Anda di halaman 1dari 9

HADIS SHAHIH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Dosen Pengajar : Mokh Sya’roni MA.g

Disusun Oleh :

Futihatun Nabila (2204026019)

Aghniya Mutiara Friska (2204026020)

Haikal Furqon (2204026021)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan


semesta alam yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat membuat
dan menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman Jahiliyah menuju zaman yang terang benderang.

Terimakasih kami ucapkan kepada bapak Moh Sya’roni, M.Ag selaku dosen
pengampu mata kuliah Ulumul Hadis yang telah membimbing dan menasehati kami, makalah
ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadis. Kami sadar dalam pembuatan
makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangann, maka dari itu kami
senantiasa menerima kritik dan saran dari dosen pengampu dan teman-teman sekalian untuk
dijadikan bahan acuan evaluasi. Selamat membaca dan mempelajari semoga bermanfaat dan
dapat meningkatkan rasa keimanan kita kepada Allah SWT.

Senin, 3 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I 4

PENDAHULUAN 4

A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN 4

BAB II 5

PEMBAHASAN 5

A. PENGERTIAN DAN KRITERIA HADIS SHAHIH 5


B. MACAM-MACAM HADIS SHAHIH 6
C. HUKUM KEHUJJAHAN HADIS SHAHIH 7
D. KITAB-KITAB YANG MEMUAT HADIS SHAHIH 7

BAB III 8

PENUTUP 8

A. KESIMPULAN 8
B. SARAN 8

DAFTAR PUSTAKA 9

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah

Kajian ilmu hadis pada aspek pemahaman hadis, secara umum masih sangat
terkurung pada aspek historis. Ini berarti bahwa berbagai penyelesaian persoalan kehadisan
sering dipadakan atau dianggap selesai dengan pendekatan kritik sanad dan matan untuk
menentukan shahih tidaknya suatu hadis.1

Hadis merupakan perkataan, perbuatan, dan ketetapan nabi Muhammad saw. Di


rekam di dalam kitab hadis. Hadis memiliki tiga macam dan pastinya banyak dari masyarakat
mengetahuinya, yakni hadis shahih, hadis hasan, dan hadis dhaif. Dalam menentukan
kategori macam sebuah hadis pasti tersusun dari berbagai unsur agar terciptanya hadis yang
shahih dan dapat dijadikan sebagai sumber hukum. Di dalam unsur hadis tersebut salah
satunya adalah teori sosial. Teori sosial ini merupakan salah satu faktor penting dalam
memahami hadis karena ada beberapa persoalan buatan manusia yang tidak lepas dari hadis.

Beberapa orang mempunyai pemahaman yang kurang baik terhadap sebagian hadis
sehingga menimbulkan permusuhan dan kekerasan.

2. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar berlakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka merumuskan
masalah penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana memahami hadis shahih dengan benar,
sehingga tidak menimbulkan masalah sosial.

3. Tujuan Penulisan

Kita sebagai seorang muslim harus memupuk dan mempelajari ilmu hadis guna untuk
memilah dan memilih hadis shohih ataupun yang lainnya, juga dapat mengetahui apakah
hadis tersebut shohih, hasan, atau dhoif. Mengingat hadis adalah sumber yang kedua sebagai
rujukan hukum, tentunya hadis tersebut harus memiliki status yang benar/shohih. Hadis
dinyatakan shohih apabila memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan, diantaranya
sanadnya muttasil, rowi bersifat adil, dhobit, tidak ada syadz, terhindar dari illat. Dengan
begitu dapat dipahami bahwa hadis shohih merupakan hadis yang disandarkan kepada nabi
Muhammad Saw baik berupa ucapan perkataan, dan ketetapan.

1
Daniel juneid, Paradigma Baru Studi Ilmu Hadis, (Banda Aceh: Ctra Karya, 2002), hal.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Kriteria Hadis Shohih

Kata hadis sahih menurut bahasa berasal dari bahasa Arab as-shahih,bentuk plural-nya
ashihha’ dan berakar kata pada shahha. Dari segi bahasa, kata ini memiliki beberapa arti,
diantaranya: (1) selamat dari penyakit, (2) bebas dari aib/cacat. Sedang pengertian hadis
adalah khabar (berita).

Dari segi istilah, para ulama berpendapat bahawa hadis sahih adalah: “hadis yang
sanadnya bersambung (sampai kepada Nabi Muhammad), diriwayatkan oleh (periwayat)
yang ‘adil dan dhabith sampai akhir sanad,(didalam hadis itu) tanpa adanya kejanggalan dan
kecacatan.

Dari penjelasan definisi diatas dapat diketahui perkara-perkara yang wajib ada agar
menjadi hadis sahih adalah :

1. Sanadnya bersambung.
2. Periwayatnya harus adil.
3. Periwayatnya harus cerdas (dhabit).
4. Sanad dan matan hadis terhindar dari syadz.
5. Sanad dan matan hadis terhindar dari illat.

Contohnya :

‫ عن محمِد بن‬, ‫ عن ابِن ِش هاٍب‬, ‫ أخبرنامالٌك‬: ‫ قال‬, ‫ (( َح َّد ثنا عبُد هّللا بٌن يوسَف‬: ‫ َقاَل‬, ‫َم اَأْخ َر َج ُه الُبَخ ِر ْي ِفي َص ِح ْيِحِه‬
)) ‫ سمعُت رسول هّللا ﷺ قرأفي المْغ ِر ِب بالُّط وِر‬: ‫ قال‬, ‫ عن أبيِه‬, ‫ُج َبْيِر ابِن ُم ْطِع ٍم‬

Hadis ini disebut hadis sahih, karena :

1. Sanadnya bersambung, Salah satu kriteria suatu hadits dikatakan shahih adalah jika
sanadnya bersambung. Masing-masing perawi benar-benar mendengar langsung dari
perawi di atasnya. Sedangkan sanad dari hadis di atas terdapat perawi dari Abdullah
bin Yusuf sampai Jubair bin Mut’im adalah : Malik ibn Anas, Ibn Syihab Az-zuhri,
dan Muhammad bin Jubair, Jubair bin Mut’im.

Abdullah bin Yusuf mendengar lansung dari Malik ibn Anas, Malik ibn Anas
mendengar langsung dari Ibn Syihab Az-zuhri, Ibn Syihab Az-zuhri mendengar
langsung dari Muhammad bin Jubair, Muhammad bin Jubair mendengar langsung
dari Jubair bin Mut’im.

Jika ditelusuri dalam kitab-kitab biografi para perawi hadits, akan bisa dipastikan
bahwa masing-masing perawi itu memang benar-benar pernah mendengar hadits
(berguru) pada perawi yang setingkat di atasnya.

5
2. Perawi harus adil dan dhabith, para perawi hadis tersebut adalah adil dan dhabit. Hal
tersebut telah diteliti oleh para Ulama Jarh dan Ulama Ta’dil dengan perincian
keterangannya sebagai berikut :

1) ‘Abd Allah ibn Yusuf adalah seorang yang tsiqat dan mutqan.
2) Malik ibn Anas adalah Imam Hafizh.
3) Ibn Syihab adalah seorang faqih, hafidz, muttafaq ‘ala jalalatih, dan itqanihi.
4) Muhammad ibn Jubair adalah tsiqat
5) Jubair ibn Muth’im adalah sahabat, dan para ahli hadis telah sepakat menyatakan
keadilan para sahabat.

3. Hadis tersebut tidak syadz, karena tidak dijumpai haadis lain yang lebih kuat yang
berlawanan dengannya.
4. Tidak terdapat padanya ‘illat

B. Macam-macam Hadis Shohih

Dalam hadis shohih terdapat dua macam, yaitu Shahih Lidzatihi dan Shahih Lighairihi

1. Hadis Shahih Lidzatihi

Hadis yang dirinya sendiri telah memenuhi kriteria ke-shahih-an sebagaimana yang
disebutkan di atas, dan tidak memerlukan penguat dari yang lainnya. Pengertian dan contoh
hadis Hadis Shahih Lidzatihi adalah sebagaimana yang telah diuraikan terdahulu tentang
Hadis Shahih.

2. Hadis Shahih Lighairihi

Disebut Hadis shahih lighairihi karena ke-shahih-annya tidaklah berdasarkan pada sanad-nya
sendiri tetapi berdasarkan dukungan sanad yang lain yang sama kedudukannya dengan sanad-
nya atau lebih kuat daripadannya. Contoh dari Hadis Shahih Lighairihi :

‫ َل ْو اَل َأْن َأُش َّق َع َلى ُاَّمِتْي‬: ‫َحِد ْيُث ُمَحَّمٍد ْبِن َع ْم ٍر و َع ْن َأِبي َس َلَم َة َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َاَّن َر ُس ْو َل ِهللا َص لى هللا َع َلْي ِه َو َس َلَم َق اَل‬
}‫ {رواه الترمذي‬.‫َأَلَم ْر ُتُهْم ِبالِّس َو اِك ِع ْنَد ُك ِّل َص اَل ٍة‬

Hadis yang diriwayatkan oleh Muhammad ibn ‘Amrin dari Abu Salamah dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah SAW. Bersabda : jikalau tidaklah memberatkan atas umatku niscaya aku
akan memerintahkan mereka untuk ber-siwak setiap hendak shalat. (HR Tirmidzi)

Hadis di atas diriwayatkan juga oleh Bukhari dan muslim melalui jalan abu Zanad dari al-
A’raj dari Abu Hurairah.

Ibn al-shalah mengatakan bahwa Muhammad ibn ‘Amr ibn ‘Alqamah adalah dikenal dengan
sifat al-shidqi dan al-shiyanah, tetapi dia bukanlah seorang yang itqan (kuat hafalan),

6
sehingga sebagian Ulama melemahkannya karena kekurangan hafalannya tersebut. Akan
tetapi, sebagian Ulama yang lain menguatkannya karena sifat shidqi dan shiyanah yang
dimilikinya. Dengan demikian, maka Hadisnya dinyatakan sebagai hadis hasan. Akan tetapi,
karena Hadis tersebut diriwayatkan juga melalui jalan yang lain, maka kelemahan pada
perawi di atas dapat tertutupi, sehingga hadisnya yang melalui jalan yang lain tersebut
dinyatakan sebagai hadis shahih lighairihi.2

C. Hukum dan Status Kehujjahan Hadis Shahih

Para ulama Hadis, demikian juga para Ulama Ushul Fiqh dan Fuqaha, sepakat
menyatakan bahwa hukum Hadis Shahih adalah wajib untuk menerima dan
mengamalkannya. Hadis Shahih adalah hujjah dan dalil dalam penerapan hukum syara’, oleh
karena itu tidak ada alasan bagi setiap Muslim untuk meninggalkannya.

D. Kitab-Kitab Yang Memuat tentang Hadis Shahih

Kitab-kitab itu diantaranya adalah :

1. Al-Muwaththa’ merupakan kitab hadis shahih pertama yang disusun oleh seorang
mujtahid mutlak yaitu Imam Malik (93-179 H/712-798 M).
2. Shahih Bukhori, Disusun oleh Abu ‘Abd Allah Muhammad ibn ismai’l ibn Ibrahim ibn
al-Mughirah al-Bukhari (194-256 H)
3. Shahih Muslim, disusun oleh Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Nisaburi
(202-275 H)

2
DR. Nawir Yuslem, MA, Uumul Hadis, PT Mutiara Sumber Widya, hlm.218

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadis shahih merupakan hadis yang memiliki tingkatan yang paling tinggi. Untuk
menentukan hadis shahih atau tidak bisa diketahui dengan melihat kriteria-kriteria hadis
shahih sanadnya bersambung, perawinya adil dan dhabith, sanad dan matannya terhindar
dari syadz dan illat (cacat).

Jika dilihat dari fungsi hadis yaitu sebagai hujjah tidak perlu diragukan lagi karena
hadis shahih merupakan hadis yang memiliki kualitas paling tinggi.

B. Saran

Kami sadar dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangann, maka dari itu kami berharap dosen dan teman-teman memberikan kritik dan
saran untuk dijadikan bahan acuan evaluasi. Selamat membaca dan mempelajari semoga
bermanfaat dan dapat meningkatkan rasa keimanan kita kepada Allah SWT.

8
DAFTAR PUSTAKA

Suryadilaga,M. Alfatih, /Ulumul Hadis,(2010), Yogyakarta : Teras.

Dr. Nuruddin ‘tr, /Ulumul Hadist, ( 2012 ), Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Yuslem Nawir, /Ulumul Hadist, ( 2001 ), : PT Mutiara Sumber Widya.

Anda mungkin juga menyukai