Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit ginjal merupakan kelainan yang mengenai organ ginjal

yang timbul akibat berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan

bawaan, penyakit metabolik atau degeneratif. Kelainan tersebut dapat

mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal dengan tingkat keparahan yang

berbeda-beda. Pasien mungkin merasa nyeri, mengalami gangguan

berkemih, dan lain-lain. Terkadang pasien penyakit ginjal tidak merasakan

gejala sama sekali. Pada keadaan terburuk, pasien dapat terancam

nyawanya jika tidak menjalani hemodialisis (cuci darah) berkala atau

transplantasi ginjal untuk menggantikan organ ginjalnya yang telah rusak

parah. Penyakit ginjal yang cukup sering dijumpai antara lain penyakit

gagal ginjal dan batu ginjal (minimal sakit selama 3 bulan berturut-turut)

oleh dokter (Riskesdas, 2013).


Menurut World Health Organization (WHO), secara global lebih dari

500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik (Ratnawati, 2014

dalam Rostanti dkk, 2016). Penderita gagal ginjal baik akut maupun kronik

mencapai 50% dan hanya mendapat pengobatan sebanyak 25% dan

12,5% yang terobati dengan baik (Indrasari, 2015 dalam Hutagalung,

2016).
Indonesian Renal Registry (2015) Menyatakan pada tahun 2014

tercatat sebanyak 17.193 pasien baru yang menjalani hemodialisis,

1
2

meningkat pada tahun 2015 sebanyak 21.050 pasien baru yang menjalani

hemodialisis. Tindakan hemodialisa akut tidak terlalu banyak hanya sekitar

0,9 % saja. Provinsi Sumatera Utara, dari 14 unit hemodialisa yang

terdaftar tercatat sebanyak 1.075 pasien baru yang menjalani

hemodialisis, dan sebanyak 1.236 pasien yang aktif menjalani

hemodialisis.
Hemodialisis yang membutuhkan waktu selama lima jam dan jika

status nutrisi buruk dapat menyebabkan malaise dan fatigue (Septiwi,

2013). Hasil penelitian Sodikin dan Suparti (2015) menyebutkan bahwa

gambaran tingkat fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis di

RSUD Margono Soekardjo Purwokerto, diketahui sebagian besar

responden mengalami tingkat fatigue sedang (67%) diikuti masing-masing

mengalami tingkat fatigue ringan dan berat (16,5%).


Tindakan dialisis dapat mengeluarkan sampah tubuh, kelebihan

cairan dan membantu menjaga keseimbangan elektrolit dan pH

(keseimbangan asam dan basa) pada kadar yang dapat ditoleransi tubuh

(Cahyaningsih, 2011).
Penelitian Sullivan dan Mccarthy (2009) menyatakan pasien

hemodialisis yang tidak aktif, 14% akan mengalami kelelahan dan pasien

yang mengalami fatigue pada level lebih rendah berhubungan dengan

level fungsi fisik yang lebih tinggi.


Tanda dan gejala kelelahan timbul akibat cairan dan elektrolit yang

tidak seimbang, perubahan fungsi regulator tubuh, dan retensi solut.

Anemia terjadi karna produksi eritrosit juga terganggu (sekresi


3

eritroprotein ginjal berkurang). Pasien mengeluh cepat lelah, pusing, dan

letargi (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009).


Kelelahan adalah salah satu keluhan pasien hemodialisis yang

paling sering dan berhubungan dengan gangguan kesehatan kualitas

hidup yang terkait. Kelelahan didokumentasikan sebagai gejala negatif

yang dialami oleh sejumlah besar pasien dengan stadium akhir penyakit

ginjal yang menjalani hemodialisis. Kelelahan adalah gejala yang

menyusahkan. Orang yang kelelahan membutuhkan lebih banyak usaha

untuk melakukan aktivitas fisik, dibandingkan dengan usaha yang

dibutuhkan sebelum adanya kelelahan (Bayumi, 2015). Kelelahan adalah

salah satu gejala hemodialisis yang paling umum dan dikaitkan dengan

kualitas hidup yang buruk (Georgios, Victoria, Evangelos, Savvas, & Sofia,

2015).
Simptomatika kelelahan mental sering mudah dikenali oleh yang

bersangkutan. Ia mengeluh tidak dapat berkonsentrasi, sulit mengingat,

sulit mengembangkan ide, sulit dan lambat mengajukan argumentasi.

Kemampuan berpikirnya lambat dan tidak akurat. Ahli ilmu faal, Jeman

Ranke, mengemukakan bahwa zat-zat yang dibentuk ketika terjadinya

kontraksi otot yaitu asam laktat, co2, dan asam fosfat akan menghambat

(kekuatan) kontraksi otot. Kehadiran dan jumlah zat-zat ini berkaitan

dengan kurangnya jumlah pasokan o2 kepada otot-otot yang berkontraksi.

Kekurangan o2 pada orang yang bekerja memang akan mempercepat

terjadinya kelelahan pada orang-orang itu. Kelelahan juga dapat terjadi

karna terganggunya lingkungan hidup sel. Hal ini dapat terjadi karna
4

terganggunya keseimbangan jumlah air atau garam dan elektrolit di dalam

tubuh (Giriwijoyo, 2012).


Journal Watch General Medicine (2012) latihan peregangan dapat

dilakukan sebagai penanganan segera. Latihan ini meningkatkan sirkulasi

darah, juga memperkuat tulang belakang pasien yang dapat meringankan

rasa sakit dengan baik dan meningkatkan fleksibilitas tulang belakang.

Latihan peregangan juga merupakan tindakan yang sangat praktis dan

dapat diaplikasikan dengan mudah. Melakukan peregangan sederhana

setiap hari dapat mengatur tulang belakang menuju pemulihan dengan

biaya yang tidak banyak (Suardana & Saputra, 2012).


Peregangan harus disesuaikan dengan struktur otot, kelenturan

dan berbagai tingkat ketegangan. Kuncinya adalah teratur dan relaks.

Tujuannya adalah mengurangi ketegangan otot, sehingga gerakan

menjadi lebih bebas dan bukan terfokus untuk memperoleh kelenturan

ekstrem, yang sering kali malah mengakibatkan regangan berlebihan dan

cedera. Setiap orang dapat belajar melakukan peregangan, berapapun

usianya atau selentur apapun tubuhnya. Anda tidak harus berada dalam

kondisi fisik prima atau memiliki keterampilan atletik khusus. Apakah anda

duduk sepanjang hari, menggali parit, melakukan pekerjaan rumah

tangga, berdiri terus-menerus di samping mesin di pabrik, mengemudi

truk, atau berolahraga secara teratur, tekhnik peregangan yang sama bisa

diterapkan. Metodenya ringan dan mudah, disesuaikan dengan perbedaan

ketegangan dan kelenturan otot setiap orang. Jadi, jika anda sehat, tak
5

punya masalah fisik tertentu, anda dapat belajar melakukan peregangan

secara aman dan menyenangkan (Anderson, 2008).


Menurut Jhamb (2009), dengan melakukan latihan fisik, fatigue

dapat menurun 62,3% (Sulistini, Yetti, & Hariyati, 2012). Hasil penelitian

Agustina (2016) Menunjukkan bahwa adanya perbedaan penurunan

fatigue pada kelompok perlakuan yang diberikan larihan fisik dan pada

kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan latihan fisik pada pasien

gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di RSUD dr.Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada November

tahun 2017 diketahui sebanyak 140 pasien gagal ginjal yang menjalani

hemodialisis. Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian “efektivitas latihan peregangan otot terhadap

penurunan kelelahan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di rumah sakit umum royal prima medan tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan permasalahan

dalam penelitian ini adalah apakah ada “efektivitas latihan peregangan

otot terhadap penurunan kelelahan pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisis di rumah sakit umum royal prima medan tahun

2018”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas latihan peregangan otot terhadap penurunan

kelelahan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di

Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan tahun 2018.


6

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kelelahan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis sebelum diberikan latihan peregangan otot di Rumah

Sakit Umum Royal Prima Medan Tahun 2018.


b. Mengetahui kelelahan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis sesudah diberikan latihan peregangan otot di Rumah

Sakit Umum Royal Prima Medan Tahun 2018.


c. Mengetahui efektivitas latihan peregangan otot terhadap penurunan

kelelahan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan tahun

2018.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Pasien dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis

diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai tambahan

pengetahuan dan wawasan dalam praktik keperawatan tentang efektivitas

latihan peregangan otot terhadap penurunan kelelahan.


2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan mengenai

latihan peregangan otot terhadap penurunan kelelahan pada pasien gagal

ginjal yang menjalani hemodialisis.


3. Bagi Lahan Penelitian
Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi petugas kesehatan

sehingga dapat memberi penyuluhan-penyuluhan mengenai latihan

peregangan otot yang dapat menurunkan kelelahan yang dirasakan

pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa sehingga pasien dapat

mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.


7

4. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya

mengenai latihan peregangan otot yang dapat menurunkan kelelahan

yang dirasakan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa.

Anda mungkin juga menyukai