Anda di halaman 1dari 4

5.

Pandangan Agama Islam dan Kemuhammadiyah

a. Bunuh Diri
Bunuh diri adalah sebuah perbuatan munkar yang dilarang. Berikut ini adalah beberapa
hadits dan firman Allah yang menerangkan tentang kecaman bagi orang yang melakukan
bunuh diri dan pembunuhan atau membunuh jiwa atau nyawa seseorang.
QS. An-Nisa (4) ayat 29

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (An-Nisa : 29)

QS Al-Kahfi ayat 6
Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati
sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al
Quran). (QS. Al-Kahfi ayat 6)

Hadits-Haditsnya :
Hadits 86. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw., bersabda :
Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya
sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya; dan siapa yang
bunuh diri dengan racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di
neraka, untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari
gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka, untuk
selama-lamanya.
b. Otopsi

Otopsi (bedah mayat) adalah pemeriksaan mayat dengan jalan pembedahan (surgery, at
tasyriih). Ada tiga macam otopsi; (1) otopsi anatomis, yaitu otopsi yang dilakukan mahasiswa
kedokteran untuk mempelajari ilmu anatomi. (2) otopsi klinis, yaitu otopsi untuk mengetahui
berbagai hal yang terkait dengan penyakit (misal jenis penyakit) sebelum mayat meninggal.
(3) otopsi forensik, yaitu otopsi yang dilakukan oleh penegak hukum terhadap korban
pembunuhan atau kematian yang mencurigakan, untuk mengetahui sebab kematian,
menentukan identitasnya, dan sebagainya.

Pada dasarnya mengotopsi mayat adalah haram hukumnya dalam pandangan syariat
Islam karena kehormatan seorang muslim yang sudah meninggal sama seperti halnya ketika
hidup. Hal yang mendasari hukum asal ini adalah beberapa dalil sebagai berikut:
Dalil al-Quran
Allah Taala berfirman:





Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami
ciptakan. (QS. Al-Isra: 70)
Ayat ini menunjukan bahwa Allah memuliakan anak Adam dan ini mencakup saat
mereka masih hidup dan setelah meninggal dunia. Sementara itu, otopsi jenazah berarti
menghinakan anak Adam sebab pada otopsi terdapat memotong anggota tubuh mayat dan
membedah perutnya dan sebagainya dari hal-hal yang bertentangan dengan ayat ini. Oleh
karenanya, otopsi hukumnya terlarang.
Dalil hadits

:

Dari Aisyah Radhiyallahu anha dari Nabi Shalallahu Alaihi Wa Salam bahwa beliau
bersabda: Sesungguhnya memecahkan tulang seorang mukmin tatkala mati seperti halnya
memecahkan tulangnya saat hidup (HR. Abu Daud)
Hadits ini menunjukan haramnya memecahkan tulang mayat seorang mukmin,
sedangkan otopsi mengandung hal itu sehingga termasuk dalam larangan hadits.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad bin Isa Abu isa at-Tirmidzi as-Silmi, Jami Shahih Sunan at-Tirmidzi, (Beirut: Dar
Ihya at-Turats al-Arobi) http://likhinel-fata.blogspot.com/2011/12/otopsi-perspektif-hukum-
islam.html

Anda mungkin juga menyukai