Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami syukur kami, sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah ini Alhamdulilah selesai. Sholawat serta salam tak lupa
kami curahkan kepada bimbingan besar kita nabi akhir zaman, nabi Muhammad
SAW yang kita nantikan syafaatnya di yaumul Qiyamah nanti.

Makalah yang berjudul "HADITS DARI SISI KUANTITAS DAN


KUALITASNYA" makalah ini menjelaskan tentang pembagian hadits menurut
kualitas dan kuantitasnya yang pada makalah ini kami susun secara terperinci.

Akhir kata semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi penulis dan
pembaca. Dalam penyusunan makalah ini kami mohon maaf apabila banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat Kami harapkan
dosen dan teman-teman. Sekian yang dapat kami sampaikan terima kasih banyak.

Tulungagung, 19 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANATAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Hadits Dari Sisi Kuantitasnya


B. Hadits Dari Sisi Kualitasnya

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadist adalah segala perkataan, perbuatan, serta ketetapan dan persetujuan


dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan salah satu sumber hukum dalam
agama Islam.

Seiring dengan banyaknya hadist dari berbagai sumber yang telah tersebar,
maka untuk mendapatkan hadist yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai
sumber hukum tentunya tidaklah mudah, masih banyak umat muslim yang belum
paham tentang pembagian hadist, di dalam makalah ini penulis akan
menyampaikan pembagian hadist dari segi kuantitas dan kualitas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembagian hadist berdasarkan kuantitas perawi?
2. Bagaimana pembagian hadist berdasarkan kualitas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih jelas tentang pembagian hadist berdasarkan
kuantitas dan kualitasnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Dari Sisi Kuantitasnya
1. HADITS MUTAWATIR

“Hadits yang diriwayatkan oleh banyak perawi yang menurut


kebiasaan, mereka terhindar dari kesepakatan bersama untuk
melakukan kebohongan”

Dangan kata lain, hadits mutawatir adalah yang diriwayatkan oleh


perawi yang banyak dalamsetiap tingkatan sanatnya, hingga menurut akal
tidak mungkin para perawi tersebut sepakat untuk berdusta dan memalsukan
hadits. Semua perawi mendasarkan peristiwanya pada sesuatu yang dapat
diketahui secara indrawi, seperti pendengaran, penglihatan, dan lainnya.

SYARAT HADITS MUTAWATIR :

a. Diriwayatkan oleh banayk perawi. Muhaditsin (ahli hadits) berbeda


pendapat mengenai jumlah minimal perawinya. Abu Thayib menentukan
minimal 4 orang,adapun Syaikh Dr. Mahmud ath-Thahhan memiliki
pendapat yang menyebutkan jumlah minimalnya adalah 10 orang rawi.
b. Jumlah Rawi. Sebagaimana yang disebutkan di poin diatas tersebut,
terdapat di setiap tingkatan sanad.
c. Menurut kebiasaan mustahil para perawi bersepakat untuk berbohong.
Misalnya, karena masing-masing mereka berada di Negara yang berbeda,
bangsa yang berbeda, atau dari berbagai madzhab yang berbeda.
d. Penyandaran hadits tersebut dilakukan melalui indra; seperti kami
mendengar; kami melihat ; atau kami menyentuh;. Adapun jika
penyandaran hadits tersebut berdasarkan akal, seperti perkataan ‘menurut
aku’, maka hadits seperti ini tidak bisa disebut sebagai hadits mutaatir.
e. Simbang jumlah perawi srjak dalam thabaqat (lapisan/ tingkatan)
pertaman maupun thabaqat berikutnya.
Hadits mutawatir yang memenuhi syarat-syarat seperti ini tidak
banayk jumlahnya, bahkan Ibnu Hibban dan Al-Hazimi menyatakan bahawa
hadits mutawatir tidak aka nada karena persyaratan yang begitu ketatnya.
Sedangkan Ibnu Shalah berpendapat bahwa hadits mutawatir itu memang ada,
tetapi jumlahnya hanya sedikit. Ibnu Hajar Al-Asqalani menyatakan tidak
benar jika ketatnya syarat hadits mutawatir sedikit bahkan tidak adanya hadits
mutawatir. Menurutnya, bila mau menela’ah lebih dalam jalan-jalan hadits,
pelaku, sifat-sifatperawi yang dapat menjadikan hadits layak menjadi hadits
mutawatir itu banyak jumlahnya sebagaimana dikemukakan dalam kitab-kitab
yang terkenal. Bahkan ada beberapa kitab yang khusus menghimpun hadits-
hadits mutawatir, seperti Al-Azharu al-Mutanawatir, susnan imam As-Suyuti
(911 H) Nadmu al-Mutasir Mina al-Haditsi al-Mutawatir, susunan Muhamad
Abdullah bin Ja’far Al-Khattani (1345 H).

Hadits mutawatir ini memiliki kekuatan hokum yang pasti karena


ketatnya syarat yang diterapkan untuk mencapai derajatnya.

MACAM-MACAM HADITS MUTAWATIR :

a. Mutawatir Lafzhi

Yaitu hadits yang mutawatir lafazh dan maknanya. Misalkan hadits :

َّ َ‫ار ِمنَ َم ْق َع َدهُ فَ ْليَتَبَو َّْأ ُمتَ َع ِّمدًا َعل‬


َ ‫ى َك َذ‬
‫ب َم ْن‬ ِ َّ‫الن‬

“Siapa yang dengan sengaja berdusta atas namaku maka dia telah
mempersiapkan tempatnya dineraka” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari 70 orang sahabat, dan jumlah rawi
yang sangat banyak ini berlanjut (bahkan bertambah) pada setiap tingktan
sanad yang dibawanya.

b. Mutawatir maknawi
yaitu hadits yang maknanya Mutawatir namun nafasnya tidak kisahnya hadits
tentang mengangkat kedua tangan ketika berdoa diriwayatkan dari nabi
Muhammad kurang lebih 100 hadis yang masing-masing hadis menyebutkan
bahwa Nabi Muhammad mengangkat kedua tangan beliau ketika berdoa
namun dalam keadaan yang berbeda Suatu kondisi tersebut tidak Mutawatir
namun keadaan yang selalu ada yaitu mengangkat tangan ketika berdoa
hukumnya Mutawatir berdasarkan pengumpulan banyak jalur peristiwa yang
ada

c. Mutawatir ‘Amaly

Sesuatu yang mudah dapat diketahui bahwa hal itu berasal dari agama dan
telah mutawattir di antara kaum muslimin bahwa nabi melakukannya atau
memerintahkannya untuk melakukannya atau sejenis dengan itu contoh kita
melihat di mana saja bahwa salat zuhur dilakukan dengan jumlah rakaat 4 dan
kita tahu bahwa hal itu adalah perbuatan yang diperintahkan oleh Islam dan
kita mempunyai sangkaan kuat bahwa Nabi Muhammad melakukannya atau
memberitakan yang demikian itu.

1. Hadits Ahad

suatu hadis dalam kurung yang jumlah pembeli pemberitaannya tidak


mencapai jumlah pemberitaan Hadis Mutawatir baik pemberita itu seorang,
dua orang, tiga orang, empat orang, 5 orang dan seterusnya tetapi jumlah
tersebut tidak memberikan pengertian bahwa hadits tersebut masuk ke dalam
Hadis Mutawatir.

Macam-macam hadis Ahad.

a. Hadits masyhur hadis yang diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih pada
setiap thabaqah (tingkatan) tetapi belum mencapai batasan Mutawatir.
b. Hadits-hadits yang baunya tidak lebih dari 2 orang dalam suatu thabaqat
sanad.
c. Hadits gharib hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi secara
sendiri.

Pembagian dari Hadits gharib

c1. Ghorib Muthlaq disebut juga al-Fardul-Muthlaq

Yaitu bilamana kesendirian (qharabah) riwayat an terhadap para asal


sanad sahabat titik misalnya hadis Nabi Muhammad " bahwa setiap
perbuatan itu tergantung pada niatnya" (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini diriwayatkan sendiri oleh Umar Bin al-khattab, lalu darinya
hadis ini diriwayatkan oleh 'Alqamah. Muhammad bin Ibrahim lalu
meriwayatkan dari 'Alqamah. Kemudian Yahya bin Sa'id meriwayatkan
dari Muhammad bin Ibrahim. Kemudian setelah itu diriwayatkan oleh
banyak perawi melalui Yahya Bin Sa'id. Dalam ghorib muthlaq ini
menjadi pegangan adalah apabila seorang shahabat hanya sendiri
meriwayatkan sebuah hadits.

c2. Gharib Nisbi, disebut juga Al-Fardu-Nisbi

Yaitu apabila kegores ban terjadi pada pertengahan sanadnya doa,


bukan pada asal sanadnya. Maksudnya satu hadis yang diriwayatkan oleh
lebih dari 1 orang perawi pada awal sanadnya, kemudian dari semua
perawi itu hadis ini diriwayatkan oleh hadis ini diriwayatkan oleh satu
orang perawi satu orang perawi saja yang mengambil dari para perawi
tersebut. Misalnya: hadits Malik, dari Az-Zuhri (Ibnu Syihab), dari Anas:
"Rasulillah SAW memerintahkan kepada kami agar kita membaca Al-
fatihah dan surat yang mudah di Alquran". Hadits ini hanya diriwayatkan
oleh Malik dari Az-Zuhri. Dinamakan dengan gharib nisbi karena
kesendirian periwayatan hanya terjadi pada perawi tertentu.
B. Hadits Dari Sisi Kualitasnya
1. HADITS SHAHIH

" yaitu hadits yang muttasil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang
adil dan dhabith (daya ingat) sempurna dibandingkan selainnya, terbebas dari
kejanggalan (syadz) dan cacat ('ilat)".

Syarat-syarat Hadits Shahih

a. Diriwayatkan oleh perawi yang adil.


b. Kedhobitan perawinya sempurna.
c. Sanadnya bersambung.
d. Tidak ada cacat atau 'ilat.
e. Matannya tidak syaz atau janggal.

Macam-macam Hadits Shahih

a. Shohih lidzatihi

Yaitu hadits shohih yang mempunyai syarat-syarat di atas.

Contohnya, Rasulullah SAW bersabda:

" Islam itu dibangun diatas lima perkara; syahadat bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat,
menunaikan zakat, puasa bulan Romadhon dan haji".

b. Shahih lighairihi

Hadits yang kadar garamnya kurang hafidz dan dhabih tetapi mereka masih
terkenal sebagai orang yang jujur hingga hadisnya derajat hasan. Namun
kemudian ditemukan hadis-hadis itu dari jalur lain yang serupa atau lebih
kuat, yang dapat menutupi kekurangan ada pada jalur rawi sebelumnya.

Contoh hadis shahih lighairihi


" Seandainya aku tidak merusakkan umatku, pastinya aku memerintahkan
mereka untuk menggosok gigi tiap akan shalat."(HR. Bukhari Muslim)

Hadits ini bila kita Sadarkan riwayatnya dari Bukhari dan Muslim, menjadi
hadits yang shohih dengan sendirinya. Karena keduanya meriwayatkan dari
jalan Al-A'raj bin Hurmuz (117 H) dari Abu Hurairah. Namun bila kita lihat
lewat jalur periwayatan At-Tirmidzi, maka hadits ini statusnya menjadi shohih
lighairihi (menjadi shohih karena ada hadis lainnya yang shohih). Berbeda
dengan Bukhari dan Muslim, At-Tirmidzi mau dibayarkan hadits ini lewat
jalur Muhammad bin Amir yang kurang kuat ingatannya. Lewat jalur Abu
Salamah dan Abu Hurairah. Maka segala riwayatnya dianggap Hasan saja.
Namun karena adanya riwayat yang shahih dari jalur lain, maka jadilah hadits
ini shohih lighairihi.

2. Hadits Hasan

Macam-macam hadits Hasan :

a. Hasil lidzatihi

Adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil tapi hafalannya kurang
sempurna dengan sanad bersambung dan tidak terdapat keganjilan dan
kecacatan. Jadi, tidak ada perbedaan antara hadits ini dengan Hadits shahih
lidzatihi kecuali dalam satu persyaratan, yaitu hadits hasan lidzatihi itu kalah
dari sisi hafalan. Perkataan nabi Muhammad SAW "Shalat itu dibuka dengan
bersuci, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam."

b. Hasan Lighairihi

Adalah Hadits yang dha'ifnya ringan dan memiliki beberapa jalan yang bisa
saling menguatkan satu dengan yang lainnya karena menimbang didalamnya
tidak ada pendustaan atau rawi yang pernah tertutup membuat hadits palsu.
Misalnya, hadits dari Umar bin Khattab berkata bahwasannya Nabi
Muhammad SAW jika mengangkat kedua tangannya Dalam Doa maka beliau
tidak menurunkannya hingga mengusap kedua tangan ke wajahnya. (HR.
Tirmidzi) Ibnu Hajar dan Bulughul Maram berkata, " hadits ini memiliki
banyak hadis penguat dari riwayat Abu Daud dan yang selainnya. Gabungan
hadis-hadis tersebut mentut agar hadis tersebut dinilai sebagai hadis hasan.
Dan dinamakan hasan lighoirihi karena jika hanya melihat masing-masing
sanadnya secara terpisah maka hadis tersebut tidak mencapai derajat hasan.
Namun, lihat keseluruhan jalur periwayatan, maka hadis tersebut menjadi kuat
hingga mencapai derajat hasan.

3. HADITS DHA'IF

Hadis Dhaif ialah hadis yang tidak mengenal sifat-sifat hadits shahih, dan
tidak pula memiliki sifat-sifat hasan.

Sebab-sebab hadits dha'if

a. Karena gugurnya rawi

Yang di maksud dengan gugurnya rawi adalah tidak adanya satu atau
beberapa rawi, yang seharusnya ada dalam suatu sanad, baik pada permulaan
sanad, maupun pada pertengahan atau artinya. Ada beberapa nama bagi hadits
dha'if yang disebabkan karena gugurnya rawi, antara lain yaitu: hadits mursal,
hadits munqathi', hadits mu'dhal, dan hadits mu'allaq.

a1. Hadits Mursal

Hadits mursal menurut bahasa, berarti hadits yang terlepas. Para ulama
memberikan batasan bahwa hadits mursal adalah Hadits yang gugur roknya di
akhir sanad. Yang dimaksud dengan rawi di akhir salat ialah rawi pada
tingkatan sahabat yang merupakan orang pertama yang meriwayatkan hadits
dari Rasulullah (penentuan awal dan akhir sanad adalah dengan melihat dari
rawi yang terdekat dengan imam yang membukukan hadits, seperti Bukhari,
sampai kepada rawi yang terdekat pada Rasulullah).Jadi, hadits mursal adalah
hadits yang dalam sanadnya tidak menyebabkan sahabat Nabi, sebagai rawi
yang seharusnya menerima langsung dari Rasul.

a2.Hadits Munqathi'

Hadits Munqathi' menurut etimologi adalah Hadits yang terputus. Dampak


memberikan batasan bahwa hadis munqathi' adalah Hadits yang gugur satu
atau dua orang rawi tanpa beriringan menjelang akhir sanadnya. Bila rawi di
akhir sanad adalah sahabat Nabi, negara rawu menjelang akhir sanad adalah
tabi'in. Bilangan dua rawi yang gugur, maka kedua rawit tersebut tidak
beriringan, dan salah satu dari dua rawi yang gugur itu adalah tabi'in.

a3. Hadits Mu'dhal

Menurut bahasa, hadits mu'dhal adalah hadits yang sulit dipahami. Mu'dhal
adalah hadits yang gugur dua orang rawinya, atau lebih, sejarah berdirinya
dalam sanadnya.

a4. Hadits Mu'allaq

Menurut bahasa, hadits Mu'allaq berarti hadits yang tergantung.


Batasan para ulama tentang hadits ini ialah hadits yang gugur satu rawi atau
lebih dari awal sanad atau bisa juga bila semua rawinya digugurkan (tidak
disebutkan).

b. Karena cacat pada matan dan rawi.

Banyak macam cacat yang dapat menimpa rawi ataupun matan.


Seperti pendusta, fasiq, tidak dikenal, dan berbuat bid'ah yang masing-masing
dapat menghilangkan sifat adil pada rawi. Sering keliru, banyak waham
(keraguan), hafalan yang buruk, atau lalai dalam mengusahakan hafalannya,
menyalahi rawi-rawi yang dipercaya. Ini dapat menghilangkan sifat dhabith
pada perawi. Adapun cacat pada matan, misalnya terdapat sisipan di tengah-
tengah lafaz hadis atau diputarbalikkan sehingga memberikan pengertian yang
berbeda dari maksud lafaz hadis sebenarnya.

Ada berapa nama bagi hadits dha'if yang karena cacatnya pada Rawi atau
matan:

b1. Haduts Maudhu'

Menurut bahasa, hadits ini memiliki pengertian hadits palsu atau


dibuat-buat. Para ulama memberikan batasan bahwa hadis maudhu' ialah
hadits yang bukan berasal dari Rasulullah. Tetapi disandarkan kepada dirinya.
Golongan-golongan pembuat hadits palsu yakni musuh-musuh Islam dan
tersebar pada abad-abad permulaan sejarah umat Islam, yakni kaum Yahudi
dan Nasrani, orang-orang munafik, zidiq, atau sangat fanatik terhadap
golongan golongan politiknya, mazhabnya, atau bangsanya.

b2. Hadits Matruk atau Hadits Mathruh

Hadits ini, menurut bahasa berarti hadits yang ditinggalkan atau


dibuang. Para ulama memberikan batasan bahwa hadits matruk adalah hadits
yang diriwayatkan oleh orang-orang yang pernah dituduh dusta (berkenaan
dengan hadis ataupun mengenai urusan lain), atau pernah melakukan maksiat,
lalai, atau banyak wahamnya.

b3. Hadits Munkar

Hadits munkar, secara bahasa berarti hadits yang diingkari atau tidak
dikenal. Batasan yang diberikan para ulama bahwa hadits munkar ialah hadis
yang diriwayatkan oleh rawi yang lemah atau menyalahi perawi yang kuat.

b4. Hadits Mu'allal


Menurut bahasa, hadits mu'allal berarti hadis yang terkena 'ilat. Para
ulama memberi batasan bahwa hadits ini adalah hadits yang mengandung
sebab-sebab tersembunyi, 'ilan yang menjatuhkan itu bisa terdapat pada sanad,
matan, ataupun keduanya.

b5. Hadits Mudraj

Hadits ini memiliki pengertian hadits yang dimasukkan sisipan, yang


sbenarnya bukan bagian dari hadits itu. Contoh, Rasulullah bersabda: " saya
adalah za'im (dan za'im adalah penanggung jawab) orang yang beriman
kepadaku, dan berhijrah; dengan tempat tinggal di taman surga". Kalimat
akhir dari hadis tersebut adalah sisipan (dengan tempat tinggal di taman
surga), karena tidak termasuk sabda Rasulullah.

b6. Hadits Muqlub

Menurut bahasa, berarti hadits yang diputarbalikkan. Para ulama


menerangkan bahwa terjadi pemutarbalikan pada matannya atau pada nama
rawi sanadnya atau penukaran suatu sanad untuk matan yang lain.

b7. Hadits Syadz

Secara bahasa, berarti hadis yang ganjil. Batasan yang diberikan para
ulama, hadits syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang
dipercaya, tapi habis itu berlainan dengan hadits-hadits yang diriwayatkan
oleh sejumlah rawi yang dipercaya. Haditsnya mengandung keganjilan
dibandingkan dengan hadits-hadits lain yang kuat. Itu bis apa dan sanad,
matan ataupun keduanya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, pembagian hadist bila diteliti dari segi kuantitas perawinya
terbagi menjadi dua, yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad. Hadist
mutawatir sendiri terbagi lagi menjadi tiga macam, yaitu mutawatir lafzhi,
mutawatir maknawi, dan mutawatir ‘amaly. Tidak hanya hadits mutawatir,
hadits ahad juga terbagi menjadi dua macam juga, yaitu hadits masyhur,
dan hadits gharib.
Sedangkan hadits bila diteliti dari segi kualitasnya terbagi menjadi
tiga, yaitu hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhaif. Hadits dhaif tidak
dapat dijadikan sebagai sumber hukum dalam agama islam karena tidak
memenuhi unsur daripada hadits itu sendiri.

B. Saran
Untuk mempelajari ilmu hadits hendaklah benar-benar mengetahui
unsur, pembagian, keshahihan yang terdapat pada hadits itu sendiri, agar
tidak terdapatnya keraguan dalam diri kita untuk menyampaikan kepada
orang lain,terutama kepada umat muslim yang masih belum memahami
suatu hadits.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai