STATUS ASMATIKUS
Disusun Oleh :
Martha Herthin Hia (011811032)
b) Manifestasi Klinis
Penilaian klinis awal anak dengan status asmatikus harus fokus pada sistem
organ utama dan akan memberikan petunjuk penting tentang potensi
perkembangan gagal napas. Sebuah penilaian cepat status neurologis anak dapat
menunjukkan tanda-tanda awal hipoksia, yang dapat mencakup kegelisahan, lekas
marah, kebingungan, kecemasan, dan ketidakmampuan untuk mengenali orang
tua. Sebaliknya, anak yang terjaga, waspada, dan kooperatif cenderung tidak
memburuk secara akut. Selanjutnya, anak dengan kegagalan pernapasan yang
akan datang sering lebih memilih posisi duduk atau tripod dalam upaya tidak
sadar untuk memaksimalkan perjalanan diafragma. Sementara takipnea adalah
respons kompensasi yang biasa terhadap hipoksia, bradipnea dalam konteks status
asmatikus adalah temuan yang tidak menyenangkan. Grunting, cuping hidung,
retraksi, dan penggunaan otot bantu pernapasan sering muncul.
2. Prevalensi di Indonesia
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) mengatakan jika hasil
mencapai 4,5%.4 dan mencatat 225.000 orang meninggal karena asma, dan menurut
Kementrian Kesehatan RI tahun 2017 penyakit asma masuk dalam sepuluh besar
penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia dengan angka kematian yang
disebabkan oleh penyakit asma diperkirakan akan meningkat sebesar 20% pada 10
tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik, sedangkan di perkotaan 6,5%.
Prevalensi di perkotaan lebih tinggi dari di pedesaan disebabkan karena pola hidup di
kota besar dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya asma (Riskesdas, 2018)
Menurut riskesdas 2018 masyarakat yang menderita asma dikota tangerang pada
tahun 2018 meningkat 1,6 % dari tahun 2013 yang sebesar 1,4 %.