Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH AGAMA

DOSEN PENGAMPUH:IRMAN SAMIRUDDIN,M.Pd.I

KETUHANAN SEBAGAI LANDASAN PELAKSANAAN AJARAN ISLAM YANG DAMAI

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 3: 1.SAPRIADIN
2.MARDIA
3.SUHERNI

PRODI/JURUSAN:GIZI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI MULIA KENDARI

2021/2022

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah swt,yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan agama islam
yang berjudul konsep.”tentang ketuhanan sebagai landasan pelaksanaan ajaran
islam yang damai”sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi
muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam penulisan makalah ini,penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan


dan kelemahan,baik mengenai materi maupun sistematika penulisan.Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis sendiri.untuk itu dengan segala
kerendahan hati,penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.

Kendari,10 oktober 2021

penulis

DAFTAR ISI
Judul..........................................................................................................

Kata Pengantar..........................................................................................

Daftar Isi ...................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................

A.Latar Belakang........................................................................................

B.Rumusan Masalah..................................................................................

C.Tujuan Penulisan....................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................

A.Ketuhanan sebagai landasan pelaksanaan ajaran islam yang damai.....

1. Alasan Manusia Memerlukan Spiritualitas

(ketuhanan).................................................................................

2. Esensi dan Urgensi Visi ilahi untuk membangun

dunia yang damai........................................................................

BAB 3 PENUTUP.....................................................................................

A.Kesimpulan.............................................................................................

B.Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.kebenaran


pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu
beragam dan luas.sekarang ini jumlah pulau yang ada di wilayah negara kesatuan
republik indonesia(NKRI)sekitar 1.300 pulau besar dari kecil.populasi penduduknya
berjumlah lebih dari 200 juta jiwa,terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir
200 bahasa yang berbeda.selain itu,mereka juga menganut agama dan kepercayaan
yang beragam seperti islam,katolik,kristen protestan,hindu,budha,konghucu serta
berbagai macam aliran kepercayaan.

Dengan adanya realitas di atas kita tidak dapat menafikan bahwasanya indonesia
adalah salah satu negara yang pluralis,bahkan mungkin yang paling pluralis di
dunia.pluralisme multidimensional ini telah membentuk mozaik ke indonesia-an
yang sangat indah dan mempesona,tetapi sekaligus rawan terhadap
konflik.ketidakmampuan mengelola pluralisme inilah bisa mendorong terjadinya
gejolak sosial politik yang bernuansa SARA(suku,agama,ras,antar golongan) yang
terjadi separatis di akhir-akhir ini.

B.Rumusan Masalah

Adapun yang kami bahas di sini beberapa masalah,di antaranya:

1.Bagaimana alasan manusia memerlukan spiritualitas (ketuhanan)

2.Bagaimana esensi dan urgensi visi ilahi untuk membangun dunia yang damai

C.Tujuan Penulisan

Mengetahui dan memahami alasan manusia yang memerlukan


spiritualitas(ketuhanan),serta esensi dan urgensi visi ilahi untuk membangun dunia
yang damai

BAB 2 PEMBAHASAN
A.ketuhanan Sebagai Landasan Pelaksanaan Ajaran Islam yang Damai

1.Alasan Manusia Memerlukan Spiritualitas (Ketuhanan)

Pengalaman bertuhan (spritualitas) adalah pengalaman yang unik dan


autentik. Setiap manusia memiliki pengalaman yang khas dalam merasakan
kehadiran Tuhan. Pengalaman kebertuhanan sangat ber- pengaruh terhadap
kepribadian manusia. Saat ini manusia masuk pada era modern yang
dipengaruhi oleh arus globalisasi. Orientasi kehidupan masyarakat modern
adalah lebih menekankan aspek fisik-materialis. Orientasi ini berdampak
pada menjadikan aspek keberagamaan dan spiritualitas terpojok ke wilayah
pinggiran. Modernitas di segala bidang sebagai akibat dari kemajuan ilmu
dan teknologi melahirkan sikap hidup yang materialistis, konsumtif, hedonis,
mekanis, individualistis. Akibatnya mansuai modern banyak kehilangan
kehangatan spiritual, ketenangan, dan kedamaian.
Moslow yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa
ketenangan dan kedamaian merupakan kebutuhan masyarakat yang paling
penting. Akan tetapi masyarakat modern mengalami kegaga- lan memaknai
hidup secara benar yang mengakibatkan jauh dari rasa aman, damai, dan
tentram. Menurut Carl Gustav Jung manusia modern mengalami
keterasingan diri dari diri sindiri dan lingkungan sosial, bah- kan jauh dari
Tuhan.
Peradaban modern yang dibangun berdasar oleh filsafat positiv- isme-
empirisme membawa konsekwensi pada penolakan realitas yang berada
diluar jangkauan rasionalitas dan empirisme. Realitas simbolik seperti
keberadaan Tuhan dianggap sebagai realitas semu sebagai ha- sil dari
evolusi realitas materi. Dengan arti lain epestimologi modernitas telah
menggeser bahkan mencabut realitas ilahi sebagai fokus bagi ke- satuan dan
arti kehidupan. Ketercerabutan realitas ilahi tersebut ditan- dai dengan
peminggiran aspek rohani yang pada muaranya menghil- angkan dimensi
paling asasi dari eksistensi dirinya yaitu spritulitas.
Sayid Hossein Nasr melihat fenomena hilangnya spiritualitas se- bagai
ketercerabutan manusia dari akar tradisi (sakralitas Tuhan) seh- ingga
manusia hidup diluar eksistensinya, maka Ia akan mnegalami ke- hilangan
makna hidup dan disorientasi tujuan hidup. Disorientasi tujuan hidup sering
membuat manusia modern terjebak pada budaya instan dan jalan pintas
untuk mengejar kesenangan materi dan fisik. Wajar kemudian muncul sikap
hidup yang materialistis, hedonis, konsumtif, indivudualistis. Persaingan
meraup kesenangan di atas pada akhirnya menimbulkan benih-benih konflik
yang menimbulkan hilangnya rasa aman dan damai. Realitas tersebut
menjadikan masyarakat modern berusaha menacari dan ingin mememukan
kemabli kesejatian makna hidup maka kembalilah mereka pada jalan
spiritualitas. Di dunia Barat spiritualitas kemudian berubah menjadi terapi
dan kegiatan pelatihan instan yang hanya menyentuh aspek emosional dan
empati semu.
Dalam konsep Islam penguatan spiritualitas secara filosofis dikatakan
sebagai penguatan visi ilahi, potensi bertuhan atau kebertuhanan. Un- tuk
mencapai visi ilahi yang kokoh diperlukan proses pengaktualisasian akhlaq
Tuhan yang ada dalam diri setiap manusia. Untuk itu diperlu- kan pelatihan
jiwa secara sistematis, dramatis dan berkesinambungan dengan memadukan
antara: olah pikir (tafakur wa ta’ammul) olah rasa (tadzawwuq) olah jiwa
(riyadhah) dan olah raga (rihlah wa jihad).
Sejalan dengan itu, Sayyed Hossein Nasr menawarkan terapi spir- itual
bagi masyarakat modern yang galau dan terasing dengan men- dalami dan
menjalani praktik tasawuf. Sebab tasawuflah yang dapat memberikan
jawaban-jawaban kebutuhan spiritual. Dalam pandangan Tasawuf
penyelesaian dan perbaikan keadaan itu tidak dapat tercapai secara optimal
jika hanya pada keaadan lahir, karena kehidupan lahir hanya merupakan
gambaran atau akibat dari kehidupan manusia yang digerakkan tiga
kekuatan pokok yang ada pada dirinya yaitu akal, syah- wat dan nafsu
amarah.
Tasawuf mnegadung prinsip positif yang mampu mengembangkan masa
depan manusia seperti melakukan intropeksi (muhassabah) baik secara
vertikal kepada Allah SWT maupun secara horizontal kepada sesama
manusia. Prinsip positif lain adalah selalu berzikir kepada Allah SWT sebagai
sumber gerak, sumber motivasi, dan sumber nilai yang dapat dijadikan
acuan hidup. Tasawuf mempunyai peran atau tanggu- ngjawab yang snagat
besar dalam spiritualitas seseorang.Spritualitas merupakan puncak
kesadaran ilahiah, menurut Saifud- din Aman dalam Tren Spiritualitas
Millenium Ketiga. Spritualitas mem- buat kita mampu memberdayakan
seluruh potensi yang diberikan Tuhan untuk melihat segala hal secara
holistic sehingga kita mampu untuk menemukan hakikat dari setiap
fenomena yang kita alami. Atau menurut Syahirin Harahap dalam buku
Membalikkan Jarum Hati men- didskripsikan mereka yang memiliki
kesadaran atau kecerdasan spiri- tual sebagai orang-orang yang mampu
mengarungi kehidupan dengan panduan hati nurani. Rohani yang kuat
karena bimbingan maksimal hati nurani tersebut membuat orang lebih
dinamis, kreatif, memiliki etos kerja tinggi, lebih peduli serta lebih santun.
2.Esensi dan Urgensi Visi Ilahi Untuk Membangun Dunia yang Damai

Dalam prespektif Islam manusia diciptakan seagai makhluk sem- purna.


Kesempurnaan manusia ditandai dengan kesiapan untuk ber- bakti kepada
Tuhan karena dalam dirinya telah ditiupkan salah satu tajjali Tuhan yaitu
roh. Ketika manusia masih menjaga dan memeliha- ra fitrahnya itu, manusia
hidup dekat dengan Tuhan. Namun, karena godaan materi maka manusia
sedikit demi sedikit mulai kehilangan nuansa spiritual dan kehilangan
superioritas roh sebagai penggerak kehidupan manusia dalam koridor visi
ilahi.
Dalam prespektif tasawuf kejatuhan manusia membuat Ia sema- kin
jauh dari Tuhan. Ketika manusia semakin jauh dari Tuhan maka ia semakin
jauh dari kebenaran dan kebaikan Tuhan. Manusia adalah makhluk yang
mneyimpan kotradiksi di dalam dirinya. Di satu sisi ma- nusia adalah
makhluk spiritual yang mengadung kebajikan, disisi lain adalah makhluk
material yang cenderung kepada keburukan. Dalam kahzanah Islam ada
tipologi jiwa manusia: 1) jiwa yang selalu tergerak melakukan keburukan
(an-nafs al-amarah bi as-su’), 2) jiwa yang selalu tergerak pada mencela diri
(an-nafs al-lawwamah), 3) Jiwa yang tenag (an-nafs al-mutma’innah).
Agar manusia konsisten dalam kebaikan maka manusia dituntut un- tuk
membangun relasi yang baik dengan Tuhan. Untuk membangun realsi yang
harmonis adan damai dengan Tuhan maka harus mampu memperkuat sisi
spiritualitas dalam kehidupan manusia sehingga Ia mampu merasakan
kehadiran Tuhan dalams etiap gerak dan sikapnya, sehingga akan dapat
melihat segala sesuatu sesui visi Tuhan (ilahi).
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidikan damai dalam islam adalah suatu model pendidikan alternatif


dalam memecahkan setiap permasalahan yang di alami oleh seseorang
dengan cara yang kreatif,yang bersumber dari ajaran-ajaran al Qur’an dan
hadits.pendidikan damai ini seyogyanya dimiliki oleh umat islam agar nilai
nilai dalam nash terinternalisasi dalam hati dan akal pikiran mereka,di mana
dari hal tersebut akan tercipta suatu kesadaran untuk melaksanakan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Ketika pendidikan damai ini telah terkonstruksi dalam hati dan pikiran
umat islam yang sekaligus di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,maka
dalam setiap aspek kehidupan akan jarang di temukanpenyimpangan-
penyimpangan yang tidak sesuai dengan nash,tergantung sebagaimana besar
kecilnya semua pihak yang terlibat,yaitu individu masing-
masing,masyarakat,pemerintah untuk mengusahakan menuju tercapainya
kedamaian itu sendiri.

B.Saran

Apabila di dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan


kesalahan mohon di mafkan,penulis sangat mngharapkan kritik dan sarannya
dari pembaca demi perbaikan makalah ini kami ucapkan terimah kasih
DAFTAR PUSTAKA

Al-khatib,sulaiman.TT.Al-Falsafah al-Aammah wa al-Akhlaq.Minia:jami’ah Minia

Aman,syaifudin.2013,The spiritualitasmilenium ketiga,jakarta:Ruhama

Hossein,NasrSayyed.1994.menjelajah dunia modern:bimbingan untuk generasi


muda muslim.bandung:mizan

Mubarok,Ahmad.2002.pendakian menuju Allah.jakarta:khazanah baru

Sukidi.2002.kecerdasan spiritual.jakarta:Gramedia.

Direktorat pembelajaran Ritekdikti.2016.Buku Ajar MKWU


PAI.Jakarta:Rstekdikti

Anda mungkin juga menyukai