Disusun Oleh :
NUNUNG ILOWATI
A. Latar Belakang
kesakitan baik pada anak maupun dewasa. Bayi dan anak-anak terutama
anak usia kurang lima tahun lebih mudah mengalami gagal nafas akut
perawat terkait permasalahan gagal nafas pada anak agar dapat mencegah
2019).
yang masuk ruang pelayanan intensif anak dan menjadi sebab terjadinya
meningkat seiring dengan meningkatnya usia terutama pada kasus anak dan
bayi maka dibutuhkan penatalaksanaan yang cermat dan tepat agar tidak
(Moorhead, 2014).
1
Penyebab terjadinya gagal nafas akut antara lain dikarenakan
2010). Pengenalan dini dan tatalaksana yang tepat merupakan hal yang
nafas yang sangat membutuhkan live saving yang terstruktur dan sesuai
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2
2. Tujuan khusus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan atau CO2 didalam darah. Gagal
kebutuhan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah,
keadaan ini ditandai dengan abnormalitas nilai PO2 dan PCO2 (Dewi, 2021).
tidak mampu untuk melakukan pertukaran gas secara normal tanpa bantuan.
2018)
4
B. Etiologi
Pada umumnya, gagal nafas pada anak lebih banyak disebabkan oleh
sumbatan benda asing, dan sindrom croup. Penyebab di luar paru dapat berupa
elektrolit dapat menyebabkan cardio output menurun yang akan diikuti oleh
(Levy, 2015).
Terjadinya gagal nafas pada bayi dan anak menurut (Azis, 2020)
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda dengan orang dewasa, yaitu :
1. Struktur anatomi
a. Dinding dada
Dinding dada pada bayi dan anak masih lunak disertai insersi tulang iga
yang kurang kokoh, letak iga lebih horisontal dan pertumbahan otot
terbatas.
b. Saluran pernafasan
Pada bayi dan anak relatif lebih besar dibandingkan dengan dewasa. Besar
pernafasan 75 %.
5
c. Alveoli
lebih besar dan mudah kolaps. Dengan makin besarnya bayi, jumlah
Bayi kecil mudah terkena infeksi berat seperti pneumonia, pada anak
3. Kelainan konginetal
Kelainan ini dapat mengenai semua bagian sistem pernafasan atau organ
Kebutuhan oksigen dan tahanan jalan nafas pada bayi lebih besar
otot pernafasan yang sempurna. Karena pada bayi dan anak kadar
(Levy, 2015).
6
Tabel 2.1 Etiologi gagal nafas
Paru-paru Aspirasi, pneumonia, transient tachypnea of
the newborn, persistent pulmonary
hypertension, pneumotoraks, perdarahan paru,
edema paru, displasia bronkopulmonal,
hernia diafragma, tumor, efusi pleura,
emfisema lobaris kongenital
Jalan nafas Laringomalasia,trakeomalasia,atresia/stenosis
choana, Pierre Robin Syndrome, tumor dan
menjadi 2 tipe, yaitu tipe I dan tipe II. Pada kedua tipe tersebut ditemukan
PaCO2 yang berbeda pada kedua tipe tersebut. Terdapat mekanisme yang
berbeda yang mendasari perubahan PaO2 dan PaCO2 baik pada tipe I maupun
II (Ranjit, 2020).
7
Gagal napas tipe I disebabkan karenaterjadinya kegagalan oksigenasi dan
aku (SDPA), atelectasis, pneumonia, emboli paru, edema paru, dll (Azis,
2020).
8
kepala, keringat yang banyak, takikardi, hipertensi, apnea, nafas pendek,
terdapat stridor dan wheezing serta gerakan paradoksikal dinding dada dan
sindrom Guillan Barre), trauma kepala, disfungsi dinding dada (luka bakar),
Gagal nafas tipe III adalah gagal nafas tipe campuran antara gagal
D. Patofisiologi
paru tanpa kelainan pertukaran gas di parenkim paru. Dengan demikian akan
didapatkan peningkatan PaCO2, penurunan PaO2, dan nilai (A-a) DO2 normal.
9
membuang karbon dioksida. Pada gagal napas terjadi peningkatan tekanan
parsial karbon dioksida arteri (PaCO2) lebih besar dari 50 mmHg, tekananparsial
berbahaya adalah terjadi gagal napas baik akut maupun kronis. Hipoksemia akut,
terutama bila disertai curah jantung yang rendah, sering berhubungan dengan
pernapasan yang rendah dan napas yang dangkal. Bila PaCO 2 normal atau 40
mmHg. Dengan hipoventilasi, PaO2 akan turun kira-kira dengan jumlah yang
Hubungan korelasi pada pasien anak dengan gagal nafas dengan syok
atau gangguan kontraksi dan laju jantung. Pada populasi anak, biasanya isi
sekuncup dinyatakan sebagai nilai indeks terhadap luas permukaan tubuh yaitu
indeks isi sekuncup (stroke volume index). Takikardia dan vasokonstriksi perifer
10
jaringan dan tekanan darah. Apabila syok berkepanjangan tanpa penanganan
untuk memperbaiki perfusi dan oksigenasi jaringan. Makin lambat syok teratasi,
pada keadaan penderita yang lebih stabil, laju jantung normal, dan terdapat
peningkatan curah jantung serta isi sekuncup. Apabila syok masih berlanjut,
penting untuk menentukan tindakan koreksi secepatnya sesuai kondisi saat itu.
Namun, hal tersebut sangat sulit dilakukan sehingga diperlukan alat pemantau
airway, breathing dan circulation segera. Masalah paling mendasar pada syok
mengorbankan perfusi organ lain seperti paru-paru, ginjal, hati, dan kulit
(Stenklyft, 2019)
11
Selain mengakibatkan terjadinya gangguan pada status hemodinamik,
kesadaran, dimana korban mulai tidak berespon oleh rangsang yang diberikan
tidak mendapat suplai darah yang cukup. Akibat dari perfusi yang menurun
12
PATHWAY
Kolaps alveoli
GANGGUAN KESEIMBANGAN
Ventilasi dan perfusi tidak seimbang GAS
A,B,C,
Ventilasi mekanik PERFUSI JARINGAN PERIFER IN EFEKTIF
Kardiovaskuler
CO dan SV turun Gagal jantung TD dan HR turun
Dekompensasi
PENURUNAN CURAH penurunan HR
JANTUNG 13 dan TD
E. Manifestasi Klinik
Menurut Bahtiar, (2018) manifestasi klinik gagal nafas antara lain :
Umum Kelelahan berkeringat
Respirasi wheezing, merintih, menurun/menghilangnya suara
nafas,cuping Hidung retraksi, takipnea, bradipnea atau
apnea, sianosis.
Kardiovaskuler
bradikardia atau takikardia hebat, hipotensi /hipertensi,
pulsus Paroksus 12mmHg, henti
jantung
Serebral gelisah, iritabilitas, sakit kepala, kekacauan mental,
kesadaran Menurun, kejang, koma.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pengenalan dini gagal nafas sulit diketahui secara klinis (Bahtiar, 2018),
1. Pemeriksaan Laboratorium
Gejala klinis gagal napas sangat bervariasi dan tidak spesifik. Jika gejala
klinis gagal napas sudah terjadi maka analisis gas darah harus dilakukan
14
perubahan oksigenasi jaringan.
b) Pulse oximetry
oksigen yang kontinyu dan non-invasif yang dapat diletakkan baik di lobus
bawah telinga atau jari tangan maupun kaki. Hasil pada keadaan perfusi
perifer yang kecil, tidak akurat. Hubungan antara saturasi oksigen dan
kritisnya adalah 90%, dibawah level itu maka penurunan tekanan oksigen
c) Capnography
fungsi paru.
napas kronik.
e) Pemeriksaan kimia untuk menilai fungsi hati dan ginjal, karena hasil
15
infark miokard dengan gagal napas, Kadar kreatinin serum yang
g) Pada pasien dengan gagal napas hiperkapni kronik, kadar TSH serum perlu
2018).
2. Pemeriksaaan Radiologi
a) Radiografi dada.
nonkardiogenik.
b) Ekokardiografi .
Tidak dilakukan secara rutin pada pasien gagal napas, hanya dilakukan
16
dan tekanan arteri pulmoner dengan tepat untuk pasien dengan gagal napas
hiperkapni kronik.
Nilai forced expiratory volume in one second (FEV1) dan forced vital
jalan napas, penurunan nilai FEV1 dan FVC serta rasio keduanya yang
jalan napas tidak terjadi jika nilai FEV1 lebih dari 1 L dan gagal napas
karena penyakit paru restriktif tidak terjadi bila nilai FVC lebih dari 1 L
(Dewi, 2021).
nafas meliputi:
1. Riwayat keluarga
17
e. Kaji adanya ekspirasi yang memanjang.
3. Observasi pernafasan
(hyperpnea).
paradoxus (tekanan darah turun saat inspirasi dan tekanan darah naik
dengan ekspirasi).
18
j. Sputum: pasien anak – anak dapat mengeluarkan sputum pada
pernafasan.
a. Hypotensi/ hypertensi
b. Dyspnea
c. Bradikardi
I. Diagnosa keperawatan
1. Perfusi perifer in efektif berhubungan dengan penuruna HB
2. Gangguan keseimbangan gas berhubungan dengan ketidak seimbangan
ventilasi-perfusi
3. Bersihan jalan nafas in efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas
4. Penuruna curah jantung berhubungan dengan perubahan pre load
afterload dan kontaktilitas jantung
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penggunaan otot bantu
pernafasan
19
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan perifer in efektif berhubungan dengan Penurunan HB
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan Peripheral Sensation Management
berkurang atau tidak meluas selama (Manajemen sensasi perifer)
dilakukan tindakan perawatan. 1. Monitor adanya daerah tertentu yang
Kriteria Hasil : hanya peka terhadap
1. Tekanan systole dan diastole panas/dingin/tajam/tumpul
dalam rentang yang diharapkan 2. Monitor adanya paretese
2. Akral hangat 3. Instruksikan keluarga untuk
3. RR 16-20x/menit mengobservasi kulit jika ada lsi atau
4. SpO2 > 98% laserasi
5. Tidak ada sianosis perifer 4. Gunakan sarun tangan untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala, leher
dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Monitor adanya tromboplebitis
9. Diskusikan menganai penyebab
perubahan kondisi
20
2. Memelihara kebersihan paru 3. Identifikasi pasien perlunya
paru dan bebas dari tanda tanda pemasangan alat jalan nafas
distress pernafasan buatan
3. Mendemonstrasikan batuk 4. Pasang mayo bila perlu
efektif 5. Lakukan fisioterapi dada jika
4. Suara nafas yang bersih perlu
5. Tidak ada sianosis 6. Keluarkan sekret dengan batuk
6. Mampu bernafas dengan mudah atau suction
7. Tidak ada retraksi dada, 7. Auskultasi suara nafas, catat
pernafasan cuping hidung dan adanya suara tambahan
pursed lips 8. Lakukan suction pada mayo
8. Hasil pemeriksaan BGA 9. Berika bronkodilator bial perlu
menunjukkan nilai normal 10. Barikan pelembab udara
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
1. Monitor rata – rata, kedalaman,
irama dan usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot diagfragma (
gerakan paradoksis )
21
7. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas utama
9. Uskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
AcidBase Managemen
1. Monitro IV line
2. Pertahankanjalan nafas paten
3. Monitor AGD, tingkat elektrolit
4. Monitor status hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
5. Monitor adanya tanda tanda gagal
nafas
6. Monitor pola respirasi
7. Lakukan terapi oksigen
8. Monitor status neurologi
9. Tingkatkan oral hygiene
22
1. Mendemonstrasikan batuk 3. Identifikasi pasien perlunya
efektif dan suara nafas yang pemasangan alat jalan nafas
bersih buatan
2. Tidak ada sianosis dan dyspnea 4. Pasang mayo bila perlu
3. Mampu bernafas dengan mudah 5. Lakukan fisioterapi dada jika
4. Menunjukkan jalan nafas yang perlu
paten (klien tidak merasa 6. Keluarkan sekret dengan batuk
tercekik, irama nafas, frekuensi atau suction
pernafasan dalam rentang 7. Auskultasi suara nafas, catat
normal, tidak ada suara nafas adanya suara tambahan
abnormal) 8. Lakukan suction pada mayo
5. Tanda Tanda vital dalam 9. Berikan bronkodilator bila perlu
rentang normal (tekanan darah, 10. Berikan pelembab udara Kassa
nadi, pernafasan) basah NaCl Lembab
6. mudah 11. Atur intake untuk cairan
7. Tidak ada retraksi dada, mengoptimalkan keseimbangan.
pernafasan cuping hidung dan 12. Monitor respirasi dan status O2
pursed lips Oxygen therapy
1. Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang
paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
23
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
24
1. Mendemonstrasikan batuk 3. Informasikan pada klien dan
efektif dan suara nafas yang keluarga tentang suctioning
bersih 4. Minta klien nafas dalam sebelum
2. Tidak ada sianosis dan dyspnea suction dilakukan.
3. Mampu mengeluarkan sputum 5. Berikan O2 dengan menggunakan
4. Mampu bernafas dengan mudah, nasal untuk memfasilitasi suksion
Menunjukkan jalan nafas yang nasotrakeal
paten 6. Gunakan alat yang steril sitiap
5. Irama nafas regular melakukan tindakan
6. Frekuensi pernafasan 16- 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
20x/menit, SPO2 > 98% napas dalam setelah kateter
7. Tidak ada suara nafas abnormal) dikeluarkan dari nasotrakeal
8. Mampu mengidentifikasikan 8. Monitor status oksigen pasien
dan mencegah factor yang dapat 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara
menghambat jalan nafas melakukan suksion
10. Hentikan suksion dan berikan
oksigen apabila pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi O2,
dll.
Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
25
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
12. mengoptimalkan keseimbangan.
13. Monitor respirasi dan status O2
26
2. Monitor elektrolit yanag dapat
meningkatkan aritmia
3. Pertahankan tirah baring
4. Sediakan lingkungan yang kondusif
untuk istirahat
5. Kolanorasi pemebrian morfin jika
perlu
6. Kolaborasi X ray dad jika perlu
27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data Anak :
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir/usia : 7 bulan
Tanggal dirawat : 11 September 2023
Alamat :Semarang
Tanggal Pengkajian :12 Sepetember 2023
No.Rekam Medis : Dxxxx
RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama :
Riwayat Penyakit Sekarang : 3 hari yang lalu saat dirumah, ibu pasien
mengatakan anak batuk, demam, sesek, dan
membaik jika diberikan oksigen. 1 hari sebelum
masuk rumah sakit anak masih batuk, sesek
bertambah dan demam suhu pasien 38oC. Lalu
dibawa kontrol ke poli Respirologi RSUP
Dr.Kariadi disarankan rawat inap tapi ibu
memutuskan pulang, dalam perjalanan pulang
anak tambah sesak lalu dibawa ke IGD RSUP
Dr. Kariadi, lalu dirawat inap di PICU tanggal
11-09.2023 jam 23.00
Riwayat Penyakit Dahulu : Pada bulan Juli pasien demam dengan suhu
40o. Lalu kejang hanya dibagian kepala saja.
Pasien Rawat inap di RS.Sultan Agung 2 kali
dengan keluhan yang sama. Lalu pasien boleh
pulang. Saat kontrol rawat jalan dicurigai ada
bising jantung lalu pasien dirujuk ke RS.
Kariadi. Saat diperiksakan di RS. Kariadi bulan
28
Agustus pasien di suruh rawat inap selama 2
minggu dengan diagnose bronkopneumonia
dan VSD.
Riwayat Penyakit Keluarga : Di dalam keluarga tidak ada anggota
keluarga yang sakit keturunan seperti gula, hippertensi dan tidak ada yang sakit
seperti pasien,
Riwayat Tumbuh Kembang : Anak baru bisa mau tengkurap
RIWAYAT BAYI
APGAR Score :skor 10
Usia Gestasi : 35 minggu
Berat Badan :2700 gram
Panjang Badan : 48 cm
Komplikasi Persalinan : tidak ada, anak lahir SC atas indikasi lilitan tali pusat
Riwayat Imunisasi : HB 0 saat lahir, BCG dan polio 1 usia 1 bulan,
DPT Hb Hib usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan, polio usia 2 bulan dan 3 bulan,
IPV usia 4 bulan.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Sedasi
Tanda- tanda Vital : HR : 157 x/mnt
TD : 95/76
RR :32 x/mnt
SPO2 : 94-100%
Suhu : 37, 4
Tonus/Aktivitas : Tonus otot aktif, terpasang ETT
Kepala/Leher : Bentuk kepala mesochepal, fontanel anterior teraba
tegas, sutura sagitalis tepat ditengah kepala,
gambaran wajah simetris, tidak terdapat pembesaran
kelenjar Tyroid.
Mata : Palpebra tidak oedem, konjungtiva anemis, sklera
tidak ikterik, pupil isokor, diameter ka/ki 2/2, reflek
cahaya +/+
THT : tidak ada gangguan pendengaran, telinga simetris
kiri kanan, hidung terpasang selang NGT nomer 8
diet per sond 8x10 cc susu infantrini, tidak ada nafas
cuping hidung, mulut terpasang ETT nomer 4,5 non
cuff dengan kedalam ETT 11,5 cm ( ed lib), terdapar
secret kental pada ETT, tidak ada kelainan bibir
sumbing polato scizis
Abdomen : Inspeksi bentuk simetris tdk ada bekas luka, bab
1x ampas warna kuning 10 cc
29
Palpasi supel, tidak teraba masa dan tidak ada nyeri
tekan
Auskultasi terdengar bunyi usus 6 x/mnt
Perkusi timpani
Thoraks :
Paru-paru : Inspeksi tidak ada jejas, dada simetris, terpasang
ETT dengan oksigenasi ventilator mode PSIMV
dengan peep 6, Fio2 60%, RR 20, psv 10, inspirasi
pressure 10.
Palpasi ekspansi dada sama kiri dan kanan,
Perkusi suara sonor
Auskultasi terdengar suara paru ronchi
Jantung : Inspeksi iktus kordis tidak tampak
Palpasi tidak ada krepitasi
Perkusi suara pekak
Auskultasi tidak terdengar suara bising jantung
Ekstremitas : Ekstrimitas atas dan bawah gerak aktif
Genital : terpasang kateter
Anus : tidak ada ruam popok.
Kulit :warna kulit pucat, akral kaki teraba dingin, nadi kaki
teraba cukup kuat, crt < 2 dtk,
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium hematologi dan kimia darah (11/09/2023 13: 49 wib)
No Pemeriksaan H/L Hasil Satuan Nilai rujukan
1. Hemoglobin L 9.4 g/dL 11.3 - 14.1
2. Eritrosit L 3.56 10ˆ6/uL 4.5 – 6.5
3. Lekosit H 19.8 10ˆ3/uL 6.0 – 17.5
4. Trombosit H 470 10ˆ3/uL 150 – 400
5. Hematrokit L 30.9 % 40 – 54
6. Natrium 138 mmol/L 136– 145
7. Kalium 4.4 mmol/L 3.5 – 5.0
8. Clorida 101 mmol/L 95 – 105
30
Hasil Laboratorium BGA (11/09/2023 19: 53 wib)
No Pemeriksaan H/L/N Hasil Satuan Nilai rujukan
1. FIO2 60 %
2. PH H 7.455 7.37 – 7.45
3. PCO2 44.5 mmHg 35– 45
4. PO2 H 196.1 mmHg 80 – 108
5. HCO3 H 30.3 mmol/L 22 – 29
6. BE H 6.7 mmol/L -2–+3
7. SO2 H 99.4 % 94 – 98
8. AaDO2 179.2 mmHg
TERAPI
- Injeksi meropenem 100 mg/8 jam
- Injeksi amikasin 100 mg/24 jam
- Per oral zinc 20 mg/24 jam
- Per oral asam valproate 1mg/12 jam
- Per oral asam volat 1 mg//24 jam
- Per oral vitamin B komplek 1 tab/24 jam
- Per oral captopril 2.5 mg/12 jam
- Per oral digoxin 0,025 mg/12 jam
- Injeksi dobutamine 3 mcg/kgbb/menit
- Injeksi midazolam 0,2mg/kgbb/jam
- Infus D 10%+elektrolit 15cc/jam
31
2. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Analisa Data
b. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas in efektif berhubungan dengan Hipersekresi jalan
nafas
2) Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
Ventilasi Perfusi
3) Perfusi Perifer in efektif berhubungan dengan Penurunan HB
c. Intervensi
No TGL Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
1 12/09/23 Bersihan jalan Setelah dilakukan Managemen jalan
nafas in efektif b.d intervensi keperawatan nafas ( I.01011)
2x24 jam bersihan jalan
32
Hipersekresi jalan nafas meningkat dengan O : monitor pola nafas
nafas kriteria hasil : (L.01002) (frekuensi, kedalaman
1. Produk secret & usaha nafas)
menurun T : Posisikan semi
2. Reflek batuk fowler, lakukan
meningkat suction kurang dari 15
3. Ronkhi menurun detik, alih baring, beri
hiperoksigenasi
sebelum suction
E : beri tahu keluarga
cara fisioterapi dada,
lobatkan keluarga
dalam melakukan alih
baring
K : Pemberian
Bronkodilator, fisio
terapi dada
2 12/09/23 Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
Pertukaran Gas b.d intervensi keperawatan (I.01014)
Ketidakseimbangan 2x24 jam pertukaran gas O : monitor frekuensi,
Ventilasi Perfusi meningkat (L.02008) irama, upaya nafas)
dengan KH : Monitor produk
1. Dispnea Menurun sputum, monitor SPO2
2. Bunyi nafas tambahan T: Auskultasi suara
menurun, Takikardi nafas, Suction sesuai
menurun, PH arteri kebutuhan
membaik E: beri tahu keluarga
Tindakan yang
diberikan kepada anak
K: setting ventilator
dan evaluasi BGA dan
RO Thorax
3 12/09/23 Perfusi Perifer in Setelah dilakukan Perawatan
efektif b.d intervensi keperawatan Sirkulasi (I.02079)
Penurunan HB 2x24 jam perfusi perifer O : Monitor
meningkat (L.02011) Warna Kulit
dengan KH: T: periksa
1. Kekuatan nadi sirkulasis perifer,
meningkat ukur vital sight
2. Kulit pucat membaik E: beri tahu
3. Akral membaik keluarga tentang
pentingnya
nutrisi untuk anak
berkaitan dengan
penurunan HB
33
K : Pemberian
Transfusi PRC
d. Implementasi
Diagnosa Implementasi 12/09/2023
Keperawatan Jam Implementasi Respon Ttd
Bersihan jalan 08.00 Memonitor pola nafas S:-
nafas in efektif O: RR 52 ( rr
berhubungan pasien 32, rr seting
dengan venti 20), tidak ada
hipersekresi jalan retraksi
nafas Memposisikan pasien semi S:-
fowler O: Pasien tampak
lebih nyaman
Memberikan S:-
hiperoksigenasi lalu O: Sekret lumayan
melakukan suction ETT banyak kental dari
dengan Teknik 4 A kurang ETT, lendir saliva
dari 15 detik baru suction dari mulut
mulut
10.00 Melakukan alih baring S:-
secara berkala O: Pasien tampak
lebih tenang Rr
spontan pasien 21
sebelumnya 32
12.00 Memberikan S:-
hiperoksigenasi lalu O: Sekret ETT
melakukan suction ETT masih kental,
dengan Teknik 4 A kurang lender di mulut
dari 15 detik baru suction saliva, ada reflek
mulut batuk adekuat
34
O: Ph 7.29 Pco2
43,9 HCO3 20.7
bE -5.8 AaDO2
244, Fio2 70%
10.00 Melakukan kolaborasi S:-
setting ventilator O: mode ventilator
PSIMV dengan
Fio2 60%, Peep 6,
RR 20, Psv 10,
Inspirasi pressure
10
11.00 Memonitor saturasi oksigen S:-
O: aturasi oksigen
98%, tidak tampak
adanya retraksi
12.00 Memonitor reflek batuk dan S:-
produk dputum O: reflek batuk
adekuat, produk
secret ETT masih
ada
35
Bersuhan jalan 08.00 Memonitor pola nafas S:-
nafas in efektif pasien O: pasien tampak
berhubungan gelisah, batuk, RR
dengan spontan 34
hipersekresi jalan meningkat
nafas 08.05 Memberikan S:-
hiperoksigenasi lalu O: Sekret ETT (+)
melakukan suction ETT lebih encer, lendir
dengan Teknik 4 A kurang dari mulut (+)
dari 15 detik baru suction
mulut
09.00 Mendengarkan suara paru S:-
dan memonitor irama nafas O: suara masih
ronchi, pasien
tampak tenang
irama nafas teratur
tidak ada retraksi
12.00 Melakukan alih baring S:-
secara berkala dan memberi O: Pasien tampak
posisi semi fowler tenang dan nyaman
36
dengan penurunan cukup hangat nadi
HB kaki cukup kuat
crt< 2 dtk
13.00 Memberikan tranfusi PRC S:-
golingan darah O 50 cc O: Trnafusi PRC
dalam 4 jam masuk muali jam
13.00
Diagnosa Implementasi 14/09/2023
Keperawatan Jam Implementasi Respon Ttd
Bersuhan jalan 08.30 Memonitor pola nafas S:-
nafas in efektif pasien O: pasien tampak
berhubungan batuk, RR spontan
dengan 31x/menit
hipersekresi jalan
nafas 08.35 Memberikan S:-
hiperoksigenasi lalu O: Sekret ETT
melakukan suction ETT lebih encer dan
dengan Teknik 4 A kurang sedikit, lendir dari
dari 15 detik baru suction mulut sedikit
mulut
11.00 Mendengarkan suara paru S:-
dan memonitor irama nafas O: suara paru
ronchi berkurang
dibandingkan
kemarin, pasien
tampak tenang
irama nafas teratur
tidak ada retraksi
12.00 Melakukan alih baring S:-
secara berkala dan memberi O: Pasien tampak
posisi semi fowler tenang dan nyaman
37
09.45 Memonitor saturasi oksigen S:-
pasien O: saturasi 99%
11.00 Memonitor reflek batuk dan S:-
nafas spontan O: reflek batuk
pasien adekuat,
nafas spontan (+)
RR 23 x/menit
e. Evaluasi
No TGL Evaluasi TTD
Dx
DX 12/09/23 S : -
1 O : KU lemah, kesadaran Tersedasi Midazolam 0,2
mg/kgBB/jam, terpasang ETT nomer 4,5 nin cuff ed
lib 11,5 cm dengan O2 ventilator mode PSIMV, lendir
ETT masih produk kental, suara paru ronchi, dengan
posisi semi fowler lebih nyaman. RR spontan pasien 20
dan RR setting ventilator 20. Retraksi Dada tidak ada
A : Bersihan jalan nafas in efektif b.d Hipersekresi jalan
nafas teratasi Sebagian
Dx 2 12/09/23 S : -
O : Ku Lemah, o2 terpasang ETT no 4,5 ed lib 11,5 cm
dengan ventilasi mode PSIMV, Fio2 60%, peep 6, RR
20, PSV 10, hasi BGA 12-09-2023 Ph 7.29, Pco2 43.9,
38
Po2 206, HcO3 -5.3, Sao2 99.3, AaDo2 244 ( PF rasio
294.08 ALI). Lendir ETT berkurang
A : Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan
Ventilasi Perfusi teratasi Sebagian
DX 12/09/23 S : -
3 O : Ku lemah, pucat, Hb 9,4 akral kaki dingin, nadi kaki
cukup kuat CRT <2 detik, suhu 36.9, TD 98/51 Hr 145
A : Perfusi perifer in efektif b.d penurunan hb belum
teratasi
P : Pertahankan dan lanjutkan intervensi, kolaborasi
pemberian transfuse PRC
Dx 2 13/09/23 S : -
O : Ku Lemah, O2 terpasang ETT no 4,5 non cuff ed
lib 11,5 cm dengan ventilasi mode PSIMV, FiO22 40%,
peep 6, RR 18, PSV 10, AaDo2 244. Lendir ETT
berkurang
A : Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan
Ventilasi Perfusi teratasi Sebagian
39
DX 13/09/23 S : -
3 O : Ku lemah, pucat, Hb 9,4 akral kaki dingin, nadi kaki
cukup kuat CRT <2 detik, durante tranfusi PRC 50 cc
dalam 4 jam. Suhu 37, Td 101/62, HR 138
A : Perfusi perifer in efektif b.d penurunan hb belum
teratasi
P : Pertahankan dan lanjutkan intervensi, monitor reaksi
alergi tranfusi
No TGL Evaluasi
Dx
DX 1 14/09/23 S:-
O : KU lemah, kesadaran Tersedasi Midazolam 0,2
mg/kgBB/jam, terpasang ETT nomer 4,5 non cuff ed lib 11,5
cm dengan O2 ventilator mode PSIMV, sekret ETT produk
berkuarang, suara paru ronchi berkurang, dengan posisi semi
fowler lebih nyaman. RR spontan pasien 23x/menit dan RR
setting ventilator 18. Retraksi Dada tidak ada
A : Bersihan jalan nafas in efektif b.d Hipersekresi jalan nafas
teratasi Sebagian
Dx 2 14/09/23 S:-
O : Ku Lemah, O2 terpasang ETT no 4,5 non cuff ed lib 11,5
cm dengan ventilasi mode PSIMV, FIO22 40%, PEEP 6, RR
18, PSV 10, AaDO2 244. Lendir ETT berkurang
A : Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan Ventilasi
Perfusi teratasi Sebagian
DX 3 14/09/23 S:-
O : Ku lemah, pucat, HB pre transfuse 9,4 akral kaki hangat,
nadi kaki kuat CRT <2 detik, Post tranfusi PRC 50 cc tanggal
13/09/2023, suhu 37.1, TD 87/59, HR 143,
A : Perfusi perifer in efektif b.d penurunan hb teratasi sebagian
40
P : Pertahankan dan lanjutkan intervensi, cek HB post tranfusi
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Penyebab gagal nafas pada pasien An.A adalah adanya infeksi bronkopneumonia.
1. Bersihan jalan nafas in efektif ini dibuktikan dengan pasien mendapatkan terapi
midazolam 0,2 mg/kgbb/jam, terpasang ETT nomer 4,5 non cuff ed lib 11,5 cm
, terdapat secret yang kental di ETT dan lender saliva dari mulut, ada reflek
Tindakan yang dilakukan alih baring secara berkala posisi semi fowler, suction
2. Gangguan keseimbangan gas hal ini dibuktikan dengan hasil BGA tanggl
11/09/2023 kadar PCO2 44,5 menjadi 43,9 walaupun masih dalam rentang
normal tapi hasil PCO2 di batas normal atas. Hasil AaDO2 tanggal 11/09/2023
rendah alveoli tidak elastis sehingga butuh usaha yang besar agar alveoli bisa
berkembang dan melakukan transfer oksigen ke kapiler. Hasil PF ratio dari 318.5
ARDS ringan menjadi acute lung injury. Tidakan yang sudah dilakukan adalah
42
setting ventilator mode PSIMV FIO2 60% menjadi 40 %, RR 20 menjadi 18
karena nafas spontan sudah adekuat, peep 6 tetap, PSV 10 tetap, dan Inspirasi
3. Perfusi perifer in efektif di buktikan dengan ku lemah, pucat, akral kaki dingin,
nadi kaki teraba cukup kuat, Hb 9.4, tampak pucat konjungtiva anemis. Tindakan
50 cc dalam 4 jam. Hasilnya perfusi perifer meningkat akral kaki hangat nadi
kaki kuat, konjungtiva tidak anemis untuk hasil Hb belum dilakukan evaluasi,
dimunculkan karena data tidak mendukung. Data yang ada pada pasien hanya
peningkatan nadi yaitu 157x/menit sedangkan nadi normal pada pasien adalah
80-140x/menit, kenaikan nadi tidak signifikan. Sehingga data yang ada kurang
dari 80% dari data yang ada pada SDKI, yang harusnya ada lebih dari 3 data
yang ada pada pasien. Dan walaupun pasien mempunyai penyakit jantung
bawaan yaitu VSD untuk saat ini keluhan utamanya masalah pernafasan dan
dalam pengkajian pasien tidak di dapatkan masalah tersebut karena pasien sudah
terpasang ventilator sehingga fungsi pernafasan diambil alih atau dipenuhi oleh
ventilator.
43
44
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam melakukan penatalaksanaan pada anak yang mengalami gagal
nafas memerlukan suatu keterampilan dan pengetahuan khusus serta
perencanaan maupun melakukan tindakan harus cepat dan sistematis.
Peningkatan keterampilan dan pengetahuan perawat terkait permasalahan
gagal nafas pada anak sangat diperlukan sekali agar dapat mencegah terjadinya
kematian mendadak akibat keterlambatan penanganan yang dilakukan.
Kita sebagai mitra tim medis lainnya agar saling mengingatkan tentang
kondisi pasien termasuk dengan hasil hasil pemeriksaan penujang pasien,hal
ini di lakukan juga untuk keselamatan pasien.
45
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, D. A. (2021). Diagnosis Dan Tatalaksana Pasien Gagal Nafas Akut. 1, 132.
46
Ranjit, S. (2020). Acute Respiratory Failure and Oxygen Therapy. Indian J
Pediatric, 1, 249-255.
47
48