Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami syukur kami, sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah ini Alhamdulilah selesai. Sholawat serta salam tak lupa
kami curahkan kepada bimbingan besar kita nabi akhir zaman, nabi Muhammad
SAW yang kita nantikan syafaatnya di yaumul Qiyamah nanti.
Akhir kata semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi penulis dan
pembaca. Dalam penyusunan makalah ini kami mohon maaf apabila banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat Kami harapkan
dosen dan teman-teman. Sekian yang dapat kami sampaikan terima kasih banyak.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan banyaknya hadist dari berbagai sumber yang telah tersebar,
maka untuk mendapatkan hadist yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai
sumber hukum tentunya tidaklah mudah, masih banyak umat muslim yang belum
paham tentang pembagian hadist, di dalam makalah ini penulis akan
menyampaikan pembagian hadist dari segi kuantitas dan kualitas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembagian hadist berdasarkan kuantitas perawi?
2. Bagaimana pembagian hadist berdasarkan kualitas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih jelas tentang pembagian hadist berdasarkan
kuantitas dan kualitasnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Dari Sisi Kuantitasnya
1. HADITS MUTAWATIR
a. Mutawatir Lafzhi
“Siapa yang dengan sengaja berdusta atas namaku maka dia telah
mempersiapkan tempatnya dineraka” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari 70 orang sahabat, dan jumlah rawi
yang sangat banyak ini berlanjut (bahkan bertambah) pada setiap tingktan
sanad yang dibawanya.
b. Mutawatir maknawi
yaitu hadits yang maknanya Mutawatir namun nafasnya tidak kisahnya hadits
tentang mengangkat kedua tangan ketika berdoa diriwayatkan dari nabi
Muhammad kurang lebih 100 hadis yang masing-masing hadis menyebutkan
bahwa Nabi Muhammad mengangkat kedua tangan beliau ketika berdoa
namun dalam keadaan yang berbeda Suatu kondisi tersebut tidak Mutawatir
namun keadaan yang selalu ada yaitu mengangkat tangan ketika berdoa
hukumnya Mutawatir berdasarkan pengumpulan banyak jalur peristiwa yang
ada
c. Mutawatir ‘Amaly
Sesuatu yang mudah dapat diketahui bahwa hal itu berasal dari agama dan
telah mutawattir di antara kaum muslimin bahwa nabi melakukannya atau
memerintahkannya untuk melakukannya atau sejenis dengan itu contoh kita
melihat di mana saja bahwa salat zuhur dilakukan dengan jumlah rakaat 4 dan
kita tahu bahwa hal itu adalah perbuatan yang diperintahkan oleh Islam dan
kita mempunyai sangkaan kuat bahwa Nabi Muhammad melakukannya atau
memberitakan yang demikian itu.
1. Hadits Ahad
a. Hadits masyhur hadis yang diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih pada
setiap thabaqah (tingkatan) tetapi belum mencapai batasan Mutawatir.
b. Hadits-hadits yang baunya tidak lebih dari 2 orang dalam suatu thabaqat
sanad.
c. Hadits gharib hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi secara
sendiri.
Hadis ini diriwayatkan sendiri oleh Umar Bin al-khattab, lalu darinya
hadis ini diriwayatkan oleh 'Alqamah. Muhammad bin Ibrahim lalu
meriwayatkan dari 'Alqamah. Kemudian Yahya bin Sa'id meriwayatkan
dari Muhammad bin Ibrahim. Kemudian setelah itu diriwayatkan oleh
banyak perawi melalui Yahya Bin Sa'id. Dalam ghorib muthlaq ini
menjadi pegangan adalah apabila seorang shahabat hanya sendiri
meriwayatkan sebuah hadits.
" yaitu hadits yang muttasil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang
adil dan dhabith (daya ingat) sempurna dibandingkan selainnya, terbebas dari
kejanggalan (syadz) dan cacat ('ilat)".
a. Shohih lidzatihi
" Islam itu dibangun diatas lima perkara; syahadat bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat,
menunaikan zakat, puasa bulan Romadhon dan haji".
b. Shahih lighairihi
Hadits yang kadar garamnya kurang hafidz dan dhabih tetapi mereka masih
terkenal sebagai orang yang jujur hingga hadisnya derajat hasan. Namun
kemudian ditemukan hadis-hadis itu dari jalur lain yang serupa atau lebih
kuat, yang dapat menutupi kekurangan ada pada jalur rawi sebelumnya.
Hadits ini bila kita Sadarkan riwayatnya dari Bukhari dan Muslim, menjadi
hadits yang shohih dengan sendirinya. Karena keduanya meriwayatkan dari
jalan Al-A'raj bin Hurmuz (117 H) dari Abu Hurairah. Namun bila kita lihat
lewat jalur periwayatan At-Tirmidzi, maka hadits ini statusnya menjadi shohih
lighairihi (menjadi shohih karena ada hadis lainnya yang shohih). Berbeda
dengan Bukhari dan Muslim, At-Tirmidzi mau dibayarkan hadits ini lewat
jalur Muhammad bin Amir yang kurang kuat ingatannya. Lewat jalur Abu
Salamah dan Abu Hurairah. Maka segala riwayatnya dianggap Hasan saja.
Namun karena adanya riwayat yang shahih dari jalur lain, maka jadilah hadits
ini shohih lighairihi.
2. Hadits Hasan
a. Hasil lidzatihi
Adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil tapi hafalannya kurang
sempurna dengan sanad bersambung dan tidak terdapat keganjilan dan
kecacatan. Jadi, tidak ada perbedaan antara hadits ini dengan Hadits shahih
lidzatihi kecuali dalam satu persyaratan, yaitu hadits hasan lidzatihi itu kalah
dari sisi hafalan. Perkataan nabi Muhammad SAW "Shalat itu dibuka dengan
bersuci, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam."
b. Hasan Lighairihi
Adalah Hadits yang dha'ifnya ringan dan memiliki beberapa jalan yang bisa
saling menguatkan satu dengan yang lainnya karena menimbang didalamnya
tidak ada pendustaan atau rawi yang pernah tertutup membuat hadits palsu.
Misalnya, hadits dari Umar bin Khattab berkata bahwasannya Nabi
Muhammad SAW jika mengangkat kedua tangannya Dalam Doa maka beliau
tidak menurunkannya hingga mengusap kedua tangan ke wajahnya. (HR.
Tirmidzi) Ibnu Hajar dan Bulughul Maram berkata, " hadits ini memiliki
banyak hadis penguat dari riwayat Abu Daud dan yang selainnya. Gabungan
hadis-hadis tersebut mentut agar hadis tersebut dinilai sebagai hadis hasan.
Dan dinamakan hasan lighoirihi karena jika hanya melihat masing-masing
sanadnya secara terpisah maka hadis tersebut tidak mencapai derajat hasan.
Namun, lihat keseluruhan jalur periwayatan, maka hadis tersebut menjadi kuat
hingga mencapai derajat hasan.
3. HADITS DHA'IF
Hadis Dhaif ialah hadis yang tidak mengenal sifat-sifat hadits shahih, dan
tidak pula memiliki sifat-sifat hasan.
Yang di maksud dengan gugurnya rawi adalah tidak adanya satu atau
beberapa rawi, yang seharusnya ada dalam suatu sanad, baik pada permulaan
sanad, maupun pada pertengahan atau artinya. Ada beberapa nama bagi hadits
dha'if yang disebabkan karena gugurnya rawi, antara lain yaitu: hadits mursal,
hadits munqathi', hadits mu'dhal, dan hadits mu'allaq.
Hadits mursal menurut bahasa, berarti hadits yang terlepas. Para ulama
memberikan batasan bahwa hadits mursal adalah Hadits yang gugur roknya di
akhir sanad. Yang dimaksud dengan rawi di akhir salat ialah rawi pada
tingkatan sahabat yang merupakan orang pertama yang meriwayatkan hadits
dari Rasulullah (penentuan awal dan akhir sanad adalah dengan melihat dari
rawi yang terdekat dengan imam yang membukukan hadits, seperti Bukhari,
sampai kepada rawi yang terdekat pada Rasulullah).Jadi, hadits mursal adalah
hadits yang dalam sanadnya tidak menyebabkan sahabat Nabi, sebagai rawi
yang seharusnya menerima langsung dari Rasul.
a2.Hadits Munqathi'
Menurut bahasa, hadits mu'dhal adalah hadits yang sulit dipahami. Mu'dhal
adalah hadits yang gugur dua orang rawinya, atau lebih, sejarah berdirinya
dalam sanadnya.
Ada berapa nama bagi hadits dha'if yang karena cacatnya pada Rawi atau
matan:
Hadits munkar, secara bahasa berarti hadits yang diingkari atau tidak
dikenal. Batasan yang diberikan para ulama bahwa hadits munkar ialah hadis
yang diriwayatkan oleh rawi yang lemah atau menyalahi perawi yang kuat.
Secara bahasa, berarti hadis yang ganjil. Batasan yang diberikan para
ulama, hadits syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang
dipercaya, tapi habis itu berlainan dengan hadits-hadits yang diriwayatkan
oleh sejumlah rawi yang dipercaya. Haditsnya mengandung keganjilan
dibandingkan dengan hadits-hadits lain yang kuat. Itu bis apa dan sanad,
matan ataupun keduanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, pembagian hadist bila diteliti dari segi kuantitas perawinya
terbagi menjadi dua, yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad. Hadist
mutawatir sendiri terbagi lagi menjadi tiga macam, yaitu mutawatir lafzhi,
mutawatir maknawi, dan mutawatir ‘amaly. Tidak hanya hadits mutawatir,
hadits ahad juga terbagi menjadi dua macam juga, yaitu hadits masyhur,
dan hadits gharib.
Sedangkan hadits bila diteliti dari segi kualitasnya terbagi menjadi
tiga, yaitu hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhaif. Hadits dhaif tidak
dapat dijadikan sebagai sumber hukum dalam agama islam karena tidak
memenuhi unsur daripada hadits itu sendiri.
B. Saran
Untuk mempelajari ilmu hadits hendaklah benar-benar mengetahui
unsur, pembagian, keshahihan yang terdapat pada hadits itu sendiri, agar
tidak terdapatnya keraguan dalam diri kita untuk menyampaikan kepada
orang lain,terutama kepada umat muslim yang masih belum memahami
suatu hadits.
DAFTAR PUSTAKA