Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Tentang :

KAANA

Dosen Pengampu : MASTUR,MHI

Oleh :

RISKI ABDULLAH.10123036

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN ABDULLAH BIN MAS’UD

TAHUN AJARAN 2024/2025


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan limpahan
rahmatnya sehingga terselesaiya penyusunan makalah ini . Tak lupa pula penyusun mengucapkan
terimakasih kepada segala pihak yang telah membantu agar terselesainya makalah ini yang
berjudul “ .” dengan tepat waktu .
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu nahwu merupakan salah satu ilmu alat yang bisa memahamkan kita dalam berbahasa arab serta
memahami al-Quran dan Hadits yang menjadi pedoman umat islam di dunia. Serta dapat memahamkan
kita dalam mengkaji kitab-kitab karangan para ulama pada zaman dahulu maupun sekarang. Ilmu nahwu
dan shorof kalau kita ibaratkan bagaikan perahu dan dayung yang kita gunakan untuk menuju ke sebuah
pulau yang indah. Tanpa dayung dan perahu tersebut kita tidak akan dapat menuju ke sebuah pulau
tersebut, sama halnya apabila kita tidak tahu tentang ilmu alat ( nahwu dan shorof ) kita tidak akan bisa
memahami al-Quran dan Hadits secara baik dan benar. Maka dari itu ilmu alat mempunyai peran yang
sangat penting sekali bagi kita semua sebagai media untuk memahamkan kita mempelajari konteks arab.
Dalam makalah ini akan dijelaskan sebagian kecil dari ilmu nahwu, yaitu tentang Kaana dan Saudara-
saudaranya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Kaana dan Akhwatnya?
2. Bagaimana penggunaan Kaana dan Saudara-saudaranya
3. Bagaimanakah pengertian Kaana Taam dan Kaana Naqhis?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kaana
Kaana dan Saudaranya berfungsi merafa’kan mubtada yang sekaligus sebagai isim kaana dan
menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar kaana.
Contoh : ‫( َك اَن ُم َّح َّم ٌد َج ا ِلًسا‬Muhammad duduk)

B. Kaana dan Saudara-saudaranya

‫َفَاَم ا َك اَن َو اَخ َو ا ُتَها َفِاَّنَها َتْر َفُع ِاالِس م َو َتْنِص ُب اْلَخ َبَر َو ِهى َك اَن َاْمَس َو َاْص َبَح َو َاْض َح ى َو َظَّل َو َباَت َو َص اَر َو َلْيَس َوَم ازَاَل َوَم ا ْنَف َك َوَم ا َفِتَئ‬
‫َوَم ا َبِرَح َوَم اَداَم َوَم ا َـَص َّرَف ِم ْنَها َنْح ُو َك اَن َو َيكُو ُن َو ُك ْن َو َاْص َبَح ُيْص ِبُح َو َاْص ِبْح َتُقوُل كَاَن َزْيُد َقا ِئًم اوَلْيَس َعْم ٌر َو َشاِخ ًصا َوَم ا َأْش َبَه َذ ِلَك‬.
Adapun kaana dan saudara-saudaranya berfungsi merafa’kan isimnya dan menashabkan khabarnya, yaitu :
‫( َك اَن‬adalah/keadaan), ‫( َاْمَس‬Waktu sore), ‫( َاْص َبَح‬waktu pagi), ‫( َاْض َح ى‬waktu dhuha), ‫( َظَّل‬waktu siang hari),
‫( َباَت‬waktu malam hari), ‫( َص ار‬menjadikan), ‫( َلْيَس‬meniadakan) ‫( َوَم ازَاَل َوَم ا ْنَفَك َوَم ا َفِتَئ َوَم ا َبِرَح‬tidak terputus-
putus), ‫( َم اَداَم‬tetap dan terus menerus), dan lafazh-lafazh yang bisa di tashrif darinya, misalnya: ‫َو َاْص ِبْح َك اَن‬
‫ُو ُن َو ُك ْن َو َاْص َبَح ُيْص ِبُح‬U ‫ َو َيك‬contoh: ‫( كَاَن َز ْي ُد َق ا ِئًم ا‬adalah Zaid berdiri) dan ‫( َلْيَس َعْم ٌر َو َشاِخ ًص ا‬tiadalah Amr
menampakan diri).

Adapun saudara-saudara Kaana antara lain :


Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada siang hari. Siang hari zaid puasa ‫َز ْيٌد َص اِئًم ا َظ َّل‬
Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada malam hari. Malam hari zaid sahur ‫َباَت َز ْيٌد َس اِهًرا‬
Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu dhuha. Waktu dhuha zaid pergi ‫َاْض َح ى َزْيٌد َذ اِهًبا‬
Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu subuh.

‫َاْص َبَح ْالَبْر ُد َش ِد ْيًدا‬


Waktu shubuh dingin sekali
Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada sore hari. Sore hari zaid pulang ‫َاْمَس ى َزْي ٌد َر اِج ًع ا‬
Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada siang hari.
Zaid menjadi orang yang alim ‫َص اَر َز ْيٌد َع ِالًم ا‬
Bermakna bukan atau tidak Zaid bukan dokter ‫َلْيَس َزْيٌد َطِبْيًبا‬
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih berdiri ‫َم اَز اَل َز ْيٌد َقاِئًم ا‬
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih puasa ‫َم اَبِرَح َز ْيٌد َص اِئًم ا‬
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih di mesjid ‫َم اَفِتَئ َز ْيٌد ِفى ْالَم ْس ِج ِد‬
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih bermuqim ‫َم اَبِرَح َز ْيٌد ُمِقْيًم ا‬
Bermakna tetap dan terus menerus.
Berilah selagi kamu masih tetap memperoleh dirham ‫َاْع ِط َم ا ُد ْم َت ُمِص ْيًبا ِد ْر َهَم ا‬
C. Macam-macam Kaana dan Saudaranya

Kaana dan saudaranya semuanya adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan menjadi tiga macam :
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu : 2 ‫ َك اَن‬, ‫ َاْص ًبَح‬,‫ َاْمَس ا‬, ‫ َبا َت‬, ‫ َظَل‬, ‫َص اَر‬.
2. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi dan mudhari, yaitu : ‫ َم ا َبِرَح‬, ‫ َوَم ا َفِتَئ‬. ‫ َم ا ْنَفَك‬, ‫َم ازَاَل‬.
3.Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi saja ‫ َلْيَس‬, dan ‫َوَم اَداَم‬

Kaana apabila mudhari; dan i’robnya jazm maka harf nun-nya boleh di buang.
Contoh : ‫َال َتُك ْن َظا ِلًم ا َال َتُك َظا ِلًم ا‬
Khabar kaana dan saudaranya sering ditambah dengan harf jat ba’ ( ‫) اْلَباُء‬.
Ada lagi fi’il yang fungsinya sama dengan kaana dan saudaranya, antara lain :
a. Fi’il muqarobah, yaitu fi’il yang menunjukan dekat atau hampir terjadinya khabar, seperti ‫ َكاد‬dan ‫َاْو َش َك‬
Contoh : ‫( َكا َد الَفْقُر َأْن َيُك ْو َن ُك ْف ًرا‬hampir saja kekafiran merubah kekufuran) ‫( َو َاْو َش ْك َت الَح ْر ُب َأْن َتْنَتهى‬Perang
Hampir Selesai)

b. Af’alur raja’, yaitu fi’il yang menunjukkan harapan akan terjadinya khabar, fi’il ini antara lain: ‫ َعَس‬dan
‫َج َر ى‬
‫( َح َر ى الُمَع ِّلُم َأْن َيْح ُض َر‬mudah-mudahan bapak guru segera datang)

c. Af’ alus syuru’, yatu fi’il yang menunjukkan dimulainya pekerjaan


Contoh:
‫( َج َعَل الَتِم ُذ َيْك َتَب الَد ْر َس‬Pelajar itu mulai menulis pelajaran)
‫( َاَخ َذ ُمَحَّم ٌد َيْقَر ٌأالُقْر أَن‬Muhammad mulai membaca Al-Qur’an)

Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar seperti pembahasan tersebut di atas, disebut fi’il
naqis. Akan tetapi kaana dan saudaranya kecuali ( ‫ َلْيَس‬,‫ َم ا َفِتئ‬. ‫ ) َم ازَاَل‬yang tidak mempunyai isim dan
khabar, dan hanya memiliki fai’l, maka dalam hal ini disebut fi’il tam,
‫( َس َأْد َهُب ِأَلى َح ْيُث َيُك ْو ُن ُذ ْو ِع ْألِم‬saya akan pergi ke mana saja tempat yang ada orang yang mempunyai ilmu)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kaana dan saudaranya berfungsi merafa’kan mubtada yang sekaligus sebagai isim kaana dan
menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar kaana. Kaana dan saudaranya semuanya adalah
kalimah fi’il dan dapat dibedakan menjadi tiga macam :
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu : ‫ َك اَن‬, ‫ َاْص ًبَح‬,‫ َاْمَس ا‬, ‫ َبا َت‬, ‫ َظَل‬, ‫ َص اَر‬.
2. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi dan mudhari, yaitu : 6 ‫ َم ا َبِرَح‬, ‫ َوَم ا َفِتَئ‬. ‫ َم ا ْنَفَك‬, ‫َم ازَاَل‬.
3. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi saja ‫ َلْيَس‬, dan ‫َوَم اَداَم‬
Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar disebut fi’il naqis. Akan tetapi kaana dan
saudaranya kecuali ( ‫ َلْيَس‬,‫ َم ا َفِتئ‬. ‫ ) َم ازَاَل‬yang tidak mempunyai isim dan khabar, dan hanya memiliki fai’l,
maka dalam hal ini disebut fi’il tam,

B. Saran
Dengan mempelajari pembahasan kaana wa akhowatuhu, semoga kita dapat mengaplikasikan berbahasa
arab yang baik dan benar,
DAFTAR PUSTAKA
Sukamto Imanuddin, Akhmad Munawari, Tata Bahasa Arab Sistematis, Yogyakarta: Nurma Media Idea,
2007. Anwar, Moch, Tarjamah Matan Alfiyah, Bandung: Alma’arif, 1972.

Anda mungkin juga menyukai