Anda di halaman 1dari 11

Muhammad Dimas Pangestu dan Azelia Nusadewiarti| Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart Failure pada Wanita Lanjut

Usia
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart Failure pada Wanita


Lanjut Usia Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga
Muhammad Dimas Pangestu1, Azelia Nusadewiarti2
1
Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2016 menunjukkan pada tahun 2015 terdapat 23 juta atau sekitar 54%
kematian yang disebabkan gagal jantung atau Congestive Heart Failure (CHF). Di Indonesia data dari Riskesdas tahun 2018
menunjukkan prevalensi gagal jantung sebanyak 1,5%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2016
jumlah penderita gagal jantung mencapai jumlah 1.462 pasien dengan kenaikan 45,6%, terutama pada lansia dalam
rentangan umur 60-70 tahun (50%), karena semakin bertambahnya usia maka terjadi penurunan fungsi jantung. Studi ini
berbentuk case report maka bertujuan memaparkan hasil penatalaksanaan penyakit gagal jantung dengan menggunakan
holistic approach melalui pelayanan dokter keluarga berbasis evidence based medicine dengan mengidentifikasi faktor
risiko, masalah klinis, dengan pendekatan patient centered dan family approach dalam bentuk family counceling terhadap
pasien dan keluarganya di UPT Puskesmas Bernung. Data primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis),
pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah. Data sekunder dari rekam medis pasien. Penilaian berdasarkan diagnosis
holistik dari awal proses dan akhir studi secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan penatalaksanaan yang dilakukan
dengan holistic approach terhadap pasien dan diagnosisnya, diketahui pasien menderita gagal jantung dengan hipertensi
grade II dengan keluhan nyeri ulu hati, dada berdebar-debar, lemas, sakit kepala, nafsu makan menurun, dan cepat lelah.
Dari aspek fungsi sosial, pasien memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas berat. Intervensi dilakukan secara non
medik melalui edukasi dan konseling keluarga dan secara medik dengan pemberian Digoxin, Furosemide, Bisoprolol, dan
Clopidogrel (CPG). Dalam kunjungan selama kontrol, kekhawatiran pasien akan penyakit jantung dan hipertensi yang
dialaminya berkurang dan pasien memahami penyakitnya. Peran keluarga penting dalam perawatan dan pengobatan
anggota keluarga yang sakit.

Kata Kunci: holistic approach, congestive heart failure, family approach, patient centered.

Holistic Management Of Congestive Heart Failure in Elderly Household


Women Through A Family Medicine Approach
Abstract
From World Health Organization (WHO) in 2016 asserted that in 2015 around 23 million or about 54% people deaths
caused of Congestive Heart Failure (CHF). Based on data from the Lampung Provincial Health Office in 2016 with inpatient
data on heart failure clients increased with a percentage of 42.6%, mostly in old age occurred 50% (60-70years).
Implementation of family doctor services to patients by identifying risk factors, clinical problems, and management with a
patient centered approach and family approach. The study conducted was Case Report. Primary data were obtained
through history taking and physical examination by making home visits, filling family folders, and filling patient files. The
assessment is based on a quantitative and qualitative holistic initial diagnosis, process, and end of visit. Based on a holistic
diagnosis, the patient suffers from heart failure with grade II hypertension. Complaints felt by the patient are heartburn,
chest palpitations, weakness, dizziness, decreased appetite, and fatigue. Based on social functions, patients have limitations
in heavy activities. The intervention was carried out non-medically through education and counseling with a family
approach and medically by giving Digoxin, Furosemide, Bisoprolol dan Clopidogrel (CPG). During the visit during the control,
the patient's concern about heart disease and hypertension they experienced was reduced and the patient understood the
disease. Heart failure accompanied by hypertension occurs mostly in old age. The diagnosis of CHF accompanied by Grade II
Hypertension in this case is consistent with the theory and critical review of recent research. There are internal and external
risk factors triggering the emergence of CHF. This is stated by several theories which are a source of reference. The role of
the family is important in the care and treatment of sick family members.

Keywords: holistic approach, congestive heart failure, family approach, patient centered.

Korespondensi: Muhammad Dimas Pangestu, alamat Jl. Abdul Muis Nomor VIII 9A Bandarlampung, HP 082177864014, e-
mail dimaspangestu1415@gmail.com

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020| 1


Muhammad Dimas Pangestu dan Azelia Nusadewiarti| Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart Failure pada Wanita Lanjut Usia
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Pendahuluan mengalami gagal jantung adalah karena sudah


Gagal jantung kongestif adalah keadaan menopause dimana pada saat itu kolesterol
patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung LDL meningkat yang menyebabkan perempuan
sehingga jantung tidak mampu memompa lebih banyak menderita penyakit gagal
darah untuk memenuhi kebutuhan jantung9.
metabolisme jaringan dan atau Penyakit gagal jantung merupakan
kemampuannya hanya ada kalau disertai penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
peninggian volume diastolik secara abnormal. Sekitar 5,1 juta orang di Amerika Serikat
Kondisi ini disertai peninggian volume diastolik mengalami gagal jantung. Sekitar setengah dari
secara abnormal. Gagal jantung kongestif orang-orang yang menderita gagal jantung
menunjukkan adalah ketidakmampuan jantung meninggal dalam waktu 5 tahun setelah
untuk untuk memenuhi kebutuhan jaringan didiagnosis.10
akan oksigen dan nutrisi.1,2 Kelangsungan hidup pasien dengan gagal
Data dari World Health Organization jantung dipengaruhi beratnya kondisi yang
(WHO) tahun 2016 menunjukkan pada tahun dialami masing-masing pasien. Setiap tahunnya
2015 terdapat 23 juta atau sekitar 54% mortalitas pasien dengan gagal jantung berat
kematian yang disebabkan gagal jantung atau lebih dari 50% mortalitas pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF). Di Indonesia gagal jantung ringan lebih dari 10%.11
data dari Riskesdas tahun 2018 menunjukkan Dengan data perkembangan prevalensi
prevalensi gagal jantung sebanyak 1,5%. Data penyakit gagal jantung yang semakin
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2016 meningkat setiap tahun dan tingginya angka
jumlah penderita gagal jantung mencapai
mortalitas yang diakibatkan, tanpa upaya yang
jumlah 1.462 pasien dengan kenaikan 45,6%.
Berdasarkan hasil penelitian usia terbanyak signifikan untuk menaganinya penyakit jantung
penderita gagal jantung adalah para lanjut usia kongestif akan menyebabkan permasalahan
pada kelompok umur 60-70 tahun (50 %). yang serius bagi mayarakat global dan bukan
Kemudian disusul oleh kelompok umur 50-59 tidak mungkin dalam kurun beberapa tahun
tahun (37%), kelompok umur 40-49 tahun
kedepan. Angka statistik ini akan bergerak naik
(13%), dan yang paling sedikit adalah kelompok
umur 30-39 tahun (3%).3,4 melesat jika para praktisi medis khususnya
Prevalensi gagal jantung cenderung tidak segera memperhatikan faktor risiko
mengikuti pola eksponensial seiring usia, utama yang menjadi awal mula penyakit ini.
karena bertambahnya usia seseorang akan Dengan demikian perlu adanya penanganan
mengakibatkan penuruan fungsi jantung. Usia
dari segala aspek baik secara biomedik maupun
merupakan faktor resiko utama terhadap
penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya biopsikososial. Dan untuk itu kasus ini penulis
termasuk gagal jantung. Pertambahan umur angkat sebagai salah satu bentuk tanggung
dikarakteristikkan dengan disfungsi progresif jawab sebagai praktisi medis agar dapat
dari organ tubuh dan berefek pada mengenal penyakit ini lebih rinci sebelum
kemampuan mempertahankan homeostasis.5,6 benar-benar mengaplikasikan teori
Di negara berkembang seperti Indonesia 12
pengobatan yang rasional.
penyakit gagal jantung berhubungan erat
dengan hipertensi. Perempuan lebih beresiko
mengalami hipertensi dibanding laki-laki. Kasus
Dalam tubuh perempuan hormonal lebih besar Ny. S, perempuan, berusia 56 tahun,
hingga menyebabkan peningkatan lemak datang ke Puskesmas Bernung pada tanggal 6
dalam tubuh atau obesitas. Selain itu obesitas Januari 2020 dengan tujuan untuk kontrol
perempuan juga dapat disebabkan karena penyakit jantung yang dialaminya. Penyakit
kurangnya aktivitas dan banyaknya waktu jantung telah diderita oleh pasien selama 3
untuk bersantai di rumah. 7,8 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien tidak
Hasil penelitian juga menunjukkan mempunyai riwayat penyakit yang
bahwa sekitar 57,5% perempuan yang membutuhkan waktu perawatan yang lama.

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020| 2


Muhammad Dimas Pangestu dan Azelia Nusadewiarti| Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart Failure pada Wanita Lanjut Usia
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Pasien rutin kontrol ke puskesmas setiap bulan. pulsasi keras, kekuatan kuat angkat,
Perasaan khawatir akan kondisi dirinya selalu thrill teraba.
ada karena ia belum dapat beraktivitas secara P : Batas jantung kiri melebar
leluasa, apalagi kerja berat. Berbagai keluhan A : BJ I/II +/+ reguler, derajat bising 4,
nyeri ulu hati, dada berdebar-debar, lemas, murmur (-), gallop (-)
sakit kepala, nafsu makan menurun, dan cepat
lelah tak jarang dirasakan apalagi jika habis Data Keluarga
beraktivitas melakukan aktivitas atau kerja Pasien tinggal bersama suami, 4 orang
berat. anak, dan orang 1 cucu di Desa Wiyono. Pasien
Pasien juga mengeluhkan jika di malam merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
hari sering terbangun tiba-tiba karena sesak Keluarga pasien memiliki riwayat penyakit
nafas. Sesak nafas yang dialaminya tidak jantung. Kedua orang tua pasien sudah
dipengaruhi cuaca, debu, dan emosi. Jika tidur meninggal dunia. Ibunya meninggal karena
pasien agak merasa nyaman dengan 2-3 bantal. penyakit jantung, sedangkan ayahnya tidak
Selain itu sesak nafas semakin memberat diketahui penyakitnya. Suami pasien dalam
dirasakan pasien saat beraktivitas dan berjalan kondisi sehat dan kedua orang tuanya juga
kaki walaupun dengan jarak jarak dekat. sudah meninggal. Ibu dari suami pasien juga
Penyakit yang dialami telah mengganggu meninggal karena sakit jantung, sedangkan
aktivitasnya pasien sehari-hari. Gejala yang ayahnya tidak diketahui penyakit yang
dirasakan berkurang setelah pasien rutin menyebabkan kematiannya.
kontrol dan minum obat yang diberikan oleh Keluarga saling mendukung untuk segera
dokter setiap bulan. berobat jika terdapat anggota keluarga yang
Pasien makan 3 kali sehari dengan menu sakit. Perilaku berobat keluarga yaitu
yang sama, terdiri dari nasi dan selalu ada memeriksakan diri ke layanan kesehatan bila
sayur, terkadang ditambah dengan ikan lele keluhan sudah terasa mengganggu kegiatan
sebagai sumber protein. Setiap harinya pasien sehari-hari. Keluarga pasien berobat ke
selalu dirumah dan jarang berolahraga. Pasien puskesmas.
suka begadang dan tidur selalu setelah pukul
23.00 malam. Riwayat merokok dan minum
alkohol, mengonsumsi narkotika dan obat-
obatan terlarang tidak ada.

Hasil
Data Klinis
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum: tampak sakit ringan; suhu:
36,6 oC; tekanan darah: 130/90 mmHg;
frekuensi nadi: 104 kali/menit; frek. nafas: 24
kali/menit; berat badan: 39 kg; tinggi badan:
145 cm; status gizi: normoweight.
Status generalis : kepala, telinga, hidung, leher,
paru, dan semua dalam batas normal.
Status lokalis :
Mata: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Gambar 1. Genogram Keluarga Ny. S
ikterik, cekung (-/-) (Dibuat oleh Muhammad Dimas Pangestu, tanggal
Bibir: sianosis (+) 12 Januari 2020)
Leher : JVP 5 + 3 mmHg
Thoraks (Cor)
I : Ictus cordis terlihat pada tiga jari ke kiri
ICS V line midclavicularis sinistra.
P : Ictus cordis teraba pada tiga jari ke kiri
ICS V linea midclavicularis sinistra,

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020| 3


Muhammad Dimas Pangestu dan Azelia Nusadewiarti| Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart Failure pada Wanita Lanjut Usia
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Family Map Diagnostik Holistik Awal


1. Aspek Personal
- Alasan kedatangan: Kontrol rutin setiap
bulan.
- Kekhawatiran: Khawatir keluhan yang
berkaitan dengan penyakit jantungnya
kambuh sehingga mengganggu
aktivitas.
- Harapan: Serangan penyakit jantung
dapat dihindari sehingga bisa
beraktivitas dengan baik.
- Persepsi: Penyakit jantung dianggap
penyakit yang dapat menyebabkan
kematian.
2. Aspek Klinik
- Gagal jantung (ICD-X I.50.0).
Gambar 2. Family Map Keluarga Ny. S
Family Apgar Score 3. Aspek Risiko Internal
Adaptation :2 − Usia 56 tahun (ICD-X I.50.0).
Partnership :2 − Kurangnya pengetahuan tentang
Growth :1 penyaki Congestive Heart Failure,
Affection :2 diketahui dari wawancara yang
Resolve :1 dilakukan dengan pasien. (ICD-X
Total Family Apgar score 8 (nilai 8-10, I.50.0).
fungsi keluarga baik) 4. Aspek Psikososial Keluarga
− Pelaku rawat yang kurang optimal.
Data Lingkungan Rumah − Kondisi rumah yang kurang ideal
Rumah berukuran 16m x 8m berlantai semen (sangat sempit, ventilasi dan
dan sebagian beralaskan tanah, dinding geribik pencahayaan kurang) (ICD-X I.50.0).
dan triplek, penerangan dan ventilasi yang 5. Derajat Fungsional :
kurang. Rumah kurang bersih dan penataan Derajat 2 (dua) yaitu mampu melakukan
barang kurang teratur serta berantakan dan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan
berada di daerah lingkungan yang tidak padat luar rumah, mulai mengurangi aktivitas).
penduduk. Sumber air minum, cuci atau masak
Nonmedikamentosa :
dari sumur. Kamar mandi terletak terpisah dari
1. Konseling pasien bahwa dengan rutin
rumah. Lantai kamar mandi licin, berlumut dan
meminum obat maka dapat mencegah
jamban mengalir ke septic tank. Kondisi rumah
komplikasi lebih lanjut penyakitnya.
pasien dinilai jauh dari layak dan kurang sehat.
2. Memberi apresiasi terhadap pasien yang
menuruti segala nasihat dokter.
3. Konseling pasien mengenai makanan yang
dianjurkan berupa diet rendah garam dan
mengkosumsi buah pisang setiap hari.
4. Konseling pasien bahwa perlunya
membatasi melakukan aktivitas yang berat.
5. Menginformasikan segala hal tentang
penyakit jantung dan faktor risikonya.
6. Konseling kepada suaminya untuk memberi
dukungan pada pasien dan mengawasi
pengobatan serta diet pasien.
7. Konseling pasien mengenai pentingnya
Gambar 3. Denah Rumah Ny. S prinsip preventif dari pada kuratif.
8. Konseling tentang rumah yang sehat.

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020| 4


Muhammad Dimas Pangestu dan Azelia Nusadewiarti| Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart Failure pada Wanita Lanjut Usia
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

9. Memberikan edukasi pasien tentang 5. Derajat Fungsional :


pencegahan serangan jantung dengan Derajat 2 (dua) yaitu masih dapat
media poster.15 melakukan aktivitas sehari-hari.

Medikamentosa : Pembahasan
Digoxin 1 mg dosis tunggal, Furosemid 1 Penatalaksanaan penyakit melalui
x 1/2 40 mg, Bisoprolol Fumarate 1 x 2,5 mg, pelayanan kedokteran keluarga diberikan pada
Clopidogrel 1 x 75 mg per hari.14,15 Ny. S, perempuan, berusia 56 tahun yang telah
menderita penyakit gagal jantung selama 3
Diagnostik Holistik Akhir Studi bulan. Keluhan pasien berupa nyeri ulu hati,
1. Aspek Personal dada berdebar-debar, merasa lemas, sakit
- Alasan kedatangan: Kontrol rutin kepala, dan nafsu makan menurun. Keluhan
penyakit jantung dan hipertensi. lain adalah cepat merasa lelah. Riwayat lain,
- Kekhawatiran: Perasaan kekhawatiran ibu pasien meninggal dikarenakan penyakit
pasien akan memburuknya penyakitnya jantung dan pasien jarang berolahraga, sering
sudah berkurang. begadang setiap harinya. Sedangkan riwayat
- Harapan: Tidak tercapai namun pasien merokok dan minum alkohol tidak ada. Pasien
telah memahami mengenai penyakitnya. sudah diagnosa sebagai penderita Gagal
2. Aspek Klinik jantung (ICD-X I.24) dengan hipertensi grade II
- Hipertensi grade II (ICD-X I.10). (ICD-X I.10).2
- Gagal jantung (ICD-X I.24). Untuk mendiagnosis gagal jantung, perlu
3. Aspek Resiko Internal dilakukan beberapa tes tambahan. Foto
- Wanita lansia (56 tahun), memilki rontgen dada, dilakukan untuk mendeteksi
perilaku mencari pengobatan sendiri adanya pembesaran ukuran jantung atau
(ICD-10-Z76.89). adanya penumpukan cairan di dalam paru-
- Kesadaran pentingnya untuk meminum paru, yang umumnya terjadi pada pasien gagal
obat secara rutin meningkat dan rutin jantung. Pemeriksaan rontgen dada dapat
kontrol ke puskesmas setiap bulan. menunjukkan pembesaran jantung, bayangan
- Melakukan olahraga minimal 1 kali dapat menunjukkan dilatasi atau hipertrofi bilik
dalam seminggu. atau perubahan pembuluh darah yang
- Keluarga mengawasi dan membantu menunjukkan peningkatan tekanan
pasien pada saat pasien melakukan pulmonalis.14,15
pekerjaan berat baginya; Pemeriksaan elektrokardiografi, dilaku-
- Mengetahui tentang penyakit Congestive kan untuk merekam perubahan aktivitas listrik
Heart Failure yang dideritanya dan jantung saat terjadi gagal jantung, atau
komplikasi serta cara pencegahannya. mendeteksi gangguan irama jantung yang bisa
4. Aspek Psikososial Keluarga menjadi penyebab gagal jantung. Pemeriksaan
- Termotivasinya keluarga untuk EKG atau rekam jantung dapat mendeteksi
mengingatkan pasien dalam mengatur kelistrikan jantung, dan otot-otot jantung.14,15
pola makan. Pemeriksaan ekokardiografi, dilakukan
- Termotivasinya keluarga untuk untuk melihat struktur organ jantung lebih
mengingatkan pasien dalam mengatur jelas dengan bantuan gelombang suara
pola makan. berfrekuensi tinggi. Pemeriksaan darah,
- Meningkatnya pengetahuan keluarga dilakukan untuk mendeteksi jenis protein yang
tentang hipertensi, gagal jantung, dan kadarnya akan meningkat bila terjadi gagal
kolesterol. jantung, serta untuk mendeteksi penyakit yang
- Meningkatnya pengetahuan keluarga dapat menjadi penyebab gagal jantung.14,15
tentang penyakit gagal jantung dan Pemeriksaan juga dlengkapi dengan
koplikasinya. analisa gas darah (AGD) atau arterial blood gas
(ABG) tes dengan cara mengambil darah
melalui pembuluh darah arteri untuk
mengukur dan mengetahui kadar oksigen,

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020| 5


Muhammad Dimas Pangestu dan Azelia Nusadewiarti| Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart Failure pada Wanita Lanjut Usia
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

karbon dioksida, dan tingkat asam basa (pH) di disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi
dalam darah pasien. Tes ini dilakukan untuk jantung, dimana jantung tidak sanggup
memeriksa kondisi organ jantung pasien serta memompakan darah untuk memenuhi
gejalanya yang disebabkan oleh gangguan kebutuhan metabolik jaringan.14
distribusi oksigen serta karbon dioksida atau Gagal jantung kongestif dapat
keseimbangan pH dalam darah pasien.16 diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor.
Pemeriksaan elektrolit, dilakukan untuk Berdasarkan tipe gangguannya, gagal jantung
mendeteksi perubahan elektrolit dalam tubuh diklasifikasikan menjadi gagal jantung sistolik
akan terlihat perubahan karena adanya dan diastolik. Berdasarkan letak jantung, gagal
perpindahan cairan atau penurunan fungsi jantung kongestif diklasifikasikan sebagai gagal
ginjal. Pemeriksaan elektrolit dilakukan untuk jantung kanan dan kiri. Sedangkan menurut
mengetahui kadar natrium dalam serum. New York Heart Association (NYHA), gagal
Gangguan elektrolit umumnya pada pasien jantung kongestif dibagi atas 4 kelas
gagal jantung adalah hiponatremia, berdasarkan gejala dan aktivitas fisik berikut.
hipokalemia, dan hipomagnesemia. Kelas I : Tidak terdapat batasan melakukan
Hiponatremia adalah kelaianan elektrolit yang aktivitas fisik. Aktivitas fisik sehari-
menyebabkan peningkatan morbiditas dan hari tidak menimbulkan kelelahan,
mortalitas berbagai kondisi klinis. Gagal palpitasi atau sesak nafas.
jantung dapat terjadi bila natrium dalam serum Kelas II : Terdapat batasan aktivitas ringan.
< 135 mEq / I .12,13,15 . Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
Pemeriksaan ureum atau blood urea namun aktivitas sehari-hari
nitrogen (BUN), dilakukan untuk menentukan menimbulkan kelelahan, palpitasi
kadar urea nitrogen dalam darah yang atau sesak nafas.
merupakan zat sisa dari metabolisme protein Kelas III : Terdapat batasan aktivitas bermakna.
yang seharusnya dibuang melalui ginjal. Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
Sedangkan pemeriksaan kreatinin darah, tetapi aktivitas fisik ringan
dilakukan untuk menentukan kadar kreatinin menyebabkan kelelahan, palpitasi
dalam darah. Kreatinin merupakan zat sisa atau sesak nafas.
hasil pemecahan otot yang akan dibuang Kelas IV : Tidak dapat melakukan aktivitas fisik
melalui ginjal. Kadar kreatinin yang tinggi tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
dalam darah dapat menjadi tanda adanya istirahat. Keluhan meningkat saat
gangguan pada ginjal. CT scan atau MRI melakukan aktivitas.
jantung, dilakukan untuk memperoleh
gambaran yang lebih detail mengenai kondisi AHA mengemukakan jika ditinjau dari
organ jantung.14,15 sudut klinis secara simptomatologis dikenal
Kateterisasi jantung, dilakukan untuk gambaran klinis berupa gagal jantung kiri
mendeteksi penyumbatan pada pembuluh dengan gejala badan lemah, cepat lelah,
darah jantung. Kateterisasi jantung digunakan berdebar, sesak napas dan batuk, serta tanda
untuk mengukur terkanan di dalam jantung. objektif berupa takikardia, dyspnea (dyspnea
Tekanan abnormal merupakan sebuah d’effort, orthopnea, paroxysmal nocturnal
pertanda dan membantu membedakan gagal dypsnea, cheyne-stokes respiration), ronkhi
jantung kanan atau kiri, stenosis atau basah halus di basal paru, bunyi jantung III, dan
insufisiensi, juga mendeteksi arteri koroner.14,15 pembesaran jantung. Gagal jantung kanan
Dari diagnosa yang dilakukan, dokter dengan gejala edema tumit dan tungkai bawah,
memberikan obat Digoxin, Furosemide, hepatomegali, asites, bendungan vena jugularis
Bisoprolol dan Clopidogrel (CPG) oleh dokter dan gagal jantung kongestif merupakan
Puskesmas Bernung. Selain itu dokter gabungan dari kedua bentuk klinik gagal
menganjurkan pasien makan pisang dan rajin jantung kiri dan kanan.14
kontrol setiap bulan.14 Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
Menurut American Heart Association ditemukan dyspnea d’effort, orthopnea,
(AHA) gagal jantung merupakan sindroma klinis peningkatan tekanan vena jugularis serta
(sekumpulan tanda dan gejala), yang pelebaran batas jantung, sehingga memenuhi

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020| 6


Muhammad Dimas Pangestu dan Azelia Nusadewiarti| Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart Failure pada Wanita Lanjut Usia
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

gejala gagal jantung kongestif. Berdasarkan hal Etiologi dari penyakit gagal jantung
tersebut maka pada pasien ini sudah tepat dapat berupa penyakit jantung bawaan,
didiagnosa CHF berdasarkan kriteria penyakit jantung rematik, penyakit jantung
Framingham dengan didapatkan satu kriteria hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit
mayor yaitu peningkatan tekanan JVP dan dua jantung rematik, penyakit jantung tiroid,
kriteria minor yaitu orthopnea dan dyspnea kardiomiopati, cor pulmonale serta kehamilan.
d’effort.14,17 Berdasarkan hasil anamnesis, pada pasien ini
Berdasarkan hasil anamnesis riwayat didapatkan bahwa pasien merupakan perokok
perjalanan penyakit pasien, didapatkan bahwa aktif dan memiliki riwayat penyakit darah tinggi
keluhan utama yang membawa pasien datang yang tidak terkontrol sejak lama sebelum
ke puskesmas saat pertama kali didiagnosa didiagnosa penyakit jantung, sehingga diduga
mengalami serangan jantung adalah sesak pasien mengalami gagal jantung kongestif
nafas. Keluhan sesak nafas dapat berasal dari akibat penyakit hipertensi yang tak
organ paru, jantung, ginjal, serta dari hati. Dari terkontrol.18
anamnesis didapatkan sesak yang dipengaruhi Hipertensi atau yang lebih dikenal
aktivitas merupakan khas sesak yang dengan nama penyakit darah tinggi adalah
disebabkan oleh organ jantung. Kemudian suatu keadaan di mana terjadi peningkatan
dilanjutkan dengan dilakukannya pemeriksaan tekanan darah di atas ambang batas normal
fisik serta pemeriksaan penunjang sehingga yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO, batas
dapat dipastikan sesak pada penderita bukan tekanan darah yang masih dianggap normal
berasal dari organ paru, ginjal ataupun hati.14,17 adalah kurang dari 130/85 mmHg. Berdasarkan
Menurut American family physician, klasifikasi tekanan darah sistol dan distol
sensasi sesak nafas subjektif atau yang disebut berdasarkan JNC VII: Normal <120/< 80 mmhg,
dyspnea secara umum dapat disebabkan oleh Prehipertensi 120–139/80-89 mmhg,
adanya kelainan pulmonari, kardiak, Hipertensi stage I 140-159/90-99 mmhg,
kardiopulmoner, dan non kardiopulmoner. Hipertensi stage II ≥160/≥100. Pada pasien
Sesak nafas pulmoner disebabkan oleh karena termasuk hipertensi stage 2 yaitu
adanya kelainan ataupun gangguan fungsi dari 180/110mmHg.14
dalam paru-paru, seperti pada kasus asma. Penatalaksanaan pada gagal jantung
Sesak nafas kardiak disebabkan oleh karena menurut American Heart Association (AHA)
adanya kelainan ataupun gangguan fungsi dari dikelompokkan berdasarkan gejala dan
jantung misalnya pada kasus gagal jantung, kelainan struktur jantung, yaitu :
sedangkan sesak nafas kardiopulmoner Stage A : Resiko tinggi gagal jantung, tetapi
disebabkan oleh karena adanya gangguan pada tanpa kelainan struktur jantung
paru-paru maunpun jantung seperti pada kasus ataupun gejala gagal jantung.
penyakit paru obstruktif kronik dengan Stage B : Terdapat kelainan struktur jantung
hipertensi pulmonal dan cor pulmonal. Sesak tetapi tanpa tanda atau gejala gagal
nafas non kardiopulmoner berasal dari organ jantung.
lain selain jantung dan paru-paru, seperti Stage C : Terdapat kelainan struktur jantung
misalnya pada kondisi asidosis pada kasus disertai gejala gagal jantung
gagal ginjal.18 sebelumnya atau masih
Pada pemeriksaan fisik didapatkan berlangsung saat ini
adanya peningkatan tekanan vena jugularis Stage D : Gagal jantung refrakter.
yang merupakan tanda adanya hambatan Berdasarkan klasifikasi di atas, maka
aliran darah masuk ke jantung. Selain itu, pada pasien ini termasuk dalam kelompok stage C
pasien ini juga didapatkan adanya pelebaran yaitu pasien gagal jantung dengan adanya
batas jantung kiri. Kedua kondisi tersebut kelainan struktur jantung disertai gejala gagal
menunjukan adanya kegagalan pompa jantung. jantung yang masih berlangsung sampai saat
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan ini. Tujuan penatalaksanaan pada pasien gagal
fisik diatas, maka pasien ini sudah tepat jantung disertai dengan adanya penurunan
didiagnosa gagal jantung NYHA II.14,18 fraksi ejeksi pada stage C adalah mengontrol
gejala, edukasi pasien, mencegah perawatan di

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020| 7


Muhammad Dimas Pangestu dan Azelia Nusadewiarti| Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart Failure pada Wanita Lanjut Usia
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

rumah sakit dan mencegah mortalitas. Adapun Digoxin, obat ini diberikan dalam bentuk obat
obat-obatan yang rutin yang dianjurkan pada suntik dan sebagai dosis tunggal diberikan
kelompok pasien stage C dibedakan menjadi bersamaan dengan pemberian infus selama 2
dua kategori pasien yaitu : jam.
1. Gagal jantung tidak disertai penurunan Tabel 1. Penggunaan Obat
fraksi ejeksi. Nama Dosis Tujuan Efek
Obat Samping
2. Gagal jantung disertai penurunan fraksi
ejeksi. Digoxin 0,5 -1 mg Menormalkan Gangguan
Fraksi ejeksi merupakan indikator klinis 0,75-1mg irama jantung mental, pusing,
yang dianggap telah umum dipakai untuk (Diawal) dan sakit kepala,
125 -250 memperkuat diare, mual,
menilai fungsi ventrikel kiri. Pengukuran fraksi mcg/hari jantung untuk muntah, ruam
ejeksi dapat dilakukan dengan menggunakan memompa kulit, anoreksi
angiografi dan radiografi ventrikulografi akan darah ke dan aritmia
seluruh tubuh
tetapi biaya pemeriksaan tersebut cukup
mahal dan merupakan tindakan invasif yang Furosemid 0,5-1,0 mg/ Mengeluar- Menurunkan
KgBB/hari kan cairan kadar kalium
memiliki resiko tinggi.14 atau tubuh dalam darah
Menurut Eagle, adanya korelasi yang kuat 20-40 mg/ sehingga
antara kardiomegali, gambaran hipertensi 1-2x/hari aliran darah
Maks. 600 balik ke
arteri pulmonalis, denyut apeks ventrikel kiri mg/hari . jantung
yang lama dan bunyi jantung III dengan (preload)
penurunan fraksi ejeksi. Pada pasien ini menurun.

ditemukan adanya kardiomegali sehingga Bisoprolol 1,25-10 Mengurangi Pusing,


dapat diduga pasien ini mengalami penurunan mg/ frekuensi gangguan tidur,
1x1/hari detak jantung bradikandia,
fraksi ejeksi. Maksimal, dan tekanan diare, infeksi
Penatalaksanan terhadap pasien dilakukan 20 mg/hari otot jantung saluran
dengan hoIistic approach (pendekatan holistik) saat pernafasan, dan
berkontraksi sesak nafas
dengan cara memberikan pelayanan secara
utuh, tidak hanya untuk penyembuhan secara Clopidogrel 75 mg/hari Mencegah Lebam dan
fisik, tetapi juga mental, emosional bahkan Aspirin trombosit pendarahan
(Kombinasi) (platelet) bawah kulit,
spiritual pasien. Pendekatan yang dilakukan yang mimisan, nyeri
tidak hanya pada pasien (patient centered), menempel perut, konsti-
dan berisiko pasi atau diare
tapi juga pada keluarga pasien (family membentuk dan gangguan
approach) dengan maksud melakukan gumpalan pencernaan
pendekatan secara utuh (holistik) untuk darah

penatalaksanaan penyakit gagal jantung yang _____________________________________


dialami pasien. Untuk itu intervensi kesehatan
dilakukan terhadap pasien dalam bentuk Pasien dapat pula diberi obat Furosemid
intervensi farmakologi maupun sebagai diuretik. Pada pasien telah diberikan
nonfarmakologi oleh dokter keluarga yang dosis Furosemid yang tepat dan sesuai indikasi.
melayani pasien. AHA merekomendasikan pemberian antagonis
Intervensi farmakologi pada Ny. S yang Aldosteron seperti Spironolakton dengan dosis
mengalami penyakit gagal jantung dilakukan 12,5-25 mg per hari5
dengan pemberian obat Digoxin, Furosemid, Pada kasus Ny. S obat Spironolakton tidak
Bisoprolol, dan Clopidogrel (CPG).14,10 diberikan. Hal ini karena pasien sering
Pemakaian dosis, tujuan, dan efek samping dari mengeluhkan sakit kepala. Spironoklaton
obat dijelaskan dalam tabel berikut. adalah obat yang memiliki efek samping yang
Dari tabel di bawah ini terlihat bahwa obat membuat pemakainya sakit kepala.5 Untuk
yang diberikan pada pasien gagal jantung harus obat ini tidak diberikan pada pasien.
sesuai dosis tertentu dan memperhatikan efek Pasien juga diberikan obat Bisoprolol yang
sampingnya. Sesuai dengan jenis obat obat an dapat mengurangi frekuensi detak jantung dan
sifatnya obat yang diberikan pasien dapt tekanan otot jantung pasien jika berkontraksi.
berbetuk obat minum, suntik, maupun infus.

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020| 8


Muhammad Dimas Pangestu dan Azelia Nusadewiarti| Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart Failure pada Wanita Lanjut Usia
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Dengan begitu, beban jantung dalam Tabel 2. Penilaian Prognosis


Nilai Baik Nilai Buruk
memompa dasar ke seluruh tubuh dapat
berkurang. Dengan turunnya tekanan darah, Gejala Klinik
maka stroke dan serangan jantung dapat Kondisi Kardiak
Tekanan vena jugulari
dicegah. Dosis yang diberikan pada pasien
haruslah disesuaikan dengan tingkat keparahan Perilaku kesehatan
penyakit dan respons tubuh pasien terhadap Aktivitas gerak
Rutinitas kontrol Kesehatan Olahraga
obat. Pengetahuan penyakit
Selain itu, obat Clopidogel diberikan pula Kuratif
pada Ny. S. Clopidogrel yang pada situasi
Lingkungan Psikososial
tertentu pemberian Clopidogrel dapat Komunikasi dengan
dikombinasikan dengan Aspirin untuk keluarga
Ekonomi keluarga
mencegah penggumpalan darah. Namun
kombinasi kedua obat ini beresiko terjadinya Lingkungan Fisik
Pemukiman Kondisi rumah
penggumpalan darah pada pasien.
Dokter juga menganjurkan pemberian Gaya Hidup
pisang sebagai bentuk intervensi Pola makan
Pola tidur
nonfarmakologis untuk dikosumsi oleh Ny. S. ______________________________________________
Penderita hipertensi yang mengkonsumsi 2
buah pisang setiap hari. Mengkosumsi pisang Prognosis ditegakkan berdasarkan pada
setiap hari dapat penurunan tekanan darah kemampuan pompa jantung untuk kompensasi
sampai 10% dalam satu minggu.19 serta perbaikan gejala klinik setelah diterapi.
Secara klinis, pada pasien terdapat perbaikan
Pisang dapat menurunkan tekanan darah
sehingga prognosis quo ad vitam adalah dubia
karena memiliki Angiotensin Converting ad bonam. Tetapi secara fungsional,
Enzyme Inhibitor (ACE-I) di dalam tubuh. ACE-I berdasarkan hasil echocardiography telah
merupakan analog nonpeptida angiotensin I terjadi kerusakan katup yang permanen
dan beberapa senyawa lainnya, yang bekerja sehingga prognosis quo ad fungsionam adalah
sebagai inhibitor kompetitif terhadap enzim dubia ad malam. Kemudian Berdasarkan fungsi
pengubah (converting enzyme). Converting sosialnya, pasien gagal jantung memiliki
keterbatasan dalam beraktivitas berat, hal ini
enzyme ini berfungsi mengubah angiotensin I
mengakibatkan pasien tidak mampu bekerja
menjadi angiotensin II. Angiotensin II seperti biasanya23
menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh Perilaku kesehatan pasien masih
darah, sehingga meningkatkan tekanan darah. mengutamakan cara kuratif dari pada
Dengan adanya ACE-I, produksi angiotensin II preventif. Pasien juga kurang beraktivitas dan
dihambat sehingga dapat menurunkan tekanan raga dan kurang memiliki pengetahuan tentang
penyakit yang dideritanya. Namun demikian
darah. Selain ACE-I, pisang memiliki kandungan
pasien cukup disiplin dalam menjalani
kalium tinggi. Kalium merupakan ion terbanyak rutinitasnya untuk kontrol ke puskesmas.
di intraselular. Natrium dan kalium berperan Lingkungan psikososial ekonomi pasien
dalam memelihara keseimbangan cairan dan kurang layak. Pasien jarang berkomunikasi
elektrolit serta keseimbangan asam basa. dengan anak dan menantu atau keluarga
Selain itu berperan dalam transmisi saraf dan terdekat. Sedangkan dari segi ekonomi, pasien
relaksasi otot.20,21,22 tergolong kurang mampu. Pasien hanya
sebagai ibu rumah tangga yang tidak dapat
Prognosis pada kasus dibuat sesuai
membantu ekonomi keluarga.
dengan deskripsi penyakit dengan penilaian
Lingkungan fisik, terutama pemukiman
seperti tabel berikut:
tempat pasien tinggal baik, dan cukup bersih.

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020| 9


Muhammad Dimas Pangestu dan Azelia Nusadewiarti| Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart Failure pada Wanita Lanjut Usia
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Namun kondisi rumah pasien kurang layak rangkaian penatalaksanaan yang holistik pada
untuk kesehatan. Rumah berukuran 16m x 8m, peyakit yang dialami pasien agar tercapainya
lantai semen dan sebagian beralaskan tanah, kesehatan pasien secara fisik, mental, maupun
dinding geribik dan triplek, penerangan dan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ventilasi yang kurang, tidak bersih, dan Konseling keluarga efektif meningkatkan
penataan perabotan berantakan serta jauh dari kualitas hidup pada pasien hipertensi.25. Pada
jangkauan fasilitas kesehatan. kasus ini, pasien adalah penderita hipertensi
Life style, pola makan teratur namun tidak grade II. Hal ini diketahui dari hasil diagnostik
mengetahui asupan makanan apa saja yang holistik akhir pada aspek klinis. Dengan
dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk konseling ini keluarga akan lebih mampu
dikonsumsi yang berkaitan dengan memberikan membantu pasien untuk
penyakitnya. Selain itu pasien memiliki pola merespon penyakitnya dengan positif,
tidur yang kurang baik karena tidur hampir penyesuaian diri dengan penyakitnya,
pukul 24.00 WIB setiap malamnya. meningkatkan penghargaan diri serta akan
Dari gambaran kasus di atas, maka dapat mengkuti perawatan penyakitnya
dilakukan pula intervensi nonfarmakologi dengan baik, sehingga mendukung pada
dalam bentuk edukasi dan konseling yang kesehatan fisik, mental maupun sosial pasien.
bersifat nonmedik. Intervensi dilakukan
terhadap faktor eksternal dan internal. Untuk Simpulan
kegiatan intervensi pasien dilakukan kunjungan 1. Diagnosis CHF disertai Hipertensi Grade II
rumah sebanyak 3 kali. Kunjungan rumah pada kasus ini sudah sesuai dengan
dimaksudkan untuk mengedukasi dan beberapa teori dan telaah kritis dari
memberikan konseling pada pasien maupun penelitian terkini.
keluarga pasien (family counceling). 2. Ada beberapa faktor risiko internal dan
Edukasi pada pasien dan keluarga eksternal yang memicu timbulnya CHF hal
bertujuan untuk memberikan pemahaman ini telah dinyatakan oleh beberapa teori
pada pasien dan keluarga tentang gambaran yang menjadi sumber acuan.
pola diet untuk pasien melalui pola diet rendah 3. Peran keluarga amat penting dalam
garam dan perlunya mengonsumsi pisang perawatan dan pengobatan anggota
setiap hari. Pasien diberikan pula pemahaman keluarga yang sakit.
tentang pemantauan berat badan dan 4. Penatalaksanaan pada pasien mengenai
peningkatan aktivitas dengan melakukan penyakit yang dialaminya sudah tepat.
olahraga ringan. Kemudian pemahaman pasien
diengkapi tentang kelainan, kerusakan yang Daftar Pustaka
terjadi pada tubuh pasien, faktor penyebab, 1. Mansyoer. Diet sehat untuk penderita
komplikasinya serta penatalaksanaan faktor hipertensi. Jakarta: PT. Rhineka Cipta;
resiko yang mungkin dialami pasien. 2005.
Media yang digunakan untuk 2. Brunner, Lilian S, et al. Brunner and
mempermudah pemahaman pasien dan suddarth textbook of medical-surgical
keluarga digunakan poster. Poster berperan nursing. New York: Lipincott Williams &
sebagai pengingat informasi tentang hal-hal Wilkins; 2008.
yang harus dilakukan dan yang diwaspadai 3. Harikatang, A., Rampengan, S., dan Jim, E.
pasien dan keluarganya tentang penyakit gagal Hubungan antara jarak tempuh tes jalan 6
jantung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menit dan fraksi ejeksi pada pasien gagal
penggunaan poster memiliki pengaruh yang jantung kronik terhadap kejadian
bermakna terhadap pengetahuan keluarga kardiovaskular. Jurnal e-Clinic (eCl).
mengenai manajemen hipertensi. Dalam hal ini 2016;4(1): 41-44.
hipertensi merupakan salah satu faktor 4. Sari, P., Rampengan, S.H & Panda, S.
penyebab penyakit gagal jantung.24 Hubungan kelas NYHA dengan fraksi ejeksi
Bentuk intervensi non farmakologi pada pasien gagal jantung kronik di
lainnya yang dilakukan adalah konseling BLU/RSUP Prof. dr.R.D.Kandou Manado.
keluarga. Konseling ini dilakukan sebagai

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020| 10


Muhammad Dimas Pangestu dan Azelia Nusadewiarti| Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart Failure pada Wanita Lanjut Usia
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Fakultas Kedokteran Universitas Sam 17. Adam Romanovsky, Sean Begshaw, and H.
Ratulangi Manado; 2012 Rosner. Hyponatrtremia and Congestive
5. Hou, N. Relationship of age and sex to Heart Failure A Master: of Increased
health related quality o life in patients. mortality and target for therapy, Int J of
internet]. 2014 [diakses tanggal 9 Juni Nephrology. 2011; 2(1): 7.
2020]. 18. American Family. Seventh report of the
6. Karavidas, et al. Aging and the joint national committee on prevention,
cardiovascular system. Hellenic Journal of detection, evaluation, and treatment of
Cardiology.2010;5(1)421-427. high blood pressure. National Institute of
7. Cowie, M.R., Dar, Q. The epidemiology Health. http://www.nhlbi.nih.gov.13-15
and diagnosis of heart failure. In: Fuster, 19. Eagle. Majalah Kedokteran Nusantara
V., et al., eds. Hurst’s the Heart Volume 41 No. 3.
USA:McGraw Hill. 2008;12(1):713 20. Pencari Penyebab Gagal Jantung, 2006.
8. Junaidi, I. Hipertensi: Pengenalan Ethical Digest, No.28, Th IV; 14
pencegahan, dan pengobatan. Jakarta: PT 21. Utami, Nurul dan Sari, Ayu Wulan.
Bhuana Ilmu Populer; 2010. Konsumsi pisang Ambon sebagai terapi
9. Vani, S. C. Penyakit penyerta dan gaya non farmakologis.
hidup pada penyakit Congestive Heart 22. Omudhome Ogbru, Pharm.D., edici-
Failure (CHF) di RS. Dr. Wahidin enteNe, Inc [internet] FDA Prescribing
Sudirohusodo dan RS. Stella Maris Information Nonssteroidal Antiinflam
Makasar. http://repository.unhas.ac.id/ matory Drugs (NSAID) [Diakses tanggal 20
bitstream/handle/123456789/385/Bab%2 Januari 2020] Tersedia dari:
0V%20Vani.docx?sequece=3. 2011. http://www.medicienenet.com/nonsteroi
10. Centers for Control and Prevention (CDC). dal antiinflammatory dr ugs/article.html.
Heart and Failure Fact Sheet. Department 23. Almatsier, Sunita. Prinsip dasar ilmu gizi.
of Health and Human Service/USA. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta; 2003.
http://www.cdc.gov/dhdspdata_statistic/f 24. Ulya, Zakiyatul Ulya. Et al. Pengaruh
act_sheets/fs_hearth_failure.htm. pendidikan kesehatan dengan media
11. Muttaqin, Arif. Asuhan Keperawatan Klien poster terhadap pengetahuan manajemen
dengan gangguan sistem kardiovaskuler hipertensi dan penderita hipertensi, The
dan Hamatologi/ Jakarta: Salemba Journal of Nursing .2017:1(12);2017.
Medika; 2009. 25. Suryani dan Rahmawati. Efektivitas
12. Suhatri, et al. Gambaran kadar elektrolit Konseling keluarga terhadap peningkatan
(natrium dan kalium) darah, tekanan kualitas hidup pasien hipertensi. STIKES An
darah dan denyut nadi pasien terapi gagal Nur Purwodadi [Internet]. 2020 [Disitasi
jantung di RSUP Dr.M. Jamil Padang, tanggal 5 Juli 2020]; 2(1) Tersedia dari:
Jurnal Sains Farmasi & klinis. 2018;3(3): Ejournal.annurpurwodadi.ac.id.
243-246.
13. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2015.
14. American Heart Association (AHA).
Guideline for the management of heart
failure: A report of the american college of
cardiology foundation/american heart
association task force on practice
guideline. Dallas: AHA-Circulation.
15. PAPDI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I. Jakarta: Internal Publishing; 2014.
16. Tjin Willy dan Neil, R Stephens, C
Healthline, Blood Gas Test;2016.

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020| 11

Anda mungkin juga menyukai