Anda di halaman 1dari 22

Transplatasi

Organ dalam
Islam

Kelompok 6
Nama
1. Fauziah Amelia Aswad (20-67)
Kelompok 2. Muhammad Kahfi Ramadhani
(20-74)
3. Santia Wulan Sari (20-76)
Pengertian Tranplantasi dan
Prinsip Darurat untuk
Tranplantasi
1. Pengertian Tranplantasi dan Prinsip Darurat untuk Tranplantasi

Pengertian Tranplantasi :
● Transplan berasal dari bahasa Ingris yaitu kata transplantation (trans + plantare: menanam),
maksudnya penanaman jaringan yang diambil dari tubuh yang sama atau dari individu lain.

● Dalam bahasa Arab transplantasi (Naqlu Al-A’da zira’a al-a’dai’i) Transplan ialah mentransfer
jaringan dari bagian satu ke bagian yang lain, dan organ atau jaringan yang diambil dari badan
untuk ditanam ke daerah lain pada badan yang sama atau individu lainnya.

● pengertian transplantasi organ meupakan penggantian organ tubuh yang tidak normal supaya
dapat berfungsi kembali sesuai dengan fungsinya masing-masing
Prinsip Darurat untuk Tranplantasi
‫و‬

Bahwasannya transplantasi yang dilakukan atas dasar darurat (keterpaksaan) dapat dikategorikan
sebagai tindakan yang mubah (boleh). Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat al-An’am ayat 119:

‫عل َيْ ِه َو َق ْد َف ّ َص َل لَك ُم َّما َح َّر َم‬


َ ‫ه‬ِ َ ّ ‫ل‬‫ٱل‬ ‫م‬ ‫ٱس‬ ‫ر‬ ِ
‫ك‬ ‫ذ‬
ُ ‫ا‬ ‫م‬َ ِ
‫م‬ ۟ ‫ا‬‫ُو‬ ‫ل‬ُ ‫ك‬ ‫ْأ‬َ ‫ت‬ ‫ا‬َ ّ ‫ل‬‫َأ‬ ‫َو َما لَك ُْم‬
ُ ْ َ ّ
ۗ ‫ون ِبَأ ْه َوٓاِئ ِهم ِب َغيْ ِر ِعل ٍْم‬
َ ُّ ‫ٱض ُط ِر ْرتُ ْم ِإ ل َيْ ِه ۗ َوِإ َّن ك َ ِث ًيرا لَّيُ ِضل‬ ْ ‫عل َيْك ُْم ِإ لَّا َما‬ َ
‫دي َن‬ ِ َ‫عل َُم ِبٱل ُْم ْعت‬ ْ ‫ِإ َّن َربّ َ َك ُه َو َأ‬
“Dan mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika
menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-
Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari
manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan.
Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.”
Tranplantasi dalam Satu
Tubuh (Satu Individu)
2. Tranplantasi dalam Satu Tubuh (Satu Individu)

transplantasi dimana donor resipiennya satu individu di sebut Auto transplantasi,


seperti orang yang pipinya dioperasi, untuk memulihkan bentuk, diambilkan daging
dari bagian badannya yang lain dalam badannya sendiri.

Pada auto transplantasi hampir selalu tidak pernah mendatangkan reaksi penolakan,
sehingga jaringan atau organ yang ditransplantasikan hampir selalu dapat
dipertahankan oleh resipiennya dalam jangka waktu yang cukup lama.
Tranplantasi dari Orang Lain (Masih
Hidup): Alat Vital dan Non-Vital
3. Tranplantasi dari Orang Lain (Masih Hidup): Alat Vital dan Non-Vital

Praktik transplantasi organ hingga kini masih menjadi perdebatan diantara para ulama.
Baik itu yang membolehkan, atau yang tidak membolehkan. Dalam transplantasi organ
diperlukannya kehati-hatian dan pertimbangan yang matang baik berupa sisi manfaat
ataupun mudharatnya. Banyaknya masyarakat yang menyalahgunakan transplantasi organ
secara praktik, dan tidak sesuai ketentuan dengan perintah agama.
Transplan juga telah disetujui oleh semua agama di Indonesia. Namun kenyataannya,
masih banyak fatwa ulama yang membolehkan dan tidak membolehkan praktik transplantasi
organ dalam agama Islam dan perdebatan yang luas baik ulama, pakar, dokter maupun
pasien.
Saifullah mengkaji mengenai transplantasi organ tubuh dalam perpektif Isl am, hukum
positif, dan etika kedokteran beliau mengatakan hukum transplantasi organ dapat dilakukan
dengan bertujuan menyelamatkan nyawa manusia, dan tentunya dengan kaidah syar’i, dan
hukum di Indonesia memperbolehkan transplantasi dengan tujuan penyembuhan penyakit.
3. Tranplantasi dari Orang Lain (Masih Hidup): Alat Vital dan Non-Vital

Mayoritas ulama memperbolehkan tranplantasi berdasarkan argumen berikut:


3. Tranplantasi dari Orang Lain (Masih Hidup): Alat Vital dan Non-Vital

Mayoritas ulama memperbolehkan tranplantasi berdasarkan argumen berikut:


3. Tranplantasi dari Orang Lain (Masih Hidup): Alat Vital dan Non-Vital

Mayoritas ulama memperbolehkan tranplantasi berdasarkan argumen berikut:


3. Tranplantasi dari Orang Lain (Masih Hidup): Alat Vital dan Non-Vital

Mufti Muhammad Syafi’i dari Pakistan mengatakan bahwasanya transplantasi organ


tidak boleh dilakukan berdasarkan tiga prinsip yaitu;
1. Kesucian hidup manusia.
2. Tubuh manusia adalah amanah.
3. Transplantasi juga dapat dikategorikan sebagai sikap yang memberlakukan tubuh manusia
sebagai bahan material.
Sedangkan menurut Yusuf Qardhawi transplantasi diperbolehkan, selama organ tersebut
bukan merupakan organ vital. Seperti mendonorkan organ rahim.
Kemudian pendapat ini didukung oleh lembaga Kajian Majelis Tarjih Muhammadiyah
dengan kesimpuan: transplantasi dengan tujuan pengobatan, jika tidak dilakukan akan
membahayakan jiwa pasien, hukumnya mubah. Transplantasi organ dengan tujuan
pengobatan cacat badan dimasukkan ke darurat, karena sangat dihajatkan untuk tidak
menimbulkan komplikasi kejiwaan hukumnya mubah.
Tranplantasi dari Orang Lain (Sudah
Meninggal): Alat Vital dan Non-Vital
4. Tranplantasi dari Orang Lain (Sudah Meninggal): Alat Vital dan Non-Vital

Kajian oleh Aam Amiruddin dalam bukunya bedah masalah kontemporer, bahwa
transplantasi diperbolehkan oleh Islam. Menjadi pendonor hukumnya mubah. Dan yang
meninggal boleh digunakan organnya dengan pengobatan dengan catatan telah mendapat
izin sebelum pendonor wafat.
4. Tranplantasi dari Orang Lain (Sudah Meninggal): Alat Vital dan Non-Vital

Ada beberapa pula persoalan mengenai transplantasi, diantaranya: Pertama, transplantasi


organ tubuh dalam keadaan sehat. Apabila transplantasi organ diambil dari orang yang
hidup dan sehat, maka hukumnya haram. Karena perbuatan itu akan memiliki efek bagi yang
mendonorkan seperti mata atau ginjal. Ia akan menghadapi resiko dan mendatangkan bahaya
dirinya dalam kebinasaan. Pengharaman ini seperti hadis Rasulullah SAW:

Maka dari itu, tidak dibenarkan mendermakan organ tubuh seperti mata, tangan dan kaki.
Karena menimbulkan dharar (tindakan membahayakan) yang besar pada diri sendiri.
4. Tranplantasi dari Orang Lain (Sudah Meninggal): Alat Vital dan Non-Vital

Kedua, transplantasi dalam keadaan koma. Hukumnya tetap haram. Karena ini sama
halnya dengan mempercepat kematian pendonor. Maka tidak dibenarkan melakukan
transplantasi organ. Ketiga, transplantasi dalam keadaan meninggal. Ada beberapa syarat
diantaranya: penerima donor dalam keadaan darurat, yang dapat mengancam jiwanya, dan
pencangkokan tidak mengakibatkan penyakit yang lebih gawat.
4. Tranplantasi dari Orang Lain (Sudah Meninggal): Alat Vital dan Non-Vital

Kemudian firman Allah dalam Qs. Al-Maidah ayat 32:

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka
bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan dimuka bumi.”
Tranplantasi dari Hewan Halal
dan Haram
5. Tranplantasi dari Hewan Halal dan Haram
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan transplantasi organ hewan kepada manusia:

● Organ yang akan ditransplantasikan adalah berasal dari hewan yang halal, maksudnya adalah halal

dikonsumsi oleh umat islam. organ yang akan ditransplantasikan kepada manusia harus berasal dari hewan

yang disembelih secara islami. Adapun transplantasi organ hewan dengan menggunakan hewan yang haram

dikonsumsi,

● Mukhtamar ke-29 NU, dalam masalah ini menyatakan bahwa transplantasi organ hewan yang haram

dikonsumsi seperti babi, digunakan untuk menggantikan organ atau sejenis lainnya pada manusia,

hukumnya tidak diperbolehkan. Kecuali sangat diperlukan dan tidak ada cara lain yang lebih efektif lagi,

maka hukumnya menjadi boleh (diberikan dispensasi hukum atau ma’fu).


● Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian, bahwa dalam kondisi yang efektif dan memungkin dengan

cara atau dengan jalan lain (menggunkan hewan yang halal dikonsumsi) maka transplantasi dengan

menggunkan hewan yang haram dikonsumsi seperti babi adalah tidak diperbolehkan.

● Para ulama madzhab telah sepakat pada asalnya transpalantasi dengan menggunakan organ yang berasal dari

hewan yang diharamkan adalah haram hukumnya. Namun, jika dalam kodisi darurat para ulama berselisih

pendapat. Golongan terbesar dari para imam mujtahid berpendapat, bahwa haram berobat dengan barang

najis atau yang diharamkan. pendapat ini dipegang oleh jumhur para ulama madzhab dari kalangan Malikiyah

dan Hanabilah serta pendapat yang masyhur dikalangan madzhab Hanafiyah.


● Sari, Maula. 2020. “Transplantasi Organ
Dalam Al-Quran Perspektif Tafsir Al-
Maqasidi.” Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu

Daftar Pustaka
Ushuluddin 22(1):61. doi:
10.22373/substantia.v22i1.6758
● Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah,
jilid. 11, Hal. 118 Majmu syarhul
muhadzab, jilid. 16, hal. 467
● Sunan Abu Dawud, Kitab. Ath-Thib,
hal.610

Anda mungkin juga menyukai