Anda di halaman 1dari 39

Special Cases of

Travel Medicine
D R . S YA R I FA H H A R A H A P M K E S
Travel medicine adalah disiplin ilmu kedokteran yang fokus pada kondisi
kesehatan yang berkaitan dengan suatu proses perjalanan (travelling).

2 hal penting yang menjadi dasar dalam travel medicine yaitu :


1. Promosi kesehatan
2. Pencegahan penyakit

Perubahan kelembaban udara, suhu maupun kuman penyakit merupakan


beberapa hal yang mampu mempengaruhi kesehatan wisatawan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan secara khusus untuk menjaga kesehatan
sebelum bepergian adalah :
Pengenalan penyakit yang ada pada daerah yang dituju

Pendidikan mengenai pencegahan penyakit

Perubahan prilaku

Imunoprofilaksis

Kemoprofilaksis
Praktik Travel Medicine di Indonesia biasanya terdapat di
pelabuhan udara maupun laut.
Pelayanan travel medicine yang paling ditekankan untuk saat ini
adalah
Pemberian tindakan preventif
berupa Imunisasi atau Vaksinasi sebelum melakukan
perjalanan
Vaksinasi yang diberikan terkait dengan penyakit endemik
yang ada pada daerah tujuan.
Pencegahan berupa vaksinasi sangat dianjurkan kepada siapa
saja yang berencana bepergian baik itu berlibur maupun bekerja
ke tempat yang jauh dengan waktu yang lama
Idealnya seseorang yang hendak bepergian dianjurkan untuk
memeriksakan dirinya ke travel clinic, yaitu klinik yang
memberikan pelayanan kedokteran wisata .
Frostbite
Disebut juga radang dingin
Frostbite merupakan cedera termal dingin dan membeku yang terjadi
pada kulit dan jaringan di bawahnya ketika jaringan terkena suhu
dibawah titik beku (biasanya -0,55 api dapat terjadi setinggi 2 waktu yang
berkelanjutan.
Frostbite terjadi jika bepergian ke negara lain saat musim dingin, dan bisa
terjadi pada pendaki gunung tinggi.
Gejala :
- Awalnya kulit akan terasa sangat dingin, perih dan memerah
- Lama kelamaan terjadi sensati mati rasa, kulit mengeras lalu memucat
- Kulit mengalami gatal dan menjadi lebih dingin. Pada kondisi yang telah akut,
kulit akan mengalami kesemutan dan mati rasa.
- Warna kulit berubah menjadi kebiruan, kemerahan, atau keabuan dan tampak
menguning.
- Kulit menjadi lebih kaku karena sendi dan otot yang mengeras.
- Saat terkena suhu hangat, kulit yang mengalami radang dingin akut akan
melepuh.
Bagian tubuh yang sering mengalami frostbite adalah jari tangan, kaki,
hidung, telinga, pipi dan dagu.
Frostbite terbagi dalam 4 derajat yaitu :
1. Superficial, area putih yang dikelilingi area eritema atau kemerahan
2. Bula yang mengandung cairan bening
3. Bula hemoragik
4. Nekrosis jaringan penuh
Pencegahan frostbite :

1. Batasi waktu saat di luar ruangan dalam cuaca dingin.


2. Mengenakan pakaian sesuai cuaca ,khususnya pada cuaca
dingin
3. Mengenakan tutup kepala / topi atau ikat kepala yang
menutupi telinga
4. Kenakan kaus kaki jika bepergian keluar rumah
5. Perhatikan tanda-tanda awal frostbite seperti kemerahan
atau sangat pucat, sensasi tertusuk dan kesemutan.
6. Tidak mengkonsumsi alkohol jika berencana untuk berada
di luar ruangan dalam cuaca dingin.
7. Pola makan yang sehat dan konsumsi air yang cukup
8. Kenali gejala awal yang berupa : kulit merah /pucat dan mati
rasa.
Penatalaksanaan frostbite
Terdiri dari 3 fase yaitu :
1. Saat awal membeku,
2. Saat di rumah sakit,
3. Dan sesudahnya.
Tahap awal yaitu dengan :
Pengurangan paparan terhadap suhu yang dingin
Mengganti pakaian dengan pakaian yang kering
Menaruh ekstremitas yang terkena penyakit ini di ketiak
selama 10 menit
Pemberian aspirin 75mg maupun ibuprofen 800mg
Setelah tahap awal dilakukan dapat ke rumah sakit terdekat
atau dapat berkonsultasi dengan ahli
Penatalaksanan frosbite

Penatalaksanaan bergantung tingkat keparahan


Hypothermia
Hypothermia adalah keadaan darurat medis yang terjadi ketika tubuh
memiliki suhu dibawah normal atau < 35
Ketika suhu tubuh berada jauh di bawah normal (37), fungsi sistem saraf
dan organ tubuh lainnya akan mengalami gangguan.
Jika tidak segera ditangani, hypothermia dapat menyebabkan gagal
jantung, gangguan sistem pernapasan, dan bahkan kematian.
Penyebab hypothermia yaitu :
1. Terlalu lama berada di tempat dingin.
2. Mengenakan pakaian yang kurang tebal saat cuaca dingin.
3. Terlalu lama mengenakan pakaian basah.
4. Terlalu lama di dalam air, misalnya akibat kecelakaan kapal.
Hypothermia ada 3 fase yaitu :
1. Hypothermia Fase Ringan
◦ Suhu tubuh berada di kisaran 32–35.
◦ Gejalanya, antara lain : hipertensi, menggigil, detak jantung meningkat
dan napas menjadi cepat, pembuluh darah menyempit, kelelahan,
serta kurang koordinasi. (Gejala menggigil sebenarnya adalah pertanda
baik bahwa sistem regulasi panas tubuh seseorang masih aktif.)

2. Hypothermia Fase sedang


◦ suhu tubuh menurun sampai 28–32.
◦ Gejalanya, antara lain : detak jantung tidak teratur, detak jantung dan
pernapasan melambat, tingkat kesadaran menurun, pupil melebar,
tekanan darah menurun, dan refleks menurun.

3. Hypothermia Fase berat-yang ia lakukan atau lingkungan di sekitarnya.


Gejala Hyphotermia :
 Kulit pucat dan terasa dingin ketika disentuh
 Mati rasa
 Menggigil
 Respons menurun
 Gangguan bicara
 Kaku dan sulit bergerak
 Penurunan kesadaran
 Sesak napas hingga napas melambat
 Jantung berdebar hingga denyut jantung melambat

Pada bayi, hypothermia ditandai dengan kulit yang terasa dingin dan terlihat
kemerahan. Bayi juga terlihat diam, lemas, dan tidak mau menyusu atau
makan.
Penatalaksanaan Hypothermia
1. Jika denyut nadi dan pernapasan sudah berhenti, maka lakukanlah tindakan
resusitasi jantung paru (CPR) dan cari bantuan medis.
2. Bila o-rang tersebut masih bernapas dan denyut nadinya masih ada,
lakukanlah tindakan berikut ini untuk membuat suhu tubuhnya kembali
normal:
• Pindahkan dia ke tempat yang lebih kering dan hangat. Pindahkan secara hati-hati
karena gerakan yang berlebihan dapat memicu denyut jantungnya berhenti.
• Jika pakaian yang dikenakannya basah, maka gantilah dengan pakaian yang kering.
• Tutupi tubuhnya dengan selimut atau mantel tebal agar hangat.
• Jika dia sadar dan mampu menelan, berikan minuman hangat dan manis.
• Berikan kompres hangat dan kering untuk membantu menghangatkan tubuhnya.
Letakkan kompres di leher, dada, dan selangkangan. Hindari meletakkan kompres di
lengan atau tungkai karena malah menyebabkan darah yang dingin mengalir kembali
ke jantung, paru-paru, dan otak.
• Hindari penggunaan air panas, bantal pemanas, atau lampu pemanas untuk
menghangatkan penderita hipotermia. Panas yang belebihan dapat merusak kulit
dan menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur.
• Temani dan pantau terus kondisi orang tersebut, hingga bantuan medis tiba.
Pencegahan Hypothermia

1. Jagalah tubuh agar tetap kering. Hindari mengenakan pakaian basah


dalam jangka waktu lama karena dapat menyerap panas tubuh.
2. Gunakan pakaian sesuai dengan kondisi cuaca dan kegiatan yang akan
dilakukan, terutama ketika akan mendaki gunung atau berkemah di
tempat yang dingin. Kenakan jaket atau pakaian tebal agar suhu tubuh
tetap terjaga.
3. Gunakan topi, syal, sarung tangan, kaus kaki, dan sepatu bot ketika
akan beraktivitas di luar rumah.
4. Lakukan gerakan sederhana untuk menghangatkan tubuh.
5. Hindari minuman yang mengandung alkohol atau kafein. Konsumsilah
minuman dan makanan hangat.
Altitude sickness
Disebut juga mabuk ketinggian atau Mountain sickness
Penyakit ini terjadi pada para pendaki gunung terutama pendakian lebih dari
2400 m.
Altitude sickness terjadi karena tekanan fisik akibat kesulitan menyesuaikan
diri dengan tekanan oksigen rendah di dataran tinggi, atau ketidakmampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan kondisi alam di pegunungan yang berbeda
dibandingkan dataran rendah.
Semakin tinggi suatu tempat maka kadar oksigen semakin menipis. Semakin
cepat atau terburu-buru saat mendaki, makin tinggi resiko mengalami
altitude sickness.
Gejala altitude sickness :
Kelelahan (fatigue)
Sakit kepala
Jantung berdebar
Anoreksia
Mual muntah
Sesak nafas
Insomnia
Kulit akan membiru
Dada seperti ditekan
Batuk berdarah
Linglung
Kesadaran menurun
Penatalaksanaan awal Altitude Sickness
Berikan ruang yang cukup untuk bernafas
Longgarkan pakaian penderita
Berikan alat bantu pernafasan, seperti tabung oksigen portable
Berikan air putih
Jangan berikan obat-obatan selain paracetamol untuk nyeri
Bila memungkinkan, bawa penderita segera ke dataran rendah
Jika kondisinya tidak memungkinkan, segera hubungi petugas evakuasi

Tiga Prinsip Utama penataksanaan Altitude Sickness, adalah :


1. Menghentikan naik ke ketinggian
2. Turun jika gejala tidak membaik setelah 24 jam atau memburuk
3. Turun secepatnya jika terjadi tanda-tanda awal edema paru atau edema
serebral
Pada kasus ringan : istirahat, pasien akan membaik dalam 24-48 jam. Bila
tidak membaik berikan oksigen 2-4 liter/menit atau evakuasi.
Pada kasus sedang sampai berat : diberikan obat NSAID, antiemetic,
acetazolamide 125-250 mg setiap 12 jam untuk mempercepat aklimatisasi.
Pada kasus berat : dexamethasone (dosis awal 8 mg lalu 4 mg setiap 6 jam.

Pencegahan :
Secara bertahap naik ke ketinggian agar tubuh mengalami agar tubuh
mengalami aklimatisasi.
Obat-obatan profilkasis seperti acetazolamide 250-500 mg dapat
diberikan 2x sehari.
Kecelakaan dan kekerasan
Bepergian ke berbagai destinasi wisata juga bisa menjadi kegiatan yang
mengancam keselamatan jiwa. Kurangnya pemahaman tentang kondisi jalan
dan aturan berlalu lintas bisa berbeda antara destinasi satu dengan destinasi
lainnya, bisa menjadi pemicu utama di kalangan wistawan.

 Kecelakaan lalu lintas


Beberapa tindakan pencegahan antara lain :
a. Memiliki asuransi yang menjamin bila sakit dan resiko akibat kecelakaan
b. Memiliki surat ijin mengemudi internasional setidaknya berlaku untuk nasional
c. Memahami peraturan lalu lintas negara terkait dan perawatan mesin pada negara yang
akan diunjungi
d. Jangan mengemudi bila belum mengenal jalan yang akan dilalui
e. Tidak mengemudi setelah minum alcohol
f. Mematuhi peraturan lalu lintas secara umum, seperti penggunaan sabuk pengaman,
kecepatan, dsb.
 Cedera dan kecelakaan pada rekreasi air
Rekreasi air termasuk :
a. Pemandian air panas
b. Danau
c. Sungai
d. Kolam renang
e. SPA
f. Bahaya rekreasi air biasanya tenggelam dan cedera pada kepala dan tulang

Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi


bahaya kecelakaan pada wisata perairan (WHO,2003) al :
a. Patuhi kaidah-kaidah perilaku aman, seperti penggunaan jaket
pelampung, karakteristik aliran, mengenali arus dan kecuraman sungai
dan hindari bagian outlet dari SPA dan kolam renang.
b. Anak-anak harus senantiasa mendapat pengawasan orang dewasa
c. Jangan mengonsumsi alcohol sebelum melakukan kegiatan di daerah
rekreasi air
d. Amati dan pelajari terlebih dahulu kedalaman air sebelum menyelam
dan jangan langsung melompat ke permukaan air yang keruh
Heat stroke
Heat Stroke merupakan kondisi paling berat pada tubuh akibat terpapar
suhu panas karena tubuh tidak dapat mengontrol suhu badan.
Suhu badan meningkat dengan cepat hingga 41° C dalam 10 sampai 15
menit dan tubuh sudah tidak dapat mengeluarkan keringat. Heat Stroke
dapat memperberat kondisi orang yang sedang sakit dan menyebabkan
kematian.
Terdapat dua bentuk heat stroke, yakni
1. Exertional Heat stroke (EHS)
Umumnya terjadi pada orang muda yang terlibat dalam aktivitas fisik berat untuk jangka waktu lama
dalam lingkungan panas,

2. Non Exertional Heat stroke (NEHS)


Lebih sering mempengaruhi orang tua, orang yang sakit kronis dan orang yang sangat muda
Tanda dan Gejala heat stroke
Tanda Heat stroke :
1. Hipotensi, tachycardia, tachypnea
2. Perubahan status mental (irritability, ataxia, confusion, disorientasi, syncope, hysteria,
dan koma)
3. Berkurangnya kemampuan untuk menurunkan suhu tubuh (berhenti berkeringat, kulit
menjadi panas)
4. Tanda-tanda yang mengancam jiwa: disseminated intravascular coagulant (DIC),
termasuk epistaxis, pendarahan dari saluran intra vena, luka memar, dan edema paru,
tanda dari Acute Renal Failure (ARF)

Gejala Heat stroke :


5. Kelelahan
6. Pusing
7. Mual dan muntah
8. Kulit terasa panas ketika disentuh
9. Kulit berwarna kemerahan
Penyebab Heat stroke
Lingkungan
Penyebab sengatan panas dari lingkungan ini disebut heat stroke klasik atau
nonexertional. Ketika berada di lingkungan yang terlalu panas, temperatur tubuh
ikut meningkat.

Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang berlebihan atau berintensitas tinggi dapat menyebabkan
temperatur tubuh meningkat. Terlebih, jika aktivitas fisik dilakukan di luar
ruangan saat cuaca panas.

Mengenakan pakaian terlalu tebal atau ketat sehingga keringat tidak bisa
meninggalkan tubuh dengan mudah.
Minum alkohol juga membuat tubuh tak bisa mengatur temperatur
dengan optimal.
Selain itu, tentu saja kekurangan cairan dapat menyebabkan dehidrasi
yang memperburuk risiko sengatan panas.
Pencegahan Heat Stroke

1. Mengenakan pakaian longgar dan menyerap keringat


2. Memakai tabir surya atau kacamata hitam untuk melindungi dari
paparan sinar matahari
3. Mengonsumsi cukup cairan
4. Tidak meninggalkan siapapun dalam mobil yang terparkir
5. Jika cuaca panas dan harus berada di luar rumah, berteduh jika
memungkinkan
6. Batasi waktu beraktivitas fisik di luar rumah jika cuaca sedang panas
Penanganan Heat stroke

1. Segera memanggil bantuan medis.


2. Selain itu, pindahkan orang yang mengalami sengatan panas ke dalam
ruangan atau area yang lebih teduh.
3. Apabila korban sengatan panas mengenakan pakaian terlalu tebal,
lepaskan yang tidak perlu.
4. Sebisa mungkin, dinginkan tubuh orang yang mengalami sengatan
panas dengan cara apapun. Misalnya dengan kompres es batu,
menyiramkan air dingin, meletakkan handuk basah di kepala, leher,
dan ketiak korban, atau mendekatkan dengan kipas angin.
Culture shock/ adaptation/
stress
Culture Shock (gegar budaya) menggambarkan respon yang mendalam
dan negatif dari depresi, frustasi dan disorientasi yang dialami oleh orang-
orang yang hidup dalam suatu lingkungan budaya yang baru.
Seseorang merasa ketiadaan arah, merasa tidak mengetahui harus
berbuat apa atau bagaimana mengerjakan segala sesuatu di lingkungan
yang baru, dan tidak tahu apa yang sesuai atau tidak.
Reaksi emosional terhadap perbedaan sehingga menyebabkan perasaan
tidak berdaya, mudah marah dan ketakutan akan ditipu, dilukai atau
diacuhkan.
Culture shock dapat terjadi pada individu yang mengalami perpindahan
dari satu daerah ke daerah lainnya dalam negerinya sendiri atau
berpindah ke negara lain.
Dimensi Culture shock atau ABCs of culture shock, yaitu:
1. Affective
◦ Berhubungan dengan perasaan dan emosi,
◦ Individu mengalami kebingungan dan merasa kewalahan karena datang ke
lingkungan yang tidak familiar.

2. Behavior
◦ Berhubungan dengan pembelajaran budaya dan pengembangan keterampilan
sosial
◦ individu akan mengalami kesulitan tidur, selalu ingin buang air kecil, mengalami
sakit fisik, tidak nafsu makan dan lain-lain.

3. Cognitive
◦ perubahan persepsi individu dalam identifikasi etnis dan nilai-nilai akibat
kontak budaya
◦ Individu akan memiliki pandangan negatif, kesulitan bahasa karena berbeda
dari negara asal, pikiran individu hanya terpaku pada satu ide saja, dan memiliki
kesulitan dalam interaksi sosial.
Hal-hal yang dapat menimbulkan Culture Shock :
tipe makanan
perilaku pria dan wanita
sikap terhadap kebersihan
pengaturan keuangan
cara berbahasa
penggunaan waktu
relasi interpersonal
sikap terhadap agama
cara berpakaian
transportasi umum
Fase-fase dalam Culture shock :
1. Fase Bulan Madu yaitu fase ini berisi kegembiraan, rasa penuh
harapan, dan euphoria sebagai antisipasi individu sebelum memasuki
budaya baru. Pada fase ini semuanya merasakan kesenangan,
kegembiraan serta kenikmatan dalam menjalani hubungan dan budaya
baru.
2. Fase Pesakitan yaitu fase krisis dalam Culture Shock, karena
lingkungan baru mulai berkembang. Fase yang membuat seseorang
merasa sendiri, terpojok, dan bimbang dihadapkan dengan sesuatu
yang baru dan berlawanan.
3. Fase Adaptasi yaitu fase dimana individu mulai mengerti mengenai
budaya barunya. Pada fase ini individu dan peristiwa dalam lingkungan
baru mulai dapat terprediksi dan tidak terlalu menekan.
4. Fase Penyesuaian Diri yaitu fase dimana individu telah mengerti
elemen kunci dari budaya barunya. Pada fase ini tidak mendapatkan
kesulitan lagi karena telah melewati masa adaptasi yang begitu
panjang.
Gejala-gejala Culture Shock :
1. Kesedihan, kesepian, dan kelengangan
2. Preokupasi (pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja, yang biasanya
berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional) dengan kesehatan
3. Kesulitan untuk tidur, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
4. Perubahan perilaku, tekanan atau depresi
5. Kemarahan, sifat cepat marah, keengganan untuk berhubungan dengan orang
lain
6. Mengidentifikasikan dengan budaya lama atau mengidealkan daerah lama
7. Kehilangan identitas
8. Berusaha terlalu keras untuk menyerap segalanya di budaya baru
9. Tidak mampu memecahkan permasalahan sederhana
10. Tidak percaya diri
11. Merasa kekurangan, kehilangan dan kegelisahan
12. Mengembangkan stereotype tentang kultur yang baru
13. Mengembangkan obsesi seperti over- cleanliness
14. Rindu keluarga
Aspek-aspek Culture Shock ada 3, yaitu :
1) Kehilangan cues atau tanda-tanda yang dikenalnya. Cues adalah bagian
dari kehidupan sehari-hari seperti tanda-tanda, gerakan bagian-bagian
tubuh (gesture), ekspresi wajah ataupun kebiasaan - kebiasaan yang
dapat menceritakan kepada seseorang bagaimana sebaiknya bertindak
pada situasi tertentu.
2) Krisis identitas, dengan pergi ke luar daerahnya seseorang akan
kembali mengevaluasi gambaran tentang dirinya.
3) Putusnya komunikasi antar pribadi baik pada tingkat yang disadariatau
tak disadari yang mengarahkan pada frustasi dan kecemasan.Halangan
bahasa adalah penyebab jelas dari gangguan-gangguan ini.
Respiratory distress (humidity,
pollution)
Respiratory distress adalah gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba
ditandai dengan sesak nafas yang berat, hipoksemia dan dan menyebar ke
paru-paru.
Penurunan kemampuan paru ini membuat cadangan oksigen dalam
tubuh menurun drastis ditandai dengan gejala sesak napas.
Bila tidak segera ditangani, dapat mengakibatkan kerusakan berbagai
organ akibat tidak cukup mendapatkan oksigen. Ginjal akan mengalami
gagal ginjal, dan otak dapat terserang stroke, bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Penyebab Acute Respiratory Distress Syndrome
1. Penyebab Acute Respiratory Distress Syndrome sampai saat ini belum
diketahui pasti. Namun infeksi berat dan riwayat trauma baik secara
langsung ataupun tidak langsung diduga menjadi faktor risiko utama.
Misalnya :
◦ Trauma berat ( cedera kepala, cedera dada langsung, trauma pada organ
dengan syok hemorrhagik, fraktur)
◦ Cedera aspirasi/ inhalasi (aspirasi isi lambung, hamper tenggelam, inhalasi
asap, inhalasi gas iritan)

2. Infeksi yang terjadi umumnya infeksi berat yang sudah menyebar ke


darah (sepsis).
3. Infeksi di pancreas (pancreatitis akut), pneumonia, overdosis obat-
obatan dan kecelakaan juga dapat menyebabkan penyakit ini.
Gejala Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Gejala dan tanda yang tampak pada penderita ARDS (Acute Respiratory
Distress Syndrome) meliputi:
1. Sesak napas berat
2. Frekuensi napas lebih dari normal ( lebih dari 60x/menit)
3. Tekanan darah rendah
4. Penurunan kesadaran
5. Sianosis
6. Gelisah

Diagnosis Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)


Untuk menentukan diagnosis ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
diperlukan pemeriksaan fisik, rontgen dada atau CT-scan, dan pemeriksaan
kadar oksigen darah.
Pengobatan Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS)
Target utama pengobatan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
adalah untuk mengembalikan kadar oksigen tubuh ke angka normal.
1. Pemberian masker oksigen
Pada ARDS dengan gejala yang tidak berat, pemberian oksigen cukup
dilakukan dengan masker yang melingkupi hidung dan mulut.

2. Ventilator mekanik
Ventilator mekanik diperlukan pada ARDS berat. Mesin ini bekerja sebagai
alat bantu napas untuk mencukupi kebutuhan oksigen tubuh.
3. pemberian cairan dalam jumlah cukup lewat pemberian cairan infus.
Kecukupan cairan menjadi hal utama untuk menjamin kelancaran
peredaran darah dan oksigen ke seluruh organ dalam tubuh.
4. Obat-obatan diberikan untuk mengatasi infeksi penyebabnya,
mengurangi nyeri, mencegah penggumpalan darah di kaki dan paru,
dan untuk memberikan sedasi pada penderita ARDS.
Jet lag
Jet lag merupakan gangguan tidur yang disebabkan karena perjalanan
jarak jauh menggunakan pesawat dengan melalui zona waktu yang
berbeda.
Saat bepergian ke daerah yang berbeda zona waktu, tubuh tidak bisa
langsung menyesuaikan diri dengan waktu setempat, hal ini terjadi karena
tubuh mempunyai jam biologis yang masih sama dengan zona waktu
sebelumnya. Jam biologis ini dinamakan irama sirkadian, yang membuat
seorang manusia terjaga di siang hari dan tidur di malam hari.
Biasanya, seseorang akan mengalami jet lag jika melakukan perjalanan
hingga 13 jam atau lebih.
Gejala jet lag pada umumnya yaitu mengantuk pada siang hari, tidak bisa
tidur di malam hari, dan baru bisa tidur menjelang dini hari. Hal tersebut
dikarenakan ritme tubuh masih mengikuti kebiasaan di tempat
sebelumnya.
Gejala Jet Lag

Gangguan tidur seperti insomnia, bangun terlalu awal atau mengantuk berlebihan.
Kelelahan pada siang hari.
Merasa gelisah.
Sakit kepala.
Dehidrasi.
Kesulitan berkonsentrasi atau berfungsi secara normal.
Daya ingat menurun.
Berkurangnya nafsu makan.
Gangguan pencernaan seperti : diare dan sembelit
Tidak enak badan.
Perubahan suasana hati (mood)
Jantung berdebar
Pencegahan Jet Lag

Mengantisipasi perubahan zona waktu, dengan cara tidur dan bangun lebih
cepat atau lebih lama dari biasanya, beberapa hari sebelum penerbangan.
Pilih penerbangan yang tiba di tujuan pada siang menjelang sore, lalu usahakan
untuk tidak tidur hingga pukul 22:00 waktu setempat.
Jangan lupa untuk mengubah jam sesuai dengan waktu di tempat tujuan, agar
dapat menyesuaikan aktivitas dengan waktu setempat.
Minum air putih secukupnya, baik selama penerbangan maupun setelah tiba di
tujuan, untuk mencegah dehidrasi yang dapat memperparah gejala jet lag.
Hindari konsumsi alkohol dan kafein, 3-4 jam sebelum waktu tidur. Kedua
minuman tersebut dapat membuat susah tidur.
Hindari konsumsi makanan berat sesaat sebelum pesawat mendarat.
Pastikan terpapar sinar matahari ketika sampai tempat tujuan, sebab berdiam
diri di dalam ruangan dapat memperparah gejala jet lag.
Gunakan penyumbat kuping dan penutup mata untuk mengurangi suara dan
paparan cahaya selama tidur di pesawat.
Cara mengatasi jet lag :

Membangun rutinitas baru


Makan dan tidur pada waktu yang tepat untuk zona waktu baru, bukan
menggunakan waktu yang biasanya di rumah terkhusus dalam urusan makan
dan tidur.

Menghindari tidur siang segera setelah baru saja tiba


Bahkan jika lelah setelah penerbangan, tetap aktif sampai waktu yang tepat
untuk tidur akan membantu tubuh menyesuaikan diri lebih cepat.

Menghabiskan waktu di luar


Cahaya alami akan membantu tubuh menyesuaikan diri dengan rutinitas baru.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai