Travel Medicine
D R . S YA R I FA H H A R A H A P M K E S
Travel medicine adalah disiplin ilmu kedokteran yang fokus pada kondisi
kesehatan yang berkaitan dengan suatu proses perjalanan (travelling).
Perubahan prilaku
Imunoprofilaksis
Kemoprofilaksis
Praktik Travel Medicine di Indonesia biasanya terdapat di
pelabuhan udara maupun laut.
Pelayanan travel medicine yang paling ditekankan untuk saat ini
adalah
Pemberian tindakan preventif
berupa Imunisasi atau Vaksinasi sebelum melakukan
perjalanan
Vaksinasi yang diberikan terkait dengan penyakit endemik
yang ada pada daerah tujuan.
Pencegahan berupa vaksinasi sangat dianjurkan kepada siapa
saja yang berencana bepergian baik itu berlibur maupun bekerja
ke tempat yang jauh dengan waktu yang lama
Idealnya seseorang yang hendak bepergian dianjurkan untuk
memeriksakan dirinya ke travel clinic, yaitu klinik yang
memberikan pelayanan kedokteran wisata .
Frostbite
Disebut juga radang dingin
Frostbite merupakan cedera termal dingin dan membeku yang terjadi
pada kulit dan jaringan di bawahnya ketika jaringan terkena suhu
dibawah titik beku (biasanya -0,55 api dapat terjadi setinggi 2 waktu yang
berkelanjutan.
Frostbite terjadi jika bepergian ke negara lain saat musim dingin, dan bisa
terjadi pada pendaki gunung tinggi.
Gejala :
- Awalnya kulit akan terasa sangat dingin, perih dan memerah
- Lama kelamaan terjadi sensati mati rasa, kulit mengeras lalu memucat
- Kulit mengalami gatal dan menjadi lebih dingin. Pada kondisi yang telah akut,
kulit akan mengalami kesemutan dan mati rasa.
- Warna kulit berubah menjadi kebiruan, kemerahan, atau keabuan dan tampak
menguning.
- Kulit menjadi lebih kaku karena sendi dan otot yang mengeras.
- Saat terkena suhu hangat, kulit yang mengalami radang dingin akut akan
melepuh.
Bagian tubuh yang sering mengalami frostbite adalah jari tangan, kaki,
hidung, telinga, pipi dan dagu.
Frostbite terbagi dalam 4 derajat yaitu :
1. Superficial, area putih yang dikelilingi area eritema atau kemerahan
2. Bula yang mengandung cairan bening
3. Bula hemoragik
4. Nekrosis jaringan penuh
Pencegahan frostbite :
Pada bayi, hypothermia ditandai dengan kulit yang terasa dingin dan terlihat
kemerahan. Bayi juga terlihat diam, lemas, dan tidak mau menyusu atau
makan.
Penatalaksanaan Hypothermia
1. Jika denyut nadi dan pernapasan sudah berhenti, maka lakukanlah tindakan
resusitasi jantung paru (CPR) dan cari bantuan medis.
2. Bila o-rang tersebut masih bernapas dan denyut nadinya masih ada,
lakukanlah tindakan berikut ini untuk membuat suhu tubuhnya kembali
normal:
• Pindahkan dia ke tempat yang lebih kering dan hangat. Pindahkan secara hati-hati
karena gerakan yang berlebihan dapat memicu denyut jantungnya berhenti.
• Jika pakaian yang dikenakannya basah, maka gantilah dengan pakaian yang kering.
• Tutupi tubuhnya dengan selimut atau mantel tebal agar hangat.
• Jika dia sadar dan mampu menelan, berikan minuman hangat dan manis.
• Berikan kompres hangat dan kering untuk membantu menghangatkan tubuhnya.
Letakkan kompres di leher, dada, dan selangkangan. Hindari meletakkan kompres di
lengan atau tungkai karena malah menyebabkan darah yang dingin mengalir kembali
ke jantung, paru-paru, dan otak.
• Hindari penggunaan air panas, bantal pemanas, atau lampu pemanas untuk
menghangatkan penderita hipotermia. Panas yang belebihan dapat merusak kulit
dan menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur.
• Temani dan pantau terus kondisi orang tersebut, hingga bantuan medis tiba.
Pencegahan Hypothermia
Pencegahan :
Secara bertahap naik ke ketinggian agar tubuh mengalami agar tubuh
mengalami aklimatisasi.
Obat-obatan profilkasis seperti acetazolamide 250-500 mg dapat
diberikan 2x sehari.
Kecelakaan dan kekerasan
Bepergian ke berbagai destinasi wisata juga bisa menjadi kegiatan yang
mengancam keselamatan jiwa. Kurangnya pemahaman tentang kondisi jalan
dan aturan berlalu lintas bisa berbeda antara destinasi satu dengan destinasi
lainnya, bisa menjadi pemicu utama di kalangan wistawan.
Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang berlebihan atau berintensitas tinggi dapat menyebabkan
temperatur tubuh meningkat. Terlebih, jika aktivitas fisik dilakukan di luar
ruangan saat cuaca panas.
Mengenakan pakaian terlalu tebal atau ketat sehingga keringat tidak bisa
meninggalkan tubuh dengan mudah.
Minum alkohol juga membuat tubuh tak bisa mengatur temperatur
dengan optimal.
Selain itu, tentu saja kekurangan cairan dapat menyebabkan dehidrasi
yang memperburuk risiko sengatan panas.
Pencegahan Heat Stroke
2. Behavior
◦ Berhubungan dengan pembelajaran budaya dan pengembangan keterampilan
sosial
◦ individu akan mengalami kesulitan tidur, selalu ingin buang air kecil, mengalami
sakit fisik, tidak nafsu makan dan lain-lain.
3. Cognitive
◦ perubahan persepsi individu dalam identifikasi etnis dan nilai-nilai akibat
kontak budaya
◦ Individu akan memiliki pandangan negatif, kesulitan bahasa karena berbeda
dari negara asal, pikiran individu hanya terpaku pada satu ide saja, dan memiliki
kesulitan dalam interaksi sosial.
Hal-hal yang dapat menimbulkan Culture Shock :
tipe makanan
perilaku pria dan wanita
sikap terhadap kebersihan
pengaturan keuangan
cara berbahasa
penggunaan waktu
relasi interpersonal
sikap terhadap agama
cara berpakaian
transportasi umum
Fase-fase dalam Culture shock :
1. Fase Bulan Madu yaitu fase ini berisi kegembiraan, rasa penuh
harapan, dan euphoria sebagai antisipasi individu sebelum memasuki
budaya baru. Pada fase ini semuanya merasakan kesenangan,
kegembiraan serta kenikmatan dalam menjalani hubungan dan budaya
baru.
2. Fase Pesakitan yaitu fase krisis dalam Culture Shock, karena
lingkungan baru mulai berkembang. Fase yang membuat seseorang
merasa sendiri, terpojok, dan bimbang dihadapkan dengan sesuatu
yang baru dan berlawanan.
3. Fase Adaptasi yaitu fase dimana individu mulai mengerti mengenai
budaya barunya. Pada fase ini individu dan peristiwa dalam lingkungan
baru mulai dapat terprediksi dan tidak terlalu menekan.
4. Fase Penyesuaian Diri yaitu fase dimana individu telah mengerti
elemen kunci dari budaya barunya. Pada fase ini tidak mendapatkan
kesulitan lagi karena telah melewati masa adaptasi yang begitu
panjang.
Gejala-gejala Culture Shock :
1. Kesedihan, kesepian, dan kelengangan
2. Preokupasi (pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja, yang biasanya
berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional) dengan kesehatan
3. Kesulitan untuk tidur, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
4. Perubahan perilaku, tekanan atau depresi
5. Kemarahan, sifat cepat marah, keengganan untuk berhubungan dengan orang
lain
6. Mengidentifikasikan dengan budaya lama atau mengidealkan daerah lama
7. Kehilangan identitas
8. Berusaha terlalu keras untuk menyerap segalanya di budaya baru
9. Tidak mampu memecahkan permasalahan sederhana
10. Tidak percaya diri
11. Merasa kekurangan, kehilangan dan kegelisahan
12. Mengembangkan stereotype tentang kultur yang baru
13. Mengembangkan obsesi seperti over- cleanliness
14. Rindu keluarga
Aspek-aspek Culture Shock ada 3, yaitu :
1) Kehilangan cues atau tanda-tanda yang dikenalnya. Cues adalah bagian
dari kehidupan sehari-hari seperti tanda-tanda, gerakan bagian-bagian
tubuh (gesture), ekspresi wajah ataupun kebiasaan - kebiasaan yang
dapat menceritakan kepada seseorang bagaimana sebaiknya bertindak
pada situasi tertentu.
2) Krisis identitas, dengan pergi ke luar daerahnya seseorang akan
kembali mengevaluasi gambaran tentang dirinya.
3) Putusnya komunikasi antar pribadi baik pada tingkat yang disadariatau
tak disadari yang mengarahkan pada frustasi dan kecemasan.Halangan
bahasa adalah penyebab jelas dari gangguan-gangguan ini.
Respiratory distress (humidity,
pollution)
Respiratory distress adalah gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba
ditandai dengan sesak nafas yang berat, hipoksemia dan dan menyebar ke
paru-paru.
Penurunan kemampuan paru ini membuat cadangan oksigen dalam
tubuh menurun drastis ditandai dengan gejala sesak napas.
Bila tidak segera ditangani, dapat mengakibatkan kerusakan berbagai
organ akibat tidak cukup mendapatkan oksigen. Ginjal akan mengalami
gagal ginjal, dan otak dapat terserang stroke, bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Penyebab Acute Respiratory Distress Syndrome
1. Penyebab Acute Respiratory Distress Syndrome sampai saat ini belum
diketahui pasti. Namun infeksi berat dan riwayat trauma baik secara
langsung ataupun tidak langsung diduga menjadi faktor risiko utama.
Misalnya :
◦ Trauma berat ( cedera kepala, cedera dada langsung, trauma pada organ
dengan syok hemorrhagik, fraktur)
◦ Cedera aspirasi/ inhalasi (aspirasi isi lambung, hamper tenggelam, inhalasi
asap, inhalasi gas iritan)
2. Ventilator mekanik
Ventilator mekanik diperlukan pada ARDS berat. Mesin ini bekerja sebagai
alat bantu napas untuk mencukupi kebutuhan oksigen tubuh.
3. pemberian cairan dalam jumlah cukup lewat pemberian cairan infus.
Kecukupan cairan menjadi hal utama untuk menjamin kelancaran
peredaran darah dan oksigen ke seluruh organ dalam tubuh.
4. Obat-obatan diberikan untuk mengatasi infeksi penyebabnya,
mengurangi nyeri, mencegah penggumpalan darah di kaki dan paru,
dan untuk memberikan sedasi pada penderita ARDS.
Jet lag
Jet lag merupakan gangguan tidur yang disebabkan karena perjalanan
jarak jauh menggunakan pesawat dengan melalui zona waktu yang
berbeda.
Saat bepergian ke daerah yang berbeda zona waktu, tubuh tidak bisa
langsung menyesuaikan diri dengan waktu setempat, hal ini terjadi karena
tubuh mempunyai jam biologis yang masih sama dengan zona waktu
sebelumnya. Jam biologis ini dinamakan irama sirkadian, yang membuat
seorang manusia terjaga di siang hari dan tidur di malam hari.
Biasanya, seseorang akan mengalami jet lag jika melakukan perjalanan
hingga 13 jam atau lebih.
Gejala jet lag pada umumnya yaitu mengantuk pada siang hari, tidak bisa
tidur di malam hari, dan baru bisa tidur menjelang dini hari. Hal tersebut
dikarenakan ritme tubuh masih mengikuti kebiasaan di tempat
sebelumnya.
Gejala Jet Lag
Gangguan tidur seperti insomnia, bangun terlalu awal atau mengantuk berlebihan.
Kelelahan pada siang hari.
Merasa gelisah.
Sakit kepala.
Dehidrasi.
Kesulitan berkonsentrasi atau berfungsi secara normal.
Daya ingat menurun.
Berkurangnya nafsu makan.
Gangguan pencernaan seperti : diare dan sembelit
Tidak enak badan.
Perubahan suasana hati (mood)
Jantung berdebar
Pencegahan Jet Lag
Mengantisipasi perubahan zona waktu, dengan cara tidur dan bangun lebih
cepat atau lebih lama dari biasanya, beberapa hari sebelum penerbangan.
Pilih penerbangan yang tiba di tujuan pada siang menjelang sore, lalu usahakan
untuk tidak tidur hingga pukul 22:00 waktu setempat.
Jangan lupa untuk mengubah jam sesuai dengan waktu di tempat tujuan, agar
dapat menyesuaikan aktivitas dengan waktu setempat.
Minum air putih secukupnya, baik selama penerbangan maupun setelah tiba di
tujuan, untuk mencegah dehidrasi yang dapat memperparah gejala jet lag.
Hindari konsumsi alkohol dan kafein, 3-4 jam sebelum waktu tidur. Kedua
minuman tersebut dapat membuat susah tidur.
Hindari konsumsi makanan berat sesaat sebelum pesawat mendarat.
Pastikan terpapar sinar matahari ketika sampai tempat tujuan, sebab berdiam
diri di dalam ruangan dapat memperparah gejala jet lag.
Gunakan penyumbat kuping dan penutup mata untuk mengurangi suara dan
paparan cahaya selama tidur di pesawat.
Cara mengatasi jet lag :