Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AL – QUR’AN DAN HADISHT SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ushul Fiqh
Dosen Pengampu: Imam Faizin M.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Bahrul Latif (2021116147)
Irbath (2119301)
Muhammad Nicko Iqbal Akbar (2117201)
Muhammad Ali Kahfi (2117267)

Kelas :A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya. Berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Alquran dan Hadits Sumber Hukum
Islam”ini.
Solawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Saw, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk apapun isinya yang sederhana.
Penulis selaku penyusun makalah mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah masih banyak kekurangan-kekurangan
yang masih perlu bimbingan lebih dari Bapak Imam Faizin M.pdi selaku dosen mata
kuliah ushul fiqh. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca. Semoga Allah memudahkan kita semua dalam mempelajari tentang makalah
ini. Terimakasih.

Pekalongan, 21 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 4
Latar Belakang Masalah................................................................................... 4
Rumusan Masalah............................................................................................ 4
Tujuan.............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 5
A. Pengertian Alquran & Hadits dan Hukum Islam................................. 5
B. Fungsi Alquran & Hadits.................................................................... 8
C. Sumber Hukum................................................................................... 9
BAB III PENUTUP......................................................................................... 13
A. Kesimpulan......................................................................................... 13
B. Saran................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
AL Hadits didefinisikan oleh ulama yaitu sebagai segala sesuatu yang
dinisbatkan kepada Muhammad saw.Baik ucapan ,perbuatan maupun taqrir
( ketetapan ),sifat fisik dan psikis,baik sebelum beliau menjadi nabi atau sesudah beliau
menjadi nabi.Ulama ushul fiqih membatasi pengertian hadits hanya pada ucapan -ucapan
Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum ,sedangkan bila mencakup
perbuatan dan taqrir beliau yang be4rkaitan dengan hukum,maka ketiga hal ini mereka
namai dengan sunnah.Pengertian hadits seperti yang dikemukakan oleh Ulama ushul fiqih
tersebut,dapat dikatakan sebagai bagian dari wahyu Allah SWT yang tidak berbeda dari
segi kewajiban menaatinya dan ketetapan-ketetapan hukum yang bersumber dari wahyu
Al-Qur’an.
Imam Syafi’isebagai ulama fiqih dalam karya -karyanya banyak menulis tentang ilmu
hadist,misalnya dalam kitab al-risalah dan al-umm yang menarik untuk dikaji secara
mendalam ,salah satunya yakni tentang hadits mukhtalif yang banyak diperdebatkan oleh
para muhadits.Tulisan ini akan membahas temtang AL -QURAN DAN HADISTH
SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan AL-QURAN dan HADISHT.?
2. Apa fungsi dari AL-QURAN dan HADISTH dalam sumber hukum islam ?
3. Bagaiaman kedudukan AL-QURAN dan HADISTH dalam hukum islam ?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian Al-Qur’an dan hadist
2. Mengetahui fungsi Al-Qur’an dan hadist
3. Mengetahui kedudukan Al-Qur’an dan hadist dalam hukum Islam

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an, hadist dan hukum islam


1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata qara'a – yaqra’u – qira’atan – qur’anan
yang berati sesuatu yang dibaca atau bacaan. Sedangkan secara istilah yaitu Kalamallah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Dan sampai
kepada kita secara mutawatir serta membacanya berfungsi sebagai ibadah. 1
Dalam Islam terdapat nama yang diberikan untuk Al-Qur’an seperti “ al-furqan” sebagai
pembeda antara yang baik dan yang buruk. Kemudian “ Al-kitab” berarti yang ditulis
dalam mushaf. Dan “ al-dzikir” yang berarti peringatan Allah kepada manusia. Al-Qur’an
yang kita kenal sekarang ini dibukukan oleh Khalifah Usman bin Affan. Sehingga dikenal
dengan nama “Mushaf Usman”. Kodifikasi Al-Qur’an mengalami beberapa tahapan
sampai pada mushaf Usmani yang diakui di dunia muslim. 2Sebagai sumber hukum Islam
yang pertama Al-Qur’an menjadi sumber dan rujukan, kemudian disusul hadist Nabi dan
ijtihad.
2. Pengertian hadist
Secara etimologi Hadis berasal dari kata (‫( حيدث – حدث‬artinya al-jadid “sesuatu yang
baru” atau khabar “kabar”. 3
Secara terminology, Hadist adalah “Segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi saw. dari perkataan, perbuatan, taqrir, atau sifat”. 4
Hadist Nabi merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Hadist
didefinisikan oleh ulama pada umumnya seperti as-sunah yaitu segala sesuatu yang
dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik ucapan, perbuatan, maupun takrir
(ketetapan), sikap fisik dan psikis, baik beliau sebelum menjadi Nabi atau sesudah
menjadi Nabi. Ulama Ushul fikih membatasi pengertian hadist yaitu hanya pada ucapan
Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum. Sedangkan bila mencakup
perbuatan dan takrir yang berkaitan dengan hukum maka ketiga hal tersebut dinamai
dengan as-sunah. Pengertian hadist yang dikemukakan oleh ulama Ushul fiqh tersebut
dapat dikatakan sebagi bagian dari Wahyu Allah SWT. 5

1
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an (Qahirah: Maktabah Wahbah,tt), hlm. 14.
2
Fikrah, jurnal of islamic education, vol.2 No.2 Desember 2018
3
Abdu al-Majid al-Ghouri, Mu’jam al-Mushthalahat al-Haditsah (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 2007)
hlm. 10
4
Abdu al-Majid al-Ghouri, Mu’jam al-Mushthalahat al-Haditsah, hlm. 10
5
Quraisy Shihab, membumikan Al-Quran. (Bandung: Mizan,1994) hlm. 21

5
3. Pengertian hukum Islam
Pengertian Hukum Islam Hukum Islam merupakan rangkaian dari kata “hukum” dan
kata “Islam”. Kedua itu secara terpisah, merupakan kata yang digunakan dalam bahasa
Arab dan terdapat dalam Al-Qur’an, juga berlaku dalam bahasa Indonesia. “ hukum
Islam” sebagai suatu rangkaian kata telah menjadi bahasa Indonesia yang hidup dan
terpakai. Dalam bahasa Indonesia kata ‘hukum’ menurut Amir Syarifuddin adalah
seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat,
disusun orang-orang yang diberi wewenang oleh masyarakat itu, berlaku dan mengikat
untuk seluruh anggotanya.6 Bila kata ‘hukum’ menurut definisi di atas dihubungkan
kepada ‘Islam’ atau ‘syara’, maka ‘hukum Islam’ akan berarti: “ seperangkat peraturan
berdasarkan wahyu Allah dan sunah Rasul tetang tingkah laku manusia mukalaf yang
diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam. 7
Sedangkan hukum dalam pengertian hukum syara’ menurut istilah ulama ushul
adalah khitob (doktrin) syar’i yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf, baik berupa
tuntutan, pilihan atau ketetapan. ‫عا‬OO‫ا أو وض‬OO‫ا أو ختيري‬OO‫ني طلب‬OO‫ال املكلف‬OO‫ق أبفع‬OO‫ارع املتعل‬OO‫اب الش‬OO‫خط‬
"Hukum adalah khitab Allah yang berkaitan dengan perbuatan mukalaf baik berupa
perintah atau pilihan atau wadh’i”8 Para ahli ushul memberi istilah pada hukum yang
berhubungan dengan perbuatan mukallaf dalam bentuk tuntutan atau pilihan dengan
hukum taklifi, dan hukum yang berhubungan dengan perbuatan mukalaf dalam bentuk
tuntutan atau pilihan dengan hukum taklifi, dan hukum yang berhubungan dengan
perbuatan mukalaf dalam bentuk ketetapan dengan hukum wadh’i . Adapun hukum syara’
menurut istilah ahli fiqh adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh doktrin syar’i dalam
perbuatan (mukallaf), seperti kewajiban, keharaman dan kebolehan.
Pengertian Sumber Hukum Islam Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia sumber
adalah asal sesuatu. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan sumber hukum adalah
tempat kita dapat menemukan atau menggali hukumnya. Sumber hukum Islam adalah
asal (tempat pengambilan) hukum Islam. Sumber hukum Islam disebut juga dengan
istilah dalil hukum Islam atau pokok hukum Islam atau dasar hukum Islam. Kata
‘sumber’ dalam hukum fiqh adalah terjemah dari lafadz ‫ مصادر‬- ‫ مصدر‬, lafadz tersebut
terdapat dalam sebagian literatur kontemporer sebagai ganti dari sebutan dalil ( ‫دليل‬OO‫ال‬
( atau lengkapnya “ adillah syar’iyyah” ( ‫ الشرعية األدلة‬. (Sedangkan dalam literatur klasik,
biasanya yang digunakan adalah kata dalil atau adillah syar’iyyah, dan tidak pernah kata “
6
www. Journal fai.uikb.org.>pdf
7
Journal iainkudus.ac.id
8
E-journal unisba.ac.id

6
mashadir al-ahkam al-syar’iyyah” ( ‫ الشرعية األحكام مصادر‬. (Mereka yang menggunakan kata
mashadir sebagai ganti al-adillah beranggapan bahwa kedua kata tersebut memiliki arti
yang sama. Bila dilihat secara etimologis, maka akan terlihat bahwa kedua kata itu
tidaklah sinonim, setidaknya bila dihubungkan kepada ‘syariah’. Kata sumber ( ‫ مصادر‬,
( atau dengan jamaknya ‫ مصادر‬, dapat diartikan suatu wadah yang dari wadah itu dapat
ditemukan atau ditimba norma hukum.
Sedangkan ‘dalil hukum’ berarti sesuatu yang memberi petunjuk dan menuntun kita
dalam menemukan hukum Allah. Kata “sumber” dalam artian ini hanya dapat digunakan
untuk Al-Qur’an dan sunah, karena memang keduanya merupakan wadah yang dapat
ditimba hukum syara’ tetapi tidak mungkin kata ini digunakan untuk ‘ijma dan qiyas
karena keduanya bukanlah wadah yang dapat ditimba norma hukum. ijma dan qiyas itu,
keduanya adalah cara dalam menemukan hukum.
Kata ‘dalil’dapat digunakan untuk Al-Qur’an dan sunah, juga dapat digunakan
untuk ijma dan qiyas, karena memang semuanya menuntun kepada penemuan hukum
Allah7 . Berikut 2 pembahasan sumber utama hukum, yaitu: a. Al-Qur’an Kata Alquran
dalam bahasa Arab berasal dari kata Qara'a artinya ' membaca. Bentuk mashdarnya
artinya ' bacaan' dan 'apa yang tertulis padanya'. Seperti tertuang dalam ayat Al-Qur'an : -
Secara istilah Alqur'an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad,
tertulis dalam mushhaf berbahasa Arab, yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir,
bila membacanya mengandung nilai ibadah, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat An-Nas Al-Jurjani mendefinisikan Al-Qur'an: Al-Qur'an adalah
(Kalamullah) yang diturunkan kepada Rasulullah tertulis dalam mushhaf, ditukil dari
Rasulullah secara mutawatir dengan tidak diragukan.
Adapun hukum-hukum yang terkandung dalam Alqur'an, meliputi (a).Hukum-
hukum I'tiqadiyyah, yaitu hukum yang berhubungan dengan keimanan kepada Allah swt,
kepada Malaikat, kepada Kitab-kitab, para Rasul Allah dan kepada hari akhirat. (b).
Hukum-hukum Khuluqiyyah, yaitu hukum yang berhubungan dengan akhlak. manusia
wajib berakhlak yang baik dan menjauhi prilaku yang buruk. (c).Hukum-hukum
Amaliyah, yaitu hukum yang berhubungan dengan perbuatan manusia. Hukum amaliyah
ini ada dua; mengenai Ibadah dan mengenai muamalah dalam arti yang luas. Hukum
dalam Alqur'an yang berkaitan dengan bidang ibadah dan bidangal-Ahwal al-
Syakhsyiyah / ihwal perorangan atau keluarga. disebut lebih terperinci dibanding dengan
bidang-bidang hukum yang lainnya.Fungsi Al-Qur’an dan hadist
B. Fungsi Al-Qur’an dan hadist

7
1. Fungsi Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan Allah memiliki peranan yang sangat penting bagi Manusia,
karena al-Qur’an merupakan kitab suci yang di dalamnya memuat Berbagai hal yang
sangat berguna bagi manusia dalam mengarungi kehidupan di Dunia ini, sehingga
manusia berada dalam jalan yang lurus dan memperoleh Keselamatan, baik di dunia
maupun di akhirat. Di antara fungsi dan peranan al-Qur’an yaitu:
A. Al-Qur‟an sebagai Petunjuk bagi Manusia

Semua manusia hidup di dunia ini ingin memperoleh Kebahagiaan, baik di dunia
maupun di akhirat. Untuk mencapai itu kebahagiaan Yang hakiki tersebut manusia harus
berpedoman kepada al-Qur’an, karena di dalam al-Qur’an Diturunkan sebagai petunjuk
kepada jalan yang lurus, sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) Yang lebih lurus
dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal
shaleh bahwa bagi mereka ada pahala Yang benar” (QS.17:9).

Didalam ayat lain, Allah menjelaskan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan Sebagai petunjuk
bagi manusia:

“Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai Petunjuk bagi


manusia dan sebagai penjelasan tentang petunjuk itu Dan juga sebagai pembeda” (QS.
Al-Baqarah: 86). Sebagai petunjuk Al-Qur’an membawa nilai-nilai yang mengungguli
nilai-Nilai yang pernah ada pada agama lain. Nilai-nilai tersebut menyentuh semua
Potensi manusia dan segala aspek kehidupannya. Al-Qur‟an memberikan Penjelasan
yang komprehensif tentang manusia, mulai dari kejadiannya, tugas dan Kewajibannya,
tujuan yang harus dicapainya, kelebihan-kelebiha manusia atas Makhluk lain dan juga
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Al-Qur‟an menjelaskan hal–hal yang baik dan
buruk, yang hak dan yang Bathil, yang halal dan yang haram, yang adil dan dzolim dan
hal-hal lainnya. Semua itu untuk kepentingan manusia agar manusia dengan petunjuk itu
Senantiasa berada pada jalan yang lurus. Ada beberapa langkah yang harus Dilakukan
oleh kita agar Al-Qur’an betul-betul menjadi petunjuk bagi kehidupan Kita, yakni: (1)
diimani, (2) dibaca, (3) dipahami, dan (4) diamalkan.

Al-qur‟an sebagai Penjelasan terhadap Segala Sesuatu, Allah berfirman:

8
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur‟an) sebagai Penjelasan segala sesuatu
dan petunjuk serta rahmat dan kabar Gembira bagi orang-orang muslim” (QS.An-
Nahl:89).
Al-Qur‟an sebagai Obat dan Rahmat Al-Qur‟an diturunkan Allah dapat menjadi obat
(syifa), sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
“Dan Kami turunkan Al-Qur‟an yang dapat menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman, dan Al-Qur‟an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzolim
selain kerugian” (QS.Al-Isra:82).
Al-Qur‟an sebagai Al-Furqan (Pembeda)
Yang dimaksud Al-Qur‟an sebagai al-furqan (pembeda), yaitu bahwa di Dalam Al-
Qur‟an Allah telah menjelaskan perbedaan antara yang halal dan yang Haram, yang hak
dan yang bathil, yang baik dan yang buruk, jalan yang lurus dan Jalan yang tidak lurus.
i. Fungsi hadist
Pada dasarnya Hadis Nabi adalah sejalan dengan al-Qur’an karena keduanya
Bersumber dari wakyu. Akan tetapi mayoritas hadis sifatnya adalah operasional, karena
fungsi utama hadis adalah sebagai penjelas atas al-Qur’an. Secara garis besar, fungsi
Hadis
terhadap al-Qur’an ada tiga, diantranya;
a) Menegakkan kembali keterangan atau Perintah yang terdapat di dalam al-Qur’an.
Dalam hal ini hadis datang dengan keterangan atau perintah yang sejalan dengan al-
qur’an.
b) Menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang datang secara mujmal
(global). Dalam hal ini kaitannya ada tiga hal :
1. Menafsirkan serta memperinci ayat-ayat yang bersifat umum,
2. Mengkhususkan ayat-ayat yang bersifat umum.
3. Memberii batasan terhadap ayat bersifat mutlaq.
c) Menetapkan hukum-hukum yang tidak ditetapkan oleh al-Qur’an (bayan Tasyri’) 9

C. Sumber Hukum

Penerapan sumber hukum para ulama’ sepakat bahwa al-Qur’an yang utama, dan hadis
yang kedua. Kesepakatan ini berdasarkan al-Qur’an sebagai firman Allah, sedangkan
hadis bersumber dari nabi yang merupakan makhluk atau hamba Allah meskipun

9
INDO-ISLAMIKA, Volume 9, No. 2 Juli-Desember 2019/1440. Hlm 213-214

9
dikarunia beberapa kelebihan istimewa lain. Di sisi lain kesepakatan tersebut juga
mengacu kepada perkataan Nabi kepada Muadz bin Jabal sebagaimana berikut;

“Rasulullah SAW bersabda kepada Mu’adz bin Jabal: Bagaimana kamu akan
memutuskan perkara jika dihadapkan pada suatu persoalan hukum? Mu’adz menjawab:
saya akan memutuskannya berdasarkan kitab Allah (al-Qur’an). Rasulullah bersabda: jika
kamu tidak menjumpainya dalam al-Qur’an?. Mu’adz menjawab: maka berdasarkan pada
sunnah Rasul. Rasulullah bersabda: jika tidak menjumpainya juga dalam sunnah Rasul?
Muadz menjawab: saya akan berijtihad berdasarkan akal pikiran saya.” (HR Imam Abu
Dawud)

Melihat percakapan di atas antara Nabi kepada Muadz, maka dapat dipahami bahwa
utamanya adalah al-Qur’an baru kemudian hadis. Percakapan tersebut juga diperlukan
bagi mujtahid apabila merujuk sebuah hukum haruslah berpedoman pada al-Qur’an
sebelum mengambil pedoman dari Sunnah nabi, jika tidak ditemukan maka
diperbolehkan mengambil dari Sunnah-sunnah Nabi.10

Sebagai sumber hukum utama, al-Qur’an tentunya mengandung ayat-ayat yang berkaitan
dengan hukum, ayat-ayat tersebut mayoritas diturunkan di kota Madinah. Abdul Wahab
Khlalaf berpendapat bahwa, ayat-ayat hukum yang terkandung dalam al-Qur’an hanya
5,8 persen dari 6360 ayat al-Qur’an, sebagaimana berikut ini: 11

1) Ibadah (shalat, puasa, haji, dll) sebanyak 140 ayat

2) Hidup Kekeluargaan (perkawinan, perceraian, hak waris, dsb) sebanyak 70 ayat

3) Perdagangan atau Perekonomian (jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam,

gadai, perseroan, kontrak, dsb) sebanyak 70 ayat

4) Kriminal sebanyak 30 ayat

5) Hubungan Islam dengan selain Islam sebanyak 25 ayat

6) Pengadilan sebanyak 13 ayat

7) Hubungan kaya dan miskin sebanyak 10 ayat

10
Abu Yasid, “Hubungan Simbiotik al-Qur’an dan Hadis dalam Membentuk Diktum-Diktum
Hukum,” Jurnal Tsaqafah 7, 1 (2011): hlm. 141
11
Firdaus, “Analisis Kedudukan Hukum dalam al-Qur’an,” Jurnal Hukum Diktum: IAIN Pare-Pare
10, 2 (2012): hlm 129

10
8) Kenegaraan sebanyak 10 ayat.

Dari rincian di atas dapat kita pahami, bahwa al-Qur’an lebih banyak mengatur tentang
kekeluargaan dan perekonomian. Alasannya, karena dari keluarga akan tercipta
masyarakat dan keluarga merupakan unit terkecil dari tatanan kehidupan bermasyarakat.
Jika suatu keluarga dapat hidup sesuai ajaran yang ditentukan oleh al-Qur’an maka akan
menciptakan masyarakat yang agamis dan berakhlaq. Selanjutnya, ekonomi merupakan
hal penting dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Hal penting lainnya yang
perlu diketahui, bahwa terbatasnya pembahasan al-Qur’an mengenai hukum dikarenakan
permasalahan yang terjadi di masyarakat yang sekaligus menjadi subjek dan objek dari
hukum sifatnya dinamis, sedangkan sumber hukumnya statis. 12
Permasalahan yang
sifatnya dinamis dan sumber hukum yang bersifat statis, maka diperlukan jma’ dan qiyas.
AdapunAdapun macam-macam dari hukum yang terkandung dalam al-Qur’an yang
sekaligus dilengkapi pejelasannya dalam hadis ada lima; 13

1) Wajib, perbuatan jika dikerjakan berpahala dan jika ditinggalkan berdosa. Contohnya,
shalat, puasa, haji bagi yang mampu, dll.

2) Sunnah, perbuatan jika dikerjakan berpahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa.
Contoh, membaca shalawat, sedekah, dll.

3) Haram, perbuatan jika dikerjakan berdosa dan jika ditinggalkan berpahala, atau
kebalikan dari wajib. Contohnya, zina, mabuk, mencuri, dll.

4) Makruh, perbuatan jika ditinggalkan lebih utama dari pada dikerjakan. Contoh,
merokok, berkumur disiang hari saat puasa.

5) Mubah, perbuatan yang diperbolehkan oleh agama anata mengerjakan atau


meninggalkannya. Contoh, olahraga, berdagang, dll.14

12
Firdaus, “Analisis Kedudukan Hukum dalam Al-Qur’an,” 130.
13
Eva Iryani, “Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia,” Jurnal Ilmiah: Universitas
Batanghari Jambi 17, 2 (2017): 25-26.
14
INDO-ISLAMIKA, Volume 9, No. 2 Juli-Desember 2019/1440. Hlm 215

11
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Alquran dan hadits adalah sumber hukum islam Al-Qur’an secara bahasa berasal
dari kata qara'a – yaqra’u – qira’atan – qur’anan yang berati sesuatu yang dibaca
atau bacaan. Secara etimologi Hadis berasal dari kata (‫( حيدث – حدث‬artinya al-
jadid “sesuatu Yang baru” atau khabar “kabar”.Dalam bahasa Indonesia kata
‘hukum’ menurut Amir Syarifuddin adalah seperangkat peraturan tentang tingkah
laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat, disusun orang-orang yang
diberi wewenang oleh masyarakat itu, berlaku dan mengikat untuk seluruh
mahluk. Al-Qur‟an sebagai Petunjuk bagi Manusia dan seluruh mahluk.
Penerapan sumber hukum para ulama’ sepakat bahwa al-Qur’an yang utama, dan
hadis yang kedua. Kesepakatan ini berdasarkan al-Qur’an sebagai firman Allah,
sedangkan hadis bersumber dari nabi yang merupakan makhluk atau hamba Allah
meskipun dikarunia beberapa kelebihan istimewa lain.
B. Saran
Demikian makalah yang kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok pembahasan dalam masalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami
sudah memaksimalkan agar menghasilkan makalah yang sempurna.
Namun, pasti masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik
dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi
isi juga masih perlu ditambahkan. Sehingga penulis sangat mengharapkan

12
masukan dan kritikan yang dapat membuat makalah ini lebih baik.
Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca agar dapat menambah wawasan

DAFTAR PUSTAKA

Iryani, Eva 2017. “Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia,” Jurnal
Ilmiah: Universitas
Batanghari Jambi 17, 2
INDO-ISLAMIKA, Volume 9, No. 2 Juli-Desember 2019/1440.

Shihab, Quraisy. 1994. membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan

Yasid,Abu. 2011.“Hubungann Simbiotik al-Qur’an dan Hadis dalam Membentuk


Diktum-Diktum Hukum,” Jurnal Tsaqafah 7, 1

Firdaus, 2012. “Analisis Kedudukan Hukum dalam al-Qur’an,” Jurnal Hukum


Diktum: IAIN Pare-Pare 10, 2

Khalil al-Qattan, Manna’. Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an (Qahirah: Maktabah


Wahbah,tt)

al-Majid al-Ghouri, Abdu. 2007. Mu’jam al-Mushthalahat al-Haditsah (Beirut: Dar


Ibnu Katsir,

Fikrah, jurnal of islamic education, vol.2 No.2 Desember 2018

www. Journal fai.uikb.org.>pdf

Journal iainkudus.ac.id

E-journal unisba.ac.id

13
14

Anda mungkin juga menyukai