Anda di halaman 1dari 243

SEMESTER GASAL

FAKULTAS HUKUM UNTAN & FAKULTAS HUKUM UMP


PONTIANAK
PART 1
Jawaban atas pertanyaan tersebut
berkaitan dengan perkembangan konsep
Negara Hukum yang terjadi di negara-
negara di dunia., perlu dipahami terlebih
dahuli

• Konsep negara hukum


• Proposisi Konsep Negara Hukum
• Konsep negara hukum pertamakali
digagas oleh Plato dalam bukunya
Nomoi, plato menyatakan bahwa
penyelenggaraan negara yang baik
adalah yang didasarkan pada
pengaturan (hukum) yang baik.
• Gagasan negara hukum yang
dikemukakan oleh Plato, dipertegas oleh
muridnya Aristoteles dalam bukunya
Politica, ia menyatakan bahwa suatu
negara yang baik adalah negara yang
diperintah dengan konstitusi dan
berkedaulatan hukum.
• PEMERINTAHAN BERKONSTITUSI
• Menurutnya ada tiga pemerintahan yang
berkonstitusi yaitu:
PEMERINTAHAN BERKONSTITUSI
1.Pemerintah dilaksanakan untuk kepentingan
umum,
2.Pemerintah dilaksanakan menurut hukum yang
berdasarkan ketentuan-ketentuan umum, bukan
hukum yang dibuat sewenang-wenang yang
mengenyampingkan konvensi dan konstitusi,
3.Pemerintahan berkonstitusi berarti
pemerintahan dilaksanakan atas kehendak rakyat.
KONSEP NEGARA HUKUM ABAD KE 19
• Pada abat ke 19 muncul konsep negara hukum
yang dikemukakan oleh F.J Stahl.
• F.J. Stahl dengan konsep Negara Hukum Formal
menyusun unsur-unsur Negara hukum adalah :
a. Mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia;
b.Untuk melindungi hak asasi tersebut maka
penyelenggaraan Negara harus berdasarkan pada
teori trias politica (adanya pembagian kekuasaan);
c..Dalam menjalankan tugasnya, pemerintah
berdasar atas undang-undang (wetmatig bestuur);
(legalitas dalam segala bentuknya);
d.Apabila dalam menjalankan tugasnya berdasarkan
undang-undang pemerintah masih melanggar hak
asasi (campur tangan pemerintah dalam kehidupan
pribadi seseorang), maka ada pengadilan
administrasi negara yang akan menyelesaikannya.)
Konsep Negara hukum Anglo saxon
•Di Inggris berkembang konsep Negara hukum Anglo
saxon yang menggunakan istilah “The rule of law”
untuk menyebut Negara hukum, seperti yang
dikemukakan oleh Albert Ven Dicey mengenai unsure-
unsur Negara hokum yaitu:
•1.    Tunduk pada Supremacy of Law;
•2.      Equality before the Law;
•3.      Menjamin dan melindungi HAM.
Mengapa Timbul Konsep Negara Hukum ?

• Negara hukum timbul merupakan reaksi


terhadap pemerintahan yang absolute
sebagai perjuangan untuk menegakkan dan
memberikan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia (HAM) dengan tujuan untuk
menghapuskan system pemerintahan yang
absolute.
• Negara Polisi (Polizei Staat).
• Pada tipe Negara ini Raja berkedudukan diatas
warga Negara dan hubungan antara Raja dengan
warga Negara sifatnya sepihak dalam arti Raja
yang menentukan segalanya, rakyat tidak diikutkan
untuk menentukan hubungan kedua belah pihak.
• Dalam hal ini dikaitkan dengan pengertian HAN
menurut pendapat Utrecht yaitu “himpunan
peraturan-peraturan tertentu yang menjadi
sebab Negara berfungsi (bereaksi), maka
peraturan-peraturan itu mengatur hubungan
antara tiap-tiap warga (Negara) dengan
pemerintahnya”..
• Jadi yang dimaksud dengan HAN disini adalah
peraturan yang mengatur antara kedua belah
pihak (warga Negara dengan pemerintah), bukan
bersifat sepihak. Maka dapat dikatakan bahwa
HAN belum dikenal dalam tipe Negara ini, karena
segala sesuatu ditentukan oleh Raja, kalau ada
namun belum berperan.
• Negara tidak mencampuri segi kehidupan warganya baik
dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan dll. Hal ini
dikarenakan dengan campur tangannya pemerintah (Negara)
kedalam segi kehidupan warganya dapat mengakibatkan
kurangnya “kemerdekaan individu” (hak individu di junjung
tinggi). Pada tipe Negara ini timbul semboyan “laissez faire
laissez passer” yang maksudnya”biarkanlah berbuat
biarkanlah lewat”, pemerintah hanya bertindak apabila terjadi
pelanggaran hukum saja (hak warga yang dilanggar).
• Pekerjaan HAN dalam tipe Negara ini hanya membuat dan
mempertahankan hukum, meskipun demikian dalam tipe
Negara hukum seperti ini HAN mulai muncul meskipun masih
terbatas. (dalam tipe Negara ini adanya peradilan administrasi
Negara –f.j stahl)
• Negara hukum formal (liberal)

• Dalam tipe Negara seperti ini Negara tidak


dibenarkan untuk campur tangan dalam
penyelenggaraan kepentingan umum,
terkesan antara Negara dan warga Negara
dipisahkan secara tegas.
NEGARA HUKUM MATERIL
welfare staat
• Negara hukum dalam arti materil (luas) atau Negara kesejahteraan (welfare
staat).
• Dalam tipe Negara ini , Negara tidak hanya menjaga keamanan saja akan
tetapi aktif turut serta dalam urusan kemasyarakatan (warga Negara) demi
kesejahteraan rakyat. Dengan demikian tugas pemerintah dalam
menyelenggarakan kepentingan masyarakat (umum) menjadi sangat luas.
Kemungkinan melanggar kepentingan masyarakat yang dilakukan oleh
perangkat Negara sangat besar.
• Oleh karena itulah untuk melaksanakan kompleknya urusan yang menjadi
tanggungjawabnya, maka administrasi Negara memerlukan
kemerdekaan yaitu kemerdekaan bertindak atas inisiatif
sendiri terutama dalam penyelesaian masalah penting
dan mendesak yang belum ada atau tidak jelas
peraturannya. Dengan demikian dalam tipe Negara ini peranan HAN
sangat dominant sehingga dapat dibayangkan bagi Negara hukum
modern (welfare staat) tanpa adanya HAN.
Istilah dan pengertian Hukum
Administrasi negara
Dalam literatur Hukum Administrasi Negara ada 3
Istilah yang digunakan yaitu:

1. Hukum Administrasi negara

2. Hukum Tata Pemerintahan.

3. Hukum Tata Usaha Negara


Munculnya 3 istilah ini disebabkan, karena perbedaan
dalam menterjemahkan dari istilah asalnya, yaitu
Administratief Recht dan Bestuursrecht
ISTILAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA& ILMU
ADMINISTRASI NEGARA
A. Istilah
-Hukum Administrasi Negara HAN  FAK HUKUM
-Hukum Tata Pemerintah AN
-Hukum Tatausaha Negara IAN  FAK ISIP

HAN IAN
 Istilah:  Istilah:
 Administrative Law;  Public Administration.
 Administratief Recht/ (Public = Negara)
BestuurRecht  Organisasi & managemen dr mns
 Vervaltung Recht; & benda guna mencapai 7-an
 Droit Administrarif pem. Pem = keseluruhan cab2nya
(E,L,Y)
(tanpa Negara)
 Peraturan-peraturan yg bersangkut  Cab ilmu Administrasi Umum
paut dg pem neg
 Cab ilmu Sosial
Kesepakatan para pengajar ,1973

• Kesepakatan pengajar Hukum Administrasi di


Indonesia pada pertemuan di Cibulan pada
tanggal 26-28 Maret 1973 mengunakan Istilah
Hukum Administrasi Negara.
• Istilah ini HAN memiliki pengertian yang luas,
yang memungkinkan membuka arah dalam
pengembangan ilmu hukum administrasi
kemajuan pembangunan negara RI.
• Penyusunan kurikulum Inti Fakultas Hukum
pada tahun 1983 mengunakan istilah
Hukum Administrasi Negara.
• UU Nomor 5 Tahun 1986 jo UU Nomor 9
Tahun 2004 tentang peradilan Tata Usaha
Negara, mengunakan istilah HTUN.
• Pasal 144 UU Nomor 5 Tahun 1986
menyebutkan bahwa UU ini dapat disebut
UU Peradilan Administrasi
negara.
Hukum Administrasi Negara
Menurut Van Vollenhoven memberikan definisi Hukum
Administrasi Negara sebagai berikut :
Hukum Administrasi Negara itu merupakan kelanjutan dari
Hukum Tata Negara, yaitu bahwa Hukum Administrasi
Negara mewujudkan tugas dari Hukum Tata Negara artinya
bahwa HTN memberikan wewenang kepada badan-badan
kenegaraan yang kemudian berdasarkan wewenangnya itu,
masing-masing badan kenegaraan itu melakukan pelbagai
perbuatan, baik perbuatan membuat peraturan, maupun
perbuatan-perbuatan yang menyelesaikan suatu peristiwa
konkrit tertentu berupa pemberian keputusan-keputusan
yang disebut ketetapan-ketetapan, dan ini semua
dilakukannya dalam usaha melaksanakan “bestuurszorg”nya,
sebagai tugas pokok dari Administrasi Negara Dalam arti
luas.
Administrasi Negara, Ali Mufiz menyebutkan ada dua pola pemikiran
yang berbeda tentang administrasi negara yaitu:

Pola Pemikiran Pertama


Memandang administrasi Negara sebagai satu kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah, khususnya oleh lembaga eksekutif.

Marshall Edward Dimock dan Gladys Ogden Dimock (1964), yang


mengutif definisi W.F. Willougby, yaitu bahwa fungsi administrasi
adalah fungsi untuk secara nyata mengatur pelaksanaan hukum
yang dibuat oleh lembaga legislative dan ditafsirkan oleh lembaga
yudikatif.

Pola Pemikiran Kedua


Pola kedua menyatakan bahwa administrasi Negara lebih luas
daripada sekedar membahas aktivitas-aktivitas lembaga eksekutif
saja. Artinya Administrasi Negara meliput seluruh aktivitas dari
ketiga cabang pemerintahan, mencakup baik lembaga eksekutif
maupun lembaga legislative dan yudikatif, yang semuanya bermuara
pada fungsi untuk memberikan pelayanan publik. J.M. Priftner
berpendapat bahwa administrasi Negara adalah koordinasi dari
usaha-saha kolektif yang dimaksudkan untuk melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah.
Arti Hukum Administrasi Negara

Menurut E. Utrecht objek hukum


administrasi negara adalah semua
perbuatan yang tidak termasuk tugas mengadili,
meskipun mungkin tugas itu dilakukan oleh badan
di luar eksekutif, bagi HAN yang penting bukan
siapa yang menjalankan tugas itu, tetapi adalah
masuk ke (bidang) manakah tugas itu.
Selain itu hukum administrasi negara merupakan
himpunan peraturan-peraturan istimewa
Asas-Asas Hukum Administrasi Negara

• Asas legalitas, bahwa setiap perbuatan Administrasi


berdasarkan hukum
• Asas tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan atau dengan isrilah
lain asas tidak boleh melakukan DETOURNE MENT de POUVOIR
• Asas tidak boleh menyerobot wewenang badan Administrasi Negara
yang satu oleh yang lainnya atau di sebut asas EXES DE POUVOIR
• Asas kesamaan hak bagi setiap penduduk negara atau disebut asas
diskriminatif
• Asas upaya memaksa atau bersanksi sebagai jaminan pentaatan
kepada hukum Administrasi Negara
• Asas kepastian hukum
• Asas keadilan sosial
• Asas orang yang tepat ditempat yang tepat (The right man in the
righ place)
• Asas persatuan dan kesatuan
• Asas batal karena kecerobohan
• Asas kebebasan atau asas Freies Ernessen
Pengertian Administrasi, Tata
Usaha dan Pemerintah
• Pengertian administrasi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu administrasi dalam
arti luas dan dalam arti sempit.
1. Dalam arti luas yatu :
• Suatu kegiatan dari sekelompok manusia
mengadakan usaha kerja sama untuk
mencapai tujuan bersama (H.A. Simon)
• Gabungan jabatan-jabatan (Complex
ambten) administrasi yang berada dibawah
pimpinan pemerintah melaksanakan tugas
yang tidak ditugaskan kepada badan
peradilan dan legislatif. (Utrecht)
• Administrasi Negara sebagai:
a. Aparatur negara, Aparatur Pemerintah, meliputi
semua organ yang melaksanakan kekuasaan
pemerintah/eksekutif.
b. Sebagai fungsi atau aktivitas, yaitu kegiatan
mengurus kepentingan negara.
c. Sebagai proses teknis penyelenggaraan Undang-
undang, artinya segala tindakan aparatur negara
dalam menjalankan undang-undang.( CST. Kansil)
2. Administrasi dalam arti Sempit

• Administrasi dalam arti sempit yaitu segala


kegiatan tulis menulis, catat-mencatat,
surat-menyurat, ketik- mengketik serta
penyimpanan dan pengurusan masalah-
masalah yang hanya bersifat teknis
ketatausahaan (tata usaha).
• Administrasi dalam arti sempit =
pengertian tata usaha.
Pengertian Pemerintah
• Pengertian pemerintah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
• Pemerintah dalam arti luas yaitu meliputi semua
badan yang menyelenggarakan semua kekuasaan di dalam
negara baik eksekutif , legeslatif maupun yudikatif (seperti
teori trias politica)
• Pemerintah dalam arti sempit yaitu organ negara
yang diserahi tugas tugas pemerintahan atau melaksanakan
undang-udang (eksekutif).
Pengertian Hukum Administrasi Negara

• Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang


mengatur hubungan hukum antara alat perlengkapan
negara yang satu dengan alat perlengkapan negara yang
lain dan hubungan hukum antara alat perlengkapan
negara dengan perseorangan privat. ( Utrecht).
• Hukum Administrasi Negara adalah sekumpulan
peraturan hukum yang mengikat alat perlengkapan yang
tinggi dan yang rendah dalam rangka alat-alat
perlengkapan mengunakan wewenang
yang telah ditetapkan oleh HTN.(Van
Vollenhoven)
Ciri-ciri Hukum Administrasi Negara
• Merupakan hukum yang memberikan
pembatasan terhadap kebebasan
pemerintah.
• memberikan jaminan bagi warga negara
atau masyarakat yang taat kepada
pemerintah.
• Membebani kewajiban bagi warga negara
yang taat kepada pemerintah.
• Memperluas dan mempertegas batasan
wewenang pemerintah.
PART 2
Perbedaan antara Hukun
Administrasi Negara dengan Ilmu
Administrasi negara
• Hukum administrasi negara menitik beratkan
pada pengaturan terhadap hubungan-
hubungan hukum antara pemerintah
dengan warga negara (pengaturan,
pengendalian dan perlindungan
hukum).
• Jadi lebih bersifat melaksanakan peraturan
perundang-undangan (eksekutif).
Bedanya dengan Ilmu Administrasi Negara

• Ilmu Administrasi negara merupakan studi mengenai


bagaimana macam-macam bandan pemerintahan diorganisir,
diperlengkapi dengan tenaga-tenaganya, dibiayai, digerakkan dan
dipimpin. Atau
• Ilmu yang mempelajari pelaksanaan dari politik negara.
• Jadi Ilmu Administrasi Negara lebih menekankan penyelenggaraan
seluruh kegiatan negara (legeslatif, eksekutif dan yudikatif).
• Dengan demikian IAN lebih luas dari HAN.
• HAN memandang administrasi sebagai aparatur
pelaksana atau penyelenggara serta aktivitas
penyelenggara UU, sedangkan IAN memandang
administrasi (pemerintahan) sebagai fenomena
sosial, yakni aparatur penyelenggara dan
aktivitas-aktivitas penyelenggara kebijaksanaan-
kebijaksanaan, tugas, kehendak-kehendak dan
tujuan-tujuan pemerintah.
• HAN dikaji dari persfektif kepustakaan
hukum, sedangkan IAN dikaji dari
kepustakaan ilmu administrasi dan ilmu
sosial.
Hubungan antara HTN dengan HAN
• Pada mulanya antara HTN dan HAN merupakan satu
cabang ilmu yang bernama Staats en Administratief recht,
kemudian pada tahun 1946 diadakan pemisahan, dan
kedua cabang ilmu tersebut berdiri sendiri.
• Hubungan antara HTN dengan HAN
diantara para sarjana ternyata terdapat
perbedaan pandangan yaitu ada sarjana
yang menganggap bahwa antara HTN
dengan HAN mempunyai perbedaan prinsip,
namun ada sarjana lain yang menganggap
tidak ada perbedaan prinsip.
Kelompok sarjana yang membedakan secara
prinsip diantaranya:
• Oppenheim, Van Vollenhoven, Logeman dan
Van Praag.
• Menurut Oppenheim HTN adalah sekumpulan peraturan
hukum yang membentuk alat-alat perlengkapan negara dan
aturan yang memberi wewenang kepada alat-alat
perlengkapan negara dan membagi-bagikan tugas pekerjaan
pemmerintahan modern antara beberapa alat perlengkapan
negara di tingkat tinggi dan tingkat rendah. Atau dengan kata
lain negara dalam keadaan diam.
• HAN adalah sekumpulan peraturan hukum yang mengikat alat-alat
perlengkapan negara yang tinggi dan yang rendah dalam rangka alat
perlengkapan negara mengunakan wewenang yang telah ditetapkan oleh
HTN. Dengan demikian HAN merupakan aturan-aturan
mengenai negara dalam keadaan bergerak.
• Van Vollenhoven dengan teori residunya menyatakan bahwa yang
termasuk HAN adalah sisa dari semua peraturan hukum nasional sesudah
di kurangi denga HTN materiil, pidana materiil dan perdata materiil.
• Menurut Logeman HTN adalah mempelajari hubungan
kompetensi sedangkan HAN adalah mempelajari hubungan
istimewa.
• HTN mempelajari tentang:
1. Jabatan-jabatab yabg ada dalam suatu negara.
2. Siapakah yang mengadakan jabatan
3. Dengan cara bagimana jabatan itu ditempati oleh
pejabat.
4. Fungsi jabatan-jabatan,
5. Kekuasaan hukum jabatan-jabatan.
6. Hubungan antar masing-masing jabatan.
7. Dalam batas-batas manakah oran negara dapat
melaksanakan tugasnya.
Sedangkan HAN merupakan pelajaran tentang hubungan
istimewa, yang mempelajari bentuk, sifat, dan akibat
hukum yang ditimbulkan karena perbuatan-perbuatan
hukum istimewa yang dilakukan pejabat dalam
melaksanakan tugasnya
Kelompok yang tidak membedakan
secara prinsip antara lain:
• Kranenburg, Prins, Vigting, dan Van der Pot.
• Menurut Kranenburg hubungan antara HTN dengan HAN
seperti hubungan BW (KUH perdata) dengan WvK (Hukum
dagang) yakni hubungan umum dan khusus.
• HTN adalah peraturan-peraturan hukum
yang mengandung struktur umum, misalnya
UUD, UU organik mengenai desentralisasi,
sedangkan HAN merupakan peraturan-
peraturan khusus, UU kepegawaian, pajak,
perburuhan dsb.
Objek studi ilmu hukum administrasi negara

• Objek material
Yang di maksud dengan objek material dalam studi hukum
Administrasi Negara adalah manusia, dalam hal ini adalah aparat
pemerintah atau aparat Administrasi Negara sebagai pihak yang
memerintah dan warga masyarakat atau suatu badan hukum privat
sebagai pihak yang diperintah. Antara kedua pihak ada hubungan
hukum publik, bukan hubungan privat.

• Objek formal
Yang dimaksud dengan objek formal adalah perilaku atau
kegiatan atau pula keputusan hukum badan pemerintah, baik yang
bersifat peraturan (regeling) maupun yang bersifat ketetapan
(beschikking).
OBJEK KAJIANNYA
1. Jabatan pemerintahan
2. Sifat jabatan pemerintahan
3. Akibat tindakan jabatan.
4. Kedudukan hukum jabatan
5. Tugas dan wewenang jabatan.
6. Pengisian jabatan.
7. Pembatalan jabatan.
8. Landasan yuridis kewenangan jabatan,
SUMBER-SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

• Sumber Hukum adalah segala sesuatu yang


dapat menimbulkan aturan hukum serta tempat
diketemukan aturan hukum.
• Sumber hukum dapat dilihat dari faktor-faktor yang
mempengaruhi isi hukum dan dilihat dari
bentuknya.
• Dengan demikian terdapat dua jenis sumber hukum
yaitu sumber hukum material dan sumber hukum
formal.
• Sumber hukum material adalah segala
sesuatu atau faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi isi hukum.
• Faktor-faktor tersebut adalah
1. Faktor filosofis.
2. Faktor sosiologis.
3. Faktor historis.
Faktor Filosofis
• Dari sudut filsafat ada dua masalah penting yang
dapat menjadi sumber hukum yaitu:
1. Ukuran untuk menentukan bahwa sesuatu itu
bersifat adil. Karena hukum itu dimaksudkan
antara lain untuk mewujudkan keadilan, maka hal-
hal yang secara filosofis dianggap adil dijadikan
sebagai sumber hukum materiil.
2. Faktor-faktor yang mendorong seseorang tunduk
pada hukum. Oleh sebab itu faktor-faktor yang
secara filosofis dapat mendorong seseorang taat
pada hukum harus diperhatikan dalam pembuatan
aturan hukum positif.
Faktor Sosiologis
• Faktor sosiologis adalah faktor-faktor yang
ada dalam kehidupan masyarakat misalnya
pendangan tentang ekonomi, agama dan
psikologi. Dari faktor-faktor ini akan diperoleh
hukum yang sesuai dengn kenyataan
masyarakat.
Faktor Historis
• Dari faktor historis ada dua jenis sumber
hukum yaitu:
1. Undang-undang dan sistem hukum tertulis yang
pernah berlaku pada masa lampau di suatu tempat.
Unsur-unsur yang baik dari sistem hukum yang lampau
dapat dijadikan materi hukum positif.
2. Dokumen-dokumen dan surat-surat serta keterangan-
keterangan dari masa itu, sehingga dapat diperoleh
gambaran tentang hukum yang berlaku pada masa itu
yang mungkin dapat diterima untuk dijadikan hukum
positif.
Sumber Hukum Formal
• Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang
berasal dari aturan-aturan hukum yang sudah
mempunyai bentuk sebagai pernyataan berlakunya
hukum.
• Sumber hukum formal HAN adalah :
1. Undang-undang
2. Praktek Administrasi Negara (konvensi)
3. Yurisprudensi
4. Doktrin
UU sebagai Sumber Hukum Formal HAN
• Menurut Paul Laban UU dapat diartikan secara formal dan
material.
• UU dalam arti Formal adalah setiap peraturan yang isinya dikaitkan
dengan cara dan lembaga yang membuatnya.

• Di Indonesia UU dalam arti formal adalah peraturan yang dibuat


dengan cara tertentu dan lembaga tertentun dalam hal ini dibuat
oleh DPR bersama Presiden, diluar itu bukan UU dalam arti formal.

• UU dalam arti materiil adalah penetapan kaidah hukum secara


tegas, sehingga kaidah hukum itu memiliki sifat mengikat. Atau
dengan kata lain setiap keputusan pemerintah yang isinya
mengikat langsung pada penduduk/warga negara.
• Dengan demikian maka produk hukum yang meskipun
bentuknya bukan UU, akan tetapi jika isinya mengikat
langsung seluruh rakyat maka peraturan tersebut
merupakan UU dalam arti materiil.
• Peraturan yang termasuk dalam UU dalam arti materiil
meliputi : UUD, UU/Perpu, PP, perpres, perda. dll.
• Dapat disimpulkan bahwa UU sebagai sumber Hukum
Formal HAN adalah UU dalam arti materiil.
• Dengan demikian sumber hukum formal
HAN di Indonesia adalah
1.UUD 1945
2.TAP MPR
3.UU/PERPU
4.PP
5.PERPRES
6.PERDA
(Pasal 7 UU No. 12 Tahun 2011)
Kebiasaan/Praktek Administrasi Negara
(Konvensi)

• Konvensi sebagai sumber hukum HAN adalah praktek


dan keputusan-keputusan pejabat administrasi negara
atau hukum yang tidak tertulis tetapi dipraktekan dalam
kenyataan oleh pejabat administrasi negara.
• Konvensi ini penting mengingat HAN itu senantiasa
dinamis dan seringkali dituntut perubahaanya oleh
situasi. Perubahan tersebut sulit diimbangi dengan
lahirnya hukum tertulis, oleh karena itu sangat diperlukan
lembaga konvensi sebagai hukum tidak tertulis.
Yurisprudensi
• Keputusan hakim yang dapat menjadi
sumber hukum Administrasi negara adalah
Putusan Hakim Administrasi Negara atau
hakim umum yang memutus perkara
Administrasi Negara.
Doktrin
• Doktrin dapat menjadi sumber hukum formal
HAN, karena pendapat para ahli tersebut
dapat terori-teori dalam lapangan hukum
administrasi negara yang kemudian dapat
mendorong timbulnya kaidah-kaidah HAN.
PART 3
PERBUATAN PEMERINTAH
TERDIRI DARI :
A. PERBUATAN NYATA ATAU
FEITELIJKE HANDELINGEN
B. PERBUATAN HUKUM ATAU
RECHTS HANDELINGEN
A. PERBUATAN NYATA (FEITELIJKE HANDELINGEN) ADALAH

• PERBUATAN YANG DILAKUKAN OLEH PEJABAT TATA


USAHA NEGARA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN
NYATA,YANG TIDAK MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM.
• CONTOHNYA ADALAH PERESMIAN PEMBANGUNAN
GEDUNG, JEMBATAN, JALAN DAN UPACARA-
UPACARA LAIN-LAIN
B.PERBUATAN HUKUM ATAU RECHTS HANDELINGEN

• PERBUATAN HUKUM ADALAH PERBUATAN YANG DIMAKSUDKAN


UNTUK MENIMBULKAN HUBUNGAN HUKUM DAN PADA AKHIRNYA
AKAN MELAHIRKAN AKIBAT HUKUM YANG BERUPA HAK DAN
KEWAJIBAN.
• PERBUATAN HUKUM DAPAT DIBAGI MENJADI 2 YAITU:
1. PERBUATAN HUKUM PUBLIK
2. PERBUATAN HUKUM PRIVAT/PERDATA

AD.1. PERBUATAN HUKUM PUBLIK ADALAH PERBUATAN HUKUM


YANG DIDASARKAN PADA KEHENDAK SATU PIHAN YAITU
PEMERINTAH.
AD.2. PERBUATAN HUKUM PRIVAT ADALAH PERBUATAN HUKUM YANG
DIDASARKAN PADA KEHENDAK DARI PARA PIHAK.
PENYELENGGARAAN URUSAN
PEMERINTAH
• BADAN-BADAN ATAU PEJABAT TATA USAHA NEGARA DALAM
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAPAT BERTINDAK MELALUI
DUA MACAM PERAN YAITU;
1. SELAKU PELAKU HUKUM PUBLIK (PUBLIC ACTOR) YANG
MENJALANKAN KEKUASAAN BUBLIK (PUBLIC
AUTHORITY) YANG DIJELMAKAN DALAM KUALITAS
PENGUASA, SEPERTI BADAN-BADAN TATA USAHA NEGARA DAN PELBAGAI
JABATAN YANG DISERAHI WEWENANG PENGUNAAN KEKUASAAN PUBLIK
ATAU HUKUM PUBLIK.
2. SELAKU PELAKU HUKUM PERDATA (CIVIL ACTOR) YANG
MELAKUKAN PELBAGAI PERBUATAN HUKUM
KEPERDATAAN (PRIVAAT RECHTSTELIJK HANDELINGEN),
SEPERTI HALNYA MENGIKAT PERJANJIAN JUAL BELI, SEWA MENYEWA,
PEMBORONGAN DAN SEBAGAINYA, YANG DIJELMAKAN DALAM KUALITAS
DALAM BADAN HUKUM (LEGAL PERSON).
AD.1 PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN MENURUT
HUKUM PUBLIK

• YANG DIMAKSUD DENGAN PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN MENURUT


HUKUM PUBLIK ADALAH TINDAKAN HUKUM TATA USAHA NEGARA YANG
DILAKUKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TATA USAHA NEGARA DALAM
RANGKA MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN/ KEPENTINGAN UMUM.
• MENURUT PRAYUDI ADMOSUDIRDJO ADA EMPAT MACAM TINDAKAN ATAU
PERBUATAN HUKUM (RECHT HANDELINGEN) DARI PEJABAT TATA USAHA
NEGARA YAITU::
1. PENETAPAN/KEPUTUSAN (BESCHIKKING)
2. RENCANA (PLAN)
3. NORMA JABARAN (CONCRETE NORMGEVING)
4. LEGESLASI SEMU (PSEUDO WETGEVING)
1. KEPUTUSAN /PENETAPAN
( BESCHIKKING)

• KEPUTUSAN/PENETAPAN/KETETAPAN
ADALAH SUATU PENETAPAN TERTULIS YANG
DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT
TATA USAHA NEGARA YANG BERISI
TINDAKAN HUKUM TATA USAHA NEGARA
YANG BERDASARKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU,
YANG BERSIFAT KONKRIT, INDIVIDUAL, DAN
FINAL YANG MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM
BAGI SESEORANG DAN BADAN HUKUM
PERDATA. (PASAL 1 ANGKA 3 UU NO. 5 TAHUN 1986)
UNSUR –UNSUR NYA

1. PENETAPAN TERTULIS
• SYARAT TERTULIS DARI SUATU PENETAPAN TIDAK
DITUJUKAN PADA BENTUK FORMALNYA, TETAPI DITUJUKAN
PADA ISI ATAU SUBSTANSI DARI KEPUTUSAN TERSEBUT.
• PERSYARATAN TERTULIS INI DIMAKSUDKAN UNTUK
MEMPERMUDAH DALAM PERBUKTIAN APABILA TERJADI
SENGKETA ANTARA PEMERINTAH DENGAN RAKYATNYA
SEBAGAI AKIBAT DIKELUARKANNYA SUATU KEPUTUSAN.
2. DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TATA
USAHA NEGARA

• YANG DIMAKSUD DENGAN BADAN ATAU PEJABAT


TATA USAHA NEGARA ADALAH BADAN ATAU PEJABAT
DI PUSAT DAN DAERAH YANG MELAKSANAKAN
KEGIATAN YANG BERSIFAR EKSEKUTIF.
3. BERISI TINDAKAN HUKUM TATA USAHA NERARA

• TINDAKAN HUKUM TATA USAHA NEGARA ADALAH PERBUATAN


HUKUM BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG BERSUMBER PADA
SUATU KETENTUAN HUKUM TATA USAHA NEGARA YANG DAPAT
MENIMBULKAN HAK DAN KEWAJIBAN KEPADA ORANG LAIN
4. BERDASARKANM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG BERLAKU

• ARTINYA BAHWA KEPUTUSAN ITU HARUS


DIDASARKAN PADA KEWENANGAN DARI
PEJABAT TATA USAHA NEGARA ,SEDANGKAN
KEWENANGAN PEJABAT TERSEBUT TENTUNYA
BERSUMBER PADA PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG BERLAKU.
• ATAU DENGAN KATA LAIN BAHWA KEPUTUSAN
ITU BERFUNGSI UNTUK MELAKSANAKAN
PERATURAN YANG BERSIFAT UMUM. JADI
HARUS ADA PERATURAN YANG MENJADI
DASARNYA.
5. BERSIFAT KONKRIT, INDIVIDUAL DAN FINAL
• KONKRIT ARTINYA OBJEK YANG DIPUTUSKAN DALAM KTUN TIDAK ABSTRK,
TETAPI BERWUJUD TERTENTU ATAU DAPAT DITENTUKAN, SEPERTI IMB,
SIUP, DLL.
• INDIVIDUAL ARTINYA TIDAK DITUJUKAN UNTUK UMUM, TETAPI TERTENTU
BAIK ALAMAT MAUPUN YANG DITUJU, JIKA LEBIH DARI SEORANG HARUS
DISEBUTKAN SATU PERSATU DALAM KEPUTUSAN.
• FINAL ARTIMYA KEPUTUSAN TERSEBUT SUDAH DEFINITIF DAN KARENANYA
MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM.
6. MENIBULKAN AKIBAT HUKUM BAGI SESEORANG ATAU
BADAN HUKUM PERDATA

• AKIBAT HUKUM DALAM HAL INI ADALAH


MENIMBULKAN HAK DAN KEWAJIBAN KEPADA
SESEORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA YANG
TERKENA KEPUTUSAN TERSEBUT.
Pembatasan Pengertian KTUN
• Pasal 2 UU No. 5 tahun 1986
• Yang tidak termasuk dalam KTUN adalah :
1. KTUN yang merupakan perbuatan hukum perdata.
2. KTUN yang merupakan pengaturan yang bersifat umum.
3. KTUN yang masih memerlukan persetujuan instansi
atasan atau isntansi lain.
4. KTUN yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan KUHP
atau KUHAP.
5. KTUN yang dikeluarkan atas dasar pemeriksaan badan
peradilan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Contoh keputusan Dirjen Agraria yang
mengeluarkan setifikat tanah atas nama seseorang yang
didasarkan pada pertimbangan putusan pengadilan
perdata yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
6. KTUN mengenai tata usaha ABRI/TNI.
7. Keputusan Panitia Pemilihan, baik pusat maupun daerah
mengenai hasil Pemilu.
SYARAT SAH BERLAKUNYA
KEPUTUSAN

• SYARAT FORMAL. YAITU:

1. PROSEDUR/CARA PEMBUATAN
KEPUTUSAN.
2. BENTUK KEPUTUSAN.
3.PEMBERITAHUAN KEPADA
YANG BERSANGKUTAN.
Ad.1. PROSEDUR/CARA PEMBUATAN
• Artinya Beschikking dibuat berdasarkan prosedur
yang telah ditentukan Oleh peraturan dasarnya.
• Misalnya pengangkatan PNS
a. Formasi penerimaan harus diumumkan secara
luas.
b. Proses pendaftaran.
c. Proses seleksi (administrasi, akademik, psikotes)
d. Pengumuman hasil seleksi
e. Pengangkatan PNS
Ad.2. BENTUK PENETAPAN
• Persoalan apakah suatu Beschikking harus diberi bentuk
tertentu, misalnya tertulis ataupun tidak tertulis, tergantung
dari peraturan pokok yang menjadi dasar pengambilan
keputusan.

• Pada umumnya untuk persoalan-persoalan yang penting oleh


peraturan dasarnya disyaratkan tertulis dengan memuat
pertimbangan-pertimbangan dan alasan-alasan yang jelas.
Bentuk tertulis dapat mengandung dua arti
yaitu:
1. Bentuk tertulis harus mengacu pada format yang telah
ditentukan (baku/resmi) yang ditentukan oleh peraturan
dasarnya.
2. Tidak mengacu pada bentuk baku/resmi, asal dalam
keputusan tersebut memuat:
a. Kejelasan tentang pejabat yang mengeluarkan/ membuat.
b. Kejelasan tentang objek/pokok masalah.
c. Kejelasan pihak yang menerima keputusan.
Ad.3. PENYAMPAIAN KEPUTUSAN PADA YANG
BERSANGKUTAN.
• Pada umumnya syarat berlakunya suatu keputusan
harus disampaikan kepada yang bersangkutan atau
terkena keputusan.
• Pemberitahuan ini dapat dilakukan melalui
penyerahan kepada yang bersangkutan,
pengumuman melalui media massa, melalui surat
yang tercatat dalam buku ekspedisi.
SYARAT MATERIIL
1. Instansi yang membuat harus memiliki
kewenangan dalam jabatannya. Kewenangan itu
ada dua macam yaitu:
a. Kewenangan menurut wilayah hukum(ressort)
dari jabatan (ruimtegebied/ kompetensi relatif.
b. Kewenangan menurut ruang lingkup persoalan
(zekengebied)/ kompetensi absolut.
2. Penetapan harus dibuat tanpa kekurangan
yuridis.
• Artinya bahwa keputusan tersebut dibuat tidak boleh
didasarkan pada paksaan (Dwang), Penipuan (bedrog)
dan kekhilapan(dwaling)
3. Penetapan harus menuju sasaran/tujuan (doelmatig) yang
tepat, sesuai dengan peraturan dasarnya.
• Apabila suatu penetapan dibuat tidak sesuai dengan
sasaran/tujuan sebagaimana diamanahkan oleh
peraturan dasarnya, maka hal tersebut merupakan
penyelewengan atau penyimpangan (detournement
de pouvoir).
AKIBAT DARI PENETAPAN YANG TIDAK
SEMPURNA
• Penetapan yang tidak memenuhi syarat
formal maupun material mempunyai akibat
hukum:
1. Penetapan menjadi batal
2. Penetapan dapat dibatalkan oleh Instansi yang
membuat.
3. Penetapan yang seharusnya disahkan oleh instansi
atasan, menjadi tidak disahkan.
4. Ada kemungkinan kekurangan dalam penetapan tidak
mempunyai pengaruh mengenai sah berlakunya,
malahan dengan perbaikan/penambahan kekurangan
diperkuat sah berlakunya.
Yang dapat menyanggah sah berlakunya
penetapan adalah:
• Yang terkena keputusan itu sendiri (yustisiable).
Misalnya Keputusan pemberhentian sbg PNS.
• Instansi lain di luar instansi yang membuat.
Misalnya dalam hal mmengambil
kewenangan dari instansi/dinas lain.
• Instansi yang membuat sendiri dalam arti dapat
mencabut kembali penetapan sebelumnya
karena ada kesalahan/kekeliruan.
ISTILAH BATAL DAN DAPAT
DIBATALKAN

1. Batal sering disebut dengan “Batal Karena


Hukum” (Vanrechtswege Nietig), mengandung
arti bahwa akibat-akibat dari keputusan yang batal berlaku
sejak penetapannya itu dikeluarkan (berlaku surut) artinya
akibat dari keputusan dianggap tidak pernah ada
(dikembalikan pada keadaan semula sebelum ada
keputusan)
Utrecht tidak setuju dengan istilah “Batal karena hukum”
karena dapat menimbulkan salah kesan seolah-olah
kebatalannya dapat terjadi dengan sendirinya tanpa
perantaraan hakim atau instansi atasan, pada hal hakim
dan instansi atasan tetap merupakan instansi yang
berwenang mengambil keputusan.
DAPAT DIBATALKAN
(VERNIETIGBAAR)
1. Istilah Dapat Dibatalkan (Vernietigbaar)
mengandung arti bahwa akibat-akibat yang timbul
dari pembatalan suatu penetapan hanya berlaku
setelah pembatalan atau dengan kata lain akibat-
akibat yang timbul dari keputusan tersebut
tetap sah berlaku sebelum diadakan
pembatalan.
Kekuatan Hukum (rechtskracht) dari
Penetapan
• Dalam dunia Administrasi ada asumsi bahwa setiap
penetapan dianggap sah, kecuali kemudian ternyata
terdapat kekurangan -kekurangan formal atau material
dalam penetapan.
• Akibat dari keputusan yang tidak sah adalah
1. Batal atau dapat dibatalkan.
2. Dicabut oleh instansi atau pejabat yang berwenang.
3. Diperbaiki dengan ralat, sehingga memenuhi syarat
formal atau material dan menjadi sah untuk berlaku.
• Sebagai Asas bahwa penetapan yang sah
(rechtsgeldig) mempunyai kekuatan hukum
(rechtskracht).
Utrecht membedakan antara penetapan yang sah
dengan penetapan yang mempunyai kekuatan
hukum
• Sahnya suatu penetapan adalah merupakan
penilaian hukum.artinya apabila penetapan
tersebut sudah diterima sebagai bagian tertib
hukum.
• Kekuatan hukum menunjuk pada akibat sebagai
pengaruh bekerjanya hukum. Artinya keputusan
tersebut dapat memberikan pengaruh dalam
pergaulan hukum.
Pengantar
Pilihan sebagai negara pengurus (verzorgingsstaat)
atau negara kesejahteraan (welfarestate)
menjadikan campur-tangan negara dalam segala
bidang kehidupan masyarakat semakin nyata dan
luas. Terdapat 2 (dua) masalah dari hal ini, yaitu:
Øketergantungan masyarakat yang semakin besar
atas keputusan-keputusan pejabat administrasi
negara;
Øupaya-upaya menjadikan administrasi negara
bisa berfungsi secara baik (good governace).
Selain itu, sebagai konsekuensi dari
penerapan asas negara yang berdasarkan
atas hukum (rechtsstaat), maka setiap
perbuatan administrasi negara harus
didasarkan pada aturan-aturan hukum
administrasi negara. Artinya, hukum
administrasi negara merupakan legal matrix
dari administrasi negara.
Aturan-aturan inilah yang membenarkan
setiap tindakan tersebut secara hukum
(juridische rechtvaardiging).
Pengertian Perbuatan Pemerintah
Pengertian perbuatan pemerintah
(bustuurhandeling) menurut Van Volenhoven
adalah pemeliharaan kepentingan Negara dan
rakyat secara spontan dan tersendiri oleh
penguasa tinggi dan rendahan.

Komisi Van Poelje dalam laporannya Tahun


1972 yang dimaksud dengan Puliek Rechtelijke
Handeling atau tindakan dalam hukum publik
adalah tindakan-tindakan hukum yang
dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan
fungsi pemerintahan.
Macam-macam perbuatan pemerintah
Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kepentingan-
kepentingan umum, pemerintah banyak melakukan kegiatan
atau perbuatan-perbuatan. Aktivitas atau perbuatan itu pada
garis besarnya dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu:
1.   Rechthandelingen (golongan perbuatan hukum)
2. Feitelijk handelingen (golongan yang bukan perbuatan
hukum

Dari kedua golongan perbuatan tersebut yang penting bagi


hukum administrasi negara adalah golongan perbuatan
hukum (rechthendelingen), sebab perbuatan tersebut
langsung menimbulkan akibat hukum tertentu bagi Hukum
Administrasi Negara, oleh karena perbuatan hukum ini
membawa akibat pada hubungan hukum atau keadaan
hukum yang ada, maka perbuatan tersebut tudak boleh
mengandung cacat, seperti kehilafan (dwaling), penipuan
(bedrog), paksaan (dwang).
Perbuatan pemerintah yang termasuk golongan perbuatan hukum
dapat berupa:
a)Perbuatan hukum menurut hukum privat
b)Perbuatan hukum menurut hukum publik

a.   Perbuatan hukum menurut hukum privat


Administrasi negara sering juga mengadakan hubungan hukum dengan
subyek hukum-subyek hukum lain atas dasar kebebasan kehendak atau
diperlukan persetujuan dari pihak yang dikenai tindakan hukum, hal ini
karena hubungan hukum perdata  itu bersifat sejajar. Seperti sewa-
menyewa, jual-beli, dan sebagainya.
b.   Perbuatan hukum menurut hukum publik
Perbuatan hukum menurut hukum publik ada dua macam
1)      Hukum publik bersegi satu
Artinya hukum publik itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu
pemerintah. Jadi didalamnya tidak ada perjanjian, jadi hubungan hukum
yang diatur oleh hukum peblik hanya bersal dari satu pihak saja yakni
pemerintah dengan cara menentukan kehendaknya sendiri.
2)   Hubungan publik yang bersegi dua
Menurut Van Der Ppr. Kranenberg-Vegting. Wiarda dan Donner mengakui
adanya hukum publik yang bersegi dua atau adanya perjanjian menurut
hukum publik. Mereka memberi contoh tentang adanya “Kortverband
Contract” (perjanjian kerja jangka pendek) yang diadakan seorang swasta
sebagai pekerja dengan pihak pemerintah sebagai pihak pemberi
pekerjaan.
Cara-cara pelaksanaan perbuatan pemerintahan
Menurut E. Utrech tindakan pemerintahan itu dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu:
1.Yang bertindak ialah administrasi Negara sendiri.
2.Yang bertindak ialah subyek hukum (sama dengan badan hukum)
lain yang tidak termasuk administrasi Negara dan yang mempunyai
hubungan istimewa atau hubungan biasa dengan pemerintah.
3.Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak termasuk
administrasi Negara dan menjalani pekerjaanya berdasarkan suatu
keonsesi atau berdasarkan izin (vergunning) yang diberikan oleh
pemerinta.
4.Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak masuk
administrasi Negara dan yang diberi subsidi pemerintah.
5.Yang bertindak ialah pemerintah bersama-sama subyek hukum lain
yang bukan administrasi negara dan kedua belah pihak itu
bergabung dalam bentuk kerjasama (vorm van samenwerking) yang
diatur oleh hukum privat.
6.Yang bertindak ialah yayasan yang didirikan oleh pemerintah atau
diawasi pemerintah.
7.Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang bukan administrasi
Negara tetapi diberi sesuatu kekuasaan memerintah (delegasi
perundang-undangan).
Perbuatan hukum Administrasi Negara
Perbuatan-perbuatan hukum administrasi negara meliputi 4
(empat) macam, yaitu:
Ø penetapan
Ø rencana
Ø norma jabaran
Ø legislasi-semu

Perbuatan2 hukum tersebut dituangkan ke dalam bentuk


keputusan, yang menciptakan hubungan2 hukum
(rechtsbetrekkingen) administrasi negara, yaitu hubungan
hukum antara penguasa dan warga masyarakat di luar hukum
perdata.
Masyarakat, tanpa membedakan macam ...
perbuatan2 hukumnya, menyebut semua
keputusan itu sebagai keputusan pemerintah.
Penetapan merupakan keputusan dari pemerintah
sebagai Administrator, dan disebut dengan
Keputusan Administrasi (administratieve
beschikking).
Keputusan ini merupakan keputusan
penyelenggaraan atau realisasi (materiele daad).
...

Sedangkan rencana, norma jabaran, dan legislasi-semu


merupakan keputusan dari pemerintah sebagai Pemerintah,
dan disebut dengan Keputusan Pemerintah (regeringsbesluit)
atau
Keputusan ini merupakan keputusan pelaksanaan atau
eksekutif (politieke daad.
Kewewenanganuntuk membentuk kedua macam keputusan ...
tersebut dimiliki oleh pemerintah sebagai Penguasa Negara
(overheid; public authority).

Dengan demikian, pemerintah dapat berperan sebagai Pemerintah


(penguasa eksekutif) ataupun Administrator (penguasa
administratif).
Administratieve Beschikking
Penetapan merupakan perbuatan hukum administrasi negara
yang dilakukan oleh pemerintah sebagai penguasa
administratif.
Perbuatan hukum ini dituangkan dalam keputusan yang
bersifat administrasi (administratieve beschikking), yaitu
keputusan yang mengandung norma-norma hukum yang
individual (personal), kongkrit (kasuistis), dan sekali-selesai.
Mengingat norma-norma hukum yang dikandungnya,
perbuatan hukum ini mempunyai efek yang langsung
dirasakan oleh seorang warga masyarakat.
Keputusan yang bersifat administrasi (administratieve
beschikking) berarti ketentuan subtansinya adalah:
 individual: ...
ditujukan kepada seseorang atau beberapa orang yang
tertentu;
 kongkrit:
mengenai hal atau perilaku yang ditentukan;
 sekali-selesai:
selesai keberlakuannya setelah dipenuhi oleh pihak-
pihak yang bersangkutan.
...
Keputusan yang bersifat administrasi (administratieve
beschikking) merupakan keputusan dari pemerintah
sebagai Administrator (bestuur; rule application) untuk
penyelenggaraan atau realisasi (materiele daad) peraturan
per-uu-an.

Contoh: Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas


Indonesia tentang Pemberian Beasiswa.
Regeringsbeslu
it
Rencana, norma jabaran, dan legislasi-semu merupakan
perbuatan hukum administrasi negara yang dilakukan
oleh pemerintah sebagai penguasa eksekutif.

Perbuatan hukum ini dituangkan dalam keputusan yang


bersifat pengaturan (regeringsbesluit), yaitu keputusan
yang mengandung norma2 hukum yang umum
(impersonal), abstrak, dan terus-menerus.
Mengingat norma2 hukum yang dikandungnya,
perbuatan hukum ini mempunyai efek yang tidak
langsung dirasakan oleh seorang warga masyarakat.
...
Keputusan yang bersifat pengaturan (regerings-besluit)
berarti ketentuan di dalamnya:
 umum: ditujukan kepada setiap orang atau
sekelompok orang yang tidak tertentu;
 abstrak: mengenai hal atau perilaku yang tidak
tertentu;
 terus-menerus: tetap berlaku walaupun seseorang
atau beberapa orang telah memenuhinya.
...

Keputusan yang bersifat pengaturan (regerings-


besluit) merupakan keputusan dari pemerintah
sebagai Pemerintah (regelend; rule making) untuk
pelaksanaan atau eksekusi (politieke daad) undang-
undang.
Contoh: Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan.
Asas Hukum dalam
Pengambilan Keputusan
Keputusan pejabat administrasi negara harus dibuat
berdasarkan atas permintaan tertulis dari seseorang atau
lembaga.
Keputusan tersebut terikat pada 3 (tiga) asas hukum,
yaitu:
Øasas yuridikitas (rechtmatigheid)
artinya, keputusan administrasi negara tidak boleh
melanggar hukum.
Øasas legalitas (wetmatigheid)
artinya, keputusan administrasi negara harus
diambil berdasarkan suatu ketentuan hukum dan perat.
per-uu-an.

Ø asas diskresi (freies ermessen)
artinya, jika tidak ada hukum dan perat. per-uu-an yang
mengatur, maka pejabat administrasi negara dapat
mengambil keputusan menurutnya pendapatnya sendiri
asalkan tidak melanggar kedua asas tersebut di atas.
II. RENCANA (PLAN)
• RENCANA ADALAH SEPERANGKAT TINDAKAN-TINDAKAN YANG TERPADU,
DENGAN TUJUAN AGAR TERCIPTA SUATU KEADAAN YANG TERTIB BILAMANA
TINDAKAN-TINDAKAN TERSEBUT TELAH SELESAI DIREALISASIKAN.
• RENCANA MERUPAKAN SALAH SATU BENTUK DARI PADA PERBUATAN HUKUM
ADMINISTRASI NEGARA YANG MENCIPTAKAN HUBUNGAN HUKUM ANTARA
PENGUASA DAN PARA WARGA MASYARAKAT.
• RENCANA ADALAH MERUPAKAN PERBUATAN HUKUM SEPIHAK DI BIDANG
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA YANG DILAKUKAN OLEH ORGAN ADMINISTRASI
NEGARA YANG BERWENANG SERTA BERWAJIB UNTUK ITU.
• ASAS HUKUMNYA ADALAH SEBELUM PEMERINTAH
MENETAPKAN RENCANA DEFINITIF (MISALNYA : RENCANA
TATA KOTA, RENCANA TATA HUTAN, RENCANA TATA GUNA
TANAH, SEMUA PIHAK YANG TERLIBAT YANG AKAN TERKENA
RENCANA TERSEBUT WAJIB DIAJAK BERUNDINGNG
III.NORMA JABARAN

• NORMA JABARAN ADALAH SUATU PERBUATAN HUKUM DARI PADA


PENGUASA ADMINISTRASI NEGARA UNTUK MEMBUAT ISI YANG
KONKRIT DAN PRAKTIS DAN DAPAT DITERAPKAN MENURUT
KEADAAN WAKTU DAN TEMPAT.
• FUNGSI NORMA JABARAN ADALAH UNTUK MENJABARKAN LEBIH
LANJUT NORMA-NORMA HUKUM YANG BERSIFAT UMUM, ABSTRAK
DAN IMPERSONAL AGAR DAPAT DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN
STUASI DAN KONDOSI YANG ADA DIMASING-MASING DAERAH.
• NORMA JABARAN BUKANLAH DELEGATED
LEGESLATION, OLEH KARENA ITU NORMA
JABARAN BUKAN PENETAPAN, DAN JUGA BUKAN
PERATURAN YANG BERLAKU UMUM, ATAU UU
DALAM ARTI LUAS, MELAINKAN SEMACAM
SARANA UNTUK MEMBUAT SUATU PERATURAN
DAPAT DITERAPKANDALAM PRAKTEK.
• NORMA JABARAN PADA UMUMNYA DIBUAT DALAM
PRAKTEK SURAT EDARAN (SE), SURAT
INSTRUKSI DINAS (SI).
• WALAUPUN NORMA JABARAN BUKAN BUKAN
MERUPAKAN PARATURAN ATAU PENETAPAN, AKAN
TETAPI TETAP PERBUATAN HUKUM DARI PEJABAT
ADMINISTRASI, YANG DIMAKSUDKAN UNTUK
MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM DAN MENGIKAT PARA
PIHAK YANG BERSANGKUTAN KEPADA PEJABAT
ADMINISTRASI NEGARA.
LEGESLASI SEMU
(PSEUDO WETGIVING)
• LEGESLASI SEMU ADALAH PENCIPTAAN DARI PADA
PERATURAN-PERATURAN HUKUM OLEH PEJABAT
ADMINISTRASI NEGARAYANG BERWENANG, YANG
SEBENARNYA DIMAKSUDKAN SEBAGAI GARIS-
GARIS PEDOMAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN
UNTUK MELAKSANAKAN SUATU PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DAN DIPUBLIKASIKAN
SECARA LUAS. DENGAN DEMIKIAN TIMBULLAH
SEMACAM HUKUM BAYANGAN YANG MEMBAYANGI
UNDANG-UNDANG.
• CONTOH PELAKSANAAN PASAL 36 KUHD TENTANG PENDIRIAN
PERSEROAN TERBATAS, MENTERI KEHAKIMAN MENETAPKAN GARIS
PEDOMAN YANG DIUMUMKAN SECARA LUAS KEPADA SEMUA
NOTARIS.
• LEGESLASI SEMU MENGIKAT RAKYAT SECARA TIDAK LANGSUNG,
YANG DIIKAT DIIKAT SECARA LANGSUNG OLEH LEGESLASI SEMU
ADALAH PARA PEJABAT PELAKSANA BERDASARKAN PRINSIP HIRARKI
JABATAN , DIMANA PEJABAT BAWAHAN SELALU WAJIB TAAT ATAS
PERINTAH ATASAN.
• OLEH KARENA ITU SETIAP NOTARIS TIDAK AKAN BERANI
MELANGGAR GARIS PEDOMAN TERSEBUT, WALAUPUN
BUKAN HUKUM. OLEH KARENA AKTA NOTARIS YANG
DIBUAT TIDAK AKAN DISAHKAN OLEH PEJABAT
DEPARTEMEN KEHAKIMAN DAN BERARTI PERUSAHAAN
PERSERONYA TIDAK AKAN JADI.
• LEGESLASI SEMU INI BERASAL DARI
DISKRESI ATAU FRIES ERMESSEN YANG
DIPUNYAI OLEH PEJABAT ADMINISTRASI
NEGARA, YANG PADA UMUMNYA
DIPAKAINYA UNTUK MENETAPKAN
POLICY PELAKSANAAN KETENTUAN
UNDANG-UNDANG.
Asas-asas umum pemerintahan yang baik
1. Asas Kepastian Hukum
2. Asas keseimbangan (proporsional)
3. Asas kesamaam Dalam mengambil keputusan
4. Asas Bertindak Cermat
5. Atas motivasi untuk setiap keputusan pangreh.
6. Asas Jangan mencampuradukan kewenangan.
7. Asas permainan yang layak
8. Asas keadilan dan kewajaran
9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar.
10. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yg
batal
11. Asas perlindungan atas pandangan (cara) hidup
pribadi.
12. Asas kebijaksanaan
13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum.
• 1. Asas Kepastian Hukum
• Artinya di dalam pemerintah menjalankan
wewenangnya haruslah sesuai dengan aturan-
aturan hukum yang telah ditetapkannya.
Pemerintah harus menghormati hak-hak
seseorang yang diperoleh dari pemerintah dan
tidak boleh ditarik kembali.
• Pemerintah harus konsekwen atas keputusannya
demi terciptanya suatu kepastian hukum.
• 2. Asas Keseimbangan
• Yaitu adanya keseimbangan antara pemberian sanksi
terhadap suatu kesalahan seseorang pegawai, janganlah
hukuman bagi seseorang berlebihan dibandingkan dengan
kesalahannya, misalnya seorang pegawai baru tidak
masuk kerja langsung dipecat, hal ini tidak seimbang
dengan hukuman yang diberikan kepadanya.
• Dengan adanya asas ini maka lebih menjamin terhadap
perlindungan bagi pegawai negeri.
• 3. Asas Kesamaan
• Artinya pemerintah dalam menghadapi kasus
yang sama/ fakta yang sama, pemerintah harus
bertindak yang sama tidak ada perbedaan, tidak
ada pilih kasih dan lain sebagainya.
• 4. Asas Bertidak Cermat
• Artinya pemerintah senantiasa bertindak
secara hati-hati agar tidak menimbulkan
kerugian bagi warga masyarakat, misalnya
kewajiban pemerintah memberi tanda
peringatan terhadap jalan yang sedang
diperbaiki, jangan sampai dapat
menimbulkan korban akibat jalan yang
sedang diperbaiki.
5. Asas Motivasi
• Artinya setiap keputusan pemerintah harus mempunyai
alasan atau motivasi yang benar dan adil dan jelas. Jadi
tindakan-tindakan pemerintah disertai alasan-alasan yang
tepat dan benar.
6.Asas Jangan Mencampuradukan Kewenangan
• Artinya pemerintah jangan menggunakan wewenang untuk
tujuan yang lain, selain tujuan yang sudah ditetapkan untuk
wewenang itu.
• 7. Asas Fair Play
• Artinya pemerintah harus memberikan kesempatan yang
layak kepada warga masyarakat untuk mencari kebenaran
dan keadilan, misalnya memberi hak banding terhadap
keputusan pemerintah yang tidak diterima.
• 8. Asas Keadilan dan Kewajaran
• Artinya pemerintah tidak boleh bertindak sewenang-
wenang atau menyalahgunakan wewenang yang
diberikan kepadanya untuk kepentingan pribadinya.
• 9. Asas Menanggapi Pengharapan Yang Wajar
• Artinya agar tindakan pemerintah dapat
menimbulkan harapan-harapan yang wajar bagi yang
berkepentingan, misalnya seorang pegawai negeri
minta izin untuk menggunakan kendaraan pribadi
pada waktu dinas, yang kemudian izin yang telah
diberikan untuk menggunakan kendaraan pribadi
dicabut, tindakan pemerintah demikian dianggap
salah/ tidak wajar.
• 12. Asas Kebijaksanaan
• Artinya pemerintah dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan undang undang dan menyelenggarakan
kepentingan umum. Unsur bijaksana harus dimiliki oleh
setiap pegawai/ Pemerintah.
• 13. Asas Penyelenggraan Kepentingan Umum
• Artinya tugas pemerintah untuk mendahulukan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Pegawai negeri sebagai aparatur Negara, abdi Negara,
dan abdi masyarakat dan Pemerintah menyelenggarakan
tugas pemerintah dan pembangunan.
•  
• 10. Asas Meniadakan Akibat-Akibat Suatu
Keputusan Yang Batal
Asas ini menghendaki jika terjadi pembatalan atas
suatu keputusan, maka yang bersangkutan harus
diberi ganti rugi atau rehabilitasi.
• 11. Asas Perlindungan Hukum
Artinya bahwa setiap pegawai negeri diberi hak
kebebasan untuk mengatur kehidupan pribadinya
sesuai dengan pandangan hidup yang dianutnya
atau sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila
Asas-asas Pemerintahan yang Baik menurut UU
28 tahun 1999
1. Kepastian hukum
2. Tertib penyelenggaraan negara
3. Keterbukaan
4. Proporsionalitas
5. Profesionalitas
6. Asas akuntabilitas
• 1. Azas Kepastian Hukum adalah azas dalam
Negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan dan
keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara
Pemerintah.
• 2. Azas Tertib Penyelenggaran Negara adalah
azas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggaraan Negara.
• 3. Azas Kepentingan Umum adalah azas yang
mendahulukan kesejahteraan umum, dengan cara
yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
• 4. Azas Keterbukaan adalah azas yang membuka
diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan Negara
dengan tetap memperhatikan perlindungan atas
hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia Negara.
• 5. Azas Proporsionalitas adalah azas yang
mengutamakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban Penyelenggara Negara.
• 6. Azas Profesionalitas adalah azas yang
mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
• Azas Akuntabilitas adalah azas yang
menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
• Dari uraian-uraian di atas maka ciri-ciri Tata
Pemerintahan yang baik antara lain adalah :
1. Mengikutsertakan seluruh masyarakat
2. Transparansi dan bertanggung jawab
3. Adil dan Efektive
4. Menjamin Kepastian Hukum
5.Adanya Konsensus masyarakat dengan Pemerintah
dalam segala bidang
6. Memperhatikan kepentingan orang miskin.
SANKSI

Sanksi merupakan bagian penutup yang penting


dalam hukum pada umumnya, begitu juga dalam
Hukum Administrasi Negara

Pada umumnya tidak ada gunanya memasukan


Kewajiban-kewajiban atau larangan bagi para warga
Di dalam peraturan perundang-undangan tata usaha
Negara, manakala aturan tingkah laku tidak dapat
Dipaksakan oleh pejabat tata usaha negara.
JENIS SANKSI

SANKSI PIDANA SANKSI PERDATA SANKSI HK


ADMINISTRASI

• Ditujukan kepada Sipelanggar


Dengan Memberi hukuman nestapa. Ditujukan pada perbuatan
•sanksi pidana hanya dpt dijatuhkan Pelanggarannya, agar perbuatan
Oleh hakim lewat proses peradilan. Pelanggarannya dihentikan.
Sifat sanksinya adalah Reparatoir
Artinya memulihkan pada keadaan
semula. Sanksi Administrasi dapat
Ditujukan kepadaSi pelanggar Diterapkan tanpa harus melalui
Dengan memberikan hukuman Proses Peradilan.
Berupa ganti kerugian, melalui
Proses peradilan.
SANKSI DALAM HUKUM ADMINISTRASI

Bestuursdwang (Paksaan Pemerintahan)

Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan

Pengenaan denda administratif

Pengenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom)


Ad. 1. PAKSAAN PEMERINTAHAN
(ADMINISTRATIVE ENFORCEMENT,
BESTUURSDWANG)

Paksaan Pemerintahan adalah suatu wewenang (bukan kewajiban) Aparat


Pemerintah Untuk dapat melakukan tindakan nyata guna menghentikan dan
atau memulihkan suatu Perbuatan atau tindakan warga yang melanggar
Ketentuan perundang-undangan.
Misalnya: 1. menertipkan PKL yang melanggar perda.
2. menertipkan bangunan yang tanpa izin.
3. menertipkan usaha yang tanpa izin.( semua perbuatan yang ilegal)

Pemerintah dalam melaksanakan Paksaan Pemerintahan wajib


mempertimbangkan semua Kepentingan yang terkait, baik yang pro
Dengan bestuursdwang maupun yang kontra.
KEPENTINGAN YANG HARUS
DIPERHATIKAN ADALAH:

PRO DENGAN BESTUURDWANGS

1. Kepentingan umum yang dirugikan oleh keadaan yang Ilegal


Seperti misalnya pencemaran lingkungan.

2. Kepentingan pencegahan (pengelakan) pengaruh preseden dari


Kegiatan yang ilegal. Adanya asas persamaan(gelijkheidsbeginsel)
Yang menghendaki perlakukan yang sama kepada semua pihak
yang melanggar aturan agar tidak menimbulkan preseden yang
buruk akibat perlakuan yang diskriminatif.

3. Kepentingan pihak ketiga, dengan melakukan berstuursdwang terhadap


kegiatan ilegal, berarti Pemerintah telah melindungi kepentingan
Pihak ketiga yang terganggu dengan adanya aktifitas yang ilegal.
Kontra dengan Bestuursdwang

1. Kepentingan si pelanggar,dengan mempertahankan keadaan yang ilegal.


Jika diputuskan untuk melakukan bestuursdwang Tidak menutup kemungkina
atau dapt dibayangkan akan terjadinya pemusnahan modal dan Kehilangan
modal dan mata pencariannya/pekerjaan.(misalnya penggusuran Terhadap
tempat usaha).

2. Pembiayaan yang tinggi dari bestuursdwang. Pembebanan biaya


Bestuursdwang pada dasarnya dibebankan kepada pelanggar,
namun dapat pula diperkirakan bahwa biaya akan dipikul oleh
Penguasa karena pelanggar tidak bisa membayarnya.

3.Legalisasi terhadap kegiatan yang ilegal (bila dimungkinkan).


Sebelum pemerintah melakukan bestuursdwang, pemerintah harus
Menyelidiki kemungkinan untuk dilegalisasi atau tidak kegiatan yg
ilegal tersebut (dengan memberi izin).
SYARAT PELAKSANAAN BESTUURSDWANG

1. Harus ada perintah yang tertulis dari pejabat yang berwenang

2. Harus ada perinngatan terlebih dahulu dari pejabat yang


berwenang. Peringatan tersebut berisi:
a. Perintah yang jelas, apa yang harus dilakukan oleh warga.
b. Memuat ketentuan peraturan yang dilanggar.
c. Harus ditentukan jangka waktu perintah harus dilakukan.
d. Memuat tentang biaya yang harus ditanggung oleh pelanggar
dengan menyebut aturan yang menjadi dasarnya.

3. Pelaksanaan Bestuursdwang harus dilakukan secara cermat


Agar tidak menimbulkan kerugian yang berlebihan bagi yang
Bersangkutan.
Ad.2. Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan

Keputusan yang menguntungkan dapat ditarik kembali


sebagai sanksi apabila:
1. Yang berkepentingan tidak mematuhi pembatasan
Pembatasan, syarat-syarat atau ketentuan peraturan
Perundang-undangan yang dikaitkan dengan izin, subsidi
Pembayaran.
2. Yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan
untuk mendapat izin,subsidi, atau pembayaran telah
menberikan Data yang sedemikian tidak benar atau tidak
lengkap, apabila data yang diberikan secara benar maka
keputusan akan berbeda.
3. Penyalah gunaan izin.
Denda Administratif

Denda administratif dikenal dalam hukum perpajakan. Denda


Administrasi dikenakan kepada wajib pajak dalam hal :
1. Jika jumlah pajak yang terutang kurang atau tidak dibayar,
Maka terhadapnya dikenakan sanksi administratif berupa
denda Atau bunga sebesar 20 % selama 24 bulan terhitung
mulai saat berakhirnya masa pajak.
2. Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam
jangka waktu yang ditentapkan dan telah ditegur secara
tertulis Tidak disampaikan pada waktu sebagaimana
ditentukan dalam surat teguran.
Pengenaan Uang paksa

Pengenaan uang paksa dapat diberikan sebagai penganti


tindakan bestuursdwang. Uang akan hilang untuk tiap kali suatu
Pelanggaran diulangi . Uang paksa dikenakan dalam hal-hal
Tertentu apabila bestuursdwang secara praktis sulit dijalankan
atau akan berlaku sanksi yang terlalu berat.
Pengertian discretion (Inggris) secara bahasa: freedom or authority
to make dicisions and choises power to judge or act

Alvina Treut Burrows (ed) menyatakan discreation: ability to choose


wisely or to jugde one self (kemampuan untuk memilih secara
bijaksana atau mempertimbangkan bagi diri sendiri)

Prajudi Atmosoedirdjo menerjemahkan discreation sebagai


kebebasan bertindak atau mengambil keputusan menurut pendapat
sendiri.

Yan Pramadya Puspa dalam Kamus Hukum, menyatakan discretionair


(Bel) berarti kebijaksanaan; memutuskan sesuatu tidak berdasarkan
ketentuan-ketentuan peraturan, undang-undang atau hukum yang
berlaku tetapi atas dasar kebijaksanaan, pertimbangan atau
keadilan.
Indarti Erlyn mendefinisikan diskresi sebagai kemerdekaan dan atau
otoritas/ kewenangan untuk membuat keputusan serta kemudian
mengambil tindakan yang dianggap tepat/ sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi, yang dilakukan secara bijaksana dan dengan
memperhatikan segala pertimbangan maupun pilihan yang
memungkinkan
Menurut Kamus Hukum, Diskresi berarti kebebasan
mengambil keputusan dalam setiap situasi yang dihadapi
menurut pendapatnya sendiri. Sedangkan menurut Rancangan
Undang-Undang Administrasi Pemerintahan Draft bulan Juli
2008 didalam pasal 6 mengartikan diskresi sebagai
wewenang badan atau pejabat pemerintahan dan atau badan
hukum lainnya yang memungkinkan untuk melakukan pilihan
dalam mengambil tindakan hukum dan atau tindakan faktual
dalam administrasi pemerintahan.

S. Prajudi Atmosudirjo yang mendefinisikan diskresi,


discretion (Inggris), discretionair(Perancis), freies ermessen
(Jerman) sebagai kebebasan bertindak atau mengambil
keputusan dari para pejabat administrasi Negara yang
berwenang dan berwajib menurut pendapat sendiri.
Selanjutnya dijelaskan bahwa diskresi diperlukan sebagai
pelengkap dari asas legalitas, yaitu asas hukum yang
menyatakan bahwa setiap tindakan hukum yang menyatakan
bahwa setiap tindak atau perbuatan administrasi Negara
harus berdasarkan ketentuan Undang-Undang
Diana Halim Koentjoro mengartikan freies ermessen
sebagai kemerdekaan bertindak administrasi Negara
atau pemerintah (eksekutif) untuk menyelesaikan
masalah yang timbul dalam keadaan kegentingan yang
memaksa, dimana peraturan penyelesaian untuk
masalah itu belum ada.

Esmi Warassih , mengatakan bahwa dalam rangka


pelaksanaan kebijaksanaan publik, para birokrat dapat
menentukan kebijaksanaannya sendiri untuk
menyesuaikan dengan situasi dimana mereka berada,
terutama di dalam mengimplementasikan suatu
kebijaksanaan publik. Dengan adanya diskresi ini
diharapkan agar dengan kondisi yang ada dapat dicapai
suatu hasil atau tujuan yang maksimal.
Rancangan Undang-Undang Administrasi Pemerintahan Draft bulan
Juli 2008 dalam pasal 6 ayat (1) memberi batasan terhadap diskresi
dengan menyebutkan bahwa Pejabat pemerintahan dan atau badan
hukum lainnya yang menggunakan diskresi dalam mengambil
keputusan wajib mempertimbangkan tujuan diskresi itu sendiri,
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar diskresi dan
asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Selanjutnya ayat (2) dan ayat (3) menyebutkan bahwa penggunaan


diskresi wajib dipertanggungjawabkan kepada pejabat atasannya
dan masyarakat yang dirugikan akibat keputusan diskresi yang telah
diambil serta dapat diuji melalui upaya administrative atau gugatan
di Peradilan Tata Usaha Negara.
ketentuan tersebut berarti bahwa Rancangan Undang-Undang
Administrasi Pemerintahan bukan hanya akan member batasas-batas
penggunaan diskresi oleh Badan/Pejabat administrasi Pemerintah
akan tetapi juga mengatur mengenai pertanggungjawaban
Badan/Pejabat Administrasi Pemerintahan terhadap penggunaan
diskresi yang tidak hanya bersifat pasif dalam arti menunggu adanya
gugatan dari masyarakat melalui Pengadilan Tata Usaha Negara
akan tetapi juga bersifat aktif dengan adanya kewajiban
mempertanggungjawabkan penggunaan diskresi kepada Pejabat
atasannya mengingat hal tersebut merupakan suatu kewajiban yang
sifatnya melekat pada kewenangan yang menjadi dasar adanya
diskresi itu sendiri.
Dari beberapa definisi di atas dapat dinyatakan
bahwa pengertian diskresi itu mencakup
kebebasan bertindak yang didasarkan pada
kewenangan yang bersifat merdeka untuk
mengambil keputusan yang tepat/sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi
tidak terikat atau terikat dengan ketentuan-
ketentuan peraturan, undang-undang atau
hukum yang berlaku atas dasar kebijaksanaan,
pertimbangan atau keadilan.
KONSEP DISKRESI

KEBEBASAN BERTINDAK

SUMBERNYA ADALAH
KEWENANGAN YANG
MERDEKA

UNTUK MENGAMBIL
KEPUTUSAN TEPAT SESUAI
SITUASI DAN KONDISI YANG
DIHADAPI

TERIKAT ATAU TIDAK TERIKAT


dengan ketentuan-ketentuan peraturan, undang-
undang atau hukum yang berlaku atas dasar
kebijaksanaan, pertimbangan atau keadilan.
Diskresi dalam bidang hukum
administrasi negara dikenal dengan
istilah freis ermessen.

Freis Ermessen berarti salah satu sarana


yang memberikan ruang gerak bagi
pejabat atau badan administrasi negara
untuk melakukan tindakan tanpa harus
terikat sepenuhnya pada undang-undang
Diskresi (freies ermessen) adalah kebebasan
bertindak atau mengambil keputusan pada
pejabat publik yang berwenang berdasarkan
pendapat sendiri.

Diskresi diperlukan sebagai pelengkap asas


legalitas, yaitu asas hukum yang menyatakan
bahwa setiap tindak atau perbuatan administrasi
negara harus berdasarkan ketentuan undang-
undang, akan tetapi tidak mungkin bagi undang-
undang untuk mengatur segala macam hal
dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Oleh sebab itu diperlukan adanya kebebasan


atau diskresi pada pejabat publik dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan kewajiban yang
dibebankan kepadanya
Kebijakan yang berdasarkan
kewenangan freis ermessen disebut
peraturan kebijakan; adalah peraturan
yang semata-mata berkaitan dengan
doelmatigheid sehingga tidak terkait
dengan unsur rechmatigheid, bahkan
dapat menyimpangi rechmatigheid.

Kesan seperti ini adalah keliru. Unsur


doelmatigheid sebagai landasan
kewenangan freis ermessen haruslah
suatu tujuan atau manfaat yang
dibenarkan hukum
Tindakan yang termasuk kategori freis
esmessen ini—setiap tindakan
administrasi negara di luar wewenang
yang telah ditetapkan secara hukum—
antara lain: tindakan yang melampaui
wewenang (detournement de pouvoir),
bahkan dapat melawan hukum
(onrechmatigover-heidsdaad), atau
penyalahgunaan wewenang (misbruik
van recht)
Dalam institusi kepolisian RI juga dikenal adanya
kewenangan diskresi. Diskresi kepolisian merupakan
realisasi dari azas kewajiban (salah satu azas yang
melandasi penggunaan wewenang polri dalam menjalankan
tugas). Azas kewajiban ini bersifat preventif dan represif non
yustisiil (pemeliharaan ketertiban) dalam menghadapi
pencegahan suatu tindak pidana yang akan terjadi.

Konsep mengenai diskresi Kepolisian terdapat dalam pasal


18 Undang-undang Kepolisian Nomor 2 tahun 2002, yang
berbunyi :
1. Untuk kepentingan umum, pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri.
2. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat
perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-
undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Rumusan kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pasal 18
ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 ini merupakan kewenangan yang
bersumber dari asas kewajiban umum Kepolisian (plichtmatigheids beginsel)
yaitu suatu asas yang memberikan kewenangan kepada pejabat kepolisian
untuk bertindak atau tidak bertindak menurut penilaiannya sendiri, dalam
rangka kewajiban umumnya menjaga, memelihara ketertiban dan menjamin
keamanan umum.

Secara umum, kewenangan ini dikenal sebagai diskresi kepolisian yang


keabsahannya didasarkan pada pertimbangan keperluannya untuk tugas
kewajiban (Pflichtmassiges Ermessen). Substansi Pasal 18 ayat (1) Undang-
undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002 merupakan konsep kewenangan
kepolisian yang baru diperkenalkan walaupun dalam kenyataan sehari-hari
selalu digunakan. Oleh karena itu, pemahaman tentang “diskresi kepolisian”
dalam pasal 18 ayat (1) harus dikaitkan juga dengan konsekuensi pembinaan
profesi yang diatur dalam pasal 1, 32, dan 33 Undang-undang Nomor 2 tahun
2002, akan mampu mengambil tindakan secara tepat dan professional
berdasarkan penilaiannya sendiri dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

Rumusan dalam pasal 18 ayat (2) merupakan rambu-rambu bagi pelaksanaan


diskresi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu selain asas keperluan,
tindakan diskresi tetap harus sesuai dan memperhatikan peraturan
perundang-undangan serta kode etik profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia
Tolok Ukur Pemberlakuan Diskresi
Menurut Muchsan pembatasan penggunaan diskresi adalah :
1. Tidak boleh bertentangan dengan sistem hukum yang
berlaku(kaedah hukum positif).
2.    Ditujukan untuk kepentingan umum
 
Sjachran Basah mengemukakan unsur-unsur diskresi adalah:
1.  Tindakan itu untuk kepentingan publik
2.  Tindakan itu dimungkinkan oleh hukum
3. Tindakan itu diambil untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
yang dianggap krusial.
4. Tindakan ini dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan maupun secara hukum
Lebih lanjut Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan bahwa pembuatan
keputusan pemerintah yang dibuat oleh pejabat publik terikat kepada 3
(tiga) asas hukum, yaitu :
1.  Asas yuridikitas (rechtsmatigheid), artinya keputusan pemerintah tidak
boleh melanggar hukum;
2. Asas legalitas (wetmatigheid), artinya keputusan pemerintah harus
diambil berdasarkan suatu ketentuan perundang-undangan;
3. Asas diskresi (freies ermessen), artinya pejabat publik tidak boleh
menolak mengambil keputusan dengan alasan tidak ada peraturannya, dan
oleh karena itu diberi kebebasan untuk mengambil keputusan menurut
pendapatnya sendiri asalkan tidak melanggar asas yuridikitas dan asas
legalitas tersebut di atas
Muchsan, pelaksanaan diskresi oleh aparat pemerintah
(eksekutif) dibatasi oleh 4 (empat) hal, yaitu:
1.Apabila terjadi kekosongan hukum;
2.Adanya kebebasan interprestasi;
3.Adanya delegasi perundang-undangan;
4.Demi pemenuhan kepentingan umum.

Sementara menurut pakar Hukum Tata Negara Universitas


Indonesia, Bintan R. Saragih berpendapat bahwa diskresi
tidak perlu diatur atau dibatasi karena sudah ada
pertanggungjawabannya sendiri baik secara moral maupun
hukum.

Ditambahkan lagi oleh Bintan R. Saragih, bahwa


pengaturan mengenai diskresi pejabat hanya lazim
digunakan pada sistem parlementer, sementara sistem
presidensial lebih menggunakan kebiasaan.
PERTAMA, Pemerintah atau dalam hal ini pejabat publik
diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan berdasarkan
pendapat sendiri, namun ini tidak berarti tidak ada rambu-rambu
atau koridor-koridor hukum yang membatasinya. Pendapat
pribadinya tersebut tetap harus merupakan pengejawantahan
undang-undang yang melandasinya tersebut, kemudian asas
moralitas dan rasa keadilan masyarakat seharusnya tetap
menjiwai kewenangan diskresinya.

KEDUA, Penerapan kewenangan diskresi ini berdasarkan : demi


kepentingan umum, masih dalam batas wilayah
kewenangannya, dan tidak melanggar Asas hukum yang belaku

KETIGA, Mungkin secara hukum mungkin ia melanggar, tetapi


secara asas ia tidak melanggar kepentingan umum dan hal ini
merupakan instant decision (tanpa rencana) dan itu bukan
pelanggaran tindak administrasi negara, kecuali terdapat
penyalahgunaan kewenangan.
Dari uraian-uraian di atas dapat digarisbawahi
pemberlakuan diskresi bahwa tolok ukur
kewenangan tersebut:
1.Tidak bertentangan dengan sistem hukum
yang berlaku (kaedah hukum positif)
2.Ditujukan untuk kepentingan umum.
3.Tindakan itu diambil untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang dianggap krusial.
4.Tindakan ini dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan maupun secara
hukum.
5.Asas moralitas
6.Rasa keadilan yang berkembang di tengah-
tengah masyarakat
Meskipun asas legalitas mengandung kelemahan dalam
HAN , tetapi menjadi prinsip utama dalam setiap negara
hukum, telah disebutkan bahwa asas legalitas
merupakan dasar dalam penyelenggaraan kenegaran
dan pemerintahan. Dengan kata lain, setiap
penyelenggaraan kenegaran dan pemerintahan dari sisi
HAN harus memiliki asas legitimasi, yaitu asas yang
diberikan oleh peraturan perundang-undangan.

ASAS LEGALITAS DALAM HAN, yaitu salah satu syarat


yang menyatakan bahwa perbuatan atau keputusan
administrasi negara yang tidak boleh dilakukan tanpa
dasar undang-undang (tertulis) dalam arti luas, bila
sesuatu dijalan dengan dalil “keadaan darurat” keadaan
darurat tersebutwajib dibuktikan kemudian. Jika
kemudian tidak terbukti, maka perbuatan tersebut dapat
digugat diperadilan.

Oleh Karena itu asas legalitas sumbernya adalah


wewenang Pemerintah dalam Peraturan Perundang-
Unangan. Atau subtansi asas legalitas adalah
WEWENANG
HD Stout :
Wewenang merupakan pengertian yang berasal dari hukum
organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai
keseluruhan aturan yang berkenaan dengan perolehan dan
penggunaan wewenang pemerintahan oleh subyek hukum
publik didalam hubunghan hukum publik

FPCL Tonner
Kewenangan Pemerintahan dalam kaitan ini dianggap sebagai
kemampuan untuk melaksanakan hukum positif dan dengan
begitu, dapat diciptakan hubungan hukum antara pemerintah
dengan warga negara.

P.Nicolai
Kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu (yaitu
tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan
akibat hukum, dan mencakup mengenai timbul dan lenyapnya
akibat hukum. Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau
tidak melakukan tindakan tertentu atau menurut pihak lain
untuk melakukann tindakan tertentu, sedangkan kewajiban
memuat keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan
tindakan tertentu.
S.F.Marbun:

Wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan


suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah
kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang
yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum.

Wewenang itu dapat mempengaruhi terhadap pergaulan


hukum, setelah dinyatakan dengan tegas wewenang
tersebut sah, baru kemudian tindak pemerintahan
mendapat kekuasaan hukum (rechtskracht).

Pengertian wewenang itu sendiri akan berkaitan dengan


kekuasaan .
Menurut Bagir Manan, dalam Hukum Tata Negara dan
Hukum Adaministarsi Negara, kekuasaan menggambarkan
hak untuk berbuat atau tidak berbuat.

Wewenang mengandung arti hak dan kewajiban. Hak berisi


kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan
tindakan tertentu atau menuntut pihak lain untuk
melakukan tindakan tertentu.

Kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak


melakukan tindakan tertentu

Dalam hukum administrasi negara wewenang pemerintahan


yang bersumber dari peraturan perundang-undangan
diperoleh melalui caracara yaitu atribusi, delegasi dan
mandat.
Sumber wewenang pemerintah/aparatur negara lainnya terdapat di
peraturan perundang-undangan. Untuk memperolehnya dapat
dilakukan melalui tiga cara yaitu:
ATRIBUSI, pemberian wewenang pemerintah yang baru oleh suatu
peraturan perundang-undangan (produk hukum) leglisatif untuk
melaksanakan pemerintahan. Atribusi adalah pembentukan
kewenangan baru yang sebelumnya tidak ada dan khusus di bidang
Pemerintahan. Kemudian maksud secara penuh adalah juga
termasuk pemberian kewenangan untuk membuat suatu kebijakan
yang dapat dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan.

DELEGASI , yaitu suatu pelimpahan wewenang yang telah ada yang


berasal dari wewenang atribusi, kepada pejabat administrasi negara,
tidak secara penuh. Delegasi selalui didahului atribusi wewenang,
tanpa atribusi wewenang maka pendelegasian menjadi tidak sah
(cacat hukum). Pada delegasi wewenang yang diberikan tidak secara
penuh sehingga tidak disertai dengan wewenang pembentukan
kebijakan tersebut.

MANDAT, yaitu pemberian tugas dari mandans (pemberi mandat)


kepada mandataris (penerima mandat) untuk atas nama menteri
membuat keputusan administrasi negara. Pada mandat, wewenang
tetap berada di tangan mandans sedangkan mandataris hanya
melaksanakan perintah secara atas nama saja dan tanggung jawab
tetap di pemberi manda
ATRIBUSI
Dalam istilah hukum atribusi
diterjemahkan sebagai “pembagian
(kekuasaan) ; dalam arti atributie van
rehtsmacht ; pembagian kekuasaan
kepada berbagai instansi (kompetensi
mutlak) . Jadi atribusi adalah pemberian
wewenang pemerintah yang baru oleh
suatu ketentuan dalam perundang-
undangan yang dilakukan oleh ORGINAL
LEGISLATOR ataupun DELEGATED
LEGISLATOR.
Atribusi terjadinya pemberian wewenang pemerintahan yang
baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang
undangan.

Atribusi kewenangan dalam peraturan perundang-undangan


adalah pemberian kewenangan membentuk peraturan
perundang-undangan yang pada puncaknya diberikan oleh UUD
1945 atau UU kepada suatu lembaga negara atau pemerintah.
Kewenangan tersebut melekat terus menerus dan dapat
dilaksanakan atas prakarsa sendiri setiap diperlukan.

Disini dilahirkan atau diciptakan suatu wewenang baru.


Legislator yang kompeten untuk memberikan atribusi
wewenang pemerintahan dibedakan :
1.original legislator, dalam hal ini di tingkat pusat adalah MPR
sebagai pembentuk Undang- undang Dasar dan DPR bersama
Pemerintah sebagai yang melahirkan suatu undangundang.
Dalam kaitannya dengan kepentingan daerah, oleh konstitusi
diatur dengan melibatkan DPD. Di tingkat daerah yaitu DPRD
dan pemerintah daerah yang menghasilkan Peraturan Daerah.
Misal, UUD 1945 sesudah perubahan, dalam Pasal 5 ayat
(2) memberikan kewenangan kepada Presiden dalam
menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan
undangundang sebagaimana mestinya.

Dalam Pasal 22 ayat (1), UUD 1945 memberikan


kewenangan kepada Presiden untuk membentuk
Peraturan Pemerintah Pengganti UU jika terjadi
kepentingan yang memaksa.

UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,


dalam Pasal 16 ayat (1), memberikan kewenangan
kepada Pemerintah Daerah untuk membentuk Peraturan
Daerah dalam rangka menyusun APBD; dalam Pasal 26
ayat (1), setelah APBN ditetapkan dengan UU,
pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan
Keputusan Presiden.
2. delegated legislator, dalam hal ini seperti presiden yang
berdasarkan suatu undang-undang mengeluarkan peraturan
pemerintah, yaitu diciptakan wewenang-wewenang
pemerintahan kepada badan atau jabatan tata usaha negara
tertentu.

Misal, Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9


Tahun2003,tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan,
Dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pasal 12(1) Pejabat
Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pusat
di lingkungannya dalam dan dari jabatan struktural eselon II
ke bawah atau jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat
dengan itu.
Pengertian pejabat pembina kepegawaian pusat adalah
Menteri. Pada delegasi, terjadilah pelimpahan suatu
wewenang yang telah ada oleh badan atau jabatan tata
usaha negara yang telah memperoleh wewenang
pemerintahan secara atributif kepada badan atau jabatan
tata usaha negara lainnya.
Jadi suatu delegasi selalu didahului oleh adanya suatu
atribusi wewenang. Misal, dalam Peraturan Presiden
Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara

Pasal 93 ayat (1) Pejabat struktural eselon I diangkat


dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri yang
bersangkutan

Pasal 93 ayat (2) Pejabat struktural eselon II ke bawah


diangkat dan diberhentikan oleh Menteri yang
bersangkutan.

Pasal 93 ayat (3) Pejabat struktural eselon III ke bawah


dapat diangkat dan diberhentikan oleh Pejabat yang
diberi pelimpahan wewenang oleh Menteri yang
bersangkutan.
Berdasarkan uraian tersebut, apabila
wewenang yang diperoleh organ
pemerintahan secara atribusi itu
bersifat asli yang berasal dari peraturan
perundang-undangan, yaitu dari redaksi
pasal-pasal tertentu dalam peraturan
perundang-undangan.
Penerima dapat menciptakan
wewenang baru atau memperluas
wewenang yang sudah ada dengan
tanggung jawab intern dan ekstern
pelaksanaan wewenang yang
diatribusikan sepenuhnya berada pada
penerima wewenang ( atributaris )
Atribusi
• Cara normal untuk memperoleh wewenang
• Wewenang untuk membuat keputusan
(besluit) yang langsung bersumber kepada UU
dalam materiil
• Merupakan pembentukan wewenang tertentu
dan pemberiannya kepada organ tertentu
DELEGASI
Dalam istilah hukum yang dimaksud delegasi adalah
penyerahan wewenang dari pejabat yang lebih tinggi kepada
yang lebih rendah .

HD van Wijk
DELEGASI adalah penyerahan wewenang pemerintah dari
suatu badan atau pejabat pemerintahan kepada badan atau
pejabat pemerintahan yang lain

Bentuk delegasi yang biasa adalah bentuk dimana instansi


pertama suatu wewenang pemerintahan yang dilambangkan
kepada suatu lembaga pemerintahan diserahkan oleh lembaga
ini kepada lembaga pemerintahan yang lainnya. Namun, pihak
yang didelegasikan juga kadang-kadang bisa menyerahkan
wewenang ini , sehingga kita dapat berbicara tentang
subdelegasi. Untuk subdelegasi berlaku mutatis mutandis ,
peraturan yang sama seperti delegasi.
Delegasi
• Penyerahan wewenang untuk membuat
keputusan (besluit) oleh Pejabat TUN kepada
pihak lain dan wewenang tertentu
• Syarat delegasi : (1) definitif; (2) hrs
didasarkan peraturan per-UU-an; (3) tidak
diperkenankan kepada bawahan; (4)
kewajiban memberikan penjelasan; (5)
beleidsregels
Dalam hal pelimpahan wewenang pemerintahan melalui
delegasi tertdapat syarat-syarat sebagai berikut:
1.Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi tidak
dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang
dilimpahkan itu.
2.Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan, artinya delegasi hanya
dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk iru dalam
peraturan perundang-undangan.
3.Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam
hubungan hirarki kepegawaian tidak diperkenan ada
delegasi.
4.Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan),
artinya delegasi berwenang untuk meminta penjelasan
tentang pelaksanaan wewenang tersebut.
5.Peraturan Kebijakan, artinya delegan memberikan
instruksi (petunjuk) tentang penggunaan wewenang
tersebut.
MANDAT
Wewenang yang didapat melalui atribusi dan delegasui
bisa dimandatkan kepada badan atau pegawai bawahan
jika pejabat yang memperoleh wewenang itu tidak
sanggup untuk melakukan sendiri.

HD van Wijk menjelaskan arti mandat adalah suatu organ


pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan
oleh organ lain atas namanya.

Berbeda dengan delegasi, mengenai mandat, pemberi


mandat tetap berwenang untuk melakukan sendiri
wewenangnya apabila ia menginginkan, dan memberi
petunjuk kepada mandataris tentang apa yang diinginkan.
Mandans atau pemberi mandat tetap bertanggung jawab
atas tindakan yang dilakukan mandataris
HD Van Wijk menjelaskan :

Pada mandat kita tidak dapat berbicara tentang


pemindahan kekuasaan atau wewenang di dalam arti
yuridis, sekrang telah ditangani oleh dan atas nama
lembaga pemerintahan yang bersangkutan,
penanganan juga diserahkan kepada lembaga tersebut;
berbicara secara yuridis, tetap merupakan keputusan
lembaga itu sendiri.

Disini kita berbicara tentang suatu bentuk perwakilan


lembaga pemerintahan. Pemberi mandat atau madans
juga tetap berwenang untuk menangani sendiri
wewenang bilamana ia kehendaki, ia bisa memberikan
kepada para mandatarisnya segala bentuk yang
dianggap perlu, ia seluruhnya bertanggung jawab atas
segala keputusan yang diambil berdasarkan mandat.
Mandat
• Tidak bermaksud memberi wewenang kepada
bawahan
• Tidak terjadi peralihan wewenang
• Tanggung jawab ada pada pemberi mandat
BERSIFAT FAKULTATIF

Wewenang fakultatif terjadi dalam hal badan atau


pejabat tata usaha negara yang bersangkutan tidak
wajib menerapkan wewenangnya atau sedikit banyak
masih ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dapat
dilakukan dalam hal keadaan tertentu sebagaimana
ditentukan dalam peraturan dasarnya

BERSIFAT BEBAS
Wewenang bebas, yakni ketika peraturan dasarnya
memberi kebebasan kepada badan atau pejabat tata
usaha negara untuk menentukan sendiri mengenai isi
dari keputusan yang akan dikeluarkannya atau
peraturan dasarnya memberikan ruang lingkup
kebebasan kepada pejabat tata usaha negara yang
bersangkutan.
PHILIPUS M.HADJON

Mengutip pendata Spelt dan Ten Berger, membagi


kewenangan bebas ke dalam dua kategori:

Pertama, yakni kebebasan kebijakan.


Kebebasan kebijakan (diskresi dalam arti sempit) ada
apabila peraturan perundang-undangan memberi
wewenang tertentu kepada organ pemerintah, sedangkan
organ tersebut bebas untuk (tidak) menggunakan syarat-
syarat bagi penggunaannya secarta sajh terpernuhi.

Kedua , yakni Kebebasan Penilaian


(Wewenang diskresi dalam arti yang tidak sesungguhnya)
ada apabila menurut hukum diserahkan kepada organ
pemerintahan untuk menilai secara mandiri dan eksklusif
apakah syarat-syarat bagi pelaksanaan suatu wewenang
secara sah telah dipenuhi.
Pengertian Organisasi Pemerintah
• Organisasi merupakan bentuk kerja sama antara sekelompok orang-orang
berdasarkan suatu perjanjian untuk bekerja sama guna mencapai suatu
tujuan bersama yang tertentu. (Prajudi Atmosudirdjo)
• Organisasi keadministrasian negara adalah keseluruhan tata
susunan administrasi negara yang terdiri:
– Kementerian/Departemen2,
– Direktorat,
– Biro,
– Kantor,
– wilayah2,
– Daerah2 Otonomi dsb.

06/26/23 207
• Negara adalah organisasi yang sangat
kompleks.
• Administrasi Negara sebagai aparatur dan
sebagai proses tata penyelenggaraan
Berdasarkan UUD 1945, Negara RI
merupakan suatu badan hukum teritorial
dan Fungsional
• Segi pelimpahan wewenang (delegation of
authority)

06/26/23 208
Perbedaan Organ Negara dan
Organisasi Administrasi Negara
ON/Lembaga Negara OAN/Lembaga Pemerintah
 Disebut & diatur dalam UUD  Hanya disebutkan dalam
1945 UUD 1945
 Limitatif  Jumlahnya bebas tgt
kebut.
 Berada di Pusat  Menyebar
 Pengisian Jabatan  Pengisian Jabatan
berdasarkan Pemilihan berdasarkan Pengangkatan
 Bertanggung Jawab kepada  Bertanggung jawab
yang memilih kepada yang
 Penamaannya ditentukan mengangkatnya
 Penamaannya disesuaikan
oleh UUD
dengan tugas dan fungsi
06/26/23 209
Organ Negara – Staats Organen
Lembaga Negara
 MPR Catatan:
 DPR Dalam lembaga-lembaga
 tersebut terdapat unit
DPD Organisasi Administrasi
 BPK Ngara. Misalnya
Sekretariat Jenderal MPR
 MA & MK
 Presiden

06/26/23 210
Organisasi Adminitrasi Negara - OAN
(Regerings Organen) – Lembaga Pemerintah
 Penyelenggara negara di bidang pemerintahan
 Wadah/konsep organisasi tata ruang politik yang
memonopoli memiliki kekuasaan fisik untuk
memaksakan kemauan terhadap warga negara yang
bertujuan mengurus/mengatur warganya
 Seluruh lembaga yang secara struktural berada di
bawah eksekutif. (Tatanan jabatan yang tersusun
secara spesialis yang didasarkan pada hubungan
formal)
 Tempat mengimplementasikan kebijakan negara
 Pertumbuhan dan perkembangan bergantung pada
kebutuhan pemerintahan
 Pengisian jabatan didasarkan pada sistem
pengangkatan
OAN menyebar di seluruh instansi/lembaga negara
dan menyebar dari tingkat pusat ke seluruh
pelosok dengan mempertimbangkan:

• Membagi habis tugas pemerintah


• Membatasi tugas kewenangan dan tanggung
jawab
• Memberikan pelayanan secara spesialisasi
sehingga memudahkan masyarakat.
• Memudahkan pengawasan
• Menyediakan kerangka struktural untuk
komunikasi di antara OAN itu sendiri.
06/26/23 212
Ciri Administrasi Negara/Pemerintahan
(Miftah Toha)
1. Pelayanan yang diberikan bersifat lebih urgen.
2. Bersifat monopoli atau semi monopoli.
3. Berdasarkan legalitas/undang-undang.
4. Tidak dikendalikan harga pasar, tidak didasarkan
perhitungan laba rugi tetapi oleh rasa pengabdian;
5. Mementingkan kepentingan orang banyak;
6. Melindungi orang banyak;
7. Kepatuhan – negara mempunyai;
8. Mempunyai prioritas
9. Tidak dapat dihindari
10. Meliputi seluruh wilayah Indonesia
Struktur Organisasi Pemerintah
Tingkat Pusat, terdiri dari:
• Pimpinan pemerintahan
• Kementrian atau departemen
• Dewan-dewan Pengambil Keputusan
kebijakan Pemerintah Tertinggi
• Badan Non Departemen yang langsung di
bawah pemerintah
PASAL 18 UUD 1945
1. Negara Kesatuan RI dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan UU.
2. Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
3. Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota
memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
4. Gubernur, bupati, dan walikota masing-masing sebagai
kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota
dipilih secara demokratis
DAERAH

UU NO. 32 TAHUN
2004
Penyelenggaraan
urusan
pemerintahan oleh
pemerintah daerah KEPALA DAERAH :
dan DPRD menurut
asas otonomi dan  GUBERNUR
tugas pembantuan  WALIKOTA
dengan prinsip  BUPATI
otonomi yang
seluas-luasnya……
06/26/23 217
• Pada dasarnya kewenangan pemerintahan dalam negara
kesatuan adalah milik pusat.
• Dengan kebijakan desentralisasi pemerintah pusat
menyerahkan kewenangan pemerintahan tersebut kepada
daerah.

• Materi wewenang, yaitu semua urusan pemerintahan yang


terdiri atas urusan pemerintahan umum dan urusan
pemerintahan lainnya.
• Manusia yang diserahi wewenang, adalah masyarakat yang
tinggal di daerah yang bersangkutan sebagai kesatuan
masyarakat hukum.
• Wilayah yang diserahi wewenang, yaitu daerah otonom,
bukan wilayah administrasi.

06/26/23
Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat
kepada daerah dilakukan dengan 2 cara :

1. Ultra vires doktrine, pemerintah pusat menyerahkan


wewenang pemerintahan kepada daerah otonom dengan
cara merinci satu persatu.
2. Open and arrangement atau general competence, yaitu
daerah otonom boleh menyelenggarakan semua urusan di
luar yang dimiliki pusat. Artinya pusat menyerahkan
kewenangan pemerintahan kepada daerah untuk
menyelenggarakan kewenangan berdasarkan kebutuhan
dan inisiatifnya sendiri di luar kewenangan yang dimiliki
pusat.
Melalui UU No. 32 tahun 2004 Indonesia menganut cara no
dua.
1. Politik luar negeri
2. Pertahanan
Pemerintah Pusat 3. Keamanan
4. Yustisi
5. Moneter dan fiskal
6. Agama

Sisa kewenangan pusat yg


Pemerintah Provinsi berskala provinsi dan bersifat
lintas kabupaten/kota

Sisa kewenangan pusat dan


Pem. Kabupaten/Kota pemerintah provinsi yang
berskala kabupaten/kota
 Kewenangan pemerintah pusat lebih menekankan pada
penetapan kebijakan yang bersifat norma, standar, kriteria
dan prosedur.
 Kewenangan pelaksanaan hanya terbatas pada
kewenangan yang bertujuan :
1) mempertahankan dan memelihara identitas dan integritas bangsa
dan negara
2) menjamin pelayanan kualitas pelayanan umum yang setara bagi
warga negara
3) menjamin efisiensi pelayanan umum karena jenis pelayanan
umum tersebut berskala nasional
4) menjamin keselamatan fisik dan non fisik yang setara bagi semua
warga negara

06/26/23 221
Hubungan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Pempus Terbatas

Pemprov Koordinatif

Pemkab/kot Luas

06/26/23 222
SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH

 PEMERINTAHAN DAERAH ADALAH


PENYELENGGARAAN URUSAN
PEMERINTAHAN OLEH PEMERINTAH
DAERAH DAN DPRD MENURUT ASAS
OTONOMI DAN TUGAS PEMBANTUAN
DENGAN PRINSIP OTONOMI SELUAS –
LUASNYA DALAM SISTEM DAN PRINSIP
NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA
 UNSUR PENYELENGGARA
PEMERINTAHAN DAERAH ADALAH DPRD
DAN PEMERINTAH DAERAH
• Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah
yang disebut kepala daerah. Kepala daerah untuk
provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut
bupati dan untuk kota adalah walikota. Kepala daerah
dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk
provinsi disebut wakil Gubernur, untuk kabupaten
disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil
walikota.
• Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas,
wewenang dan kewajiban serta larangan. Kepala daerah
juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada DPRD, serta
menginformasikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kepada masyarakat.
• Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga
sebagai wakil pemerintah pusat di wilayah provinsi yang
bersangkutan, dalam pengertian untuk menjembatani
dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas
dan fungsi Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan
pemerintahan pada strata pemerintahan kabupaten dan
kota.Dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah
pusat sebagaimana dimaksud, Gubernur bertanggung
jawab kepada Presiden
ORGAN PEMERINTAHAN DAERAH

• Kepala Daerah dan Wakil Kepala


Daerah
• Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
• Perangkat Daerah, yang meliputi
(1) Sekretariat Daerah
(2) Sekretariat DPRD
(3) Dinas Daerah
(4) lembaga teknis Daerah

22
KEPALA DAERAH & WAKIL
• Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
dipilih melalui pemilihan kepala daerah
langsung.
• Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
dapat diberhentikan karena meninggal
dunia, permintaan sendiri, atau
diberhentikan.
• Kepala Daerah dan atau Wakil Kepala
Daerah dapat diberhentikan Presiden
tanpa melalui usulan DPRD apabila
dinyatakan melakukan tindakan pidana
kejahatan dengan pidana minimal 5 tahun
atas tuduhan korupsi, terorisme, makar,
dan atau tindak pidana terhadap
keamanan negara. 227
Dasar utama penyusunan perangkat daerah
dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan yang perlu ditangani.
Namun tidak berarti bahwa setiap penanganan
urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam
organisasi tersendiri. Besaran organisasi
perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor kemampuan
keuangan; kebutuhan daerah; cakupan tugas
yang meliputi sasaran tugas yang harus
diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas; luas
wilayah kerja dan kondisi geografis; jumlah
dan kepadatan penduduk; potensi daerah yang
bertalian dengan urusan yang akan ditangani;
sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh
karena itu kebutuhan akan organisasi
perangkat daerah bagi masing-masing daerah
tidak senantiasa sama atau seragam
 PEMERINTAH DAERAH TERDIRI ATAS
KEPALA DAERAH DAN PERANGKAT
DAERAH
 UNSUR PERANGKAT DAERAH:
SEKRETARIAT DAERAH YANG
DIPIMPIN OLEH SEKRETARIS DAERAH
LEMBAGA DINAS DAERAH YANG
DIPIMPIN OLEH KEPALA DINAS
LEMBAGA TEKNIS DAERAH YANG
DIPIMPIN OLEH KEPALA BADAN
DAERAH
KECAMATAN YANG DIPIMPIN OLEH
CAMAT
KELURAHAN YANG DIPIMPIN OLEH
LURAH
• Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah,
sekretariat DPRD, dinas daerah, dan
lembaga teknis daerah.
• Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat
daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis
daerah, kecamatan, dan kelurahan.
• Susunan organisasi perangkat daerah ditetapkan dalam
Perda dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu dan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah
• Sekretariat daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah.
Sekretaris daerah mempunyai tugas dan kewajiban
membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan
mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis
daerah.
• Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD.
Sekretaris DPRD mempunyai tugas: (a).
menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD;
(b). menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD; (c).
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD; dan (d).
menyediakan dan mengkoordinasi tenaga ahli yang
diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan fungsinya
sesuai dengan kemampuan keuangan daerah
• Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi
daerah. Kepala dinas daerah bertanggung jawab
kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.
• Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung
tugas kepala daerah dalam penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik
berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum
daerah. Kepala badan, kantor, atau rumah sakit
umum daerah tersebut bertanggung jawab kepada
kepala daerah melalui Sekretaris Daerah
• Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota
dengan Perda berpedoman pada Peraturan
Pemerintah. Kecamatan dipimpin oleh camat yang
dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan
sebagian wewenang bupati atau walikota untuk
menangani sebagian urusan otonomi daerah.
• Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan
Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Kelurahan dipimpin oleh lurah yang dalam
pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari
Bupati/Walikota
PERANGKAT DAERAH

SEKRETARIAT
DAERAH KECAMATAN

KEPALA SEKRETARIAT
DAERAH/ DPRD
WAKIL

DINAS DAERAH
KELURAHAN
BADAN/
KANTOR/RSUD
Kelembagaan Pemerintah Daerah
merupakan elemen dasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan di suatu
daerah, selain elemen urusan
pemerintahan dan kapasitas aparatur
pemerintah daerah itu sendiri. Pengaturan
terhadap kelembagaan atau sering disebut
dengan Organisasi Perangkat Daerah
(OPD), telah diatur dan ditetapkan
berdasarkan PP No. 84 Tahun 2000, yang
diganti dengan PP No. 8 Tahun 2003, dan
kemudian direvisi menjadi PP No. 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
• DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat
daerah dan berkedudukan sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan daerah. DPRD
memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. DPRD mempunyai tugas dan
wewenang. DPRD mempunyai hak: (a).
interpelasi; (b). angket; dan (c). menyatakan
pendapat
• Alat kelengkapan DPRD terdiri atas: (a). pimpinan;
(b). komisi; (c). panitia musyawarah; (d). panitia
anggaran; (e). Badan Kehormatan; dan (f). alat
kelengkapan lain yang diperlukan. Anggota DPRD
masing-masing mempunyai hak dan kewajiban.
Anggota DPRD mempunyai larangan dan dapat
diganti antar waktu. Ketentuan tentang DPRD
sepanjang tidak diatur dalam Undang-Undang
mengenai pemerintahan daerah berlaku ketentuan
Undang-Undang yang mengatur Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD
HAK DPRD
• INTERPELASI
Hak DPRD untuk meminta keterangan kepada kepala daerah
mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan
strategis yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat,
daerah, dan negara.
• ANGKET
Pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk melakukan
penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu kepala
daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
• MENYATAKAN PENDAPAT
Hak DPRD menyatakan pendapat terhadap kebijakan kepala
daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di
daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau
sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak
angket
236
• Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD
merupakan hubungan kerja yang kedudukannya
setara dan bersifat kemitraan.
• Kedudukan yang setara bermakna bahwa di
antara lembaga pemerintahan daerah itu
memiliki kedudukan yang sama dan sejajar,
artinya tidak saling membawahi.
• Hal ini tercermin dalam membuat kebijakan daerah
berupa Peraturan Daerah. Hubungan kemitraan
bermakna bahwa antara Pemerintah Daerah dan
DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam
membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan
otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-
masing
• Sehingga antar kedua lembaga itu membangun
suatu hubungan kerja yang sifatnya saling
mendukung bukan merupakan lawan ataupun
pesaing satu sama lain dalam melaksanakan
fungsi masing-masing
PENGAWASAN DPRD
Tugas dan kedudukan DPRD sangat penting
untuk mencegah secara dini (early warning
system) penyimpangan pengelolaan APBD dan
kebijakan dalam penyelenggaraan kinerja
pemerintah daerah
TINDAKAN PENGAWASAN

mengarahkan atau
merekomendasikan perbaikan

menyarankan agar ditekan


PENGAWASAN adanya pemborosan

mengoptimalkan pekerjaan
untuk mencapai sasaran rencana.
KRISIS KEPERCAYAAN TERHADAP
PEMERINTAH DAERAH
• DPRD menggunakan HAK ANGKET jika kepala
daerah dan atau wakilnya menghadapi krisis
kepercayaan karena tindak pidana yang
dilakukannya.
• Jika kepala daerah dan atau wakilnya terbukti
bersalah karena tindak pidana yang dilakukannya
berdasarkan PUTUSAN PENGADILAN YANG BELUM
MEMILIKI KEKUATAN HUKUM TETAP, DPRD
mengusulkan pemberhentian sementara dengan
keputusan DPRD.
• Jika sudah diputuskan dalam PUTUSAN PENGADILAN
YANG MEMILIKI KEKUATAN HUKUM TETAP, DPRD
mengusulkan pemberhentian yang disampaikan
kepada Presiden

241
KEPEGAWAIAN DAERAH
• Pemerintah pusat melaksanakan pembinaan
manajemen pegawai negeri sipil daerah
dalam satu kesatuan penyelenggaraan
manajemen pegawai negeri sipil secara
nasional.
• Manajemen pegawai negeri sipil daerah
meliputi penetapan formasi, pengadaan,
pengangkatan, pemindahan, pemberhentian,
penetapan pensiun, gaji, tunjangan,
kesejahteraan, hak dan kewajiban
kedudukan hukum, pengembangan
kompetensi, dan pengendalian jumlah.
KEPEGAWAIAN DAERAH
• Gaji dan tunjangan PNS Daerah
dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) yang bersumber dari alokasi
dasar dalam DANA ALOKASI UMUM
(DAU)
• Pembinaan dan pengawasan PNS
Daerah dikoordinasikan pada
tingkat nasional oleh Menteri
Dalam Negeri dan pada tingkat
daerah oleh Gubernur. 243

Anda mungkin juga menyukai