Anda di halaman 1dari 41

TRANSPLANTASI ALAT

MENURUT PANDANGAN ISLAM


1. Pengertian Transplantasi
2. Pembagian Transplantasi
3. Tujuan Transplantasi
4. Alat dan Jaringan Yang Dapat Dicangkok
5. Kapan seseorang Positif Meninggal
6. Izin Donor Mutlak Perlu
7. Pandangan Islam Tentang Transplantasi Alat.
1. Pengertian Transplantasi.

- Taylor : Mengambil dan menempelkan pada


tempat lain.
- Hornby dkk : Memindahkan dari satu tempat
ke tempat yang lain.
- Wojowasito dan Poerwadarminta :
Pemindahan (tanaman)
- I’shom : Pencangkokan
- Arifin : Ketika mengemukakan;

Pekerjaan cangkok-mencaangkok …
biasanya kita kenal pada tumbuh-tumbuhan,
tapi akhir-akhir ini sudah merambat pada
pencangkokan organ tubuh manusia yang
dimulai dengan eksperimen yang terkenal
dari Prof.Dr. Christian Bernard seorang
dokter spesialis jantung dari Afrika
Selatan.
- Sebenarnya transplantasi itu bukan hanya
pada organ, tetapi juga pada jaringan, bukan
saja pada manusia, tetapi juga pada binatang.
- Transplantasi pada garis besarnya adalah
pemotongan organ dan jaringan, kemudian
diokulasikan pada bagian tubuh tertentu untuk
hidup menyatu antara yang menempel dan
yang ditempeli.
- Oleh karena itu sebenarnya transplantasi itu
lebih tepat diartikan dengan PENEMPELAN.
- Transplantasi menurut istilah kedokteran
berarti “ usaha memindahkan sebagian dari
bagian tubuh dari satu tempat ke tempat lain”
(I’shom).
- Atau “memindahkan jaringan dari suatu
tempat ke tempat lain” (Ramali dan
Pamuncak).
- “Suatu pemindahan bahan yang hidup (sel,
jaringan, dan organ) dari satu tempat ke tempat
lain dalam susunan yang berbeda” (Largiarder)
- Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa
transplantasi ialah suatu upaya medis untuk
memindahkan jaringan, sel atau organ tubuh dari
donor kepada resipien.
- Dikehendaki dengan pemindahan jaringan, sel
atau organ adalah penempelan atau okulasi yang
dilakukan secara medis.
- Donor ialah individu dari mana jaringan atau
organ diambil untuk ditanam di tempat lain.
- Living donor ialah donor yang terdiri dari orang-
orang yang masih hidup dan sewaktu-waktu
bersedia untuk diambil salah satu organnya.
- Cadaver donor ialah organ diambil dari
donor pada waktu menjelang kematian atau
pada waktu tepat sesudah kematian.
- Resipien ialah individu yang menerima
jaringan atau organ yang ditransplantasikan .
- Sel, merupakan bagian dari jaringan.
- Jaringan, kumpulan sel-sel yang sama dan
mempunyai fungsi tertentu.
- Organ, kumpulan jaringan yang mempunyai
fungsi berbeda-beda sehingga merupakan satu
kesatuan yang mempunyai fungsi tertentu.
2. Pembagian Transplantasi.
- Ditinjau dari segi jenis transplantasi,
dibedakan menjadi :

1) Transplantasi jaringan, seperti


pencangkokan cornea mata.
2) Transplantasi organ, seperti pencangkokan
ginjal, jantung dan sebagainya.
- Ditinjau dari segi hubungan genetik antara
donor dan resipien, dapat dibedakan menjadi:
1) Autotransplantasi, yaitu transplantasi di mana
resipien dan donor adalah satu individu.
2) Homotransplantasi, yaitu transplantasi di
mana resipien dan donor adalah individu yang
sama jenisnya.
3) Heterotransplantasi, yaitu transplantasi di
mana resipien dan donor adalah dua individu
yang berbeda jenis. Misalnya,
mentransplantasikan jaringan atau organ dari
binatang ke manusia.
3. Tujuan Transplantasi.
Transplantasi sebagai suatu upaya untuk
melepaskan manusia dari penderitaan yang
secara biologis mengalami keabnormalan, atau
menderita suatu penyakit yang mengakibatkan
rusaknya fungsi suatu organ, jaringan atau sel.
- Pada dasarnya bertujuan:
1) Kesembuhan dari suatu penyakit, misalnya
kebutaan, rusaknya jantung, ginjal dan sbgnya.
2) Pemulihan kembali fungsi suatu organ,
jaringan atau sel yang telah rusak atau menga-
lami kelainan tetapi sama sekali tidak terjadi
kesakitan biologis, misalnya bibir sumbing.
- Tujuan utama transplantasi cornea mata
adalah “pemulihan penglihatan”.
- Selanjutnya tujuan tersebut dibagi menjadi
“terapeutik (pengobatan) dan tektonik
(memperbaiki bentuk)”.
- Sementara itu ada pendapat lain, tujuan
transplantasi mata disamping bersifat terpeutik
dan tektonik, juga bersifat “optik yakni untuk
mencapai penglihatan maksimal”.
- Jika ditinjau dari segi tingkatan tujuannya,
maka transplantasi bermaksud:
1) Semata-mata pengobatan dari sakit atau
cacat yang kalau tidak dilakukan dengan
pencangkokan tidak akan menimbulkan
kematian, seperti transplantasi cornea dan bibir
sumbing. … --tingkat dihajatkan--
2) Sebagai jalan terakhir, yang kalau tidak
dilakukan akan menimbulkan kematian, seperti
transplantasi ginjal, hati, dan jantung. … --
tingkat dlarurat--.
- Dari uraian di atas tampak bahwa tujuan
utama transplantasi adalah bersifat
kemanusiaan; menghindarkan suatu kematian
yang diduga akan terjadi tanpa dilakukan
transplantasi, dan melepaskan derita kesakitan
atau kelainan biologis.
4. Alat danJaringan yang Dapat Dicangkok.
Kelompok I: homovital transplant, yaitu alat
cangkokan yang permanen berfungsi dalam
tubuh, antara lain ginjal, jantung, paru dan
pancreas.Biasanya reaksi penolakan terhadap
alat-alat ini sangat hebat.
Kelompok II: homostatic transplant, yaitu alat-
alat yang hanya dipakai sebagai landasan
pembentukan/penggantian sel-sel yang dibentuk
oleh tubuh sendiri, antara lain cornea mata,
tulang, tulang rawan, pembuluh darah yang
besar. Reaksi penolakan lebih kecil.
5. Kapan Seseorang Positif Meninggal.
- Kepastian meninggalnya seseorang
menyangkut beberapa aspek, antara lain:
hukum, imbalan asuransi, masalah waris dsb.
- Jika seorang dokter mengambil alat dari
orang yang sebenarnya belum betul-betul
meninggal, maka sebenarnya dokter tsb telah
melakukan pembunuhan.
- Meninggal adalah keadaan dimana
kehidupan berhenti yang tak dapat
dikembalikan lagi.
- Banyak sekali penyebab seseorang meninggal
dunia.
- Namun pada dasarnya semuanya itu disebabkan
karena terhentinya sirkulasi zat asam dalam tubuh.
- Hidup tidak akan dapat dilanjutkan tanpa zat
asam.
- Peredaran zat asam berkaitan dengan interaksi
berbagai alat dan jaringan, misalnya pusat
pernapasan dalam batang otak yang
mengendalikan mekanisme pernapasan.
- Tanpa zat asam, maka alat-alat tubuh akan
mengalami degenerasi.
- Kalau seseorang meninggal, maka alat tubuh
dan jaringannya tidak otomatis mati secara
spontan, tapi masih berada dalam keadaan
hidup untuk jangka waktu tertentu, yang
berbeda antara satu alat dengan alat lainnya.
- Keadaan inilah sebenarnya yang
dimanfaatkan oleh para dokter dalam
pencangkokan alat dan jaringan tubuh.
- Oleh karena itu mutlak diperlukan penetapan
kapan seseorang betul-betul telah meninggal
dunia.
- Penetapan meninggalnya seseorang dengan
sederhana, seperti berhentinya denyut nadi /
denyut jantung, berhentinya pernapasan,
hilangnya refleks sudah lama dinilai tidak
cukup lagi.
- Berhentinya kerja jantung harus ditentukan
dengan pembuktian elektrokardiogram.
- Tapi bukti penentu yang terpenting ialah
berhentinya fungsi otak yang irreversible.
- Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan
electroensepalogram (EEG).
6. Izin Donor Mutlak Perlu.
- Harus memperoleh izin pengambilan alat
tubuh orang yang telah meninggal dunia.
- Yang terbaik dari donor itu sendiri sewaktu
dia masih hidup.
- Sekiranya itu tidak dilakukan maka mutlak
diperlukan izin dari keluarganya atau ahli
warisnya.
7. Pandangan Islam Tentang Transplantasi Alat.
1) Apakah Islam membolehkan bedah mayat ?
- Menurut Islam manusia adalah makhluk
yang paling sempurna dan dimuliakan Allah.
QS.al-Isra’ :70:
. . . . ‫ولقد كرمنا بنى ادم‬
Dari ayat tsb dapat dipahami bahwa
kemuliaan manusia itu bersifat seutuhnya, baik
kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat.
- Bagi manusia yang meninggal dunia,
dikatakan dia kembali ke rahmatullah atau
pulang ke hadirat Allah swt.
- Manusia yang meninggal dunia tidak disebut
najis.
- Ada keharusan bagi yang ditinggalkan, untuk
memandikan jenazahnya.
- Wajib diberikan perlakuan sebaik-baiknya
bagaikan dia masih hidup.
- Orang dianjurkan mengucapkan salam kalau
memasuki halaman perkuburan.
‫‪- Dilarang menginjak-injak atau melangkahi‬‬
‫‪kuburan.‬‬
‫‪- Dilarang duduk-duduk di atas kuburan.‬‬

‫عن جابر خرجنا مع رسول هللا صلعم فى جنازة فجلس النبى‬


‫صلعم على شفير القبر وجلسنا معه فاخرج الحفار عظما ساقا‬
‫او عضدا فذهب ليكسره فقال النبى صلعم ال تكسره فان كسرك‬
‫اياه ميتا ككسرك اياه حيا ولكن دسه فى جانب القبر‪.‬‬
‫رواه ابو داود وابن ماجه ‪.‬‬
Jabir meriwayatkan bahwa kami pergi
mengantar jenazah bersama Rasulullah saw.
Beliau duduk di tepi kuburan dan kami pun
duduk pula bersama beliau. Ketika penggali
kubur mengeluarkan sepotong tulang betis
lengan atau lengan dan bermaksud hendak
memecahkannya, maka Nabi saw, bersabda:
Janganlah engkau pecahkan tulang itu, karena
memecahkannya sesudah mati sama dengan
memecahkannya sewaktu hidup tetapi
benamkanlah tulang itu di samping kubur.
- Hadits ini secara eksplisit jelas melarang
untuk merusak tubuh manusia yang telah
meninggal dunia.
- Oleh karena itu jelas pula terlarang untuk
menyayat mayat ataupun mengambil bagian
alat tubuh orang yang sudah meninggal dunia
tsb.
- Dalam keadaan khusus, Imam Hanafi
memberikan pengecualian, seperti contoh
berikut:
. Seorang ibu hamil meninggal dunia, sedang
dalam perutnya ada sesuatu bergerak-gerak
dan menurut dugaan, yang bergerak-gerak itu
adalah janin yang masih hidup, maka belahlah
perut perempuan itu, karena meskipun
pembedahan demikian merusak kehormatan
mayat, akan tetapi pembedahan itu adalah perlu
untuk memelihara kehormatan yang masih
hidup, itulah sebabnya dibolehkan pembedahan.
Apabila meninggal janin dalam perut ibu yang
masih hidup dan dikhawatirkan akan
membahayakan nyawa si ibu, maka boleh
dipotong-potong janin itu dan dikeluarkan
dengan cara memasukkan tangan ke dalam --
perutnya dan memotong-motong janin itu,
dengan alat pemotong, setelah dipastikan
kematiannya. Tetapi jika janin itu masih hidup
tidak boleh memotongnya, maka tidak boleh
membunuh seseorang yang masih hidup karena
sebab yang diragukan.
Imam Syafi’i mengukuhkan dibolehkannya
pembedahan pada kasus yang sama,
sebagaimana berikut ini:
Apabila mati seorang perempuan, sedang
dalam perutnya ada janin yang masih hidup,
maka boleh dibelah perutnya dan dikeluarkan-
janin tersebut, jika ada harapan bahwa janin
itu akan dapat hidup sesudah dikeluarkannya,
umpamanya janin yang berumur 6 bulan atau
lebih. Tapi jangan jika tidak ada harapan
janin akan hidup sesudah dikeluarkan, maka
pendapat yang lebih sah adalah tidak boleh
membelah perut si ibu.
Demikian pula Imam Hambali dan Maliki
mendukung pengecualian tersebut:
- Para ahli umumnya berpendapat bahwa:
“ Jika dihadapkan kepada dua pilihan, antara
orang yang mati dan yang masih hidup, maka
kemaslahatan orang yang masih hidup
didahulukan dari kemaslahatan orang yang
sudah mati”.
- Berdasarkan penjelasan di atas maka bedah
mayat boleh dilakukan, jika ada landasan yang
kuat dan tidak dicari-cari bahwa itu berguna
bagi orang yang masih hidup seperti halnya
pilihan antara ibu dengan anak tsb.
- Berdasarkan penjelasan yang sama maka
para ahli fiqih bersepakat bahwa bedah mayat
untuk keperluan pembuktian pengadilan
(autopsimedico-legal) dan bedah mayat untuk
pendidikan hukumnya mubah.
- Landasan berpijak para ahli menetapkannya
ialah keadaan darurat, kaidah ushul fiqih :
.‫الضرورات تبيح المحظورات‬
“Sesuatu yang dipandang darurat (tidak dapat
dielakkan) membolehkan sesuatu yang
dilarang”.
2) Apakah Islam membolehkan berobat
dengan alat tubuh orang yang sudah
meninggal ?
- Kewajiban berobat bagi setiap Muslim
adalah jelas, sebagaimana sabda Nabi
Muhammad saw, yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad:

‫ كنت عند النبى صلعم وجاءت‬.‫عن اسا مة بن شريك قال‬


‫ نعم يا عباد هللا‬.‫االعراب فقالوا يارسول هللا انتدوى؟ فقال‬
‫تداووا فان هللا لم يضع داء اال وضع له شفاء غير داء واحد‬
.‫ رواه احمد‬.‫ الهرم‬.‫قالوا ما هو؟ قال‬
Usamah bin Syarik berkata: Di waktu saya
beserta Nabi Muhammad saw, datanglah
beberapa Badui lalu mereka bertanya: Ya
Rasulullah, apakah mesti kita berobat ? Jawab
beliau: Ya, wahai hamba Allah, berobatlah
kamu, karena Allah tidak mengadakan
penyakit, melainkan Ia adakan pula obatnya,
kecuali satu penyakit. Tanya mereka “Penyakit
apakah itu ? Jawab beliau: Tua”.
Begitu pula satu hadits yang diriwayatkan oleh
Abu Daud :
‫ ان هللا انزل الداء‬:‫عن ابى الدرداء قال قال رسول هللا صلعم‬
.‫والدواء وجعل لكل داء دواء فتداووا وال تتداووا بحرام‬
.‫رواه ابوداود‬
Dari Abi Darda’, Abu Daud berkata bahwa
Rasulullah saw, bersabda: “Sesungguhnya
Allah menurunkan penyakit dan obat serta
diadakanNya bagi tiap-tiap penyakit obatnya
maka berobatlah kamu, tetapi janganlah
berobat dengan yang haram”.
- Namun meskipun ilmu dan teknologi kedokteran
telah maju masih banyak penyakit yang belum
diketahui obatnya seperti penyakit kanker,
penyakit kelainan genetik, kelainan bawaan dsb,
- Termasuk pula alat tubuh yang karena menderita
penyakit menahun atau infeksi berat, seringkali
ilmu kedokteran tak dapat berbuat banyak
menolongnya.
- Pada jantung dapat ditemukan katup yang
mengeras sehingga mengganggu pemompaan
darah. Atau pembuluh darah tersumbat, sehingga
menimbulkan kematian mendadak.
- Paru yang penyakit menahun, yang mungkin
fungsinya tinggal separonya saja lagi.
- Begitu pula ginjal yang mengalami
peradangan menahun, sehingga fungsinya
merosot dengan akibat zat racun: ureium
tergenang dalam darah yang dapat mengancam
nyawa si penderita.
Dengan penelitian berabad-abad lamanya,
ternyata para ahli berhasil melakukan
pencangkokan alat tubuh, sebagai satu-satunya
alternatif yang diketahui para ahli untuk
mengobatinya.
- Dalam keadaan ini jelas alasannya yaitu tidak
dimiliki obat yang lain, sementara pengobatan
yang diketahui barulah dengan pencangkokan
tersebut.
Surat al-Baqarah:173 :
‫انما حرم عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير ومآأهل به لغير‬
‫هللا فمن اضطر غير باغ وال عاد فال إثم عليه إن هللا غفور‬
. ‫رحيم‬
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan
bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam-
keadaan terpaksa (memakannya), sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
- Dengan ayat ini jelas memungkinkan manusia
melakukan sesuatu yang nyata haram, kalau
keadaan darurat.
- Mengingat pula, bahwa sungguhpun kita harus
memuliakan mayat, sama dengan halnya
memuliakan dia selagi hidup, namun dalam
keadaan darurat, dimungkinkan pula melakukan
bedah mayat dan mengambil alat tubuhnya, --
maka landasan darurat tersebut dapat pula
dijadikan pegangan untuk berobat dengan alat
tubuh manusia yang telah meninggal dunia.
3) Apakah ada panduan Islam untuk pelaksanaan
operasi transplantasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
dikemukakan :
Panduan 1: Harus ditetapkan oleh satu team
ahli, bahwa keadaannya memang darurat.
Artinya tidak ada cara pengobatan lain yang
diketahui manusia yang sama manfaatnya dan
keberhasilannya dengan operasi transplantasi.
Panduan 2 : Sedapat-dapatnya harus
mendapat izin donor dari yang meninggal,
selagi dia masih hidup. Namun jika tidak ada
pernyataan seperti itu, maka harus dimintakan
izin dari keluarga atau ahli warisnya. Hal ini
penting, untuk mencegah penyalahgunaan alat
tubuh, untuk maksud-maksud yang tercela
atau penjualbelian alat tubuh oleh orang yang
tidak bertanggung jawab.
Panduan 3 : Pengambilan alat tubuh untuk
keperluan pencangkokan tersebut hanya
dibatasi pada alat tubuh yang betul-betul
sangat diperlukan. Harus dihindari mengambil
alat tubuh atau jaringan yang sebenarnya tidak
diperlukan bagi operasi transplantasi tersebut.
‫وهللا اعلم باالصواب‬

Anda mungkin juga menyukai