Anda di halaman 1dari 6

A.

Hukum Jual Beli Organ Tubuh


Jual beli organ tubuh dengan alasan apapun tidak dibenarkan dalam Islam,
karena organ tubuh manusia merupakan pemberian Allah swt yang sangat
berharga dan jika dijual, maka sulit untuk diperoleh kembali. Semua organ
yang terdapat di dalam tubuh manusia tidak ada seorang pun yang mampu
menciptakan serupa dengannya. Oleh karena itu, manusia harus selalu
menjaga organ tubuh yang mereka miliki agar selalu berfungsi sebagaimana
mestinya.1
Ijma ulama menyatakan bahwa tindakan-tindakan menjual organ tubuh
secara batil dengan alasan donor mutlak hukumnya Haram dalam Islam.2
Sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Quran QS. Al-Maidah [5]:32:








Artinya: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena
orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan
dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.
Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara
mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan dimuka bumi.
Adapun pendapat lain yang menyatakan bahwa jual beli organ tubuh itu
adalah haram dengan alasan bahwa salah satu syarat jual beli adalah
seseorang harus memiliki barang tersebut. Sedangkan manusia tidak berhak

1Maslani dan Hasbiyallah, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah Fiqih Kontemporer, (Bandung: SEGA
ARSY, 2010), hal. 201.
2Ovied. R, Jual Beli Organ Tubuh Menurut Hukum Islam, Kabar Washliyah, 02 Maret 2013:
http://kabarwashliyah.com/2013/03/02/jual-beli-organ-tubuh-menurut-hukum-islam/, (Diakses
tanggal 17 April 2017).
terhadap tubuhnya karena tubuhnya adalah titipan Allah. 3 Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda:



Artinya: Janganlah kamu menjual barang yang bukan milikmu.
Kemudian para ulama berkata, menjual tubuh manusia berarti
bertentangan dengan ayat bahwa Allah memuliakan manusia. Allah Taala
berfirman di dalam Q.S Al-Isra: 70.




Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,
Kami angkut mereka di daratan dan di lautan , Kami beri mereka rezki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Al-Israa: 70).
B. Hukum Transplantasi Organ Tubuh
Hukum masalah transplantasi organ tubuh dalam kajian hukum syariah
Islam didasarkan pada bentuk atau tipe transplantasi itu sendiri. Diantaranya:
1. Transplantasi organ tubuh yang dapat mengakibatkan pendonor
meninggal dunia apabila organnya diambil. Seperti jantung, hati, dan
otak. Maka hukumnya tidak boleh berdasarkan firman Allah di dalam
Al-Quran surat Al-Baqarah: 195, An-Nisa: 29, dan Al-Maidah: 2. Yang
menjelaskan tentang larangan ataupun membinasakan diri sendiri serta
bersekongkol dalam pelanggaran.
2. Transplantasi organ tubuh yang dimbil dari pendonor yang masih
hidup yang tidak mengakibatkan kematian pendonor, seperti organ
tubuh ganda diantaranya ginjal, kulit, ataupun donor darah. Pada
dasarnya masalah ini hukumnya mubah selama memenuhi persyaratan,
yaitu:

3 Raehanul Bahraen, Hukum Menjual Organ Tubuh Sendiri (Fenomena Jual Ginjal Sendiri),
Muslimafiyah, 20 Juni 2013: http://kabarwashliyah.com/2013/03/02/jual-beli-organ-tubuh-
menurut-hukum-islam/, (Diakses tanggal 17 April 2017).
a. Tidak membahayakan kelangsungan hidup yang wajar bagi
pendonor.
b. Transplantasi harus dilakukan pendonor dengan sukarela
tanpa paksaan dan tidak untuk diperjualbelikan.
c. Transplantasi boleh dilakukan apabila memang benar-benar
sebagi alternatif peluang satu-satunya bagi penyembuhan penyakit
pasien dan benar-benar darurat.
d. Transplantasi boleh dilakukan bila peluang keberhasilannya
sangat besar.
3. Transplantasi organ tubuh pendonor yang sedang koma atau
hampir meninggal tidak dibolehkan dalam Islam, dengan alasan:
a. Hadits Nabi riwayat Malik dari Amar bin Yahya, riwayat al-
Hakim, yang artinya, Tidak boleh membuat kerusakan pada
dirinya dan tidak boleh pula membuat kerusakan pada orang
lain.
b. Manusia wajib berikhtiar untuk menyembuhkan
penyakitnya demi mempertahankan hidupnya. Karena itu, manusia
tidak boleh mencabut nyawanya sendiri atau mempercepat
kematian orang lain.
4. Tranplantasi organ tubuh pendonor yang sudah meninggal tidak
menyalahi ketentuan agama Islam, dengan syarat ahli waris
mengizinkan dan membolehkan atau terlebih dahulu ada wasiat untuk
diambil organ tubuhnya dan diberikan kepada orang yang
membutuhkannya.
5. Tranplantasi organ tubuh non muslim, kebolehan bagi seorang
muslim untuk menerima organ tubuh non muslim didasarkan pada dua
syarat berikut:4
a. Organ yang dibutuhkan tidak bisa diperoleh dari tubuh
seorang muslim.
b. Nyawa muslim itu bisa melayang jika transplantasi tidak
segera dilakukan.
Di beberapa negara yang telah memiliki Undang-Undang Transplantasi,
terdapat pembalasan dalam pelaksanaan transplantasi, misalnya adanya

4 Imam taufiq, Transplantasi Organ dalam Perspektif Islam, Ilmu Kita, April 2012:
http://ilmukita-imam.blogspot.co.id/2012/04/transplantasi-organ-dalam-perspektif.html, (Diakses
tanggal 17 April 2017).
larangan untuk transplantasi embrio, testis, dan ovarium baik untuk tujuan
pengobatan maupun tujuan eksperimental. Namun ada pula negara yang
mengizinkan dilakukannya transplantasi organ-organ tersebut di atas untuk
kepentingan penelitian saja.
Di Indonesia sendiri sudah ada undang undang yang membahas tentang
transplantasi organ tubuh yaitu UU No.36 Tahun 2009 mengenai transplantasi:
Pasal 64
(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan
melalui transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau
alat kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang
untuk dikomersialkan.
(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih
apapun.
Pasal 65
(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat
persetujuan pendonor dan/atau ahli waris atau keluarganya.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi
organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 66
Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan,
hanya dapat dilakukan apabila telah terbukti keamanan dan
kemanfaatannya.
Pasal 67
(1) Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan pengiriman
spesimen atau bagian organ tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

DAFTAR PUSTAKA
Maslani dan Hasbiyallah. (2010) Masail Fiqhiyah Al-Haditsah
Fiqih Kontemporer. Bandung: SEGA ARSY.
Nata, Abuddin. (2010). Masail Al-Fiqhiyah. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
http://ilmukita-imam.blogspot.co.id/2012/04/transplantasi-organ-
dalam-perspektif.html.
http://kabarwashliyah.com/2013/03/02/jual-beli-organ-tubuh-
menurut-hukum-islam/.
https://keperawatanreligiondinnyria.wordpress.com.

Anda mungkin juga menyukai