Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Pembagian Hadist
Dosen Pengampu: Muhammad Muslim, S.Pd.I

Disususn oleh:

Kelompok 4:

 Dewi Sekar Nuraini

 Nur Lailatul Khasanah

 Rivan Arya Pangestu

 Wahyu Kurniawan

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARIAH

SUBULUSSALAM OKU TIMUR

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT,
atas segala rahmat-Nya sehingga penyusunan
makalah “Pembagian Hadist “ dapat
terselesaikan. Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
ulumul hadist.
Selain itu, pembuatan makalah ini juga
bertujuan agar menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca, keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman maka kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Sriwangi Ulu, 27 September


2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3
BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Masalah 4

D. Manfaat Masalah 4

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pembagian Hadis dari Segi Kuantitas Perawi 5

a) Hadis Mutawatir 5

b) Hadis Ahad 5

B. Pembagian Hadis dari Segi Kualitas Perawi 7

a) Hadis Shahih 7

b) Hadis Hasan 10

c) Hadis Da’if 12

C. Pembagian Hadis Berdasarkan di Terima atau di Tolaknya

Menjadi Hujjah 14

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan 15

B. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mempelajari hadis adalah hal yang penting bagi


semua orang.Karena, hadis juga termasuk sumber
hukum yang ke dua dalam agama islam sesudah al-
quran.Namun,setelah kita mengetahui apa yang di
namakan dengan hadis kita jugas harus mengerti
bahwa hadis itu banyak sekali pembagiannya,beberapa
pembagian hadis tersebut akan kami uraikan .Semoga
bermanfaat aamiin.....

B. Rumusan Masalah

 Pembagian hadis berdasarkan kuantitas perawi.

 Pembagian hadis berdasarkan kualitas perawi.

 Pembagian hadis berdasarkan di terima atau di


tolaknya hadis menjadi hujjah.

C.Tujuan dan Manfaat Masalah

 Agar kita mengetahui bahwa hadis yang di bagi


berdasarkan kuantitas perawi itu terbagi menjadi dua
yaitu:Hadis mutawatir dan hadis ahad.

 Supaya kita mengetahui bahwa setiap hadis yang di


bagi berdasarkan kualitas perawi itu derajatnya
berbeda-beda dan derajat yang paling tinggi adalah
hadis shahih, lalu hadis hasan dan terakhir yaitu hadis
dhaif.

 Agar kita tidak salah dalam berhujjah. Sebab, tak


semua hadis memenuhi persyaratan agar ia termasuk
dan pantas untuk di jadikan hujjah. Sebab hujjah pun
mempunyai syaratnya tersendiri. Hadis yang bisa di
jadikan hujjah hanya hadis hasan dan hadis dhaif.

4
A.Pembagian Hadis dari segi Kuantitas Perawi
Pembagian hadis dari segi kuantitas perawi dikelompokkan menjadi 3

yaitu : Hadis mutawatir, hadis masyhur, dan hadis ahad.

1. Hadis Mutawatir
Dalam terminologi ilmu hadis, ia merupakan hadis yang
diriwayatkan oleh banyak orang.Menurut logika atau kebiasaan,
mustahil bagi mereka akan sepakat untuk berdusta.

Adapun syarat–syarat hadis mutawatir adalah : Hadis Mutawatir


harus diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi, dan dapat diyakini
bahwa mereka tidak mungkin sepakat untuk berdusta, Adanya
keseimbangan antara perawi pada thabaqat pertama dan thabaqat
berikutnya, harus benar-benar dari hasil pendengaran atau
penglihatan sendiri. Adapun macam macam hadis mutawatir
adalah :

 Hadis mutawatir Lafzhi, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh banyak


orang dengan lafaz dan maknanya sama, contoh:
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang artinya:”Bercerita
kepada kami Ahmad bin Hubair Al-gobari bercerita kepada Abu
‘Uwainah dari Abi Hasin dari Abi Sholih dari Abi Hurairah berkata,
bahwa Rasulullah SAW bersabda ”barang siapa yang berdusta
kepadaku maka hendaklah bersiap-siap menempati tempatnya di
neraka”.
 Hadis Mutawatir Ma’nawi, yaitu hadis mutawatir yang tersusun
lafadnya berbeda-beda antara periwayat yang satu dengan yang
lainnya, tetapi tujuannya sama.Contoh hadis yang meriwayatkan
bahwa Nabi Muhammad SAW mengangkat tangannya ketika
berdo’a.Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim yang
artinya:”Dari Abu Bakar bin Abi Syaibah dari Yahya bin Abu Bakar
dari Su’bah dari Tsabit dari Anas R.a berkata”Aku telah melihat
Rasulullah mengangkat tangan dalam berdo’a hingga putih-putih
kulit ketiak beliau nampak”.

2.Hadis Ahad

Menurut istilah hadis ahad berarti hadis yang diriwayatkan oleh


orang perorangan, dua orang atau lebih akan tetapi belum cukup
syarat untuk dimasukkan kedalam kategori hadis mutawatir. Artinya,
hadis ahad adalah hadis yang jumlah perawinya tidak sampai pada
tingkatan hadis mutawatir.Hadis ahad dikelompokkan menjadi 3
yaitu :

5
 Hadis Gharib , yaitu Gharib secara bahasa berarti yang dekat.
Sedangkan hadis gharib secara istilah adalah hadis yang hanya
diriwayatkan oleh seorang perawi secara sendiri. Dan tidak
dipersyaratkan periwayatan seorang perawi itu terdapat dalam
setiap tingkatan (thabaqah) periwayatannya, akan tetapi cukup
terdapat pada satu tingkatan atau lebih. Dan bila dalam tingkatan
yang lain jumlahnya lebih dari satu, maka itu tidak mengubah
statusnya (sebagai hadis gharib).Dilihat dari segi periwayatannya
hadis ini terbagi menjadi 2 yaitu: Hadis gorib mutlak dan hadis gorib
nisbi.

a)Hadis garib mutlak yaitu:Hadis yang periwayatannya sendirian


pada tingkatan sanad yang pertama.

b)Hadis gorib nisbi yaitu:Hadis yang hanya diriwayatkan oleh


seorang perowi di salah satu dari semua tingkatan sanad selain
tingkatan sanad yang pertama

 Hadis ‘Aziz menurut etimologi hadis ‘aziz berarti hadis yang mulia
atau hadis yang kuat ataupun hadis yang jarang,karna memang
hadis ini jarang adanya.Sedangkan menurut terminologi ilmu hadis
adalah : Suatu hadis yang diriwayatkan dengan minimal dua orang,
walaupun dua orang periwayat tersebut terdapat pada satu
thabaqah (tingkatan) saja.Kemudian setelah itu orang-orang pada
meriwayatkannya.Contohnya:Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam bersabda:“Tidaklah beriman salah seorang di antara
kamu hingga aku (Nabi) lebih dicintainya daripada bapaknya,
anaknya,serta seluruh manusia.

 Hadis Masyhur yaitu, Masyhur menurut bahasa adalah “nampak”.


Sedangkan menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan oleh 3
perawi atau lebih pada setiap thabaqah (tingkatan) dan belum
mencapai batas mutawatir.Contohnya, sebuah hadis yang berbunyi
(artinya) : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengambil ilmu dengan
melepaskan dari dada seorang hamba. Akan tetapi akan
melepaskan ilmu dengan mengambil para ulama. Sehingga apabila
sudah tidak terdapat seorang yang alim, maka orang yang bodoh
akan dijadikan sebagai pemimpin, lalu memberikan fatwa tanpa
didasari ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan”.

6
A. Pembagian Hadis dari segi Kualitas perawi
1. Hadis Shahih

Kata shahîh secara etimologi dari kata shahha, yashihhu,


shuhhan wa shihhatan wa shahhâhan. Yang menurut bahasa berarti
sehat, yang selamat, yang benar, yang sah, dan yang sempurna
yang merupakan lawan dari ‘ilat (sakit).Sedangkan menurut istilah
hadis yang di riwayatkan oleh rawi yang adil, dabit, sanadnya
bersambung tidak berpenyakit (‘ilat) dan tidak ada kejanggalan
(syaz).Syarat-syarat hadis shahih adalah :

 Sanadnya bersambung

Maksudnya adalah tiap–tiap periwayat dengan periwayat


lainnya benar–benar saling bertemu dang mengambil hadis
secara langsung dari syeh nya mulai awal sanad hingga akhir
sanadnya.

 Periwayatnya adil (tidak pernah berdosa)

Maksudnya tiap–tiap periwayat harus seorang muslim


berstatus mukalaf (balight), berakal sehat bukan fasik dan tidak
pula jelek perilakunya( menjaga muru’ah). Dalam menilai
keadilan seorang periwayat cukup dilakukan dengan salah satu
teknik berikut:

a) Keterangan seseorang atau beberapa ulama ahli ta’dim


bahwa seorang itu bersifat adil.

b) Khusus mengenai periwayat hadis pada tingkat sahabat ,


jumhur ulama sepakat bahwa seluruh sahabat adalah
adil.Pandangan berbeda dalam golongan mu’tazilah yang
menilai bahwa sahabat yang terlibat dalam pembunuhan Ali

7
di anggap fasik dan periwayatnya pun di tolak.

 Periwayatnya bersifat sempurna kedabitannya

(kuat iman dan ingatannya)

Maksudnya masing–masing periwayatnya sempurna daya


ingatnya baik ingatan pada tulisannya atau
hafalannya.Artinya:”Sekiranya hadis nya di butuhkan dapat
menunjukkan dengan cepat baik melalui hafalan maupun
tulisannya.Adapun sifat–sifat kedabitan periwayat menurut
para ulama’ dapat diketahui melalui:

1)Kesaksian para ulama

2)Berdasarkan kesucian periwayatnya dengan riwayat orang


lain yang telah di kenal kedabitannya.

 Matannya tidak syaz

Adalah hadis itu benar–benar tidak syaz dalam arti tidak


bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh orang
yang lebih siqoh.

 Matannya tidak ber’ilat

Maksudnya tidak ada sebab yang merusak keshahihan


hadis, namun dilihat lahirnya nampak selamat dari cacat ,’
ilat hadis dapat terjadi pada sanad maupun matan atau
kedua–duanya secara bersamaan. ‘Ilat yang paling banyak
terjadi adalah pada sanad seperti menyebutkan hadis
munfasil terhadap hadis muqadi atau mursal.

8
Imam Bukhori dan Imam Muslim membuat ktiteria hadis shahih
sebagai berikut:

a) Rangkain periwayat dalam sanad harus bersambung mulai


dari periwayat pertama sampai akhir.

b) Para perawinya harus terdiri dari orang yang tingkatan


paling tinggi dalam adil dan dabit.

c) Hadisnya terhindar dari ‘ilat atau cacat.

d) Hadisnya tidak syad yaitu tidak lemah di banding


periwayat lain yang bertentangan.

e) Para periwayat yang terdekat dalam sezaman.

A. Kedudukan Hadis Shahih

Para ulama sepakat menerima hadis shahih sebagai sumber


ajaran islam yang dapat di terima untuk menentukan masalah
akidah, hukum dan akhlak.

B. Pembagian Hadis Shahih

a) Shahih Lidzatihi

Adalah hadis yang memenuhi syarat hadis shahih

b) Shahih Lighoirihi

Adalah dua hadis yang berbeda susunan sanad yang


membahas permasalahan yang sama namun di antara salah satu
dua susunan sanad tersebut ada sanad yang kurang ke dabitannya.

9
C. Tingkatan Drajat Hadis Shahih

1)Hadis mutafaqun ‘alaih ( hadis yang diriwayatkan oleh


Imam Bukhori dan Imam Muslim)

2)Hadis yang diriwayatkan Imam Bukhori.

3)Hadis yang diriwayatkan Imam Muslim.

4)Hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang derajatnya sama


seperti Imam Bukhori dan Imam Muslim.

2. Hadis Hasan, Hasan berasal dari kata hasuna, yahsunu,husnan yang


berarti indah dan baik. Mengenai istilah, telah terjadi perselisihan di
antara para ‘ulama, karena hadis hasan terletak di antara hadis shahih
dan hadis dha’if. Hadis hasan ialah hadis yang sanadnya bersambung,
yang diriwayatkan oleh orang yang adil tetapi kurang sedikit dhabith
maksudnya (kedhabitannya tidak sempurna), tidak terdapat di
dalamnya suatu kejanggalan dan tidak juga terdapat cacat.

Salah satu pendapat ahli hadis tentang hadis hasan, yaitu:

 Menurut Ibnu Hajar : Semua hadis yang di nukil dari perawi


yang adil, sanadnya tidak terputus, tidak cacat dan tidak
janggal, tingkat ketelitiannya sedikit lebih rendah dari derajat
hadis shahih.

Syarat-syarat hadis hasan adalah :

 Syarat-syarat hadis hasan sama seperti halnya hadis shahih,


dengan melihat pengertian hadis hasan itu sendiri, yang
berbeda hanya bidang hafalannya. Untuk hadits hasan, hafalan
rawi ada yang kurang sedikit bila dibandingkan dengan hadis
shahih.

 Dabitnya hanya 90%

Maksudnya jika hadis tersebut di riwayatkan oleh empat

10
perawi, tiga perawi di nilai tsiqob sedangkan yang satunya
bernilai shaduq. Hal inilah yang membuat hadis tersebut turun
dari derajat shahih menjadi hasan.

A.Jenis-jenis Hadis Hasan

Hadis hasan di bedakan menjadi dua jenis, yaitu:

 Hadis hasan lidzatih

Ialah hadis yang berkualitas hasan dengan sendirinya.

 Hadis hasan lighairih

Ialah hadis yang pada awalnya dha’if (lemah), namun dengan


adanya hadis sejenis dengan sanad yang berbeda, dapat
mengangkat derajat hadis dha’if menjadi hadis hasan
lighairih.Contohnya terdapat dalam hadis yang diriwayatkan
oleh at-Tirmizi dalam sunannya melalui Syu’bah, dari ‘Ashim ibn
‘Ubaidillah, dari ‘Abdullah bin ‘Amir, ibn Rabi’ah, dari Ayahnya,
bahwa ada seorang perempuan dari Bani Fazarah menikah
dengan ( mahar) sepasang sandal. Lalu Rasulullah bertanya
kepadanya:”Apakah engkau rela buat dirimu dan hartamu,
sepasang sandal itu?.” Kemudian, perempuan itu menjawab:”Ya.
Rela”.Lalu Nabi melangsungkannya.

B. Tingkatan Hadis Hasan

Sama halnya dengan hadis shahih, maka hadis hasan juga


memiliki tingkatan(derajat). Az-zahabi membagi hadis ini menjadi
dua tingkatan:

 Derajat hadis hasan yang tertinggi, ialah hadis yang


diriwayatkan melalui jalur-jalur berikut:

 Bahz ibn Hakim, dari Ayahnya, dari Kakeknya.

11
 ‘Amru ibn Syu’aib dari Ayahnya(Syu’aib ibn Muhammad),
dari Kakeknya(‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-‘Ash).

 Ibnu Ishaq dari at-Taymi.

 Derajat hadis hasan yang rendah,yang masih di


perdebatkan apakah hadis ini dikategorikan sebagai hadis
hasan atau hadis dha’if. Hadis ini diriwayatkan oleh orang-
orang sebagai berikut:al-Harits ibn ‘Abdillah, ‘Ashim ibn
Dhamrah, Hajjaj ibn Artho’ah, dan yang setingkat dengan
mereka.Jadi, jika kita menjumpai hadis dengan isnad
seperti ini, maka kita telah mengetahui bahwa hadis
tersebut statusnya hasan dalam pandangan Ahli Hadis.

3.Hadis Dha’if

Hadis dha’if menempati urutan ketiga dalam pembagian hadis


menurut Hadis dha’if juga dikatakan hadis mardud (yang ditolak) karena
tidak adanya syarat-syarat yang menerimanya untuk di jadikan hujjah.
Tegasnya hadis dha’if adalah hadis yang didapati padanya sesuatu yang
menolaknya. Definisi hadis dha’if adalah: “hadis yang kehilangan satu
syarat atau lebih dari syarat-syarat hadis shahih atau hadis hasan”.

Secara garis besar yang menyebabkan suatu hadis di


golongkan menjadi hadits dhoif di karenakan dua hal, yaitu :

a) Gugurnya rawi dalam sanadnya

b)Adanya cacat pada rawi atau matan.

a. Gugurnya rawi dalam sanadnya

 Hadis mursal adalah hadis yang dalam sanadnya tidak


menyebutkan sahabat nabi, sebagai rawi yang seharusnya
menerima langsung dari Rasulullah SAW.

 Hadis Munqoti’ adalah hadis yang gugur satu atau dua rawi
tidak beriringan menjelang akhir sanadnya. Bila rawi diakhir

12
sanadnya adalah sahabat nabi, maka rawi menjelang akhir
sanad adalah tabi’in. jadi, hadis munqoti’ bukanlah rawi di
tingkat sahabat yang gugur, tetapi minimal gugur seorang
tabi’in.

 Hadis mudhal adalah hadis yang gugur dua orang rawinya


atau lebih secara beriringan dalam sanadnya.

 Hadis Muallaq adalah Keguguran (inqitha’) sanad pada hadis


muallaq dapat terjadi pada sanad yang pertama, pada
seluruh sanad, atau pada seluruh sanad selain sahabat.

b. Hadis Dhoif karena cacat pada rawi atau matan

 Hadis Maudhu’ adalah hadis yang bukan hadis Rasulullah


SAW, tetapi disandarkan kepada beliau oleh orang secara
dusta dan sengaja atau secara keliru tanpa sengaja.

 Hadis Matruk atau Hadis Matruh adalah hadis yang di


riwayatkan oleh orang yang tertuduh pernah berdusta (baik
berkenaan dengan hadis atau mengenai urusan lain), atau
tertuduh pernah mengerjakan maksiat, lalai, atau banyak
fahamnya.

 Hadis Munkar adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang


lemah yang menyalahi (berlawanan) dengan rawi yang kuat
(kepercayaan).

 Hadis Muallal, menurut etimologi, berarti yang terkena ‘ilat


(penyakit atau bencana). Para ulama’ memberi batasan hadis
muallal adalah hadis yang mengandung sebab-sebab
tersembunyi (tidak mudah untuk diketahui) yang menjatuhkan
derajatnya.

 ‘Ilat yang menjatuhkan derajat hadis itu bisa terdapat pada


sanad atau pada matan, serta bisa pada keduanya.

 Hadis Mudraj, dari segi bahasa, berarti hadis yang dimasuki


sisipan. Dari segi istilah hadis mudraj adalah hadis yang
dimasuki sisipan, yang sebenarnya bukan bagian hadis itu.

13
 Hadis Maqlub adalah hadis yang terjadi pemutar balikan pada
matannya atau pada rawi dalam sanadnya atau penukaran
suatu sanad untuk matan yang lain.

 Hadis Syaz dari segi bahasa, berarti hadis yang ganjil. Para
ulama’ memberi batasan hadis syaz adalah hadis yang
diriwayatkan oleh rawi yang dipercaya tetapi hadisnya
berlainan dengan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh
sejumlah rawi yang juga dipercaya.

B. Pembagian Hadis Berdasarkan di terima atau di tolaknya Hadis


Menjadi Hujjah

Dari segi etimologi hujjah berasal dari kata” al-Hujja” yang


bermakna “ tanda, bukti, dalil atau alasan.” Sedangkan dari segi
terminologi suatu dalil yang dapat di gunakan untuk menetapkan
hukum syara’.Hadis yang bisa dijadikan sebagai hujjah itu ada dua,
yaitu: a ) Hadis shahih b) Hadis hasan

Alasannya, mengapa hadis shahih dan hadis hasan dapat di


jadikan hujjah karena kedudukan isnadnya lebih tinggi dibandingkan
hadis dha’if. Semua ahli fiqh sepakat berhujjah dengan kedua hadis
ini kecuali, yang berpendapat aneh.

14
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Bahwa hadis yang di bagi berdasarkan kuantitas perawi itu


ada dua, yaitu: hadis mutawatir dan hadis ahad. Hadis mutawatir
adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak orang. Dan menurut
logika mereka mustahil sepakat untuk berdusta. Hadis ini di bagi
menjadi dua, yaitu:Hadis mutawatir lafzhi dan hadis mutawatir
ma’nawi.Hadis mutawatir lafzhi adalah hadis yang diriwayatkan
oleh banyak orang dengan lafaz dan maknanya sama. Hadis
mutawatir ma’nawi adalah hadis yang tersusun dengan lafaz
berbeda antara periwayat yang satu dengan yang lainnya namun
tujuannya sama. Sedangkan hadis ahad adalah hadis yang
diriwayatkan oleh orang perorangan dua orang atau lebih akan
tetapi belum cukup syarat untuk di masukkan ke dalam kategori
hadis mutawatir. Hadis ini di bagi menjadi tiga, yaitu:Hadis gharib,
‘aziz, dan mashur. Hadis gharib adalah hadis yang hanya
diriwayatkan oleh seorang perawi secara sendiri. Dan tidak di
persyaratkan periwayatan seorang perawi itu terdapat dalam setiap
tingkatan periwayatannya, akan tetapi cukup terdapat pada satu
tingkatan atau lebih. Hadis aziz’ adalah suatu hadis yang
diriwayatkan oleh minimal dua orang walaupun dua orang
periwayat tersebut terdapat pada satu thabaqah.

Hadis mashur artinya hadis yang diriwayatkan oleh tiga


perawi atau lebih pada setiap thabaqah(tingkatan) dan belum
mencapai batas mutawatir. Hadis yang di bagi berdasarkan kualitas
perawi itu ada tiga, yaitu: Hadis shahih, hasan dan dhaif. Hadis
shahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, dabit,
sanadnya bersambung, tidak berpenyakit(‘ilat) dan tidak ada
kejanggalan(syaz). Hadis hasan artinya hadis yang sanadnya
bersambung yang diriwayatkan oleh orang yang adil tetapi kurang
sedikit dabit. Tidak terdapat di dalamnya suatu kejanggalan dan
tidak juga terdapat cacat. Hadis dha’if yaitu hadis mardud, yaitu
hadis yang di tolak dan tidak dapat di jadikan hujjah atau dalil dalam
menetapkan hukum. Sebab, hadis ini kehilangan satu syarat atau
lebih dari syarat-syarat hadis shahih dan hadis hasan.

Hadis yang di terima untuk di jadikan hujjah yaitu: Hadis


shahih dan hadis hasan. Karena syarat dan kriteria yang dimiliki
kedua hadis tersebut telah memenuhi syarat hadis yang dapat di
jadikan hujjah. Sedangkan hadis yang tertolak untuk di jadikan
hujjah adalah hadis dha’if. Karena, hadis dha’if adalah hadis mardud,

15
yaitu hadis yang di tolak dan tidak dapat di jadikan hujjah atau dalil
dalam menetapkan hukum. Sebab, hadis ini kehilangan satu syarat
atau lebih dari syarat-syarat hadis shahih atau hadis hasan.

B.Saran

Dalam pembuatan makalah ini pasti terdapat kesalahan dan kami harap
para pembaca dapat memberikan saran, agar kemudian hari tidak terjadi
kesalahan yang sama.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abd Al-Hady, Abd Al- Muhdy ,Thuruk Takhrij Hadis


Rasulullah SAW. Cet 1 (Kairo: Dar al-I’tisham.1987).
Ahmad, Imtiyaz,Dalail al-Tawsiq al-Mubakkir Li al-Sunnah
Wa al -Hadits Cet 1(Kairo:Dar al-Wafa’,1990).
Al-Arkalani,Ahmad bin Ali bin Hajar Taqrib al-
Tadzhibi,Tahqiq Muhammad Awamah(Damaskus:Dar Ar-
Rasyid,1991 M / 1411 H) .

Al-Bukhari,Abu Abdillah Muhammad bin Ismail (194-256


H), Al-Jami’ Ash-Shahih,Tahqiq:Muhibbudin Al-Khatib, dkk Cet 1
(Kairo:Maktabah Salafiyah, 1400 H).

Al-Baghdadi, Al-Khatib Al-Baghdadi Syaraf Ashab Al-


Hadits Tahqiq:Dr.Muhammad Said Khabib
Aughali(Ankara:Mathba’at Jami’ah Ankara, 1971 M).

17

Anda mungkin juga menyukai