelainan anatomi serviks yang berperan seperti terjadi cacat bawaan
(atresia), polip serviks, stenosis akibat trauma, peradangan dan sineksia.

Masalah uterus

Masalah penyebab infertilitas yang dapat terjadi di uterus adalah distorsia


kavum uteri karena sineksia, mioma atau polip, peradangan endometrium, dan
gangguan kontraksi uterus

Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan


(immunologis)

Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.

Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)

Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi
gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui
sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang normal.
Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen yang tinggi dalam
darah. Kadar androgen yang berlebihan ini mengganggu hormon FSH
(Follicle Stimulating Hormone) dalam darah. Gangguan kadar hormon FSH
ini akan mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang dengan baik,
sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan terganggu.

Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)

Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka
perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang
berperan adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu
dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan
hormon prostaglandin) maka gerakan sperma melambat. Terakhir adalah
gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan
sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma
tidak bisa membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh
penyakit salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau
penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.

Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang


mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan
akhirnya terjadi abortus berulang. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang
mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan
sperma tidak dapat bertemu.

Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam rahim

Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi
embrio, selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium.
Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron rendah, cenderung
mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain
karena struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan hormon
progesteron yang memadai
Tanda Infertilitas pada Wanita - Gejala Mandul Pada Wanita

C. PENYAKIT PENYEBAB INFERTILITAS

1. Endometriosis

Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling


dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain.
Endometriosisbisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium)
yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur,
atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri
yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim,
serta tentu saja infertilitas.

2. Infeksi Panggul

Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita
bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding
dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke
bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih,
demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul
memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan
panggul, dan pemasangan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, misalnya: spiral).
3. Mioma Uteri

Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di
rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah,
atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas
adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma
uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi
sehingga saat menopause mioma uteri akan mengecil atau sembuh.

4. Polip

Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya diakibatkan
oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip
dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan
lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.

5. Saluran Telur yang Tersumbat

Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel
telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan
yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG
(Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan rntgen (sinar X) untuk
melihat rahim dan saluran telur.

6. Sel Telur

Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan
manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen
penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik.Gangguan ovulasi
biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus
antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila
haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya beliau
memeriksakan diri ke dokter.

D. Patofisiologi
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak
adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.

Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas,
diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak
terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil
konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi
proses pemasukan sperma.

Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan
kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.

Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga


terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga
menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan
gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.

E. Manifestasi Klinis

1. Terjadi kelainan system endokrin

2. Hipominore dan amenore


3. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik

4. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal

5. Wanita infertil dapat memiliki uterus

6. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor

7. Traktus reproduksi internal yang abnormal

F. Menurut Wikjosastro (2002), syarat pemeriksaan infertil antara lain :

1. Istri yang berumur antar 20-30tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk
mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila
:

pernah mengalami keguguran berulang, diketahui mengidap kelainan endokrin.

pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut.

pernah mengalami bedah ginekologi.

2. Istri yang berumur 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan
itu datang ke dokter.

3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan
pemeriksaaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinanya ini.

4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu
pasangannya mengidap penyakit membahayakan kesehatan istri atau anaknya.

G. PENGOBATAN INFERTILITAS

1. Pemberian antibiotik

Pemberian antibiotik diberikan pada pria yang memiliki gangguan infeksi traktus
genitalis yang menyumbat vas deferens atau merusak jaringan testis.

2. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan tuba yang tersumbat.
Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat meyumbat atau
menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk mengatasinya.

3. Terapi

Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi endometriosis terdiri


dari menunggu sampai terjadi kehamila sendiri, pengobatan hormonal, atau
pembedahan konservatif.

4. Tindakan pembedahan/ operasi varikokel.

Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan operasi berupa
pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut. Suatu penelitian
dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66 % penderita
berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10
% pada kelompok yang tidak dioperasi..

5. Memberikan suplemen vitamin

Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah bermakna karena


meliputi 20 % penderita. Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam
obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Usaha
menemukan penyebab di tingkat kromosom dan keberhasilan manipulasi genetik
tampaknya menjadi titik harapan di masa datang.

6. Tindakan operasi pada penyumbatan di saluran sperma.

Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan
koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya
produksi sperma di buah zakar.

7. Menghentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma.

8. Menjalani teknik reproduksi bantuan.

Dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan program bayi tabung. Tindakan
inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau
akibat masalah antobodi di mulut rahim. Pria dengan jumlah sperma hanya 5-10
juta/cc (dari normal 20 juta) dapat mencoba inseminasi buatan.

H. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan fisik:

- Hirsutisme diukur dengan skala ferryman dan gallway, jerawat

- Pembesaran kel tiroid

- Galaktorea

- Inspeksi lender serviks di tunjukan dengan kualitas mucus

- PDV untuk menunjukan adanya tumor uterus/ adneksa

b. Pemeriksaan penunjang

Deteksi ovulasi

o Anamnesis siklus menstruasi, 90% siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar

o Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1C setelah ovulasi : Bifasik

o Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir
serviks encer,daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun
pakis dan terjadi Estradiol meningkat

Hormonal : FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin

Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan tentang


sebab infertilitas, dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui
keterangan tentang hubungan hipotalamus dengan hipofis dan ovarial aksis.
Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin (Follicle Stimulation Hormone
(FSH), hormon luteinisasi (LH), dan hormon (estrogen dan progesteron,
prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini diharapkan dapat menerangkan
kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi).
Demikian rancangan pemeriksaan diharapkan dapat selesai dalam waktu tiga
siklus menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena
itu pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga
kepastian penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan
selanjutnya.
FSH serum: 10-60 mLU/mL

LH serum: 15-60 mLU/mL

Estradiol: 200-600 pg/mL

Progesteron: 5-20 mg/mL

Prolaktin: 2-20 mg/mL

Sitologi vagina

Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina

Biopsy endometrium terjadwal

Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya


dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.

Histerosalpinografi

Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat
dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan
adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.

Laparoskopi

Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.

Pemeriksaan pelvis ultrasound

Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,


perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri

Pemeriksaan endokrin

Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis


jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan
bertujuna untuk menilai kadar hormon testosteron, FSH, dan LH.

USG transvaginal

Secara serial: adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi

Ovulasi: ukuran volikel 18-24m

I. Pengobatan infertilitas
Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa
optimistik baik bagi dokter maupun pasiennya. Tindakan-tindakan diagnostik sering
kali pula merupakan rangsangan pengobatan, misalnya pemeriksaan vaginal dan
sondase uterus dapat menaikkan laju kehamilan sebesar 10-15%. Uji patensi tuba
bersama dengan dilatasi dan kuretase ternyata dapat menggandakan laju pembuahan.

Setiap kelainan yang ditemui selama pemeriksaan selalu perlu diobati. Beberapa jenis
pengobatan berdasarkan sebab-sebab infertilitas dapat dilihat sebagai berikut:

Penyebab infertilitas Jenis pengobatan

Suami Hidrokel Aspirasi atau eksisi

Varikokel Ligasi

Bendungan vasa atau epididimis Operasi pintas

Oligozoospermia FSH dan hCG, FIV dengan SSIS

Gangguan spermatogenesis Hindari berendam air panas dan


pemakaian celana ketat

Istri Tuberkulosis Tuberkulostatika

Endometriosis Operasi, koagulasi listrik atau laser,


progesteron, danazol,
medroksiprogesteron asetat,
dehidroretroprogesteron,
antiprogestin, anastrosol

Miom uterus operabel Operasi konservatif

Spasme tuba Hiosin amilnitrit, triemonium

Obstruksi tuba Operasi rekonstruksi, FIV

Gangguan ovulasi Pemicuan ovulasi (klomifen sitrat,


epimestrol, tamoksifen, siklofenil,
metformin, pioglutazon, hMG/hCG,
FSH-murni, GnRH);
pelubangan(drilling) ovarium

Keduanya Idiopatik Inseminasi buatan, TAGIT, TAPIT,


TAZIT, FIV, SSIS, Adopsi

J. Teknik Mengatasi Infertilitas

1. Inseminasi buatan

Inseminasi buatan atau artificial insemination (sering disingkat sebagai AI)


dilakukan dengan memasukkan cairan semen yang mengandung sperma dari
priake dalam organ reproduksi wanita tanpa melalui hubungan seks atau bukan
secara alami. Cairan semen yang mengandung sperma diambil dengan alat
tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri sehingga
terjadi pembuahan dan kehamilan. Biasanya dokter akan menganjurkan
inseminasi buatan sebagai langkah pertama sebelum menerapkan terapi atau
perawatan jenis lainnya.

2. GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer)

GIFT yang merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfer merupakan


teknik yang mulai diperkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya untuk menciptakan
kehamilan. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium atau
indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel sperma pria yang sudah
dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel telur dan
sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan ke dalam tuba falopi atau
tabung falopi wanita melalui irisan kecil di bagian perut melalui
operasilaparoskopik. Sehingga diharapkan langsung terjadi pembuahan dan
kehamilan.

3. IVF (In Vitro Fertilization)

IVF atau In Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung. Mula-
mula sel telur wanita dan sel sperma dibuahi di media pembuahan di luar tubuh
wanita. Lalu setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang sudah berupa embrio
dimasukkan kedalam rahim melalui serviks

4. ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)

ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan zigot


atau sel telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
seltelur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian
setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba falopi atau tabung falopi
melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi laparoskopik. Teknik ini
merupakan kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.

5. ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)

ICSI atau Intracytoplasmic Sperm Injection dilakukan dengan memasukkan


sebuah sel sperma langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel sperma yang
kurang aktif maupun tidak matang dapat digunakan untuk membuahi sel telur.

DAFTAR PUSTAKA

Djuwantoro,Tono.dkk.2008.Hanya 7 hari Memahami Infertilitas.Bandung: Refika Aditama


Ginekologi , hal 226-233. Fakultas Kedokteran UNPAD.

Wiknjosastro, Hanifa.2008.Ilmu Kandungan.Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga,
Edisi 18. Jakarta: EGC

Benson, Ralph.2008. Buku saku obstetri dan ginekologi.. Jakarta:Arcan

Manuaba, Ida Ayu Chandradinata, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Wiknjosastro, Prof. dr. Hanifa, SpOG.2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

TUGAS ENDOKRIN
INFERTILITAS PADA WANITA

Disusun oleh :

Fitrotus Fatma Farafishah


153112620120026

UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA


Tahun Akademik
2016-2017

Anda mungkin juga menyukai