Anda di halaman 1dari 70

5015. BOLEHKAH NON MUSLIM MENZIARAHI MAKAM MUSLIM ?

5 bulan yang lalu

PERTANYAAN :

Assalamu'alaikum. Apa hukumnya orang non muslim mendatangi kuburan wong islam? Jika
boleh, apa kebolehan di sini termasuk ke makam para auliya? Soalnya ada pengalaman 2
bulan lalu, teman seperjalanan saya (kebetulan non muslim) ikut dengan saya berkunjung
ke makam sunan ampel surabaya.. [Zae AbJal].

JAWABAN :

Hukumnya boleh. Orang kafir tidak dicegah menziarahi kerabatnya yang muslim, baik
muslimnya masih hidup maupun yang sudah meninggal, karena tidak adanya larangan.
Kebolehan di sini termasuk menziarahi ke makam para auliya.

- kitab al furu' (2/299) :

َْ َ ‫ُ ﱠ‬ ْ َ َ ‫ُﻤَﻨ ُﻊ ْاﻟ َﻜﺎِﻓ ُﺮ زﯾ‬


ْ ‫َو َﻻ ﯾ‬
ِ ‫ َوَﯾِﻘﻒ اﻟﺰاِﺋ ُﺮ أ َﻣ َﺎم اﻟﻘﺒ‬، ‫َﺎر َة ﻗ ِﺮ ِﯾﺒ ِﻪ اﻟ ُﻤ ْﺴِﻠ ِﻢ‬
‫ْﺮ‬ ِ

Orang kafir tidak dicegah menziarahi kuburan kerabatnya yang islam, dan peziarah berdiri di
depan kuburan.

- kitab syarah muntahal irodat :

( ‫وﻻ ﯾﻤﻨﻊ ﻛﺎﻓﺮ زﯾﺎرة ﻗﺒﺮ ﻗﺮﯾﺒﻪ اﻟﻤﺴﻠﻢ ( ﻛﻌﻜﺴﻪ‬

Orang kafir tidak dicegah menziarahi kuburan kerabatnya yang muslim, sebagaimana
sebaliknya.

- kitab kasyaful qina' :

( ‫ ﻟﻌﺪم اﻟﻤﺤﻈﻮر‬، ‫ وﻻ ﯾﻤﻨﻊ ﻛﺎﻓﺮ ﻣﻦ زﯾﺎرة ﻗﺮﯾﺒﻪ اﻟﻤﺴﻠﻢ ( ﺣﯿﺎ ﻛﺎن أو ﻣﯿﺘﺎ‬.

Orang kafir tidak dicegah menziarahi kerabatnya yang muslim, baik muslimnya masih hidup
maupun sudah meninggal, karena tidak adanya larangan. Wallohu a'lam. [Nur Hamzah].

LINK ASAL :

www.fb.com/groups/piss.ktb/1306657056023766

0673. Arti Sifat Wajib Alloh Nafsiyah, Salbiyah, Ma'ani, dan Ma'nawiyah
5 bulan yang lalu
PERTANYAAN :
Mau nanya ni apa yang di maksud dengan : nafsiah, salbiyah, ma'ani & ma'nawiyah yang
ada pada dzat nya Allah swt. [Muhammad Firdaus Al-Banjari].
JAWABAN :
​1. Nafsiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan Dzat Allah SWT.
- berupa sifat Wujud
2. Salbiyah yaitu sifat Allah yang menolak sifat-sifat yang tidak sesuai atau tidak layak
bagi-NYA.
- Qidam
- Baqo'
- Mukholafatu lilhawaditsi
- Qiyamuhu Binafsihi
- Wahdaniyat
3. Ma'ani yaitu sifat-sifat wajib bagi Allah yang dapat digambarkan oleh akal pikiran manusia,
serta dapat meyakinkan orang lain, lantaran kebenarannya dapat dibuktikan oleh panca
indera.
- Qudrot
- Irodat
- Ilmu
- Hayat
- Sama'
- Bashar
- Kalam
4. Ma'nawiyah yaitu sifat-sifat yang berhubungan dengan sifat ma'ani, atau keaktifan
sifat-sifat tujuh di atas.
- Qodiran
- Muridan
- 'Aliman
- Hayyan
- Sami'an
- Bashiron
- Mutakalliman. [Ani Fah].

0662. Benarkah Tidak Ada Siksa Kubur ?


5 bulan yang lalu

Tulisan ini merupakan salah satu bab yang terdapat dalam buku "Menelaah Pemikiran Agus
Mustofa Koreksi Terhadap Serial Buku Diskusi Tasawuf Modern" karya A. Qusyairi Ismail
dan Moh. Achyat Ahmad. Buku ini merupakan sebuah buku yang menelaah semua
pemikiran Agus Musthofa yang aneh. Buku ini diterbitkan oleh "Pustaka Sidogiri" ( sebuah
usaha penerbitan milik Pondok Pesantren Sidogiri ).
Tak Ada Azab Kubur ?
Uraian Singkat
Sebagaimana dijelaskan dalam buku “serial diskusi tasawuf modern” yang berjudul Ternyata
Adam Dilahirkan, Agus Mustofa mengatakan bahwa buku Tak Ada Azab Kubur? terinspirasi
oleh bagian tengah (wa fîhâ tamûtûna) dari ayat berikut:
َ ‫ﻮن َو ِﻣْﻨ َﻬﺎ ُﺗ ْﺨ َﺮ ُﺟ‬
25 :[7] ‫ )اﻷﻋﺮاف‬.‫ﻮن‬ َ ‫ﯿﻬﺎ َﺗ ُﻤﻮُﺗ‬ ْ ‫ﯿﻬﺎ َﺗ ْﺤﯿ‬
َ ‫َﻮ َن َوِﻓ‬ َ ‫)َﻗ‬.
َ ‫ﺎل ِﻓ‬
Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula)
kamu akan dibangkitkan. (QS. Al-A’raf [7]: 25).
Dasar terkuat Agus Mustofa untuk menyimpulkan bahwa azab kubur tidak ada adalah,
sebab menurut dugaan beliau, penjelasan mengenainya tidak terdapat dalam al-Qur’an.
Mengenai hal ini beliau menulis:
Hal yang menarik pertama adalah, kata “azab kubur” tidak ditemukan dalam al-Qur’an. Kata
azab di dalam al-Qur’an diulang-ulang sebanyak 358 kali, dan tidak ditemukan satupun
berbicara tentang azab kubur. Kalau tidak “azab dunia”, ya menyebut “azab akhirat”. (Tak
Ada Azab Kubur?, hlm. 148).
Selanjutnya, didorong oleh perasaan penasaran yang tinggi, beliau melakukan eksplorasi
lebih jauh mengenai hal ini. Beliau menulis sebagai berikut:
Saya cari dari kata “siksa” dengan berbagai kata bentuknya, seperti “siksaan”, “disiksa”,
“menyiksa”, dan sebagainya. Ternyata ada sejumlah 193 kali. Tetapi sekali lagi saya tidak
menemukan kata “siksa” yang terkait dengan siksa kubur. Saya mencari lagi lewat kata
“kubur”; “kuburan”, “dikubur”, “mengubur”. Ternyata ada 23 kali. Dan lagi-lagi, tidak ada yang
bercerita tentang adanya siksa kubur. (Ibid, hlm. 152).
Dan akhirnya saya mencoba mencarinya lewat kata “barzakh”. Ternyata dalam al-Qur’an
hanya disebut dua kali. Yang pertama bercerita tentang alam arwah… Sedangkan yang
kedua, kata “barzakh” digunakan untuk peristiwa yang sama sekali tidak ada kaitannya
dengan alam kubur. (Ibid, hlm. 153).
Dari hasil pencariannya yang ‘panjang’ dan ‘melelahkan’ ini, Agus Mustofa kemudian sampai
pada kesimpulan bahwa ternyata menurutnya, informasi mengenai azab kubur memang
tidak memiliki dalil-dalil yang kuat dan meyakinkan dari al-Qur’an. Padahal keyakinan
mengenai hal ini merupakan hal yang sangat penting bagi umat Islam. Agus Mustofa
melanjutkan:
Seluruh ayat-ayat yang terkait dengan barzakh, kubur, siksa, dan azab, ternyata tidak
satupun yang menyinggung tentang adanya azab kubur, alias siksa kubur. Sekali lagi kita
menjadi merasa aneh. Kenapa peristiwa penting yang sudah dianggap sebagai kebenaran
ini tidak muncul dalam informasi al-Qur’an. Lebih jauh, kalau kita berbicara tentang
keimanan atau rukun iman, azab kubur juga tidak muncul menjadi salah satu rukun iman itu.
Yang ditegaskan adalah Hari Kiamat dan Hari Akhir. (Ibid, hlm. 154-155).
Karena upaya eksplorasi dan penelusuran yang dilakukan oleh Agus Mustofa tidak
membuahkan hasil, kemudian beliau mencoba mempertegas mengenai dari mana sumber
berita tentang azab kubur itu selama ini? Ternyata mengenai hal itu bersumber dari Hadits
Nabi e. Setelah tahu bahwa informasi itu bersumber dari Hadits, Agus Mustofa berhenti, dan
tidak melakukan eksplorasi lebih lanjut terhadap Hadits-Hadits Nabi Muhammad e. Beliau
menulis:
Benarkah azab kubur memang tidak ada? Kalau tidak ada, kenapa selama ini kita demikian
yakin bahwa azab kubur itu ada? Dari mana sumbernya? Ternyata sumbernya adalah
Hadits. Sangat banyak Hadits yang bercerita tentang azab kubur ini. Mulai dari Hadits yang
sangat lemah sampai kepada Hadits yang sahih. (Ibid, hlm. 155).
Untuk memperkuat asumsinya tentang ketiadaan azab kubur, Agus Mustofa menggiring
pembaca untuk berpikir lebih lanjut, tentunya dengan menggunakan logika khas karangan
beliau sendiri. Dalam hal ini, beliau menyatakan bahwa siksaan sebagai pembalasan atas
perbuatan manusia hanya dilakukan di dua fase: dunia dan akhirat, dan tidak ada siksaan
yang ke tiga, yaitu siksaan di alam barzakh. Beliau mencatat:
Jadi al-Qur’an secara konsisten dan berulang-ulang menceritakan bahwa balasan bagi
perbuatan kita itu hanya terjadi di dua tempat, dan di dua waktu. Yang pertama adalah
balasan duniawi, dan yang kedua adalah balasan ukhrawi. (Ibid, 101).
Begitu nyawa itu keluar dari dalam tubuhnya, tidak ada siksaan badan yang terjadi. Yang
ada ialah siksaan yang jauh lebih besar, yaitu siksaan di neraka, dan itu terjadi setelah
terlebih dahulu manusia dihidupkan kembali dari dalam kuburnya. (Ibid, 160).
Azab kubur, ini menjadi kontroversial adanya, juga dikarenakan alam barzakh adalah fase
menunggu. Artinya, pada fase ini sebenarnya manusia yang mati itu belum diadili. Kalau
belum diadili kenapa bisa disiksa? (Ibid, 215).
Dari asumsi-asumsi di atas, kemudian Agus Mustofa menggiring pembaca untuk
menggambarkan lama masa transisi yang akan dialami orang yang sudah meninggal, untuk
menunggu terjadinya “kiamat kecil” (versi Agus Mustofa). Beliau menjelaskan bahwa orang
yang meninggal akan merasakan penantian yang amat singkat di alam barzakh, kendati
kenyataannya berjuta-juta tahun. Beliau menulis:
Akan tetapi, kita bakal bertemu dengan informasi-informasi ‘aneh’ dari dalam al-Qur’an
tentang lamanya alam barzakh tersebut. Menurut al-Qur’an, alam barzakh alias alam kubur
itu akan berlangsung singkat. Setidak-tidaknya begitulah yang dirasakan oleh orang-orang
yang dibangkitkan. (Ibid, hlm. 186).
Agus Mustofa mendasarkan pernyataan-pernyataan tersebut pada ayat-ayat al-Qur’an
berikut:
52 :[17] ‫ )اﻹﺳﺮاء‬.‫ﻮن ِإ ْن َﻟِﺒْﺜُﺘ ْﻢ ِإﻻ َﻗِﻠﯿﻼ‬َ ‫ُﻮن ِﺑ َﺤ ْﻤِﺪ ِه َوَﺗ ُﻈﱡﻨ‬ ُ ‫َﻮ َم ﯾ َْﺪ ُﻋ‬
َ ‫ﻮﻛ ْﻢ َﻓَﺘ ْﺴَﺘ ِﺠﯿﺒ‬ ْ ‫)ﯾ‬.
Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya, dan
kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur/di dunia) kecuali sebentar saja.
(QS. Al-Isra’ [17]: 52).
َ ‫ُﺆَﻓ ُﻜ‬
55 :[30] ‫ )اﻟﺮوم‬.‫ﻮن‬ ْ ‫ﺎﻋ ٍﺔ َﻛَﺬِﻟ َﻚ َﻛﺎُﻧﻮا ﯾ‬
َ ‫ْﺮ َﺳ‬ َ ‫ﻮن َﻣﺎ َﻟِﺒُﺜﻮا َﻏﯿ‬
َ ‫ﺎﻋ ُﺔ ﯾُْﻘ ِﺴ ُﻢ ْاﻟ ُﻤ ْﺠ ِﺮ ُﻣ‬ ‫َﻮ َم َﺗُﻘﻮ ُم ﱠ‬
َ ‫اﻟﺴ‬ ْ ‫)وﯾ‬.
َ
Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; “Mereka tidak
berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)”. Seperti demikianlah mereka selalu
dipalingkan (dari kebenaran). (QS. Ar-Rum [30]: 55).
52 :[36] ‫ )ﯾﺲ‬.‫ﻮن‬َ ُ‫ﺻَﺪ َق ْاﻟ ُﻤ ْﺮ َﺳﻠ‬ ‫َﻌَﺜَﻨﺎ ِﻣ ْﻦ َﻣ ْﺮَﻗِﺪَﻧﺎ َﻫَﺬا َﻣﺎ َو َﻋَﺪ ﱠ‬
َ ‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤ ُﻦ َو‬ َ ‫)َﻗﺎﻟُﻮا ﯾَﺎ َوﯾَْﻠَﻨﺎ َﻣ ْﻦ ﺑ‬.
Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari
tempat-tidur kami (kubur)?”. Inilah yang dijanjikan (Tuhan) yang Maha Pemurah dan
benarlah Rasul-rasul(Nya). (QS. Yasin [36]: 52).
Beliau menyatakan bahwa ayat-ayat ini menarik untuk dikaji dan diperhatikan secara
cermat, karena ayat-ayat di atas ternyata menjelaskan tentang sumpah-sumpah orang yang
berdosa, yang semestinya mengalami siksa kubur. Tapi anehnya mereka seperti tidak
merasakan adanya azab itu. Seakan-akan tak ada yang memberatkan mereka selama
berada di alam barzakh. (Ibid, hlm. 189).
Agus Mustofa menjelaskan lebih lanjut:
Tentu saja ini terasa aneh buat kita yang selam ini berpikir bahwa di dalam kubur itu ada
azab. Kalau memang ada azab, mestinya orang-orang yang berdosa akan merasakan
betapa lamanya hidup di alam barzakh. Namun Allah memberikan informasi sebaliknya,
bahwa orang-orang yang berdosa merasa demikian singkatnya berada di alam barzakh.
(Ibid, hlm. 190).
Terkait dengan kesimpulan ini, dalam serial buku tasawuf modern yang lain (Ternyata
Akhirat Tidak Kekal), Agus Mustofa menjelaskan lebih tegas lagi, bahwa lama masa yang
akan dialami seseorang di alam barzakh memang teramat sebentar, seperti orang yang
sedang bangun dari tidur, sebelumnya tidak merasakan apa-apa, namun tiba-tiba mendapati
Hari Kiamat terjadi tanpa disadarinya. Beliau berkata:
Jadi bagi yang sekarang sudah berusia 40 tahun misalnya, jika diambil rata-rata usia
manusia modern 65 tahun, maka kiamat baginya hanya tinggal 25 tahun lagi… Kenapa
demikian? Karena begitu dia meninggal, dia sudah tidak merasakan lagi masa penantian
‘kiamat bumi’ yang diperkirakan masih tinggal ribuan tahun. (Ternyata Akhirat Tidak Kekal,
hlm. 146).
Kesimpulan ini beliau dasarkan pada penafsiran pribadi dari QS. Al-Isra’ [17]: 52 di atas.
Ketika menjelaskan ayat tersebut, Agus Mustofa berkata:
Artinya ayat tersebut menggambarkan kepada kita bahwa selama kita berada di alam
barzakh, kita tidak merasakan masa penantian itu sebagai waktu yang lama. Bahkan
rasanya hanya sekitar satu hari saja. Sehingga praktis begitu kita mati, maka tak lama
kemudian kita sudah akan bertemu dengan Hari Kiamat. (Ternyata Akhirat Tidak Kekal, hlm.
145-146).
Kemudian bagaimanakah tanggapan Agus Mustofa terhadap ayat-ayat al-Qur’an dan
Hadits-Hadits Nabi e yang secara tersurat maupun tersirat menjelaskan tentang adanya
azab kubur? Agus Mustofa mengatakan bahwa itu hanya sebagai efek-efek positif dan
negatif serta penampakan siksa dan nikmat semata, bukan siksa dan nikmat yang
sesungguhnya. Beliau menulis:
Cerita tentang Firaun dan orang-orang syahid (di dalam al-Qur’an) adalah bersifat kasuistik,
yaitu orang-orang yang jelas-jelas kafir dan orang-orang yang jelas gugur di jalan Allah I.
Mereka sudah merasa menyesal dan bahagia selama di alam barzakh, sebagai efek internal
dalam jiwa mereka. Selebihnya manusia pada umumnya menunggu masa pengadilan. (Tak
Ada Azab Kubur?, hlm. 218).
Tanggapan
Tampak jelas dari uraian singkat di atas, bahwa Agus Mustofa mendasarkan kesimpulan
“tidak ada azab kubur” pada eksplorasi yang beliau lakukan sendiri terhadap rujukan primer
dalam Islam (al-Qur’an), yang ternyata tidak berhasil beliau temukan. Namun di sini perlu
dikemukakan bahwa tidak semua permasalahan yang tidak bisa dirujuk secara tegas dalam
al-Qur’an lantas kemudian bisa dinafikan. Betapa banyak permasalahan yang rujukan
lugasnya tidak tercantum dalam al-Qur’an, akan tetapi dijabarkan dalam Hadits, dan itupun
juga harus diyakini kebenarannya, sebagaimana telah kita uraikan secara lugas pada bagian
sebelumnya.
Jika memang demikian halnya, maka tidak ada alasan untuk menafikan kebenaran adanya
azab kubur, terlebih selain diuraikan secara lugas dalam Hadits, kebenaran azab kubur
ternyata dijelaskan secara tersurat dalam al-Qur’an, sedangkan Hadits memberikan
penjelasan detailnya.
Bagaimanapun, eksplorasi kata (“azab”, “kubur”, “barzakh”) yang dilakukan oleh Agus
Mustofa lebih tampak seperti tugas pekerjaan rumah untuk tingkat taman kanak-kanak.
Dengan hanya membaca al-Qur’an dan terjemahannya dari sudut pandang pribadinya,
beliau akan sulit untuk bisa sampai pada kebenaran. Sebab, sebagaimana telah diuraikan
pada bagian sebelumnya, upaya memahami al-Qur’an memerlukan keahlian tersendiri (tidak
semua orang bisa menafsiri), dan harus dilakukan secara holistik. Menafsiri al-Qur’an
memerlukan perangkat keilmuan yang kompleks, memerlukan pengetahuan tentang
asbâbun-nuzûl, nâsikh-mansûkh, munasabah, dll. Informasi mengenainya tidak bisa
dilepaskan dari Hadits-Hadits Nabi.
Terkait dengan pembahasan tentang azab kubur, sebetulnya terdapat sejumlah ayat yang
diturunkan terkait dengan azab kubur. Penjelasan ini didukung oleh Hadits-Hadits yang
kualitasnya tidak diragukan (shahîh), antara lain adalah sebagai berikut:
27 :[14] ‫ )اﺑﺮاﻫﯿﻢ‬.ُ‫َﺸﺎء‬ َ ‫ﯿﻦ َوﯾَْﻔ َﻌ ُﻞ اﷲﱠُ َﻣﺎ ﯾ‬ ‫ُﻀ ﱡﻞ اﷲﱠُ ﱠ‬
َ ‫اﻟﻈﺎِﻟ ِﻤ‬ َ ْ ‫اﻟﺪْﻧﯿَﺎ َوِﻓﻲ‬
ِ ‫اﻵ ِﺧ َﺮ ِة َوﯾ‬ ‫اﻟﺜ ِﺎﺑ ِﺖ ِﻓﻲ ْاﻟ َﺤﯿَﺎ ِة ﱡ‬
‫ﯾﻦ َآ َﻣُﻨﻮا ﺑ ْﺎﻟَﻘ ْﻮل ﱠ‬َ ‫ﱢﺖ اﷲﱠُ اﻟﱠِﺬ‬
ُ ‫)ﯾَُﺜﺒ‬.
ِ ِ
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim [14]: 27).
Menurut para ulama, ayat di atas diturunkan berkenaan dengan azab kubur. Maka yang
dimaksud adalah, Allah I meneguhkan keimanan orang-orang yang beriman dengan
kata-kata yang teguh (kalimat tauhid, lâ Ilâha illâ Allâh), baik di dunia maupun di alam kubur,
ketika seseorang mendapatkan pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir, sehingga ia
bisa memberikan jawaban-jawaban yang benar. Karena itulah, Rasulullah e ketika selesai
memendam mayat, beliau tidak langsung beranjak dari tempatnya, akan tetapi beliau
berseru kepada para hadirin:
‫ )رواه أﺑﻮ داود‬.‫ﺄل‬ ُ ‫ُﺴ‬ َ ‫ َﻓﺈﱠﻧ ُﻪ‬،‫ْﺖ‬
ْ ‫اﻵن ﯾ‬ َ ‫ﺄﻟﻮا َﻟ ُﻪ اﻟﱠﺘْﺜِﺒﯿ‬
ُ ‫اﺳ‬ْ ‫ْﻜﻢ َو‬ ُ ‫ﻷﺧﯿ‬ِ ِ ‫)اﺳَﺘ ْﻐِﻔ ُﺮوا‬.
ْ
Mintakanlah ampun untuk saudara kalian (yang meninggal ini), dan doakanlah agar ia
diteguhkan hatinya (berpegangteguh pada kalimat tauhid), sebab ia sekarang sedang
ditanyakan. (HR. Abu Daud).
Penjelasan ini demikian kuat, sebab didukung oleh mayoritas pakar tafsir dan ahli Hadits,
yang menyatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan azab kubur. Berikut kami
cantumkan beberapa di antaranya:
‫ﺎز ٍب‬
ِ ‫ْﻦ َﻋ‬
ِ ‫اء ﺑ‬
ِ ‫َﺮ‬‫ َﻋ ِﻦ ْاﻟﺒ ﱠ‬t ‫اﷲ‬
ِ‫ﻮل ﱠ‬ َ ‫ أَ ﱠن َر ُﺳ‬e ‫ﱢﺖ‬ ُ ‫ َﻓَﺬِﻟ َﻚ َﻗ ْﻮﻟُ ُﻪ "ﯾَُﺜﺒ‬،‫اﷲ‬
ِ‫ﻮل ﱠ‬ ُ ‫ﻻ إَﻟ َﻪ إﻻﱠ اﷲﱠُ َوأَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤًﺪا َر ُﺳ‬
َ َ ْ ‫"اﻟ ُﻤ ْﺴِﻠ ُﻢ إَذا ُﺳِﺌ َﻞ ِﻓﻰ ْاﻟَﻘﺒ‬
ِ ِ ‫ْﺮ ﯾَﺸ َﻬُﺪ أ ْن‬ ِ ِ
ْ :‫ﺎل‬ َ ‫َﻗ‬
‫ )رواه اﻟﺸﯿﺨﺎن‬."‫اﻵﺧ َﺮ ِة‬ ِ ‫اﻟﺪْﻧﯿَﺎ َوِﻓﻰ‬ ‫اﻟﺜ ِﺎﺑ ِﺖ ِﻓﻰ ْاﻟ َﺤﯿَﺎ ِة ﱡ‬ ‫ﯾﻦ َآﻣُﻨﻮا ﺑ ْﺎﻟَﻘ ْﻮل ﱠ‬
ِ ِ َ ‫)اﷲﱠُ اﻟﱠِﺬ‬.
Dari al-Barra’ bin ‘Azib t, bahwa Rasulullah e bersabda: “Seorang Muslim, jika ditanya (oleh
Malaikat Munkar dan Nakir) di dalam kubur, ia akan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah I, dan Nabi Muhammad e adalah utusan-Nya. Maka itulah yang dimaksud
dengan firman Allah I: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan
yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (HR. Bukhari Muslim).
‫ َﻋ ِﻦ ْاﻟﺒ ﱠ‬t ‫ َﻋ ِﻦ اﻟﱠﻨِﺒ ﱢﻰ‬e ‫ َﻓَﺬِﻟ َﻚ َﻗ ْﻮﻟُ ُﻪ‬،‫اﷲ‬
ِ‫ﻮل ﱠ‬ ُ ‫ َوأَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤًﺪا َر ُﺳ‬،ُ‫ﻻ إَﻟ َﻪ إﻻﱠ اﷲﱠ‬ َ َ َ ُ ُ ‫ "إَذا أُْﻗ ِﻌَﺪ ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ُﻦ ِﻓﻰ َﻗﺒ‬:‫ﺎل‬ َ ‫َﻗ‬
‫ﺎز ٍب‬
ِ ‫ْﻦ َﻋ‬
ِ ‫اء ﺑ‬
ِ ‫َﺮ‬ ِ ِ ‫ ﺛ ﱠﻢ ﺷ ِﻬَﺪ أ ْن‬،‫ْﺮ ِه أِﺗ َﻰ‬ ِ ِ
َ َ ‫ﱠ‬ ُ‫ﱠ‬ ُ
ُ ‫ﺎر َﺣﱠﺪَﺛَﻨﺎ ُﻏْﻨَﺪ ٌر َﺣﱠﺪَﺛَﻨﺎ ُﺷ ْﻌﺒَﺔ ِﺑ َﻬَﺬا َو َز َاد "ﯾَُﺜﺒ‬ ‫ﱠ‬ ْ
‫ َﺣﱠﺪَﺛَﻨﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤُﺪ ﺑ ُ ﱠ‬."‫ﯾﻦ َآﻣُﻨﻮا ﺑﺎﻟَﻘ ْﻮ ِل اﻟﺜﺎﺑ ِﺖ‬ ‫ﱠ‬ ُ‫ﱠ‬ ُ ‫"ﯾَُﺜﺒ‬
ِ ‫ﯾﻦ َآﻣُﻨﻮا" َﻧ َﺰﻟ ْﺖ ِﻓﻰ َﻋﺬ‬
‫اب‬ َ ‫ﱢﺖ اﷲ اﻟِﺬ‬ ٍ ‫ْﻦ ﺑَﺸ‬ ِ ِ َ ‫ﱢﺖ اﷲ اﻟِﺬ‬
‫ )رواه اﻟﺒﺨﺎري‬.‫ْﺮ‬ َ ْ
ِ ‫)اﻟﻘﺒ‬.
Dari al-Barra’ bin ‘Azib t, bahwa Rasulullah e bersabda: Jika seorang mukmin berada di
dalam kuburnya, lalu ia didatangi (dua malaikat), kemudian ia bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan kecuali Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, maka itulah maksud
dari firman Allah I: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan
yang teguh.
Muhammad bin Bisyr bercerita kepadaku, Ghundar bercerita kepadaku, Syu‘bah
menceritakan Hadits yang sama, dan menambah: (bahwa firman Allah I)“yutsabbitullâh…”
diturunkan dalam masalah azab kubur. (HR. Bukhari).
Tidak sebagaimana kesimpulan Agus Mustofa, serta persepsinya yang mengatakan tidak
ada pijakan yang kuat tentang azab kubur dari al-Qur’an, ayat di atas justru dengan tegas
diturunkan dalam rangka menjelaskan kebenaran adanya azab kubur. Di samping itu,
sebetulnya di dalam al-Qur’an terdapat ayat lain yang menjadi pijakan kuat bagi kebenaran
adanya azab kubur, dan didukung oleh pendapat para ulama ahli, yang sebagian kami
uraikan sebagai berikut:
3-1 :[102] ‫ )اﻟﺘﻜﺎﺛﺮ‬.‫ﻮن‬ َ ‫ﺎﻛ ُﻢ اﻟﱠﺘ َﻜ ُﺎﺛ ُﺮ َﺣﱠﺘﻰ ُز ْرُﺗ ُﻢ ْاﻟ َﻤَﻘ ِﺎﺑ َﺮ َﻛﻼ َﺳ ْﻮ َف َﺗ ْﻌَﻠ ُﻤ‬ ُ ‫)أَْﻟ َﻬ‬.
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). (QS. At-Takatsur
[102] 1-3).
Dalam menafsirkan ayat ini, pemuka pakar tafsir dan ahli sejarah, al-Imam Abu Ja’far
Muhammad bin Jarir ath-Thabari, mengatakan:
َ ‫ﻷن اﷲَ َﺗ َﻌ‬
‫ﺎﻟﻰ‬ ‫ ِ ﱠ‬،‫ْﺮ‬ َ ِ ‫ﺻ ﱠﺤ ِﺔ اﻟَﻘ ْﻮ ِل ِﺑ َﻌ‬ ٌ ‫اﻟﻤَﻘﺎﺑﺮ َﻓُﺪِﻓْﻨُﺘ ْﻢ ِﻓﯿﻬﺎ؛ َوﻓﻲ َﻫﺬا َدِﻟ‬ َ ‫ﺻ ْﺮُﺗ ْﻢ‬ ْ ‫"ﺣﱠﺘﻰ ُز ْرُﺗ ُﻢ ْاﻟ َﻤَﻘ ِﺎﺑ َﺮ" ﯾ‬ َ :‫َوَﻗ ْﻮﻟُ ُﻪ‬
ِ ‫ﺬاب اﻟﻘﺒ‬ ِ ‫ﻠﻰ‬ َ ‫ﯿﻞ َﻋ‬ ِ َ ‫إﻟﻰ‬ ِ ‫ﺘﻰ‬ ‫ َﺣ ﱠ‬:‫َﻌِﻨ ْﻲ‬
‫ُﻮر َو ِﻋﯿًْﺪا ِﻣْﻨ ُﻪ َﻟ ُﻬ ْﻢ َوَﺗ َﻬﱡﺪًدا‬َ ‫اﻟﻘﺒ‬ُ ‫ار ْوا‬ ُ ‫ﻮن َﻣﺎ ﯾَْﻠَﻘ ْﻮ َن َإذا ُﻫ ْﻢ َز‬ ْ ‫ أﱠﻧ ُﻬ ْﻢ َﺳﯿ‬،‫اﻟﺘﻜَﺎُﺛﺮ‬
َ ‫َﻌَﻠ ُﻤ‬ ‫ْﻦ أﻟﻬَﺎ ُﻫ ْﻢ ﱠ‬ َ ‫ﻻ ِء اﻟَﻘ ْﻮم اﻟﱠِﺬﯾ‬
ِ
َ ‫َﺮ َﻋﻦ َﻫ ُﺆ‬ ْ ،ُ‫ذ َﻛ َﺮه‬.َ
َ ‫أﺧﺒ‬
Firman Allah I: “Hatta zurtum al-maqabir”, maksudnya adalah: Sehingga kamu meninggal
dan dikebumikan di dalam kuburan. Ayat ini merupakan dalil atas kebenaran adanya azab
kubur. Karena Allah I telah menyebut kubur dan memberitakan kepada kaum-kaum yang
lalai dalam menumpuk-numpuk harta, bahwa kelak mereka akan mengetahui apa yang akan
menimpa mereka, ketika mereka telah memasuki alam kubur. Informasi ini merupakan
ancaman dan intimidasi untuk mereka.
Kesimpulan dari at-Thabari ini diperkuat oleh Hadits yang bermuara kepada Sayyidina Ali
bin Abi Thalib t berikut:
‫ﻋﻠﻲ‬
ّ ‫ ﻋﻦ‬t، ‫ﻮن" ﻓﻲ ﻋﺬاب‬ َ ‫ﺎﻛ ُﻢ اﻟﱠﺘ َﻜ ُﺎﺛ ُﺮ َﺣﱠﺘﻰ ُز ْرُﺗ ُﻢ ْاﻟ َﻤَﻘ ِﺎﺑ َﺮ َﻛﻼ َﺳ ْﻮ َف َﺗ ْﻌَﻠ ُﻤ‬ ُ ‫ " أَْﻟ َﻬ‬:‫اﻵﯾﺔ‬
ُ ‫ َﺣﱠﺘﻰ َﻧ َﺰَﻟ ْﺖ َﻫِﺬ ِه‬،‫ ُﻛﱠﻨﺎ َﻧ ُﺸ ﱡﻚ َﻓﻲ َﻋَﺬاب اﻟَﻘﺒْﺮ‬:‫ﺎل‬
ِ ِ
َ ‫َﻗ‬
‫اﻟﻘﺒﺮ‬.
Dari Sayyidina Ali t, beliau berkata: pada mulanya saya agak ragu tentang azab kubur,
sehingga turunlah ayat ini “alhâkumut-takâtsur, hattâ zurtumul-maqâbir, kallâ saufa
ta‘lamûn” yang diturunkan dalam masalah azab kubur.
Lebih tegas lagi, adalah penafsiran Ibnu ‘Abbas tentang ayat ini, yang dikutip Ibnu ‘Adil
dalam tafsirnya, sebagaimana berikut:
‫ُﻮر‬ ُ َ َ ‫ﻮن" اي َﻣﺎ َﯾْﻨﺰ ُل ﺑ ُﻜ ْﻢ ِﻣ َﻦ‬ َ ‫ﻮف َﺗ ْﻌ ُﻠﻤ‬ َ ‫ﻼ َﺳ‬ ‫"ﻛ ﱠ‬َ :(‫ )ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬:‫ﻗﺎل اﺑﻦ ﻋﺒﺎس‬.
ِ ‫اب ِﻓﻲ اﻟﻘﺒ‬ ِ ‫اﻟﻌﺬ‬ ِ ِ
Ibnu Abbas t berkata: “Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui”. Maksudnya adalah,
kelak kalian akan mengetahui azab kubur yang akan ditimpakan pada kalian..
Selain dua ayat di atas, ada lagi ayat lain yang diturunkan berkenaan dengan siksa kubur,
sebagaimana penjelasan berikut:
124 :[20] ‫ )ﻃﻪ‬.‫َﺎﻣ ِﺔ أَ ْﻋ َﻤﻰ‬ َ ‫َﻮ َم ْاﻟِﻘﯿ‬
ْ ‫ﺿْﻨ ًﻜﺎ َوَﻧ ْﺤ ُﺸ ُﺮهُ ﯾ‬ َ ‫ﯿﺸ ًﺔ‬ َ ‫ض َﻋ ْﻦ ِذ ْﻛﺮي َﻓﺈ ﱠن َﻟ ُﻪ َﻣ ِﻌ‬
ِ ِ َ ‫)و َﻣ ْﻦ أَ ْﻋ َﺮ‬.َ
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta”.
(QS. Thaha [20]: 124).
Penjelasan mengenai sebab turunnya ayat ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah t berikut:
‫ْﺮ َة‬
َ ‫ ﻋﻦ أﺑﻲ ُﻫ َﺮﯾ‬t ‫ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ‬e ‫ )رواه اﺑﻦ ﺣﺒﺎن‬.‫ْﺮ‬ َ ُ ‫"ﻋَﺬ‬
ِ ‫اب اﻟﻘﺒ‬ َ :‫ﺎل‬ َ ‫ َﻗ‬."‫ﺿْﻨ ًﻜﺎ‬ َ ‫ْﺸ ًﺔ‬ َ ‫ﻼ "َﻓﺈ ﱠن َﻟ ُﻪ َﻣ ِﻌﯿ‬ َ ‫ﱠ‬
ِ ‫)ﻓﻲ ﻗ ْﻮِﻟ ِﻪ َﺟﻞ َو َﻋ‬.
َ
Dari Abi Hurairah t, dari Nabi Muhammad e, mengenai firman Allah I “fa inna lahû
ma‘îsyatan dhanka”, beliau bersabda: “(Maksud ayat ini adalah) siksa kubur. (HR. Ibnu
Hibban).
Lebih tegas lagi adalah Hadits riwayat Abu Hurairah t yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dan Ibnu Hibban sebagai berikut:
ِ‫ﻮل اﷲ‬ ِ ‫ْﺮ َة َﻋ ْﻦ َر ُﺳ‬ َ ‫ َﻋ ْﻦ أَﺑﻲ ُﻫ َﺮﯾ‬e ‫اﻋﺎ َوُﯾَﻨ ﱠﻮ ُر َﻟ ُﻪ َﻛﺎﻟَﻘ َﻤ ِﺮ َﻟ َﯿﻠ َﺔ‬ ً ‫ﻮن ِذ َر‬ َ ‫ْﻌ‬ ُ ‫ْﺮهُ َﺳﺒ‬ ُ ‫ُﺮ ﱠﺣ ُﺐ َﻟ ُﻪ َﻗﺒ‬ َ ‫اء َوﯾ‬ َ ‫ﻀ َﺮ‬ ْ ‫ﺿ ٍﺔ َﺧ‬ َ ‫ْﺮ ِه َﻟِﻔﻲ َر ْو‬ َ
ِ ‫اﻟﻤ ْﺆ ِﻣ َﻦ ِﻓﻲ ﻗﺒ‬ ُ ‫"إ ﱠن‬ ِ :‫ﻗﺎل‬
ََ
ُ‫ اﷲ‬:‫اﻟﻀْﻨ َﻜ ُﺔ ؟" َﻗﺎﻟُﻮا‬ ‫ْﺸ ُﺔ ﱠ‬ َ ‫اﻟﻤ ِﻌﯿ‬
َ ‫ون َﻣﺎ‬ َ ‫َﺎﻣ ِﺔ أَ ْﻋ َﻤﻰ( أََﺗ ْﺪ ُر‬ ْ ‫ﺿْﻨ ًﻜﺎ َوَﻧ ْﺤ ُﺸ ُﺮهُ ﯾ‬
َ ‫َﻮ َم اﻟِﻘﯿ‬ َ ‫ْﺸ ًﺔ‬ ُ ‫ﯿﻤﺎ أُْﻧﺰَﻟ ْﺖ َﻫِﺬ ِه‬
َ ‫اﻷﯾﺔ )َﻓﺈ ﱠن َﻟ ُﻪ َﻣ ِﻌﯿ‬ َ ‫ أََﺗ ْﺪ ُر‬،‫اﻟﺒ َْﺪ ِر‬
ِ ِ َ ‫ون ِﻓ‬
ً ‫ﻮن َﺣﯿ‬
،‫ﱠﺔ‬ َ ‫ْﻌ‬ ُ ‫ْﻦ؟ َﺳﺒ‬ ُ ‫ون َﻣﺎ اﻟﱢﺘﱢﻨﯿ‬ َ ‫ أََﺗ ْﺪ ُر‬،‫ﻮن ِﺗﱢﻨْﯿًﻨﺎ‬
َ ‫ﯿﻪ ِﺗ ْﺴ َﻌ ٌﺔ َوِﺗ ْﺴ ُﻌ‬
ِ ‫ُﺴﻠﱠ ُﻂ َﻋَﻠ‬ َ ‫اﻟﺬي َﻧْﻔ ِﺴﻲ ِﺑﯿَِﺪ ِه إِﱠﻧ ُﻪ ﯾ‬ ِ ‫ َو‬،‫ْﺮ ِه‬ َ َ ُ ‫"ﻋَﺬ‬ َ ‫ َﻗ‬،ُ‫ور ُﺳﻮﻟُ ُﻪ أَ ْﻋَﻠﻢ‬
ِ ‫اب اﻟﻜﺎِﻓ ِﺮ ِﻓﻲ ﻗﺒ‬ َ :‫ﺎل‬ َ
‫ )رواه أﺣﻤﺪ ﻓﻲ ﻣﺴﻨﺪه واﺑﻦ ﺣﺒﺎن ﻓﻲ ﺻﺤﯿﺤﻪ‬."‫َﺎﻣ ِﺔ‬ ْ ‫َﺨِﺪ ُﺷﻮَﻧ ُﻪ ِإَﻟﻰ ﯾ‬
َ ‫َﻮ ِم اﻟِﻘﯿ‬ ْ
ْ ‫وس ﯾَﻠ َﺴ ُﻌﻮَﻧ ُﻪ َوﯾ‬ ‫ؤ‬ُ ‫ر‬
ُ ‫ْﻊ‬
ُ ‫ﺒ‬‫ﺳ‬ َ ‫ﱠﺔ‬
ٍ ‫ﯿ‬‫ﺣ‬َ ‫ﻞ‬‫ﱢ‬ ُ ‫)ِﻟ‬.
‫ﻜ‬
ٍ
Dari Abu Hurairah t, dari Rasulullah e, beliau bersabda: “Sesungguhnya orang mukmin
dalam kuburnya berada dalam kebun yang hijau, dan kuburnya diluaskan menjadi 70 hasta,
dan terang-benderang seperti bulan purnama, apakah kalian tahu, dalam masalah apa ayat
“Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpun-kannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” itu diturunkan?” Para Sahabat
menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui”. Nabi e bersabda: “(Ayat ini diturunkan
menjelaskan) siksaan orang kafir dalam kuburnya. Demi Allah, ia telah diberi 77 tinnin,
apakah kalian tahu apa itu tinnin? Tinnin itu adalah ular, masing-masing ular memiliki tujuh
kepala yang menyengatnya dan menggigitnya sampai Hari Kiamat. (HR. Ahmad dan Ibnu
Hibban).
Tiga ayat di atas (QS. Ibrahim [14]: 27, QS. At-Takatsur [102] 1-3, dan QS. Thaha [20]: 124),
menjelaskan tentang azab kubur dari sisi asbâbun-nuzûl (sebab diturunkannya suatu ayat).
Artinya, dua ayat tersebut diturunkan dalam rangka menjelaskan tentang kebenaran adanya
azab kubur. Kesimpulan ini telah final, berdasarkan kesepakatan para ulama tafsir dan
Hadits, dengan didukung data-data dari Hadits-Hadits yang kuat. Dan seharusnya, ini sudah
cukup untuk mementahkan praduga Agus Mustofa, yang berkesimpulan bahwa azab kubur
tidak memiliki pijakan kuat dari al-Qur’an, serta menganggap Hadits-Hadits sahih tentang
azab kubur hanya sikasaan mental. Buktinya Hadits-Hadits di atas dengan tegas
menjelaskan tentang siksaan fisik—sebagaimana kami jelaskan dalam uraian lebih lanjut.
Selebihnya, ada pernyataan-pernyataan lain dari al-Qur’an yang secara substansial
menunnjukkan tentang kebenaran adanya azab kubur. Seorang mufasir terkemuka, al-Imam
Fakhruddin ar-Razi (544-606 H/1150-1210 M), memberikan ulasan lugas mengenai ayat lain
dalam al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal ini, sebagaimana berikut:
ٍ ‫وج ِﻣ ْﻦ َﺳِﺒ‬ ُ َ ْ َ َ ِ ‫ﺎﻋَﺘ َﺮ ْﻓَﻨﺎ ِﺑُﺬُﻧ‬
ْ ‫ْﻦ َﻓ‬ ْ َ ‫)َﻗﺎﻟُﻮا َرﱠﺑَﻨﺎ أَ َﻣﱠﺘَﻨﺎ ْاﺛَﻨَﺘﯿ‬.
11 :[40] ‫ )ﻏﺎﻓﺮ‬.‫ﯿﻞ‬ ٍ ‫ﻮﺑﻨﺎ ﻓ َﻬﻞ ِإﻟﻰ ﺧ ُﺮ‬ ِ ‫ْﻦ َوأ ْﺣَﯿْﯿَﺘَﻨﺎ اﺛَﻨَﺘﯿ‬
ِ
Mereka menjawab: “Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah
menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah
sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” (QS. Ghafir [40]: 11).
Menurut ar-Razi, ayat ini memberikan petunjuk yang jelas terhadap adanya azab kubur. Hal
ini di faham dari kata-kata “amattana itsnataini” (dimatikan dua kali). Mati yang pertama
adalah kematian yang terjadi di dunia (yang kemudian dikuburkan), sedangkan mati yang
kedua adalah mati yang akan dialami semua orang setelah mereka dihidupkan di dalam
kubur.
Penjelasan dari ayat ini bertentangan secara diametral dengan pemikiran yang dimunculkan
oleh Agus Mustofa, di mana menurut beliau, orang-orang yang mati di dalam kubur tak
ubahnya dengan orang yang tidur, sehingga ketika mereka dibangkitkan, mereka merasa
hanya berada selama satu atau setengah hari di dalam kubur. Artinya orang-orang yang
berada di dalam kubur tidak hidup, namun tetap mati, atau laksana orang yang tidur, dengan
mengutip beberapa ayat yang diduga bisa memberikan dukungan terhadap pemikirannya,
seperti QS. Ar-Rum [30]: 55 dan al-Isra’ [17]: 52, Yasin [36]: 52, yang tanggapannya akan
kami jelaskan lebih lanjut.
Ar-Razi menjelaskan bahwa kata-kata “imâtah” yang merupakan akar kata “amattanâ”
berarti “mematikan”. Jadi, ayat di atas menunjukkan terjadinya kematian setelah seseorang
hidup di dunia. Ini adalah kematian yang pertama. Sedangkan kematian yang kedua adalah
kematian setelah kehidupan di dalam kubur. Selanjutnya, jika kehidupan di dalam kubur
adalah sebuah kebenaran yang pasti (haqq), berarti nikmat dan siksa kubur juga merupakan
kepastian Allah I yang tidak terbantahkan, sebagaimana dijelaskan secara lugas dari
ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi.
Dengan demikian, maka pernyataan yang berseberangan dari Agus Mustofa justru sangat
mengherankan. Ironi ini selanjutnya lebih diperparah lagi dengan statemen beliau yang lain,
yakni menuding ayat yang menjelaskan kebenaran adanya azab kubur secara tegas
sebagai ayat yang memunculkan interpretasi ‘spekulatif’. Ayat yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
ٍ ‫ون ِإَﻟﻰ َﻋَﺬ‬
‫اب‬ َ ‫ْﻦ ُﺛ ﱠﻢ ﯾ‬
َ ‫ُﺮﱡد‬ ُ ‫ﺎق ﻻ َﺗ ْﻌَﻠ ُﻤ ُﻬ ْﻢ َﻧ ْﺤ ُﻦ َﻧ ْﻌَﻠ ُﻤ ُﻬ ْﻢ َﺳُﻨ َﻌﱢﺬﺑ‬
ِ ‫ُﻬ ْﻢ َﻣ ﱠﺮَﺗﯿ‬
َ‫َ ﱢ‬ ْ َ
ِ ‫ﻮن َو ِﻣ ْﻦ أ ْﻫ ِﻞ اﻟ َﻤِﺪﯾَﻨ ِﺔ َﻣ َﺮُدوا َﻋﻠﻰ اﻟﻨﻔ‬َ ‫اب ُﻣَﻨﺎِﻓُﻘ‬ ْ ‫َو ِﻣ ﱠﻤ ْﻦ َﺣ ْﻮَﻟ ُﻜ ْﻢ ِﻣ َﻦ‬
ِ ‫اﻷﻋ َﺮ‬
101 :[9] ‫ )اﻟﺘﻮﺑﺔ‬.‫)ﻋ ِﻈ ٍﯿﻢ‬. َ
Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan
(juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu
(Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti
mereka akan Kami siksa dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan pada azab yang
besar. (QS. At-Taubah [9]: 101).
Ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang munafik yang berada di sekitar Madinah,
yang berpura-pura beriman kepada Nabi Muhammad e, namun sejatinya mereka tidak
beriman dan tetap memusuhi serta menaruh dendam kepada Nabi Muhammad e. Karena itu
Allah I mengancam mereka dengan azab yang berlipat ganda, yakni dengan aib, cela dan
kerugian yang menimpa diri mereka, keluarga serta harta benda mereka di dunia, dan
siksaan-siksaan yang pedih di dalam kubur. Inilah yang dimaksud dengan kata-kata “disiksa
dua kali” dalam ayat di atas. Setelah siksa kubur berakhir, Allah I akan menghukum mereka
dengan “azab yang besar”, yakni siksa yang pedih dan abadi di dalam neraka.
Redaksi ayat tersebut teramat jelas hingga nyaris tak memerlukan interpretasi apapun,
bahkan tidak mungkin diselewengkan pada pemahaman-pemahaman yang lain, apalagi
kemudian disangsikan kebenarannya sebagai ayat yang memberikan informasi akurat
tentang adanya azab kubur (seperti yang dilakukan Agus Mustofa). Karena itulah Imam
al-Bukhari dalam Shahîhul-Bukhârî menjadikan ayat ini (QS. At-Taubah [9]: 101) sebagai
salah satu landasan utama dalam menetapkan keyakinan adanya azab kubur, di samping
QS. Ghafir [40]: 45-46;
َ ْ َ َ ُ َ ُ َ ‫اﻟﺴ‬ ‫َﻮ َم َﺗُﻘﻮ ُم ﱠ‬
ْ ‫ﺎ َوﯾ‬‫وا َو َﻋ ِﺸﯿ‬ ‫ﻮن َﻋَﻠﯿ َْﻬﺎ ُﻏُﺪ‬
46 :[40] ‫ )ﻏﺎﻓﺮ‬.‫اب‬ ِ ‫ﺎﻋﺔ أ ْد ِﺧﻠﻮا آل ِﻓ ْﺮ َﻋ ْﻮ َن أ َﺷﱠﺪ اﻟ َﻌﺬ‬ َ ‫ﺿ‬ُ ‫ُﻌ َﺮ‬ ُ ‫)اﻟﱠﻨ‬.
ْ ‫ﺎر ﯾ‬
Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya
Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab
yang sangat keras”. (QS. Ghafir [40]: 46).
Tidak sebagaimana praduga Agus Mustofa, surat ini (QS. Ghafir [40]: 46) justru merupakan
dalil paling lugas (ashrahu dalîlin) dari al-Qur’an yang menjelaskan tentang kebenaran
adanya azab kubur.
Namun, betapapun dalil-dalil dari al-Qur’an di atas begitu kuat, Agus Mustofa bersikeras
dengan pandangan pribadinya (tak ada azab kubur), dengan cara menafsiri al-Qur’an sesuai
pemikiran beliau, serta mengesampingkan Hadits-Hadits sahih yang menjelaskan
kebenaran azab kubur yang berupa siksaan secara fisik, dan mengatakan jika semua cerita
tentang malaikat dalam kubur beserta siksa-siksa kubur yang mengerikan itu hanya sebagai
‘dongeng’ yang sering kita dengar sewaktu kecil, dan itu hanya sekadar ilusi belaka. Agus
Mustofa menulis:
Selama ini banyak yang beranggapan bahwa badan orang yang meninggal mengalami
pembalasan, berupa siksa atau sebaliknya, di dalam kubur. Pada waktu kecil, kita sering
mendengar pengajian di kampung, dari guru atau orang-orang di sekitar kita, bahwa
seorang yang meninggal bakal didatangi oleh malaikat Munkar Nakir. Mereka bertugas
untuk menanyai si orang meninggal tersebut. “Siapa Tuhanmu?”, “Siapa Nabimu”?, “Apa
Kitabmu?”, “Apa agamamu”?, dan seterusnya. Jika si mayit tidak bisa menjawab, maka
malaikat bakal menghajarnya dengan menggunakan cemeti atau gada, sampai badannya
hancur, kemudian dijepit oleh tanah yang merekah…
Gambaran-gambaran semacam ini masih terekam kuat dibenak kebanyakan kita. Bukan
hanya karena berulangkali dibacakan oleh ‘petugas’ kepada salah satu di antara kita saat
meninggal dan baru dikubur. Tapi juga dikarenakan cerita-cerita itu disebarkan dalam
bentuk komik-komik untuk konsumsi anak-anak di jaman itu. Ketika dewasa saya merasa
penasaran dan mencari sumber itu dari dalam al-Qur’an. Ternyata memang tidak memiliki
pijakan yang kuat. (Tak Ada Azab Kubur?, hlm. 157-158).
Saya tidak akan melakukan pembahasan tentang Hadits-Hadits itu di sini, karena akan
membutuhkan ruang yang sangat besar. Akan tetapi secara umum, Hadits-Hadits yang
bercerita tentang siksa kubur dalam konteks ‘siksaan badan’ memang berasal dari
Hadits-Hadits yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan. Sedangkan Hadits-Hadits sahih
lebih bercerita azab-azab kubur secara normatif. Bahwa ada azab kubur, tetapi tanpa
penjelasan detail bentuk siksaan yang dialami oleh para arwah itu. (Tak Ada Azab Kubur?,
hlm. 155).
Barangkali Agus Mustofa tidak tahu, bahwa apa yang beliau sebut sebagai cerita yang
sering didengar pada waktu kecil itu, yang kita dengar dari ceramah-ceraham di kampung,
sejatinya adalah Hadits-Hadits Nabi Muhammad e yang tidak diragukan kesahihannya?
Hadits-Hadits itu secara literal juga menjelaskan siksaan kubur secara fisik, bukan hanya
secara mental. Maka, betapa nistanya kita, jika mengaku sebagai umat Nabi Muhammad e,
namun di samping itu kita menolak mentah-mentah Hadits-Hadits beliau yang sahih, hanya
karena tidak sejalan dengan pikiran pribadi dan hawa nafsu semata? Marilah kita simak
sebagian di antara Hadits-Hadits shahih dimaksud:
‫ َﻋ ْﻦ أََﻧ ٍﺲ‬t ‫ َﻋ ِﻦ اﻟﱠﻨِﺒ ﱢﻰ‬e ‫ﻻ ِن َﻟ ُﻪ‬ َ ‫ أََﺗﺎهُ َﻣَﻠ َﻜﺎن َﻓَﺄ ْﻗ َﻌَﺪاهُ َﻓﯿَُﻘﻮ‬،‫َﺴ َﻤ ُﻊ َﻗ ْﺮ َع ِﻧ َﻌﺎِﻟ ِﻬ ْﻢ‬
ِ ْ ‫ﺻ َﺤﺎُﺑ ُﻪ َﺣﱠﺘﻰ ِإﱠﻧ ُﻪ َﻟﯿ‬ ْ َ‫ َوَﺗ َﻮﻟﱠﻰ َﻋْﻨ ُﻪ أ‬،‫ْﺮ ِه‬ َ
ِ ‫ﺿ َﻊ ِﻓﻰ ﻗﺒ‬
ْ :‫ﺎل‬
ِ ‫"اﻟ َﻌﺒُْﺪ ِإَذا ُو‬ َ ‫َﻗ‬
‫ﻮل ِﻓﻲ َﻫَﺬا ﱠ‬
‫اﻟﺮ ُﺟ ِﻞ ُﻣ َﺤ ﱠﻤٍﺪ‬ ُ ‫ َﻣﺎ ُﻛْﻨ َﺖ َﺗُﻘ‬e ‫ أَﺑَْﺪَﻟ َﻚ اﷲﱠُ ﺑ ِﻪ َﻣْﻘ َﻌًﺪا ِﻣ َﻦ‬،‫ﺎل اْﻧ ُﻈ ْﺮ إَﻟﻰ َﻣْﻘ َﻌِﺪ َك ِﻣ َﻦ اﻟﱠﻨﺎر‬ ُ ‫ َﻓُﯿَﻘ‬.‫اﷲ َو َر ُﺳﻮﻟُ ُﻪ‬ ِ‫ﻮل أَ ْﺷ َﻬُﺪ أَﱠﻧ ُﻪ َﻋﺒُْﺪ ﱠ‬
ُ ‫َﻓﯿَُﻘ‬
ِ ِ ِ
َ ‫ َﻗ‬.‫ ْاﻟ َﺠﱠﻨ ِﺔ‬e: ‫ ُﺛ ﱠﻢ‬.‫ْﺖ‬
‫ﺎل اﻟﱠﻨِﺒ ﱡﻰ‬ َ ‫ﻻ َﺗَﻠﯿ‬َ ‫ْﺖ َو‬َ ‫ﻻ َد َرﯾ‬ َ ‫ﺎل‬ ُ ‫ َﻓُﯿَﻘ‬.‫ﺎس‬
ُ ‫ﻮل اﻟﱠﻨ‬ ُ ‫ﻮل َﻣﺎ ﯾَُﻘ‬ ُ ‫ ُﻛْﻨ ُﺖ أَُﻗ‬،‫ﻻ أَ ْدرى‬ َ :‫ﻮل‬ ُ ‫وأَ ﱠﻣﺎ ْاﻟ َﻜﺎِﻓ ُﺮ أَو ْاﻟ ُﻤَﻨﺎِﻓ ُﻖ َﻓﯿَُﻘ‬-‫ﺎ‬
َ ‫ﯿﻌ‬ ُ ‫َﺮ‬
ً ‫اﻫ َﻤﺎ َﺟ ِﻤ‬ َ ‫َﻓﯿ‬
ِ ِ
‫ )رواه اﻟﺒﺨﺎري‬.‫ْﻦ‬ َ َ‫َﺴ َﻤ ُﻌ َﻬﺎ َﻣ ْﻦ َﯾِﻠ ِ ﱠ ﱠ‬ ْ ‫ْﺤ ًﺔ ﯾ‬ ِ ‫ َﻓﯿ‬،‫ْﻪ‬ ُ
ِ ‫ْﻦ أُذَﻧﯿ‬ ً ‫ﺿ ْﺮﺑ‬
َ ‫َﺔ َﺑﯿ‬ َ ‫ُﻀ َﺮ ُب ِﺑ ِﻤ ْﻄ َﺮَﻗ ٍﺔ ِﻣ ْﻦ َﺣِﺪ ٍﯾﺪ‬ ْ ‫)ﯾ‬.
ِ ‫ﯿﻪ ِإﻻ اﻟﺜﻘﻠﯿ‬ َ ‫ﺻﯿ‬ َ ‫ﯿﺢ‬ ُ ‫َﺼ‬
Dari Anas t, dari Rasulullah e beliau bersabda: “Seorang hamba ketika telah (rampung) di
kubur, serta para pengantar telah pulang semua dan ia mendengar bunyi sandal mereka,
maka datanglah dua malaikat (Munkar-Nakir), lalu keduanya mendudukkannya seraya
bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang Nabi Muhammad e? Lalu ia menjawab, “Saya
bersaksi bahwa beliau adalah hamba Allah I dan utusan-Nya. Lalu kedua malaikat berkata:
Lihatlah tempat asalmu di neraka, sekarang telah diganti oleh Allah I dengan tempat di
surga.
Kemudian Nabi bersabda: Lalu ia melihat kedua tempat tersebut (tempat di neraka dan
tempat di surga, sehingga bertambahlah kegembiraannya).
Adapun orang kafir atau orang munafik (ketika menjawab) akan berkata, “Saya tidak tahu,
saya menjawab sebagaimana orang lain menjawab. Lalu dikatakan kepadanya, “Kamu tidak
faham dan kamu tidak membaca”. Lalu ia dipukul satu pukulan dengan palu dari besi antara
dua telinganya, sehingga ia menjerit dengan suara lantang yang dapat didengar oleh
sesuatu yang ada di sampingnya, kecuali manusia dan jin. (HR. Bukhari).
َ ‫ َﻓ َﺴَﺄَﻟ ْﺖ َﻋﺎِﺋ َﺸ ُﺔ َر ُﺳ‬.‫ َﻓَﻘ َﺎﻟ ْﺖ َﻟ َﻬﺎ أَ َﻋ َﺎذ ِك اﷲﱠُ ِﻣ ْﻦ َﻋَﺬاب ْاﻟَﻘﺒْﺮ‬،‫اب ْاﻟَﻘﺒْﺮ‬
‫ﻮل‬ َ ‫ َﻓَﺬ َﻛ َﺮ ْت َﻋَﺬ‬،‫ﱠﺔ َد َﺧَﻠ ْﺖ َﻋَﻠﯿ َْﻬﺎ‬ ً ‫ﻮدﯾ‬
ِ ‫َﻬ‬ ُ ‫َﻋ ْﻦ َﻋﺎِﺋ َﺸ َﺔ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﺎ أَ ﱠن ﯾ‬
ِ ِ ِ
ِ‫ ﱠ‬e ‫اﷲ‬
‫اﷲ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ َ ‫ْﺖ َر ُﺳ‬ ُ ‫ َﻓ َﻤﺎ َرأَﯾ‬:‫ َﻗ َﺎﻟ ْﺖ َﻋﺎِﺋ َﺸ ُﺔ رﺿﻰ اﷲ ﻋﻨﻬﺎ‬."‫اب ْاﻟَﻘﺒْﺮ‬
ِ ُ ‫ "َﻧ َﻌ ْﻢ َﻋَﺬ‬:‫ﺎل‬ َ ‫ َﻋ ْﻦ َﻋَﺬاب ْاﻟَﻘﺒْﺮ َﻓَﻘ‬e ‫ﻼ ًة إﻻﱠ َﺗ َﻌ ﱠﻮَذ ِﻣ ْﻦ‬
ِ ِ ِ ‫ﺻ‬
َ َ ‫ﺻﻠﱠﻰ‬ َ ‫َﻌُﺪ‬ ْ‫ﺑ‬
‫ )رواه اﻟﺒﺨﺎري‬."‫ْﺮ َﺣ ﱞﻖ‬ ‫ﺒ‬‫ﻘ‬ ْ
َ‫اب اﻟ‬ ُ ‫ﺬ‬َ‫"ﻋ‬
َ :‫ر‬ٌ ‫ﺪ‬َ ‫ﻨ‬ ْ
ْ‫ َز َاد ُﻏ‬.‫اب اﻟَﻘﺒْﺮ‬ ‫ﺬ‬ َ‫)ﻋ‬.
َ
ِ ِ
Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ, bahwa seorang perempuan Yahudi
masuk kepada beliau, seraya bertutur tentang azab kubur. Lalu Sayyidah Aisyah berkata,
“Mudah-mudahan Allah I melindungimu dari azab kubur”. Kemudian Sayyidah Aisyah
bertanya kepada Rasulullah e tentang azab kubur, lalu Nabi e menjawab: “Betul, azab kubur
itu ada”. Lalu Sayyidah Aisyah berkata: “Lalu setelah itu, saya tidak pernah melihat
Rasulullah e salat melainkan beliau memta perlindungan kepada Allah I dari azab kubur.
Imam Ghundar menambahkan dalam riwayatnya, bahwa Nabi e bersabda: “Ya. Azab kubur
itu benar adanya.” (HR. Bukhari).
Berdasarkan dalil-dalil yang teramat kuat dan akurat ini, maka tidak heran apabila para
ulama megatakan bahwa ulama Ahlussunnah wal Jamaah bersepakat bahwa azab kubur
adalah benar adanya (haqq), sebagaimana pernyataan Imam Abu Bakar bin Mujahid
berikut:
‫ﱢﺖ‬ُ ‫ َوﯾَُﺜﺒ‬،‫ﻟﻮا ِﻓﯿ َْﻬﺎ‬ َ ‫ُﻮا ِﻓﯿ َْﻬﺎ َوﯾ‬
ُ ‫ُﺴﺄ‬ ْ ‫َﻌَﺪ ْأن ﯾ‬
ْ ‫ُﺤﯿ‬ ْ ‫ُﻮر ِﻫ ْﻢ ﺑ‬ ُ ‫ﻮن‬ َ ‫أن اﻟﻨﺎﱠ َس ﯾُْﻔَﺘُﻨ‬ ‫ َو ﱠ‬،‫ْﺮ َﺣ ﱞﻖ‬ َ َ ‫أن َﻋَﺬ‬ ‫أﻫ ُﻞ ﱡ‬
‫اﻟﺴﱠﻨ ِﺔ ﱠ‬ ْ ‫أﺟ َﻤ َﻊ‬ ُ ‫َﻜ ِﺮ‬ ْ ‫ﺎل أﺑُﻮ ﺑ‬َ ‫َﻗ‬
ِ ‫ﻓﻲ ﻗﺒ‬ ِ ِ ‫اب اﻟﻘﺒ‬ ْ :‫ﺎﻫﺪ‬
ِ ‫ﺑﻦ ُﻣ َﺠ‬
ْ
‫أﺣ ﱠﺐ َﺗﺜِﺒْﯿَﺘ ُﻪ ِﻣْﻨ ُﻬ ْﻢ‬ َ ‫اﷲ َﻣ ْﻦ‬. ُ
Abu Bakar bin Mujahid berkata: Ulama Ahlussunnah wal Jamaah bersepakat bahwa azab
kubur adalah benar adanya, dan bahwa manusia akan mendapatkan cobaan di dalam
kubur-kubur mereka, setelah mereka hidup dan ditanyai oleh malaikat di dalam kubur, dan
Allah I meneguhkan hati orang-orang dikehendaki-Nya di antara mereka.
Dengan demikian, berarti pemikiran Agus Mustofa telah berseberangan dengan nash
al-Qur’an, ajaran Hadits Nabi Muhammad e, dan kesepakatan para ulama sepanjang masa.
Untuk melengkapi akurasi data-data al-Qur’an dan Hadits di atas, berikut kami kutip
Hadits-Hadits yang berkenaan dengan azab kubur dari Kutubus-Sittah (Enam Kitab Hadits
Induk), masing-masing satu Hadits, kendati pada setiap Kitab Hadits yang enam itu terdapat
puluhan sampai ratusan dalil mengenainya. Bahkan, terdapat beberapa kitab yang secara
khusus menghimpun dalil-dalil tentang azab kubur, seperti kitab Itersebutâtu ‘Adzâbil-Qabri
(Memantapkan Kebenaran Azab Kubur) karya Imam al-Baihaqi, Ahwâlul-Qabri
(Kepanikan-Kepanikan dalam Kubur) karya Abul-Faraj Abdurrahman bin Syaikh
Abdurrahman bin Syihabuddin Ahmad bin Rajab, dll.
ُ ‫ﻛﺎن َر ُﺳ‬ َ :‫ ﻗﺎل‬e ‫ﺎت َو َﺷ ﱢﺮ ْاﻟ َﻤ ِﺴﯿﺢ‬ ِ ‫ﺎر َوِﻓْﺘَﻨ ِﺔ ْاﻟ َﻤ ْﺤﯿَﺎ َو ْاﻟ َﻤ َﻤ‬ ‫اب ْاﻟَﻘﺒْﺮ َو َﻋَﺬ ِ ﱠ‬ َ َ ُ َ ‫ﱠ‬
‫ْﺮة‬ َ ‫أﺑﻲ ُﻫ َﺮﯾ‬ ِ ‫ َﻋﻦ‬t ‫ﷲ‬
ْ ِ ‫ﻮل ا‬
ِ ِ ‫اب اﻟﻨ‬ ِ ِ ‫ﯾ َْﺪ ُﻋﻮ "اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ ِإﱢﻧﻰ أ ُﻋﻮذ ِﺑﻚ ِﻣ ْﻦ َﻋﺬ‬
‫ )رواه اﻟﺒﺨﺎري‬.‫ﺎل‬ ‫ﱠ‬
ِ ‫)اﻟﺪ ﱠﺟ‬.
Dari Abu Hurairah t berkata: Rasulullah e pernah berdoa “Ya Allah saya berlindung
kepadamu dari siksa kubur dan siksa neraka serta fitnah (dalam) hidup dan mati serta
kejelekan dajjal. (HR. Bukhari).
"...‫َﻞ َﻋَﻠْﯿَﻨﺎ ِﺑ َﻮ ْﺟ ِﻬ ِﻪ‬ َ ‫ ُﺛ ﱠﻢ أَ ْﻗﺒ‬."‫ُﺴ ِﻤ َﻌ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ َﻋَﺬاب ْاﻟَﻘﺒْﺮ اﻟﱠِﺬى أَ ْﺳ َﻤ ُﻊ ِﻣْﻨ ُﻪ‬
ِ ْ ‫اﷲ أَ ْن ﯾ‬ َ‫ﻻ َﺗَﺪاَﻓُﻨﻮا َﻟَﺪ َﻋ ْﻮ ُت ﱠ‬َ ‫ﻻ أَ ْن‬َ ‫إ ﱠن َﻫِﺬ ِه اﻷُ ﱠﻣ َﺔ ُﺗْﺒَﺘَﻠﻰ ِﻓﻰ ُﻗﺒُﻮر َﻫﺎ َﻓَﻠ ْﻮ‬
ِ ِ ِ
‫اب‬ ‫ﺬ‬َ‫ﺎﷲ ِﻣ ْﻦ َﻋ‬ ِ‫ﻮذ ﺑ ﱠ‬ُ ‫ َﻗﺎﻟُﻮا َﻧ ُﻌ‬."‫ﺎﷲ ِﻣ ْﻦ َﻋَﺬاب ْاﻟَﻘﺒْﺮ‬ ِ‫ "َﺗ َﻌ ﱠﻮُذوا ﺑ ﱠ‬:‫ﺎل‬ َ ‫ﺎﷲ ِﻣ ْﻦ َﻋَﺬاب اﻟﱠﻨﺎر َﻓَﻘ‬ ِ‫ﻮذ ﺑ ﱠ‬
ُ ‫ َﻧ ُﻌ‬:‫ َﻗﺎﻟُﻮا‬."‫ﺎﷲ ِﻣ ْﻦ َﻋَﺬاب اﻟﱠﻨﺎر‬ ِ‫ "َﺗ َﻌ ﱠﻮُذوا ﺑ ﱠ‬:‫ﺎل‬ َ ‫َﻓَﻘ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ )رواه ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ْﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﻘ‬ ْ
َ‫)اﻟ‬.
ِ
…Sesungguhnya umat ini diuji di dalam kuburnya, andaikan (tidak kawatir) orang yang mati
tidak dipendam maka niscaya aku berdoa kepada Allah I agar kalian diperdengarkan azab
kubur sebagaimana yang aku dengar. Lalu Rasulullah e berpaling kepada kita seraya
bersabda “mintalah perlindungan kepada Allah I dari siksa neraka” lalu para Sahabat
berkata “kami berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Kemudian Nabi e berseru
“mintalah perlindungan kepada Allah I dari siksa kubur”. lalu para Sahabat berkata “Kami
berlindung kepada Allah dari siksa kubur.” (HR. Muslim).
ِ‫ﻮل ﱠ‬
‫اﷲ‬ ِ ‫ َﺧ َﺮ ْﺟَﻨﺎ َﻣ َﻊ َر ُﺳ‬:‫ﺎل‬ َ ‫اء ﺑْﻦ َﻋﺎز ٍب َﻗ‬
ِ ِ ِ ‫َﺮ‬ ‫ َﻋ ِﻦ ْاﻟﺒ ﱠ‬e ‫اﷲ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ ُ ‫ﺼﺎر َﻓﺎْﻧَﺘ َﻬْﯿَﻨﺎ إَﻟﻰ ْاﻟَﻘﺒْﺮ َوَﻟ ﱠﻤﺎ ﯾُْﻠ َﺤﺪ َﻓ َﺠَﻠ َﺲ َر ُﺳ‬
ِ ِ
َْ
ِ َ ‫ﺎز ِة َر ُﺟ ٍﻞ ِﻣ َﻦ اﻷﻧ‬ َ ‫ ِﻓﻰ َﺟَﻨ‬e
َْ ِ ‫ﺎﷲ ِﻣ ْﻦ َﻋَﺬ‬ ِ‫"اﺳَﺘ ِﻌ ُﯿﺬوا ِﺑ ﱠ‬ ْ
َ ‫اﻷ ْرض َﻓ َﺮَﻓ َﻊ َرأ َﺳ ُﻪ َﻓَﻘ‬ َ ‫ﻮد َﯾْﻨ ُﻜ ُﺖ ﺑ ِﻪ ِﻓﻰ‬ ‫ُوﺳَﻨﺎ ﱠ‬ ِ ‫َو َﺟَﻠ ْﺴَﻨﺎ َﺣ ْﻮَﻟ ُﻪ َﻛَﺄﱠﻧ َﻤﺎ َﻋَﻠﻰ ُرء‬
‫ْﻦ‬ِ ‫ َﻣ ﱠﺮَﺗﯿ‬."‫ْﺮ‬ ِ ‫اب اﻟﻘﺒ‬ ْ :‫ﺎل‬ ِ ِ ٌ ‫ْﺮ َوِﻓﻰ ﯾَِﺪ ِه ُﻋ‬ُ ‫اﻟﻄﯿ‬
‫ )رواه أﺑﻮ داود‬.‫ﻼﺛﺎ‬ ً َ ‫)أ ْو َﺛ‬.َ
Dari Barra’ bin ‘Azib berkata: (suatu ketika) kita bersama Rasulullah e mengiringi janazah
seorang lelaki dari Sahabat anshar hingga sampai ke kuburan. Ketika mayat sudah
(rampung) dikubur kemudian Rasulullah e duduk dan kita pun duduk mengelilinginya
(dengan tenang) seakan-akan di atas kepala kita ada burung, sedangkan Nabi e memegang
kayu sambil memukulkannya ke atas tanah, kemudian Nabi e mengangkat kepalanya
seraya bersabda “ Mintalah perlindungan kepada Allah I dari siksa kubur” sabda itu
diucapkan dua atau tiga kali. (HR. Abu Dawud).
‫ﻮل‬َ ‫ﺎل َﺳ ِﻤ ْﻌ ُﺖ َر ُﺳ‬ َ ‫ َﻋ ْﻦ َﻋ ْﻮ ِف ﺑْﻦ َﻣﺎِﻟ ٍﻚ َﻗ‬e ‫ إﻟﻰ ﻗﻮﻟﻪ‬- ‫اﻋ ُﻒ َﻋْﻨ ُﻪ َو َﻋﺎِﻓ ِﻪ‬ ْ ‫ﻮل اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ‬
ْ ‫اﻏِﻔ ْﺮ َﻟ ُﻪ َو ْار َﺣ ْﻤ ُﻪ َو‬ ُ ‫ﺎز ٍة ﯾَُﻘ‬َ ‫ﺻﻠﱠﻰ َﻋَﻠﻰ َﺟَﻨ‬ َ e - ‫اب‬ َ ‫َوِﻗ ِﻪ َﻋَﺬ‬
ِ
‫ )رواه اﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬.‫ﺎر‬ ‫)اﻟَﻘﺒْﺮ َو َﻋَﺬ َ ﱠ‬. ْ
ِ ‫اب اﻟﻨ‬ ِ
Dari ‘Auf bin Malik berkata: saya mendengar Rasulullah e ketika salat janazah beliau berdoa
“ Ya Allah ampunilah dia dan kasihanilah dia …… dan jagalah dia dari siksa kubur dan siksa
neraka. (HR. An-Nasa’i).
ِ‫ﻮل ﱠ‬
‫اﷲ‬ ُ ‫ﺎل َر ُﺳ‬ َ ‫ﺎل َﻗ‬
َ ‫ﯾﻜﺮ َب َﻗ‬ َ
ِ ‫ْﻦ َﻣ ْﻌِﺪ‬
ْ ْ
ِ ‫ َﻋ ِﻦ اﻟ ِﻤﻘَﺪ ِام ﺑ‬e: "‫ﺎر ِﻣ ْﻦ‬ َ ‫َﺮى َﻣْﻘ َﻌَﺪهُ ِﻣ َﻦ ْاﻟ َﺠﱠﻨ ِﺔ َوﯾ‬
ُ ‫ُﺠ‬ َ ‫ُﻐَﻔ ُﺮ َﻟ ُﻪ ِﻓﻰ أَ ﱠو ِل َد ْﻓ َﻌ ٍﺔ َوﯾ‬
ْ ‫ﺎل ﯾ‬
ٍ‫ﺼ‬ ِ‫ﻠﺸ ِﻬ ِﯿﺪ ِﻋْﻨَﺪ ﱠ‬
َ ‫اﷲ ِﺳ ﱡﺖ ِﺧ‬ ‫ِﻟ ﱠ‬
ً‫ﯿﻦ َز ْو َﺟﺔ‬ ْ َ ‫اﻟﺪْﻧﯿَﺎ َو َﻣﺎ ِﻓ‬ ُ ُ
ٌ ‫ﺎر اﻟﯿَﺎﻗﻮَﺗﺔ ِﻣْﻨ َﻬﺎ َﺧﯿ‬ْ ْ ْ
َ ُ ‫ُﻮﺿ ُﻊ َﻋﻠﻰ َرأ ِﺳ ِﻪ َﺗ‬َ ْ َ َ ْ ْ ْ
َ ِ ‫َﻋَﺬ‬
ِ ‫ُﺰ ﱠو ُج اﺛَﻨَﺘﯿ‬
َ ‫ْﻦ َو َﺳﺒ ِْﻌ‬ َ ‫ﯿﻬﺎ َوﯾ‬ ‫ْﺮ ِﻣ َﻦ ﱡ‬ ِ ‫ﺎج اﻟ َﻮﻗ‬ َ ‫َﺮ َوﯾ‬ ِ ‫ْﺮ َوﯾَﺄ َﻣ ُﻦ ِﻣ َﻦ اﻟﻔ َﺰ ِع اﻷﻛﺒ‬
ِ ‫اب اﻟﻘﺒ‬
ََ َ ‫ُﺸﱠﻔ ُﻊ ِﻓﻰ َﺳﺒ ِْﻌ‬ َ ‫)ﻣ َﻦ ْاﻟ ُﺤﻮر ْاﻟ ِﻌﯿﻦ َوﯾ‬.
‫ )رواه اﻟﺘﺮﻣﺬي‬."‫ﺎرِﺑ ِﻪ‬ ِ ‫ﯿﻦ ِﻣ ْﻦ أﻗ‬ ِ ِ ِ
Dari Miqdam bin Ma‘dikariba berkata: Rasulullah e bersabda: “Disisi Allah I orang yang mati
syahid akan mendapatkan enam jaminan. Pada awal mula dosanya diampuni; ia akan
melihat tempatnya di surga; diselamatkan dari azab kubur; mendapatkan keamanan di Hari
Kiamat; mendapatkan mahkota keagungan yang terbuat dari yakut, yang lebih baik daripada
dunia dan seisinya; akan dikawinkan dengan 72 bidadari yang cantik-cantik; dan 70
kerabatnya akan mendapatkan syafaat. (HR. At-Tirmidzi).
َ ‫ َﻋ ْﻦ أَِﺑﻰ ُﻫ َﺮﯾ‬t ‫اﷲ‬
‫ْﺮ َة‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ ُ ‫ﺎل َر ُﺳ‬ َ ‫ﺎل َﻗ‬ َ ‫ َﻗ‬e: "‫ )رواه اﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ‬."‫َﻮ ِل‬ ْ ‫ْﺮ ِﻣ َﻦ ْاﻟﺒ‬ َْ ِ ‫)أَ ْﻛَﺜ ُﺮ َﻋَﺬ‬.
ِ ‫اب اﻟﻘﺒ‬
Dari Abu Hurairah t, beliau berkata, Rasulullah e bersabda: “Kebanyakan azab kubur
berawal dari masalah kencing. (HR. Ibnu Majah).
Penafsiran QS. Al-Isra’ [17]: 52
Hal yang tidak boleh ditinggalkan dari rangkaian pemikiran Agus Mustofa adalah penafsiran
beliau terhadap QS. Al-Isra’ [17]: 52 dan yang senada (QS. Ar-Rum [30]: 55 dan Yasin [36]:
52). Ayat-ayat tersebut diasumsikan sebagai ayat yang memberikan legitimasi bagi tidak
adanya azab kubur. Bahkan dalam bukunya yang lain, Ternyata Akhirat Tidak Kekal (hlm,
146), beliau menulis secara tegas bahwa orang yang meninggal tidak merasakan apapun.
Seseorang di dalam kuburnya hanya sebentar, dan tanpa disadari Kiamat sudah tiba.
Benarkah demikian? Kalau begitu berarti ayat-ayat tersebut bertentangan dengan ayat-ayat
al-Qur’an dan Hadits-Hadits yang menjadi dalil lugas bagi kebenaran adanya azab kubur,
sebagaimana kita ulas di atas. Tapi dalam al-Qur’an tidak mungkin terjadi pertentangan,
bukan? Kalau begitu berarti di sini ada ketidakberesan yang perlu untuk di-clear-kan. Mari
kita simak redaksi ayatnya dengan seksama terlebih dahulu:
52 :[17] ‫ )اﻹﺳﺮاء‬.‫ﻮن إِ ْن َﻟِﺒْﺜُﺘ ْﻢ إِﻻ َﻗِﻠﯿﻼ‬ َ ‫ُﻮن ِﺑ َﺤ ْﻤِﺪ ِه َوَﺗ ُﻈﱡﻨ‬ ُ ‫َﻮ َم ﯾ َْﺪ ُﻋ‬
َ ‫ﻮﻛ ْﻢ َﻓَﺘ ْﺴَﺘ ِﺠﯿﺒ‬ ْ ‫)ﯾ‬.
Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya, dan
kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur/di dunia) kecuali sebentar saja.
(QS. Al-Isra’ [17]: 52).
Ayat ini dan beberapa ayat sebelumnya menjelaskan tentang orang-orang yang mengingkari
hari berbangkit (ba‘ats). Ketika orang-orang kafir dan musyrik yang mengingkari ba‘ats itu
mendengar penjelasan al-Qur’an mengenai kebenaran hari berbangkit, mereka bertanya
seraya mengingkari, “Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda
yang hancur, apa kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang
baru?” (QS. Al-Isra’ [17]: 49).
Karena itu Allah I memerintahkan Nabi-Nya untuk menjawab kepada mereka, bahwa hal itu
sangat mudah bagi Allah I. Sebab jika Allah I bisa menciptakan mereka dari ketiadaan,
maka tentu lebih mudah lagi mengembalikan mereka dari kehancuran pada keadaan
semula. (QS. Al-Isra’ [17]: 51).
Selanjutnya mereka kembali bertanya, “Kapan hari berbangkit itu akan terjadi?”, maka
kembali dijawab bahwa hari itu tidak akan lama lagi dan pasti terjadi, “Yaitu pada hari Dia
memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya, dan kamu mengira bahwa
kamu tidak berdiam (di dalam kubur/di dunia) kecuali sebentar saja:. (QS. Al-Isra’ [17]: 52).
Khusus berkenaan dengan penafsiran QS. Al-Isra’ [17]: 52, bahwa dari seluruh tafsir
al-Qur’an yang ada, bisa disimpulkan ada tiga penafsiran yang berbeda namun tidak
bertentangan antara satu dengan yang lain. Bahkan masing-masing penafsiran memperkuat
terhadap sebagian yang lain. Namun yang jelas, ketiga penafsiran ini sangat berseberangan
dengan pemikiran Agus Mustofa, yang mengatakan bahwa penafsiran dari ayat ini adalah
semua orang yang berada di dalam kubur tidak merasakan apa-apa, bahkan mereka seperti
tidur dalam waktu yang sebentar.
Tiga penafsiran itu adalah sebagai berikut:
Pertama, adalah pendapat yang bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud “diam
yang dirasa sebentar” itu terjadi antara dua tiupan sangkakala; tiupan pertama adalah ketika
Allah I menghancurkan alam semesta, sedangkan tiupan kedua ketika Allah I mengganti
langit dan bumi alam dunia dengan langit dan bumi yang lain. Pada jeda di antara dua
tiupan itulah siksaan di dalam kubur dihentikan (pause). Lama antara dua tiupan itu adalah
40 tahun. Lalu ketika orang-orang kafir dibangunkan dari masa jeda ini, mereka terkejut dan
menyangka bahwa masa jeda mereka di dalam kubur hanya sebentar. Pernyataan orang
kafir ini juga diceritakan dalam ayat al-Qur’an yang lain:
َ ُ‫ﺻَﺪ َق ْاﻟ ُﻤ ْﺮ َﺳﻠ‬
52 :[36] ‫ )ﯾﺲ‬.‫ﻮن‬ َ ‫)َﻗﺎﻟُﻮا ﯾَﺎ َوﯾَْﻠَﻨﺎ َﻣ ْﻦ ﺑ‬.
‫َﻌَﺜَﻨﺎ ِﻣ ْﻦ َﻣ ْﺮَﻗِﺪَﻧﺎ َﻫَﺬا َﻣﺎ َو َﻋَﺪ ﱠ‬
َ ‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤ ُﻦ َو‬
Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari
tempat-tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) yang Maha Pemurah dan
benarlah Rasul-rasul(Nya). (QS. Yasin [36]: 52).
Kedua, pendapat yang bersumber dari Imam Hasan al-Bashri, bahwa yang dimaksud “diam
yang dirasa sebentar” itu terjadi di dunia. Mereka menganggap bahwa hidup di dunia sangat
sebentar sekali jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Ketiga, pendapat yang bersumber dari Imam Muqatil, bahwa yang dimaksud “diam yang
dirasa sebentar” itu terjadi di alam kubur. Hal demikian karena mereka yakin bahwa periode
kehidupan akhirat yang abadi jauh lebih lama jika dibandingkan dengan kehidupan di alam
kubur. Sebab mereka keluar dari siksaan kubur yang pedih menuju siksa alam akhirat yang
jauh lebih pedih dan lebih lama dibanding siksa di alam kubur.
Dari ketiga penafsiran ini bisa dipadukan sebagai berikut: bahwa orang-orang yang
mengingkari hari berbangkit itu merasa bahwa masa di antara dua tiupan sangkakala
teramat sebentar, masa kehidupan di dunia juga sebentar, dan masa kehidupan di alam
kubur juga sebentar, jika semua itu dibandingkan dengan kehidupan alam akhirat yang kekal
abadi, meskipun realitanya dari masing-masing kehidupan itu tidak sebentar. Jadi, ayat ini
dan semacamnya, sama sekali tidak menafikan kebenaran adanya azab kubur
(sebagaimana dugaan Agus Mustofa). Namun hanya merupakan ungkapan perbandingan
antara zaman yang sebentar dan tidak kekal, dengan periode kehidupan yang kekal abadi.
***
Selepas meluruskan asumsi-asumsi Agus Mustofa mengenai ketiadaan azab kubur yang
disandarkan pada “eksplorasi kata” dalam al-Qur’an, di sini kita akan melanjutkan
pembedahan ‘argumentasi-argumentasi’ Agus Mustofa yang lain, yakni menafikan
kebenaran azab kubur dengan berdasarkan pemahaman bahwa ternyata “azab kubur” juga
tidak muncul sebagai salah satu rukun iman, sehingga dengan demikian tentu saja tidak
perlu dipercayai! (Tak Ada Azab Kubur?, hlm. 154-155). Banarkan pemahaman ini sudah
sesuai dengan akidah Islam?
Jawaban dari pertanyaan di atas sudah pasti negatif. Artinya jelas dugaan Agus Mustofa
bertolak belakang dengan akidah Islam. Pemahaman bahwa “azab kubur tidak ada” karena
ia ‘tidak tercantum’ dalam item-item rukun iman yang enam, pada dasarnya berangkat dari
ketidakfahaman terhadap arti akan rukun-rukun iman itu sendiri. Dan jika seseorang tidak
faham terhadap arti dari rukun-rukun iman itu, maka sangat mungkin ia akan memunculkan
pemahaman-pemahaman serta keyakinan-keyakinan yang keliru, seperti “akhirat tidak
kekal”, “tidak ada azab kubur”, dan semacamnya.
Sebetulnya, kebenaran azab kubur juga merupakan akidah yang harus diyakini oleh setiap
umat Islam. Sebab keyakinan ini didasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits
sahih yang diajarkan oleh Rasul (Muhammad e), serta kesepakatakan (ijmak) ulama Islam.
Tidak percaya pada adanya azab kubur berarti tidak percaya terhadap Kitab Allah I (yang
merupakan rukun iman ketiga), sebab dalil-dalilnya sudah sangat jelas dari al-Qur’an,
seperti telah diuraikan di atas. Tidak percaya pada adanya azab kubur juga berarti tidak
percaya pada Hadits-Hadits yang dibawa oleh Nabi-Nya, alias tidak membenarkan dan
meyakini dengan sebenarnya, bahwa Nabi Muhammad e adalah utusan Allah I (rukun Islam
pertama yang termaktub dalam syahâdatain dan rukun iman keempat).
Artinya, orang yang bersaksi bahwa Nabi Muhammad e adalah utusan Allah I, berarti juga
harus percaya dan membenarkan terhadap apa yang dibawa oleh beliau, berupa
ajaran-ajaran dalam agama Islam, termasuk mengenai kebenaran adanya azab kubur. Jadi,
bersaksi bahwa Nabi e adalah utusan Allah I namun menolak ajaran yang dibawanya, pada
dasarnya adalah absurd, dan pengakuan itu sama saja dengan bohong, dan berarti telah
menolak terhadap rukun Islam yang paling pokok.
Berikut kami kutip penjabaran dari Syekh Abdullah bin Husain bin Thahir bin Muhammad bin
Hasyim Ba ‘Alawi, mengenai arti beriman kepada Nabi Muhammad e yang tercantum dalam
kalimat syahadat:
ُ ‫ َو َﻣ ْﻌَﻨﻰ أَ ْﺷ َﻬُﺪ أَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤًﺪا َر ُﺳ‬e ‫ﺎﺷﻢ ﺑﻦ‬ ‫ْﻦ َﻋﺒِْﺪاﷲِ ﺑْﻦ َﻋﺒِْﺪ ُ ﱠ‬ َ ‫ﺼﱢﺪ َق َوُﺗ ْﺆ ِﻣ َﻦ أَ ﱠن َﺳﯿَﱢﺪَﻧﺎ َوَﻧِﺒﱠﯿَﻨﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ ﺑ‬
َ ‫أَ ْن َﺗ ْﻌَﻠ َﻢ َوَﺗ ْﻌَﺘِﻘَﺪ َوُﺗ‬
ِ‫ﻮل اﷲ‬ ِ ٍ ِ ‫ْﻦ َﻫ‬ ِ ‫اﻟﻤﻄِﻠ ِﺐ اﺑ‬ ِ
‫ﷲ َو َر ُﺳﻮﻟُ ُﻪ‬ ُ ‫ﺎف‬
ِ ‫اﻟﻘ َﺮ ِﺷ ﱠﻲ َﻋﺒُْﺪ ا‬ ٍ ‫ َﻋﺒِْﺪ َﻣَﻨ‬e ‫ َوأَﱠﻧ ُﻪ‬،‫اﻟﻤِﺪْﯾَﻨ ِﺔ َوُدِﻓ َﻦ ِﻓﯿ َْﻬﺎ‬
َ ‫ﺎﺟ َﺮ إﻟﻰ‬ ِ ‫اﻟﺨْﻠ ِﻖ ُوِﻟَﺪ ِﺑ َﻤ ﱠﻜ َﺔ َوﺑ‬
َ ‫ُﻌ َﺚ ِﺑ َﻬﺎ َو َﻫ‬ َ ‫ ِإَﻟﻰ َﺟ ِﻤﯿْﻊ‬e ‫ﺻ ِﺎد ٌق ِﻓﻲ َﺟ ِﻤﯿْﻊ‬
ِ ِ َ
‫ْﺮ‬ ‫ﯿ‬‫ﻜ‬ِ َ
‫ﻧ‬‫و‬َ ‫ﺮ‬ َ
‫ﻜ‬ ْ
‫ﻨ‬ ‫ﻣ‬
ُ ‫ْﻦ‬ ‫ﯿ‬‫ﻜ‬َ َ‫اﻟﻤ‬
‫ﻠ‬ َ ُ
‫ال‬ ‫ﺆ‬َ ‫ﺳ‬ُ ‫و‬َ ُ
‫ﻪ‬ ‫ْﻤ‬
ُ ‫ﯿ‬‫ﻌ‬ِ َ
‫ﻧ‬‫و‬َ ‫ْﺮ‬‫ﺒ‬‫ﻘ‬َ‫اﻟ‬ ‫اب‬ُ َ‫ َﻓ ِﻤ ْﻦ َذِﻟ َﻚ َﻋ‬،‫َﺮ ﺑ ِﻪ‬
‫ﺬ‬ َ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ ْ َ
‫أ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬.
َ
ٍ ٍ ِ ِ ِ
Arti dari pernyataan “Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad e adalah utusan Allah” adalah,
bahwa Anda mengetahui, meyakini, membenarkan, dan mengimani bahwa Tuan kita dan
Nabi kita, yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf
al-Qurasyi, adalah hamba Allah dan utusan-Nya kepada seluruh makhluk. Beliau dilahirkan
dan diutus di Mekah kemudian hijrah di Madinah serta wafat dan dikebumikan di sana, dan
sesungguhnya beliau e benar (dan pasti benar) dalam semua berita yang di bawa oleh Nabi
e, di antaranya adalah (berita tentang) adanya siksa kubur serta nikmat kubur, dan
pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nakir.
Siapa Pendiri Ideologi Ini?
Keyakinan akan adanya kehidupan di alam kubur, pertanyaan, kenikmatan dan siksa kubur,
merupakan ketetapan yang termaktub dalam al-Qur’an dan Hadits, dan merupakan hal yang
disepakati oleh para ulama Ahlussunnah wal Jamaah, sejak periode Sahabat hingga saat
ini.
Beberapa orang dari kelompok Muktazilah memelopori produk pemikiran bidah, dengan
mengatakan bahwa azab kubur tidak ada, dengan berlandaskan pada ayat-ayat al-Qur’an
yang ditafsirkan secara keliru. Yang paling populer di antara mereka adalah Dhirar bin ‘Amr
al-Qadhi (m. 190 H/805 M) dan Bisyr bin Ghayats al-Marisiy (m. 218 H/833 M).
Dhirar bin ‘Amr al-Qadhi beraliran Muktazilah. Aliran sesat yang ciri khas pemikirannya
memposisikan akal di atas wahyu. Kendati demikian, Dhirar memunculkan
pendapat-pendapat pribadi yang justru bertentangan dengan aliran Muktazilah. Awalnya dia
berguru kepada Washil bin Atha’ (80-131 H/700-748 M), founding father mazhab Muktazilah,
namun kemudian ia membangun aliran tersendiri (adh-Dhirariyyah), dan mencetuskan
pemikiran-pemikiran yang berseberangan dengan gurunya itu.
Dhirar termasuk produktif memunculkan pendapat-pendapat yang menyimpang. Selain
mengingkari kebenaran adanya azab kubur, dia juga berpendapat sebagaimana pendapat
kelompok Jabariah (Fatalisme), mengatakan bahwa semua orang yang menyatakan Islam
secara lahir, mungkin saja tetap kafir secara batin, dls. Menurut Adz-Dzahabi, orang ini tidak
meriwayatkan Hadits sama sekali.
Al-Imam al-‘Uqaili, Abu Ja’far Muhammad bin Amar bin Musa bin Hammad (w. 322 H—934
M) menceritakan riwayat dari Abu Himam, bahwa ketika Sa‘id bin Abdurrahman menjadi
hakim di Baghdad, lalu datang kaum yang menyampaikan kepada beliau bahwa Dhirar telah
menjadi zindik (kafir). Lalu Sa‘id bin Abdurrahman berkata: “Aku telah menghalalkan
darahnya, barangsiapa yang ingin membunuhnya, maka lakukanlah.” Namun kemudian
Dhirar melarikan diri. Konon ia disembunyikan oleh Yahya bin Khalid hingga meninggal.
Sedangkan Bisyr bin Ghayats al-Marisiy juga merupakan seorang Muktazilah tulen. Ayahnya
adalah seorang Yahudi. Bisyr belajar dan mendalami fikih kepada Abu Yusuf, dan menekuni
ilmu kalam. Namun kemudian ia condong pada pemikiran Muktazilah, serta getol
mempromosikan pandangan bahwa al-Qur’an adalah makhluk. Karenanya banyak kalangan
ulama yang kemudian mengkafirkannya, sebab pemikiran-pemikirannya yang sesat dan
menyesatkan, antara lain adalah mengingkari kebenaran adanya azab kubur, pertanyaan
dua malaikat, Shirâth, dan Mîzân.
Bisyr al-Marisiy tidak mengikuti periode Jahm bin Shafwan (m. 128 H/745 M), si pencetus
ideologi “akhirat tidak kekal”. Namun Bisyr berpijak pada pemikiran-pemikiran Jahm, ikut
mendukung, mempopulerkan dan mempromosikannya.
Ketika Ibrahim bin al-Mahdi memimpin kekhilafahan di Baghdad, beliau menangkap dan
menawan Bisyr al-Marisy, dan mengumpulkan ulama untuk mengintrogasinya berkenaan
dengan pemikiran-pemikiran menyimpangnya. Setelah selesai, para ulama
merekomendasikan Ibrahim bin al-Mahdi untuk menuntut Bisyr al-Marisiy agar segera
bertaubat, jika tidak mau bertobat, maka Bisyr boleh di eksekusi mati.
Karena pemikiran-pemikiran menyimpangnya tersebut, tak heran apabila kemudian banyak
ulama yang mengeluarkan fatwa akan kesesatannya, bahkan mengkafir-kan dan
menghalalkan darahnya (boleh dibunuh). Berikut kami uraikan diantara komentar dan fatwa
ulama berkenaan dengan Bisyr al-Marisiy:
‫اﻵﺧ ُﺮ ِﺑ ْﺸ ٌﺮ‬
َ ‫ َو‬،‫ﻜﺎ‬ً ‫أﺣُﺪ ُﻫ َﻤﺎ َر ُﺟ ٌﻞ ُذ ِﻛ َﺮ َﻟ ُﻪ أﱠﻧ ُﻪ َﻟ َﻌ َﻦ َﻣﺎِﻟ‬
َ ،‫ْﻦ‬ َ ‫اود َﻟ َﻌ َﻦ َ ً َ ﱡ ﱠ‬ ُ ‫ َﻣﺎ َﺳ ِﻤ ْﻌ ُﺖ أﺑَﺎ َد‬:‫َﺴﺎم‬ ُ ‫اﻫﯿ ُﻢ‬ َ ‫َﻗ‬
ِ ‫أﺣﺪا ﻗﻂ إﻻ َر ُﺟﻠﯿ‬ ‫ﺑﻦ ﺑ ﱠ‬
ِ ‫اﺑﻦ ﯾَﺤﯿﻰ‬ ِ ‫إﺑﺮ‬
َ ‫ﺎل‬
‫ْﺴﻲ‬ ِ ‫اﻟﻤ ِﺮﯾ‬.
َ
Ibrahim bin Yahya bin Bassam berkata: Aku tidak pernah mendengar Abu Dawud
melontarkan kata-kata laknat, kecuali kepada dua orang; pertama pada orang yang
melaknat Imam Malik, kedua kepada Bisyr al-Marisiy.
،‫اﺣَﺪ ًة‬ َ ِ‫ْﻪ َﻟ ْﻌَﻨ ُﺔ اﷲ‬
ِ ‫ﻣ ﱠﺮ ًة َو‬- ِ ‫ﻋَﻠﯿ‬-
َ ‫ﯾﺴ ﱠﻲ‬ ِ ‫اﻟﻤ ِﺮ‬
َ ‫ﺮا‬ ً ‫ْﺖ ﺑ ْﺸ‬ َ َ َ
ِ ُ ‫ َرأﯾ‬:‫ َﻗﺎل‬،‫ َﺣﱠﺪﺛِﻨﻲ ِأﺑﻲ‬:‫ َﻗﺎل‬،‫اﻟﻌ َﺠِﻠ ّﻲ‬
َ ‫ﺎﻟﺢ‬ ِ ‫ﺻ‬ َ ‫ﺑﻦ‬ ِ ِ‫ﻋﺒﺪ اﷲ‬ِ ‫ﺑﻦ‬ َ ‫ﺑﻦ‬
ِ ‫أﺣﻤﺪ‬ ُ ‫ﺻﺎِﻟ ُﺢ‬
َ ‫َﻋﻦ أﺑﻲ ُﻣ ْﺴِﻠﻢ‬
‫ﺎﺳ ًﻘﺎ‬
ِ ‫ﺎن َﻓ‬ َ ‫ َﻓَﻘ ْﺪ َﻛ‬،ُ‫َﺮ َﺣ ُﻤ ُﻪ اﷲ‬
ْ‫ﻻ ﯾ‬ َ :‫ﺎل‬ َ ‫ ُﺛ ﱠﻢ َﻗ‬.‫ﻮد‬ ِ ‫َﻬ‬ُ ‫َﻪ َﺷ ْﻲ ٍء ِﺑﺎﻟﯿ‬ ْ ،‫اﻟﺸ ْﻌﺮ‬
َ ‫أﺷﺒ‬ ِ ِ
‫ َو َﺳ َﺦ ﱢ‬،‫اﻟﻤْﻨ َﻈﺮ‬
‫ َواِﻓ َﺮ ﱠ‬،‫اﻟﺜﯿَﺎب‬ َ ً ِ ‫ْﺨﺎ َﻗ‬
ِ َ ‫ ذ ِﻣﯿ َْﻢ‬،‫ﺼﯿْﺮا‬
ً ‫ﺷﯿ‬. َ
Dari Abu Muslim Shalih bin Ahmad bin Abdillah bin Shalih al-Ajaliy, beliau berkata: Ayahku
bercerita kepadaku, beliau berkata: “Aku pernah melihat Bisyr al-Marisiy satu kali—semoga
Allah I senantiasa melaknatnya—ia adalah orang tua yang pendek, jelek, kusam, rambutnya
semerawut; pokoknya paling mirip dengan orang Yahudi”. Kemudian ayah berkata: “Semoga
Allah I tidak mengasihaninya, sebab dia telah menjadi fasik”.
‫ْﻖ‬ ٌ ‫ْﺴﻲ زْﻧِﺪﯾ‬ َ ‫ ِﺑ ْﺸ ٌﺮ‬:‫اﻟﺮ ِاز ْي ﯾَُﻘﻮل‬ ‫ﺎن أﺑُﻮ َز ْر َﻋﺔ ﱠ‬ َ ‫ َﻛ‬:‫اﻟﻐ ﱢﺰي‬ َ ‫َﻗ‬.
َ ‫ﺎل اﻟﱠﺘِﻘ ﱡﻲ‬
ِ ِ ‫اﻟﻤ ِﺮﯾ‬
Taqiyyuddin al-Ghazzi berkata, Abu Zar‘ah ar-Raziy berkata: Bisyr al-Marisiy telah menjadi
zindik (kafir).
‫ْﺴﻲ َﻛﺎِﻓ ٌﺮ‬ َ ‫ ِﺑ ْﺸ ٌﺮ‬:‫ﺑﻦ َﺳ ِﻌﯿﺪ‬ ُ ‫ﺎل ُﻗَﺘْﯿﺒَﺔ‬ َ ‫ َﻗ‬،‫اﻟﺬ َﻫﺒﻲ‬ ‫َ ﱠ‬
ِ ‫اﻟﻤ ِﺮﯾ‬ ِ ‫َﻗﺎل‬.
Al-Hafidz adz-Dzahabi berkata, Imam Qutaibah bin Sa‘id berkata: Bisyr al-Marisiy telah kafir.
.‫ﺎء‬ ِ ‫اﻟﻌَﻠ َﻤ‬
ُ ‫أﺣٌﺪ ِﻣ َﻦ‬ َ ‫ﱢﻌ ُﻪ‬
ْ ‫ُﺸﯿ‬َ ‫ﺎن َﻋ َﺸ َﺮ َة َو ِﻣَﺌَﺘﯿْﻦ َوَﻟ ْﻢ ﯾ‬ َ ‫آﺧ ِﺮ َﺳَﻨ ِﺔ َﺛ َﻤ‬
ِ ‫ َﻫَﻠ َﻚ ﻓﻲ‬.‫اﻟﻘﺮآن‬ُ ‫إﻟﻰ اﻟَﻘ ْﻮ ِل ﺑ َﺨْﻠﻖ‬
َ ‫َﺔ‬ً ‫اﻋﯿ‬
ِ ‫ْﺴ ّﻲ َد‬ َ ‫ﺎن ِﺑ ْﺸ ٌﺮ‬
ِ ‫اﻟﻤ ِﺮﯾ‬ ‫ﺎل ﱠ‬
َ ‫ َﻛ‬:‫اﻟﺬ َﻫِﺒﻲ‬ َ ‫َﻗ‬
ِ ِ ِ
َ ٌ َ ْ ُ
‫و َﺣ َﻜ َﻢ ِﺑﻜﻔ ِﺮ ِه ﻃﺎِﺋَﻔﺔ ِﻣ َﻦ اﻷِﺋ ﱠﻤ ِﺔ‬. َ
Al-Hafidz adz-Dzahabi berkata, Bisyr al-Marisiy selalu mempromosikan pemikiran
kemakhlukan al-Qur’an. Ia meninggal pada akhir tahun 218 H. dan tidak ada satupun ulama
yang melayatnya. Dia diklaim kafir oleh sekelompok para imam.0662. Benarkah Tidak Ada
Siksa Kubur ?
5 bulan yang lalu

Tulisan ini merupakan salah satu bab yang terdapat dalam buku "Menelaah Pemikiran Agus
Mustofa Koreksi Terhadap Serial Buku Diskusi Tasawuf Modern" karya A. Qusyairi Ismail
dan Moh. Achyat Ahmad. Buku ini merupakan sebuah buku yang menelaah semua
pemikiran Agus Musthofa yang aneh. Buku ini diterbitkan oleh "Pustaka Sidogiri" ( sebuah
usaha penerbitan milik Pondok Pesantren Sidogiri ).
Tak Ada Azab Kubur ?
Uraian Singkat
Sebagaimana dijelaskan dalam buku “serial diskusi tasawuf modern” yang berjudul Ternyata
Adam Dilahirkan, Agus Mustofa mengatakan bahwa buku Tak Ada Azab Kubur? terinspirasi
oleh bagian tengah (wa fîhâ tamûtûna) dari ayat berikut:
َ ‫ﻮن َو ِﻣْﻨ َﻬﺎ ُﺗ ْﺨ َﺮ ُﺟ‬
25 :[7] ‫ )اﻷﻋﺮاف‬.‫ﻮن‬ َ ‫ﯿﻬﺎ َﺗ ُﻤﻮُﺗ‬ ْ ‫ﯿﻬﺎ َﺗ ْﺤﯿ‬
َ ‫َﻮ َن َوِﻓ‬ َ ‫)َﻗ‬.
َ ‫ﺎل ِﻓ‬
Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula)
kamu akan dibangkitkan. (QS. Al-A’raf [7]: 25).
Dasar terkuat Agus Mustofa untuk menyimpulkan bahwa azab kubur tidak ada adalah,
sebab menurut dugaan beliau, penjelasan mengenainya tidak terdapat dalam al-Qur’an.
Mengenai hal ini beliau menulis:
Hal yang menarik pertama adalah, kata “azab kubur” tidak ditemukan dalam al-Qur’an. Kata
azab di dalam al-Qur’an diulang-ulang sebanyak 358 kali, dan tidak ditemukan satupun
berbicara tentang azab kubur. Kalau tidak “azab dunia”, ya menyebut “azab akhirat”. (Tak
Ada Azab Kubur?, hlm. 148).
Selanjutnya, didorong oleh perasaan penasaran yang tinggi, beliau melakukan eksplorasi
lebih jauh mengenai hal ini. Beliau menulis sebagai berikut:
Saya cari dari kata “siksa” dengan berbagai kata bentuknya, seperti “siksaan”, “disiksa”,
“menyiksa”, dan sebagainya. Ternyata ada sejumlah 193 kali. Tetapi sekali lagi saya tidak
menemukan kata “siksa” yang terkait dengan siksa kubur. Saya mencari lagi lewat kata
“kubur”; “kuburan”, “dikubur”, “mengubur”. Ternyata ada 23 kali. Dan lagi-lagi, tidak ada yang
bercerita tentang adanya siksa kubur. (Ibid, hlm. 152).
Dan akhirnya saya mencoba mencarinya lewat kata “barzakh”. Ternyata dalam al-Qur’an
hanya disebut dua kali. Yang pertama bercerita tentang alam arwah… Sedangkan yang
kedua, kata “barzakh” digunakan untuk peristiwa yang sama sekali tidak ada kaitannya
dengan alam kubur. (Ibid, hlm. 153).
Dari hasil pencariannya yang ‘panjang’ dan ‘melelahkan’ ini, Agus Mustofa kemudian sampai
pada kesimpulan bahwa ternyata menurutnya, informasi mengenai azab kubur memang
tidak memiliki dalil-dalil yang kuat dan meyakinkan dari al-Qur’an. Padahal keyakinan
mengenai hal ini merupakan hal yang sangat penting bagi umat Islam. Agus Mustofa
melanjutkan:
Seluruh ayat-ayat yang terkait dengan barzakh, kubur, siksa, dan azab, ternyata tidak
satupun yang menyinggung tentang adanya azab kubur, alias siksa kubur. Sekali lagi kita
menjadi merasa aneh. Kenapa peristiwa penting yang sudah dianggap sebagai kebenaran
ini tidak muncul dalam informasi al-Qur’an. Lebih jauh, kalau kita berbicara tentang
keimanan atau rukun iman, azab kubur juga tidak muncul menjadi salah satu rukun iman itu.
Yang ditegaskan adalah Hari Kiamat dan Hari Akhir. (Ibid, hlm. 154-155).
Karena upaya eksplorasi dan penelusuran yang dilakukan oleh Agus Mustofa tidak
membuahkan hasil, kemudian beliau mencoba mempertegas mengenai dari mana sumber
berita tentang azab kubur itu selama ini? Ternyata mengenai hal itu bersumber dari Hadits
Nabi e. Setelah tahu bahwa informasi itu bersumber dari Hadits, Agus Mustofa berhenti, dan
tidak melakukan eksplorasi lebih lanjut terhadap Hadits-Hadits Nabi Muhammad e. Beliau
menulis:
Benarkah azab kubur memang tidak ada? Kalau tidak ada, kenapa selama ini kita demikian
yakin bahwa azab kubur itu ada? Dari mana sumbernya? Ternyata sumbernya adalah
Hadits. Sangat banyak Hadits yang bercerita tentang azab kubur ini. Mulai dari Hadits yang
sangat lemah sampai kepada Hadits yang sahih. (Ibid, hlm. 155).
Untuk memperkuat asumsinya tentang ketiadaan azab kubur, Agus Mustofa menggiring
pembaca untuk berpikir lebih lanjut, tentunya dengan menggunakan logika khas karangan
beliau sendiri. Dalam hal ini, beliau menyatakan bahwa siksaan sebagai pembalasan atas
perbuatan manusia hanya dilakukan di dua fase: dunia dan akhirat, dan tidak ada siksaan
yang ke tiga, yaitu siksaan di alam barzakh. Beliau mencatat:
Jadi al-Qur’an secara konsisten dan berulang-ulang menceritakan bahwa balasan bagi
perbuatan kita itu hanya terjadi di dua tempat, dan di dua waktu. Yang pertama adalah
balasan duniawi, dan yang kedua adalah balasan ukhrawi. (Ibid, 101).
Begitu nyawa itu keluar dari dalam tubuhnya, tidak ada siksaan badan yang terjadi. Yang
ada ialah siksaan yang jauh lebih besar, yaitu siksaan di neraka, dan itu terjadi setelah
terlebih dahulu manusia dihidupkan kembali dari dalam kuburnya. (Ibid, 160).
Azab kubur, ini menjadi kontroversial adanya, juga dikarenakan alam barzakh adalah fase
menunggu. Artinya, pada fase ini sebenarnya manusia yang mati itu belum diadili. Kalau
belum diadili kenapa bisa disiksa? (Ibid, 215).
Dari asumsi-asumsi di atas, kemudian Agus Mustofa menggiring pembaca untuk
menggambarkan lama masa transisi yang akan dialami orang yang sudah meninggal, untuk
menunggu terjadinya “kiamat kecil” (versi Agus Mustofa). Beliau menjelaskan bahwa orang
yang meninggal akan merasakan penantian yang amat singkat di alam barzakh, kendati
kenyataannya berjuta-juta tahun. Beliau menulis:
Akan tetapi, kita bakal bertemu dengan informasi-informasi ‘aneh’ dari dalam al-Qur’an
tentang lamanya alam barzakh tersebut. Menurut al-Qur’an, alam barzakh alias alam kubur
itu akan berlangsung singkat. Setidak-tidaknya begitulah yang dirasakan oleh orang-orang
yang dibangkitkan. (Ibid, hlm. 186).
Agus Mustofa mendasarkan pernyataan-pernyataan tersebut pada ayat-ayat al-Qur’an
berikut:
52 :[17] ‫ )اﻹﺳﺮاء‬.‫ﻮن ِإ ْن َﻟِﺒْﺜُﺘ ْﻢ ِإﻻ َﻗِﻠﯿﻼ‬َ ‫ُﻮن ِﺑ َﺤ ْﻤِﺪ ِه َوَﺗ ُﻈﱡﻨ‬ ُ ‫َﻮ َم ﯾ َْﺪ ُﻋ‬
َ ‫ﻮﻛ ْﻢ َﻓَﺘ ْﺴَﺘ ِﺠﯿﺒ‬ ْ ‫)ﯾ‬.
Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya, dan
kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur/di dunia) kecuali sebentar saja.
(QS. Al-Isra’ [17]: 52).
َ ‫ُﺆَﻓ ُﻜ‬
55 :[30] ‫ )اﻟﺮوم‬.‫ﻮن‬ ْ ‫ﺎﻋ ٍﺔ َﻛَﺬِﻟ َﻚ َﻛﺎُﻧﻮا ﯾ‬
َ ‫ْﺮ َﺳ‬ َ ‫ﻮن َﻣﺎ َﻟِﺒُﺜﻮا َﻏﯿ‬
َ ‫ﺎﻋ ُﺔ ﯾُْﻘ ِﺴ ُﻢ ْاﻟ ُﻤ ْﺠ ِﺮ ُﻣ‬ ‫َﻮ َم َﺗُﻘﻮ ُم ﱠ‬
َ ‫اﻟﺴ‬ ْ ‫)وﯾ‬.
َ
Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; “Mereka tidak
berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)”. Seperti demikianlah mereka selalu
dipalingkan (dari kebenaran). (QS. Ar-Rum [30]: 55).
52 :[36] ‫ )ﯾﺲ‬.‫ﻮن‬َ ُ‫ﺻَﺪ َق ْاﻟ ُﻤ ْﺮ َﺳﻠ‬ ‫َﻌَﺜَﻨﺎ ِﻣ ْﻦ َﻣ ْﺮَﻗِﺪَﻧﺎ َﻫَﺬا َﻣﺎ َو َﻋَﺪ ﱠ‬
َ ‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤ ُﻦ َو‬ َ ‫)َﻗﺎﻟُﻮا ﯾَﺎ َوﯾَْﻠَﻨﺎ َﻣ ْﻦ ﺑ‬.
Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari
tempat-tidur kami (kubur)?”. Inilah yang dijanjikan (Tuhan) yang Maha Pemurah dan
benarlah Rasul-rasul(Nya). (QS. Yasin [36]: 52).
Beliau menyatakan bahwa ayat-ayat ini menarik untuk dikaji dan diperhatikan secara
cermat, karena ayat-ayat di atas ternyata menjelaskan tentang sumpah-sumpah orang yang
berdosa, yang semestinya mengalami siksa kubur. Tapi anehnya mereka seperti tidak
merasakan adanya azab itu. Seakan-akan tak ada yang memberatkan mereka selama
berada di alam barzakh. (Ibid, hlm. 189).
Agus Mustofa menjelaskan lebih lanjut:
Tentu saja ini terasa aneh buat kita yang selam ini berpikir bahwa di dalam kubur itu ada
azab. Kalau memang ada azab, mestinya orang-orang yang berdosa akan merasakan
betapa lamanya hidup di alam barzakh. Namun Allah memberikan informasi sebaliknya,
bahwa orang-orang yang berdosa merasa demikian singkatnya berada di alam barzakh.
(Ibid, hlm. 190).
Terkait dengan kesimpulan ini, dalam serial buku tasawuf modern yang lain (Ternyata
Akhirat Tidak Kekal), Agus Mustofa menjelaskan lebih tegas lagi, bahwa lama masa yang
akan dialami seseorang di alam barzakh memang teramat sebentar, seperti orang yang
sedang bangun dari tidur, sebelumnya tidak merasakan apa-apa, namun tiba-tiba mendapati
Hari Kiamat terjadi tanpa disadarinya. Beliau berkata:
Jadi bagi yang sekarang sudah berusia 40 tahun misalnya, jika diambil rata-rata usia
manusia modern 65 tahun, maka kiamat baginya hanya tinggal 25 tahun lagi… Kenapa
demikian? Karena begitu dia meninggal, dia sudah tidak merasakan lagi masa penantian
‘kiamat bumi’ yang diperkirakan masih tinggal ribuan tahun. (Ternyata Akhirat Tidak Kekal,
hlm. 146).
Kesimpulan ini beliau dasarkan pada penafsiran pribadi dari QS. Al-Isra’ [17]: 52 di atas.
Ketika menjelaskan ayat tersebut, Agus Mustofa berkata:
Artinya ayat tersebut menggambarkan kepada kita bahwa selama kita berada di alam
barzakh, kita tidak merasakan masa penantian itu sebagai waktu yang lama. Bahkan
rasanya hanya sekitar satu hari saja. Sehingga praktis begitu kita mati, maka tak lama
kemudian kita sudah akan bertemu dengan Hari Kiamat. (Ternyata Akhirat Tidak Kekal, hlm.
145-146).
Kemudian bagaimanakah tanggapan Agus Mustofa terhadap ayat-ayat al-Qur’an dan
Hadits-Hadits Nabi e yang secara tersurat maupun tersirat menjelaskan tentang adanya
azab kubur? Agus Mustofa mengatakan bahwa itu hanya sebagai efek-efek positif dan
negatif serta penampakan siksa dan nikmat semata, bukan siksa dan nikmat yang
sesungguhnya. Beliau menulis:
Cerita tentang Firaun dan orang-orang syahid (di dalam al-Qur’an) adalah bersifat kasuistik,
yaitu orang-orang yang jelas-jelas kafir dan orang-orang yang jelas gugur di jalan Allah I.
Mereka sudah merasa menyesal dan bahagia selama di alam barzakh, sebagai efek internal
dalam jiwa mereka. Selebihnya manusia pada umumnya menunggu masa pengadilan. (Tak
Ada Azab Kubur?, hlm. 218).
Tanggapan
Tampak jelas dari uraian singkat di atas, bahwa Agus Mustofa mendasarkan kesimpulan
“tidak ada azab kubur” pada eksplorasi yang beliau lakukan sendiri terhadap rujukan primer
dalam Islam (al-Qur’an), yang ternyata tidak berhasil beliau temukan. Namun di sini perlu
dikemukakan bahwa tidak semua permasalahan yang tidak bisa dirujuk secara tegas dalam
al-Qur’an lantas kemudian bisa dinafikan. Betapa banyak permasalahan yang rujukan
lugasnya tidak tercantum dalam al-Qur’an, akan tetapi dijabarkan dalam Hadits, dan itupun
juga harus diyakini kebenarannya, sebagaimana telah kita uraikan secara lugas pada bagian
sebelumnya.
Jika memang demikian halnya, maka tidak ada alasan untuk menafikan kebenaran adanya
azab kubur, terlebih selain diuraikan secara lugas dalam Hadits, kebenaran azab kubur
ternyata dijelaskan secara tersurat dalam al-Qur’an, sedangkan Hadits memberikan
penjelasan detailnya.
Bagaimanapun, eksplorasi kata (“azab”, “kubur”, “barzakh”) yang dilakukan oleh Agus
Mustofa lebih tampak seperti tugas pekerjaan rumah untuk tingkat taman kanak-kanak.
Dengan hanya membaca al-Qur’an dan terjemahannya dari sudut pandang pribadinya,
beliau akan sulit untuk bisa sampai pada kebenaran. Sebab, sebagaimana telah diuraikan
pada bagian sebelumnya, upaya memahami al-Qur’an memerlukan keahlian tersendiri (tidak
semua orang bisa menafsiri), dan harus dilakukan secara holistik. Menafsiri al-Qur’an
memerlukan perangkat keilmuan yang kompleks, memerlukan pengetahuan tentang
asbâbun-nuzûl, nâsikh-mansûkh, munasabah, dll. Informasi mengenainya tidak bisa
dilepaskan dari Hadits-Hadits Nabi.
Terkait dengan pembahasan tentang azab kubur, sebetulnya terdapat sejumlah ayat yang
diturunkan terkait dengan azab kubur. Penjelasan ini didukung oleh Hadits-Hadits yang
kualitasnya tidak diragukan (shahîh), antara lain adalah sebagai berikut:
27 :[14] ‫ )اﺑﺮاﻫﯿﻢ‬.ُ‫َﺸﺎء‬َ ‫ﯿﻦ َوﯾَْﻔ َﻌ ُﻞ اﷲﱠُ َﻣﺎ ﯾ‬ ‫ُﻀ ﱡﻞ اﷲﱠُ ﱠ‬
َ ‫اﻟﻈﺎِﻟ ِﻤ‬ َ ْ ‫اﻟﺪْﻧﯿَﺎ َوِﻓﻲ‬
ِ ‫اﻵ ِﺧ َﺮ ِة َوﯾ‬ ‫اﻟﺜ ِﺎﺑ ِﺖ ِﻓﻲ ْاﻟ َﺤﯿَﺎ ِة ﱡ‬
‫ﯾﻦ َآ َﻣُﻨﻮا ﺑ ْﺎﻟَﻘ ْﻮل ﱠ‬
َ ‫ﱢﺖ اﷲﱠُ اﻟﱠِﺬ‬
ُ ‫)ﯾَُﺜﺒ‬.
ِ ِ
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim [14]: 27).
Menurut para ulama, ayat di atas diturunkan berkenaan dengan azab kubur. Maka yang
dimaksud adalah, Allah I meneguhkan keimanan orang-orang yang beriman dengan
kata-kata yang teguh (kalimat tauhid, lâ Ilâha illâ Allâh), baik di dunia maupun di alam kubur,
ketika seseorang mendapatkan pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir, sehingga ia
bisa memberikan jawaban-jawaban yang benar. Karena itulah, Rasulullah e ketika selesai
memendam mayat, beliau tidak langsung beranjak dari tempatnya, akan tetapi beliau
berseru kepada para hadirin:
ُ ‫ُﺴ‬
‫ )رواه أﺑﻮ داود‬.‫ﺄل‬ َ ‫ َﻓﺈﱠﻧ ُﻪ‬،‫ْﺖ‬
ْ ‫اﻵن ﯾ‬ َ ‫ﺄﻟﻮا َﻟ ُﻪ اﻟﱠﺘْﺜِﺒﯿ‬
ُ ‫اﺳ‬ ُ ‫ﻷﺧﯿ‬
ْ ‫ْﻜﻢ َو‬ ِ ِ ‫)اﺳَﺘ ْﻐِﻔ ُﺮوا‬.
ْ
Mintakanlah ampun untuk saudara kalian (yang meninggal ini), dan doakanlah agar ia
diteguhkan hatinya (berpegangteguh pada kalimat tauhid), sebab ia sekarang sedang
ditanyakan. (HR. Abu Daud).
Penjelasan ini demikian kuat, sebab didukung oleh mayoritas pakar tafsir dan ahli Hadits,
yang menyatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan azab kubur. Berikut kami
cantumkan beberapa di antaranya:
‫ﺎز ٍب‬ِ ‫ْﻦ َﻋ‬ ِ ‫اء ﺑ‬ ِ ‫َﺮ‬ ‫ َﻋ ِﻦ ْاﻟﺒ ﱠ‬t ‫اﷲ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ َ ‫ أَ ﱠن َر ُﺳ‬e ‫ﱢﺖ‬ ُ ‫ َﻓَﺬِﻟ َﻚ َﻗ ْﻮﻟُ ُﻪ "ﯾَُﺜﺒ‬،‫اﷲ‬ِ‫ﻮل ﱠ‬ ُ ‫ﻻ إَﻟ َﻪ إﻻﱠ اﷲﱠُ َوأَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤًﺪا َر ُﺳ‬ َ َ ْ ‫"اﻟ ُﻤ ْﺴِﻠ ُﻢ إَذا ُﺳِﺌ َﻞ ِﻓﻰ ْاﻟَﻘﺒ‬
ِ ِ ‫ْﺮ ﯾَﺸ َﻬُﺪ أ ْن‬ ِ ِ
ْ :‫ﺎل‬ َ ‫َﻗ‬
‫ )رواه اﻟﺸﯿﺨﺎن‬."‫اﻵﺧ َﺮ ِة‬ ِ ‫اﻟﺪْﻧﯿَﺎ َوِﻓﻰ‬ ‫اﻟﺜ ِﺎﺑ ِﺖ ِﻓﻰ ْاﻟ َﺤﯿَﺎ ِة ﱡ‬ ‫ﯾﻦ َآﻣُﻨﻮا ﺑ ْﺎﻟَﻘ ْﻮل ﱠ‬
ِ ِ َ ‫)اﷲﱠُ اﻟﱠِﺬ‬.
Dari al-Barra’ bin ‘Azib t, bahwa Rasulullah e bersabda: “Seorang Muslim, jika ditanya (oleh
Malaikat Munkar dan Nakir) di dalam kubur, ia akan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah I, dan Nabi Muhammad e adalah utusan-Nya. Maka itulah yang dimaksud
dengan firman Allah I: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan
yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (HR. Bukhari Muslim).
‫ َﻋ ِﻦ ْاﻟﺒ ﱠ‬t ‫ َﻋ ِﻦ اﻟﱠﻨِﺒ ﱢﻰ‬e ‫ َﻓَﺬِﻟ َﻚ َﻗ ْﻮﻟُ ُﻪ‬،‫اﷲ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ ُ ‫ َوأَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤًﺪا َر ُﺳ‬،ُ‫ﻻ إَﻟ َﻪ إﻻﱠ اﷲﱠ‬ َ َ َ ُ ُ ‫ "إَذا أُْﻗ ِﻌَﺪ ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ُﻦ ِﻓﻰ َﻗﺒ‬:‫ﺎل‬ َ ‫َﻗ‬
‫ﺎز ٍب‬ِ ‫ْﻦ َﻋ‬ ِ ‫اء ﺑ‬ ِ ‫َﺮ‬ ِ ِ ‫ ﺛ ﱠﻢ ﺷ ِﻬَﺪ أ ْن‬،‫ْﺮ ِه أِﺗ َﻰ‬ ِ ِ
َ َ
ِ ‫ﯾﻦ َآﻣُﻨﻮا" َﻧ َﺰﻟ ْﺖ ِﻓﻰ َﻋﺬ‬
‫اب‬ َ ‫ﱢﺖ اﷲﱠُ اﻟﱠِﺬ‬ ُ ‫َﺔ ِﺑ َﻬَﺬا َو َز َاد "ﯾَُﺜﺒ‬ُ ‫َﺸﺎر َﺣﱠﺪَﺛَﻨﺎ ُﻏْﻨَﺪ ٌر َﺣﱠﺪَﺛَﻨﺎ ُﺷ ْﻌﺒ‬ ‫ َﺣﱠﺪَﺛَﻨﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤُﺪ ﺑ ُ ﱠ‬."‫اﻟﺜﺎﺑ ِﺖ‬
ٍ ‫ْﻦ ﺑ‬
‫ﱠ‬ ْ
ِ ‫ﯾﻦ َآﻣُﻨﻮا ِﺑﺎﻟَﻘ ْﻮ ِل‬ َ ‫ﱢﺖ اﷲﱠُ اﻟﱠِﺬ‬
ُ ‫"ﯾَُﺜﺒ‬
‫ )رواه اﻟﺒﺨﺎري‬.‫ْﺮ‬ َْ
ِ ‫)اﻟﻘﺒ‬.
Dari al-Barra’ bin ‘Azib t, bahwa Rasulullah e bersabda: Jika seorang mukmin berada di
dalam kuburnya, lalu ia didatangi (dua malaikat), kemudian ia bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan kecuali Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, maka itulah maksud
dari firman Allah I: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan
yang teguh.
Muhammad bin Bisyr bercerita kepadaku, Ghundar bercerita kepadaku, Syu‘bah
menceritakan Hadits yang sama, dan menambah: (bahwa firman Allah I)“yutsabbitullâh…”
diturunkan dalam masalah azab kubur. (HR. Bukhari).
Tidak sebagaimana kesimpulan Agus Mustofa, serta persepsinya yang mengatakan tidak
ada pijakan yang kuat tentang azab kubur dari al-Qur’an, ayat di atas justru dengan tegas
diturunkan dalam rangka menjelaskan kebenaran adanya azab kubur. Di samping itu,
sebetulnya di dalam al-Qur’an terdapat ayat lain yang menjadi pijakan kuat bagi kebenaran
adanya azab kubur, dan didukung oleh pendapat para ulama ahli, yang sebagian kami
uraikan sebagai berikut:
3-1 :[102] ‫ )اﻟﺘﻜﺎﺛﺮ‬.‫ﻮن‬ َ ‫ﺎﻛ ُﻢ اﻟﱠﺘ َﻜ ُﺎﺛ ُﺮ َﺣﱠﺘﻰ ُز ْرُﺗ ُﻢ ْاﻟ َﻤَﻘ ِﺎﺑ َﺮ َﻛﻼ َﺳ ْﻮ َف َﺗ ْﻌَﻠ ُﻤ‬ ُ ‫)أَْﻟ َﻬ‬.
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). (QS. At-Takatsur
[102] 1-3).
Dalam menafsirkan ayat ini, pemuka pakar tafsir dan ahli sejarah, al-Imam Abu Ja’far
Muhammad bin Jarir ath-Thabari, mengatakan:
َ ‫ﻷن اﷲَ َﺗ َﻌ‬
‫ﺎﻟﻰ‬ ‫ ِ ﱠ‬،‫ْﺮ‬ َ ِ ‫ﺻ ﱠﺤ ِﺔ اﻟَﻘ ْﻮ ِل ِﺑ َﻌ‬ ٌ ‫اﻟﻤَﻘﺎﺑﺮ َﻓُﺪِﻓْﻨُﺘ ْﻢ ِﻓﯿﻬﺎ؛ َوﻓﻲ َﻫﺬا َدِﻟ‬ َ ‫ﺻ ْﺮُﺗ ْﻢ‬ ْ ‫"ﺣﱠﺘﻰ ُز ْرُﺗ ُﻢ ْاﻟ َﻤَﻘ ِﺎﺑ َﺮ" ﯾ‬
َ :‫َوَﻗ ْﻮﻟُ ُﻪ‬
ِ ‫ﺬاب اﻟﻘﺒ‬ ِ ‫ﻠﻰ‬ َ ‫ﯿﻞ َﻋ‬ ِ َ ‫إﻟﻰ‬ ِ ‫ﺘﻰ‬ ‫ َﺣ ﱠ‬:‫َﻌِﻨ ْﻲ‬
‫ُﻮر َو ِﻋﯿًْﺪا ِﻣْﻨ ُﻪ َﻟ ُﻬ ْﻢ َوَﺗ َﻬﱡﺪًدا‬ ُ ‫ار ْوا‬
َ ‫اﻟﻘﺒ‬ ْ
ُ ‫ﻮن َﻣﺎ ﯾَﻠَﻘ ْﻮ َن َإذا ُﻫ ْﻢ َز‬ َ ‫َﻌَﻠ ُﻤ‬ ُ ‫ْﻦ أﻟﻬَﺎ ُﻫ ْﻢ ﱠ‬
ْ ‫ أﱠﻧ ُﻬ ْﻢ َﺳﯿ‬،‫اﻟﺘﻜَﺎﺛﺮ‬ ‫ﱠ‬
َ ‫ﻻ ِء اﻟَﻘ ْﻮم اﻟِﺬﯾ‬َ ‫َﺮ َﻋﻦ َﻫ ُﺆ‬ َ ‫أﺧﺒ‬ْ ،ُ‫ذ َﻛ َﺮه‬.َ
ِ
Firman Allah I: “Hatta zurtum al-maqabir”, maksudnya adalah: Sehingga kamu meninggal
dan dikebumikan di dalam kuburan. Ayat ini merupakan dalil atas kebenaran adanya azab
kubur. Karena Allah I telah menyebut kubur dan memberitakan kepada kaum-kaum yang
lalai dalam menumpuk-numpuk harta, bahwa kelak mereka akan mengetahui apa yang akan
menimpa mereka, ketika mereka telah memasuki alam kubur. Informasi ini merupakan
ancaman dan intimidasi untuk mereka.
Kesimpulan dari at-Thabari ini diperkuat oleh Hadits yang bermuara kepada Sayyidina Ali
bin Abi Thalib t berikut:
‫ﻋﻠﻲ‬
ّ ‫ ﻋﻦ‬t، ‫ﻮن" ﻓﻲ ﻋﺬاب‬ َ ‫ﺎﻛ ُﻢ اﻟﱠﺘ َﻜ ُﺎﺛ ُﺮ َﺣﱠﺘﻰ ُز ْرُﺗ ُﻢ ْاﻟ َﻤَﻘ ِﺎﺑ َﺮ َﻛﻼ َﺳ ْﻮ َف َﺗ ْﻌَﻠ ُﻤ‬ ُ ‫ " أَْﻟ َﻬ‬:‫اﻵﯾﺔ‬
ُ ‫ َﺣﱠﺘﻰ َﻧ َﺰَﻟ ْﺖ َﻫِﺬ ِه‬،‫ ُﻛﱠﻨﺎ َﻧ ُﺸ ﱡﻚ َﻓﻲ َﻋَﺬاب اﻟَﻘﺒْﺮ‬:‫ﺎل‬
ِ ِ
َ ‫َﻗ‬
‫اﻟﻘﺒﺮ‬.
Dari Sayyidina Ali t, beliau berkata: pada mulanya saya agak ragu tentang azab kubur,
sehingga turunlah ayat ini “alhâkumut-takâtsur, hattâ zurtumul-maqâbir, kallâ saufa
ta‘lamûn” yang diturunkan dalam masalah azab kubur.
Lebih tegas lagi, adalah penafsiran Ibnu ‘Abbas tentang ayat ini, yang dikutip Ibnu ‘Adil
dalam tafsirnya, sebagaimana berikut:
‫ُﻮر‬ ُ َ َ ‫ﻮن" اي َﻣﺎ َﯾْﻨﺰ ُل ﺑ ُﻜ ْﻢ ِﻣ َﻦ‬ َ ‫ﻮف َﺗ ْﻌ ُﻠﻤ‬ َ ‫ﻼ َﺳ‬ ‫"ﻛ ﱠ‬ َ :(‫ )ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬:‫ﻗﺎل اﺑﻦ ﻋﺒﺎس‬.
ِ ‫اب ِﻓﻲ اﻟﻘﺒ‬ ِ ‫اﻟﻌﺬ‬ ِ ِ
Ibnu Abbas t berkata: “Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui”. Maksudnya adalah,
kelak kalian akan mengetahui azab kubur yang akan ditimpakan pada kalian..
Selain dua ayat di atas, ada lagi ayat lain yang diturunkan berkenaan dengan siksa kubur,
sebagaimana penjelasan berikut:
124 :[20] ‫ )ﻃﻪ‬.‫َﺎﻣ ِﺔ أَ ْﻋ َﻤﻰ‬ َ ‫َﻮ َم ْاﻟِﻘﯿ‬
ْ ‫ﺿْﻨ ًﻜﺎ َوَﻧ ْﺤ ُﺸ ُﺮهُ ﯾ‬َ ‫ﯿﺸ ًﺔ‬ َ ‫ض َﻋ ْﻦ ِذ ْﻛﺮي َﻓﺈ ﱠن َﻟ ُﻪ َﻣ ِﻌ‬
ِ ِ َ ‫)و َﻣ ْﻦ أَ ْﻋ َﺮ‬.
َ
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta”.
(QS. Thaha [20]: 124).
Penjelasan mengenai sebab turunnya ayat ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah t berikut:
‫ْﺮ َة‬
َ ‫ ﻋﻦ أﺑﻲ ُﻫ َﺮﯾ‬t ‫ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ‬e ‫ )رواه اﺑﻦ ﺣﺒﺎن‬.‫ْﺮ‬ َ ُ ‫"ﻋَﺬ‬
ِ ‫اب اﻟﻘﺒ‬ َ :‫ﺎل‬ َ ‫ َﻗ‬."‫ﺿْﻨ ًﻜﺎ‬ َ ‫ْﺸ ًﺔ‬ َ ‫ﻼ "َﻓﺈ ﱠن َﻟ ُﻪ َﻣ ِﻌﯿ‬ َ ‫ﱠ‬
ِ ‫)ﻓﻲ ﻗ ْﻮِﻟ ِﻪ َﺟﻞ َو َﻋ‬.
َ
Dari Abi Hurairah t, dari Nabi Muhammad e, mengenai firman Allah I “fa inna lahû
ma‘îsyatan dhanka”, beliau bersabda: “(Maksud ayat ini adalah) siksa kubur. (HR. Ibnu
Hibban).
Lebih tegas lagi adalah Hadits riwayat Abu Hurairah t yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dan Ibnu Hibban sebagai berikut:
ِ‫ﻮل اﷲ‬ َ ‫ َﻋ ْﻦ أَﺑﻲ ُﻫ َﺮﯾ‬e ‫اﻋﺎ َوُﯾَﻨ ﱠﻮ ُر َﻟ ُﻪ َﻛﺎﻟَﻘ َﻤ ِﺮ َﻟ َﯿﻠ َﺔ‬
ِ ‫ْﺮ َة َﻋ ْﻦ َر ُﺳ‬ ً ‫ﻮن ِذ َر‬ َ ‫ْﻌ‬ُ ‫ْﺮهُ َﺳﺒ‬ ُ ‫ُﺮ ﱠﺣ ُﺐ َﻟ ُﻪ َﻗﺒ‬ َ ‫اء َوﯾ‬َ ‫ﻀ َﺮ‬ ْ ‫ﺿ ٍﺔ َﺧ‬ َ ‫ْﺮ ِه َﻟِﻔﻲ َر ْو‬ َ
ِ ‫اﻟﻤ ْﺆ ِﻣ َﻦ ِﻓﻲ ﻗﺒ‬
ُ ‫"إ ﱠن‬ ََ
ِ :‫ﻗﺎل‬
ُ‫ اﷲ‬:‫اﻟﻀْﻨ َﻜ ُﺔ ؟" َﻗﺎﻟُﻮا‬ ‫ْﺸ ُﺔ ﱠ‬ َ ‫اﻟﻤ ِﻌﯿ‬
َ ‫ون َﻣﺎ‬ َ ‫َﺎﻣ ِﺔ أَ ْﻋ َﻤﻰ( أََﺗ ْﺪ ُر‬
َ ‫َﻮ َم اﻟِﻘﯿ‬ْ ‫ﺿْﻨ ًﻜﺎ َوَﻧ ْﺤ ُﺸ ُﺮهُ ﯾ‬ َ ‫ْﺸ ًﺔ‬ َ ‫اﻷﯾﺔ )َﻓﺈ ﱠن َﻟ ُﻪ َﻣ ِﻌﯿ‬ ُ
ُ ‫ﯿﻤﺎ أْﻧﺰَﻟ ْﺖ َﻫِﺬ ِه‬ َ ‫ أََﺗ ْﺪ ُر‬،‫اﻟﺒ َْﺪ ِر‬
ِ ِ َ ‫ون ِﻓ‬
ً
،‫ﻮن َﺣﯿﱠﺔ‬ َ ‫ْﻌ‬
ُ ‫ْﻦ؟ َﺳﺒ‬ُ ‫ون َﻣﺎ اﻟﱢﺘﱢﻨﯿ‬ َ
َ ‫ أَﺗ ْﺪ ُر‬،‫ﻮن ِﺗﱢﻨْﯿًﻨﺎ‬ ٌ
َ ‫ﯿﻪ ِﺗ ْﺴ َﻌﺔ َوِﺗ ْﺴ ُﻌ‬ َ
ِ ‫ُﺴﻠﻂ َﻋﻠ‬ ُ ‫ﱠ‬ ْ
َ ‫اﻟﺬي َﻧﻔ ِﺴﻲ ِﺑﯿَِﺪ ِه ِإﱠﻧ ُﻪ ﯾ‬ ِ ‫ َو‬،‫ْﺮ ِه‬ َ َ ُ ‫"ﻋﺬ‬ َ َ :‫ َﻗﺎل‬،ُ‫ور ُﺳﻮﻟُ ُﻪ أَ ْﻋَﻠﻢ‬
َ
ِ ‫اب اﻟﻜﺎِﻓ ِﺮ ِﻓﻲ ﻗﺒ‬ َ
َ ُ ْ
ْ ‫وس ﯾَﻠ َﺴ ُﻌﻮَﻧ ُﻪ َوﯾَﺨِﺪﺷﻮَﻧ ُﻪ ِإﻟﻰ ﯾ‬ ْ ‫ﱢ‬ ُ
‫ )رواه أﺣﻤﺪ ﻓﻲ ﻣﺴﻨﺪه واﺑﻦ ﺣﺒﺎن ﻓﻲ ﺻﺤﯿﺤﻪ‬."‫َﺎﻣ ِﺔ‬ َ ‫َﻮ ِم اﻟِﻘﯿ‬ ٍ ‫ْﻊ ُر ُؤ‬ ُ ‫ﱠﺔ َﺳﺒ‬ٍ ‫)ِﻟﻜﻞ َﺣﯿ‬.
Dari Abu Hurairah t, dari Rasulullah e, beliau bersabda: “Sesungguhnya orang mukmin
dalam kuburnya berada dalam kebun yang hijau, dan kuburnya diluaskan menjadi 70 hasta,
dan terang-benderang seperti bulan purnama, apakah kalian tahu, dalam masalah apa ayat
“Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpun-kannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” itu diturunkan?” Para Sahabat
menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui”. Nabi e bersabda: “(Ayat ini diturunkan
menjelaskan) siksaan orang kafir dalam kuburnya. Demi Allah, ia telah diberi 77 tinnin,
apakah kalian tahu apa itu tinnin? Tinnin itu adalah ular, masing-masing ular memiliki tujuh
kepala yang menyengatnya dan menggigitnya sampai Hari Kiamat. (HR. Ahmad dan Ibnu
Hibban).
Tiga ayat di atas (QS. Ibrahim [14]: 27, QS. At-Takatsur [102] 1-3, dan QS. Thaha [20]: 124),
menjelaskan tentang azab kubur dari sisi asbâbun-nuzûl (sebab diturunkannya suatu ayat).
Artinya, dua ayat tersebut diturunkan dalam rangka menjelaskan tentang kebenaran adanya
azab kubur. Kesimpulan ini telah final, berdasarkan kesepakatan para ulama tafsir dan
Hadits, dengan didukung data-data dari Hadits-Hadits yang kuat. Dan seharusnya, ini sudah
cukup untuk mementahkan praduga Agus Mustofa, yang berkesimpulan bahwa azab kubur
tidak memiliki pijakan kuat dari al-Qur’an, serta menganggap Hadits-Hadits sahih tentang
azab kubur hanya sikasaan mental. Buktinya Hadits-Hadits di atas dengan tegas
menjelaskan tentang siksaan fisik—sebagaimana kami jelaskan dalam uraian lebih lanjut.
Selebihnya, ada pernyataan-pernyataan lain dari al-Qur’an yang secara substansial
menunnjukkan tentang kebenaran adanya azab kubur. Seorang mufasir terkemuka, al-Imam
Fakhruddin ar-Razi (544-606 H/1150-1210 M), memberikan ulasan lugas mengenai ayat lain
dalam al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal ini, sebagaimana berikut:
ٍ ‫وج ِﻣ ْﻦ َﺳِﺒ‬ ُ َ ْ َ َ ِ ‫ﺎﻋَﺘ َﺮ ْﻓَﻨﺎ ِﺑُﺬُﻧ‬ ْ ‫ْﻦ َﻓ‬ ْ َ ‫)َﻗﺎﻟُﻮا َرﱠﺑَﻨﺎ أَ َﻣﱠﺘَﻨﺎ ْاﺛَﻨَﺘﯿ‬.
11 :[40] ‫ )ﻏﺎﻓﺮ‬.‫ﯿﻞ‬ ٍ ‫ﻮﺑﻨﺎ ﻓ َﻬﻞ ِإﻟﻰ ﺧ ُﺮ‬ ِ ‫ْﻦ َوأ ْﺣَﯿْﯿَﺘَﻨﺎ اﺛَﻨَﺘﯿ‬
ِ
Mereka menjawab: “Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah
menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah
sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” (QS. Ghafir [40]: 11).
Menurut ar-Razi, ayat ini memberikan petunjuk yang jelas terhadap adanya azab kubur. Hal
ini di faham dari kata-kata “amattana itsnataini” (dimatikan dua kali). Mati yang pertama
adalah kematian yang terjadi di dunia (yang kemudian dikuburkan), sedangkan mati yang
kedua adalah mati yang akan dialami semua orang setelah mereka dihidupkan di dalam
kubur.
Penjelasan dari ayat ini bertentangan secara diametral dengan pemikiran yang dimunculkan
oleh Agus Mustofa, di mana menurut beliau, orang-orang yang mati di dalam kubur tak
ubahnya dengan orang yang tidur, sehingga ketika mereka dibangkitkan, mereka merasa
hanya berada selama satu atau setengah hari di dalam kubur. Artinya orang-orang yang
berada di dalam kubur tidak hidup, namun tetap mati, atau laksana orang yang tidur, dengan
mengutip beberapa ayat yang diduga bisa memberikan dukungan terhadap pemikirannya,
seperti QS. Ar-Rum [30]: 55 dan al-Isra’ [17]: 52, Yasin [36]: 52, yang tanggapannya akan
kami jelaskan lebih lanjut.
Ar-Razi menjelaskan bahwa kata-kata “imâtah” yang merupakan akar kata “amattanâ”
berarti “mematikan”. Jadi, ayat di atas menunjukkan terjadinya kematian setelah seseorang
hidup di dunia. Ini adalah kematian yang pertama. Sedangkan kematian yang kedua adalah
kematian setelah kehidupan di dalam kubur. Selanjutnya, jika kehidupan di dalam kubur
adalah sebuah kebenaran yang pasti (haqq), berarti nikmat dan siksa kubur juga merupakan
kepastian Allah I yang tidak terbantahkan, sebagaimana dijelaskan secara lugas dari
ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi.
Dengan demikian, maka pernyataan yang berseberangan dari Agus Mustofa justru sangat
mengherankan. Ironi ini selanjutnya lebih diperparah lagi dengan statemen beliau yang lain,
yakni menuding ayat yang menjelaskan kebenaran adanya azab kubur secara tegas
sebagai ayat yang memunculkan interpretasi ‘spekulatif’. Ayat yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
ٍ ‫ون ِإَﻟﻰ َﻋَﺬ‬
‫اب‬ َ ‫ْﻦ ُﺛ ﱠﻢ ﯾ‬
َ ‫ُﺮﱡد‬ ُ ‫ﺎق ﻻ َﺗ ْﻌَﻠ ُﻤ ُﻬ ْﻢ َﻧ ْﺤ ُﻦ َﻧ ْﻌَﻠ ُﻤ ُﻬ ْﻢ َﺳُﻨ َﻌﱢﺬﺑ‬
ِ ‫ُﻬ ْﻢ َﻣ ﱠﺮَﺗﯿ‬
َ‫َ ﱢ‬ ْ َ
ِ ‫ﻮن َو ِﻣ ْﻦ أ ْﻫ ِﻞ اﻟ َﻤِﺪﯾَﻨ ِﺔ َﻣ َﺮُدوا َﻋﻠﻰ اﻟﻨﻔ‬ َ ‫اب ُﻣَﻨﺎِﻓُﻘ‬ ْ ‫َو ِﻣ ﱠﻤ ْﻦ َﺣ ْﻮَﻟ ُﻜ ْﻢ ِﻣ َﻦ‬
ِ ‫اﻷﻋ َﺮ‬
101 :[9] ‫ )اﻟﺘﻮﺑﺔ‬.‫)ﻋ ِﻈ ٍﯿﻢ‬. َ
Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan
(juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu
(Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti
mereka akan Kami siksa dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan pada azab yang
besar. (QS. At-Taubah [9]: 101).
Ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang munafik yang berada di sekitar Madinah,
yang berpura-pura beriman kepada Nabi Muhammad e, namun sejatinya mereka tidak
beriman dan tetap memusuhi serta menaruh dendam kepada Nabi Muhammad e. Karena itu
Allah I mengancam mereka dengan azab yang berlipat ganda, yakni dengan aib, cela dan
kerugian yang menimpa diri mereka, keluarga serta harta benda mereka di dunia, dan
siksaan-siksaan yang pedih di dalam kubur. Inilah yang dimaksud dengan kata-kata “disiksa
dua kali” dalam ayat di atas. Setelah siksa kubur berakhir, Allah I akan menghukum mereka
dengan “azab yang besar”, yakni siksa yang pedih dan abadi di dalam neraka.
Redaksi ayat tersebut teramat jelas hingga nyaris tak memerlukan interpretasi apapun,
bahkan tidak mungkin diselewengkan pada pemahaman-pemahaman yang lain, apalagi
kemudian disangsikan kebenarannya sebagai ayat yang memberikan informasi akurat
tentang adanya azab kubur (seperti yang dilakukan Agus Mustofa). Karena itulah Imam
al-Bukhari dalam Shahîhul-Bukhârî menjadikan ayat ini (QS. At-Taubah [9]: 101) sebagai
salah satu landasan utama dalam menetapkan keyakinan adanya azab kubur, di samping
QS. Ghafir [40]: 45-46;
َ ْ َ َ ُ َ ُ َ ‫اﻟﺴ‬ ‫َﻮ َم َﺗُﻘﻮ ُم ﱠ‬
ْ ‫ﺎ َوﯾ‬‫وا َو َﻋ ِﺸﯿ‬ ‫ﻮن َﻋَﻠﯿ َْﻬﺎ ُﻏُﺪ‬
ِ ‫ﺎﻋﺔ أ ْد ِﺧﻠﻮا آل ِﻓ ْﺮ َﻋ ْﻮ َن أ َﺷﱠﺪ اﻟ َﻌﺬ‬
46 :[40] ‫ )ﻏﺎﻓﺮ‬.‫اب‬ َ ‫ﺿ‬ُ ‫ُﻌ َﺮ‬ ُ ‫)اﻟﱠﻨ‬.
ْ ‫ﺎر ﯾ‬
Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya
Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab
yang sangat keras”. (QS. Ghafir [40]: 46).
Tidak sebagaimana praduga Agus Mustofa, surat ini (QS. Ghafir [40]: 46) justru merupakan
dalil paling lugas (ashrahu dalîlin) dari al-Qur’an yang menjelaskan tentang kebenaran
adanya azab kubur.
Namun, betapapun dalil-dalil dari al-Qur’an di atas begitu kuat, Agus Mustofa bersikeras
dengan pandangan pribadinya (tak ada azab kubur), dengan cara menafsiri al-Qur’an sesuai
pemikiran beliau, serta mengesampingkan Hadits-Hadits sahih yang menjelaskan
kebenaran azab kubur yang berupa siksaan secara fisik, dan mengatakan jika semua cerita
tentang malaikat dalam kubur beserta siksa-siksa kubur yang mengerikan itu hanya sebagai
‘dongeng’ yang sering kita dengar sewaktu kecil, dan itu hanya sekadar ilusi belaka. Agus
Mustofa menulis:
Selama ini banyak yang beranggapan bahwa badan orang yang meninggal mengalami
pembalasan, berupa siksa atau sebaliknya, di dalam kubur. Pada waktu kecil, kita sering
mendengar pengajian di kampung, dari guru atau orang-orang di sekitar kita, bahwa
seorang yang meninggal bakal didatangi oleh malaikat Munkar Nakir. Mereka bertugas
untuk menanyai si orang meninggal tersebut. “Siapa Tuhanmu?”, “Siapa Nabimu”?, “Apa
Kitabmu?”, “Apa agamamu”?, dan seterusnya. Jika si mayit tidak bisa menjawab, maka
malaikat bakal menghajarnya dengan menggunakan cemeti atau gada, sampai badannya
hancur, kemudian dijepit oleh tanah yang merekah…
Gambaran-gambaran semacam ini masih terekam kuat dibenak kebanyakan kita. Bukan
hanya karena berulangkali dibacakan oleh ‘petugas’ kepada salah satu di antara kita saat
meninggal dan baru dikubur. Tapi juga dikarenakan cerita-cerita itu disebarkan dalam
bentuk komik-komik untuk konsumsi anak-anak di jaman itu. Ketika dewasa saya merasa
penasaran dan mencari sumber itu dari dalam al-Qur’an. Ternyata memang tidak memiliki
pijakan yang kuat. (Tak Ada Azab Kubur?, hlm. 157-158).
Saya tidak akan melakukan pembahasan tentang Hadits-Hadits itu di sini, karena akan
membutuhkan ruang yang sangat besar. Akan tetapi secara umum, Hadits-Hadits yang
bercerita tentang siksa kubur dalam konteks ‘siksaan badan’ memang berasal dari
Hadits-Hadits yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan. Sedangkan Hadits-Hadits sahih
lebih bercerita azab-azab kubur secara normatif. Bahwa ada azab kubur, tetapi tanpa
penjelasan detail bentuk siksaan yang dialami oleh para arwah itu. (Tak Ada Azab Kubur?,
hlm. 155).
Barangkali Agus Mustofa tidak tahu, bahwa apa yang beliau sebut sebagai cerita yang
sering didengar pada waktu kecil itu, yang kita dengar dari ceramah-ceraham di kampung,
sejatinya adalah Hadits-Hadits Nabi Muhammad e yang tidak diragukan kesahihannya?
Hadits-Hadits itu secara literal juga menjelaskan siksaan kubur secara fisik, bukan hanya
secara mental. Maka, betapa nistanya kita, jika mengaku sebagai umat Nabi Muhammad e,
namun di samping itu kita menolak mentah-mentah Hadits-Hadits beliau yang sahih, hanya
karena tidak sejalan dengan pikiran pribadi dan hawa nafsu semata? Marilah kita simak
sebagian di antara Hadits-Hadits shahih dimaksud:
‫ َﻋ ْﻦ أََﻧ ٍﺲ‬t ‫ َﻋ ِﻦ اﻟﱠﻨِﺒ ﱢﻰ‬e ‫ﻻ ِن َﻟ ُﻪ‬ َ ‫ أََﺗﺎهُ َﻣَﻠ َﻜﺎن َﻓَﺄ ْﻗ َﻌَﺪاهُ َﻓﯿَُﻘﻮ‬،‫َﺴ َﻤ ُﻊ َﻗ ْﺮ َع ِﻧ َﻌﺎِﻟ ِﻬ ْﻢ‬
ِ ْ ‫ﺻ َﺤﺎُﺑ ُﻪ َﺣﱠﺘﻰ ِإﱠﻧ ُﻪ َﻟﯿ‬ ْ َ‫ َوَﺗ َﻮﻟﱠﻰ َﻋْﻨ ُﻪ أ‬،‫ْﺮ ِه‬ َ
ِ ‫ﺿ َﻊ ِﻓﻰ ﻗﺒ‬
ْ :‫ﺎل‬
ِ ‫"اﻟ َﻌﺒُْﺪ ِإَذا ُو‬ َ ‫َﻗ‬
‫اﻟﺮ ُﺟ ِﻞ ُﻣ َﺤ ﱠﻤٍﺪ‬ ‫ﻮل ِﻓﻲ َﻫَﺬا ﱠ‬ ُ ‫ َﻣﺎ ُﻛْﻨ َﺖ َﺗُﻘ‬e ‫ أَﺑَْﺪَﻟ َﻚ اﷲﱠُ ﺑ ِﻪ َﻣْﻘ َﻌًﺪا ِﻣ َﻦ‬،‫ﺎل اْﻧ ُﻈ ْﺮ إَﻟﻰ َﻣْﻘ َﻌِﺪ َك ِﻣ َﻦ اﻟﱠﻨﺎر‬ ُ ‫ َﻓُﯿَﻘ‬.‫اﷲ َو َر ُﺳﻮﻟُ ُﻪ‬ِ‫ﻮل أَ ْﺷ َﻬُﺪ أَﱠﻧ ُﻪ َﻋﺒُْﺪ ﱠ‬ُ ‫َﻓﯿَُﻘ‬
ِ ِ ِ
‫ﺎل اﻟﱠﻨِﺒ ﱡﻰ‬ ْ
َ ‫ َﻗ‬.‫ اﻟ َﺠﱠﻨ ِﺔ‬e: ‫ ﺛ ﱠﻢ‬.‫ْﺖ‬ ُ َ ‫ﻻ َﺗَﻠﯿ‬َ ‫ْﺖ َو‬ َ ‫ﻻ َد َرﯾ‬ ُ
َ ‫ َﻓُﯿَﻘﺎل‬.‫ﺎس‬ ُ ُ َ
ُ ‫ ُﻛْﻨ ُﺖ أُﻗﻮل َﻣﺎ ﯾَُﻘﻮل اﻟﱠﻨ‬،‫ﻻ أ ْد ِرى‬ َ ُ ْ َ ْ
َ :‫وأ ﱠﻣﺎ اﻟ َﻜﺎِﻓ ُﺮ أو اﻟ ُﻤَﻨﺎِﻓ ُﻖ َﻓﯿَُﻘﻮل‬-‫ﺎ‬َ َ ‫ﯿﻌ‬ ً ‫اﻫ َﻤﺎ َﺟ ِﻤ‬ ُ ‫َﺮ‬َ ‫َﻓﯿ‬
ِ
‫ )رواه اﻟﺒﺨﺎري‬.‫ْﻦ‬ َ َ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ِ ‫َﺴ َﻤ ُﻌ َﻬﺎ َﻣ ْﻦ َﯾِﻠ‬ ً ِ ‫ َﻓﯿ‬،‫ْﻪ‬ ُُ
ِ ‫ْﻦ أذَﻧﯿ‬ ً
َ ‫ﺿ ْﺮﺑَﺔ َﺑﯿ‬ ْ
َ ‫ُﻀ َﺮ ُب ِﺑ ِﻤﻄ َﺮَﻗ ٍﺔ ِﻣ ْﻦ َﺣِﺪ ٍﯾﺪ‬ ْ ‫)ﯾ‬.
ِ ‫ﯿﻪ ِإﻻ اﻟﺜﻘﻠﯿ‬ ْ ‫ْﺤﺔ ﯾ‬ َ ‫ﺻﯿ‬
َ ‫ﯿﺢ‬ ُ ‫َﺼ‬
Dari Anas t, dari Rasulullah e beliau bersabda: “Seorang hamba ketika telah (rampung) di
kubur, serta para pengantar telah pulang semua dan ia mendengar bunyi sandal mereka,
maka datanglah dua malaikat (Munkar-Nakir), lalu keduanya mendudukkannya seraya
bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang Nabi Muhammad e? Lalu ia menjawab, “Saya
bersaksi bahwa beliau adalah hamba Allah I dan utusan-Nya. Lalu kedua malaikat berkata:
Lihatlah tempat asalmu di neraka, sekarang telah diganti oleh Allah I dengan tempat di
surga.
Kemudian Nabi bersabda: Lalu ia melihat kedua tempat tersebut (tempat di neraka dan
tempat di surga, sehingga bertambahlah kegembiraannya).
Adapun orang kafir atau orang munafik (ketika menjawab) akan berkata, “Saya tidak tahu,
saya menjawab sebagaimana orang lain menjawab. Lalu dikatakan kepadanya, “Kamu tidak
faham dan kamu tidak membaca”. Lalu ia dipukul satu pukulan dengan palu dari besi antara
dua telinganya, sehingga ia menjerit dengan suara lantang yang dapat didengar oleh
sesuatu yang ada di sampingnya, kecuali manusia dan jin. (HR. Bukhari).
‫ﻮل‬َ ‫ َﻓ َﺴَﺄَﻟ ْﺖ َﻋﺎِﺋ َﺸ ُﺔ َر ُﺳ‬.‫ َﻓَﻘ َﺎﻟ ْﺖ َﻟ َﻬﺎ أَ َﻋ َﺎذ ِك اﷲﱠُ ِﻣ ْﻦ َﻋَﺬاب ْاﻟَﻘﺒْﺮ‬،‫اب ْاﻟَﻘﺒْﺮ‬ َ ‫ َﻓَﺬ َﻛ َﺮ ْت َﻋَﺬ‬،‫ﱠﺔ َد َﺧَﻠ ْﺖ َﻋَﻠﯿ َْﻬﺎ‬ ً ‫ﻮدﯾ‬
ِ ‫َﻬ‬ُ ‫َﻋ ْﻦ َﻋﺎِﺋ َﺸ َﺔ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﺎ أَ ﱠن ﯾ‬
ِ ِ ِ
‫اﷲﱠ‬
ِ e ‫اﷲ‬ ‫ﱠ‬ َ
ِ ‫ْﺖ َر ُﺳﻮل‬ َ ُ
ُ ‫ َﻓ َﻤﺎ َرأﯾ‬:‫ َﻗﺎﻟ ْﺖ َﻋﺎِﺋ َﺸﺔ رﺿﻰ اﷲ ﻋﻨﻬﺎ‬."‫اب اﻟَﻘﺒْﺮ‬ َ ْ َ
ُ ‫ "َﻧ َﻌ ْﻢ َﻋﺬ‬:‫ْﺮ َﻓَﻘﺎل‬َ ْ
َ ِ ‫ َﻋ ْﻦ َﻋﺬ‬e ‫ﻼ ًة إﻻﱠ َﺗ َﻌ ﱠﻮَذ ِﻣ ْﻦ‬
َ َ َ ‫ﺻﻠﱠﻰ‬ َ ‫َﻌُﺪ‬
ِ ِ ‫اب اﻟﻘﺒ‬ ِ ‫ﺻ‬ ْ‫ﺑ‬
‫ )رواه اﻟﺒﺨﺎري‬."‫ْﺮ َﺣﻖ‬ ‫ﱞ‬ َ ْ َ ْ ُ
َ :‫ َز َاد ﻏﻨَﺪ ٌر‬.‫اب اﻟﻘﺒْﺮ‬ َ ْ َ
ِ ‫اب اﻟﻘﺒ‬ ُ ‫"ﻋﺬ‬ ِ ‫)ﻋﺬ‬. َ
Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ, bahwa seorang perempuan Yahudi
masuk kepada beliau, seraya bertutur tentang azab kubur. Lalu Sayyidah Aisyah berkata,
“Mudah-mudahan Allah I melindungimu dari azab kubur”. Kemudian Sayyidah Aisyah
bertanya kepada Rasulullah e tentang azab kubur, lalu Nabi e menjawab: “Betul, azab kubur
itu ada”. Lalu Sayyidah Aisyah berkata: “Lalu setelah itu, saya tidak pernah melihat
Rasulullah e salat melainkan beliau memta perlindungan kepada Allah I dari azab kubur.
Imam Ghundar menambahkan dalam riwayatnya, bahwa Nabi e bersabda: “Ya. Azab kubur
itu benar adanya.” (HR. Bukhari).
Berdasarkan dalil-dalil yang teramat kuat dan akurat ini, maka tidak heran apabila para
ulama megatakan bahwa ulama Ahlussunnah wal Jamaah bersepakat bahwa azab kubur
adalah benar adanya (haqq), sebagaimana pernyataan Imam Abu Bakar bin Mujahid
berikut:
‫ﱢﺖ‬ُ ‫ َوﯾَُﺜﺒ‬،‫ﻟﻮا ِﻓﯿ َْﻬﺎ‬ َ ‫ُﻮا ِﻓﯿ َْﻬﺎ َوﯾ‬
ُ ‫ُﺴﺄ‬ ْ ‫َﻌَﺪ ْأن ﯾ‬
ْ ‫ُﺤﯿ‬ ْ ‫ُﻮر ِﻫ ْﻢ ﺑ‬ ُ ‫ﻮن‬ َ ‫أن اﻟﻨﺎﱠ َس ﯾُْﻔَﺘُﻨ‬ ‫ َو ﱠ‬،‫ْﺮ َﺣ ﱞﻖ‬ َ َ ‫أن َﻋَﺬ‬ ‫اﻟﺴﱠﻨ ِﺔ ﱠ‬‫أﻫ ُﻞ ﱡ‬ ْ ‫أﺟ َﻤ َﻊ‬ ُ ‫َﻜ ِﺮ‬ ْ ‫ﺎل أﺑُﻮ ﺑ‬ َ ‫َﻗ‬
ِ ‫ﻓﻲ ﻗﺒ‬ ِ ِ ‫اب اﻟﻘﺒ‬ ْ :‫ﺎﻫﺪ‬ ِ ‫ﺑﻦ ُﻣ َﺠ‬
‫أﺣ ﱠﺐ َﺗْﺜِﺒْﯿَﺘ ُﻪ ِﻣْﻨ ُﻬ ْﻢ‬
َ ‫اﷲُ َﻣ ْﻦ‬.
Abu Bakar bin Mujahid berkata: Ulama Ahlussunnah wal Jamaah bersepakat bahwa azab
kubur adalah benar adanya, dan bahwa manusia akan mendapatkan cobaan di dalam
kubur-kubur mereka, setelah mereka hidup dan ditanyai oleh malaikat di dalam kubur, dan
Allah I meneguhkan hati orang-orang dikehendaki-Nya di antara mereka.
Dengan demikian, berarti pemikiran Agus Mustofa telah berseberangan dengan nash
al-Qur’an, ajaran Hadits Nabi Muhammad e, dan kesepakatan para ulama sepanjang masa.
Untuk melengkapi akurasi data-data al-Qur’an dan Hadits di atas, berikut kami kutip
Hadits-Hadits yang berkenaan dengan azab kubur dari Kutubus-Sittah (Enam Kitab Hadits
Induk), masing-masing satu Hadits, kendati pada setiap Kitab Hadits yang enam itu terdapat
puluhan sampai ratusan dalil mengenainya. Bahkan, terdapat beberapa kitab yang secara
khusus menghimpun dalil-dalil tentang azab kubur, seperti kitab Itersebutâtu ‘Adzâbil-Qabri
(Memantapkan Kebenaran Azab Kubur) karya Imam al-Baihaqi, Ahwâlul-Qabri
(Kepanikan-Kepanikan dalam Kubur) karya Abul-Faraj Abdurrahman bin Syaikh
Abdurrahman bin Syihabuddin Ahmad bin Rajab, dll.
ُ ْ َ ِ ‫ﻮذ ﺑ َﻚ ِﻣ ْﻦ َﻋَﺬاب ْاﻟَﻘﺒْﺮ َو َﻋَﺬاب اﻟﱠﻨﺎر َوِﻓْﺘَﻨ ِﺔ ْاﻟ َﻤ ْﺤﯿَﺎ َو ْاﻟ َﻤ َﻤ‬ ُ َ ‫ﱠ‬
‫ْﺮة‬ َ ‫أﺑﻲ ُﻫ َﺮﯾ‬ ْ
ِ ‫ َﻋﻦ‬t ِ‫ ﻛﺎن َر ُﺳﻮل اﷲ‬:‫ ﻗﺎل‬e ‫ﯿﺢ‬
َ
ِ ‫ﺎت َوﺷ ﱢﺮ اﻟ َﻤ ِﺴ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﯾ َْﺪ ُﻋﻮ "اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ ِإﱢﻧﻰ أ ُﻋ‬
‫ )رواه اﻟﺒﺨﺎري‬.‫ﺎل‬ ‫ﱠ‬
ِ ‫)اﻟﺪ ﱠﺟ‬.
Dari Abu Hurairah t berkata: Rasulullah e pernah berdoa “Ya Allah saya berlindung
kepadamu dari siksa kubur dan siksa neraka serta fitnah (dalam) hidup dan mati serta
kejelekan dajjal. (HR. Bukhari).
"...‫َﻞ َﻋَﻠْﯿَﻨﺎ ِﺑ َﻮ ْﺟ ِﻬ ِﻪ‬ َ ‫ ُﺛ ﱠﻢ أَ ْﻗﺒ‬."‫ُﺴ ِﻤ َﻌ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ َﻋَﺬاب ْاﻟَﻘﺒْﺮ اﻟﱠِﺬى أَ ْﺳ َﻤ ُﻊ ِﻣْﻨ ُﻪ‬
ِ ْ ‫اﷲَ أَ ْن ﯾ‬
‫ﻻ َﺗَﺪاَﻓُﻨﻮا َﻟَﺪ َﻋ ْﻮ ُت ﱠ‬ َ ‫ﻻ أَ ْن‬ َ ‫إ ﱠن َﻫِﺬ ِه اﻷُ ﱠﻣ َﺔ ُﺗْﺒَﺘَﻠﻰ ِﻓﻰ ُﻗﺒُﻮر َﻫﺎ َﻓَﻠ ْﻮ‬
ِ ِ ِ
‫اب‬ َ
ِ ‫ﺎﷲ ِﻣ ْﻦ َﻋﺬ‬ ِ‫ﻮذ ِﺑ ﱠ‬ ُ ‫ َﻗﺎﻟُﻮا َﻧ ُﻌ‬."‫ﺎﷲ ِﻣ ْﻦ َﻋَﺬاب ْاﻟَﻘﺒْﺮ‬
ِ ِ ِ‫ "َﺗ َﻌ ﱠﻮُذوا ﺑ ﱠ‬:‫ﺎل‬
ِ
َ ‫ﺎﷲ ِﻣ ْﻦ َﻋَﺬاب اﻟﱠﻨﺎر َﻓَﻘ‬
ِ ِ ِ‫ﻮذ ﺑ ﱠ‬
ِ
ُ ‫ َﻧ ُﻌ‬:‫ َﻗﺎﻟُﻮا‬."‫ﺎﷲ ِﻣ ْﻦ َﻋَﺬاب اﻟﱠﻨﺎر‬
ِ ِ ِ‫ "َﺗ َﻌ ﱠﻮُذوا ﺑ ﱠ‬:‫ﺎل‬
ِ
َ ‫َﻓَﻘ‬
‫ )رواه ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ْﺮ‬ َْ
ِ ‫)اﻟﻘﺒ‬.
…Sesungguhnya umat ini diuji di dalam kuburnya, andaikan (tidak kawatir) orang yang mati
tidak dipendam maka niscaya aku berdoa kepada Allah I agar kalian diperdengarkan azab
kubur sebagaimana yang aku dengar. Lalu Rasulullah e berpaling kepada kita seraya
bersabda “mintalah perlindungan kepada Allah I dari siksa neraka” lalu para Sahabat
berkata “kami berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Kemudian Nabi e berseru
“mintalah perlindungan kepada Allah I dari siksa kubur”. lalu para Sahabat berkata “Kami
berlindung kepada Allah dari siksa kubur.” (HR. Muslim).
ِ‫ﻮل ﱠ‬
‫اﷲ‬ ِ ‫ َﺧ َﺮ ْﺟَﻨﺎ َﻣ َﻊ َر ُﺳ‬:‫ﺎل‬ َ ‫اء ﺑْﻦ َﻋﺎز ٍب َﻗ‬
ِ ِ ِ ‫َﺮ‬ ‫ َﻋ ِﻦ ْاﻟﺒ ﱠ‬e ‫اﷲ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ ُ ‫ﺼﺎر َﻓﺎْﻧَﺘ َﻬْﯿَﻨﺎ إَﻟﻰ ْاﻟَﻘﺒْﺮ َوَﻟ ﱠﻤﺎ ﯾُْﻠ َﺤﺪ َﻓ َﺠَﻠ َﺲ َر ُﺳ‬
ِ ِ
َْ
ِ َ ‫ﺎز ِة َر ُﺟ ٍﻞ ِﻣ َﻦ اﻷﻧ‬ َ ‫ ِﻓﻰ َﺟَﻨ‬e
ْ َ
َ ِ ‫ﺎﷲ ِﻣ ْﻦ َﻋﺬ‬ ‫ﱠ‬ ُ َ ْ
ْ :‫ض َﻓ َﺮَﻓ َﻊ َرأ َﺳ ُﻪ َﻓَﻘﺎل‬ َ ُ
ُ ْ ٌ ‫ْﺮ َوِﻓﻰ ﯾَِﺪ ِه ُﻋ‬ ‫ﱠ‬ َ
ِ ‫َو َﺟَﻠ ْﺴَﻨﺎ َﺣ ْﻮَﻟ ُﻪ َﻛﺄﱠﻧ َﻤﺎ َﻋﻠﻰ ُرء‬
َ
‫ْﻦ‬ِ ‫ َﻣ ﱠﺮَﺗﯿ‬."‫ْﺮ‬ِ ‫اب اﻟﻘﺒ‬ ِ ‫"اﺳَﺘ ِﻌﯿﺬوا ِﺑ‬ ِ ‫ﻮد َﯾﻨﻜﺖ ِﺑ ِﻪ ِﻓﻰ اﻷ ْر‬ ُ ‫ُوﺳَﻨﺎ اﻟﻄﯿ‬
‫ )رواه أﺑﻮ داود‬.‫ﻼًﺛﺎ‬ َ ‫)أَ ْو َﺛ‬.
Dari Barra’ bin ‘Azib berkata: (suatu ketika) kita bersama Rasulullah e mengiringi janazah
seorang lelaki dari Sahabat anshar hingga sampai ke kuburan. Ketika mayat sudah
(rampung) dikubur kemudian Rasulullah e duduk dan kita pun duduk mengelilinginya
(dengan tenang) seakan-akan di atas kepala kita ada burung, sedangkan Nabi e memegang
kayu sambil memukulkannya ke atas tanah, kemudian Nabi e mengangkat kepalanya
seraya bersabda “ Mintalah perlindungan kepada Allah I dari siksa kubur” sabda itu
diucapkan dua atau tiga kali. (HR. Abu Dawud).
‫ﻮل‬َ ‫ﺎل َﺳ ِﻤ ْﻌ ُﺖ َر ُﺳ‬ َ ‫ َﻋ ْﻦ َﻋ ْﻮ ِف ﺑْﻦ َﻣﺎِﻟ ٍﻚ َﻗ‬e ‫ إﻟﻰ ﻗﻮﻟﻪ‬- ‫اﻋ ُﻒ َﻋْﻨ ُﻪ َو َﻋﺎِﻓ ِﻪ‬ ْ ‫ﻮل اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ‬
ْ ‫اﻏِﻔ ْﺮ َﻟ ُﻪ َو ْار َﺣ ْﻤ ُﻪ َو‬ ُ ‫ﺎز ٍة ﯾَُﻘ‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ َﻋَﻠﻰ َﺟَﻨ‬ َ e - ‫اب‬ َ ‫َوِﻗ ِﻪ َﻋَﺬ‬
ِ
‫ )رواه اﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬.‫ﺎر‬ ‫)اﻟَﻘﺒْﺮ َو َﻋَﺬ َ ﱠ‬. ْ
ِ ‫اب اﻟﻨ‬ ِ
Dari ‘Auf bin Malik berkata: saya mendengar Rasulullah e ketika salat janazah beliau berdoa
“ Ya Allah ampunilah dia dan kasihanilah dia …… dan jagalah dia dari siksa kubur dan siksa
neraka. (HR. An-Nasa’i).
ِ‫ﻮل ﱠ‬
‫اﷲ‬ ُ ‫ﺎل َر ُﺳ‬ َ ‫ﺎل َﻗ‬َ ‫ﯾﻜﺮ َب َﻗ‬ َ
ِ ‫ْﻦ َﻣ ْﻌِﺪ‬
ْ ْ
ِ ‫ َﻋ ِﻦ اﻟ ِﻤﻘَﺪ ِام ﺑ‬e: "‫ﺎر ِﻣ ْﻦ‬ َ ‫َﺮى َﻣْﻘ َﻌَﺪهُ ِﻣ َﻦ ْاﻟ َﺠﱠﻨ ِﺔ َوﯾ‬
ُ ‫ُﺠ‬ َ ‫ُﻐَﻔ ُﺮ َﻟ ُﻪ ِﻓﻰ أَ ﱠو ِل َد ْﻓ َﻌ ٍﺔ َوﯾ‬
ْ ‫ﺎل ﯾ‬
ٍ‫ﺼ‬ َ ‫اﷲ ِﺳ ﱡﺖ ِﺧ‬ ِ‫ﻠﺸ ِﻬ ِﯿﺪ ِﻋْﻨَﺪ ﱠ‬ ‫ِﻟ ﱠ‬
‫ﯿﻦ َز ْو َﺟ ًﺔ‬ ْ َ ‫اﻟﺪْﻧﯿَﺎ َو َﻣﺎ ِﻓ‬ ٌ ‫َﺎﻗﻮَﺗ ُﺔ ِﻣْﻨ َﻬﺎ َﺧﯿ‬
ُ ‫ﺎج ْاﻟ َﻮَﻗﺎر ْاﻟﯿ‬ ْ
ُ ‫ُﻮﺿ ُﻊ َﻋَﻠﻰ َرأ ِﺳ ِﻪ َﺗ‬ َْ َْ ْ َْ ِ ‫َﻋَﺬ‬
َ ‫ْﻦ َو َﺳﺒ ِْﻌ‬ ِ ‫ُﺰ ﱠو ُج اﺛَﻨَﺘﯿ‬ َ ‫ﯿﻬﺎ َوﯾ‬ ‫ْﺮ ِﻣ َﻦ ﱡ‬ ِ َ ‫َﺮ َوﯾ‬ ِ ‫ْﺮ َوﯾَﺄ َﻣ ُﻦ ِﻣ َﻦ اﻟﻔ َﺰ ِع اﻷﻛﺒ‬ ِ ‫اب اﻟﻘﺒ‬
َ َ َ ‫ُﺸﱠﻔ ُﻊ ِﻓﻰ َﺳﺒ ِْﻌ‬ ْ ْ
َ ‫)ﻣ َﻦ اﻟ ُﺤﻮر اﻟ ِﻌﯿﻦ َوﯾ‬.
‫ )رواه اﻟﺘﺮﻣﺬي‬."‫ﺎرِﺑ ِﻪ‬ ِ ‫ﯿﻦ ِﻣ ْﻦ أﻗ‬ ِ ِ ِ
Dari Miqdam bin Ma‘dikariba berkata: Rasulullah e bersabda: “Disisi Allah I orang yang mati
syahid akan mendapatkan enam jaminan. Pada awal mula dosanya diampuni; ia akan
melihat tempatnya di surga; diselamatkan dari azab kubur; mendapatkan keamanan di Hari
Kiamat; mendapatkan mahkota keagungan yang terbuat dari yakut, yang lebih baik daripada
dunia dan seisinya; akan dikawinkan dengan 72 bidadari yang cantik-cantik; dan 70
kerabatnya akan mendapatkan syafaat. (HR. At-Tirmidzi).
َ ‫ َﻋ ْﻦ أَِﺑﻰ ُﻫ َﺮﯾ‬t ‫اﷲ‬
‫ْﺮ َة‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬
ُ ‫ﺎل َر ُﺳ‬
َ ‫ﺎل َﻗ‬
َ ‫ َﻗ‬e: "‫ )رواه اﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ‬."‫َﻮ ِل‬ ْ ‫ْﺮ ِﻣ َﻦ ْاﻟﺒ‬ َْ ِ ‫)أَ ْﻛَﺜ ُﺮ َﻋَﺬ‬.
ِ ‫اب اﻟﻘﺒ‬
Dari Abu Hurairah t, beliau berkata, Rasulullah e bersabda: “Kebanyakan azab kubur
berawal dari masalah kencing. (HR. Ibnu Majah).
Penafsiran QS. Al-Isra’ [17]: 52
Hal yang tidak boleh ditinggalkan dari rangkaian pemikiran Agus Mustofa adalah penafsiran
beliau terhadap QS. Al-Isra’ [17]: 52 dan yang senada (QS. Ar-Rum [30]: 55 dan Yasin [36]:
52). Ayat-ayat tersebut diasumsikan sebagai ayat yang memberikan legitimasi bagi tidak
adanya azab kubur. Bahkan dalam bukunya yang lain, Ternyata Akhirat Tidak Kekal (hlm,
146), beliau menulis secara tegas bahwa orang yang meninggal tidak merasakan apapun.
Seseorang di dalam kuburnya hanya sebentar, dan tanpa disadari Kiamat sudah tiba.
Benarkah demikian? Kalau begitu berarti ayat-ayat tersebut bertentangan dengan ayat-ayat
al-Qur’an dan Hadits-Hadits yang menjadi dalil lugas bagi kebenaran adanya azab kubur,
sebagaimana kita ulas di atas. Tapi dalam al-Qur’an tidak mungkin terjadi pertentangan,
bukan? Kalau begitu berarti di sini ada ketidakberesan yang perlu untuk di-clear-kan. Mari
kita simak redaksi ayatnya dengan seksama terlebih dahulu:
52 :[17] ‫ )اﻹﺳﺮاء‬.‫ﻮن ِإ ْن َﻟِﺒْﺜُﺘ ْﻢ ِإﻻ َﻗِﻠﯿﻼ‬ َ ‫ُﻮن ِﺑ َﺤ ْﻤِﺪ ِه َوَﺗ ُﻈﱡﻨ‬ ُ ‫َﻮ َم ﯾ َْﺪ ُﻋ‬
َ ‫ﻮﻛ ْﻢ َﻓَﺘ ْﺴَﺘ ِﺠﯿﺒ‬ ْ ‫)ﯾ‬.
Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya, dan
kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur/di dunia) kecuali sebentar saja.
(QS. Al-Isra’ [17]: 52).
Ayat ini dan beberapa ayat sebelumnya menjelaskan tentang orang-orang yang mengingkari
hari berbangkit (ba‘ats). Ketika orang-orang kafir dan musyrik yang mengingkari ba‘ats itu
mendengar penjelasan al-Qur’an mengenai kebenaran hari berbangkit, mereka bertanya
seraya mengingkari, “Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda
yang hancur, apa kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang
baru?” (QS. Al-Isra’ [17]: 49).
Karena itu Allah I memerintahkan Nabi-Nya untuk menjawab kepada mereka, bahwa hal itu
sangat mudah bagi Allah I. Sebab jika Allah I bisa menciptakan mereka dari ketiadaan,
maka tentu lebih mudah lagi mengembalikan mereka dari kehancuran pada keadaan
semula. (QS. Al-Isra’ [17]: 51).
Selanjutnya mereka kembali bertanya, “Kapan hari berbangkit itu akan terjadi?”, maka
kembali dijawab bahwa hari itu tidak akan lama lagi dan pasti terjadi, “Yaitu pada hari Dia
memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya, dan kamu mengira bahwa
kamu tidak berdiam (di dalam kubur/di dunia) kecuali sebentar saja:. (QS. Al-Isra’ [17]: 52).
Khusus berkenaan dengan penafsiran QS. Al-Isra’ [17]: 52, bahwa dari seluruh tafsir
al-Qur’an yang ada, bisa disimpulkan ada tiga penafsiran yang berbeda namun tidak
bertentangan antara satu dengan yang lain. Bahkan masing-masing penafsiran memperkuat
terhadap sebagian yang lain. Namun yang jelas, ketiga penafsiran ini sangat berseberangan
dengan pemikiran Agus Mustofa, yang mengatakan bahwa penafsiran dari ayat ini adalah
semua orang yang berada di dalam kubur tidak merasakan apa-apa, bahkan mereka seperti
tidur dalam waktu yang sebentar.
Tiga penafsiran itu adalah sebagai berikut:
Pertama, adalah pendapat yang bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud “diam
yang dirasa sebentar” itu terjadi antara dua tiupan sangkakala; tiupan pertama adalah ketika
Allah I menghancurkan alam semesta, sedangkan tiupan kedua ketika Allah I mengganti
langit dan bumi alam dunia dengan langit dan bumi yang lain. Pada jeda di antara dua
tiupan itulah siksaan di dalam kubur dihentikan (pause). Lama antara dua tiupan itu adalah
40 tahun. Lalu ketika orang-orang kafir dibangunkan dari masa jeda ini, mereka terkejut dan
menyangka bahwa masa jeda mereka di dalam kubur hanya sebentar. Pernyataan orang
kafir ini juga diceritakan dalam ayat al-Qur’an yang lain:
َ ُ‫ﺻَﺪ َق ْاﻟ ُﻤ ْﺮ َﺳﻠ‬
52 :[36] ‫ )ﯾﺲ‬.‫ﻮن‬ َ ‫)َﻗﺎﻟُﻮا ﯾَﺎ َوﯾَْﻠَﻨﺎ َﻣ ْﻦ ﺑ‬.
‫َﻌَﺜَﻨﺎ ِﻣ ْﻦ َﻣ ْﺮَﻗِﺪَﻧﺎ َﻫَﺬا َﻣﺎ َو َﻋَﺪ ﱠ‬
َ ‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤ ُﻦ َو‬
Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari
tempat-tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) yang Maha Pemurah dan
benarlah Rasul-rasul(Nya). (QS. Yasin [36]: 52).
Kedua, pendapat yang bersumber dari Imam Hasan al-Bashri, bahwa yang dimaksud “diam
yang dirasa sebentar” itu terjadi di dunia. Mereka menganggap bahwa hidup di dunia sangat
sebentar sekali jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Ketiga, pendapat yang bersumber dari Imam Muqatil, bahwa yang dimaksud “diam yang
dirasa sebentar” itu terjadi di alam kubur. Hal demikian karena mereka yakin bahwa periode
kehidupan akhirat yang abadi jauh lebih lama jika dibandingkan dengan kehidupan di alam
kubur. Sebab mereka keluar dari siksaan kubur yang pedih menuju siksa alam akhirat yang
jauh lebih pedih dan lebih lama dibanding siksa di alam kubur.
Dari ketiga penafsiran ini bisa dipadukan sebagai berikut: bahwa orang-orang yang
mengingkari hari berbangkit itu merasa bahwa masa di antara dua tiupan sangkakala
teramat sebentar, masa kehidupan di dunia juga sebentar, dan masa kehidupan di alam
kubur juga sebentar, jika semua itu dibandingkan dengan kehidupan alam akhirat yang kekal
abadi, meskipun realitanya dari masing-masing kehidupan itu tidak sebentar. Jadi, ayat ini
dan semacamnya, sama sekali tidak menafikan kebenaran adanya azab kubur
(sebagaimana dugaan Agus Mustofa). Namun hanya merupakan ungkapan perbandingan
antara zaman yang sebentar dan tidak kekal, dengan periode kehidupan yang kekal abadi.
***
Selepas meluruskan asumsi-asumsi Agus Mustofa mengenai ketiadaan azab kubur yang
disandarkan pada “eksplorasi kata” dalam al-Qur’an, di sini kita akan melanjutkan
pembedahan ‘argumentasi-argumentasi’ Agus Mustofa yang lain, yakni menafikan
kebenaran azab kubur dengan berdasarkan pemahaman bahwa ternyata “azab kubur” juga
tidak muncul sebagai salah satu rukun iman, sehingga dengan demikian tentu saja tidak
perlu dipercayai! (Tak Ada Azab Kubur?, hlm. 154-155). Banarkan pemahaman ini sudah
sesuai dengan akidah Islam?
Jawaban dari pertanyaan di atas sudah pasti negatif. Artinya jelas dugaan Agus Mustofa
bertolak belakang dengan akidah Islam. Pemahaman bahwa “azab kubur tidak ada” karena
ia ‘tidak tercantum’ dalam item-item rukun iman yang enam, pada dasarnya berangkat dari
ketidakfahaman terhadap arti akan rukun-rukun iman itu sendiri. Dan jika seseorang tidak
faham terhadap arti dari rukun-rukun iman itu, maka sangat mungkin ia akan memunculkan
pemahaman-pemahaman serta keyakinan-keyakinan yang keliru, seperti “akhirat tidak
kekal”, “tidak ada azab kubur”, dan semacamnya.
Sebetulnya, kebenaran azab kubur juga merupakan akidah yang harus diyakini oleh setiap
umat Islam. Sebab keyakinan ini didasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits
sahih yang diajarkan oleh Rasul (Muhammad e), serta kesepakatakan (ijmak) ulama Islam.
Tidak percaya pada adanya azab kubur berarti tidak percaya terhadap Kitab Allah I (yang
merupakan rukun iman ketiga), sebab dalil-dalilnya sudah sangat jelas dari al-Qur’an,
seperti telah diuraikan di atas. Tidak percaya pada adanya azab kubur juga berarti tidak
percaya pada Hadits-Hadits yang dibawa oleh Nabi-Nya, alias tidak membenarkan dan
meyakini dengan sebenarnya, bahwa Nabi Muhammad e adalah utusan Allah I (rukun Islam
pertama yang termaktub dalam syahâdatain dan rukun iman keempat).
Artinya, orang yang bersaksi bahwa Nabi Muhammad e adalah utusan Allah I, berarti juga
harus percaya dan membenarkan terhadap apa yang dibawa oleh beliau, berupa
ajaran-ajaran dalam agama Islam, termasuk mengenai kebenaran adanya azab kubur. Jadi,
bersaksi bahwa Nabi e adalah utusan Allah I namun menolak ajaran yang dibawanya, pada
dasarnya adalah absurd, dan pengakuan itu sama saja dengan bohong, dan berarti telah
menolak terhadap rukun Islam yang paling pokok.
Berikut kami kutip penjabaran dari Syekh Abdullah bin Husain bin Thahir bin Muhammad bin
Hasyim Ba ‘Alawi, mengenai arti beriman kepada Nabi Muhammad e yang tercantum dalam
kalimat syahadat:
ُ ‫ َو َﻣ ْﻌَﻨﻰ أَ ْﺷ َﻬُﺪ أَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤًﺪا َر ُﺳ‬e ‫ﺎﺷﻢ ﺑﻦ‬ ‫ﷲ ﺑْﻦ َﻋﺒِْﺪ ُ ﱠ‬ َ ‫ﺼﱢﺪ َق َوُﺗ ْﺆ ِﻣ َﻦ أَ ﱠن َﺳﯿَﱢﺪَﻧﺎ َوَﻧِﺒﱠﯿَﻨﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ ﺑ‬ َ ‫أَ ْن َﺗ ْﻌَﻠ َﻢ َوَﺗ ْﻌَﺘِﻘَﺪ َوُﺗ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮل ا‬ ِ ٍ ِ ‫ْﻦ َﻫ‬ ِ ‫اﻟﻤﻄِﻠ ِﺐ اﺑ‬ ِ ِ ‫ْﻦ َﻋﺒِْﺪا‬
ُ ُ
‫ﺎف اﻟﻘ َﺮ ِﺷ ﱠﻲ َﻋﺒُْﺪ اﷲِ َو َر ُﺳﻮﻟ ُﻪ‬ َ
ٍ ‫ َﻋﺒِْﺪ َﻣَﻨ‬e ‫ َوأﱠﻧ ُﻪ‬،‫اﻟﻤِﺪْﯾَﻨ ِﺔ َوُدِﻓ َﻦ ِﻓﯿ َْﻬﺎ‬
َ ‫ﺎﺟ َﺮ إﻟﻰ‬ َ ‫ُﻌ َﺚ ِﺑ َﻬﺎ َو َﻫ‬ َ ‫ﱠ‬ ْ
ِ ‫اﻟﺨﻠ ِﻖ ُوِﻟَﺪ ِﺑ َﻤﻜﺔ َوﺑ‬ َ ‫ ِإﻟﻰ َﺟ ِﻤﯿْﻊ‬e ‫ﺻ ِﺎد ٌق ِﻓﻲ َﺟ ِﻤﯿْﻊ‬
َ َ
ِ ِ
َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ
‫ْﺮ‬ٍ ‫ْﻦ ُﻣﻨﻜ ٍﺮ َوَﻧ ِﻜﯿ‬
ِ ‫اﻟﻤﻠﻜﯿ‬َ ‫ْﻤ ُﻪ َو ُﺳ َﺆال‬ ُ ‫ْﺮ َوَﻧ ِﻌﯿ‬ ُ ‫ ﻓ ِﻤ ْﻦ ذِﻟﻚ َﻋﺬ‬،‫َﺮ ِﺑ ِﻪ‬
ِ ‫اب اﻟﻘﺒ‬ َ ‫ﻣﺎ أﺧﺒ‬.
َ
Arti dari pernyataan “Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad e adalah utusan Allah” adalah,
bahwa Anda mengetahui, meyakini, membenarkan, dan mengimani bahwa Tuan kita dan
Nabi kita, yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf
al-Qurasyi, adalah hamba Allah dan utusan-Nya kepada seluruh makhluk. Beliau dilahirkan
dan diutus di Mekah kemudian hijrah di Madinah serta wafat dan dikebumikan di sana, dan
sesungguhnya beliau e benar (dan pasti benar) dalam semua berita yang di bawa oleh Nabi
e, di antaranya adalah (berita tentang) adanya siksa kubur serta nikmat kubur, dan
pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nakir.
Siapa Pendiri Ideologi Ini?
Keyakinan akan adanya kehidupan di alam kubur, pertanyaan, kenikmatan dan siksa kubur,
merupakan ketetapan yang termaktub dalam al-Qur’an dan Hadits, dan merupakan hal yang
disepakati oleh para ulama Ahlussunnah wal Jamaah, sejak periode Sahabat hingga saat
ini.
Beberapa orang dari kelompok Muktazilah memelopori produk pemikiran bidah, dengan
mengatakan bahwa azab kubur tidak ada, dengan berlandaskan pada ayat-ayat al-Qur’an
yang ditafsirkan secara keliru. Yang paling populer di antara mereka adalah Dhirar bin ‘Amr
al-Qadhi (m. 190 H/805 M) dan Bisyr bin Ghayats al-Marisiy (m. 218 H/833 M).
Dhirar bin ‘Amr al-Qadhi beraliran Muktazilah. Aliran sesat yang ciri khas pemikirannya
memposisikan akal di atas wahyu. Kendati demikian, Dhirar memunculkan
pendapat-pendapat pribadi yang justru bertentangan dengan aliran Muktazilah. Awalnya dia
berguru kepada Washil bin Atha’ (80-131 H/700-748 M), founding father mazhab Muktazilah,
namun kemudian ia membangun aliran tersendiri (adh-Dhirariyyah), dan mencetuskan
pemikiran-pemikiran yang berseberangan dengan gurunya itu.
Dhirar termasuk produktif memunculkan pendapat-pendapat yang menyimpang. Selain
mengingkari kebenaran adanya azab kubur, dia juga berpendapat sebagaimana pendapat
kelompok Jabariah (Fatalisme), mengatakan bahwa semua orang yang menyatakan Islam
secara lahir, mungkin saja tetap kafir secara batin, dls. Menurut Adz-Dzahabi, orang ini tidak
meriwayatkan Hadits sama sekali.
Al-Imam al-‘Uqaili, Abu Ja’far Muhammad bin Amar bin Musa bin Hammad (w. 322 H—934
M) menceritakan riwayat dari Abu Himam, bahwa ketika Sa‘id bin Abdurrahman menjadi
hakim di Baghdad, lalu datang kaum yang menyampaikan kepada beliau bahwa Dhirar telah
menjadi zindik (kafir). Lalu Sa‘id bin Abdurrahman berkata: “Aku telah menghalalkan
darahnya, barangsiapa yang ingin membunuhnya, maka lakukanlah.” Namun kemudian
Dhirar melarikan diri. Konon ia disembunyikan oleh Yahya bin Khalid hingga meninggal.
Sedangkan Bisyr bin Ghayats al-Marisiy juga merupakan seorang Muktazilah tulen. Ayahnya
adalah seorang Yahudi. Bisyr belajar dan mendalami fikih kepada Abu Yusuf, dan menekuni
ilmu kalam. Namun kemudian ia condong pada pemikiran Muktazilah, serta getol
mempromosikan pandangan bahwa al-Qur’an adalah makhluk. Karenanya banyak kalangan
ulama yang kemudian mengkafirkannya, sebab pemikiran-pemikirannya yang sesat dan
menyesatkan, antara lain adalah mengingkari kebenaran adanya azab kubur, pertanyaan
dua malaikat, Shirâth, dan Mîzân.
Bisyr al-Marisiy tidak mengikuti periode Jahm bin Shafwan (m. 128 H/745 M), si pencetus
ideologi “akhirat tidak kekal”. Namun Bisyr berpijak pada pemikiran-pemikiran Jahm, ikut
mendukung, mempopulerkan dan mempromosikannya.
Ketika Ibrahim bin al-Mahdi memimpin kekhilafahan di Baghdad, beliau menangkap dan
menawan Bisyr al-Marisy, dan mengumpulkan ulama untuk mengintrogasinya berkenaan
dengan pemikiran-pemikiran menyimpangnya. Setelah selesai, para ulama
merekomendasikan Ibrahim bin al-Mahdi untuk menuntut Bisyr al-Marisiy agar segera
bertaubat, jika tidak mau bertobat, maka Bisyr boleh di eksekusi mati.
Karena pemikiran-pemikiran menyimpangnya tersebut, tak heran apabila kemudian banyak
ulama yang mengeluarkan fatwa akan kesesatannya, bahkan mengkafir-kan dan
menghalalkan darahnya (boleh dibunuh). Berikut kami uraikan diantara komentar dan fatwa
ulama berkenaan dengan Bisyr al-Marisiy:
‫اﻵﺧ ُﺮ ِﺑ ْﺸ ٌﺮ‬َ ‫ َو‬،‫ﻜﺎ‬ ً ‫أﺣُﺪ ُﻫ َﻤﺎ َر ُﺟ ٌﻞ ُذ ِﻛ َﺮ َﻟ ُﻪ أﱠﻧ ُﻪ َﻟ َﻌ َﻦ َﻣﺎِﻟ‬
َ ،‫ْﻦ‬ َ ‫اود َﻟ َﻌ َﻦ َ ً َ ﱡ ﱠ‬ ُ ‫ َﻣﺎ َﺳ ِﻤ ْﻌ ُﺖ أﺑَﺎ َد‬:‫َﺴﺎم‬ ُ ‫اﻫﯿ ُﻢ‬ َ ‫َﻗ‬
ِ ‫أﺣﺪا ﻗﻂ إﻻ َر ُﺟﻠﯿ‬ ‫ﺑﻦ ﺑ ﱠ‬ِ ‫اﺑﻦ ﯾَﺤﯿﻰ‬ ِ ‫إﺑﺮ‬
َ ‫ﺎل‬
‫ْﺴﻲ‬ ِ ‫اﻟﻤ ِﺮﯾ‬.
َ
Ibrahim bin Yahya bin Bassam berkata: Aku tidak pernah mendengar Abu Dawud
melontarkan kata-kata laknat, kecuali kepada dua orang; pertama pada orang yang
melaknat Imam Malik, kedua kepada Bisyr al-Marisiy.
،‫اﺣَﺪ ًة‬ َ ِ‫ْﻪ َﻟ ْﻌَﻨ ُﺔ اﷲ‬
ِ ‫ﻣ ﱠﺮ ًة َو‬- ِ ‫ﻋَﻠﯿ‬-َ ‫ﯾﺴ ﱠﻲ‬ ِ ‫اﻟﻤ ِﺮ‬
َ ‫ﺮا‬ ً ‫ْﺖ ﺑ ْﺸ‬ َ َ َ
ِ ُ ‫ َرأﯾ‬:‫ َﻗﺎل‬،‫ َﺣﱠﺪﺛِﻨﻲ ِأﺑﻲ‬:‫ َﻗﺎل‬،‫اﻟﻌ َﺠِﻠ ّﻲ‬ َ ‫ﺎﻟﺢ‬ ِ ‫ﺻ‬ َ ‫ﺑﻦ‬ ِ ِ‫ﻋﺒﺪ اﷲ‬ ِ ‫ﺑﻦ‬ َ ‫ﺑﻦ‬
ِ ‫أﺣﻤﺪ‬ ُ ‫ﺻﺎِﻟ ُﺢ‬َ ‫َﻋﻦ أﺑﻲ ُﻣ ْﺴِﻠﻢ‬
‫ﺎﺳ ًﻘﺎ‬
ِ ‫ﻓ‬َ َ
‫ﺎن‬ َ
‫ﻛ‬ ‫ﺪ‬ْ َ
‫ﻘ‬‫ﻓ‬َ ،ُ
‫اﷲ‬ ُ
‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬
ُ ‫ﺣ‬َ ‫َﺮ‬ْ ‫ﯾ‬ َ
‫ﻻ‬ : َ
‫ﺎل‬ ‫ﻗ‬َ ‫ﻢ‬ ُ
‫ﺛ‬
‫ِ ﱠ‬ .‫ﻮد‬ ‫َﻬ‬
ُ ‫ﯿ‬‫ﺎﻟ‬ ‫ﺑ‬ ‫ء‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺷ‬ َ َ
‫َﻪ‬ ‫ﺒ‬ ْ
‫أﺷ‬ ،‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬
ْ ‫ﱠ‬
‫اﻟﺸ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻓ‬‫ا‬ ‫و‬
َِ َ ِ ،‫َﺎب‬
‫ﯿ‬ ‫ﱢ‬
‫اﻟﺜ‬ ‫ﺦ‬َ ‫ﺳ‬ ‫و‬ ، ‫ﺮ‬ ‫ﻈ‬
ََ ِ َ َ ِ َ ْ
‫ﻨ‬ ‫اﻟﻤ‬ ‫ْﻢ‬
‫ﯿ‬ ‫ﻣ‬‫ذ‬َ ، ً
‫ْﺮا‬ ‫ﯿ‬‫ﺼ‬ ‫ﻗ‬َ ً
‫ْﺨﺎ‬‫ﯿ‬ َ
‫ﺷ‬.
ٍِْ ِ ِ
Dari Abu Muslim Shalih bin Ahmad bin Abdillah bin Shalih al-Ajaliy, beliau berkata: Ayahku
bercerita kepadaku, beliau berkata: “Aku pernah melihat Bisyr al-Marisiy satu kali—semoga
Allah I senantiasa melaknatnya—ia adalah orang tua yang pendek, jelek, kusam, rambutnya
semerawut; pokoknya paling mirip dengan orang Yahudi”. Kemudian ayah berkata: “Semoga
Allah I tidak mengasihaninya, sebab dia telah menjadi fasik”.
‫ْﻖ‬ ٌ ‫ْﺴﻲ زْﻧِﺪﯾ‬ َ ‫ ِﺑ ْﺸ ٌﺮ‬:‫اﻟﺮ ِاز ْي ﯾَُﻘﻮل‬ ‫ﺎن أﺑُﻮ َز ْر َﻋﺔ ﱠ‬ َ ‫ َﻛ‬:‫اﻟﻐ ﱢﺰي‬ َ ‫َﻗ‬.
َ ‫ﺎل اﻟﱠﺘِﻘ ﱡﻲ‬
ِ ِ ‫اﻟﻤ ِﺮﯾ‬
Taqiyyuddin al-Ghazzi berkata, Abu Zar‘ah ar-Raziy berkata: Bisyr al-Marisiy telah menjadi
zindik (kafir).
‫ْﺴﻲ َﻛﺎِﻓ ٌﺮ‬ َ ‫ ِﺑ ْﺸ ٌﺮ‬:‫ﺑﻦ َﺳ ِﻌﯿﺪ‬ ُ ‫ﺎل ُﻗَﺘْﯿﺒَﺔ‬ َ ‫ َﻗ‬،‫اﻟﺬ َﻫﺒﻲ‬ ‫َ ﱠ‬
ِ ‫اﻟﻤ ِﺮﯾ‬ ِ ‫َﻗﺎل‬.
Al-Hafidz adz-Dzahabi berkata, Imam Qutaibah bin Sa‘id berkata: Bisyr al-Marisiy telah kafir.
.‫ﺎء‬ ِ ‫اﻟﻌَﻠ َﻤ‬
ُ ‫أﺣٌﺪ ِﻣ َﻦ‬ َ ‫ﱢﻌ ُﻪ‬ َ ‫ﺎن َﻋ َﺸ َﺮ َة َو ِﻣَﺌَﺘﯿْﻦ َوَﻟ ْﻢ ﯾ‬
ْ ‫ُﺸﯿ‬ َ ‫آﺧ ِﺮ َﺳَﻨ ِﺔ َﺛ َﻤ‬ِ ‫ َﻫَﻠ َﻚ ﻓﻲ‬.‫اﻟﻘﺮآن‬ ُ ‫إﻟﻰ اﻟَﻘ ْﻮ ِل ﺑ َﺨْﻠﻖ‬
َ ‫َﺔ‬ ً ‫اﻋﯿ‬
ِ ‫ْﺴ ّﻲ َد‬ َ ‫ﺎن ِﺑ ْﺸ ٌﺮ‬
ِ ‫اﻟﻤ ِﺮﯾ‬ ‫ﺎل ﱠ‬
َ ‫ َﻛ‬:‫اﻟﺬ َﻫِﺒﻲ‬ َ ‫َﻗ‬
ِ ِ ِ
َ ‫و َﺣ َﻜ َﻢ ﺑ ُﻜْﻔﺮ ِه َﻃﺎِﺋَﻔ ٌﺔ ِﻣ َﻦ‬.
‫اﻷِﺋ ﱠﻤ ِﺔ‬ َ
ِ ِ
Al-Hafidz adz-Dzahabi berkata, Bisyr al-Marisiy selalu mempromosikan pemikiran
kemakhlukan al-Qur’an. Ia meninggal pada akhir tahun 218 H. dan tidak ada satupun ulama
yang melayatnya. Dia diklaim kafir oleh sekelompok para imam.
0605. INILAH NAMA-NAMA DAN TUGAS MALAIKAT
5 bulan yang lalu

PERTANYAAN :
Malaikat itu ada 11 salah satunya mencatat amal manusia. point : Bagaimana cara dia
mencatat ? sedangkan manusia itu tidak sedikit jumlahnya tolong bimbinganya kum,
nama-nama mereka siapa dan tugasnya apa saja mohon bimbingannya. [Rama Rif].
JAWABAN :
Malaikat tidak terhitung jumlahnya..cuman yang wajib diketahui jumlahnya ada 10 yaitu :
1.Jibril : menyampaikan wahyu
2.Mikail : mengatur kesejahteraan makhluk
3.Israfil : meniup sangkakala
4.'Izrail : mencabut nyawa
5.Munkar & Nakir : menanyai dikubur
6.Roqib & 'Atid : mencatat amal baik+buruk
7.Malik : menjaga neraka
8.Ridwan : menjaga surga
​Nama dan Tugas-Tugas Malaikat
Dalam Islam, eksistensi Malaikat menjadi salah satu rukun keimanan umat Islam. Ia dikenal
sebagai makhluk angkasa penghuni alam supraformal yang disebut alam Jabarût. Dalam
pandangan umum umat Islam, keberadaan Malaikat secara garis besar dikelompokkan
menjadi dua. Satu kelompok terdiri dari Malaikat yang segenap hayatnya habis untuk ibadah
kepada Allâh. Kelompok inilah yang disebut dengan Malaikat Muqorrobûn.
Kelompok kedua adalah Malaikat yang bertugas sebagai "fungsionari" Tuhan dalam
mengatur stabilitas kehidupan alam dunia. Di antara mereka ada yang aktif di bumi dan ada
yang aktif di langit. Malaikat-Malaikat "fungsionari" Tuhan ini merupakan bawahan yang
dikepalai oleh empat pimpinan Malaikat; Jibrîl, Mîkâ'îl, Izrô'îl dan Isrôfîl. Keempat Malaikat
inilah makhluk yang paling awal dicipta Allâh, paling akhir dimatikan dan pertama kali
dibangkitkan kembali dari kematian.
Dalam surat aL-Muddatstsir : 31 Allâh berfirman; "Dan tidak ada yang mengetahui tentara
Tuhanmu melainkan Dia sendiri". Dari ayat ini kiranya dapat dimengerti betapa tidak
memadai logika manusia untuk menghitung jumlah Malaikat Allâh serta mengekspos secara
persis wadhîfah kesemuanya. Kendati demikian, ayat-ayat qur'âni dan sabda nabi, kiranya
telah membantu nalar untuk sedikit banyak mengenal identitas makhluk agung ini.
Setidaknya ada sepuluh nama serta tugas masing-masing yang dapat dikenali melalui
pendekatan firman dan sabda :
1. Jibrîl
Untuk Jibrîl, dalam surat At-Takwîr : 19-21 Allâh menyebut tujuh predikat kedudukan yang
dimilikinya. Yakni, Jibrîl sebagai utusan (rasûl) di antara para Malaikat, sebagai Malaikat
yang memiliki kedudukan mulia (al-karîm), sebagai makhluk kuat yang mampu menandingi
kekuatan syaitan yang hendak merusak aL-Qur'ân, memiliki keberadaan derajat agung di
sisi Allâh, memiliki tempat istimewa dan luhur (al-makîn), sebagai figur yang ditaati
(muthô'/pemimpin) di antara para Malaikat Muqorrobûn dan sebagai sosok terpercaya
(al-amîn) dalam tugas sebagai mediator (penyampai wahyu) antara Allâh dan
nabi/rasul-Nya.
2. Mîkâ'îl
Di samping Mîkâ'îl sebagai salah satu dari pembesar Malaikat, ia juga memiliki tugas
sebagai pengatur rezeki seluruh makhluk yang meliputi pengaturan curah hujan dan
tumbuh-tumbuhan. Ia juga berkedudukan sebagai patih Rasûlullâh saw. dari penghuni
langit. Dalam sebuah hadits nabi bersabda; "sesungguhnya aku memiliki dua patih dari
golongan langit dan dua patih dari penghuni bumi. Dua patihku dari ahli langit itu adalah
Jibrîl dan Mîkâ'îl, sedangkan dua patihku dari ahli bumi itu adalah Abû Bakar dan Umar".
(HR. At-Turmudzy). Lantaran sebagai patih Nabi inilah ketika peristiwa perang Uhud
keduanya turut berperang di samping beliau yang dilukiskan oleh Sa'd bin Abî Waqash
sebagai dua laki-laki berpakaian putih bersih yang berperang pilih tanding di kanan-kiri Nabi.
3. Isrôfîl
Ia termasuk dalam barisan pembesar Malaikat yang diberi tugas meniup sangkakala
kematian dan kebangkitan. Terjadi perbedaan pendapat seputar berapa kali Isrôfîl meniup
terompet tersebut. Satu versi mengatakan dua kali, tiupan pertama mengakibatkan kematian
global dan berakhirnya kehidupan. Tiupan kedua adalah awal kebangkitan masal dari
kematian global. Versi lain mengatakan tiga kali peniupan. Pertama adalah tiupan yang
mengakibatkan keterkejutan dahsyat yang dirasakan seluruh makhluk. Kedua adalah tiupan
kematian global dan terakhir adalah tiupan kebangkitan masal. Pada tiupan kematian global
ini tidak ada kehidupan yang tersisa selain yang mendapat pengecualian Allâh. Ahli ta'wil
masih beda pandangan terkait siapa pihak yang dikecualikan ini. Versi pertama mengatakan
mereka adalah Jibrîl, Mîkâ'îl, Isrôfîl dan Izrô'îl. Versi kedua mengatakan mereka adalah para
syuhadâ dan versi ketiga menyatakan yang dilindungi dari keterkejutan (tiupan pertama)
adalah para syuhadâ dan yang dikecualikan dari kematian (tiupan kedua) adalah Jibrîl, Izrô'îl
dan Malaikat penyangga Arsy.
4. Izrô'îl
Ia adalah pemimpin dari para Malaikat pencabut nyawa seluruh makhluk hidup. Dalam surat
aL-An'âm : 93 digambarkan bagaimana sadisnya Izrô'îl mencabut nyawa orang-orang kafir.
Sedangkan terhadap orang-orang beriman dalam An-Nahl : 32 disebutkan ia terlebih dulu
mengucapkan salam, sangat pelan-pelan dan membahagiakannya dengan surga. Dalam
sebuah hadits dikisahkan bahwa Nabi saw. melihat Malaikat maut di sisi kepala seorang
sahabat Anshâr. Beliau berkata kepada Malaikat maut; "pelan-pelan terhadap sahabatku ini,
dia seorang mukmin'. Malaikat maut menjawab; "Ya Muhammad, aku melakukannya kepada
setiap mukmin dengan lembut".
5. Roqîb dan Atîd
Keduanya adalah Malaikat yang ditugaskan mencatat segala amal perbuatan hamba Allâh
yang mukallaf, karena tugas inilah keduanya tidak pernah meninggalkan keberadaan hamba
mukallaf. Roqîb dan Atîd diberi kemampuan mengetahui apa yang terlintas dalam hati
manusia. Oleh karena itu Allâh berfirman kepada keduanya; "Bila hamba-Ku hendak
melakukan keburukan, janganlah kalian catat sebagai dosa sebelum ia melakukan, dan bila
melakukan maka catatlah setara dengan keburukannya itu. Bila ia mengurungkan niatnya
karena Aku, maka catatlah sebagai satu kebaikan. Apabila hamba-Ku hendak melakukan
kebaikan, maka catatlah sebagai satu kebaikan meski tidak melakukannya, dan bila
melakukannya catatlah sepuluh hingga tujuh ratus kebaikan". (HR. aL-Bukhâry).
6. Munkar dan Nakîr
Keduanya adalah hamba Allâh yang ditugaskan untuk memberi pertanyaan kubur seputar
apa yang diyakini semasa hidup dan memberi siksa kubur bagi yang tidak bisa menjawab.
Munkar dan Nakîr dilukiskan oleh Nabi sebagai dua sosok yang sangat menyeramkan. Sorot
kedua matanya seperti kilat, suaranya seperti halilintar, memiliki taring, membawa tongkat
dari besi yang sekali hantam manusia nyaris menjadi abu dan Allâh telah mencabut rasa
belas kasihan dari keduanya.
7. Ridlwân
Ia dipasrahi oleh Allâh berada di gerbang surga untuk menyambut kehadiran hamba-hamba
Allâh yang beriman memasuki surga dengan ucapan salam dan penuh penghormatan. Hal
ini dijelaskan Allâh dalam surat Az-Zumar : 73. Dalam sebuah hadits Rasûlullâh saw.
Bersabda; "Aku berada di pintu surga dan hendak membukanya, lalu penjaga berkata;
"siapa?" Aku menjawab; "Muhammad". Penjaga itu lalu berkata; "untukmu aku diutus agar
tidak membukanya kepada seorang pun sebelum engkau". (HR. Muslim).
8. Mâlik
Ia dipilih Allâh sebagai pemimpin Malaikat Zabâniyyah. Yakni Malaikat yang bertugas
sebagai penjaga neraka. Dalam surat At-Tahrîm : 6, Ia dilukiskan sebagai sosok yang
sangat kuat, keras dan kasar serta patuh terhadap segala yang diperintah oleh Allâh.
Demikianlah nama-nama dan tugas-tugas Malaikat yang dapat dikenali, di luar itu masih
banyak Malaikat dengan tugas-tugas kompleks seperti Malaikat aL-A'lâ, Malaikat
Muqorrobûn, Malaikat yang ditugaskan membentuk janin dan meniupkan ruh, Malaikat yang
mengatur alam, Malaikat penjaga manusia dan lain-lain yang hanya Allâh swt. yang
mengetahui. Semuanya adalah hamba-hamba Allâh yang agung dan mulia, tidak memiliki
nafsu dan patuh terhadap segala perintah Allâh. [Fiq Khachu Jumfunk, Ani Fah, Mbah
Jenggot II].

0549. Hukum Belajar Ilmu Sihir atau Ilmu Karomah


5 bulan yang lalu

PERTANYAAN :
Assalamualaikum. Mbah, mau tanya apakah ilmu karomahan / setruman ( ilmu yang
memakai khodam ) itu dosa ? [Faisol Wafi At-turmusie].
JAWABAN :
Bila pelakunya (yang nyetrum ) disiplin syari’at ( mutasyarri’ ), yang dibaca (mantera) tidak
bertentangan dengan syariát, khodamnya juga yang baik dan tidak menimbulkan dloror
syar’i ( termasuk menghilangkan kesadaran, akan tetapi tidak ada manfaat yang sebanding
).
( ‫ وﻣﻨﻬﺎ اﻻﺳﺘﻌﺎﻧﺔ ﺑﺎﻷرواح اﻷرﺿﯿﺔ ﺑﻮاﺳﻄﺔ اﻟﺮﯾﺎﺿﺔ وﻗﺮاءة اﻟﻌﺰاﺋﻢ إﻟﻰ ﺣﯿﺚ‬..... ‫ ﻓﻰ أﻗﺴﺎم اﻟﺴﺤﺮ وﺣﻜﻤﻪ (اﻟﻰ أن ﻗﺎل‬:‫ﻣﺴﺄﻟﺔ‬
‫ﯾﺨﻠﻖ اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻘﺐ ذﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﯿﻞ ﺟﺮى اﻟﻌﺎدة ﺑﻌﺾ ﺧﻮارق وﻫﺬا اﻟﻨﻮع ﻗﺎﻟﺖ اﻟﻤﻌﺘﺰﻟﺔ إﻧﻪ ﻛﻔﺮ ﻷﻧﻪ ﻻ ﯾﻤﻜﻦ ﻣﻌﻪ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺻﺪق‬
‫ ورد ﺑﺄن اﻟﻌﺎدة اﻹﻟﻬﯿﺔ ﺟﺮت ﺑﺼﺮف اﻟﻤﻌﺎرﺿﯿﻦ ﻟﻠﺮﺳﻞ ﻋﻦ إﻇﻬﺎر ﺧﺎرق ﺛﻢ اﻟﺘﺤﻘﯿﻖ أن‬,‫اﻟﺮﺳﻞ ﻋﻠﯿﻬﻢ اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم ﻟﻼﻟﺘﺒﺎس‬
‫ﯾﻘﺎل إن ﻛﺎن ﻣﻦ ﯾﺘﻌﺎﻃﻰ ذﻟﻚ ﺧﯿﺮا ﻣﺘﺸﺮﻋﺎ ﻓﻰ ﻛﺎﻣﻞ ﻣﺎ ﯾﺄﺗﻰ وﯾﺪر وﻛﺎن ﻣﻦ ﯾﺴﺘﻌﯿﻦ ﺑﻪ ﻣﻦ اﻷرواح اﻟﺨﯿﺮة وﻛﺎﻧﺖ ﻋﺰاﺋﻤﻪ ﻻ ﺗﺨﺎﻟﻒ‬
‫اﻟﺸﺮع وﻟﯿﺲ ﻓﯿﻤﺎ ﯾﻈﻬﺮ ﻋﻠﻰ ﯾﺪه ﻣﻦ اﻟﺨﻮارق ﺿﺮر ﺷﺮﻋﻰ ﻋﻠﻰ أﺣﺪ ﻓﻠﯿﺲ ذﻟﻚ ﻣﻦ اﻟﺴﺤﺮ ﺑﻞ ﻣﻦ اﻷﺳﺮار واﻟﻤﻌﻮﻧﺔ وإﻻ ﻓﻬﻮ ﺣﺮام‬
151 : ‫ إﻫـ ﻫﺎﻣﺶ ﻓﺘﺢ اﻟﻮﻫﺎب اﻟﺠﺰء اﻟﺜﺎﻧﻰ ص‬.‫إن ﺗﻌﻠﻤﻪ ﻟﯿﻌﻤﻞ ﺑﻪ ﺑﻞ ﯾﻜﻔﺮ إن اﻋﺘﻘﺪ ﺣﻞ ذﻟﻚ ﻓﺈن ﺗﻌﻠﻤﻪ ﻟﯿﺘﻮﻗﺎه ﻓﻤﺒﺎح وإﻻ ﻓﻤﻜﺮوه‬
‫دار إﺣﯿﺎء اﻟﻜﺘﺐ اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ‬
[ MAS'ALAH ] Dalam pembahasan bentuk-bentuk sihir dan hukumnya......dst. Di antara
macam sihir adalah meminta pertolongan dengan arwah arodhiyah dengan cara laku
riyadhoh dan membaca azimat-azimat yang setelahnya akan menimbulkan hal-hal aneh
diluar kebiasaan pada umumnya, menurut kaum Mu'tazilah ini termasuk perbuatan kufur
karena dapat menyerupai dan melemahkan kebenaran para utusan Allah akan mukjizatnya,
sedang menurut pendapat ulama yang TAHQIIQ (kuat dalam pernyataannya) hukumnya di
perinci :
·Apabila pelakunya ( yang nyetrum ) disiplin syari’at ( mutasyarri’ ), yang dibaca ( mantera )
tidak bertentangan dengan syariát dan tidak menimbulkan dloror syar’i ( termasuk
menghilangkan kesadaran, akan tetapi tidak ada manfaat yang sebanding ).
·Bila yang terjadi semacam ini, hal tersebut bukanlah sihir tetapi kelebihan dan ma'unah
Tidak boleh ( haram ).
·Apabila pelakunya tidak disiplin syariát ( fasiq ) atau yang dibaca dilarang menurut syara’
atau menimbulkan dloror syar’i ( termasuk hilangnya kesadaran dan tidak ada manfaat
sebanding ). [ Hamisy Fath Alwahaab II/151 ]. (Masaji Antoro).

0025. RISALAH ASWAJA UNTUK REMAJA


6 bulan yang lalu

‫اﻟﺮ ِﺣﯿ ِْﻢ‬


‫ﻤﻦ ﱠ‬ ِ ‫اﻟﺮ ْﺣ‬
‫ِﺑ ْﺴ ِﻢ اﷲِ ﱠ‬
ُ َ ‫ﻻ ِا َﻟﻪ ِاﻻﱠ اﷲُ َو ْﺣَﺪه‬ َ ‫ َا ْﺷ َﻬُﺪ َا ْن‬, ‫َاْﻟ َﺤ ْﻤُﺪ ﷲِ َو ْﺣَﺪه‬
‫َﻮ ِم‬ْ ‫ال ﯾ‬ِ ‫ َوَا ْﺷ َﻬُﺪ َا ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤًﺪا َﻋﺒُْﺪه َو َر ُﺳ ْﻮﻟﻪ َﺷ َﻬ َﺎد ًة ﺗـُـْﻨ ِﺠ ْﻲ َﻗﺎِﺋَﻠ َﻬﺎ ِﻣ ْﻦ ا ْﻫ َﻮ‬, ‫ْﻚ َﻟﻪ‬
َ َ ‫ﻻ َﺷﺮ ﯾ‬
ِ
‫ْﻖ‬ُ ‫ َوﺑﺎﷲِ اﻟﱠﺘ ْﻮِﻓﯿ‬, ‫َﻌُﺪ‬
ِ ْ ‫ أَ ﱠﻣﺎ ﺑ‬, ِ‫ﻻ ُﻗ ﱠﻮ َة ِاﻻﱠ ِﺑﺎﷲ‬ َ ‫ﻻ َو‬ َ ‫ﻻ َﺣ ْﻮ‬َ ‫ َو‬, ُ‫ﻻه‬ َ ‫ﺻ ْﺤِﺒﻪ َو َﻣ ْﻦ ﱠوا‬ َ ‫َﻌَﺪه َو َﻋﻠﻰ اِﻟﻪ َو‬ َ ‫ﻼ ُم َﻋﻠﻰ َﻣ ْﻦ‬
ْ ‫ﻻ ﻧـَـ ِـﺒ ﱠﻲ ﺑ‬ َ ‫اﻟﺴ‬‫ﻼةُ َو ﱠ‬َ ‫ﻟﺼ‬ َ ‫ْاﻟِﻘﯿ‬
‫ َا ﱠ‬, ‫َﺎﻣ ِﺔ‬
, ‫َﺔ‬ ِ ‫َو ْاﻟ ِﻬَﺪاﯾ‬

‫ﻀﯿَْﻠ ٌﺔ ؟‬ َ ‫ َﻫ ْﻞ َﻛﺎﻧـَـ ْﺖ ِﻓ ْﻲ ِﻗ َﺮ‬: ‫س‬


‫اء ِة ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺸ َﻬ َﺎد ِة َﻓ‬

‫ْﻦ َﻗﺎﻟُ ْﻮا َر ﺑﱡــَﻨﺎ اﷲُ ُﺛ ﱠﻢ‬


َ ‫ﻀﺎِﺋِﻠ َﻬﺎ َﻗ ْﻮُﻟﻪ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ [ ِإ ﱠن ﱠاﻟِﺬ ﯾ‬ َ ‫ْﻪ َو َﺳﱠﻠ َﻢ ِﻓ ْﻲ ِﻗ َﺮاَﺋـِﺘ َﻬ‬
َ ‫و ِﻣ ْﻦ َﻓ‬.‫ﺎ‬ ِ ‫ﺻﱠﻠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ ِ ‫َﻞ َأ َﻣ َﺮ ََر ُﺳ ْﻮ ُل ا‬
َ ‫ﷲ‬ ْ ‫ﻀﯿَْﻠ ٌﺔ ﺑ‬
ِ ‫ ِﻓﯿ َْﻬﺎ َﻓ‬, ‫ َﻧ َﻌ ْﻢ‬: ‫ج‬
(٣٠ ‫اﻟﺴ ْﺠَﺪ ْة‬ ‫ )ﺣﻢ ﱠ‬٣٠ ‫ﺼﻠ ْﺖ‬ َ ُ ُ ‫ﱠ‬ ْ
‫ـﻮا َوَاﺑـْـ ِﺸ ُﺮ ْوا ِﺑﺎﻟ َﺠﱠﻨ ِﺔ اﻟِﺘ ْﻲ ﻛْﻨُﺘ ْﻢ ُﺗ ْﻮ َﻋُﺪ ْو َن ] ﻓ ﱢ‬
ْ ‫ﻻ َﺗ ْﺤ َﺰﻧُـ‬ ُ
َ ‫ﻻ َﺗ َﺨﺎﻓ ْﻮا َو‬ َ ُ
َ ‫ﻼِﺋ َﻜﺔ أ ْن‬ ْ َ ُ
َ ‫ﺎﻣ ْﻮا َﺗـَﺘـَﻨ ﱠﺰل َﻋﻠﯿ ِْﻬ ُﻢ اﻟ َﻤ‬ ُ ‫اﺳَﺘَﻘ‬
ْ

‫اﻟﺸ َﻬ َﺎد ِة ِﻓ ْﻲ ُﻛ ﱢﻞ َو ْﻗ ٍﺖ‬


‫او َﻣ ُﺔ َﻋﻠﻰ َﻛِﻠ َﻤ ِﺔ ﱠ‬
َ ‫ﻹ ْﺳِﺘَﻘ َﺎﻣ ِﺔ َاْﻟ ُﻤَﺪ‬ ْ
ِ ‫ َو ِﻣ َﻦ ا‬.
Soal : Apakah membaca syahadat itu ada fadhilahnya ?
Jawab : Ya, ada fadhilahnya, bahkan Rasulullah SAW. memerintahkan untuk
membacanya.
Diantara fadhilahnya adalah firman Allah SWT : “Sesungguhnya orang yang
mengucapkan : “Allah Tuhan kami”, kemudian selalu beristiqomah, maka akan turun
malaikat kepada mereka dengan mengatakan; janganlah kamu merasa takut dan sedih dan
bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
(Fushshilat/Assajdah ayat 30).
Dan termasuk istiqomah adalah terus menerus membaca kalimat syahadat di
setiap waktu.

‫ﺎرُﻓ ْﻮ َن ِﻓ ْﻲ‬ ْ َ ‫اﻟﺸ ْﺮ ِك ِﻣ َﻦ ْاﻟَﻘْﻠﺐ َو َﺗ ْﺪَﻓ ُﻊ ِﻣ َﻦ ْاﻟ َﻮ ْﺳ َﻮاس َو ِﻟَﺬا إ ْﺧَﺘ‬


‫ أَﻧــﱠ َـﻬﺎ َﺗْﻘَﻠ ُﻊ ِﻋ ْﺮق ﱢ‬١٣٥ ‫ﻷ ﱠو ِل ص‬
َ ‫ﺻﺎو ْي ِﻣ َﻦ ْاﻟ ُﺠ ْﺰ ِء ْا‬ ْ
ِ ‫ﺎر َﻫﺎ اﻟ َﻌ‬ ِ ِ ِ ِ ‫َوِﻓ ْﻲ َﺗﻔ ِﺴﯿ‬
ِ َ ‫ْﺮ‬
َ‫ﺻ‬
‫ﻼِﺗ ِﻬ ْﻢ‬ َ ‫ﺎﻋِﻘ َﺐ ُﻛ ﱢﻞ‬َ ‫ﻼِﺗ ِﻬ ْﻢ َﻓﯿَْﻘ َﺮ ُؤﻧـَـ َﻬ‬
َ‫ﺻ‬َ ‫ َﺧﺘـْـ ِﻢ‬.

Disebutkan dalam Tafsir SHOWI dari Juz awal halaman 135 sesungguhnya syahadat itu
akan menghancurkan sendi-sendi kemusyrikan didalam hati dan menghilangkan keraguan,
karena itu para arifin memilih syahadat untuk dibaca setiap selesai shalat.

ُ‫اﻟﺪ ﻧــْـﯿَﺎ ﯾَُﺜﱢﺒُﺘﻪ اﷲ‬


‫اﻟﺸ َﻬ َﺎد ِة ِﻓﻰ ْاﻟ َﺤﯿﻮة ﱡ‬
‫او َم َﻋﻠﻰ ﱠ‬
َ ‫ﱠﺎس َﻣ ْﻦ َد‬ َ ‫ﺼﻪ َﻗ‬
ُ ‫ﺎل ِإﺑ‬ َ ‫اج ْاﻟ ُﻤِﻨﯿْﺮ ِﻣ َﻦ ْاﻟ ُﺠ ْﺰ ِء ْا‬ ْ
ٍ ‫ْﻦ َﻋﺒ‬ ‫ َﻣﺎ ﻧـَـ ﱡ‬٤٣٦ ‫ﻷ ﱠو ِل ص‬ ِ ِ ‫َوِﻓ ْﻲ َﺗﻔ ِﺴﯿ‬
ُ ‫ْﺮ ِﺳ َﺮ‬
َ ‫ْﺮ ِه َوﯾَُﻠﱢﻘُﻨﻪ ِإﯾ‬
‫ﱠﺎﻫﺎ‬ َ َ
ِ ‫ َﻋﻠﯿ َْﻬﺎ ِﻓ ْﻰ ﻗﺒ‬.

Dan di terangkan pula dalam Tafsir SHIROJUL MUNIR Juz awal halaman 436, sebagai
berikut : Ibnu Abbas r.a. berkata : “Barang siapa mendawamkan syahadat selama hidup
didunia maka Allah SWT akan menetapkan syahadat itu kepadanya didalam quburnya dan
Allah akan menuntunnya membaca dua kalimat syahadat”.

َ ‫ْﻦ َو ﯾَْﻔ َﻌ ُﻞ اﷲُ َﻣﺎ ﯾ‬


‫َﺸﺂ ُء‬ ‫ُﻀ ﱡﻞ اﷲُ ﱠ‬
َ ‫اﻟﻈﺎِﻟ ِﻤﯿ‬ ‫ﺑﺎﻟَﻘ ْﻮ ِل اﻟـﺜـﱠـﺎﺑـِـ ِﺖ ِﻓﻰ ْاﻟ َﺤﯿﻮة ِ ﱡ‬
ِ ‫اﻟﺪﻧـْـﯿَﺎ َوِﻓﻰ ْا‬
ِ ‫ﻷﺧ َﺮ ِة َوﯾ‬ ْ ‫ْﻦ آ َﻣُﻨ ْﻮا‬
َ ‫ ﯾُﺜـَـﺒـﱢـ ُﺖ اﷲُ اﻟﱠِﺬ ﯾ‬.

“ Allah akan menetapkan ucapan-ucapan yang ditetapkan oleh orang yang briman pada
waktu hidup di dunia dan di akhirat dan Allah akan menyesatkan orang orang yang dzalim.
Dan Allah akan berbuat apa yang dikehendaki-Nya.”

‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬


ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ِ‫ َﻫ ْﻞ َﻗ َﺮأَ َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬: ‫ َﺟّﺪ[]{}[]س‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬
َ ‫ َﻗ ْﻮﻟُﻪ‬:‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ِﻓﻰ ِﻗ َﺮاَﺋـﺘِـ َﻬﺎ‬
ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬
َ ‫َو ِﻣ ْﻦ أَ ْﻣ ِﺮه‬
‫ﻼ ِة ؟‬ َ ‫اﻟﺼ‬
‫َﻌَﺪ ﱠ‬ ‫ﱠ‬
ْ ‫اﻟﺸ َﻬ َﺎد َة ﺑ‬

َ ‫ﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨ ُﻪ َﻗ‬ ِ ‫اﻟﺴـﱢﻨ ْﻲ َﻋ ْﻦ أَ ﻧـَـ ٍﺲ َر‬ ْ ْ ‫ َﻗ َﺮأَ َﻫﺎ ﺑ‬, ‫ ﻧـَـ َﻌ ْﻢ‬: ‫ج‬
: ‫ﺎل‬ ‫ْﻦ ﱡ‬ ِ ‫ﺎب ِإﺑ‬ِ ‫ َو َر َو ْﯾَﻨﺎ ِﻓﻰ ِﻛَﺘ‬, ‫ﻼ ِة َﻛ َﻤﺎ َو َرَد ِﻓﻰ اﻟ َﺤِﺪ ﯾـْـ ِﺚ‬
َ ‫اﻟﺼ‬
‫ﻼ ِم ِﻣ َﻦ ﱠ‬ َ ‫اﻟﺴ‬‫َﻌَﺪ ﱠ‬
‫اﻟﺮ ِﺣْﯿ ُﻢ َاﻟﻠﱡﻬ ﱠﻢ‬
‫ﻤﻦ ﱠ‬ ‫ﻻ ِا َﻟﻪ ِاﻻﱠ اﷲُ ﱠ‬
ُ ‫اﻟﺮ ْﺣ‬ َ ‫ﺎل أَ ْﺷ َﻬُﺪ أَ ْن‬ ْ ‫ﻼَﺗﻪ َﻣ َﺴ َﺢ َﺟﺒ َْﻬـَﺘﻪ ﺑـِـﯿَِﺪ ِه ْاﻟﯿ‬
َ ‫ُﻤﻨﻰ ﺛــُ ﱠﻢ َﻗ‬ َ‫ﺻ‬َ ‫ ِإَذا َﻗﻀﻰ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ِ‫ﺎن َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬ َ ‫َﻛ‬
٦٩ ‫او ْي ص‬ ‫[أَذ ِْﻫ ْﺐ َﻋﱢﻨﻲ ْاﻟ َﻬ ﱠﻢ َو ْاﻟ َﺤ ْﺰ َن [ أَ ْذ َﻛ ُ ﱠ‬
ِ ‫ﺎر اﻟﻨ َﻮ‬

Soal : Apakah Rasulullah SAW membaca syahadat setelah beliau shalat ?


Jawab : Ya, Rasulullah SAW membacanya setelah salam dari shalat, sebagaimana
terdapat dalam hadits yang ada pada kitab Ibnu Sunni : Dari Anas r.a. dia berkata :
Rasulullah SAW setelah selesai shalat beliau memegang dahi dengan tangan kanan seraya
mengucapkan “Aku bersaksi bahwasanya tiada tuhan melainkan Allah yang maha pengasih
dan penyayang, Ya Allah, lepaskanlah dariku kesusahan dan kesedihan”. (ADZKAARUN
NAWAWY Halaman 69).

‫اﻟﺮ ُﺳ ْﻮ ِل َو ﻧـَـ ْﺤ ُﻦ ﻧـَـْﻘ َﺮ ﺋُـ َـﻬﺎ ؟‬ ‫ﻻ ﯾَْﻘ َﺮأُ ﱠ‬


‫اﻟﺮ ُﺳ ْﻮ ُل َﺷ َﻬ َﺎد َة ﱠ‬ َ ‫ ِﻟ َﻤ َﺎذا‬: ‫س‬

‫َﺖ‬ ‫ َوأَﻣــﱠﺎ ﻧـَـ ْﺤ ُﻦ َﻓ ِﻤ ْﻦ أُﻣــﱠِﺘﻪ َﻓﺈَذا َوَﻗ َﻊ أَ َﺣٌﺪ ِﻣﱠﻨﺎ ِﻓﻰ ﱢ‬, ِ‫ﻷ ﱠن َر ُﺳ ْﻮ َل اﷲِ َﻗ ْﺪ َﺷﻬَﺪ ﺑـِـَﺄ ﱠن ﻧـَـْﻔ َﺴﻪ َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬
ْ ‫اﻟﺸ ْﺮ ِك َاو ْاﻟ ُﻤ ْﺮَﺗِﺪ َو َﺟﺒ‬ َ , ‫ ﻧـَـ َﻌ ْﻢ‬: ‫ج‬
ِ
ِ ِ ِ
ُ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ‬ ‫ﷲ‬ ‫ا‬ ُ
‫ل‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺳ‬
َُْ ‫ر‬ َ
‫ﺎل‬ َ
‫ﻗ‬ : َ
‫ﺎل‬ َ
‫ﻗ‬ ُ
‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬ْ ‫ﻋ‬
َ ُ‫اﷲ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺿ‬ ‫ر‬ َ
‫ﺔ‬ ‫ﺎﻣ‬ ‫ﻣ‬ ُ
‫أ‬ ‫ﻲ‬‫ـ‬‫ﺑـ‬ َ
‫أ‬ ‫ﻦ‬ْ ‫ﻋ‬ ‫ﺚ‬ ‫ـ‬‫ﯾـ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺤ‬ ْ
‫اﻟ‬ ‫ﻰ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻛ‬َ , ‫ﺎن‬ ‫ﻣ‬ ‫ﱠ‬
‫اﻟﺰ‬ ‫ه‬‫ﻫﺬ‬ ‫ﻰ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫َﻤ‬
‫ﯿ‬‫ﺳ‬ َ
‫ﻻ‬ ‫ْﻦ‬ ‫ﯿ‬ َ
‫ﺗ‬ َ
‫ﺎد‬ ‫ـﻬ‬ ‫ﱠ‬
َ ُ‫اءة‬
‫اﻟﺸ‬ َ ‫ْﻪ ِﻗ َﺮ‬ِ ‫َﻋَﻠﯿ‬
َ ِ َ ِ َ َ َ ِْ َ ِ ْ َِ ِ َ ِ َ ِِ ِ َ ِ ِ
{ ‫ْﺦ‬ ‫ﱠ‬ َ ْ ْ َ ُ َ ‫ُﻤ ِﺴﻰ َﻛﺎِﻓ ًﺮا ِإﻻﱠ َﻣ ْﻦ َا َﺟ‬ ُ
ْ ‫اﻟﺮ ُﺟﻞ ِﻓﯿ َْﻬﺎ ُﻣ ْﺆ ِﻣًﻨﺎ َوﯾ‬ ٌ ‫ﱠ‬
‫ َﺗ ُﻜ ْﻮ ُن ِﻓــﺘـْـَﻨﺔ ِﻓﻰ ِ ﱠ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠ َﻢ‬
ِ ‫َﻋَﻠﯿ‬
ِ ‫ﺎره اﷲ ﺗ َﻌﺎﻟﻰ ﺑـِـﺎﻟ ِﻌﻠ ِﻢ ا ْو ﺑـِـﺎ اﻟﺸﯿ‬ ‫ُﺼِﺒ ُﺢ ﱠ‬
ْ ‫ﺎن ﯾ‬
ِ ‫اﺧ ِﺮ اﻟﺰ َﻣ‬
‫ﱠ‬ َ ‫ﱠ‬ ‫ﱢ‬ َ
ُ ‫ } ا َﻣﺎ َﺗ ْﺮﺿﻰ َﺣِﺒﯿ‬٨٩ : ‫ َد ُﺳ ْﻮِﻗ ْﻲ ص‬.
‫ﺎن‬
ِ ‫ْﻦ ِﻓﻰ ﻫﺬا اﻟﺰ َﻣ‬ ِ ‫ُﻌﻠ ُﻢ اﻟﺸ َـﻬ َﺎد ﺗـَـﯿ‬َ ‫ْﺐ ُﻋ َﻤ ُﺮ ﯾ‬

Soal : Mengapa Rasulullah SAW tidak membaca syahadat rasul sedangkan kita
membacanya?
Jawab : Karena Rasulullah SAW telah bersaksi bahwa dirinya adalah Rasulullah adapun
kita adalah ummat rasul seandainya tergelincir kedalam syirik atau murtad, maka wajib
membaca dua kalimat syahadat, apalagi di zaman akhir ini, didalam hadits, Abu Hurairah
r.a. ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Fitnah di zaman akhir dapat menjadikan
seseorang mu’min di pagi hari, dan kafir di sore hari, kecuali orang yang telah diselamatkan
oleh Allah SWT dengan ilmu pengetahuan atau dengan seorang guru yang memberi
petunjuk (Guru mursyid) (DASUQY Halaman 89) ; Apakah anda tidak senang Habib Umar
mengajarkan dua kalimat syahadat di zaman ini.
ِ ‫اﻟﻈْﻠ َﻤ‬
‫ﺎء‬ ‫ﺎء ِﻓﻰ اﻟﻠﱠﯿْﻞ ﱡ‬
ِ ِ ‫اﻟﺼ َﻤ‬
‫ﻠﻰ ﱠ‬ ‫اﻟﺸ ْﺮ ُك َا ْﺣﻔﻰ ِﻣ ْﻦ َذﺑـِـﯿْﺐ ﱢ‬
َ ‫اﻟﺬ ﱢر َﻋ‬ ِ
‫ﱢ‬

Syirik lebih samar dari pada semut hitam kecil yang berjalan diatas batu hitam yang licin
pada waktu malam hari yang gelap gulita.

َ ‫اﻟﺼ‬
‫ﻼ ِة ؟‬ َ ‫اﻟﺴ‬
‫ﻼ ِم ِﻣ َﻦ ﱠ‬ ‫َﻌَﺪ ﱠ‬ ٍ ‫ﻼَﺛ ِﺔ َﻣ ﱠﺮ‬
ْ ‫ات ﺑ‬ ِ ‫ َﻣﺎ ِﺣ ْﻜ َﻤ ُﺔ َو َﻣَﻘ‬: ‫س‬
َ ‫ﺎﺻُﺪ ِﻗ َﺮا ﺋَــِﺘ َﻬﺎ َﻋَﻠﻰ َﺛ‬

ِ ‫ﻼَﺛ ِﺔ َﻣَﻘ‬
: ‫ﺎﺻَﺪ‬ َ ‫ﺎﺻُﺪ َﻫﺎ َﻋﻠﻰ َﺛ‬
ِ ‫ ِﺣ ْﻜ َﻤـُﺘ َـﻬﺎ َو َﻣَﻘ‬: ‫ج‬

‫ﻼ ِم ِﻋْﻨَﺪ ﻧـَـ ْﺰ ِع ﱡ‬
‫اﻟﺮ ْو ِح‬ ِ ِ ِ ْ ‫ َﻃَﻠ ُﺐ ﺛــُﺒ‬: ‫ﻷ ﱠو ُل‬
َ ‫ُﻮ ِت ْاﻹﯾ َْﻤﺎن َوْاﻹ ْﺳ‬ َ ‫َا‬

ْ ْ ْ ‫ َﻃَﻠ ُﺐ ﺛُـﺒ‬: ‫اﻟــﺜﺎِﻧ ْﻲ‬


‫ﱠ‬
‫ْﺮ‬ ٍ ‫ال َﺳﯿِﱢﺪﻧـَـﺎ ُﻣْﻨ َﻜ ٍﺮ َو ﻧـَـ ِﻜﯿ‬
ِ ‫ْﺮ ِﻓ ْﻲ اﻟﻘـَـﺒ‬ ِ ‫ْﺢ ِﻋْﻨَﺪ ُﺳ َﺆ‬
ِ ‫اﻟﺼ ِﺤﯿ‬
‫اب ﱠ‬ِ ‫ُﻮ ِت اﻟ َﺠ َﻮ‬

‫َﺎﻣ ِﺔ ِﻓﻰ ْاﻟ َﻤ ْﺤ َﺸ ِﺮ‬


َ ‫َﻮ ِم ْاﻟِﻘﯿ‬ ِ ‫ﻼ َﻣ ِﺔ ِﻣ ْﻦ َا ْﻫ َﻮ‬
ْ ‫ال ﯾ‬ ‫َﻃَﻠ ُﺐ ﱠ‬
َ ‫اﻟﺴ‬ : ‫ﺎﻟﺚ‬ ‫ﱠ‬
ُ ‫اﻟــﺜ‬

Soal : Apakah hikmah dan maksud membaca dua kalimat syahadat tiga kali setelah
salam dari shalat ?
Jawab : Hikmah dan maksud (tujuan) nya ada tiga :
Pertama : Mohon ditetapkan Iman Islam saat dicabut rukh
Kedua : Mohon ditetapkan dua kalimat syahadat untuk menjawab pertanyaan
mlaikat Munkar Nakir didalam kubur.
Ketiga : Mohon diselamatkan dari kebingungan pada hari Qiyamat an
makhsyar.

ِ ‫ َو َﻋ ْﻄُﻔ َﻚ ْاﻟِﻔ ْﻌ َﻞ َﻋﻠﻰ ْاﻟِﻔ ْﻌ ِﻞ ﯾ‬: ‫ﱠﺔ‬


‫َﺼ ْﺢ‬ ِ ‫ﻷْﻟِﻔﯿ‬
َ ‫ﺎﺿﻰ – ِﻟَﻘ ْﻮل ْا‬
ِ
ْ ‫َو َﺳﻠﱠ ْﻢ ُﻗﺮَﺋ ْﺖ‬
ِ ‫ﺑﺎﻟ َﻤ‬ ِ

Wasallam dibaca fiil madhi, karena dalam kitab Alfiyah dalam bab ‘ataf, fiil madhi boleh
di’atafkan kepada fiil amar dengan sama tujuannya.

َْ ْ ‫ﺎء ﺑ‬ َ ‫ﺼﺎ ﺑ ْﺎ‬


‫ﺿ ِﺮ ْب َز‬ْ ‫ﺎل ﻧـَـ ْﺤ ُﻮ ﯾَُﻘ ْﻮ ُم َو ﯾَْﻘ ُﻌُﺪ َزﯾٌْﺪ َو َر ِﻛ َﺐ َو ِا‬
ِ ‫َﻜ ْﻮ ُن ِﻓﯿ َْﻬﺎ َوِﻓﻰ ْاﻷ َﻋ‬
ُ ‫َﻞ ﯾ‬ ِ ‫ﻷ ْﺳ َﻤ‬ َ ‫ﯿﻞ ( ِإ ﱠن ْاﻟ َﻌ ْﻄ َﻒ َﻟﯿ‬
ِ  ‫ْﺲ ُﻣﺨْـَﺘ‬
ْ ‫ْﻦ َﻋِﻘ‬
ُ ‫ـﺎر ُح ) ِإﺑ‬ ‫ََ ﱠ‬
ِ ‫ﻗﺎل اﻟﺸ‬
١٣٧ ‫ﯿﻞ‬ ْ ‫ْﻦ َﻋِﻘ‬ُ ‫{ ﯾًْﺪا َو ُﻗ ْﻢ { ِإﺑ‬

Imam Ibu Aqil mengatakan bahwa ‘athaf tidak dikhususkan pada isim saja, bahkan bisa
diterapkan dalam isim dan fiil seperti dalam kalimat ‫ﺿ ِﺮ ْب َز ﯾًْﺪا َو ُﻗ ْﻢ‬ ْ ‫ ﯾَُﻘ ْﻮ ُم َو ﯾَْﻘ ُﻌُﺪ َزﯾٌْﺪ َو َر ِﻛ َﺐ َو ِا‬dan
seperti dalam ayat al-Qur’an : ‫ْﺤﺎ َﻓَﺄَﺛ ْﺮ َن ِﺑﻪ َﻧْﻘ ًﻌﺎ‬
ً ‫ﺻﺒ‬
ُ ‫ات‬ َ ‫( َﻓ ْﺎﻟ ُﻤ ِﻐﯿ‬IBNU AQIL Halaman 137).
ِ ‫ْﺮ‬

‫ْﻦ َﻓَﻘ ْﻂ ؟‬ ِ ‫ْﻦ ِﻟْﻠ َﻤﯿ‬


‫ﱢﺖ َﻋﻠﻰ َﻗـﺒْﺮ ِه ﺑِﻘ َ ﱠ‬
ِ ‫ﺮاء ِة اﻟﺸ َـﻬ َﺎد ﺗَــﯿ‬ ِ ِ ُ ‫َﺠ ْﻮ ُز اﻟــﱠﺘْﻠِﻘﯿ‬
ُ ‫ َﻫ ْﻞ ﯾ‬: ‫س‬

‫ْﻦ َاﻟﱠِﺬ ْي ﯾَْﻘ َﺮ ُؤ َﻫﺎ ْاﻟ ُﻤ ْﺴِﻠ ُﻤ ْﻮ َن‬ ْ‫ﱠ‬ ُ ْ


ِ ‫ْﻦ َﻛ َﻤﺎ ُﻫ َﻮ اﻟ َﻤ ْﻌ ُﻤ ْﻮل ِﻓ ْﻲ ِﻛَﺘ‬
ِ ‫ﺎب اﻟـﺘﻠِﻘﯿ‬
‫َﻞ ْاﻟ ُﻤ َﺮ ُاد ﺑــِـ ِﻪ ُﻫ َﻮ َﺗْﻠِﻘﯿ ُ ﱠ‬
ِ ‫ْﻦ اﻟﺸ َـﻬ َﺎد َﺗـﯿ‬ ِ ‫َﺠ ْﻮ ُز ﺑ‬
ُ ‫ ﻧـَـ َﻌ ْﻢ ﯾ‬: ‫ ج‬.

Soal : Apakah boleh talqin mayyit hanya dengan membacakan dua kalimat syahadat ?
Jawab : Ya boleh, bahkan yang dimaksud dengan talqin adalah menalqinkan dua kalimat
syahadat, seperti yang tertera dalam buku talqin yang biasa digunakan oleh kaum muslimin
itu ada ucapan :

ِ‫ﻻ ِا َﻟﻪ ِاﻻﱠ اﷲُ َوأَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤًﺪا ﱠر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬


َ ‫ﻵﺧ َﺮ ِة َو ُﻫ َﻮ َﺷ َﻬ َﺎدةُ أَ ْن‬ َ ‫ أُْذ ُﻛ ِﺮ ْاﻟ‬.
‫ــﻌ ْﻬَﺪ اﻟﱠِﺬ ْي َﺧ َﺮ ْﺟ َﺖ ِﻣ ْﻦ َد ِار ﱡ‬
ِ ‫اﻟﺪ ﻧــْـﯿَﺎ ِإﻟﻰ َد ِار ْا‬
Ingatlah akan perjanjian ketika engkau keluar dari dunia ke akhirat, ialah mengenai
syahadat, yaitu menyaksikan tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan
Allah.

ْ ‫ إَذا ُﺳِﺌ َﻞ ِﻓ ْﻲ َﻗـﺒْﺮ ِه ﯾ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ ْﻢ‬


‫َﺸ َﻬُﺪ َا ْن ﻻﱠ ِا َﻟﻪ ِاﻻﱠ‬ ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ‫ﺎز ٍب َﻋ ِﻦ اﻟﱠﻨِﺒ ﱢﻲ‬ ‫ْﺚ َﻋ ِﻦ ْاﻟﺒ ﱠ‬
ٌ ‫ْﻦ َﺣِﺪ ﯾ‬
ِ ِ ِ ‫ْﻦ َﻋ‬ ِ ‫اء اﺑ‬
ِ ‫َﺮ‬ َ ‫اﻟﺼﺎِﻟ ِﺤﯿ‬
‫َﺎض ﱠ‬ ِ ‫ﺎب ِرﯾ‬ ِ ‫َو َﻛ َﻤﺎ ِﻓ ْﻲ ِﻛَﺘ‬
ِ ‫ﻷﺧ َﺮ ِة { ُﻣﱠﺘَﻔ ٌﻖ َﻋَﻠﯿ‬
‫ْﻪ‬ ِ ‫اﻟﺪﻧــْـﯿَﺎ َوِﻓﻰ ْا‬ ‫اﻟـﺜﺎﺑــِـ ِﺖ ِﻓﻰ ْاﻟ َﺤﯿﻮ ِة ﱡ‬‫ﺑﺎﻟَﻘ ْﻮل ﱠ‬
ِ
ْ ‫ﱢﺖ اﷲُ اﻟﱠِﺬ ﯾـْـ َﻦ َآﻣُﻨ ْﻮ‬ َ ‫ ﯾ‬: ‫ َﻓﺬِﻟ َﻚ َﻗ ْﻮﻟُﻪ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ‬. ِ‫اﷲُ َوأَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤًﺪا ﱠر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬
ُ ‫ُـﺜــﺒ‬
{

Dan sebagaimana tersebut dalam kitab RIYADHUSSHOLIHIN dari Barra Bin ‘Azib, bahwa
Rasulullah SAW., bersabda : Apabila mayat ditanya oleh malaikat Munkar Nakir dikuburnya,
dan menyaksikan tidak ada tuhan melainkan Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah. Allah
berfirman : Allah menetapkan kepada orang-orang mu’min ucapan-ucapan yang tetap pada
waktu hidup di dunia dan di akhirat. (HR. Buchari Muslim).

َ ‫ْﻞ َﺛ‬
ٍ ‫ﻼ َث َﻣ ﱠﺮ‬
‫ات ؟‬ ِ ‫ْﺢ َو اﻟـﱠﺘ ْﺤ ِﻤﯿِْﺪ َو اﻟـﱠﺘ ْﻬِﻠﯿ‬ ‫َﺪ ﱡل َﻋﻠﻰ ِﻗ َﺮ َ ﱠ‬ ٌ ‫ﺎك َدِﻟﯿ‬
ُ‫ْﻞ ﯾ‬ َ ‫ َﻫ ْﻞ ُﻫـَﻨ‬: ‫س‬
ِ ‫اء ِة اﻟـﺘ ْﺴِﺒﯿ‬

‫ﺺ َﻋ ْﻦ ذِﻟ َﻚ ْاﻟ َﻌَﺪِد َو ﱢ‬


‫اﻟﺰ‬ ُ ‫ اﻟﱠﻨْﻘ‬. ‫َﺎت‬ ٍ ‫ )ﺗَـْﻨِﺒْﯿ ٌﻪ( أَﻧـــﱠﻪ َو َرَد ِﻓﻰ ِر َواﯾ‬٢٧٧ : ‫ﻷ ﱠو ِل ص‬
َ ‫ْﻞ َﻛ َﻤﺎ ِﻓﻰ اﻟـﱡﺘ ْﺤَﻔ ِﺔ ِﻣ َﻦ ْاﻟ ُﺠ ْﺰ ِء ْا‬
ٌ ‫ْﻪ َدِﻟﯿ‬
ِ ‫ ِﻓـﯿ‬, ‫ ﻧـَـ َﻌ ْﻢ‬: ‫ج‬
‫ْﺢ‬ ‫ﱠ‬ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ
ِ ‫ ﯾـَـ َﺎد ِة َﻋﻠﯿ‬.
ِ ‫ْﻪ ﻛﺨ ْﻤ ٍﺲ َو ِﻋﺸ ِﺮ ﯾْﻦ َو ِا ْﺣﺪى َﻋﺸ َﺮة َو ﺛﻼ ٍث َو َﻣ ﱠﺮ ٍة َو َﺳﺒ ِْﻌﯿْﻦ َو ِﻣﺎﺋ ٍﺔ ِﻓﻰ اﻟـﺘ ْﺴِﺒﯿ‬

Soal : Adakah dalil yang menunjukkan membaca tasbih, tahmid dan takbir dibaca tiga kali
?
Jawab : Ya, ada dalilnya ; sebagaimana tersebut dalam ATTUHFAH juz awal halaman 277
(peringatan) sesungguhnya ada riwaat-riwayat bahwa ada yang kurang dan ada yang lebih
dari 33 kali, seperti 25, 11, 3, 1 ada pula yang 70 dan 100 kali dalam membaca tasbih.

‫ﺎﺻ ًﺔ ؟‬ َ ‫اﻟﺼ‬
‫ﻼ ِة َﺧ ﱠ‬ َ ‫َﺎب ْاﻟِﺒﯿ‬
‫ْﺾ ِﻋْﻨَﺪ ﱠ‬ ‫َﺲ ﱢ‬
َ ‫اﻟـﺜـﯿ‬ ُ ‫ ِﻟ َﻤ َﺎذا َﻧْﻠﺒ‬: ‫س‬

‫ﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨ ُﻬ َﻤﺎ أَ ﱠن‬ ِ ‫ﱠﺎس َر‬ ٍ ‫ َﻋ ْﻦ ِاﺑـْـ ِﻦ َﻋﺒ‬٦٣ : ‫ﻤﺮ ِام ص‬ َ ‫َﺴ َـﻬﺎ َو ﯾ َْﺄ ُﻣ ْﺮ ﺑــِـ َﻬﺎ َﻛ َﻤﺎ ِﻓﻰ ﺑُﻠُ ْﻮ ِغ ْاﻟ‬
ُ ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﯾَْﻠﺒ‬ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ : ‫ج‬
َ ِ‫ﻷ ﱠن َر ُﺳ ْﻮ َل اﷲ‬ِ
‫ﺎئ‬ ‫ﺴ‬َ ‫ﱠ‬
‫ﻨ‬ ‫اﻟـ‬ ‫ﻟﺨ ْﻤ َﺴ ُﺔ ِاﻻﱠ‬
َ ْ ُ‫ﺎﻛ ْﻢ { َر َواه‬
‫ا‬ ُ ‫ْﺾ َﻓﺈﻧــﱠ َﻬﺎ ِﻣ ْﻦ َﺧﯿْﺮ ِﺛﯿَﺎﺑــِـ ُﻜ ْﻢ َو َﻛﱢﻔُﻨ ْﻮا ِﻓﯿ َْﻬﺎ َﻣ ْﻮَﺗ‬ َ ‫ﯿ‬ ‫ﺒ‬ ْ ‫َﺴ ْﻮا ِﻣ ْﻦ ِﺛﯿَﺎﺑـِـ ُﻜ ُﻢ‬
‫اﻟ‬ ُ ‫ﺒ‬‫ﻟ‬ْ‫ إ‬: ‫ﺎل‬ َ ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻗ‬
ِ ‫ﯿ‬‫ﻠ‬َ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ ََﻋ‬َ ‫اﻟﱠﻨِﺒ ﱠ‬
‫ﻲ‬
ِ ِ ِ ِ ِ
‫ﺻ ﱠﺤ َﺤﻪ ُاﻟـﱡﺘ ْﺮ ُﻣِﺬ ْي‬ َ ‫{ َو‬

Soal : Mengapa kita memakai pakaian putih ketika shalat ?


Jawab : Karena Rasulullah SAW., memakai dan memerintahkannya. Seperti yang tersebut
dala kitab BULUGHULMARAM halaman 63 terdapat keterangan dari Ibnu Abbas r.a.
sesungguhnya Nabi SAW, telah bersabda : “Pakailah olehmu pakaian yang putih,
sesunguhnya pakaian yang putih itu adalah pakaian yang terbaik bagimu, dan bungkuslah
mayatmu dengan kain putih. (Diriwayatkan oleh : Lima Ulama kecali Imam an-Nasa’i dan di
shahihkan oleh Imam Turmudzi).

ْ َُ ٌ َ ْ ‫اﻟﺼ ِﻐﯿ‬ َْ ْ
‫َﺎض ِﻣ َﻦ‬ ِ ‫ َﻋﻠﯿْﻜ ْﻢ ِﺑﺎاﻟَﺒﯿ‬: ٥٥١٥ ‫ْﺮ ُﺟﺰ ُء ﺛﺎِﻧ ْﻲ َﺣِﺪﯾْﺚ‬ ِ ‫ْﻊ ﱠ‬ ِ ‫ َو ِﻓﻰ َﺟ ِﻤﯿ‬- ١٧٩ : ‫ﺎع ص‬ ِ ‫َوِﻓﻰ َﻓــﺘـْـ ِﺢ اﻟ َﻮ ﱠﻫ‬
ٍ ‫ َو ِﻓﻰ ِاﻗﻨ‬- ٨٧ : ‫ﺎب ص‬
‫ْﺮ ِﺛﯿَﺎﺑــِـ ُﻜ ْﻢ‬ َ ُ ْ ‫َﺎب َﻓْﻠﯿَْﻠﺒ‬
ُ ‫َﺴ َﻬﺎ َا ْﺣﯿ ُ ُ َ ﱢ‬
ِ ‫َﺎؤﻛ ْﻢ َوﻛﻔﻨ ْﻮا ِﻓﯿ َْﻬﺎ َﻣ ْﻮَﺗﺎﻛ ْﻢ ﻓِﺈﻧــﱠ َﻬﺎ ِﻣ ْﻦ َﺧﯿ‬
‫ﱢ‬
ِ ‫ اﻟﺜﯿ‬.

Dan tersebut didalam kitab FATHUL WAHHAB halaman 87 dan kitab IQNA’ halaman 179
dan Kitab JAMI’ISH SHAGHIIR halaman 130 dari juz 2 hadits nomor 5515 : tetapkanlah
atasmu pakaian yang putih dan pakailah bagi orang yang hidup dengan pakaian yang putih,
dan bungkuslah mayatmu dengan pakaian yang putih, sesungguhnya pakaian putih adalah
pakaian yang terbaik bagimu.

‫ﺎب َر ﯾـْـ ُﺤﻪ َز َاد‬َ ‫ َﻣ ْﻦ ﻧـَـ ُﻈ َﻒ ﺛـَـ ْﻮﺑُﻪ َﻗ ﱠﻞ َﻫ ﱡﻤﻪ َو َﻣ ْﻦ َﻃ‬: ‫ﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨ ُﻪ‬ ‫ﺎل ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺸﺎِﻓ ِﻌ ﱡﻲ َر‬ َ ‫ َوَﻗ‬: ‫ﻷ ﱠو ِل ِﻓﻰ ﺑَﺎب َاَداب ْاﻟ ُﺠ ْﻤ َﻌ ِﺔ‬
ِ ِ
َ ‫َﺎء ِاْﻟ ُﺠ ْﺰ ِء ْا‬
ِ ‫ﻹ ْﺣﯿ‬ ْ
ِ ‫َوِﻓﻰ ا‬
‫اﻟﺴـﱠﻨ ِﺔ‬ َ َ
ُ ‫ْﻪ َﺷ ْﻬ َﺮةٌ َوﻟﺒ‬ ْ َ ‫ْﺾ‬ ْ
ُ ‫َﺎب ِاﻟﻰ اﷲِ َاﻟِﺒﯿ‬ ‫ﱢ‬ ‫ﱢ‬ ْ َ ‫َﻋْﻘﻠُﻪ – َوَا ﱠﻣﺎ اﻟ ِﻜ ْﺴ َﻮةُ َﻓَﺎ َﺣﺒ‬
ْ
‫ْﺲ ِﻣ َﻦ ﱡ‬ َ ‫اﻟﺴ َﻮ ِاد ﻟﯿ‬
‫ْﺲ ﱠ‬ ِ ‫َﺲ َﻣﺎ ِﻓـﯿ‬ ُ ‫ﻻ ﯾَﻠﺒ‬ ِ ‫َﺎب ِإذ ْ َا َﺣ ﱡﺐ اﻟـﺜﯿ‬ ِ ‫َﺎض ِﻣ َﻦ اﻟـﺜـﯿ‬ ُ ‫ﱡﻬﺎ َاﻟَﺒﯿ‬
ْ ‫ﻫﺬا ْاﻟﯿ‬
‫َﻮ ِم‬ َ ‫ﱠﺔ ِﻓﻰ‬
ْ
ٌ ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َو ْاﻟ ِﻌ َﻤ َﺎﻣ ُﺔ ُﻣ ْﺴَﺘ َﺤﺒ‬ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ ْ ‫ﻷ ﻧــﱠﻪ ِﺑ ْﺪ َﻋ ٌﺔ ُﻣ ْﺤَﺪﺛـَـ ٌﺔ ﺑ‬
َ ِ‫َﻌَﺪ َر ُﺳ ْﻮ ِل اﷲ‬ َ ‫ْﻪ‬ ٌ َ ‫َﻞ َﻛ ﱠﺮ َه َﺟ َﻤ‬
ِ ِ ‫ﺎﻋﺔ َاﻟﱠﻨ َﻈ ُﺮ ِاَﻟﯿ‬
ْ ‫ﻀ ٌﻞ ﺑ‬ ْ ‫ْﻪ َﻓ‬ َ ‫ َو‬.
ِ ‫ﻻ ﻓِـﯿ‬
Dan telah tersebut dalam kitab IHYA pada juz awal dalam bab adabul jum’at, telah berkata
Imam Syafi’i : “ Barang siapa bersih pakaiannya, maka sedikit susahnya, dan barang siapa
wangi baunya, akan ditambah akalnya, dan adapun pakaian yang lebih dicintai adalah
pakaian putih, karena pakaian yang lebih dicintai oleh Allah adalah pakaian putih yang tidak
loreng, dan berpakaian hitam tidak termasuk sunnah, dan tidak ada fadhilahnya
(keutamaannya) bahkan sekelompok ulama, memakruhkan melihatnya, karena bid’ah yang
diada-adakan sesudah wafatnya Rasulullah SAW., dan sorban disunnahkan sampai hari ini.

‫ﺎﺻ ًﺔ ؟‬ ‫ﱠﺔ َو ْاﻟ ِﻌ َﻤ َﺎﻣ َﺔ ِﻓﻰ ﱠ‬


َ ‫اﻟﺼ‬
‫ﻼ ِة َﺧ ﱠ‬ َ ‫ْﺺ َاو ْاﻟ ُﺠـﺒ‬ َْ ُ ‫ ِﻟ َﻤ َﺎذا َﻧْﻠﺒ‬: ‫س‬
ِ َ ‫َﺲ اﻟﻘ ِﻤﯿ‬

َ ‫اﻟﺼ‬ َ ‫ﱠ‬ ْ ْ َْ ُ ‫ُﺴ ﱡﻦ َﻟـﺒ‬


َ ‫)ﻣ ْﺴَﺌَﻠ ٌﺔ( ﯾ‬ َ ‫َﺔ ْاﻟ ُﻤ ْﺴَﺘ ْﺮ ِﺷِﺪﯾ‬
ُ ‫ُﻐﯿ‬
ْ ‫ َﻛ َﻤﺎ ِﻓ ْﻲ ﺑ‬, ‫ﻷﻧــﱠﻪ ُﺳـﱠﻨ ٌﺔ‬
َ : ‫ج‬
‫ﻼ ِة‬ ‫ﺎن ِﻓﻰ ﱠ‬ ِ ‫ﻹ َز ِار َواﻟ ِﻌ َﻤ َﺎﻣ ِﺔ َواﻟﻄﯿْﻠ َﺴ‬ ِ ‫ْﺺ َوا‬
ِ ‫ْﺲ اﻟﻘ ِﻤﯿ‬ َ ٨٦ : ‫ْﻦ ص‬ ِ
ِ ‫اﻟﺮ َؤ َﺳ‬
‫ﺎء‬ ِ ‫ﻀ ِﻞ ِﻣ َﻦ ْاﻟ ُﻌَﻠ َﻤ‬
‫ﺎء َو ﱡ‬ ْ ‫ﺎن َﻏﺎِﻟﺒًﺎ ِﺑَﺄ ْﻫ ِﻞ ْاﻟَﻔ‬ ‫ﺺ ﱠ‬
ُ ‫اﻟﻄﯿَْﻠ َﺴ‬ ِ ‫ْﺮ َﻫﺎ ِاﻻﱠ ِﻓ ْﻲ َﺣ‬
‫ﺎل اﻟﱠﻨ ْﻮ ِم َو ﻧـَـ ْﺤ ِﻮه ﯾُﺨـْـَﺘ ﱡ‬ ِ ‫ﯿ‬‫ﻏ‬َ ‫و‬َ .

Soal : Mengapa kita memakai Gamis, Jubbah, dan sorban khususnya pada waktu shalat
?
Jawab : Karena sunnat, seperti dalam Kitab BUGHYATUL MUSTARSYIDIIN halaman 86
terdapat masalah : disunnahkan memakai Gamis, sarung dan sorban dan thoilasan (pakaian
untuk menutup kepala sebelum memakai sorban) diwaktu shalat atau diluar shalat, kecuali
diwaktu tidur dan sebagainya akan tetapi thoilasan itu khusus bagi orang-orang yang mulia
dari ulama dan pemimpin.

‫ﻼ‬َ ‫ْﻦ َر ْﻛ َﻌ ًﺔ ِﺑ‬ َ ‫ْﺮ ِﻣ ْﻦ َﺳﺒ ِْﻌﯿ‬ ٌ ‫اﻟﺪﯾَْﻠ ِﻤ ﱡﻲ ِﻓ ْﻲ ُﻣ ْﺴَﻨِﺪ ْاﻟِﻔ ْﺮَد ْو ِس َﻋ ْﻦ َﺟ ِﺎﺑ ٍﺮ َرَﻓ َﻌﻪ – َر ْﻛ َﻌ ٌﺔ ِﺑ ِﻌ َﻤ َﺎﻣ ٍﺔ َﺧﯿ‬
‫ﺼﻪ َو َا ْﺧ َﺮ َج ﱠ‬‫ َﻣﺎ ﻧَـ ﱡ‬٩-٨ :‫اﻟﺪ َﻋ َﺎﻣ ِﺔ ص‬ ‫ﺎل ِﻓﻲ ﱢ‬ َ ‫َوَﻗ‬
ٌ َ ْ
‫ َو ُﺟ ْﻤ َﻌﺔ ِﺑ ِﻌ َﻤ َﺎﻣ ٍﺔ‬. ‫ﻼ ُف اﻷَد ِب‬ ْ
َ ‫ﻀ َﺮ ِة اﻟ َﻤِﻠ ِﻚ ِﺑ َﻐﯿْﺮ َﺗ َﺠ ﱡﻤ ٍﻞ ِﺧ‬ ُ
ْ ‫اﻟﺪ ُﺧ ْﻮل ِاﻟﻰ َﺣ‬ ْ
‫ﻀ َﺮةُ اﻟ َﻤِﻠ ِﻚ َو ﱡ‬ َ ‫اﻟﺼ‬
ْ ‫ﻼ َة َﺣ‬ َ
‫ ِﻷ ﱠن ﱠ‬: ‫ْﺮ‬ ِ ‫ﺎو ْي ِﻓﻰ اﻟﱠﺘﯿ‬ ْ َ
َ َ
ِ ِ ‫ْﺴﯿ‬ ِ ‫ ﻗﺎل اﻟ ُﻤـَﻨ‬. ‫ِﻋ َﻤ َﺎﻣ ٍﺔ‬
َ ً
‫ْﻦ ُﺟ ْﻤ َﻌﺔ ِﺑﻼ ِﻋ َﻤ َﺎﻣ ٍﺔ‬ ُ
َ ‫ َﺗ ْﻌِﺪل َﺳﺒ ِْﻌﯿ‬.

Dan telah berkata dalam kitab DI’AMAH halaman 8-9 ; terdapat keterangan bahwa Imam
Ad-Dailamy telah menerangkan dalam kitab Musnadil Firdaus dari Jabir , Hadits marfu’ :
shalat satu raka’at dengan memakai sorban itu lebih baik dari pada 70 roka’at dengan tidak
memakai sorban. Dan Imam Munawi telah memberi keterangan dalam kitab Taisir :
sesungguhnya shalat itu menghadap raja (Allah) adapun menghadap raja tidak memakai
pakaian yang baik adalah tidak beradab. Dan shalat jum’at sekali dengan memakai sorban
adalah berlipat 70 kali lipat (pahala) jum’atan dengan tidak memakai sorban.

َ ‫اﻟﺼﺎِﻟ ِﺤﯿ‬
‫ْﻦ ؟‬ ‫َﺎء َو ﱠ‬ َ ‫َﺎء َوْا‬
ِ ‫ﻷ ْوِﻟﯿ‬ َ ‫ ِﻟ َﻤ َﺎذا ﻧـَـَﺘ َﻮ ﱠﺳ ُﻞ ﺑ ْﺎ‬: ‫س‬
ِ ‫ﻷْﻧِﺒﯿ‬ ِ

‫ﺎﻫُﺪ ْوا ِﻓ ْﻲ َﺳِﺒْﯿِﻠﻪ‬ِ ‫ْﻪ ْاﻟ َﻮ ِﺳﯿَْﻠ َﺔ َو َﺟ‬ َ ‫ﱡﻬﺎ اﻟﱠِﺬﯾ‬


ِ ‫ْﻦ َآﻣُﻨ ْﻮ ا اﱠﺗُﻘﻮا اﷲَ َواْﺑَﺘ ُﻐ ْﻮا ِاَﻟﯿ‬ ْ ‫ﻷﯾ‬
َ ‫ ﯾَﺂ َاﯾ‬: ٣٥ ‫َﺔ‬ َ ‫ﻷ ﱠن ﻧـَـ ْﻌ َﻤ ُﻞ ﺑَﻘ ْﻮِﻟ ِﻪ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ َاﻟــﱠِﺬ ْي ِﻓ ْﻲ ُﺳ ْﻮ َر ِة ْاﻟ َﻤﺎِﺋَﺪ ِة ْا‬
ِ
َ : ‫ج‬
ِ
‫ﺎو ْي ْاﻟ َﺨِﻠْﯿِﻠ ْﻲ‬
ِ ‫ﺘ‬َ‫ــ‬‫ﻓ‬َ ‫ َﻟ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ُﺗْﻔِﻠ ُﺤ ْﻮ َن – َﻛَﺬا ِﻓ ْﻲ‬:

Soal : Mengapa kita bertawassul kepada para Nabi para wali dan para sholihin ?
Jawab : Karena kita beramal atas dasar firman Allah yang ada dalam surat al-Maidah ayat
35 : “Hai oang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan carilah jalan yang
mendekatan diri kepada-Nya, dan berjihadlah kepadanya, supaya kamu mendapat
keberuntungan (surga). Sebagaimana tersebut dalam kitab FATAWI ALKHALILI Halaman
258.

ِ‫ ِإ ﱠن ْاﻟ َﻮ ِﺳﯿَْﻠ َﺔ ُﻛ ﱡﻞ َﻣﺎ ﯾُـَﺘَﻘ ﱠﺮ ُب ﺑــِـﻪ ِاﻟﻰ اﷲ‬: ‫ﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨ ُﻪ‬
ِ ‫ﱠﺎس َر‬ َ ‫ َوَﻗ‬.
ُ ‫ﺎل ِإﺑ‬
ٍ ‫ْﻦ َﻋﺒ‬

Dan telah berkata IBNU ABBAS r.a. : Sesungguhnyawasilah itu adalah sesuatu yang bisa
mendekatkan diri kepada Allah.

ِ‫ َﻓ ْﺎﻟ َﻤ ْﻌَﻨﻰ ُﻛ ﱡﻞ َﻣﺎ ُﯾَﻘ ﱢﺮ ﺑــُ ُﻜ ْﻢ ِاﻟﻰ اﷲ‬: ‫ْﺮ ذِﻟ َﻚ‬ ِ ‫ﺎء َو َﻏﯿ‬ ‫َﺎب اﷲِ َو َﻛْﺜ َﺮ ِة ﱡ‬
ِ ‫اﻟﺪ َﻋ‬ ِ ‫َﺎر ِة َا ْﺣﺒ‬َ ‫ﺎت َو ِزﯾ‬ِ ‫اﻟﺼَﺪَﻗ‬
‫َﺎء اﷲِ َوَا ْوِﻟﯿَﺎِﺋﻪ َو ﱠ‬
ِ ‫ﱠﺔ َاْﻧِﺒﯿ‬ُ ‫َو ِﻣ ْﻦ ُﺟ ْﻤَﻠ ِﺔ ذِﻟ َﻚ َﻣ َﺤﺒ‬
‫ﷲ‬ ِ ‫َﺎر ِة َا ْوِﻟﯿ‬
ِ ‫َﺎء ا‬ َ ‫ْﻦ ﺑـِـ ِﺰ ﯾ‬ َ ‫ْﺮ ْاﻟ ُﻤ ْﺴِﻠ ِﻤﯿ‬
ُ ‫ﺎﻫ ِﺮ َﺗ ْﻜِﻔﯿ‬ ‫ﻼل ْاﻟَﺒﯿﱢﻦ َو ْاﻟ ُﺨ ْﺴ َﺮان ﱠ‬
ِ ‫اﻟﻈ‬ ِ ِ ِ ‫اﻟﻀ‬
َ ‫َﻓ ْﺎﻟ َﺰ ُﻣ ْﻮهُ َواْﺗ ُﺮ ُﻛ ْﻮا ُﻛ ﱠﻞ َﻣﺎ ﯾُـﺒ ِْﻌُﺪ ُﻛ ْﻢ َﻋْﻨ ُﻪ – إَذا َﻋِﻠ ْﻤ َﺖ ذِﻟ َﻚ َﻓ ِﻤ َﻦ ﱠ‬
ِ
َ َ
. ‫ﻻ َﻣ َﺤﺒﱠﺔ ﻟﻪ‬ َ ‫ﺎن ِﻟ َﻤ ْﻦ‬ َ ‫ﻻ‬
َ ‫ﻻ ِإﯾ َْﻤ‬ ُ َ ‫ﱠ‬
َ ‫ﱠﺔ اﷲِ َاﻟِﺘ ْﻲ َﻗﺎل ِﻓﯿ َْﻬﺎ َر ُﺳ ْﻮل اﷲِ َا‬ ِ ‫َﻞ ِﻫ َﻲ ِﻣ ْﻦ ُﺟ ْﻤَﻠ ِﺔ ْاﻟ َﻤ َﺤﺒ‬
ْ ‫َﺎد ِة َﻏﯿْﺮ اﷲِ َﻛ ﱠﻞ ﺑ‬ َ ‫ْﻦ أَ ﱠن ِزﯾ‬
َ ‫َﺎر ﺗـَـ ُـﻬ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ِﻋﺒ‬ ِ ‫َز‬
َ ‫اﻋ ِﻤﯿ‬
ِ

َ ‫ﺻﺎو ْي ِﻣ َﻦ ْاﻟ ُﺠ ْﺰ ِء ْا‬


٢٦٥ : ‫ﻷ ﱠو ِل ص‬ ُ ‫{{ َﺗْﻔ ِﺴﯿ‬
ِ َ ‫ْﺮ‬

Dan yang termasuk wasilah adalah cinta kepada para Nabi, kepada para wali , shodaqoh,
ziyarah kepada para kekasih Allah, memperbanyak do’a dan lain-lain. Yang dimaksud,
kerjakanlah sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah, dan tinggalkanlah sesuatu yang
menjauhkan diri kepada Allah. Karena itu kita diharapkan tahu, maka termasuk kekeliruan
dan merugi orang yang mengatakan kafir kepada orang yang berziyarah kepada waliyullah
dengan bersyakwa sangka bahwa ziyarahnya itu beribadah selain kepada Allah. Janganlah
demikian, justeru yang demikian itu termasuk cinta kepada Allah. Rasulullah SAW.,
bersabda : “Ingatlah tidak sempurna iman seseorang yang tidak mahabbah (mencintai)
kepadanya”. (TAFSIR SHOWI Juz awal halaman 265).

َ ‫ ُﻛ ْﻦ َﻣ َﻊ اﷲِ َوِا ْن َﻟ ْﻢ َﺗ ُﻜ ْﻦ ُﻛ ْﻦ َﻣ َﻊ َﻣ ْﻦ َﻛ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬


َ ‫ َوﻗِـﯿ‬. ِ‫ﺎن َﻣ َﻊ اﷲ‬
‫ْﻞ‬ ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ‫ َوَﻗ‬. ‫ َاْﻟ َﻤ ْﺮ ُء َﻣ َﻊ َﻣ ْﻦ َا َﺣ ﱠﺐ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
َ ‫ﺎل‬ ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ‫َوَﻗ‬
َ ‫ﺎل‬
٥٧ :‫ْﺮ ْاﻟُﻘﻠُ ْﻮ ِب ص‬ ُ ‫ َﻛَﺬا ِﻓ ْﻲ َﺗْﻨ ِﻮﯾ‬. ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺎء ِﻓﻰ ا‬ ِ ‫ْﺦ ُﻣَﻘﱢﺪ َﻣ ُﺔ ْاﻟَﻔَﻨ‬ ‫ﱠ‬ َ َْ
ِ ‫اﻟﻔﻨﺎ ُء ِﻓﻰ اﻟﺸﯿ‬

Dan telah bersabda Nabi SAW. : “Manusia itu bersama orang yang dicintai” Dan Nabi SAW.
telah bersabda pula : “Ingatlah ! (wahai ummatku) kepada Allah jika ia tidak bisa mengingat,
maka berkumpullah bersama orang yang ingat kepada Allah”. Dan diterangkan oleh
sebagian ulama bahwa cinta kepada guru, itu sebagian permulaan cinta kepada Allah.
Sebagaimana tersbut dalam kitab TANWIRUL QULUB halaman 57.

‫ َﺗ َﻮ ﱠﺳﻠُ ْﻮا ﺑــِـ ْﻲ َوِﺑَﺄ ْﻫ ِﻞ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬


ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ِ‫ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬
َ ‫اﻟﺴ َﻌ َﺎد ِة َﻗ‬ ‫َﺎﺟ ْﻮر ْي ِﻣ َﻦ ْاﻟ ُﺠ ْﺰ ِء ﱠ‬
َ ‫ َوَﻗ‬٧٠٠ : ‫اﻟﺜﺎِﻧ ْﻲ ص‬
‫ﺎل ِﻓ ْﻲ ﻧـَـ ْﻬ ِﺞ ﱠ‬ ْ ََ
ِ ُ ‫َوﻗﺎل ِﻓﻰ اﻟﺒ‬
‫ْﺤﻪ‬ ِ ‫ﺻ ِﺤﯿ‬ َ ‫ْﻦ ِﺣﺒ‬
َ ‫ﱠﺎن ِﻓ ْﻲ‬ ٌ
ُ ‫ُﺮﱡد ُﻣـَﺘ َﻮ ﱢﺳﻞ ﺑــِـَﻨﺎ { َر َواهُ ِإﺑ‬ َ ‫{ ﺑـَـﯿْﺘِـ ْﻲ ِاﻟﻰ اﷲِ َﻓﺈ ﻧـﱠـﻪ‬
َ‫ﻻ ﯾ‬ ِ

Dan telah berkata dalam kitab BAJURI dari juz kedua halaman 700 ; Dan telah berkata
dalam Nahjissa’adah Rasulullah SAW., telahbersabda : “Bertawassullah kamu dengan ku
dan degan ahli bait ku, sesungguhnya orang yang bertawassul kepada ku tidak akan ditolak”
(H.R. IBNU HIBBAN dalam Hadits Shahihnya).

‫َﺔ ْاﻟ َﻌ َﻮ ِام‬ ْ ‫ َﻛَﺬا ِﻓ ْﻲ ﺑ‬, ‫ﺎﻫ ْﻲ ِﻋْﻨَﺪ اﷲِ َﻋﻈْﯿ ٌﻢ‬
ِ ‫ُﻐﯿ‬ ِ ‫ َﺗ َﻮ ﱠﺳﻠُ ْﻮا ِﺑ َﺠ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
ِ ‫ َﻓِﺈ ﱠن َﺟ‬, ‫ﺎﻫ ْﻲ‬ ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ‫ َوَﻗ‬.
َ ‫ﺎل‬

Dan Nabi SAW telah bersabda : “Bertawassullah kamu dengan kebesaranku, sesungguhnya
‫‪sifat kehormatanku bagi Allah adalah suatu perkara yang berfaidah” (sebagaimana tersebut‬‬
‫‪dalam kitab BUGHYATUL AWAM).‬‬

‫ﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨ ُﻪ ‪َ ,‬اﻟﻠﱡﻬ ﱠﻢ ِإ ﱢﻧ ْﻲ‬ ‫ْﻖ َر ِ‬ ‫اﻟﺼﱢﺪ ﯾ ِ‬


‫َﻜ ٍﺮ ِن ﱢ‬ ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أَﺑَﺎ ﺑ ْ‬
‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ ِ‬ ‫ﷲ َ‬‫ﻷ ﱠو ِل ص ‪َ : ٢٣٣‬ﻋﻠﱠ َﻢ َر ُﺳ ْﻮ ُل ا ِ‬ ‫َﺎء ِﻣ َﻦ ْاﻟ ُﺠ ْﺰ ِء ْا َ‬
‫ﻹ ْﺣﯿ ِ‬ ‫ْ‬ ‫ََ‬
‫َوﻗﺎل ِﻓﻰ ا ِ‬
‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫أَ ْﺳـﺌــَـﻠﻚ ِﺑ ُﻤ َﺤ ﱠﻤٍﺪ ﻧـَـِﺒﯿﱢﻚ َوِاﺑ َ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ﺎن ُﻣ َﺤ ﱠﻤٍﺪ َ‬ ‫اود َوﻓ ْﺮﻗ ِ‬ ‫ْﻞ ِﻋﯿْﺴﻰ َو َزﺑ ْ‬
‫ُﻮ ِر َد َ‬ ‫اﻫﯿ َْﻢ َﺧِﻠْﯿِﻠﻚ َو ُﻣ ْﻮﺳﻰ َﻛِﻠ َﻤِﺘﻚ َو ُر ْو ِﺣﻚ َوِﺑَﺘ ْﻮ َرا ِة ُﻣ ْﻮﺳﻰ َِاْﻧ ِﺠﯿ ِ‬
‫ْﺮ ِ‬
‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َو َﻋَﻠﯿ ِْﻬ ْﻢ َا ْﺟ َﻤ ِﻌﯿ َ‬
‫ْﻦ‬ ‫‪َ .‬ﻋَﻠﯿ ِ‬

‫‪Dan tersebut dalam kitab IHYA Juz awal halaman 233; Rasulullah SAW telah mengajar Abu‬‬
‫‪Bakar Ash-shiddiq r.a. supaya membaca doa :‬‬

‫َاﻟﻠﱡﻬ ﱠﻢ ِإ ﱢﻧ ْﻲ أَ ْﺳـﺌــَـﻠُ َﻚ ِﺑ ُﻤ َﺤ ﱠﻤٍﺪ ‪ ....‬اﻟﺦ‬

‫ْﺤ ِﺔ َوَﻗ ْﺪ‬


‫اﻟﺼ ِﺤﯿ َ‬ ‫ْﺚ ﱠ‬ ‫ُﻮ ٌب ﺛــَـﺎﺑــِـ ٌﺖ ﺑـِـﺎ ْا َ‬
‫ﻷ َﺣ ِﺎدﯾ ِ‬ ‫ْﻦ َﻓ ُﻬ َﻮ أَ ْﻣ ٌﺮ َﻣ ْﺤﺒ ْ‬
‫اﻟﺼﺎِِﻟ ِﺤﯿ َ‬
‫َﺎء َو ﱠ‬ ‫ْﻦ ص ‪َ : ٣٥٨‬وَا ﱠﻣﺎ اﻟﱠﺘ َﻮ ﱡﺳ ُﻞ ﺑ ْﺎ َ‬
‫ﻷﻧــْـِﺒﯿ ِ‬ ‫َﺔ ْاﻟ ُﻤ ْﺴَﺘ ْﺮ ِﺷِﺪﯾ َ‬
‫ُﻐﯿ ُ‬ ‫ََ‬
‫ﺎل ﻓﻲ ﺑ ْ‬
‫ِ‬ ‫َوﻗ ِِ‬
‫َﺎء َوْا َ‬ ‫ات َا ْوﻟﻰ‪َ.‬اﻟﱠﺘ َﻮ ﱡﺳ ُﻞ ﺑ ْﺎ َ‬ ‫ض َﻓﺒ ﱠ‬ ‫ُ َ‬ ‫أَ ْﻃﺒَُﻘ ْﻮا َﻋﻠﻰ َﻃَﻠﺒﻪ ﺑ ْ‬
‫َﻌَﺪ‬‫ﻓﻲ ْ َﺣﯿَﺎِﺗ ِﻬ ْﻢ َوﺑ ْ‬
‫َﺎء ِ‬ ‫ﻷ ْوِﻟﯿ ِ‬ ‫ﻷﻧــْـِﺒﯿ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎاﻟﺬ َو ِ‬ ‫اﻟﺼﺎِﻟ َﺤ ِﺔ َو ِﻫ َﻲ َا ْﻋ َﺮ ٌ ِ‬
‫ﺎل ﱠ‬ ‫َﺖ اﻟﱠﺘ َﻮ ﱡﺳﻞ ِﺑ ْﺎﻷ ْﻋ َﻤ ِ‬
‫َﻞ َﺛﺒ َ‬ ‫ِ‬
‫ْﺤ ُﺔ‬ ‫اﻟﺴﱠﻨ ٌﺔ ﱠ‬
‫اﻟﺼ ِﺤﯿ َ‬ ‫َﺎح َﺷ ْﺮ ًﻋﺎ َﻛ َﻤﺎ َو َرَد ْت ﱡ‬ ‫‪َ .‬وَﻓﺎِﺗ ِﻬ ْﻢ ُﻣﺒ ٌ‬

‫‪Dan telah diterangkan dalam kitab BUGHYATUL MUSTARSYIDIIN halaman 358 : “adapun‬‬
‫‪bertwassul dengan para Nabi dan para sholihin adalah sesuatu yang dicintai syara’ dan‬‬
‫‪sudah ditetapkan dengan hadits yang shohih. Dan para ulama telah sepakat dengan‬‬
‫‪menjalankan tawassul bahkan sudah tetap (diperbolehkan) tawassul dengan amal shaleh‬‬
‫‪padahal amal shaleh itu suatu sifat, maka dari itu lbih utama tawassul dengan dzat, adapun‬‬
‫‪tawassul dengan para Nabi dan para wali dimasa hidupnya dan sesudah wafatnya itu‬‬
‫‪diperbolehkan secara hukum syara’, seperti yang telah berlaku dalam hadits yang shohih.‬‬

‫َﺴَﺘ ْﺴُﻘ ْﻮا ﺑـِـﻪ َﻓﯿَُﻘ ْﻮﻟُ ْﻮا‬


‫ﻼ ِح َا ْن ﯾ ْ‬ ‫ﺎن ِﻓﯿ ِْﻬ ْﻢ َر ُﺟ ٌﻞ َﻣ ْﺸ ُﻬ ْﻮ ٌر ِﺑ ﱠ‬
‫ﺎﻟﺼ َ‬ ‫ُﺴَﺘ َﺤ ﱡﺐ ِإَذا َﻛ َ‬ ‫ﻹ ْﺳِﺘ ْﺴَﻘ ِ‬
‫ﺎء ص ‪َ ١٣٤‬وﯾ ْ‬ ‫ﻓﻲ ا ِ‬
‫ﻷذ َﻛﺎر ﻓﻲ ﺑ ْ َ‬
‫ﻷذ َﻛﺎر ْ‬
‫َﺎب ا ْ ِ ِ‬
‫َْ‬
‫ﻓﻲ ا ْ ِ ِ ْ ِ‬
‫ََ‬
‫َوﻗﺎل ِ‬
‫ﻼ ٍن‬‫ْﻚ ِﺑ َﻌﺒِْﺪ َك ُﻓ َ‬‫‪َ .‬اﻟﻠﱡﻬ ﱠﻢ إﻧــﱠﺎ َﻧ ْﺴَﺘ ْﺴِﻘ ْﻲ َو ﻧـَـَﺘ َﺸﱠﻔ ْﻊ ِاَﻟﯿ َ‬
‫ِ‬

‫‪Dan telah berkata dalam kitab Adzkar pada bab Dzikir dalam shalat Istisqa’, halaman 134 :‬‬
‫‪Dan disunnatkan bertawassul dengan orang-orang yang masyhur kebaikannya seperti‬‬
‫َاﻟﻠﱡﻬ ﱠﻢ ِإﻧــﱠﺎ َﻧ ْﺴَﺘ ْﺴِﻘ ْﻲ‪ ....‬اﻟﺦ ‪berdo’a dengan membaca :‬‬

‫ُﻮر ِﻫ ْﻢ ِﻋْﻨَﺪ ﱠ‬
‫اﻟﺸَﺪاِﺋِﺪ ؟‬ ‫ُ‬ ‫َﺠ ْﻮ ُز ِا ْﺳِﺘ َﻐ َﺎﺛ ُﺔ اﻟﱠﻨﺎس ﺑﺎﻟﱠﻨﺒ ﱢﻲ َاو ْاﻟ َﻮِﻟ ﱢﻲ َاو ﱠ‬
‫اﻟﺸﯿْﺦ ﺑ ْ َ َ‬ ‫س ‪َ :‬ﻫ ْﻞ ﯾ ُ‬
‫ﻓﻲ ﻗﺒ ْ ِ‬
‫َﻌﺪ َوﻓﺎِﺗ ِﻬ ْﻢ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬

‫ِ‬ ‫ﻮز ‪َ : ٤‬ﻫ َﻜَﺬا { ُﺳِﺌ َﻞ } َﻋ ﱠﻤﺎ َﯾَﻘ ُﻊ ِﻣ َﻦ ْاﻟ َﻌ ﱠ‬


‫ﺎﻣ ِﺔ ِﻣ ْﻦ َﻗ ْﻮِﻟﻬ ْﻢ ِﻋْﻨَﺪ ﱠ‬
‫اﻟﺸَﺪاِﺋِﺪ‬ ‫َﺠ ْﻮ ُز ‪َ ,‬ﻣ ْﻜُﺘ ْﻮ ٌب ﻓﻲ َﻫ ِﺎﻣﺶ ْاﻟَﻔَﺘﺎوى ْاﻟ ُﻜﺒْﺮى ص ‪ُ ٣٨٢‬ﺟ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ج ‪ :‬ﻧـَـ َﻌ ْﻢ ﯾ ُ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫اﻟﺼﺎِﻟ ِﺤﯿ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫َﺎء َواﻟ ُﻤ ْﺮ َﺳِﻠﯿ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْﺦ ُﻓ َ‬
‫ﻼ ُن ‪ ,‬ﯾ َ‬ ‫َﺎﺷﯿ ُ‬
‫ﯾَ‬
‫ْﻦ ﻓ َﻬﻞ ذِﻟﻚ َﺟﺎِﺋﺰ ا ْم ﻻ ؟‬ ‫ﺎء َو ﱠ‬ ‫َﺎء َواﻟ ُﻌﻠ َﻤ ِ‬
‫ْﻦ َواﻷ ْوِﻟﯿ ِ‬ ‫ﻹ ْﺳِﺘﻐﺎﺛ ِﺔ ِﺑﺎﻷﻧـْـِﺒﯿ ِ‬ ‫َﺎر ُﺳ ْﻮل اﷲِ ‪َ ,‬و ﻧـَـ ْﺤ َﻮ ذِﻟﻚ ِﻣ َﻦ ا ِ‬
‫ُﺮ ﱢﺟ ُﺢ ذِﻟ َﻚ ؟‬ ‫ْﻦ َو ْاﻟ َﻤ َﺸﺎﯾــِـ ِﺦ إِ َﻏ َﺎﺛ ٌﺔ ﺑ ْ‬
‫َﻌَﺪ َﻣ ْﻮِﺗ ِﻬ ْﻢ ؟ َو َﻣ َﺎذا ﯾ َ‬ ‫اﻟﺼﺎِﻟ ِﺤﯿ َ‬‫َﺎء َو ﱠ‬ ‫َﺎء َوْا َ‬
‫ﻷ ْوِﻟﯿ ِ‬ ‫ﻷﻧــْـِﺒﯿ ِ‬‫ﻠﺮ ُﺳﻞ َوْا َ‬ ‫ْ‬
‫َو َﻫﻞ ِﻟ ﱡ ِ‬

‫ﻠﺮ ُﺳﻞ َو ْا َ‬ ‫َ ْ َ‬ ‫َﺎء َو ْاﻟ ُﻌَﻠ َﻤ ِ‬ ‫ْﻦ َو ْا َ‬ ‫َﺎء َو ْاﻟ ُﻤ ْﺮ َﺳِﻠﯿ َ‬ ‫{ َﻓَﺄ َﺟ َﺐ } ﺑَﺄ ﱠن ْاﻹ ْﺳِﺘ َﻐ َﺎﺛ َﺔ ﺑ ْﺎ َ‬
‫َﺎء َو‬‫ﻷﻧــْـِﺒﯿ ِ‬ ‫ـــــﺦ َﺟﺎِﺋ َﺰةٌ ‪َ ,‬وِﻟ ﱡ ِ‬ ‫اﻟﺼﺎِﻟ ِﺤﯿْﻦ َواﻟ َﻤﺸﺎﯾــِـ ِ‬ ‫ﺎء َو ﱠ‬ ‫ﻷ ْوِﻟﯿ ِ‬ ‫ﻷﻧــْـِﺒﯿ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ﻸ ﻧــﱠ ُﻬ ْﻢ َا ْﺣﯿَﺎ ٌء‬ ‫ﻷﻧــْـﺒﯿَﺎ ُء َِﻓ َ‬
‫َْ‬ ‫ﺎت ْا َ‬ ‫ﻷ ﱠن ُﻣ ْﻌﺠ َﺰ َة ْا َ‬ ‫َﻌَﺪ َﻣ ْﻮِﺗﻬ ْﻢ – َ‬ ‫ــــﺦ ِإ َﻏ َﺎﺛ ٌﺔ ﺑ ْ‬ ‫ﻷ ْوِﻟﯿ ِ ْ َ‬ ‫ْا َ‬
‫ﻻ َﺗـْﻨَﻘ ِﻄ ُﻊ ِﺑ َﻤ ْﻮِﺗ ِﻬ ْﻢ – َا ﱠﻣﺎ ا ِ‬ ‫َﺎء َ‬
‫ﻷ ْوِﻟﯿ ِ‬ ‫َﺎء َو َﻛ َﺮ َاﻣ ِ‬ ‫ﻷﻧــْـِﺒﯿ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫َﺎء َواﻟ َﻤﺸﺎﯾــِـ ِ‬
‫ْﻀﺎ َا ْﺣﯿَﺎ ٌء ُﺷ ْﻮ ِﻫُﺪ ْوا‬ ‫َﺎر َو ﺗـَـ ُﻜ ْﻮ ُن ْاﻹ َﻏ َﺎﺛ ُﺔ ِﻣْﻨ ُﻬ ْﻢ ُﻣ ْﻌﺠ َﺰ ًة ﻟﱠ ُﻬ ْﻢ – َو ﱡ‬
‫اﻟﺸ َﻬَﺪا ُء َاﯾ ً‬ ‫ﻷ ْﺧﺒ ُ‬ ‫ُﺼﻠﱡ ْﻮ َن َو ﯾـَـ ِﺤ ﱡﺠ ْﻮ َن َﻛ َﻤﺎ َو َرَد ْت ﺑــِـ ِﻪ ْا َ‬ ‫ِﻓ ْﻲ ُﻗﺒ ْ‬
‫ُﻮ ِر ِﻫ ْﻢ ﯾ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ﺼٍﺪ اُ ُﻣ ْﻮ ٌر‬ ‫ْﺮ َﻗ ْ‬ ‫َﺎء ِﺑَﻘ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ٌ‬ ‫َ‬
‫ﺎر – َوَا ﱠﻣﺎ ْاﻷ ْوِﻟﯿَﺎ ُء َﻓ ِﻬ َﻲ َﻛ َﺮ َاﻣﺔ ﻟـَـ ُﻬ ْﻢ‪َ -‬ﻓِﺈ ﱠن َا ْﻫ َﻞ اﻟ َﺤ ﱢﻖ َﻋﻠﻰ َاﻧـﱠـﻪ َﯾَﻘ ُﻊ ِﻣ َﻦ ْاﻷ ْوِﻟﯿ ِ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ﺎرا ُﯾَﻘﺎِﺗﻠ ْﻮ َن اﻟ ُﻜﱠﻔ َ‬
‫ﺼٍﺪ ا ْو ِﺑ َﻐﯿ ِ‬ ‫اﺟ َﻬ ً‬ ‫َﻧ َﻬ ً‬
‫ﺎر ِ‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ﱡ‬ ‫ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫اﻟﺪِﻟﯿْﻞ َﻋﻠﻰ َﺟ َﻮ ِاز َﻫﺎ اﻧــﱠ َﻬﺎ ا ُﻣ ْﻮ ٌر ُﻣ ْﻤ ِﻜَﻨﺔ ﻻ ﯾَﻠ َﺰ ُم ِﻣ ْﻦ َﺟ َﻮ ِاز ُوﻗ ْﻮ ِﻋ َﻬﺎ ُﻣ َﺤﺎل ‪َ ,‬وﻛﻞ َﻣﺎ ﻫﺬا ﺷﺄﻧﻪ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ﺎرَﻗ ٌﺔ ِﻟْﻠ َﻌ َﺎد ِة ﯾـُ ْﺠ ِﺮ ﯾـْـ َﻬﺎاﷲ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ ِﺑ َﺴﺒَِﺒ ِﻬ ْﻢ َو ﱠ‬
‫ُ‬
‫َﺧ ِ‬
‫َﻢ َور ْزِﻗ َﻬﺎ ْاﻷِﺗ ْﻲ ِﻣ ْﻦ ِﻋْﻨِﺪ اﷲِ َﻋﻠﻰ َﻣﺎ ﻧـَـ َﻄ َﻖ ﺑــِـ ِﻪ اﻟﱠﺘــْﻨﺰ ﯾـْـﻞُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫ﺼﺔ َﻣ ْﺮ ﯾ َ ِ‬ ‫‪.‬ﻓ ُﻬ َﻮ َﺟﺎِﺋﺰ اﻟ ُﻮﻗ ْﻮ ِع ‪َ ,‬و َﻋﻠﻰ اﻟ ُﻮﻗ ْﻮ ِع ِﻗ ﱠ‬

‫‪Soal : Boleh atau tidak memanggil-manggil para Nabi, para Wali, atau guru dipinggir‬‬
‫‪quburan pada waktu ada kesulitan dan apakan para Nabi, para Wali dan Guru itu bisa‬‬
memberi pertologan kepada orang yang minta tolong ?
Jawa : Boleh dan para Nabi, Wali atau guru itu masih bisa memberi pertolongan pada
orang yang minta tolong sesuai dengan keterangan dari Hamis-nya (penjelasan pinggir)
kitab FATAWY AL-KUBRA halaman 382 juz 4 yang artinya : “bagaimana orang awam yang
mengucapkan : “Ya Rasulullah, ya syaikh fulan ….” dan yang semacam dengan itu, dipinggir
Quburan dengan tujuan meminta pertolongan kepada mereka, apakah mereka masih bisa
memberi pertolongan ? (Jawabannya) boleh dan masih bisa memberi pertolongan , karena
mukjizat para Nabi dan karomat para Wali tidak putus karena kematiannya. Nama para Nabi
dan para Wali hidup di alam quburnya, masih menjalankan shalat dan haji, seperti dalam
Hadits : Para Nabi masih bisa memberi pertolongan kepada yang meminta tolong sebagai
mukjizatnya. Dan para syuhadapun masih hidup dan bisamembantu orang-orang yang
perang dijalan Allah (sabilillah). Para Wali, Guru juga masih bisa memberi pertolongan
kepada orang yang meminta tolong sebagai karomahnya, sesungguhnya para ulama ahli
haq sekeyakinan dalam hal karomah, syafa’at, mu’jizat, sesungguhnya beberapa perkara
yang tidak seperti biasanya (mustahil menurut akal) seperti yang sering terjadi di kalangan
para Wali, baik sengaja ataupun tidak, itu sesuatu yang aneh (yang diluar kebiasaan) yang
dijalankan Allah. Dalil adanya karomah, bahwa karomah itu suatu perkara yang mungkin,
tidak termasuk sesuatu yang mustahil dan semua keadaan ini sesuatu yang mungkin,
masalah tersebut sama dengan kisah Siti Maryam pada waktu mash kecil, ditemptkan di
loteng kamar masjid baitul muqaddas dan pintunya dikunci rapat oleh Nabi Zakaria, setiap
pagi Nabi Zakaria membuka pintunya dengan maksud memberi makanan pada Siti Maryam,
akan tetapi didepan Siti Maryam sudah terhidang buah-buahan, pada musim hujan
terhidang buah-buahan musim kemarau dan pada musim kemarau terhidang buah-buahan
musim hujan. Ini sudah di Nash dalam al-Qur’an.

َ ‫ﻟﺴﱠﻨ ِﺔ َو ْاﻟ َﺠ َﻤ‬


‫ﺎﻋ ِﺔ‬ ‫ﺼﻪ َذ َﻫ َﺐ َا ْﻫ ُﻞ ﱡ‬
‫ْﺮ َﻫﺎ َﻣﺎ ﻧـَـ ﱡ‬ ِ ‫َﺔ َو َﻏﯿ‬
‫َﺮ ِة ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺸ ِﺎﻣﯿ‬ َ ‫اﻟﺴﯿ‬
‫ َوِﻓﻰ ﱢ‬١٥ ‫َﺎن ص‬ ْ ُ ‫ ِﺳ َﺮ‬: ‫ﺎر َﻫﺎ‬
ِ ‫اج اﻟَﺒﯿ‬ ُ ‫ُﻤ ِﻜ ُﻦ ِاْﻧ َﻜ‬ َ ٌ‫ﺎﻫَﺪة‬
ْ‫ﻻ ﯾ‬ َ ‫َﺎء ُﻣ َﺸ‬ َ ‫ﺎت ْا‬
ِ ‫ﻷ ْوِﻟﯿ‬ ُ ‫َﻓ َﻜ َﺮ َﻣ‬
‫َﺎء َوَا ْﻣ َﻮاًﺗﺎ‬
ً ‫َﺎء َا ْﺣﯿ‬ َ ‫ﺎت ْﻟ‬ ْ
ِ ‫ﻸ ْوِﻟﯿ‬ ِ ِ ‫ ِاﻟﻰ َﺟ َﻮ ِاز اﻟ َﻜ َﺮ َاﻣ‬.

Karomah para wali jelas dan nyata tidak bisa diingkari, keterangan dari kitab SIROJUL
BAYAN halaman 15 : Dan dalam kitab SIROTUSYSYAMIYAH ada keterangan bahwa Ahli
sunnah wal jama’ah berpendapat tentang adanya karomah para wali baik semasa hidupnya
maupun setelah wafatnya.

١٤ ‫ﱠﺔ ص‬
ِ ‫اﻟﺴِﻨﯿ‬
‫َﻬ َﺠ ِﺔ ﱠ‬
ْ ‫ﻓﻲ ْ ﺑ‬ ََ
ِ ‫ ﻛﺬا‬. ‫ُﻮ ِر‬ ْ ‫ﱠﺮُﺗ ْﻢ ِﻓﻲ ْاﻷُ ُﻣ ْﻮ ِر َﻓ‬
ْ ‫ﺎﺳَﺘ ِﻌْﯿُﻨ ْﻮا ِﻣ ْﻦ َا ْﻫ ِﻞ ْا ُﻟﻘﺒ‬ ْ ‫ ِإَذا َﺗ َﺨﯿ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬
َ ِ‫ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬
َ ‫ َﻗ‬.

Rasulullah SAW telah bersabda : Apabila kamu mempunyai kesulitan dalam suatu masalah
maka mintalah pertolongan pada ahli qubur (Dari Kitab Bahjatussaniyyah halaman 14)

‫ﻀ ُﻞ ِﻣ ْﻦ ﯾ َْﺪ ُﻋ ْﻮا اﷲَ ﺑﺎﻟــﱠﺘ َﻮ ﱡﺳ ِﻞ ِاﻟﻰ اﻟــﱠﻨﺒ ﱢﻲ َاو ْاﻟ َﻮِﻟ ﱢﻲ َاو ﱠ‬
َ ‫اﻟﺸﯿ‬ َ ‫ْﺊ َا ْﻓ‬ َ
ِ ‫ْﺦ ا ْو ﺑــِـ َﻐﯿ‬
‫ْﺮ ِه ؟‬ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ‫ ﺑــِـﺄ ﱢي َﺷﯿ‬: ‫س‬

( ‫َﺔ ْاﻟﺨَـﺎِﻟ ِﻖ َﻣ َﻊ ْاﻟﺨَـْﻠ ِﻖ‬ ِ ‫ﺎر ) َا ْو ﺑــِـ ُﺮ ْؤﯾ‬ َْ


ِ ‫ﺎس ﺑــِـﺎﻷ ﺛــَـ‬ ِ ‫ﻹ ْﺣ َﺴ‬
ْ ْ َ ْ َ
ِ ‫اﻋ ْﻲ ِاﻟﻰ اﷲِ ِﻓ ْﻲ َﻣﻘ ِﺎم اﻟ َﻌ َﻮ ِام ﻛ ِﻤﺜِﻠ ْﻲ ﺑــِـ ُﻮ ُﺟ ْﻮِد ا‬ ‫ﺎن ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺪ‬ ٌ ‫ﺼﯿ‬
َ ‫ْﻞ ِإ ْن َﻛ‬ ِ ‫ْﻪ ﺗـَـْﻔ‬ِ ‫ ِﻓـﯿ‬: ‫ج‬
َ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ ‫ﱠ‬ َ ْ َ ‫ﱠ‬
َ ‫ﻀ ُﻞ ُﻣـَﺘ َﻮ ﱢﺳﻞ ﺑـِـﺎﻟﻨِﺒ ﱢﻲ ا ِو اﻟ َﻮِﻟ ﱢﻲ ا ِو اﻟﺸﯿْﺦ – ﻓِﺈ ْن ﻛ‬
ّ ٌ َ ‫َﻓ ْﺎ‬
َ ‫ﻷ ْﻓ‬
ِ ‫ﺎر( )ا ْو ُر ْؤﯾ‬
‫َﺔ‬ ِ ‫ﺎس ﺑـِـﺎﻷﺛـَـ‬ ِ ‫ﻹ ْﺣ َﺴ‬ ِ ‫)ﻋَﺪ ِم ا‬
َ ‫اﻟﺴﻜ ِﺮ‬ ‫اﻋ ْﻲ ِاﻟﻰ اﷲِ ِﻓ ْﻲ َﻣﻘ ِﺎم اﻟ َﺠﺬ ْ ِب َو ﱠ‬ ‫ﺎن ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺪ‬ ِ
‫ْﻦ ُﻣ َﻌ ﱠﻄ ٍﻞ‬ ْ َ ‫ﺎﺣ َﺸ ِﺔ َﻣ َﻊ‬
ِ ‫ﺻﻔ َﻮ ِان ِاﺑ‬ ِ ‫ْﻦ ُﺗْﻘَﺬ ُف ِﺑ ْﺎﻟَﻔ‬
َ ‫ﺎر َو َﻛ َﻌﺎِﺋ َﺸ َﺔ ِﺣﯿ‬ ‫ﱠ‬
ِ ‫ُﺮﻣﻰ ِﻓﻰ اﻟـﻨ‬ ْ ‫ْﻦ ﯾ‬َ ‫اﻫﯿ َْﻢ ِﺣﯿ‬
ِ ‫ْﺮ‬ َ ‫ْﺊ َﻛِﺈﺑ‬
ٍ ‫ْﺮ اﻟـﱠﺘ َﻮ ﱡﺳ ِﻞ ِاﻟﻰ َﺷﯿ‬
ُ َ ‫ﻷ ْﻓ‬
ِ ‫ﻀﻞ ﺑـِـ َﻐﯿ‬
َ ‫ْاﻟ َﺨﺎِﻟﻖ َو ْﺣَﺪه ( َﻓ ْﺎ‬
ِ
‫ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل‬َ ‫اﻟﺼ ْﺤﻮ ِﻫ َﻲ َﺗ َﺮﺟ ُﻊ ِاﻟﻰ َﻣَﻘﺎم ْاﻹ ْﺣ َﺴﺎس َو ِﻫ َﻲ َﺗ َﻮ ﱠﺳَﻠ ْﺖ ِاﻟﻰ اﻟـﱠﻨﺒ ﱢﻲ ُﺷ ْﻜ ًﺮا َﻟﻪ َﻛ َﻤﺎ َﻗ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫َﺔ َواﻟﻔَﻨﺎ – َو ﺑَـ ْﻌَﺪ ﱠ‬
َْ ِ ‫اﻟﺴَﻠ ِﻤ ْﻲ َو ِﻫ َﻲ ِﻓ ْﻲ َﻣَﻘﺎم ْاﻟ َﻐْﯿﺒ‬
ِ ‫ﱡ‬
٨٧ ‫ ص‬٢ ‫)ﺣ َﻜ ْﻢ ج‬ ِ ‫ﺎس‬ َ ‫َﺸ ُﻜ ُﺮ اﻟـﱠﻨ‬ ْ‫ﻻ ﯾ‬َ ‫َﺸ ُﻜﺮ ُاﷲَ َﻣ ْﻦ‬ ْ‫ﻻ ﯾ‬ َ : ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ِ‫)اﷲ‬
Soal : Dengan cara apakah berdo’a kepada Allah yang lebih utama ? apakah dengan
tawassul kepada Nabi, Wali, atau Guru ? atau secara langsung tidak dengan cara tawassul
?
Jawab : Masalah tersebut bersifat tafsil artinya tergantung keadaan, bagi orang awam
seperti kita, apabila berdo’a atau beribadah kepada Allah belum bisa wusul (rukhaninya
kepada Allah), sehingga tidak mempunyai rasa adanya panca indra atau badan yang wujud
ini, maka berdo’a itu lebih utama dengan cara tawassul, bagi orang yang bisa wusul, maa
berdo’a itu lebih utama langsung seperti : Nabi Ibrohim pada waktu dilemparkan kedalam
bara api, juga seperti Siti Aisyah pada waktu dituduh zina dengan sahabat Sofwan Bin
Muaththal Assulami, setelah Siti Aisyah mempunyai perasaan bahwa wujud dirinya itu
terasa wusunya (konsentrasi wusulnya kepada Allah) terasa kurang, maka Siti Aisyah
dengan segera tawassul kepada Nabi SAW, karena syukuran kepadanya. Sebagaimana
Rasulullah SAW telah bersabda : “Tidak bersyukur kepada Allah, barang siapa yang tidak
bersyukur kepada manusia” (HIKAM Juz 2 halaman 87).

ُ ‫َﺎﺣِﻔﯿ‬
– ‫ْﻆ‬ َ ‫ ﯾ‬, ‫ ﯾَﺎَﻗ ِﻮْﯾ ُﻢ‬, ‫َﺎﺣ ِﻤﯿُْﺪ‬
َ ‫ ﯾ‬, ‫َﺎوِﻟ ﱡﻲ‬ ُ ‫َﺎﻣِﺒﯿ‬
َ ‫ ﯾ‬, ‫ْﻦ‬ َ ‫ ﯾ‬, ‫َﺎﻋِﻠْﯿ ُﻢ‬
ُ ‫ ﯾ‬, ُ ‫َﺎﺧِﺒﯿْﺮ‬ َ ‫ ﯾ‬, ‫َﺎﻫ ِﺎد ْي‬ َ ‫ْﺨ ِﻪ ْاﻟ ُﻤ ْﺮ ِﺷِﺪ ﺑــِـﯿ‬
ِ ‫ﺎز ْت ِا ْﺳِﺘ َﻐ َﺎﺛ ُﺔ ْاﻟ ُﻤ ِﺮ ﯾِْﺪ ِﻟ َﺸﯿ‬
َ ‫ َﻫ ْﻞ َﺟ‬: ‫س‬
ْ
‫ﺎﻫ ًﺮا َا ﱠﻣﺎ ِﻓﻰ اﻟ َﺤِﻘْﯿَﻘ ِﺔ َﻓ ِﻬ َﻲ ِاﻟﻰ اﷲِ ؟‬ َ
ِ ‫ْﺐ ُﻋ َﻤ ُﺮ ﻇ‬ ْ ْ ْ
ُ ‫َاﻟ َﻤﻘ‬
َ ‫ﺼ ْﻮُد ﺑــِـ َﻬﺎ َو َﻣ ْﺮ ِﺟ ُﻌ َـﻬﺎ ِا‬
ِ ‫ﻟﻰ اﻟ ِﺤِﺒﯿ‬

ُ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ‬ َ ِ‫ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬ َ ‫ْﻪ – َﻛ َﻤﺎ َﻗ‬ ِ ‫ﻻ َﺷ ﱠﻚ ِﻓـﯿ‬َ ‫ﻘﺎ‬‫ْﺖ َر ُﺳ ْﻮ ِل اﷲِ َو ُﻫ َﻮ َوِﻟ ُﻲ اﷲِ ِﻋْﻨَﺪﻧـَـﺎ َﺣ‬ ِ ‫ْﺐ ُﻋ َﻤ ُﺮ ُﻣـْﻨَﺪ ِر ٌج ِﻓ ْﻲ َا ْﻫ ِﻞ َﺑﯿ‬َ ‫ﻷ ﱠن ْاﻟ َﺤِﺒﯿ‬
َ ‫ﺎز ْت‬
ِ َ ‫ َﺟ‬: ‫ج‬
‫ْﻜ ْﻢ ِﻣْﺜ ُﻞ َﺳِﻔْﯿَﻨ ِﺔ ُﻧ ْﻮ ٍح‬
ُ ‫(ﻣَﺜ ُﻞ َا ْﻫ ِﻞ ﺑَـﯿـْـِﺘ ْﻲ ِﻓﯿ‬
َ ‫ْﺤ ِﻪ‬ِ ‫ﺻ ِﺤﯿ‬
َ ‫ﱠﺎن ِﻓ ْﻲ‬َ ‫ْﻦ ِﺣﺒ‬ َ ‫ُﺮﱡد ُﻣـَﺘ َﻮ ﱢﺳ ٌﻞ ﺑــِـَﻨﺎ‬
ُ ‫)ر َواهُ ِاﺑ‬ َ‫ﻻ ﯾ‬ َ ‫ َﺗ َﻮ ﱠﺳﻠُ ْﻮا ﺑـــِـ ْﻲ َوِﺑَﺄ ْﻫ ِﻞ ﺑَـﯿْـِﺘ ْﻲ َﻓﺈﱠﻧﻪ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ ْﻢ‬
ِ ِ ‫َﻋَﻠﯿ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎو َﻣ ْﻦ َﺗﺨَـﻠ َﻒ َﻋْﻨ َﻬﺎ َﻏ ِﺮ َق‬ َ ‫ ِﻓ ْﻲ َﻗ ْﻮ ِﻣﻪ َﻣ ْﻦ َر ِﻛ َﺐ ﻧـَـ َﺠ‬.

Soal : Bolehkah memanggil gurunya dengan ucapan Yaa hadii, yaa ‘aliim, yaa khobiir,
yaa mubiin, yaa waliy, yaa hamiid, yaa qowiim, yaa hafiidz ? yag dimaksud guru disini
adalah Habib Umar, dalam ucapannya, adapun hakekatnya adalah memohon kepada Allah
SWT ?
Jawab : Boleh, karena Habib Umar termasuk ahli bait Rasulullah SAW da waliyullah
(pendapat kami), sebagaimana Rasulullah SAW telah bersabda : “bertawassullah kamu
sekalian dengan ku dan dengan keluargaku, sesungguhnya tidak akan ditolak orang yang
bertawasssul dengan kami. (H.R. IBNU HIBBAN dalam shohihnya). Begitu pula IMAM
HAKIM meriwayatkan dari Sahabat Abu Dzarrin, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Ahli
Baitku bagimu laksana kapalnya Nabi Nuh AS. bagi kaumnya, orang yang mengikuti
kebaikan akan selamat dan oang yang tida mengikuti dalam kebaikan akan tenggelam”.

‫َﺸ َﻬُﺪ ْو َن َا ﻧــﱠﻪ ُﻗ ْﻄ ُﺐ‬ ُ ‫َﻜ ْﻮ ُن ِاﻻﱠ ِﻣْﻨ ُﻬ ْﻢ – َو ُﻣ ِﺮ ﯾـْـُﺪ ْاﻟ َﺤِﺒﯿ‬
ْ ‫ْﺐ ُﻋ َﻤ ُﺮ ﯾ‬ ُ‫ﻻ ﯾ‬َ ‫ﺎن‬ ‫ُﱢ‬
ٍ ‫َﺎء ِﻓ ْﻲ ﻛﻞ َز َﻣ‬ ِ ‫ﻷ ْوِﻟﯿ‬َ ‫ﺎل ْاﻟ ُﻤـَﻨﺎو ْي َوﻟِـ َﻬَﺬا َذ َﻫ َﺐ َﺟ ْﻤ ٌﻊ ِاﻟﻰ َا ﱠن ُﻗ ْﻄ َﺐ ْا‬
ِ
َ ‫َﻗ‬
‫ْﺐ‬ ُ ‫ َو ْاﻟ َﺤِﺒﯿ‬. ‫ْﺨ ِﻪ ْاﻟ ُﻤ ْﺮ ِﺷِﺪ ُﺗ َﺴ ّﻤﻰ َراﺑــِـ َﻄ ًﺔ‬
ِ ‫ﻹ ْﺳِﺘ َﻐ َﺎﺛ ِﺔ ْاﻟ ُﻤ ِﺮ ﯾِْﺪ ِﻟ َﺸﯿ‬ ْ َ ‫ال َﻋﻠﻰ ِاﺑ‬
ِ ‫َﺎﺣ ِﺔ ا‬
‫ﻫﺬا ْاﻟ َﺤِﺪ ﯾـْـ ُﺚ َد ﱞ‬ َ ‫ َو‬- ‫ْﻪ‬ ِ ‫ﻻ َﺷ ﱠﻚ ِﻓـﯿ‬
َ ‫ﻫﺬا‬ َ ‫َﺎء ِﻓ ْﻲ َز َﻣﺎِﻧَﻨﺎ‬ َ ‫ْا‬
ِ ‫ﻷ ْوِﻟﯿ‬
ُ
ِ‫ﺎل َر ُﺳ ْﻮل اﷲ‬ َ ‫ﻼ ِث َﻛ َﻤﺎ َﻗ‬ ‫ﱠ‬ ُ
َ ‫ﺎﻣﺔ ِﺑ َﻤ ْﺠ ُﻤ ْﻮع ذِﻟ َﻚ اﻟـﺜ‬ ُ ْ
‫ﺎﻻ – َواﻟ ِﻮ َر َاﺛﺔ اﻟـﱠﺘ ﱠ‬ ً ‫ﻼ َو َﺣ‬ً ‫ﻻ َوِﻓ ْﻌ‬ ‫ﱠ‬
ً ‫ْﻪ َو َﺳﻠ َﻢ َﻗ ْﻮ‬ ُ
ِ ‫ﺻﻠﻰ اﷲ َﻋَﻠﯿ‬ ‫ﱠ‬ ْ
َ ُ‫َﻌِﺪ َا ْﻫ ِﻞ اﻟ ِﻜ َﺮ ِام َو َارﺛـُـ ْﻮه‬
ْ ‫ُﻋ َﻤ ُﺮ ِﻣ ْﻦ ﺑ‬
ٍ
َ ُ َ َ َ َ َ
‫اﺟ ٌﺐ ﻻ َﻣ َﺤﺎﻟﺔ ِﻷ ﻧــﱠ ُﻬ ْﻢ ا ْﻫﻞ ﱠ‬ َ ُ ْ َ َ ْ ْ َ ُ َ ‫ﱠ‬ ْ َ ُ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠﯿ‬
َ
‫اﻟﺼﻔﺎ َو‬ ِ ‫ﺎرْﯾﻘﺔ اﻓ َﻌﺎِﻟ ْﻲ َواﻟ َﺤِﻘْﯿﻘ ِﺔ ا ْﺣ َﻮاِﻟ ْﻲ َو اﻟ َﻤ َﺤﺒﱠﺔ ِﻷ ْﻫ ِﻞ اﷲِ َو‬ ِ ‫ اﻟﺸ ِﺮ ﯾ َْﻌﺔ اﻗ َﻮاِﻟ ْﻲ َواﻟﻄ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠ َﻢ‬ َ
ُ
‫ﺎرﻫ ْﻢ‬ َ
َ ‫َﻊ اﺛ‬ ‫ﱠ‬ ْ ْ َ ْ
َ ‫ اﻟ َﻮﻓﺎﺑَﻞ ِﻟ َﻤﻦ ِاﺗﺒ‬.

IMAM MUNAWY berkata : karena ini berpendapatlah para ulama : sesungguhnya kutubul
auliya, dalam setiap masa itu terdiri dari mereka ahli bait Nabi, dan murid-murid Al-Habib
Umar, termasukkutubul auliya dizaman kita, dan hadits-hadits ini menunjukkan tentang
bolehnya seseorang murid minta tolong kepada seorang guru dan hal itu dinamakan
robithoh artinya ikatan hati murid dengan gurunya. Dan Habib Umar adalah orang yang
mulia, lagi pula dzurriyat Rasulullah SAW, dan ahli warisnya dalam ucapan, perbuatan, dan
keadaannya. Dan warisan yang paling sempurna adalah tiga : ucapan, perbuatan
(kelakuan), dan i’tikad (kata hati) sebagaimana Rasulullah SAW telah bersabda : “Syari’at
adalah ucapanku, Thoriqot adalah perbuatanku, Hakekat adalah keadaanku. Dan mencintai
Ahlullah adalah wajib, sebab merekalah orang yang tergolong ahlushshafa wal wafaa (orang
yang bersih dan mengabdikan diri kepada Allah) bahkan bagi orang yang mengikuti jejak
langkah mereka (ahlushshafaa wal wafaa).

‫ْﺐ ُﻋ َﻤ ُﺮ ِﻣ ْﻦ‬ ُ ‫ َو ْاﻟ َﺤِﺒﯿ‬- َ‫ُﻜ ِﺮ ُم اﷲ‬ ْ ‫ُﻜﺮ ُم اﷲَ َﻓﺈﻧـﱠـ َﻤﺎ ﯾ‬
ِ
ْ َْ َ َ
ِ ‫ُﺤ ﱡﺐ اﷲ ﻓِﺈﻧـﱠـ َﻤﺎ ا َﺣ ﱠﺐ اﷲ – َو َﻣ ْﻦ اﻛ َﺮ َم َﻣ ْﻦ ﯾ‬
ََ ِ ‫ﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨ ُﻪ َﻣ ْﻦ َا َﺣ ﱠﺐ َﻣ ْﻦ ﯾ‬ ِ ‫َﺎن َر‬ُ ‫ﺎل ُﺳْﻔﯿ‬َ ‫َوَﻗ‬
‫ﱠ‬ ُ ‫ﱠ‬
‫ َﻣ ْﻦ ال ُﻣ َﺤ ﱠﻤٍﺪ َاﻟِﺬ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠ َﻢ‬ َ ُ
ِ ‫ﺻﻠﻰ اﷲ َﻋﻠﯿ‬ ‫ﱠ‬ َ ُ
َ ِ‫ﺿ َﻲ اﷲ َﻋْﻨ ُﻪ ِﻗـﯿْﻞ ِﻟ َﺮ ُﺳ ْﻮ ِل اﷲ‬ ِ ‫ْﻞ َﻋ ْﻦ َﺳﯿِﱢﺪﻧـَـﺎ ُﻋ َﻤ َﺮ َر‬ َ
ٍ ‫ْﺚ ﻃ ِﻮﯾ‬ ْ
ٍ ‫اﻟﺼَﻔﺎ َواﻟ َﻮَﻓﺎ – َوِﻓ ْﻲ َﺣِﺪ ﯾ‬ ‫ُﺟ ْﻤَﻠ ِﺔ َا ْﻫ ِﻞ ﱠ‬
‫َﺎء‬
ِ ‫ﻸ ْوِﻟﯿ‬َ ‫ﺎﻋَﺪ ِة ِﻟ‬ِ ‫ ﯾَﺎ ِا ْﺧ َﻮاِﻧ ْﻲ ِا ْﺳَﺘْﻔ ِﻬ ُﻤ ْﻮا ﺑـِـ ْﺎﻟَﻘ‬: ‫ﺺ‬ َ ‫اﻟﺼَﻔﺎ َو ْاﻟ َﻮَﻓﺎ َﻣ ْﻦ َاﻣ َﻦ ِﺑ ْﻲ َوَا ْﺧَﻠ‬
‫ﺎل َا ْﻫ ُﻞ ﱠ‬ َ ‫ُﺮ ْور ﺑـِـــﻬ ْﻢ َﻓَﻘ‬ ْ ْ ُ َ‫ﯾ‬
ِ ِ ُ ‫ﱢـﻬ ْﻢ َوِاﻛ َﺮ ِاﻣ ِﻬ ْﻢ َو اﻟﺒ‬
ِ ‫ْﻦ ا ِﻣ ْﺮﻧَـﺎ ﺑــِـ ُﺤـﺒ‬
‫ﺎ َﻓَﻘ ْﺪ َاذ ﻧـْـُﺘﻪ ِﺑ ْﺎﻟ َﺤ ْﺮ ِب‬‫ْﺚ ْاﻟُﻘ ْﺪ ِﺳ ﱢﻲ َﻣ ْﻦ َﻋﺎدى ِﻟ ْﻲ َوِﻟﯿ‬ ِ ‫ﻼ َﺗ ُﻜ ْﻮُﻧ ْﻮا ُﻣـْﻨَﺪ ِر ًﺟﺎ ِﻓﻰ ْاﻟ َﺤِﺪ ﯾ‬
‫ ِﻟــﺌــَـ ﱠ‬.

IMAM SUFYAN berkata : Sesungguhnya orang yang cinta kepada orang yang mencintai
Allah, berarti orang tersebut mencintai Allah, dan orang yang memuliakan erhadap orang
yang memuliakan Allah, berarti orang tersebut memuliakan Allah. Dan sebuah Hadits yang
panjang dari Sayyidina Umar r.a. Bahwa Rasulullah SAW ditanya : Siapakah aalu (Keluarga)
Muhammad yang harus kami cintai dan harus kami muliakan ? dan kami diperintah untuk
berbuat baik kepada mereka ?. Maka berkata ahlush shafaa wal wafaa : yang beriman
kepadaku dan ikhlas. Hai saudara-saudaraku fahamilah hadits-hadits auliya, agar kalian
tidak termasuk golongan yang dikecam oleh Allah. Dialam hadits Qudsi diterangkan :
Barang siapa memusuhi kekasihku, maka kami memberitahu kepadanya dengan perang.

َ ‫َﺠ ْﻮ ُز ِﻟْﻠ ُﻤ ِﺮ ﯾِْﺪ َا ْن ﯾ َْﺪ ُﻋ ْﻮا َﺷﯿ‬


‫ْﺨﻪ َﺧِﻠْﯿَﻔ َﺔ َر ُﺳ ْﻮ ِل اﷲِ ؟‬ ُ ‫ َﻫ ْﻞ ﯾ‬: ‫س‬

‫ُـﻌﻠﱢ ُﻤ َـﻬﺎ‬
َ ‫ َﻋﻠﻰ ُﺧﻠَُﻔﺎِﺋ ْﻲ َر ْﺣ َﻤ ُﺔ اﷲِ َو ﯾ‬: ٨٣ ‫َﺎء ص‬ َ ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ِﻓﻰ ْا‬
ِ ‫ﻷذ ِْﻛﯿ‬ ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ِ‫ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬ َ ‫ َﻛ َﻤﺎ َﻗ‬, ‫َﺠ ْﻮ ُز‬
ُ ‫ ﻧـَـ َﻌ ْﻢ ﯾ‬: ‫ج‬
‫اﻟﺮ ُﺳ ْﻮ ِل‬ َ ‫ﱠ‬
‫ُﺤِﯿ ْﻲ ُﺳﻨﺔ ﱠ‬ َ ْ ُ َ
ْ ‫ َو َﺳﯿِﱢﺪ ْي ﺷﯿْﺨـَﻨﺎ اﻟ ُﻤﻜ ﱠﺮ ْم ِﻣ ﱠﻤ ْﻦ ﯾ‬, ِ‫َﺎد اﷲ‬ ‫ﱢ‬
َ ‫ُﻌﻠ ُﻤ ْﻮﻧـَـ َﻬﺎ ِﻋﺒ‬ ‫ﱠ‬
َ ‫ُﻮ َن ُﺳـﻨِﺘ ْﻲ َو ﯾ‬ ْ ‫ُﺤﯿ‬
ْ ‫ْﻦ ﯾ‬ ‫ﱠ‬
َ ‫ اﻟِﺬ ﯾ‬: ‫ْﻞ َو َﻣ ْﻦ ُﺧَﻠَﻔﺎءُك ؟ ﻗﺎل‬
َ َ َ َ َ ‫ ِﻗـﯿ‬,
َ ‫ْﻦ ِﻟ َﻤ ْﻦ َﺷ‬ ‫َﻤﺎ ُﻫ َﻮ ﯾ َ ﱢ ﱠ‬ َ - ‫اﻟﺰﻣَـﺎن‬ ‫ﻫﺬا ﱠ‬ َ ‫ﺻ ْﺮ ًﺣﺎ ِﻓ ْﻲ‬ َ ‫ُﻌﻠﱢ ُﻤ َـﻬﺎ ِﻋﺒ‬
‫ﺎء‬ ِ ‫ُﻌﻠ ُﻢ اﻟﺸ َـﻬ َﺎد ﺗـَـﯿ‬ َ ‫ﻻ ِﺳﯿ‬ ِ َ ِ‫َﺎد اﷲ‬ َ ‫ َو ﯾ‬.

Soal : Bolehkah murid berdo’a (Tawassul) kepada gurunya dengan mengucapkan


ucapan khalifatu Rasulillah ?
Jawab : Ya boleh, seperti Sabda Rasulullah SAW yang tertera dalam Syarah Azkiya
halaman 83 : “Rakhmat Allah mudah-mudahan tetap atas khalifahku”. Sebagian sahabat
bertanya : “Siapakah khalifah-khalifahmu ya Rasulullah ?”. Nabi SAW menjawab :
“Khalifah-khalifahku dalah orang-orang yang menghidupkan dan mengamalkan
sunnah-sunnahku dan mengajarkan kepada hamba-hamba Allah”. Sedangkan guru kita
yang mulia (Al-Habib Umar Bin Isma’il Bin Yahya) sebagian dari orang yang menghidupkan,
mengamalkan dan mengajarkan kepada hamba Allah akan sunnah-sunnah Rasul yang tidak
diamalkan oleh umat Islam masa sekarang ini terutama mengajarkan dua kalimat syahadat.

َ ‫ﺎل ِا ْﺳﻢ ِﻣ ْﻦ َا ْﺳ َﻤﺎِﺋﻪ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ َاْﻟ ُﺤ ْﺴﻨﻰ‬


‫ﻷ َﺣٍﺪ ؟‬ ُ ‫َﺠ ْﻮ ُز ِا ِْﺳ ْﻌ َﻤ‬
ُ ‫ َﻫ ْﻞ ﯾ‬: ‫س‬
ِ ٍ

ِ ‫ْﻪ َﻛ َﻤﺎ اُ ْﻃِﻠَﻘ ْﺔ َﻋَﻠﯿ‬


‫ْﻪ‬ ِ ‫ﺻًﻔﺎ َواُ ْﻃِﻠَﻘ ْﺖ َﻋَﻠﯿ‬َ ‫ ِإ ﱠن اﷲَ َا ْﻋﻄﻰ ْاﻟ َﻌﺒَْﺪ َا ْو‬: ٤ ‫ْﻖ ص‬ ‫ﱠ‬
ِ ‫اﻟـﺘ ْﻮِﻓﯿ‬ ‫َﺠ ْﻮ ُز َﻛ َﻤﺎ ُﻫ َﻮ َﻣ ْﻜُﺘ ْﻮ ٌب ِﻓ ْﻲ ُﺳَﻠ ِﻢ‬
ُ ‫ ﻧـَـ َﻌ ْﻢ ﯾ‬: ‫ج‬
‫َﺎر ْي َﺗ َﻌﺎﻟﻰ ِﻓ ْﻲ ْاﻟ َﺤِﻘْﯿَﻘ ِﺔ‬ ْ ِ ‫ﺼَﻔ‬
ِ ‫ﺎت اﻟﺒ‬ ِ ‫ِﻟْﻠ َﻌﺒِْﺪ َﻛ ْﺎﻟ َﻌﺎِﻟ ِﻢ َو ْاﻟ َﺤ ﱢﻲ َﻟ ِﻜﱠﻨ َـﻬﺎ ُﻣـﺒَﺎﯾــِـَﻨ ٌﺔ ُﻣ َﻐﺎﯾــِـ َﺮةٌ ِﻟ‬ ً‫ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ َﺗ ْﺸﺮ ﯾـْـﻔﺎ‬.
ِ

Soal : Bolehkah memakai asma’ul husna (nama) dari Asma Allah untuk seseorang ?
Jawab : Ya Boleh sebagaimana dijelaskan dalam kitab Sulam Taufiq halaman 4 : Allah
SWT telah memberikan kepada hamba-Nya (Adam AS.) beberapa sifat dan digunakan
sebagai nama. Digunakannya nama itu bagi Allah SWT adalah sebagai penghormatan
kepada hamba itu. Misalnya aku hidup …… dan sebagainya, akan tetapi jelas berbeda
dengan sifat Allah SWT pada hakekatnya.

‫َﺠ ْﻮ ُز ﱢ‬
ُ ‫اﻟﺬ ْﻛ ُﺮ ﺑــِـِﻘﯿ‬ ُ ‫ َﻫ ْﻞ ﯾ‬: ‫س‬
ِ ‫َﺎم َوﻗ ُﻌ ْﻮٍد َو َﻏﯿ‬
‫ْﺮ ِﻫ َﻤﺎ ؟‬ ٍ

‫ْﻞ َواﻟـﱠﺘ ْﺤ ِﻤﯿِْﺪ‬ َ ‫اﻟﺬ ْﻛ ِﺮ َﻏﯿ‬‫ﻀﯿَْﻠ َﺔ ﱢ‬ِ ‫ﺼﻪ ِا ْﻋَﻠ ْﻢ َا ﱠن َﻓ‬ َ َْ ْ


ِ ‫ْﺢ َو اﻟـﱠﺘ ْﻬِﻠﯿ‬ ‫ﱠ‬
ِ ‫ﺼ َﺮ ٍة ِﻓﻰ اﻟـﺘ ْﺴِﺒﯿ‬ ِ ‫ْﺮ ُﻣـْﻨ َﺤ‬ ‫ َﻣﺎ ﻧـَـ ﱡ‬: ٧ ‫ﺎر ص‬ َ ُ ُ ‫ ﻧـَـ َﻌ ْﻢ ﯾ‬: ‫ج‬
ِ ‫َﺠ ْﻮز ﻛ َﻤﺎ ِﻓﻰ اﻷذﻛ‬
ُ
‫ﺿ َﻲ اﷲ َﻋـْﻨ ُﻪ‬ ِ ‫ْﺮ َر‬ َ َ
ُ ‫ َﻛﺬا َﻗﺎﻟﻪ َﺳ ِﻌﯿُْﺪ اﺑ‬. ‫ـﻮ ذ ِاﻛ ُﺮ اﷲِ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ‬ َ َ ‫ﺎﻋ ٍﺔ َﻓ ُﻬ‬ َ ‫ﱡ‬ ُ ْ
َ ‫ْﺮ َو ﻧـَـ ْﺤ ِﻮ َﻫﺎ ﺑَﻞ ﻛﻞ َﻋ ِﺎﻣ ٍﻞ ِﷲِ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ ﺑـِـﻄ‬ ْ‫ﱠ‬
ٍ ‫ْﻦ ُﺟــَﺒﯿ‬ ِ ‫َواﻟـﺘﻜِﺒﯿ‬
‫ات َا َﻋﱠﺪ اﷲُ َﻟ ُﻬ ْﻢ َﻣ ْﻐِﻔ َﺮ ًة َوَا ْﺟ ًﺮا‬ ‫ْﺮا َو ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺬ ِاﻛ َﺮ‬ ً ‫ْﻦ اﷲَ َﻛِﺜﯿ‬ ‫ َو ﱠ‬: ‫ْﻦ َﻋﺒﱠﺎس ِﻓﻰ َﺗْﻔ ِﺴﯿْﺮ َﻗ ْﻮِﻟﻪ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ‬
َ ‫اﻟﺬ ِاﻛ ِﺮ ﯾ‬ ِ ٍ ُ ‫ﺎل ِاﺑ‬َ ‫ َوَﻗ‬. ‫ﺎء‬ِ ‫ْﺮه ِﻣ َﻦ ْاﻟ ُﻌَﻠ َﻤ‬ ُ ‫َو َﻏﯿ‬
ْ‫اح ِﻣﻦ‬ َ ً َ ‫ﱠ‬ ُ ْ َ َ َ ‫ﱠ‬ ُ َ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ُ ُ َ
َ ‫ﺎ َو ُﻣﻀﻄ ِﺠ ًﻌﺎ َوﻛﻠ َﻤﺎ ِا ْﺳﺘْﯿﻘﻆ ِﻣﻦ ﻧـَـ ْﻮ ِﻣﻪ َوﻛﻠ َﻤﺎ ﻏﺪا ا ْو َر‬‫وا َو َﻋ ِﺸﯿ‬ ‫ات َوﻏﺪ‬ ِ ‫اﻟﺼﻠ َﻮ‬ ‫َﺎر ﱠ‬ ِ ‫ اﻟــْـ ُﻤ َﺮاد ﯾَﺬ ْﻛ ُﺮ ْو َن اﷲ ِﻓﻰ اد ﺑ‬. ‫َﻋ ِﻈـﯿ ًْﻤﺎ‬
‫ﻀ َﻄ ِﺠ ًﻌﺎ‬ ْ ‫ات َﺣـّﺘﻰ ﯾَﺬ ُْﻛ ُﺮ َﻗﺎِﺋ ًﻤﺎ َوَﻗﺎِﺋًﺪا َو ُﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫اﻛ‬
ِ َِ َ ِ ‫ﱠ‬
‫اﻟﺬ‬ ‫و‬ ‫ا‬‫ْﺮ‬
ً ‫ﯿ‬‫ﺜ‬‫ﻛ‬َ َ
‫اﷲ‬ َ
‫ْﻦ‬ ‫ﯾ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻛ‬ ‫ﱠ‬
‫اﻟﺬ‬ ‫ﻦ‬َ ‫ﻣ‬ِ ْ ‫ن‬ ُ ‫ﻮ‬ ُ
‫َﻜ‬ ‫ﯾ‬ َ
‫ﻻ‬ ‫ﺪ‬ٌ‫ﺎﻫ‬ِ َ ‫ﺎل‬
‫ﺠ‬‫ﻣ‬ُ َ ‫ َوَﻗ‬. ‫ﷲ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ‬ِ ‫ َﻣْﻨ ِﺰ ِﻟﻪ ِذ ْﻛ ُﺮ ا‬.
ِِ

Soal : Apakah boleh berdzikir sambil berdiri, sambil duduk dan lainnya ?
Jawab : Ya, boleh, Berdzikir dalam posisi apapun kecuali seperti pada waktu buang air
besar, maksiyat, seperti diterangkan dalam kitab ADZKAR halaman 7, demikian : “ketahuilah
bahwa keutamaan dzikir itu tidak di khususkan pada ucapan tasbih, tahmid, takbir, dan
semacamnya. Bahkan setiap orang beramal karena Allah dengan taat,itu termasuk orang
yang dzikir kepada Allah. Begitu pula dikatakan oleh Said Bin Jabir r.a. dan yang lainnya
yakni dari para ulama berkata Ibnu Abbas dalam menafsirkan firman Allah : Yang dimaksud
adalah mereka yang berdzikir kepada Allah , setelah melaksanakan shalat, pada waktu pagi,
waktu sore, berdzikr sambil tiduran, dan setiap bangun dari tidurnya, dan tiap-tiap berangkat
pagi atau pulang sore ke rumahnya, maka dia berdzikir kepada Allah. Berkata Imam Mujahid
: “Tidak termasuk orang yang banyak berdzikir kepada Allah, kecuali dia berdzikir sambil
berdiri, duduk, dan tiduran.

‫ْﻦ‬ِ ‫ﺻِﻔ َﻬﺎِﻧ ْﻲ ﺑــِـ َﺴَﻨِﺪه َﻋ ْﻦ َﻋِﻠ ﱟﻲ ِاﺑ‬ ْ‫ﻻ‬َ ‫ْﻦ َﻋـﺒِْﺪ اﷲِ ْا‬ ُ ‫ُﻮ ﻧـَـ ِﻌﯿْﻢ َا ْﺣ َﻤُﺪ اﺑ‬
ٍ ْ ‫ﺼﻪ َو َر ِو َي ْاﻟ َﺤﺎِﻓ ُﻆ َاﺑ‬ ‫ َﻣﺎ ﻧـَـ ﱡ‬٢٥٩ ‫ْﻞ ص‬ ْ َ
ِ ‫ﻓﻲ ْ ﻓـَﺘ‬
ِ ‫ﺎو ْي اﻟﺨَـِﻠﯿ‬ ِ ‫َو‬
‫َﻮ ِم‬
ْ ‫ﯿ‬ ْ
‫اﻟ‬ ‫ﻰ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺮ‬
ِ َُ ‫ﺠ‬ ‫ﱠ‬
‫اﻟﺸ‬ ُ
‫ْﺪ‬‫ﯿ‬ ‫ﻤ‬ َ
‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬
ِ َ ْ َ‫ﻤ‬‫ﻛ‬َ ‫ا‬‫و‬ ُ
‫ﺎد‬‫ﻣ‬ َ
‫اﷲ‬ ‫ا‬‫و‬ْ ‫ﺮ‬
ُ َ
‫ﻛ‬ َ
‫ذ‬ ‫ا‬‫ذ‬َ‫ا‬ ‫ا‬‫ﻮ‬
ِ ُْ ‫ـ‬‫ﺎﻧـ‬ ‫ﻛ‬َ : َ
‫ﺎل‬ َ
‫ﻘ‬‫ﻓ‬َ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬ً ‫َﻮ‬
ْ ‫ﯾ‬ َ
‫َﺔ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬ ‫اﻟﺼ‬
َ ‫ﱠ‬ ‫ﻒ‬َ ‫ﺻ‬ ‫و‬
َ َ ‫ﱠ‬ ‫ﻪ‬‫ـ‬‫ﻧــ‬‫ا‬َ ُ
‫ﻪ‬ ْ
‫ﻨ‬ ‫ـ‬‫ﻋ‬َ ُ
‫اﷲ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺿ‬ ‫ر‬ ‫ﺐ‬
َ ِ َ ٍِ ‫ﻟ‬‫ﺎ‬ ‫ﻃ‬َ ْ ِ ‫َا‬
‫ﻲ‬ ‫ـ‬‫ﺑــ‬
‫ﱠ‬
ِ ‫ْﺢ َو َﺟ َﺮ ْت ُد ُﻣ ْﻮ ُﻋ ُﻬ ْﻢ َﻋﻠﻰ ِﺛـﯿَﺎﺑــِـ‬
‫ــﻬ ْﻢ‬ ‫ اﻟﺸِﺪ ﯾـْـِﺪ ﱢ‬.
ِ ‫اﻟﺮ ﯾ‬

Dan tersebut dalam kitab FATAWY AL-KHALILI halaman 259 sebagai berikut :
meriwayatkan Imam Khafidz Abu Na’im dengan Sanadnya dari sahabat Ali Bin Abi Thalib,
bahwa beliau pada suatu hari menerangkan keadaan para sahabat, mereka berdzikir
kepada Allah SWT, maka mereka bergerak-gerak, seperti gerakannya pohon yang diterpa
oleh hembusan angin besar, dan mereka berdzikir sambil menangis, air matanya
membasahi pakaiannya.

‫ْﺮ‬ُ ‫اﻟﺮ ُﺟ َﻞ َﻏﯿ‬ ‫ﻫﺬا َا ﱠن ﱠ‬ َ ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﯾَﺬ ُﻛ ُﺮ اﷲَ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ ِﻓ ْﻲ ُﻛ ﱢﻞ َا ْﺣﯿَﺎِﻧﻪ َﻓ َﻌﻠﻰ‬ ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ‫ﺎن اﻟﱠﻨِﺒ ﱡﻲ‬ َ ‫ﺿ َﻲ اﷲُ َﻋـْﻨ َﻬﺎ َﻛ‬ ِ ‫َوَﻗ َﺎﻟ ْﺖ َﻋﺎِﺋ َﺸ ُﺔ َر‬
ْ
‫اﻟﺼﻠﻮ َة‬ ‫ﻀْﯿُﺘ ُﻢ ﱠ‬ َ ‫ َﻓِﺎَذا َﻗ‬: ١٠٣ ‫ﺎء‬ ِ ‫ﻓﻲ ْ ُﺳ ْﻮ َر ِة اﻟـﱢﻨ َﺴ‬ َ ََ ْ‫ﱢ‬ ُ ْ ُ ْ ُ ُ َ ‫اﺧٍﺬ ﺑــِـ َﻤﺎ ﯾـَــَﺘ‬ َ ‫ُﻣ َﺆ‬
ِ ‫ َوﻗﺎل ﺗ َﻌﺎﻟﻰ‬- ْ ‫ــﺤ ﱠﺮك َوﯾـَـﻘ ْﻮ ُم َوﯾـَـﻘ ُﻌﺪ َو ﯾـَـﻠﺒَﺚ ِﻓﻰ اﻟﺬﻛ ِﺮ‬
‫ْﻦ ِﻛَﺘﺎﺑًﺎ‬ َ ‫اﻟﺼﻠﻮ َة َﻛﺎﻧـَـ ْﺖ َﻋﻠﻰ ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣِﻨﯿ‬ ‫اﻟﺼﻠﻮ َة إِ ﱠن ﱠ‬ ‫ْﻤ ْﻮا ﱠ‬ ُ ‫َﺎﻣﺎ ﱠوُﻗ ُﻌ ْﻮًدا ﱠو َﻋﻠﻰ ُﺟُﻨ ْﻮﺑــِـ ُـﻜ ْﻢ ﺟـ َﻓِﺈَذا ِا ْﻃ َﻤﺄ ﻧـَـْﻨـُﺘ ْﻢ َﻓَﺄِﻗـﯿ‬ ً ‫َﻓﺎذ ُْﻛ ُﺮ ْوا اﷲَ ِﻗﯿ‬
ُ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ َ ‫اﺧِﺘ‬
ْ ‫ﻻ ْرض َو‬ َ ْ ِ ‫اﻟﺴ‬ ْ
‫ ِإ ﱠن ِﻓ ْﻲ َﺧﻠ ِﻖ ﱠ‬: ١٩١ – ١٩٠ : ‫ال ِﻋ ْﻤ َﺮ َان‬ ِ ‫ َوِﻓـﯿ‬. ‫َﻣ ْﻮُﻗ ْﻮًﺗﺎ‬
ً ‫ْﻪ َاﯾ‬
‫ﻻﯾﺖ ِﻷِﻟﻰ‬ ٍ ‫ﺎر‬
ِ ‫ْﻞ َواﻟـﻨ َـﻬ‬ ِ ‫ﻼ ِف اﻟﻠﯿ‬ ِ ‫ﻤﻮت َوا‬ ِ ‫ْﻀﺎ ِﻣ ْﻦ‬
ْ َ
‫ﺿﺠـ َر ﺑـﱠــَﻨﺎ َﻣﺎ َﺧﻠﻘ َﺖ‬ َ ْ
ِ ‫ﻤﻮت َواﻷ ْر‬ ِ ‫اﻟﺴ‬ ْ ‫ﱠ‬ َ
‫َﺎﻣﺎ ﱠوﻗ ُﻌ ْﻮًدا ﱠو َﻋﻠﻰ ُﺟﻨـُ ْﻮﺑــِـ ِﻬ ْﻢ َو َﯾَﺘﻔﻜ ُﺮ ْو َن ِﻓ ْﻲ َﺧﻠ ِﻖ ﱠ‬ ُ َ ُ
ً ‫ْﻦ ﯾَﺬ ْﻛ ُﺮ ْو َن اﷲ ِﻗﯿ‬ َ ‫ َاﻟﱠِﺬ ﯾ‬- ‫َﺎب‬ َْ ْ
ِ ‫اﻷﻟﺒ‬
‫ﺿ ِﻄ َﺮاب َو ْﻗ َﺖ ﱢ‬
‫اﻟﺬ ْﻛ ِﺮ‬ ْ‫ﻹ‬ ْ ‫ﱠ‬ ْ ‫ْﻦ َﺗ‬ ْ ‫ َوِﻓ ْﻲ َﻫﺎ َﺗـﯿ‬. ‫اب اﻟـﱠﻨﺎر‬ َ ‫ْﺤﺎﻧـَـ َﻚ َﻓِﻘَﻨﺎ َﻋَﺬ‬ ً ‫َﺎﻃ‬ َ
ِ ِ ‫ـﺢ ﺑــِـ ُﻮ ُﺟ ْﻮِد اﻟـﺘ َﺤ ﱡﺮ ِك َو ا‬
ٌ ‫ﺼﺮ ﯾــْـ‬ ِ ‫ْﻦ اﻷﯾـَـَﺘـﯿ‬ ِ ِ َ ‫ﻼ ﺟـ ُﺳـﺒ‬ ِ ‫ﻫﺬا ﺑ‬
‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ‫ﺎع ِاﻻﱠ َﻣ َﻊ اﻟﱠﺘ َﺤ ﱡﺮ ِك َﻛَﺘ َﺤ ﱡﺮ ِﻛ ِﻬ ْﻢ ِﻓﻰ ْاﻟِﻘﯿَﺎم ِﻋْﻨَﺪ ِذ ْﻛﺮ و‬
َ ‫ﻻَد ِة اﻟﱠﻨِﺒ ﱢﻲ‬ ِ ِ ِ
ُ ‫ﺿ ِﻄ َﺠ‬ ْ‫ﻹ‬ ْ ُْ ْ
ِ ‫ُﻮ َﺟُﺪ اﻟِﻘﯿَﺎ ُم َواﻟﻘ ُﻌ ْﻮُد َوا‬ْ‫ﻻ ﯾ‬ َ ْ ‫ِاذ‬.

Dan berkata Siti Aisyah r.a. Bahwa Nabi SAW berdzikir kepada Allah SWT., dalam seluruh
waktunya. Kesimpulan dari hadits ini bahwa orang tidak bisa disalahkan berdzikir dengan
gerakannya atau sambil duduk, sambil berdiri, atau tenang (tidak bergerak-gerak). Dan
Firman Allah SWT dalam surat AN-NISA’ ayat 103 dijelaskan : “Apabil kamu telah selesai
mengerjakan shalat hendaklah kamu ingat kepada Allah (berdzikir kepada Allah), dengan
berdiri, begerak dan berbaring. Apabila kamu telah aman (tenang) maka dirikanlah shalat
sebaik-baiknya. Sesungguhnya shalat itu diperlukan atas orang-orang mukmin pada
waktunya (shalat itu diwajibkan atas semua orang mukmin)”. Dan didalam surat ALI-IMRAN
ayat 190-191 : “Sesungguhnya tentang kejadian langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang menjadi tanda atas kekuasaan Allah SWT bagi orang-orang yang berakal yaitu
orang-orang yang mengingat Allah (berdzikir kepada Allah) ketika berdiri, duduk, dan saat
berbaring. Dan mereka memikirkan kejadian langit dan bumi sambil berkata : Ya tuhan kami,
bukankah engkau jadikan ini dengan percuma (sia-sia). Maha suci engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka”. Dalam dua ayat ini ada penjelasan dengan adanya
gerakan-gerakan pada waktu berdzikir. Karena berdiri, duduk dan berbaring, itu merupakan
gerakan seperti gerakannya mereka yang berdiri ketika mendengarkan cerita kelahiran Nabi
Muhammad SAW.

‫ﺻُﻔ ْﻮًﻓﺎ َا ْو‬ ُ ‫َﺎﻣﺎ‬ً ‫ ِﻗﯿ‬# ‫ﺎﻋﻪ‬ ِ ‫اف ِﻋْﻨَﺪ َﺳ َﻤ‬ ُ ‫ﻻ ْﺷ َﺮ‬ َ ‫ﺾ ْا‬ َ ‫ َوَا ْن َﺗـْﻨ َﻬ‬: ‫ﺼﻪ‬ ‫ َﻣﺎ ﻧـَـ ﱡ‬٩١ ‫ َوِﻓ ْﻲ َﻓ ْﺸِﻨ ْﻲ ص‬٥١ ‫اﻟﺼ ُﻌ ْﻮِد ص‬ ‫َوِﻓ ْﻲ َﻣَﺪ ِار ِج ﱡ‬
ْ‫ْﺮا ِﻣﻠﱢ ِﺴ ْﻲ َﺟ َﺮت‬ ‫ﱢ‬ َ َ ‫ﱠ‬
َ ‫ْﻪ َو َﺳﻠ َﻢ – َوﻗﺎل اﻟﺸﺒ‬ َ ُ
ِ ‫ﺻﻠﻰ اﷲ َﻋﻠﯿ‬ ‫ﱠ‬ َ ‫ﺎﻋﻪ‬ ْ ً
ِ ‫ُﻜ ْﻲ َﺣﺎﻻ ِﻋﻨَﺪ َﺳ َﻤ‬ ِ ‫اﻟﺴﺒ‬
‫ْﻦ ﱡ‬ ‫ﱢ‬ َ ُ ‫ﱠ‬ َ ْ َ َ ‫ﺎ َﻋﻠﻰ ﱡ‬‫ِﺟِﺜﯿ‬
ِ ‫ َوﻗﺪ ﻗ َﺎم اﻟﺸﯿْﺦ ﺗِﻘ ﱡﻲ اﻟﺪ ﯾ‬. ‫اﻟﺮﻛ ِﺐ‬
‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ‫ َا ْن ﯾَُﻘ ْﻮ ُﻣ ْﻮا َﺗ ْﻌ ِﻈـﯿ ًْﻤﺎ َﻟﻪ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ‫ﺿ ِﻌﻪ‬ َ ‫ْﺮ ِﻣ َﻦ ْاﻟ ُﻤ ِﺤﱢﺒﯿ‬
ْ ‫ْﻦ ِإَذا َﺳ ِﻤ ُﻌ ْﻮا ﺑــِـِﺬ ْﻛ ِﺮ َو‬ ٍ ‫ َﻋ َﺎدةُ َﻛِﺜﯿ‬.

Dan tersebut dalam kitab MADARIJISSU’UD halaman 15 dan didalam kitab FASYNI
halaman 91 syair mengatakan : Orang yang mulia, mereka bangun ketika mendengar asma
Nabi disebut, sambil berdiri dan berbaris atau berdiri diatas lutut.
Dan IMAM TAQIYUDDIN ASSUBUKI, beliau pasti bangun ketika mendengar sebutan asma
Nabi. IMAM SIBRO MALISI mengatakan : merupakan kebiasaan orang-orang dari golongan
mukhibbin, mereka berdiri ketika mendengar sifat-sifat Nabi SAW karena mengagungkan
beliau.

‫ﺎﻫ َﺮ ْت‬ َ ‫س ِﻓﻰ ِﺣَﻠ ِﻖ َا ْﻫِﻠ ِﻪ َوَﻗ ْﺪ َﺗ َﻈ‬ ُ ‫ُﺴَﺘ َﺤ ﱡﺐ ْاﻟ ُﺠﻠُ ْﻮ‬ ‫ُﺴَﺘ َﺤ ﱡﺐ ﱢ‬
ْ ‫اﻟﺬ ْﻛ ُﺮ ﯾ‬ ْ ‫ﺼ ٌﻞ ( ِا ْﻋَﻠ ْﻢ َاﻧــﱠﻪ َﻛ َﻤﺎ ﯾ‬ ْ ‫ﺼﻪ ) َﻓ‬ ‫ َﻣﺎﻧـَـ ﱡ‬٦ ‫ﺎر ص‬ َ َْ
ِ ‫َوِﻓﻰ اﻷذ ْﻛ‬
‫ ِإَذا‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬ ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ِ‫ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬ َ ‫ َﻗ‬: ‫ﺎل‬ َ ‫ﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨ ُﻪ َﻗ‬ ُ ‫ْﺚ اﺑ‬
ِ ‫ْﻦ ُﻋ َﻤ َﺮ َر‬ ُ ‫َﻜِﻔ ْﻲ ِﻓ ْﻲ ذِﻟ َﻚ َﺣِﺪ ﯾ‬
ْ ‫و ﯾ‬.َ ‫ﻷِدﻟﱠ ُﺔ َﻋﻠﻰ ذِﻟ َﻚ اﻟﺦ‬ َ ‫َْا‬
‫ﺎل ِﺣَﻠ ُﻖ ﱢ‬
‫اﻟﺬ ْﻛ ِﺮ َﻓِﺈَذا َاَﺗ ْﻮا َﻋَﻠﯿ ِْﻬ ْﻢ َﺣﱡﻔ ْﻮا ﺑــِـ ِـﻬ ْﻢ‬ َ ‫ َﻗ‬- ‫ﷲ‬ ِ ‫َﺎض ْاﻟ َﺠﱠﻨ ِﺔ ﯾَﺎ َر ُﺳ ْﻮ َل ا‬ُ ‫ َﻗﺎﻟُ ْﻮا َو َﻣﺎ ِر ﯾ‬- ‫ﺎرَﺗ ُﻌ ْﻮا‬
ْ ‫َﺎض ْاﻟ َﺠﱠﻨ ِﺔ َﻓ‬ ُ
ِ ‫ َﻣ َﺮ ْرﺗ ْﻢ ﺑــِـ ِﺮ ﯾ‬.

Dan tersebut dalam kitab ADZKAR pada halaman 6 : “Ketahuilah bahwa sebagaimana
disunnatkan berdzikir, juga disunnatkan duduk-duduk dilingkungan dzikir, dan amat jelas
dalil-dalil yang menunjukkan hal itu. Hadits Ibnu Umar r.a. ia berkata : Telah bersabda
Rasulullah SAW : “Apabila kalian melewati taman-taman surga maka menggembalalah
disana (mampirlah disana)”. Mereka bertanya : “Apakah taman surga itu ya Rasulullah ?”.
Rasulullah SAW menjawab : “Taman surga adalah lingkungan dzikir dan apabila mereka
menghadirinya, dengan duduk berlingkar”.

‫ﻼ ِﻣ ْﻦ َﺟ ُﻬ ْﻮ ٍل َو َﺣ ْﻄﺒَﻪ‬
ً ‫ َﺳﯿَْﻠَﻘ ْﻮ َن َﺟ ْﻬ‬# ‫ﻷ ْن َﻟ ْﻢ ﯾَُﻘ ْﻮ ُﻣ ْﻮا ُﻛﻠﱡ ُﻬ ْﻢ ﺑــِـﺈ ْﺣِﺘ َﺮ ِاﻣ ِﻪ‬
ِ
َ : ‫ﻀﺎر ُﺳ ْﻮ َراﺑَﺎﯾَﺎ‬
ِ
َْ َ ُ ‫َﻗ َﺎﻟﻪ َاْﻟ َﺤِﺒﯿ‬
ِ َ ‫ْﺐ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ْﺪ ﺑـِـ ْﻦ ا ْﺣ َﻤ ْﺪ اﻟ َﻤ ْﺤ‬

Telah berkata Al-Habib Muhammad Bin Ahmad Al-Mahdhor Surabaya :


“Andaikata mereka tidak berdiri untuk memuliakannya maka mereka akan mendapat
kebodohan dan bahayanya”.
‫َﻜُﻔ ُﺮ ﺑــِــَﺘ ْﺮ ِك ْاﻟ ُﺤ ْﺮ َﻣ ِﺔ‬
ْ ‫ َو ِﻟﻜ ْﻦ ﯾ‬, ‫َﺔ‬ ِ ‫َﻜُﻔ ُﺮ ﺑــِـِﻔ ْﻌ ِﻞ ْاﻟ َﻤ ْﻌ‬
ِ ‫ﺼﯿ‬ ْ‫ﻻ ﯾ‬
َ ‫ﺎن‬
ُ ‫اﻹ ﻧــْـ َﺴ‬
ِ

Manusia tidak murtad (kufur) dengan mengerjakan maksiyat, akan tetapi dia kufur sebab
meninggalkan hormat (tidak hormat).

‫ﺎل‬َ ‫ﺎق ِاَﻟﯿْﻬ ْﻢ َوﯾَﺬ ُﻛ ُﺮ ْوِﻧ ْﻲ َوَاذ ُﻛ ُﺮ ُﻫ ْﻢ َﻗ‬


ْ ْ ِ
ُ ‫َﺴَﺘ ُﺎﻗ ْﻮ َن ِاَﻟ ﱠﻲ َوَا ْﺳَﺘ‬
ْ ‫ﱡﻬ ْﻢ َو ﯾ‬ ُ ‫ﱡﻮِﻧ ْﻲ َواُ ِﺣﺒ‬
ْ ‫ُﺤﺒ‬ ِ ‫َﺎدا ﯾ‬ً ‫َوَﻗ ْﻮﻟُﻪ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ ِﻓﻰ ْاﻟ َﺤِﺪ ﯾـْـ ِﺚ ْاﻟُﻘ ْﺪ ِﺳ ﱢﻲ ِا ﱠن ِﻟ ْﻲ ِﻋﺒ‬
ُ َ
‫ﺎﺟٌﺪ َﻓﺄ ﱠول َﻣﺎ‬ َ ‫ﺎك َو ِﻣْﻨ ُﻬ ْﻢ َﻗﺎِﺋ ٌﻢ َو َر ِاﻛ ٌﻊ َو‬ ٍ ‫َﺎك ُﻣَﺘ َﺆ ﱢوهٌ َو َﺷ‬ ٍ ‫ﺎر ٌخ َوﺑ‬ َ ‫ َﻓ ِﻤْﻨ ُﻬ ْﻢ‬: ‫ﻼ َﻣُﺘ ُﻬ ْﻢ‬
َ ‫ ﯾَﺎ َر ﱢب َﻣﺎ َﻋ‬: ‫ْﻦ‬ َ ‫اﻟﺼﱢﺪ ﯾـْـِﻘﯿ‬ ُ ‫َﻌ‬ْ ‫َا ْي ﺑ‬
ِ‫ﺻ‬ ِ‫ﺻ‬ ‫ﺾ ﱢ‬
‫ﻓﻲ ْ َﻣ َﻮ ِازﯾـْــِﻨ ِـﻬ ْﻢ‬ ُ َ ْ َ ُ ‫ﱠ‬ ُ ُ
ُ ‫ َاﻟـﺜﺎِﻧﯿَﺔ ﻟ ْﻮ َﻛﺎﻧـَـ ِﺖ ﱠ‬- ‫ َاﻷ ْوﻟﻰ َاﻗِﺬ ُف ِﻓ ْﻲ ﻗﻠ ْﻮﺑـِـ ِﻬ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ﻧــُ ْﻮر ْي‬: ‫ﺎل‬ ْ ُ ْ ُ َ ‫اُ ْﻋ ِﻄﯿ ِْﻬ ْﻢ ﺛ‬
َ
ِ ‫اﻟﺴﻤﻮت َو اﻷ ْرض‬ ِ ٍ‫ﺼ‬ َ ‫ﻼث ِﺣ‬
‫ْﻦ ْاﻟ ُﺠ ْﻮ ِز ْي َﻋ ْﻦ‬ ُ ‫ ) َﻓﺎِﺋَﺪةٌ ( َوَﻗ ْﺪ َر َو ْي ِاﺑ‬٩١ ‫ َﻓ ْﺸِﻨ ْﻲ ص‬. ‫ اﻫـ‬. ‫اﻟـﺜﺎِﻟ َـﺜ ُﺔ اُ ْﻗِﺒ ُﻞ ﺑــِـ َﻮ ْﺟ ِﻬ ْﻲ َاْﻟ َﻜ ِﺮ ﯾْﻢ َﻋَﻠﯿ ِْﻬ ْﻢ‬
ِ
‫ ﱠ‬- ‫ﻻ ْﺳَﺘ ْـﻘ َـﻠْﻠُﺘ َـﻬﺎ َﻟ ُﻬ ْﻢ‬
َ
ْ ُ َ ‫ َﺧﯿ‬١٩ ‫ ص‬. ‫ اﻫـ‬. ‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤ ُﺔ‬ ‫ْﻦ ﺗـَــﺘـَـَﻨ ﱠﺰ ُل ﱠ‬ ‫ﺎل ِﻋْﻨَﺪ ِذ ْﻛ ِﺮ ﱠ‬
َ ‫اﻟﺼﺎِﻟ ِﺤﯿ‬ َ ‫َﺎن ِاﺑْﻦ ُﻋـﯿَـﯿْـَﻨ َﺔ َاﻧـــﱠﻪ َﻗ‬ ْ
٢٦ ‫ﺎن‬ ِ ‫ْﺮات اﻟ ِﺤ َﺴ‬ ِ َ ‫ُﺳﻔﯿ‬

Dan dalam hadits qudsi, Allah berfirman : Bahwa aku mempunyai hamba, hamb yang
mencintaiku dan aku mencintai mereka, dan mereka merindukanku, akupun rindu kepada
mereka. Mereka menyebut-nyebut aku, dan akupun menyebut-nyebut mereka. Sebagian
orang (Shiddiqiin) bertanya : Ya Allah bagaimana ciri-ciri mereka ?. ciri-ciri mereka
diantaranya adalah berteriak-teriak dan menangis sambil memanggil-manggil serta
mengaduka persoalan kepadaku, dan diantara mereka, ada yang ruku’, ada yang berdiri,
ada yang sujud. Maka yang pertama aku berikan kepada mereka tiga hal :
Yang pertama : aku meletakkan nur-ku sendiri dalam hati mereka
Yang kedua : apabila langit dan bumi beserta isinya ditimbang dengan amal mereka , pasti
aku katakan timbangan itu sedikit dibandingkan amal mereka.
Yang ketiga : aku hadapkan wajahku kepada mereka.
Tersebut dalam kitab FASYNI Halaman 91. (Faidatun) Imam Ibnu Juzi dari Ibnu Sufyan Bin
Uyainah, beliau berkata : “Apabila disebut-sebut orang yang soleh, maka turunlah rokhmat
terebut”. Dalam Kitab Khoirotul khisan halaman 19.

َ ‫اﻟﺼ‬
‫ﻼ ِة ؟‬ َ ‫اﻟﺴ‬
‫ﻼ ِم ِﻣ َﻦ ﱠ‬ ْ ‫ْﻒ ُﺣ ْﻜ ُﻢ ِذ ْﻛ ِﺮ ْاﻟ َﺠ ْﻬ ِﺮ ﺑ‬
‫َﻌَﺪ ﱠ‬ َ ‫ َﻛﯿ‬: ‫س‬

٣٦ ‫ﺎل { اﻟﱡﻨ ْﻮ ُر‬ َ ‫ﺑﺎﻟ ُﻐُﺪ ﱢو َوْا‬


ْ ‫ﱢﺢ َﻟﻪ ِﻓﯿ َْﻬﺎ‬ ْ ‫ ِﻓ ْﻲ ُﺑﯿ‬: ‫ ُﺣ ْﻜ ُﻤﻪ ُﺳـﱠﻨ ٌﺔ ِﻟَﻘ ْﻮِﻟﻪ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ‬: ‫ج‬
َ ‫ُﻮ ِت َاِذ َن اﷲ ُ َا ْن ُﺗ ْﺮَﻓ َﻊ َوﯾ‬
ِ‫ﺻ‬ َ‫ﻷ‬ ُ ‫ُﺴﺒ‬
َ ‫اﺳ ُﻤﻪ ﯾ‬
ْ ‫ُﺬﻛ َﺮ ِﻓﯿ َْﻬﺎ‬
{

Soal : Bagaimanakah hukum berdzikir dengan suara keras setelah salam dari shalat?
Jawab : Hukumnya sunnah karena Allah berfirman dalam al-Qur’an surat an-Nur ayat 36 ;
“didalam masjid, Allah mengizinkan dzikir dikeraskan, disebut didalamnya akan asma-Nya,
memaha sucikan kepada-Nya didalam masjid di waktu pagi dan sore”.

‫ﻀ ُﻞ َو‬ َ ‫َﺎت َو ْاﻟ َﺠ ْﻬ ُﺮ ﺑــِـﻪ َا ْﻓ‬ِ ‫اﻟﺮ َواﯾ‬


‫ﺎت َو ﱢ‬ ِ ‫ْـــﺢ ْاﻷﯾـَـ‬
ِ ‫ﺼ ِﺮ ﯾ‬ َ ‫ﺼﻪ َا ﱢﻟﺬ ْﻛ ُﺮ َﻛ ْﺎﻟِﻘ َﺮ‬
َ ‫اء ِة ﺑــِـ‬ ‫ َﻣﺎ ﻧـَـ ﱡ‬٢٦٢ ‫ﺎو ْي ْاﻟ َﺨِﻠـﯿْـِﻠ ْﻲ ص‬ َ
ِ ‫ﻓﻲ ْ ﻓـَﺘ‬
ِ ‫َو‬
‫ﺎر ِئ َو ﯾـَـ ْﺠ َﻤ ُﻊ‬ َ ْ ْ َ ُ َ َ ُ ْ ْ ّ َ َ ْ َ َ ْ ‫ﱠ‬ َ ْ ْ َ ُ
َ ‫َدِﻟﯿْﻞ اﻓ‬
ِ ‫ُﻮِﻗﻆ ﻗﻠ َﺐ اﻟﻘ‬ ْ ‫ْﺮ ِه َِوﻷﻧــﱠﻪ ﯾ‬ِ ‫َﺮ َو ِﻷﻧــﱠﻪ ﯾَـﺘ َﻌﺪى ﻧـَـﻔ ُﻌﻪ ِﻣﻨﻪ ِاﻟﻰ ﻏﯿ‬ ُ ‫ْﻪ اﻛﺒ‬ ِ ‫َﺔ اﻟ َﺠ ْﻬ ِﺮ ان اﻟ َﻌ َﻤﻞ ِﻓـﯿ‬
ِ ‫ﻀِﻠﯿ‬
ُ ْ َ
‫ْﺮه ِﻣﻦ ﻧـَـﺎِﺋ ٍﻢ َوﻏﺎِﻓ ٍﻞ َوُﯾﻨ ِﺸﻄﻪ‬ ْ َ ُ
َ ‫ُﻮِﻗﻆ ﻏﯿ‬ ْ ‫ﺎط َو ﯾ‬ َ ‫ﱠ‬ ُ
ِ ‫َﺰ ﯾْﺪ ِﻓﻰ اﻟﻨﺸ‬ ‫ﱠ‬ ُ ْ َ َ ُ ْ ‫ِﻫ ﱠﻤـَﺘﻪ ِاﻟﻰ ْاﻟِﻔﻜ ِﺮ َو ﯾ‬
ْ
ِ ‫ْﻪ َو ِﻷﻧــﱠﻪ ﯾَﻄ ُﺮد اﻟﻨ ْﻮ َم َو ﯾ‬ ِ ‫ُﺼ ِﺮف َﺳ ْﻤ َﻌﻪ ِاﻟـﯿ‬
ُ‫ﻀﻞ‬ ْ
َ ‫َﺎت َﻓﺎﻟ َﺠ ْﻬ ُﺮ َا ْﻓ‬ِ ‫ﻫﺬ ِه اﻟـﱢﻨـﯿ‬ِ ‫ْﺊ ِﻣ ْﻦ‬ ٌ ‫ﻀ َﺮه َﺷﯿ‬ َ ‫ َﻓ َﻤـﺘﻰ َﺣ‬.

Dan tersebut dalam kitab FATAWY AL-KHALILY Halaman 262 sebagaimana berikut : Dzikir
adalah seperti membaca Al-Qur’an dengan keterangan ayat dan beberapa riwayat, dan
dzikir dengan suara keras itu lebih utama. Dan dalil yang menunjukkan keutamaannya dzikir
dengan suara keras, bahwasanya beramal dengan suara keras itu lebih besar manfaatnya
terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain, membangunkan hati pembaca, menyatukan
himmah, mengumpulkan cita-cita dan pikiran, mengkhususkan pendengaran. Dan dengan
suara keras, hilanglah rasa kantuk, bertambah giat, membangunkan yang oranglain dari
tidur dan lupa, dan menggiatkannya, maka apabila dengan niat-niat ini, berdzikir dengan
suara keras itu lebih utama.

ْ ‫ﻓﻲ‬ ََ ْ َ ُ ََ ‫ﱠ‬ ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ ُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ‫َﻛَﻘ ْﻮِﻟ ِﻪ‬ ‫ﺎء ِﻓﻰ ْاﻟ َﺤِﺪ ﯾـْـ ِﺚ ْاﻟُﻘ ْﺪ ِﺳ ﱢﻲ َﻣﺎ ِا ْﻗَﺘﻀﻰ َﻃَﻠ َﺐ ْاﻟ َﺠ ْﻬ ِﺮ‬
َ ‫َوَﻗ ْﺪ َﺟ‬
ِ ‫ َوِان ذﻛ َﺮ ِﻧ ْﻲ‬: ‫ ﻗﺎل اﷲ ﺗ َﻌﺎﻟﻰ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠ َﻢ‬
‫َﻜ ْﻮ ُن ِاﻻﱠ‬ ُ‫ﻻ ﯾ‬ ْ ‫ﱢ‬
َ ‫ﺎﺟ ُﻪ ] َو اﻟﺬ ْﻛ ُﺮ ِﻓﻰ اﻟ َﻤ‬
َ ‫ﻼ ِء‬ َ ‫َواﻟﱡﺘ ْﺮ َﻣِﺬ ُي َواﻟﱠﻨ َﺴﺎِﺋ ُﻰ َو ِاﺑـْـ ُﻦ َﻣ‬ ْ
َ ‫ْﺮ ِﻣْﻨ ُﻪ [ َر َواهُ اﻟﺒ‬ َ ‫ﻼ ٍء َذ َﻛ ْﺮ ُﺗﻪ ﻓﻲ ْ َﻣ‬
َ ‫َﻣ‬
‫ﺎر ْي َو ُﻣ ْﺴِﻠ ٌﻢ‬
ِ ‫ُﺨ‬ ٍ ‫ﻼ ٍء َﺧﯿ‬ ِ
‫َﻋ ْﻦ َﺟ ْﻬ ٍﺮ‬

Dan tertera dalam hadits qudsi yang tujuannya diperintahkan berdzikir dengan suara keras,
sebagaimana hadits ini : Allah SWT berfirman : Dan apabila dia menyebut-nyebut aku di
suatu tempat yang ramai, maka akupun menyebut-nyebutnya di tempat yang lebih ramai
darinya (H.R. Bukhari, Muslim, Nasa’i, da Ibnu Majah). Dan menyebut di tempat ramai itu
tidak ada kecuali dengan suara keras.

‫اﻟﺼ ْﻮ ِت ﺑ ﱢ‬
َ ‫ﺎﻟﺬ ْﻛ ِﺮ ِﺣﯿ‬ ‫ ِا ﱠن َر ْﻓ َﻊ ﱠ‬: ‫ﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨ ُﻬ َﻤﺎ‬ ‫ﺎح ِﺣ ْﺰ ِب ﱠ‬ َ
‫ْﻦ‬ ِ ِ ‫ﱠﺎس َر‬ٍ ‫ْﻦ َﻋﺒ‬ ِ ‫ﺼﻪ َﻋ ْﻦ َﻋﺒِْﺪ اﷲِ اﺑ‬ ‫ َﻣﺎ ﻧـَـ ﱡ‬١٦٧ ‫اﻟﺮ ِﺣﯿ ِْﻢ ص‬ ِ ‫َوﻓ ْﻲ ِر َﻣ‬
‫ﱠ‬
‫ْﻪ َو َﺳﻠ َﻢ‬ َ ُ
ِ ‫ﺻﻠﻰ اﷲ َﻋﻠﯿ‬ ّ َ ِ‫ﺎن َﻋﻠﻰ َﻋ ْﻬِﺪ َر ُﺳ ْﻮ ِل اﷲ‬ َ
َ ‫َﺔ ﻛ‬ ُ ُ ْ
ِ ‫ﺎس ِﻣ َﻦ اﻟ َﻤﻜﺘ ْﻮﺑ‬ ‫ﱠ‬ ُ
ُ ‫ﺼ ِﺮف اﻟﻨ‬ ْ
َ ‫َﯾﻨ‬.

Dan tersebut dalam kitab RIMAHI HIZBIRROHIIM halaman 167 sebagaimana berikut : Dari
Abdullah Bin Abbas r.a. : Bahwa berdzikir dengan suara keras ketika selesai dari shalat itu
sudah ada sejak masa Rasulullah SAW.

َ ‫ْﻪ َو ْاﻹ ْﻋ‬


‫ﻼ ِم‬ ‫ﻹ ْﺟ َﻤﺎع ِﻟ ﱢﻠﺬ ْﻛ ِﺮ َو ْاﻟ َﺠ ْﻬ ِﺮ ﺑـِـ ِﻪ َو ْاﻟ َﺤ ﱢ‬
ِ ‫ﺾ َﻋَﻠﯿ‬ ْ ٌ
ِ ‫ ِﻓﻰ اﻟﱠﺘ ْﺮ ِﻏﯿ‬١٦٧ ‫اﻟﺮ ِﺣﯿ ِْﻢ ُﺟ ْﺰ ٌء َا ﱠول ص‬ ‫ﺎح ِﺣ ْﺰ ِب ﱠ‬
ِ ِ ِ ‫ْﺐ ِﻓﻰ ا‬ ِ ‫َوِﻓ ْﻲ ِر َﻣ‬
‫ﺎب َو ﱡ ﱠ‬ ْ ً ‫ﱠ‬
َ ‫اﻟﺮﱢد َﻋﻠﻰ َﻣ ْﻦ ﯾُـْﻨ ِﻜ ُﺮ َﻋﻠﻰ اﻟﺬ ِاﻛﺮ ِﯾ‬ ُ ِ ‫ﺑـِـَﺄﻧـﱠـﻪ ِﻣ ﱠﻤﺎ ﯾَـﻨـْـﺒ‬
ْ ‫َﻐﻰ اﻟﱠﺘ َﻤ ﱡﺴﻚ ﺑــِـ ِﻪ ِﻟَﻔ‬
‫ﺎع‬
ِ ُ‫اﻟﺴـﻨ ِﺔ َوِا ْﺟ َﻤ‬ ِ ‫ﺎﻋﺔ ِﻟ َﺠ ْﻬِﻠﻪ ِﺑﺎﻟ ِﻜَﺘ‬ َ ‫ْﻦ َﺟ َﻤ‬ ‫ﻀِﻠ ِﻪ َو ﱠ‬
‫ ْاﻷ ﱠﻣ ِﺔ‬.

Dan tersebut dalam kitab RIMAHIHIZBIRROHIIM Juz Awal halaman 167 : Dalam
menyenangkan (membiasakan) saat berkumpul untuk berdzikir dan bersuara keras, dan
menganjurkan atasnya. Dan memberitahu bahwa bersuara keras itu patut untuk
dipegangnya karena keutamaannya dan menolak terhadap orang yang mengingkari
berdzikir dengan berjamaah karena kebodohannya dengan kitab, hadits dan sepakatnya
para ulama.

‫ﻼًﻓﺎ‬َ ‫ﺎء ِﺧ‬ ‫اء ِة َو ﱡ‬


ِ ‫اﻟﺪ َﻋ‬ َ ‫َﺔ ْاﻟ َﺠ ْﻬ ِﺮ ِﺑ ْﺎﻟِﻘ َﺮ‬
ِ ‫ َوَا ْﺳَﺘَﺪ ﱠل ْاﻟ ُﺠ ْﻤ ُﻬ ْﻮ ُر ِﺑ ْﺎﻟ َﺤِﺪ ﯾْـ ِﺚ ْاﻟ َﻤﺬ ُْﻛ ْﻮ ِر َﻋﻠﻰ ُﺳــﱢﻨـﯿ‬١٧٢ ‫اﻟﺮ ِﺣﯿ ِْﻢ ص‬ ‫ﺎح ِﺣ ْﺰ ِب ﱠ‬ ِ ‫َوِﻓ ْﻲ ِر َﻣ‬
ُ‫ْﻦ ِاﺑْﻦ‬َ ‫َﺔ َو ِﻣ ﱠﻤ ْﻦ ِا ْﺳَﺘ َﺤﺒﱠﻪ ِﻣ َﻦ ْاﻟ ُﻤَﺘَﺄ ﱢﺧ ِﺮ ﯾ‬ ُ ْ ْ ْ ‫ﱢ‬
ِ ‫ْﺮ َواﻟﺬﻛ ِﺮ َﻋِﻘ َﺐ اﻟ َﻤﻜﺘ ْﻮﺑ‬ ْ ‫ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺼ ْﻮ ِت ِﺑﺎﻟﺘﻜِﺒﯿ‬
ْ
‫َﺎب َرﻓ ِﻊ ﱠ‬ َ
ِ ‫اﻟﺴﻠ ِﻒ َﻋﻠﻰ ِا ْﺳِﺘ ْﺤﺒ‬ ُ
‫َﻌﺾ ﱠ‬ ْ ‫ِﻟ َﻤﺎ َﺷﱠﺪ ﺑــِـﻪ ﺑ‬
‫َﺣ ْﺰ ٍم‬

Dan tersebut dalam kitab RIMAHI HIZBIRRAHIIM, halaman 172. Dan jumhur mengambil
dalil dengan hadits tersebut, atas disunnahkannya dzikir dengan suara keras pada waktru
membaca dan berdo’a, kecuali dengan ucapannya orang yang syaz (sekehendak sendiri).
Sebagian dari ulama salaf atas hadits ini, yakni disunnahkannya suara keras ketika
bertakbir, berdzikir setelah shalat fardhu dan diantara yang menyamarkannya dari golongan
muta’akhkhirin ialah Ibnu Khazmin.

ٌ ‫ــﻬﺎ َﻣ ﱢﻜــﯿ‬
ِ ‫ﱠﺔ َﻛﺄﯾ‬
‫َﺔ‬ ً ‫ﻀ ﱡﺮ ًﻋﺎ َو ُﺣْﻔﯿ‬
َ ‫َﺔ – اﻻﯾﺔ – َﻓِﺈﻧــﱠ‬ َ ‫ َواذ ُﻛ ْﺮ َرﺑ‬: ‫ َوَا ﱠﻣـﺎ َﻗ ْﻮﻟُﻪ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ‬٨ ‫ﱠﺔ ص‬
َ ‫ﱠﻚ ِﻓ ْﻲ ﻧــَـْﻔ ِﺴ َﻚ َﺗ‬ ‫ﻓﻲ ْ ِﻣــَﻨ ِﺢ ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺴـِﻨـﯿ‬
ْ ِ ‫َو‬
‫َﻓَﺄ َﻣ َﺮ ﺑــِـﻪ‬ ‫َﺴﺒﱡﻮا ْاﻟُﻘ ْﺮ َآن َو َﻣ ْﻦ َاﻧــْـ َﺰَﻟﻪ‬
ُ ‫َﺴ َﻤ ُﻌ ُﻪ ْاﻟ ُﻤ ْﺸ ِﺮ ُﻛ ْﻮ َن َﻓﯿ‬ َ ‫ ُﻧﺰَﻟ ْﺖ‬: ‫ﻻ ُﺗ َﺨﺎِﻓ ْﺖ ﺑــِـ َـﻬﺎ‬
ْ ‫ﻷ ْن ﻻﱠ ﯾ‬ِ ِ َ ‫ﻼِﺗ َﻚ َو‬
َ‫ﺼ‬ َ ‫ َو‬: ‫اء‬
َ ‫ﻻ ﺗـَـ ْﺠ َﻬ ْﺮ ﺑــِـ‬ ِ ‫ﻹ ْﺳ َﺮ‬
ِ‫ا‬
ْ
َ ‫َوَﻗ ْﺪ َز‬
‫ال‬ ‫ﺻـَﻨ ِﺎم ِﻟﺬِﻟ َﻚ‬ ْ‫ﻷ‬ َ ‫ﺪا ِﻟ ﱠﻠﺬرﯾ َْﻌ ِﺔ َﻛ َﻤﺎ ﻧــُﻬ َﻲ َﻋ ْﻦ َﺳ ﱢﺐ ْا‬‫َﺳ‬
ِ ِ

Adapun firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut : “Sebutlah Tuhan mu di hatimu
dengan rendah diri dan menyamar”. Itu adalah ayat makiyyah seperti ayat Isra, yang
maknanya : “Janganlah engkau mengerjakan shalat dengan terang-terangan”, ayat ini
diturunkan agar tidak didengarkan oleh orang-orang musyrik, yang akhirnya mereka
mencela al-Qur’an dan yang menurunkan al-Qur’an (Allah) maka diperintah dengan suara
pelan untuk menghindari celaan, sebagaimana dilarang dari mencela berhala, yang buktinya
sekarang tidak ada.

‫ﺎﻋ ِﺔ َﻓﺎِﺋَﺪةٌ ؟‬ ْ ‫اﻟﺬ ْﻛﺮ‬


َ ‫ﺑﺎﻟ َﺠ َﻤ‬ ‫ َﻫ ْﻞ ﻓﻲ ﱢ‬: ‫س‬
ِ ِ

‫ْﺮ َة‬
َ ‫ﺑﻲ ُﻫ َﺮ ﯾ‬ ْ ‫َﺔ ِﻟ ُﻤ ْﺴِﻠ ٍﻢ َﻋ ْﻦ َا‬ ٍ ‫ْﻦ َوِﻓ ْﻲ ِر َواﯾ‬ َ ‫اﻟﺼﺎِﻟ ِﺤﯿ‬‫َﺎض ﱠ‬ َ َ ٌ َ َ ِ ‫ ﻧـَـ َﻌ ْﻢ ﻓِـﯿ‬: ‫ ج‬t ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬ ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ‫َﻋ ِﻦ اﻟﱠﻨِﺒ ﱢﻲ‬
ِ ‫ﻓﻲ ِرﯾ‬ ِ ‫ ﻗﺎل‬, ‫ْﻪ ﻓﺎِﺋﺪة‬
ْ ‫ْﻪ ِذ ْﻛ ٌﺮ َﻗ َﻌُﺪ ْوا َﻣ َﻌ ُﻬ ْﻢ َو َﺣ ﱠﻒ ﺑ‬ ‫ﻼ َء َﯾﱠﺘﺒ ُﻌ ْﻮ َن َﻣ َﺠﺎِﻟ َﺲ ﱢ‬
ِ ‫اﻟﺬ ْﻛ ِﺮ َﻓِﺈَذا َو َﺟُﺪ ْوا َﻣ ْﺠِﻠ ًﺴﺎ ِﻓـﯿ‬ َ ‫ﱠﺎر ًة ُﻓ‬َ ‫ﻼِﺋ َﻜ ًﺔ َﺳﯿ‬ َ ‫َﻗ‬
‫ﻀﺎ‬ ً ‫َﻌ‬ْ ‫ﻀ ُﻬ ْﻢ ﺑ‬ ُ ‫َﻌ‬ ِ َ‫ﻀ‬ َ ‫ إ ﱠن ِﷲِ َﻣ‬: ‫ﺎل‬
ِ
‫َﺴَﺄ َﻟ ُﻬ ُﻢ اﷲُ َﻋ ﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ َو ُﻫ َﻮ‬ ْ ‫ﺎء َﻓﯿ‬ ‫ﺻ َﻌُﺪ ْوا ِاَﻟﻰ ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺴ َﻤ‬ َ ‫اﻟﺪ ﻧــْـﯿَﺎ َﻓِﺈَذا َﺗ َﻐ ﱠﺮُﻗ ْﻮا َﻋ َﺮ ُﺟ ْﻮا َو‬
‫ﺎء ﱡ‬ ِ ‫اﻟﺴ َﻤ‬
‫ْﻦ ﱠ‬ َ ‫َﻤَﻠ ُﻮا َﻣﺎ َﺑْﯿَﻨ ُﻬ ْﻢ َو ﺑَــﯿ‬ ْ ‫َﺑﺄ ْﺟِﻨ َﺤِﺘ ِﻬ ْﻢ َﺣّﺘﻰ ﯾ‬
َ
‫ُﺤ ﱢﻤُﺪ ْوﻧـَـﻚ َو‬ َ ُ
َ ‫ُﻬﻠﻠ ْﻮﻧـَـﻚ َوﯾ‬‫ﱢ‬ َ
َ ‫ﱢﺮ ْو ﻧـَـﻚ َوﯾ‬ َ
َ ‫ﱢﺤ ْﻮﻧـَـﻚ َوﯾ‬
ُ ‫ُﻜﺒ‬ ُ ‫ُﺴﺒ‬
َ‫ض ﯾ‬ َ ْ َ ُ ُ
ِ ‫ْﻦ ِﺟﺌــْـُﺘ ْﻢ َﻓﯿَﻘ ْﻮﻟ ْﻮ َن ِﺟﺌــْـَﻨﺎ ِﻣ ْﻦ ِﻋْﻨِﺪ ِﻋﺒ‬ َ ‫َا ْﻋَﻠ ُﻢ ِﻣ ْﻦ َاﯾ‬
ِ ‫ﻓﻲ اﻷ ْر‬ ِ ‫َﺎدك‬
‫ْﻒ َﻟ ْﻮ‬ َ ‫ﺎل َﻓ َﻜﯿ‬ َ ‫ﻻ َا ْي َر ﱢب َﻗ‬ َ ‫ﺎل َو َﻫ ْﻞ َرأَ ْوا َﺟﱠﻨِﺘ ْﻲ َﻗﺎﻟُ ْﻮا‬ َ ‫َﺴﺌــَـﻠُ ْﻮﻧـَـ َﻚ َﺟـﱠﻨـَﺘ َﻚ َﻗ‬ْ ‫َﺴﺌــَـﻠُ ْﻮ ِﻧ ْﻲ َﻗﺎﻟُ ْﻮا ﯾ‬ ْ ‫ﺎل َو َﻣ َﺎذا ﯾ‬ َ ‫ َﻗ‬: ‫ﯾَﺴـْـﺌــَـﻠُ ْﻮﻧـَـ َﻚ‬
َ ‫ﻻ َﻗ‬ َ ‫ﺎل َو َﻫ ْﻞ َرَا ْو ﻧـَـﺎر ْي َﻗﺎﻟُ ْﻮا‬ َ ‫ َﻗ‬, ‫َﺎر ﱢب‬ َ ‫ﺎر َك ﯾ‬ َُ َ ‫ْﺮ ْوﻧـَـ َﻚ َﻗ‬ ْ ‫َرَا ْو َﺟﱠﻨِﺘ ْﻲ َﻗﺎﻟُ ْﻮا َو ﯾ‬
‫ﺎل‬ ِ ِ ‫ْﺮ ْوِﻧ ْﻲ ﻗﺎﻟ ْﻮا ِﻣ ْﻦ ﻧـَـ‬ ُ ‫َﺴَﺘ ِﺠﯿ‬
ْ ‫ﺎل َو ِﻣ ﱠﻤﺎ ﯾ‬ ُ ‫َﺴـَﺘ ِﺠﯿ‬
‫ﺎل ﯾَُﻘ ْﻮﻟُ ْﻮ َن‬ ُ ‫َﺴَﺘ ْﻐِﻔ ُﺮ ْوﻧـَـ َﻚ َﻓﯿَُﻘ ْﻮ ُل َﻗ ْﺪ َﻏَﻔ ْﺮ ُت َﻟ ُﻬ ْﻢ َوَا ْﻋ َﻄْﯿُﺘ ُﻬ ْﻢ َﻣﺎ َﺳَﺄﻟُ ْﻮا َو َا َﺟ ْﺮُﺗ ُﻬ ْﻢ ِﻣ ﱠﻤﺎ ِا ْﺳَﺘ َﺠ‬
َ ‫ﺎر ْوا َﻗ‬ ْ ‫ﺎر ْي َﻗﺎﻟُ ْﻮا َو ﯾ‬ َ َ َ ‫َﻓ َﻜﯿ‬
ِ ‫ْﻒ ﻟ ْﻮ َرا ْوا ﻧـَـ‬
‫ْﺴ ُﻬ ْﻢ‬ ْ
ُ ‫ﻻ ﯾَﺸِﻘ ْﻲ ِﺑ ِﻬ ْﻢ َﺟِﻠﯿ‬ ْ َ ُ ُ َ
َ ‫ﻼ ٌن َﻋﺒٌْﺪ َﺧﻄﺎ ٌء إﱠﻧ َﻤﺎ َﻣ ﱠﺮ َﻓ َﺠﻠ َﺲ َﻣ َﻌ ُﻬ ْﻢ َﻓﯿَﻘ ْﻮل َوﻟﻪ َﻏَﻔ ْﺮ ُت ُﻫ ْﻢ َاﻟَﻘ ْﻮ ُم‬ ‫ﱠ‬ ُ
َ ‫َر ﱢب ﻓِـﯿ ِْﻬ ْﻢ ﻓ‬
ِ

Soal : Apakah Dzikir dengan berjama’ah itu ada faedahnya ?


Jawab : Ya, ada, tersebut dalam kitab RIYADHUSSHOLIHIIN ; dan tertera dalam hadits
riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW beliau telah bersabda : “Sesungguhnya
Allah SWT mempunyai sekelompok malaikat yang ditugaskan untuk mencari lingkaran
dzikir, maka apabila mereka menjumpai lingkaran dzikir, maka mereka duduk bersama
orang-orang yang berdzikir, dan membuka sayap-sayap mereka, dan memenuhi majlis dzikir
sampai ke langit, apabila mereka selesai berdzikir, maka para malaikat kembali ke langit,
kemudian Allah bertanya kepada malaikat : Hai malaikat-malaikat ku, kalian dari mana ?
Malaikat menjawab : Kami datang dari hamba-Mu di bumi, yang mereka mensucikan Tuhan,
memuji, bertahlil, dan mereka memohon kepada Tuhan. Allah SWT bertanya : Apakah yang
mereka pinta ? Malaikat berkata : Sorga-Mu, Allah SWT bertanya : Apakah mereka sudah
mengetahui sorga-Ku ? Malaikat menjawab : belum mengetahui, Allah SWT bertanya :
Bagaimanakah apabila mereka mengetahui sorga-Ku ? Jawab Malaikat : Dan mereka
memohon selamat kepada-Mu, Allah SWT bertanya : Minta selamat kepada-Ku dari apa ?
Malaikat menjawab : Dari Neraka-Mu, Allah SWT bertanya : Apakah mereka sudah
mengetahui neraka-Ku ? Bertanyalah Malaikat : mereka mohon ampunan kepada-Mu, Allah
SWT menjawab : Aku telah mengampuni mereka dan Aku akan mengabulkan
permohonannya, dan Aku selamatkan mereka dari apa-apa yang mereka mohon (mohon
selamat). Malaikat menjawab : Ya Tuhanku disitu ada si Fulan yang banyak dosanya, dan
dia datang hanya untuk duduk bersama mereka, Allah SWT menjawab : Aku sudah
mengampuninya, mereka adalah kaum yang tidak akan rugi bagi orang yang mengikutinya.

‫ْﻦ ِﻋْﻨَﺪ ﱡ‬ ْ ْ ُ ‫ َﻣﺎ َﺳﺒ‬: ‫س‬


‫ﺎء ؟‬
ِ ‫اﻟﺪ َﻋ‬ ِ ‫َﺐ َرﻓ ِﻊ اﻟﯿََﺪ ﯾ‬
‫ﺎل‬ُ ‫ﻼ ِﺋ َﻜ ِﺔ َوِاَﻟﯿ َْﻬﺎ ُﺗ ْﺮَﻓ ُﻊ َا ْﻋ َﻤ‬
َ ‫ْﻦ ِﻣ َﻦ ْاﻟ َﻤ‬
َ ‫َﻂ ْاﻟ َﻮ ْﺣﻲ َو َﻣْﻨ ِﺰ ُل ْاﻟَﻘ ْﻄ ِﺮ َو َﻣ َﺤ ﱡﻞ ْاﻟُﻘ ْﺪ ِﺳ ﱢﻲ َو َﻣ ْﻌَﺪ ُن ْاﻟ ُﻤ َﻄ ﱠـﻬ ِﺮ ﯾ‬
ُ ‫ﺎء َﻣ ْﻬﺒ‬
َ ‫اﻟﺴ َﻤ‬ َ ‫ َو َﺳَﺒﺒُﻪ‬: ‫ج‬
‫ﻷ ﱠن ﱠ‬
ِ ِ
َ ‫ﻠﺼ‬
‫ﻼ ِة‬ ‫َﺔ ِﻗﺒَْﻠ ًﺔ ِﻟ ﱠ‬َ ‫َﺎد ِة َوَﻓ ْﻮُﻗ َﻬﺎ َﻋ ْﺮ ُﺷﻪ َو َﺟﱠﻨُﺘﻪ َﻛ َﻤﺎ َﺟ َﻌ َﻞ اﷲُ ْاﻟ َﻜ ْﻌﺒ‬
َ ‫ ْاﻟ ِﻌﺒ‬.

Soal : Apakah sebabnya mengangkat kedua tangan ketika berdo’a ?


Jawab : Sebab langit itu tempat turunnya wahyu, tempat turunnya hujan, tempat suci, dan
tempat malaikat, dan kelangitlah tempat diangkatnya amal ibadah dan diatas langitlah arasy
dan surganya Allah SW َ
‫ َو َز َاد َو ْاﻣ َﺴ ُﺤ ْﻮا ِﺑ َﻬﺎ ِﺑ ُﻮ ُﺟ ْﻮ ِﻫ ُﻜ ْﻢ‬. ‫ﻓﻲ ْ ُﻣ ْﺴَﺘ ْﺪ َر ِﻛ ِﻪ‬
ِ ‫ ِاﻛ ُﻢ‬.

Dalam Kitab IKHYA Juz awal alaman 275 Nabi SAW bersabda : “Apabila kamu memohon
kepada Allah, mintalah dengan telapak tangan mu dan jangan dengan puggung tangan mu”.
(HR.Abu Dawud dari Malik bin Yasir Al-Kufi dan Ibnu Majah da Thabrani dalam kitab KABIR,
dan Imam Hakim dari Kitab Mustadroknya, dan Imam Hakim menambahkan : Dan usaplah
mukamu dengan kedua telapak tangan mu.

‫َﺪ ﱡل َﻋﻠﻰ ذِﻟ َﻚ ؟‬ ٌ ‫ﺎك َدِﻟﯿ‬


ُ‫ْﻞ ﯾ‬ َ ‫ُﻄ ْﻮِﻧ َﻬﺎ ؟ َﻫ ْﻞ ُﻫـَﻨ‬
ُ ‫َﺠ ْﻮ ُز ﺑـِـﺒ‬ َ ‫اﻟﺪ َﻋﺎ ُء َﻣ َﻊ َر ْﻓﻊ ْاﻟﯿََﺪ ﯾـْـﻦ ﺑــِـ ُﻈ ُﻬ ْﻮر ْا‬
ُ ‫ﻷﯾـْـِﺪ ْي َﻛ َﻤﺎ ﯾ‬ ِ ِ ِ ُ ‫ َﻫ ْﻞ ﯾ‬: ‫س‬
‫َﺠ ْﻮ ُز ﱡ‬

‫ﺎن ِﻋْﻨَﺪ‬ َ ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻛ‬


ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ‫ﺎء َاﻧــﱠﻪ‬ َ ‫ َوَﻗ ْﺪ َﺟ‬: ١٣٩ ‫ْﻦ ص‬ َ ‫َﻌﯿ‬ َ ‫ ُذ ِﻛ َﺮ ﻓﻲ ِﻛَﺘﺎب َﻓـﺘـْـﺢ ْاﻟ ُﻤﺒﯿْﻦ ﺑ َﺸ ْﺮح ْا‬, ‫ ﻧـَـ َﻌ ْﻢ‬: ‫ج‬
ِ ‫ﻷ ْرﺑ‬ ْ ِ
ِ ِ ِِ ِ ِ
‫ﺼ ْﻮ ِل‬ُ ‫ﺎء ﺑــِـ ُﺤ‬ ‫ﻷ ﱠو َل َﻋﻠﻰ ﱡ‬
ِ ‫اﻟﺪ َﻋ‬ َ ‫ َو َﺣ َﻤﻠُ ْﻮا ْا‬. ‫ﺎء‬ ‫َﺠ َﻌ ُﻞ ُﻇ ُﻬ ْﻮ َر ُﻫ َﻤﺎ ِاﻟﻰ ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺴ َﻤ‬ ْ ‫ﺎر ًة ﯾ‬
َ ‫ﺎء َو َﺗ‬ ُ ‫َﺠ َﻌ ُﻞ ﺑ‬
‫ُﻄ ْﻮ َن ﯾََﺪ ﯾـْـ ِﻪ ِاﻟﻰ ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺴ َﻤ‬ ْ ‫اﻟﺮ ْﻓ ِﻊ ﯾ‬
‫ﱠ‬
َ ‫ﺎء ِﺑ َﺮ ْﻓﻊ َﻣﺎ َوَﻗ َﻊ ِﺑﻪ ِﻣ َﻦ ْاﻟَﺒ‬
‫ﻼ ِء‬ ‫ﻋ‬
ِ َ ‫ﱡ‬
‫اﻟﺪ‬ ‫ﻠﻰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ‬ ‫ﱠ‬
‫اﻟﺜ‬
َ َِ َ ِ َ ‫و‬ ‫ء‬‫ﻼ‬َ ‫ﺒ‬ ْ
‫اﻟ‬ ‫ﻦ‬َ ‫ﻣ‬ِ ِ ‫ﻪ‬ ‫ـ‬ ‫ﺑــ‬ ‫ﻊ‬ُ َ
‫ﻘ‬ ‫ﯾ‬
َ ْ
‫ﺪ‬ َ
‫ﻗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬‫ﻓ‬ْ َ
‫د‬
َ ٍ ْ ٍْ َ‫و‬ َ
‫ا‬ ‫ب‬‫ﻮ‬ُ
‫ﻠ‬‫ﻄ‬ْ ‫ﻣ‬ .
ِ

Soal : Apakah boleh berdo’a dengan mengangkat kedua telapak tangan sambil
ditelungkupkan, sebagaimana diperbolehkannya berdo’a dengan menengadahkan telapak
tangan ke langit ?
Jawab : Boleh, bahkan sunnah, tertera dalam kitab Fatkhul mubin, syarah arba’in halaman
139 bahwa Rasulullah SAW ketika beliau berdo’a kadang-kadang menjadikan kedua telapak
tangan menelungkup, pendapat ahli hadits bahwa berdo’a dengan menengadahkan tangan
ke langit yakni ketika beliau memohon sesuatu yang di inginkan dan berdo’a dengan
menelungkupkan tangan ketika memohon dihilangkan musibah-musibah (bencana).

َ ‫اﻟﺼ‬
‫ﻼ ِة ؟‬ َ ‫اﻟﺴ‬
‫ﻼ ِم ِﻣ َﻦ ﱠ‬ ‫َﻌَﺪ ﱠ‬
ْ ‫ﻹ َﻣ ِﺎم ﺑ‬ ْ ُ
ِ ‫ َﻣﺎ َﺣﺎل ا‬: ‫س‬

‫ْﺢ ِإﻟﻰ ُﻃﻠُ ْﻮ ِع‬ َ ‫اﻟﺼ‬ ٌ ‫ﺎء َوِﻟ ُﻜ ﱟﻞ ُﺟﻠُ ْﻮ‬


ِ ِ ‫س َذ ِاﻛ ًﺮا‬
ْ ‫ﷲ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ ﺑ‬
‫َﻌَﺪ ﱠ‬ َ ‫َﺎل ْاﻟ َﻤ ْﺄ ُﻣ ْﻮ ِﻣﯿ‬
‫ْﻦ ِﺑ َﻮ ْﺟ ِﻬﻪ ِﻓ ْﻲ ﱡ‬ ُ ‫ﺎل ْاﻹ َﻣﺎم ِا ْﺳِﺘْﻘﺒ‬
ُ ‫ُﺴ ﱡﻦ َﺣ‬
ِ ‫اﻟﺼﺒ‬‫ﻼ ِة ﱡ‬ ِ ‫اﻟﺪ َﻋ‬ ِ ِ َ‫ ﯾ‬: ‫ج‬
٢٠ ‫َﺎد ص‬ ْ َ
ِ ‫(إ ْرﺷ ُﺎد ا ِﻟﻌﺒ‬ ‫ﱠ‬
ِ ‫(اﻟﺸ ْﻤ ِﺲ‬

Soal : Apakah yang dilakukan Imam setelah salam dari shalat ?


Jawab : Disunnahkan menghadap kepada Makmum dan masing-masing duduk berdzikir
kepada Allah SWT, setelah shalat shubuh sampai matahari terbit (IRSYADUL IBAD
Halaman 20)

َ ٍ ‫ﱠﻌ َﻤ ُﻞ ِﺑ َﺤِﺪﯾ‬
ِ ‫ﻀﺎِﺋ ِﻞ ْاﻷ ْﻋ َﻤ‬
‫ﺎل؟‬ َ ‫ْﻒ ِﻓ ْﻲ َﻓ‬ َ ‫ْﺚ‬
ٍ ‫ﺿ ِﻌﯿ‬ ْ ‫ْﻒ ُﺣ ْﻜ ُﻢ َﻣ ْﻦ ﯾ‬
َ ‫ َﻛﯿ‬: ‫س‬

‫ﺿ ْﻮ ًﻋﺎ َا ْي َﺷِﺪﯾَْﺪ ﱡ‬
‫اﻟﻀ ْﻌ ِﻒ‬ ُ ‫ْﻒ َﻣ َﺎﻟ ْﻢ ﯾ‬
ُ ‫َﻜ ْﻦ َﻣ ْﻮ‬ ‫ْﺚ ﱠ‬
ِ ‫اﻟﻀ ِﻌﯿ‬ ِ ‫ْﺐ ِﺑ ْﺎﻟ َﺤِﺪﯾ‬
ِ ‫ْﺐ َواﻟﱠﺘ ْﺮ ِﻫﯿ‬ َ ‫ُﺴَﺘ َﺤ ﱡﺐ ْاﻟ َﻌ َﻤ ُﻞ ﻓﻲ ْاﻟَﻔ‬
ِ ‫ﻀﺎِﺋ ِﻞ َواﻟﱠﺘ ْﺮ ِﻏﯿ‬ ِ ْ ‫َﺠ ْﻮ ُز َوﯾ‬
ُ‫ ﯾ‬: ‫ج‬
ّ
٧ ‫((أذﻛﺎر اﻟﻨﻮاوي ص‬ َ

Soal : Bagaimana hukumnya memakai Hadits Dho’if dalam keutamaan beramal ?


Jawab : Boleh, dan disunnahkan memakai Hadits Dho’if dalam masalah fadha’il
(keutamaan), Targhib dan Tarhib, asal bukan Hadits Maudhu’ (sangat dho’if)
(ADZKAARUNNAWAWIY Halaman 7)

َ ‫ال ﺟﺒْﺮﯾ‬ ِ ‫ َﻣﺎ َﻣ ْﻌَﻨﻰ‬: ‫س‬


‫ْﻞ ؟‬ ِ ِ ِ ‫ال َاد َم َو‬

: ‫ﺎن‬ َ ‫ال َﻋﻠﻰ َﺛ‬


ٍ ‫ﻼ ﺛـَـ ِﺔ َﻣ َﻌ‬ ٍ ‫ َﻣ ْﻌَﻨﻰ‬: ‫ج‬

ٍ ‫ﻻٍد ﱠوُذ ﱢر ﯾ‬
‫ﱠﺎت‬ َ ‫اﻷ ﱠو ُل ِﺑ َﻤ ْﻌَﻨﻰ َا ْﻫ ٍﻞ َا ْي َز ْو َﺟ ٍﺔ َوَا ْو‬
َ

‫ْﻦ (ال ﻋﻤﺮان‬ َ ‫ال ِﻋ ْﻤ َﺮ َان َﻋَﻠﻰ ْاﻟ َﻌ َﺎﻟ ِﻤﯿ‬


َ ‫اﻫﯿ َْﻢ َو‬
ِ ‫ْﺮ‬ َ ‫ﺻ َﻄﻔﻰ َاد َم َوُﻧ ْﻮ ًﺣﺎ ﱠو‬
َ ‫ال ِإﺑ‬ ْ ‫ ِإ ﱠن اﷲَ ِإ‬: ‫ﺎل َﺗ َﻌﺎﻟﻰ‬ ‫ﱠ‬
َ ‫ َﻛ َﻢ َﻗ‬- ‫اﻟــﺜﺎِﻧ ْﻲ ﺑ َﻤ ْﻌَﻨﻰ َﻧْﻔﺲ‬
ٍ ِ
‫ْﻦ‬ َ َ ْ ‫) اُْﻧ ُﻈ ْﺮ ِﻓ ْﻲ َﺗْﻔ ِﺴﯿ‬٣٣
ِ ‫ْﺮ اﻟ َﺠﻼﻟﯿ‬
ِ

ُ ُْ َ ‫اﻟﺜﺎِﻟ ُﺚ ﺑ َﻤ ْﻌَﻨﻰ َا ْﻋ َﻮان َا ْو َا ْﺟَﻨ ٍﺎد أَ ْو َﻋ ْﺴ َﻜﺮ َﻛ َﻤﺎ َﻗ‬


ُ ‫ َوإذ َﻧ ﱠﺠْﯿَﻨ‬: ‫ﺎل َﺗ َﻌﺎﻟﻰ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻓﻲ‬ َ
ِ ‫) أﻧﻈ ْﺮ‬٨ ‫ اﻟﺦ (اﻟﺒﻘﺮة‬... ‫ال ِﻓ ْﺮ َﻋ ْﻮن‬ ِ ‫ﺎﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ‬ ْ ِ ٍ ٍ ِ
َ ‫ﺻﺎو ْي ْاﻟ ُﺠ ْﺰ ُء ْا‬ ْ
٢٧ ‫ﻷ ﱠو ِل ص‬ ِ ‫َﺗﻔ ِﺴﯿ‬
ِ َ ‫ْﺮ‬

Soal : Apakah makna Ali Adam dan Ali Jibril ?


Jawab : Makna Ali terbagi atas 3 makna :
1. makna Keluarga, yakni isteri, anak, dan keturunan
2. makna Jiwa, seperti firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 33 :
‫ْﻦ‬ َ ْ
َ ‫ال ِﻋ ْﻤ َﺮ َان َﻋَﻠﻰ اﻟ َﻌﺎﻟ ِﻤﯿ‬
َ ‫اﻫﯿ َْﻢ َو‬
ِ ‫ْﺮ‬ َ ‫ﺻ َﻄﻔﻰ َاد َم َوُﻧ ْﻮ ًﺣﺎ ﱠو‬
َ ‫ال ِإﺑ‬ ْ ‫ِإ ﱠن اﷲَ ِإ‬
3. makna teman (bala tentara) seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 8 :
‫ اﻟﺦ‬... ‫ال ِﻓ ْﺮ َﻋ ْﻮ َن‬ ُ ‫َوإذ َﻧ ﱠﺠْﯿَﻨ‬
ِ ‫ﺎﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ‬ ْ ِ

‫ﻀﯿَْﻠ ٌﺔ ؟‬ ‫اﻟﺼﺒْﺢ ِاﻟﻰ ُﻃﻠُ ْﻮع ﱠ‬


ِ ‫اﻟﺸ ْﻤ ِﺲ َﻓ‬ ِ ْ ‫ َﻫ ِﻞ ْاﻟُﻘ ُﻌ ْﻮُد ﺑ‬: ‫س‬
َ ‫َﻌَﺪ ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺼﻼ ِة ﱡ‬

َ ‫ﺻﻠﱠﻰ ْاﻟَﻔ ْﺠ َﺮ ِﻓ ْﻲ َﺟ َﻤ‬


‫ﺎﻋ ٍﺔ‬ َ ‫ َﻣ ْﻦ‬: ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬ ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ِ‫ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬َ ‫ َﻗ‬٢٠ ‫َﺎد ص‬ ِ ‫ﻀﯿَْﻠ ٌﺔ – َﻛ َﻤﺎ ِﻓ ْﻲ ِا ْر َﺷ ِﺎد ْاﻟ ِﻌﺒ‬
ِ ‫ْﻪ َﻓ‬
ِ ‫ ِﻓﯿ‬, ‫ َﻧ َﻌ ْﻢ‬: ‫ج‬
‫ﺎﻣ ٍﺔ (رواه‬ ‫ﺎﻣ ٍﺔ َﺗ ﱠ‬ ‫ْﻦ َﻛﺎَﻧ ْﺖ َﻟﻪ َﻛَﺄ ْﺟ ِﺮ َﺣ ﱠﺠ ٍﺔ َو ُﻋ ْﻤ َﺮ ٍة َﺗ ﱠ‬
‫ﺎﻣ ٍﺔ َﺗ ﱠ‬ ْ ّ َ ‫ﺲ ﺛـُـ ﱠﻢ‬
ِ ‫ﺻﻠﻰ َرﻛ َﻌَﺘﯿ‬
‫ﺛـُـ ﱠﻢ َﻗ َﻌَﺪ ﯾَﺬ ُﻛ ُﺮ اﷲَ َﺗ َﻌﺎﻟﻰ َﺣﱠﺘﻰ َﺗ ْﻄﻠُ َﻊ ﱠ‬
ُ ‫اﻟﺸ ْﻤ‬ ْ
‫وﺣﺴﻨﻪ‬
ّ ‫(اﻟﺘـﺮﻣﺬي‬

Soal : Apakah duduk setelah shalat shubuh sampai matahari terbit itu ada fadhilahnya ?
Jawab : Ya, ada fadhilahnya, seperti diterangkan dalam kitab IRSYADUL IBAD halaman
20, Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa shalat shubuh dengan berjama’ah, kemudian
duduk berdzikir sampai matahari terbit, kemudian shalat dua raka’at, maka baginya seperti
pahala ibadah haji dan umroh yang sempurna (HR. TURMUDZI dan Imam TURMUDZI
menghasankan haditsnya)

‫ْﻼ ِإﻟﻰ ْاﻟ َﻤ ْﺴ ِﺠِﺪ ِﻟ ﱠ‬


َ ‫ﻠﺼ‬
‫ﻼ ِة ؟‬ ً ‫ﺎء َﻟﯿ‬ ُ ‫ َﻫ ْﻞ ﯾ‬: ‫س‬
ِ ‫َﺠ ْﻮ ُز ُﺧ ُﺮ ْو ُج اﻟﱢﻨ َﺴ‬

‫ﺎء ِﻣ َﻦ ْاﻟ ُﺨ ُﺮ ْو ِج ِاَﻟﻰ‬


َ ‫ﻻ َﺗ ْﻤَﻨ ُﻌ ْﻮا اﻟﱢﻨ َﺴ‬َ : ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋَﻠﯿ‬ َ ِ‫ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬
َ ‫ َﻗ‬, ‫ْﻦ ُﻋ َﻤ َﺮ‬ َ ‫َﺠ ْﻮ ُز ُﺧ ُﺮ ْو ُﺟ َﻬﺎ َﻛ َﻤﺎ َﻗ‬
ُ ‫ﺎل إِﺑ‬ ُ ‫ ﯾ‬, ‫ َﻧ َﻌ ْﻢ‬: ‫ج‬
ُ َ ْ
١٨٧ ‫ْﺢ اﻟ ُﻤ ْﺴِﻠ ِﻢ َاﻟ ُﺠ ْﺰ ُء ْاﻷ ﱠول ص‬ ْ ُ ‫(ﺻ ِﺤﯿ‬
َ ‫ْﻞ‬ ‫ﱠ‬ ْ
ِ ‫(اﻟ َﻤ ْﺴ ِﺠِﺪ ِﺑﺎﻟﻠﯿ‬

Soal : Apakah boleh Wanita keluar malam pergi ke masjid untuk shalat ?
Jawab : Ya Boleh, sebagaimana Ibnu Umar berkata ; Rasulullah SAW bersabda :
“Janganlah kamu cegah wanita untuk keluar untuk pergi ke masjid pada malam hari”
SUMBER : DIKTAT PELAJARAN ASWAJA MADRASAH ALIYAH NURUL HUDA
Munjul Pesantren Kec. Astanajapura Kabupaten Cirebon 45181 Telp. (0231) 3383635

F0079. INILAH RINGKASAN AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH


6 bulan yang lalu

Oleh Mbah Jenggot

Berikut ini adalah ikhtisar aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah sebagaimana dihimpun oleh KH
Sirajuddin Abbas dalam kitabnya I’tiqod Ahlus Sunnah wal Jamaah.
1. Iman ialah mengikrarkan dengan lisan dan membenarkan dengan hati. Kemudian iman
yang sempurna ialah mengikrarkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan
mengerjakan dengan anggota.
2. Tuhan itu ada, namanya Allah, dan ada 99 nama bagi Allah.(Asmaul Husna)
3. Tuhan mempunyai sifat banyak sekali, yang boleh disimpulkan : Tuhan mempunyai
sifat-sifat Jalal (kebesaran), Jamal (keindahan), dan Kamal (kesempurnaan).
4. Sifat yang wajib diketahui oleh sekalian mukmin yang baligh berakal adalah 20 sifat; 20
sifat yang wajib dan mustahil (tidak mungkin) ada bagi-Nya. Sifat yang harus ada bagi-Nya,
yaitu :
a. Wujud artinya ada, mustahil Dia tidak ada.
b. Qidam artinya tidak ada permulaan dalam wujud-Nya, mustahil ada-Nya permulaan.
c. Baqa’ artinya tidak berkesudahan ada-Nya, mustahil ada-Nya berkesudahan.
d. Mukhalafatuhu ta’ala lilhawaditsi artinya Dia berlainan dengan segala makhluk, mustahil
Dia serupa dengan makhluk-Nya.
e. Qiyamuhu binafsihi artinya Dia berdiri sendiri, bukan berdiri di atas zat lain, mustahil Dia
berdiri di atas zat lain.
f. Wahdaniyah artinya Dia Esa, mustahil Dia banyak.
g. Qudrat artinya kuasa, mustahil Dia tidak kuasa.
h. Iradat artinya menentukan sendiri dengan kehendak-Nya, mustahil Dia dipaksa.
i. Ilmu artinya Dia tahu, mustahil Dia tidak tahu (bodoh).
j. Hayat artinya hidup, mustahil Dia mati.
k. Sama’ artinya mendengar, mustahil Dia tidak mendengar (tuli).
l. Bashar artinya melihat, mustahil Dia buta.
m. Kalam artinya berkata, mustahil Dia bisu.
n. Kaunuhu Qadiran artinya Dia dalam keadaan berkuasa mustahil Dia dalam keadaan tidak
berkuasa.
o. Kaunuhu muridan artinya Dia dalam keadaan mempunyai iradat, mustahil Dia dalam
keadaan yang tidak mempunyai iradat.
p. Kaunuhu ‘Aliman artinya Dia dalam keadaan tahu, mustahil Dia dalam keadaan tidak
tahu.
q. Kaunuhu Hayyan artinya Dia dalam keadaan hidup mustahil Dia dalam keadaan mati.
r. Kaunuhu Sami’an artinya Dia dalam keadaan mendengar, mustahil Dia dalam keadaan
tidak mendengar.
s. Kaunuhu Bashiran artinya Dia dalam keadaan melihat, mustahil Dia dalam keadaan tidak
melihat.
t. Kaunuhu Mutakalliman artinya Dia dalam keadaan berfirman, mustahil Dia bisu.
u. Kemudian ditambah dengan sifat jaiz bagi Alloh, yaitu Alloh boleh melakukan sesuatu
yang mumkin dan boleh tidak melakukannya.
Demikian 20 sifat yang wajib (mesti ada) bagi Allah SWT, 20 sifat yang mustahil (tidak
mungkin ada bagi Allah SWT), dan satu sifat jaiz bagi Alloh.
5. Wajib dipercayai bahwa Malaikat ada, mereka banyak. Tetapi yang wajib dipercayai
secara terperinci hanyalah 10 malaikat saja.
6. Wajib dipercayai adanya kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya untuk
disampaikan kepada ummatnya. Kitab-kitab itu banyak, tetapi yang wajib diketahui secara
terperinci adalah 4 (empat), yaitu: a. Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as. b.
Kitab Zabur yang diturunkan kpada Nabi Daud as. c. Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi
Isa as. d. Kitab Al-Qur’an yang diturunkan kpada Nabi Muhammad saw.
7. Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah mempercayai sekalian rasul-rasul yang diutus Allah
SWT kepada manusia, mereka banyak, ada yang diterangkan Allah SWT kepada manusia
dan ada yang tidak diterangkan. Tetapi yang wajib diketahui secara terperinci adalah 25
rasul yang dinyatakan dalam Al-Qur’an.
8. Setiap orang Islam wajib mempercayai adanya hari akhirat. Permulaan hari akhirat itu
bagi setiap manusia adalah sesudah mati, yaitu:
a.Setiap orang akan mati apabila jangka usianya sudah habis.
b.Setelah mati lalu dikuburkan. Di dalam kuburnya akan ditanya: Siapa Tuhannya, siapa
Nabi, Apa kitab suci, dan lain-lain. Pertanyaan tersebut Diajukan oleh malaikat Mungkar dan
Nakir.
c.Orang yang jahat dan ahli ma’siat akan disiksa di dalam kubur.
d.Pada suatu waktu akan terjadi kiamat besar, dunia akan hancur luluh dan semua manusia
bahkan semua makhluk di atas dunia akan mati dan hancur pula.
e.Kemudianpada suatu waktu pula akan dibunyikan terompet sehingga seluruh makhluk
yang mati akan bangkit kembali, berkumpul di padang mahsyar.
f.Akan diadakan hisab, yaitu perhitungan dosa dan pahala.
g.Di Padang Mahsyar akan ada syafaat (pertolongan) dari Nabi Muhammad SAW dengan
seizin Allah SWT.
h.Akan ada timbangan untuk menimbang dosa dan pahala.
i.Akan ada titian (jembatan) Shirathal Mustaqim yang akan dibentangkan di atas neraka
yang harus dilalui oleh sekalian manusia.
j.Akan ada telaga Kautsar kepunyaan Nabi Muhammad SAW di dalam surga, di mana
orang-orang yang beriman akan dapat minum.
k.Yang lulus ujDian dalam meniti Shirathal Mustaqim akan langsung masuk surga Jannatun
Na’im sementara yang tidak lulus akan tergelincir masuk ke dalam neraka.
l.Orang yang baik akan langsung masuk surga dan kekal selama-lamanya.
m.Orang yang mu’min yang berdosa dan mati sebelum bertaubat, akan masuk ke dalam
neraka buat sementara dan setelah menjalani hukuman akan dikeluarkan dan dimasukkan
ke dalam surga buat selama-lamanya.
n.Orang kafir langsung masuk neraka dan kekal selama-lamanya.
o.Orang mu’min yang baik-baik akan diberi ni’mat apa saja yang dia sukai, dan akan
diberikan ni’mat lagi yang paling lezat yakni akan melihat Allah SWT. Demikian secara
ringkas tentang hari akhirat.
9. Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah mempercayai adanya Qada’ dan Qadar yaitu takdir ilahi,
sebagai berikut: a. Sekalian yang terjadi di dunia ini sudah ada qadla’ Allah SWT yakni
hukum Allah SWT dalam azali, bahwa hal itu akan terjadi. b. Sekalian yang terjadi di alam ini
buruk atau baiknya semuanya dijadikan Allah SWT. Pendeknya nasib baik dan buruk
semuanya dari Allah SWT dan kita umat manusia hanaya menjalani takdir saja. c. Yang ada
bagi manusia hanya kasab, ikhtiar dan usaha. Manusia wajib berikhtiar dan berusaha. d.
Pahala yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia adalah kaena karunia-Nya dan
hukuman yang diberikan kepada manusia adalah karena keadilan-Nya. Demikian
kepercayaan orang mu’min menurut faham Ahlussunnah wal Jama’ah yang bertalDian
dengan rukun iman yang (6) enam, yaitu : percaya kepada Allah SWT,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari qiyamat dan qadla’ qadar-Nya.
10. Allah SWT bersama nama-Nya dan sifat-Nya semuanya qadim, karena nama dan sifat
itu berdiri di atas zat yang qadim, maka dengan demikian semua nama dan sifat Allah SWT
adalah qadim, tidak ada pemulaannya.
11. Al Quran adalah kalam Alloh yang qadim. Sedangkan apa yang tertulis dalam mushaf
yang menggunakan huruf dan suara merupakan gambaran dari Al Quran yang qadim
tersebut. Oleh karena itulah Al Quran disebut dengan qadim dan tidak boleh disebut
makhluk.
12. Rizki sekalian manusia sudah ditaqdirkan dalam azal, tidak bertambah dan tidak
berkurang, tetapi manusia diperintahkan untuk mencari rizki, diperintahkan untuk berusaha
dan tidak boleh berpangku tangan menunggu saja.
13. Ajal setiap manusia sudah ada jangkanya oleh Allah SWT tidak dimajukan waktunya,
juga tidak dapat ditunda walaupun sekejap mata. Tetapi manusia diperintahkan oleh Allah
SWT untuk berobat kalau sakit, tidak boleh menunggu ajal saja.
14. Anak-anak orang kafir yang mati kecil (bayi) masuk surga.
15. Do’a orang mu’min memberi manfaat bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain yang
dido’akan.
16. Pahala sedekah, wakaf dan pahala bacaan (tahlil, shalawat dan bacaan Al-Qur’an) boleh
dihadiahkan kepada orang yang telah mati dan sampai kepada mereka kalau dimintakan
kepada Alloh untuk menyampaikannya.
17. Ziarah kubur, khususnya kubur ibu bapak, ulama’-ulama’, wali-wali, dan orang-orang
syahid, lebih-lebih maqam Rasulullah SAW, dan maqam sahabat-sahabat beliau adalah
sunat hukumnya, diberi pahala kalau dikerjakan.
18. Berdo’a kepada Allah SWT langsung atau berdo’a dengan memakai wasilah
(bertawassul) adalah sunat hukumnya, diberi pahala kalau mengerjakannya.
19. Masjid di seluruh dunia sama derajatnya, kecuali tiga buah masjid, lebih tinggi
derajatnya dari yang lain, yaitu masjid-masjid di Makkah, Madinah dan Baitul Muqaddas.
Berjalan (musafir) untuk beribadah ke masjid yang tiga tersebut adalah ibadah hukumnya,
jika dikerjakan mendapat pahala.
20. Seluruh manusia adalah anak cucu nabi Adam. Adam berasal dari tanah. Iblis dan jin
dijadikan dari api, tetapi malaikat-malaikat dijadikan dari cahaya.
21. Bumi dan langit ada. Diapa yang mengatakan langit tidak ada Dia keluar dari lingkungan
kaum Ahlussunnah wal Jama’ah.
22. Nama Tuhan tidak boleh dibuat-buat oleh manusia, tetapi harus seperti yang telah
ditetapkan Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW yang shahih. Dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi dan Imam Bukhari, nama Allah SWT itu 99 banyaknya.
Siapa yang menghafalkannya di luar kepala akan dimasukkan ke dalam surga (lihat shahih
Bukhari juz IV bagDian 195 dan shahih Tirmidzi juz XIII, halaman 37-42). Kita umat Islam
boleh berdo’a dan boleh menyeru dengan salah satu atau semua nama-Nya yang 99 ini,
umpamanya Ya Lathif, Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Wadud dan sebagainya.
23. Kalau terdapat ayat-ayat suci Al-Qur’an yang seolah-olah menyatakan bahwa Allah SWT
bertubuh seperti manusia, atau bertangan seperti manusia, atau bermuka serupa manusia,
maka ulama’-ulama’ Ahlussunnah wal Jama’ah mentakwilkan atau menafsirkan ayat di atas
secara majazi, yakni bukan menurut asal dari perkataan itu, sesudah itu diserahkan kepada
Allah SWT apakah yang sebenarnya yang dimaksud oleh ayat tersebut. Misalnya ayat yang
mengatakan bahwa Tuhan bermuka, maksudnya Dialah Dzat yang Qadim, yang tidak
serupa dengan makhluk-Nya, kalau terdapat ayat mengatakan “Tuhan bertangan”
maksudnya adalah bahwa “Tuhan berkuasa” karena tangan itu adalah alat kekuasaan.
Kalau dijumpai ayat yang mengatakan “Tuhan duduk di atas Arsy” maksudnya bahwa
“Tuhan menguasai Arsy”. Ada lagi ayat dan hadits yang mengatakan “Tuhan turun” maka
yang turun adalah rahmat-Nya, bukan batang tubuhnya sebab Allah SWT tidak berbatang
tubuh. Jika dijumpai ayat mengatakan bahwa “Tuhan atau Allah SWT itu cahaya”, maka
maksudnya adalah Allah SWT itu memberi cahaya, demikian seterusnya dengan ayat-ayat
yang lain.
Hal ini dianggap sangat perlu agar kita tidak terperangkap ke dalam kekeliruan dalam
memahami ayat-ayat suci Al-Qur’an. Juga agar termasuk orang-orang yang menyerupakan
Allah SWT dengan makhluk-Nya atau golongan kaum Musyabbihah atau Muajssimah yang
menerapkan adanya keserupaan Allah SWT dengan makhluk.
Dalam surat as Syura ayat 11 disebutkan sejelas-jelasnya bahwa Allah SWT tidak serupa
dengan makhluk-Nya. Tetapi dalam mengartikan atau menta’wilkan ayat ini janganlah
memakai sembarang ta’wil. Hendaknya diperhatikan kitab-kitab tafsir Ahlussunnah wal
Jama’ah yang dipercayai, seperti kitab tafsir At- Thabari, tafsir Qurthubi, tafsir Jalalain, tafsir
Khazin, dan lain-lain sebagainya.
24. Bangkit sesudah mati hanya satu kali. Manusia mulanya tidak ada, kemudian lahir ke
dunia kemudian mati. Lalu hidup kembali (bangkit) dari kematian setelah peniupan terompet
dan berkumpul di padang Mahsyar sesuai dengan ayat Al-Qur’an pada surat Al Baqarah
ayat 28.
25. Upah (pahala) yang Allah SWT berikan kepada oang-orang yang saleh bukanlah karena
Allah SWT terpaksa untuk memberikannya dan bukan pula kewajiban Allah SWT untuk
membalas jasa orang itu. Begitu juga hukuman bagi orang yang durhaka tidaklah Allah SWT
terpaksa menghukumnya atau bukanlah kewajiban Allah SWT untuk menghukumnya, tidak.
Allah SWT memberikan pahala kepada manusia dengan karunia-Nya dan menghukum
dengan keadilan-Nya.
26. Allah SWT dapat dilihat oleh penduduk surga dengan mata kepala, bukan dengan mata
hati saja. Tetapi tidak boleh berpersepsi bahwa Allah SWT berada dalam surga. Hanya kita
yang bertempat dalam surga yang melihat-Nya.
27. Pada waktu di dunia tidak ada manusia dapat yang melihat Allah SWT kecuali Nabi
Muhammad SAW, pada malam Mi’raj.
28. Mengutus rasul-rasul adalah karunia Allah SWT kepada hamba-Nya untuk menunjuki
jalan yang lurus, bukanlah kewajiban Allah SWT untuk mengutus rasul-rasul-Nya.
29. Wajib diketahui dan diyakini oleh seluruh ummat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW
lahir di kota Makkah. Sesudah berusia 40 tahun diangkat menjadi rasul, lalu diturunkan
kepada beliau ayat-ayat Al-Qur’an berturut-berturut selama 23 tahun. Sesudah 13 tahun
menjadi rasul beliau pindah ke Madinah, menetap disitu sampai wafat. Beliau wafat sesudah
melakukan tugas 23 tahun dalam usia 63 tahun. Makam Nabi Muhammad SAW berada di
Madinah, dalam lingkungan Masjid Madinah sekarang.
30. Nabi Muhammad SAW adalah manusia serupa kita, bukan malaikat. Beliau makan,
minum, tidur, sakit, nikah, mempunyai keluarga serupa manusia biasa. Akan tetapi
kemanusiaan beliau luar biasa, rohaniyah dan jasmaniyah beliau luar biasa kuatnya, karena
kepada beliau diturunkan wahyu ilahi, yang kalau diturunkan di atas bukit maka bukit
tersebut akan hancur lebur. Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah menganggap bahwa Nabi
Muhammad SAW walaupun beliau serupa manusia biasa tetapi beliau adalah sayyidul
khalaiq, makhluk Allah SWT yang termulia di antara makhluk yang lain.
31. Silsilah nenek moyang Nabi Muhammad SAW adalah Muhammad bin Abdullah bin
Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Marrah bin Ka’ab bin
Luai bin Galib bin Fihir bin Malik bin Nadlar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin
Ilyas bin Mudlar bin Ma’ad bin Adnan. Dari pihak ibu adalah ; Muhammad bin Aminah binti
Wahab bin Abdul Manaf bin Zahrah bin Kilab (nenek Nabi yang keenam dari pihak bapak).
32. Isteri-isteri Nabi Muhammad SAW dari mulai kawin sampai beliau wafat adalah: Ummul
Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Ummu
Salamah binti Abi Umayyah, Ummu Habibah binti Abi Sufyan, Saudah binti Zam’ah, Zainab
binti Jahasy, Zainab binti Khuzaimah, Maimunah binti Harits, Juwairiyah binti Harits, dan
Safiyah binti Hay. ra.
33. Putra-putri Nabi Muhammad SAW adalah : Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalsum, Siti
Fatimah, Qasim, Abdullah, dan Ibrahim. ra.
34. Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT kepada seluruh umat manusia, tidak
pandang suku, tidak pandang negeri dan tidak pandang agama.
35. Nabi Muhammad SAW Mi’raj ke langit melalui Baitul Muqaddas (Palestina) tanggal 27
Rajab dan kembali malam itu juga ke dunia membawa perintah shalat lima kali sehari
semalam. Nabi saw. mi’raj dengan badan dan ruh beliau.
36. Nabi Muhammad SAW terdahulu diangkat menjadi nabi dibanding nabi-nabi yang lain,
yaitu ketika Nabi Adam masih terbaring dalam surga sebelum dineri jiwa. Karena itu, beliau
(Nabi Muhammad SAW) adalah nabi yang paling dahulu diangkat dan yang paling akhir lahir
ke dunia.
37. Nabi Muhammad SAW menerima syafaat (bantuan) nanti di akhirat kepada seluruh
manusia. Syafaat (bantuan) itu bermacam-macam, diantaranya menyegerakan proses
penghisaban di padang Mahsyar.
38. Sesudah Nabi Muhammad SAW meninggal dunia, maka pengganti beliau yang sah
adalah Sayyidina Abu Bakar ra. sebagai khalifah pertama, Sayyidin Umar bin Khattab ra.
sebagai khalifah kedua, Sayyidina Utsman bin Affan ra. sebagai khalifah ketiga, dan
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. sebagai khalifah keempat.
39. Wajib diyakini bahwa yang paling mulia di antara makhluk Tuhan ialah Nabi Muhammad
SAW, sesudah itu Rasul-rasul yang lain, lalu para Nabi, para Malaikat, barulah Muslimin
yang lain.
40. Wajib diyakini bahwa sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling mulia adalah
Sayyidina Abu Bakar, sesudah itu Sayyidina Umar bin Khattab, sesudah itu Sayyidina
Utsman bin Affan lalu Sayyidina Ali bin Abi Thalib, sesudah itu sahabat-sahabat yang
sepuluh yang telah dikabarkan oleh Nabi Muhammad SAW akan masuk surga, yaitu 4 orang
khalifah ditambah dengan Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurahman bin ‘Auf,
Sa’ad bin Abi Waqqas, Sa’id bin Zaid, Abu Ubaidah, Amir bin Jarrah, sesudah itu
sahabat-sahabat yang ikut Perang Badar, sesudah itu sahabat-sahabat yang ikut Perang
Uhud, sesudah sahabat-sahabat yang ikut Bai’atur Ridlwan, lalu sekalian sahabat Nabi ra.
41. Dalam soal pertikaian dan peperangan yang terjadi antara para sahabat Nabi, seperti
“Perang Jamal” antara Siti Aisyah dan Sayyidina Ali, “Perang Shifiin” antara Sayyidina Ali
dengan Mu’awiyah, kaum Ahlussunnah wal Jama’ah menanggapi secara positif tidak
banyak dibicarakan, tetapi dianggap bahwa mereka berijtihad menurut pendapat mereka
masing-masing. Kalau ijtihad itu benar pada sisi Allah SWT mereka dapat pahala dua, tetapi
kalau ijtihad mereka salah maka mereka mendapat pahala satu atas ijtihadnya itu.
42. Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah yakin, bahwa sekalian keluarga Nabi Muhammad
SAW, khususnya Siti Aisyah Ummul Mu’minin yang dituduh berbuat kesalahan adalah
bersih dari noda. Fitnah yang dilancakan kepada keluarga Nabi adalah fitnah yang
dibuat-buat (QS an Nur ayat 11).
43. Kerasulan seorang rasul adalah karunia Allah SWT. Pangkat tersebut tidak bisa
didapatkan dengan diusahakan, umpamanya dengan bersekolah atau bertapa dan lain-lain.
44. Rasul-rasul yang dibekali dengan mu’jizat, yaitu perbuatan yang ganjil yang diluar
kemampuan manusia biasa, misalnya Nabi Ibrahim AS tidak tebakar dengan api, Nabi Isa
AS dapat menghidupkan orang yang telah mati, Nabi Musa AS bisa nenjadikan tongkatnya
menjadi ular, Nabi Muhammad SAW dengan kitab suci Al-Qur’an yang tidak dapat ditiru oleh
orang-orang yang pandai, air keluar dari anak jari beliau, bulan dapat dibelah dua, matahari
berhenti berjalan, dan lain sebagainya.
45. Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini adanya keramat. Keramat artinya pekerjaan
yang ganjil yang di luar kebiasaan yang mampu dikerjakan oleh para wali Allah,
ulama’-ulama’, orang-orang sholih, umpamanya makanan datang sendiri kepada Siti
MarDiam, ahli gua tidur selama 309 tahun tanpa rusak dagingnya.
46. Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir, tidak ada lagi Nabi sesudah beliau.
Begitu juga pangkat kenabian dan kerasulan, begitu juga nabi-nabi pembantu tidak ada lagi
sesudah Nabi Muhammad SAW. Siapa saja yang menda’wakan dirinya sebagai nabi atau
rasul baik nabi bersendiri maupun untuk menjelaskan syari’at Nabi Muhammad SAW, maka
orang itu pembohong yang wajib dilawan.
47. Wajib dipercayai adanya Arsy, yaitu suatu benda makhluk Allah SWT yang dijadikan dari
nur, terletak di tempat yang tinggi dan mulia, yang tidak diketahui hakekatnya dan
kebesarannya. Hanya Allah SWT yang mengetahui, kita hanya wajib mengimaninya.48.
Wajib diketahui adanya “Kursi Allah SWT” yaitu suatu benda makhluk Allah SWT yang
bedekatan dan bertalDian dengan Arsy. Hakekat keberadaannya diserahkan kepada Allah
SWT. Yang wajib kaum Ahlussunnah wal Jama’ah adalah mempercayainya.
49. Wajib dipercayai adanya Qalam, yaitu suatu benda yang dijadikan Allah SWT untuk
‘menuliskan’ segala sesuatu yang akan terjadi di Lauh Mahfudh. Sekalian yang terjadi di
dunia ini sudah dituliskan dengan Qalam di Lauh Mahfudh terlebih dahulu.
50. Surga dan neraka bersama penduduknya akan kekal selama-lamanya, tidak akan habis.
Keduanya dikekalkan Allah SWT agar yang berbuat baik merasakan selama-lamanya ni’mat
pekerjaan dan yang berbuat dosa merasai selama-lamanya siksa atas pebuatannya.
51. Dosa itu, menurut faham Ahlussunnah wal Jama’ah, terbagi dua, ada dosa besar dan
ada dosa kecil. Dosa besar itu ialah syirik (mempersekutukan Alloh) ini paling berat atau
paling besar, membunuh manusia dengan tidak hak, makan riba/rente uang, lari dari medan
perang (perang sabil), menjadi tukang sihir mendurhakai ibu bapak, berbuat zina, berbuat
liwath, berdusta terhadap Nabi dan lain-lain sebagainya. Kalau dosa besar tidak dikerjakan,
maka dosa-dosa kecil akan diampuni saja oleh Alloh. Dosa besar hanya dapat diampuni
kalau si pembuatnya taubat kepada Alloh.
52. Orang mukmin bisa menjadi kafir kembali (riddah) dengan melakukan hal-hal di bawah
ini :
a. Dalam i’tiqad : i. Syak atau ragu atas adanya Tuhan. ii. Syak atau ragu akan ke-Rasulan
Nabi Muhammad Saw. iii. Syak atau ragu bahwa Al-Qur’an itu wahyu Tuhan iv. Syak atau
ragu bahwa akan ada hari kiamat, hari akhirat, surga, neraka dan lain-lain sebagainya. v.
Syak atau ragu bahwa Nabi Muhammad Saw Isra’ Mi’raj dengan ruh dan jasad. vi.
Meng-i’tiqadkan bahwa Alloh tidak mempunyai sifat seperti ilmu, hayat, qidam baqa’, dan
lain-lain. vii. Meng-i’tiqadkan bahwa Alloh bertubuh serupa manusia. viii. Menghalalkan
pekerjaan yang telah sepakat ulama’ Islam mengharamkannya, seperti meyakini bahwa zina
boleh baginya, berhenti puasa boleh baginya, membunuh orang boleh baginya, makan
minum haram boleh baginya dan lain-lain sebagainya. ix. Mengharamkan pekerjaan yang
sudah sepakat ulama’ Islam membolehknnya, seperti kawin haram baginya, jual beli haram
baginya, makan minum haram baginya dan lain-lain sebagainya. x. Meniadakan suatu
amalan ibadah yang telah sepakat ulama’ Islam mewajibkannnya, seperti sembahyang,
puasa, zakat dan lain-lain sebagainya. xi. Mengingkari kesahabatan para sahabat-sahabat
Nabi yang utama seperti Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar bin Khathab dan lain-lain
sebagainya. xii. Mengingkari sepotong atau seluruhnya ayat suci Al-Qur’an atau menambah
sepotong atau seluruh ayat suci al-Qur’an dengan tujuan menjadikannya menjadi Al-Qur’an.
xiii. Mengingkari salah seorang Rasul yang telah sepakat ulama’-ulama’ Islam
mengatakannya Rasul. xiv. Mendustakan Rasul-rasul Alloh. xv. Meng-i’tiqadkan ada Nabi
sesudah Nabi Muhammad Saw. xvi. Mendakwahkan jadi Nabi atau Rasul setelah Nabi
Muhammad Saw.
b. Dalam amalan: i. Sujud kepada berhala, pada matahari, pada bulan dan lain-lain. ii. Sujud
kepada manusia dengan suka rela. iii. Menghina Nabi-nabi atau Rasul-rasul dengan lisan
maupun perbuatan. iv. Menghina kitab-kitab suci dengan lisan atau perbuatan. v.
Mengejek-ejek agama atau Alloh dengan lisan atau tulisan. dll.
c. Dalam perkataan i. Mengucapkan “Hai kafir”, kepada orang Islam. ii. Mengejek-ejek atau
menghina nama Alloh. iii. Mengejek-ejek hari akhirat, surga dan neraka. iv. Mengejek-ejek
salah satu syari’at, misalnya shalat, puasa, zakat, haji, thawaf keliling Ka’bah, wukuf di
Arafah dan lain-lain sebagainya. v. Mengejek-ejek malaikat-malaikat vi. Mengejek-ejek
Nabi-nabi dan Rasul-rasul. vii. Mengejek-ejek keluarga Nabi. viii. Mengejek-ejek Nabi
Muhammad saw, dll.

1762. INILAH ANCAMAN BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN PUASA RAMADHAN


6 bulan yang lalu

PERTANYAAN :
Assalamu'alaikum ,sudah lama ga mampir kesini. Ada pertanyaan tetangga : Adakah
ancaman bagi orang yang tidak berpuasa, baik dari al quran, al hadits atau fatwa ulama.
Suwun. [Aan Farhan].
JAWABAN :
Dari Abu Umamah Al-Bahili Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku pernah mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : “Ketika aku tidur,
datanglah dua orang pria kemudian memegang kedua lenganku, membawaku ke satu
gunung yang kasar (tidak rata), keduanya berkata, “Naik”. Aku katakan, “Aku tidak mampu”.
Keduanya berkata, ‘Kami akan memudahkanmu’. Akupun naik hingga sampai ke puncak
gunung, ketika itulah aku mendengar suara yang keras. Akupun bertanya, ‘Suara apakah
ini?’. Mereka berkata, ‘Ini adalah teriakan penghuni neraka’. Kemudian keduanya
membawaku, ketika itu aku melihat orang-orang yang digantung dengan kaki di atas, mulut
mereka rusak/robek, darah mengalir dari mulut mereka. Aku bertanya, ‘Siapa mereka?’
Keduanya menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum waktu berbuka.
[Mbah Jenggot II].
- Is'adur Rofiq :
‫ ﻓﻌﻦ أﺑﻲ‬،‫ وﻗﺪ ﺛﺒﺖ ﻓﯿﻪ ﻣﻦ اﻟﻮﻋﯿﺪ ﻣﺎ ﯾﻔﺮي اﻷﻛﺒﺎد وﯾﻘﺾ اﻟﻤﻀﺎﺟﻊ‬،‫ﻓﺈن اﻟﻔﻄﺮ ﻓﻲ ﻧﻬﺎر رﻣﻀﺎن ﻣﻦ أﻏﻠﻆ اﻟﺬﻧﻮب وأﻛﺒﺮ اﻟﻜﺒﺎﺋﺮ‬
.‫ اﺻﻌﺪ‬:‫ ﻓﻘﺎﻻ‬،‫ ﻓﺄﺧﺬا ﺑﻀﺒﻌﻲ ﻓﺄﺗﯿﺎ ﺑﻲ ﺟﺒﻼ وﻋﺮا‬،‫ ﺑﯿﻨﺎ أﻧﺎ ﻧﺎﺋﻢ أﺗﺎﻧﻲ رﺟﻼن‬:‫أﻣﺎﻣﺔ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬
‫ﻓﻖ‬
:‫ ﻣﺎ ﻫﺬه اﻷﺻﻮات؟ ﻗﺎﻟﻮا‬:‫ ﻗﻠﺖ‬.‫ ﻓﺼﻌﺪت ﺣﺘﻰ إذا ﻛﻨﺖ ﻓﻲ ﺳﻮاء اﻟﺠﺒﻞ إذا ﺑﺄﺻﻮات ﺷﺪﯾﺪة‬.‫ إﻧﺎ ﺳﻨﺴﻬﻠﻪ ﻟﻚ‬:‫ ﻓﻘﺎل‬.‫ إﻧﻲ ﻻ أﻃﯿﻘﻪ‬:‫ﻟﺖ‬
ً ‫ ﺗﺴﯿﻞ أﺷﺪاﻗﻬﻢ‬،‫ ﻣﺸﻘﻘﺔ أﺷﺪاﻗﻬﻢ‬،‫ ﺛﻢ اﻧﻄﻠﻖ ﺑﻲ ﻓﺈذا أﻧﺎ ﺑﻘﻮم ﻣﻌﻠﻘﯿﻦ ﺑﻌﺮاﻗﯿﺒﻬﻢ‬،‫ﻫﺬا ﻋﻮاء أﻫﻞ اﻟﻨﺎر‬
:‫ ﻣﻦ ﻫﺆﻻء؟ ﻗﺎل‬:‫ ﻗﻠﺖ‬:‫ ﻗﺎل‬.‫دﻣﺎ‬
‫ رﺟﺎﻟﻪ رﺟﺎل اﻟﺼﺤﯿﺢ‬:‫ وﻗﺎل اﻟﻬﯿﺜﻤﻲ‬،‫ ﺻﺤﺤﻪ اﻟﺤﺎﻛﻢ واﻟﺬﻫﺒﻲ‬.....‫اﻟﺬﯾﻦ ﯾﻔﻄﺮون ﻗﺒﻞ ﺗﺤﻠﺔ ﺻﻮﻣﻬﻢ‬
Link Asal :

www.fb.com/groups/piss.ktb/456510074371806/

0298. Maksud Hadits Syaithon Dibelenggu Di Bulan Ramadhan


6 bulan yang lalu

PERTANYAAN :
Di bulan Ramadhan benarkah syaithn-syaithon dibelenggu? Tetapi faktanya sewaktu
sedang puasa. Habis subuh kok ramai asyik berpacaran ? dan maksiat masih saja tetap
terjadi? kenapa ya ? [Nadia Faelasufha].
JAWABAN :
Karena masih dimungkinkan kejelekan tersebut terjadi akibat nafsu yang jelek dari
seseorang atau pengaruh setan dari bangsa manusia.
- Fath alBaari IV/114-115 :
‫وﻗﺎل اﻟﻘﺮﻃﺒﻲ ﺑﻌﺪ أن رﺟﺢ ﺣﻤﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻇﺎﻫﺮه ﻓﺈن ﻗﯿﻞ ﻛﯿﻒ ﻧﺮى اﻟﺸﺮور واﻟﻤﻌﺎﺻﻰ واﻗﻌﺔ ﻓﻲ رﻣﻀﺎن ﻛﺜﯿﺮا ﻓﻠﻮ ﺻﻔﺪت اﻟﺸﯿﺎﻃﯿﻦ‬
‫م‬...‫ﻟﻢ ﯾﻘﻊ ذﻟﻚ ﻓﺎﻟﺠﻮاب أﻧﻬﺎ إﻧﻤﺎ ﺗﻘﻞ ﻋﻦ اﻟﺼﺎﺋﻤﯿﻦ اﻟﺼﻮم اﻟﺬي ﺣﻮﻓﻆ ﻋﻠﻰ ﺷﺮوﻃﻪ وروﻋﯿﺖ اداﺑﻪ أو اﻟﻤﺼﻔﺪ ﺑﻌﺾ اﻟﺸﯿﺎﻃﯿﻦ وه‬
‫اﻟﻤﺮدة ﻻﻛﻠﻬﻢ ﻛﻤﺎ ﺗﻘﺪم ﻓﻲ ﺑﻌﺾ اﻟﺮواﯾﺎت أو اﻟﻤﻘﺼﻮد ﺗﻘﻠﯿﻞ اﻟﺸﺮور ﻓﯿﻪ وﻫﺬا أﻣﺮ ﻣﺤﺴﻮس ﻓﺈن وﻗﻮع ذﻟﻚ ﻓﯿﻪ أﻗﻞ ﻣﻦ ﻏﯿﺮه اذﻻ‬
‫ﯾﻠﺰم ﻣﻦ ﺗﺼﻔﯿﺪ ﺟﻤﯿﻌﻬﻢ أن ﻻ ﯾﻘﻊ ﺷﺮ وﻻ ﻣﻌﺼﯿﺔ ﻷن ﻟﺬﻟﻚ اﺳﺒﺎﺑﺎ ﻏﯿﺮ اﻟﺸﯿﺎﻃﯿﻦ ﻛﺎﻟﻨﻔﻮس اﻟﺨﺒﯿﺜﺔ واﻟﻌﺎدات اﻟﻘﺒﯿﺤﺔ واﻟﺸﯿﺎﻃﯿﻦ‬
‫اﻹﻧﺴﯿﺔ وﻗﺎل ﻏﯿﺮه ﻓﻲ ﺗﺼﻔﯿﺪ اﻟﺸﯿﺎﻃﯿﻦ ﻓﻲ رﻣﻀﺎن إﺷﺎرة إﻟﻰ رﻓﻊ ﻋﺬر اﻟﻤﻜﻠﻒ ﻛﺄﻧﻪ ﯾﻘﺎل ﻟﻪ ﻗﺪ ﻛﻔﺖ اﻟﺸﯿﺎﻃﯿﻦ ﻋﻨﻚ ﻓﻼ ﺗﻌﺘﻞ ﺑﻬﻢ‬
‫ﻓﻲ ﺗﺮك اﻟﻄﺎﻋﺔ وﻻ ﻓﻌﻞ اﻟﻤﻌﺼﯿﺔ‬
Berkata alQurthuby setelah mengunggulkan pernyataan hadits ““pada bulan ramadhan pintu
neraka ditutup rapat dan pintu surga dibuka selebar lebarnya dan setan diborgol ” pada
zhahirnya hadits. Bila ditanyakan “Bagaimana kita masih banyak melihat kejelekan dan
maksiat terjadi dibulan ramadhan bila memang setan telah di borgol ?”. Kejelekan tersebut
menjadi jarang terjadi pada orang yang berpuasa dengan menjalankan semua
syarat-syaratnya dan menjaga adab-adabnya. Atau yang diborgol hanyalah sebagian setan
tidak semuanya seperti keterangan disebagian riwayat terdahulu.

Atau yang dimaksud adalah sedikitnya kejelekan dibulan ramadhan, ini adalah hal nyata
karena kejelekan dibulan ramadhan kenyataannya memang lebih sedikit dibanding
dibulan-bulan lainnya dan bukan berarti apabila semua setan diborgol dibulan Ramadan
sekalipun, tidak akan terjadi kejelekan dan kemaksiatan karena masih dimungkinkan
kejelekan tersebut terjadi disebabkan oleh nafsu yang jelek atau setan dari setan sebangsa
manusia. Dan berkata ulama lainnya “Pengertian setan dibelenggu dibulan Ramadan adalah
tidak adanya lagi alas an seorang mukallaf, seolah-olah dikatakan : Telah tercegah setan
dari menggodamu maka jangan beralasan dirimu karenanya saat meninggalkan ketaatan
dan menjalani kemaksiatan. Wallaahu A’lamu Bis Showaab. [Masaji Antoro].

3890. HUKUM MEMINDAHKAN JANIN DENGAN ILMU GHAIB


6 bulan yang lalu

PERTANYAAN :

Assalamualaikum ustadz. Bagaimana hukumnya pemindahan kandungan ke perut orang


lain dengan cara ghoib, dan banyak kejadian berhasil... karena ada seorang cewek mau
menggugurkan bayinya dan ada seorang yang bilang : Jangan digugurkan.. lebih baik
dipindahkan saja ke saya, karena saya tidak punya anak, hal yang semacam itu, bagaimana
hukumnya ustadz..? Mohon jawabanya, wassalam. [ Guz Zein ].

JAWABAN :

Memindahkan Janin bagi calon ibu, pada rahim wanita lain baik melalui proses cara Ghoib
atau lain-nya tidak dibenarkan oleh syar'i. Al-Imam Ibnu Katsir dalam menafsiri QS Al-Isra
ayat 32, Juz: V/73 :

‫وﻻ ﺗﻘﺮﺑﻮا اﻟﺰﻧﺎ إﻧﻪ ﻛﺎن ﻓﺎﺣﺸﺔ وﺳﺎء ﺳﺒﯿﻼ‬

Artinya: "dan janganlah kalian mendekati pezinaan, sesungguhnya perzinaan adalah


perbuatan yang menjijikkan, dan seburuk-buruk jalan yan ditempuh" (QS: Isra 32).

Beliau mengutip sebuah riwayat Hadits dari Ibnu Abi Dunya, dari riwayat Hasyim bin Malik
al-thoi' sbb:

‫ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل ﻣﺎ ﻣﻦ ذﻧﺐ ﺑﻌﺪ اﻟﺸﺮك أﻋﻈﻢ ﻋﻨﺪ اﷲ ﻣﻦ ﻧﻄﻔﺔ وﺿﻌﻬﺎ رﺟﻞ ﻓﻲ رﺣﻢ ﻻ ﯾﺤﻞ ﻟﻪ‬

Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik (menyekutukan Allah ) disisi Allah dari pada
maninya seorang laki-laki yang ditaruh pada rahim wanita yang tidak halal baginya.

Pemindahan janin mirip dengan pemindahan sperma yang memang haram hukumnya. Hal
yang perlu dipetimbangkan, anak siapa ketika sang buah hati sudah terlahir? Apakah anak
ibu yang pertama kali mengandung atau anak yang melahirkan ? Berikut jawaban Imam
‫‪Syibromalisi :‬‬

‫ﻧﻬﺎﯾﺔ اﻟﻤﺤﺘﺎج إﻟﻰ ﺷﺮح اﻟﻤﻨﻬﺎج‪ :‬ﺣﺎﺷﯿﺔ اﻟﺸﺒﺮاﻣﻠﺴﻲ ﻛﺘﺎب أﻣﻬﺎت اﻷوﻻد‬
‫) ﻗﻮﻟﻪ وﻛﺬا ﻟﻮ ﻣﺴﺢ ذﻛﺮه ( أﻓﻬﻢ أﻧﻪ ﻟﻮ أﻟﻘﺖ اﻣﺮأة ﻣﻀﻐﺔ أو ﻋﻠﻘﺔ ﻓﺎﺳﺘﺪﺧﻠﺘﻬﺎ اﻣﺮأة أﺧﺮى ﺣﺮة أو أﻣﺔ ﻓﺤﻠﺘﻬﺎ اﻟﺤﯿﺎة واﺳﺘﻤﺮت ﺣﺘﻰ‬
‫وﺿﻌﺘﻬﺎ اﻟﻤﺮأة وﻟﺪا ﻻ ﯾﻜﻮن اﺑﻨﺎ ﻟﻠﺜﺎﻧﯿﺔ ‪ ،‬وﻻ ﺗﺼﯿﺮ ﻣﺴﺘﻮﻟﺪة ﻟﻠﻮاﻃﺊ ﻟﻮ ﻛﺎﻧﺖ أﻣﺔ ﻷن اﻟﻮﻟﺪ ﻟﻢ ﯾﻨﻌﻘﺪ ﻣﻦ ﻣﻨﻲ اﻟﻮاﻃﺊ وﻣﻨﯿﻬﺎ ﺑﻞ ﻣﻦ‬
‫ﻣﻨﻲ اﻟﻮاﻃﺊ واﻟﻤﻮﻃﻮءة ﻓﻬﻮ وﻟﺪ ﻟﻬﻤﺎ ‪ .‬وﯾﻨﺒﻐﻲ أن ﻻ ﺗﺼﯿﺮ اﻷوﻟﻰ ﻣﺴﺘﻮﻟﺪة ﺑﻪ أﯾﻀﺎ ﺣﯿﺚ ﻟﻢ ﯾﺨﺮج ﻣﻨﻬﺎ ﻣﺼﻮرا‬

‫‪Dari ibarot di atas, alasan yang ada dalam bayi tabung mengenai penempatan seperma‬‬
‫‪dalam rahim yang tidak halal, tidak berlaku bagi pemindahan janin, karena dalam masalah‬‬
‫‪nasab, hukumnya si anak tetap dikatakan anaknya kedua orang tuanya, bukan anaknya‬‬
‫‪wanita (target) yang dipindahi janin tersebut.‬‬

‫‪Keharaman pemindahan janin dikuatkan pula jika caranya dengan metode‬‬


‫‪ghaib/sihir/perdukunan. Perdukunan, mentangi dukun, mempelajari perdukunan, ilmu nujum,‬‬
‫‪meramal dengan pasir, gandum dan batu kerikil, termasuk mengajarkan semua hal ini‬‬
‫‪adalah haram dan mengambil upah diatasnya juga haram berdasarkan dalil yang shohih.‬‬
‫‪Wallahu a'lam. Banyak ibaroh yang menerangkan hal itu, di antara nya :‬‬

‫‪- Kitab Raudatuth Thalibin Juz 9 Halaman 346 :‬‬

‫أﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻻ ﺣﻘﯿﻘﺔ ﻟﻠﺴﺤﺮ وإﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﺗﺨﯿﯿﻞ واﻟﺼﺤﯿﺢ أن ﻟﻪ ﺣﻘﯿﻘﺔ ﻛﻤﺎ ﻗﺪﻣﻨﺎه وﺑﻪ ﻗﻄﻊ اﻟﺠﻤﻬﻮر وﻋﻠﯿﻪ ﻋﺎﻣﺔ اﻟﻌﻠﻤﺎء وﯾﺪل ﻋﻠﯿﻪ اﻟﻜﺘﺎب‬
‫واﻟﺴﻨﺔ اﻟﺼﺤﯿﺤﺔ اﻟﻤﺸﻬﻮرة وﯾﺤﺮم ﻓﻌﻞ اﻟﺴﺤﺮ ﺑﺎﻹﺟﻤﺎع وﻣﻦ اﻋﺘﻘﺪ إﺑﺎﺣﺘﻪ ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻓﺮ وإذا ﻗﺎل إﻧﺴﺎن ﺗﻌﻠﻤﺖ اﻟﺴﺤﺮ أو أﺣﺴﻨﻪ‬
‫اﺳﺘﻮﺻﻒ ﻓﺈن وﺻﻔﻪ ﺑﻤﺎ ﻫﻮ ﻛﻔﺮ ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻓﺮ ﺑﺄن ﯾﻌﺘﻘﺪ اﻟﺘﻘﺮب إﻟﻰ اﻟﻜﻮاﻛﺐ اﻟﺴﺒﻌﺔ ﻗﺎل اﻟﻘﻔﺎل وﻟﻮ ﻗﺎل أﻓﻌﻞ ﺑﺎﻟﺴﺤﺮ ﺑﻘﺪرﺗﻲ دون ﻗﺪرة‬
‫اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻓﺮ وإن وﺻﻔﻪ ﺑﻤﺎ ﻟﯿﺲ ﺑﻜﻔﺮ ﻓﻠﯿﺲ ﺑﻜﺎﻓﺮ وأﻣﺎ ﺗﻌﻠﻢ اﻟﺴﺤﺮ وﺗﻌﻠﯿﻤﻪ ﻓﻔﯿﻪ ﺛﻼﺛﺔ أوﺟﻪ اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﺬي ﻗﻄﻊ ﺑﻪ اﻟﺠﻤﻬﻮر‬
‫أﻧﻬﻤﺎ ﺣﺮاﻣﺎن واﻟﺜﺎﻧﻲ ﻣﻜﺮوﻫﺎن واﻟﺜﺎﻟﺚ ﻣﺒﺎﺣﺎن وﻫﺬان إذا ﻟﻢ ﯾﺤﺘﺞ ﻓﻲ ﺗﻌﻠﯿﻤﻪ إﻟﻰ ﺗﻘﺪﯾﻢ اﻋﺘﻘﺎد ﻫﻮ ﻛﻔﺮ ﻗﻠﺖ ﻗﺎل إﻣﺎم اﻟﺤﺮﻣﯿﻦ ﻓﻲ‬
‫ﻛﺘﺎﺑﻪ اﻹرﺷﺎد ﻻ ﯾﻈﻬﺮ اﻟﺴﺤﺮ إﻻ ﻋﻠﻰ ﻓﺎﺳﻖ وﻻ ﺗﻈﻬﺮ اﻟﻜﺮاﻣﺔ ﻋﻠﻰ ﻓﺎﺳﻖ وﻟﯿﺲ ذﻟﻚ ﺑﻤﻘﺘﻀﻰ اﻟﻌﻘﻞ وﻟﻜﻨﻪ ﻣﺴﺘﻔﺎد ﻣﻦ إﺟﻤﺎع اﻷﻣﺔ‬
‫وذﻛﺮ اﻟﻤﺘﻮﻟﻲ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ اﻟﻐﻨﯿﺔ ﻧﺤﻮ ﻫﺬا واﷲ أﻋﻠﻢ‬

‫‪- Kitab Majmu’ Syarah Muhadzdzab Juz 1 Halaman 27 :‬‬

‫ﻓﺼﻞ ﻗﺪ ذﻛﺮﻧﺎ أﻗﺴﺎم اﻟﻌﻠﻢ اﻟﺸﺮﻋﻲ‪ :‬وﻣﻦ اﻟﻌﻠﻮم اﻟﺨﺎرﺟﺔ ﻋﻨﻪ ﻣﺎ ﻫﻮ ﻣﺤﺮم أو ﻣﻜﺮوه وﻣﺒﺎح‪ :‬ﻓﺎﻟﻤﺤﺮم ﻛﺘﻌﻠﻢ اﻟﺴﺤﺮ ﻓﺎﻧﻪ ﺣﺮام ﻋﻠﻰ‬
‫اﻟﻤﺬﻫﺐ اﻟﺼﺤﯿﺢ‬

‫‪- Kitab Al fawaid al makkiyah Hal.17 :‬‬

‫وﻣﻨﻬﺎ اﻻﺳﻌﺎﻧﺔ ﺑﺎﻷرواح اﻷرﺿﯿﺔ ﺑﻮاﺳﻄﺔ اﻟﺮﯾﺎﺿﺔ وﻗﺮاءة اﻟﻌﺰاﺋﻢ ﺣﯿﺚ ﯾﺨﻠﻖ اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻘﺐ ذﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﯿﻞ ﺟﺮي اﻟﻌﺎدة ﺑﻌﺾ‬
‫اﻟﺨﻮارق‬

‫)‪Ha' dhomir pada lafadz minha merujuk pada Istikhdamat ( meminta bantuan pada khoddam‬‬
‫‪yang dilarang. Ibaroh Lengkapnya :‬‬

‫ﺳﺒﻌﺔ ﻛﺘﺐ ﻣﻔﯿﺪة ﻟﻠﺴﯿﺪ ﻋﻠﻮي ﺑﻦ أﺣﻤﺪ اﻟﺴﻘﺎف‪ ،‬ص ‪17 :‬‬
‫وﻣﻨﻬﺎ اﻻﺳﺘﻌﺎﻧﺔ ﺑﺎﻷرواحاﻷرﺿﯿﺔ ﺑﻮاﺳﻄﺔ اﻟﺮﯾﺎﺿﺎتوﻗﺮاﺀة اﻟﻌﺰاﺋﻢ إﻟﻰ ﺣﯿﺚ ﯾﺨﻠﻖاﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻘﺐ ذﻟﻚ ﻋﻠﻰﺳﺒﯿﻞ ﺟﺮي اﻟﻌﺎدة ﺑﻌﺾ‬
‫ﺧﻮارق‪،‬وﻫﺬا اﻟﻨﻮع ﻗﺎﻟﺖ اﻟﻤﻌﺘﺰﻟﺔ ‪ :‬إﻧﻪﻛﻔﺮ ﻷﻧﻪ ﻻ ﯾﻤﻜﻦ ﻣﻌﻪ ﻣﻌﺮﻓﺔﺻﺪق اﻟﺮﺳﻞ ﻋﻠﯿﻬﻢ اﻟﺼﻼةواﻟﺴﻼم ﻟﻼﻟﺘﺒﺎس ‪ .‬ورد ﺑﺄناﻟﻌﺎدة‬
‫اﻹﻟﻬﯿﺔ ﺟﺮت ﺑﺼﺮفاﻟﻤﻌﺎرﺿﯿﻦ ﻟﻠﺮﺳﻞ ﻋﻦ إﻇﻬﺎرﺧﺎرق ‪ .‬ﺛﻢ اﻟﺘﺤﻘﯿﻖ أن ﯾﻘﺎل ‪ :‬إنﻛﺎن ﻣﻦ ﯾﺘﻌﺎﻃﻰ ذﻟﻚ ﺧﯿﺮاﻣﺘﺸﺮﻋﺎ ﻓﻲ ﻛﺎﻣﻞ ﻣﺎ‬
‫ﯾﺄﺗﻲ وﯾﺬروﻛﺎن ﻣﻦ ﯾﺴﺘﻌﯿﻦ ﺑﻪ ﻣﻦ اﻷرواحاﻟﺨﯿﺮة وﻛﺎﻧﺖ ﻋﺰاﺋﻤﻪ ﻻﺗﺨﺎﻟﻒاﻟﺸﺮع وﻟﯿﺲ ﻓﯿﻤﺎ ﯾﻈﻬﺮ ﻋﻠﻰﯾﺪه ﺿﺮر ﺷﺮﻋﻲ ﻋﻠﻰ‬
‫ ﻓﺈن ﺗﻌﻠﻤﻪﻟﯿﺘﻮﻗﺎه‬،‫ وإﻻ ﻓﻬﻮ ﺣﺮامإن ﺗﻌﻠﻤﻪ ﻟﯿﻌﻤﻞ ﺑﻪ ﺑﻞ ﯾﻜﻔﺮإن اﻋﺘﻘﺪ ﺣﻞ ذﻟﻚ‬،‫أﺣﺪﻓﻠﯿﺲ ذﻟﻚ ﻣﻦ اﻟﺴﺤﺮ ﺑﻞ ﻣﻦاﻷﺳﺮار واﻟﻤﻌﻮﻧﺔ‬
‫ أوﻻ وﻻﻓﻤﻜﺮوه‬،‫ﻓﻤﺒﺎح‬

- Kitab Ghurorul Bahiyah :

‫اﻟﻤﺘﻮﻓﻰ‬، ‫ زﯾﻦ اﻟﺪﯾﻦ أﺑﻮﯾﺤﯿﻰ اﻟﺴﻨﯿﻜﻲ‬، ‫ زﻛﺮﯾﺎ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ أﺣﻤﺪ ﺑﻦزﻛﺮﯾﺎ اﻷﻧﺼﺎري‬: ‫اﻟﻐﺮر اﻟﺒﻬﯿﺔ ﻓﻲ ﺷﺮح اﻟﺒﻬﺠﺔاﻟﻮردﯾﺔاﻟﻤﺆﻟﻒ‬
‫ﻫـ‬926 :
‫وأﻣﺎ اﻻﺳﺘﻌﺎﻧﺔ ﺑﺎﻷرواحاﻷرﺿﯿﺔ ﺑﻮاﺳﻄﺔ اﻟﺮﯾﺎﺿﺔ وﻗﺮاﺀةاﻟﻌﺰاﺋﻢ إﻟﻰ ﺣﯿﺚ ﯾﺨﻠﻖ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰﻋﻘﯿﺐ ذﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﯿﻞ ﺟﺮي اﻟﻌﺎدةﺑﻌﺾ‬
‫ﺧﻮارق ﻓﺈن ﻛﺎن ﻣﻦ ﯾﺘﻌﺎﻃﻰذﻟﻚ ﺧﯿﺮا ﻣﺘﺸﺮﻋﺎ ﻓﻲ ﻛﺎﻣﻞ ﻣﺎﯾﺄﺗﻲ وﯾﺬر وﻛﺎن ﻣﻦ ﯾﺴﺘﻌﯿﻦ ﺑﻪﻣﻦ اﻷرواح اﻟﺨﯿﺮة وﻛﺎﻧﺖ ﻋﺰاﺋﻤﻪ‬
‫ واﻟﻤﻌﻮﻧﺔ ﻓﺈن‬، ‫ﻻﺗﺨﺎﻟﻒ اﻟﺸﺮع وﻟﯿﺲ ﻓﯿﻤﺎ ﯾﻈﻬﺮﻋﻠﻰ ﯾﺪه ﻣﻦ اﻟﺨﻮارق ﺿﺮر ﺷﺮﻋﻲﻋﻠﻰ أﺣﺪ ﻓﻠﯿﺴﺖ ﻣﻦ اﻟﺴﺤﺮ ﺑﻞ ﻣﻦاﻷﺳﺮار‬
‫اﻧﺘﻔﻰﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺗﻠﻚ اﻟﻘﯿﻮد ﻓﺘﻌﻠﻤﻬﺎ ﺣﺮامإن ﺗﻌﻠﻢ ﻟﯿﻌﻤﻞ ﺑﻞ ﻛﻔﺮ إن اﻋﺘﻘﺪاﻟﺤﻞ ﻓﺈن ﺗﻌﻠﻤﻬﺎ ﻟﯿﺘﻮﻗﺎﻫﺎ ﻓﻤﺒﺎحأوﻻ وإﻻ ﻓﻤﻜﺮوه اﻫـ‬

MUJAWWIB :
Ulinuha Asnawi, Muhammad Harsandi Kudung Kantil, Dien Saifudin, Ubaid Bin Aziz
Hasanan, Hariz Jaya, N Abror

LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/710281328994678/
www.fb.com/groups/mujaawib.pissktb/560184634067753/

www.fb.com/notes/929330410423101

0805. Wanita Tercipta Dari Tulang Rusuk Pria ?


6 bulan yang lalu

PERTANYAAN :
Apakah benar perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki... referensinya dari mana ya
??? [Ashim Muhammad].
JAWABAN :
Hadis Rasullulah mengatakan, “Nasihatilah perempuan dengan cara yang baik! Perempuan
itu diciptakan dari tulang rusuk, sementara yang paling bengkok itu bagian teratasnya. Jika
engkau bersikeras meluruskannya, ia akan patah. Tetapi jika engkau membiarkannya, ia
akan bengkok selamanya. Maka nasihatilah perempuan dengan cara yang baik!” (HR
Bukhari, Muslim, Ibnu Abi Syaibah, dan Baihaqi).
Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah)
hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.“
(An-Nisa’:1)
Dalam ayat ini dinyatakan bahwa dari jiwa yang satu, Allah menciptakan pasangannya.
Qatadah dan Mujahid rahimahumallah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan jiwa yang
satu adalah nabi Adam ‚alaihissalam, sedangkan pasangannya adalah Hawa. Qatadah
mengatakan Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. (Tafsir Ath-Thabari, 3/565, 566).
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang
Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat." (Al-Insaan:2).

Dapat disimpulkan bahwa manusia(laki-laki dan wanita) yang ada setelah Nabi Adam
‘alaihissalam dan Hawa diciptakan Allah dari setetes mani yang bercampur (antara laki-laki
dan wanita) sesuai dengan firman Allah diatas. Sedangkan yang diciptakan dari tulang rusuk
adalah Hawa dari tulang rusuknya Nabi Adam ‘alaihissalam, sesuai dengan firman Allah
dalam surat An-Nisa’ dan hadist shahih, serta penjelasan secara medis mengenai struktur
dan komposisi tulang rusuk manusia. [Mbah Jenggot].

1254. SIAPAKAH JIN QORIN ITU ?


6 bulan yang lalu

PERTANYAAN :
Assalamu'alaikum... saya pernah membaca dikatakan bahwa tidak dilahirkan seorang
manusia kecuali dilahirkan pula jin bersamanya yang disebut jin Qorin. Pertanyaanya :
benarkah demkian terus bagaimana dengan orang yang bertemu para wali atau kyai yang
telah wafat apakah memag bertemu dengan ruhnya atau dengan jin qorin yang mirip
denganya monggo... [Hady Wantoro].
JAWABAN :
Wa'alaikumsalam. Jin Qorin adalah jin yang selalu dekat menyertai orang sejak lahir hingga
kematian. Qorin inilah yang paham betul dengan tipikal, kebiasaan dan kepribadian orang
yang disertainya sehingga tidak aneh jika Qorin sanggup menjawab hal-hal yang bersifat
intim dan privasi serta bisa meniru gaya, perilaku bahkan menyamar menjadi orang yang
disertainya ketika hidup. Dalam sabdanya Rasulullah SAW telah menegaskan mengenai
eksistensi Qorin ini. Berikut beberapa hadits yang menunjukkan keberadaan Jin Qarin :
"Tidaklah seorang pun dari kalian kecuali telah ditetapkan JIN yang menyertainya" (HR.
Muslim dan Ahmad).
Berkata Qataadah "Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: "Setiap keturunan Adam,
pasti disentuh oleh syaithan ketika lahirnya kecuali Siti Maryam dan putranya (Nabi Isa)".
HR. Muslim. [Masaji Antoro ].

- Tafsiir al-Qurthuby 4/67 :


‫ ﻛﻞ ﻣﻮﻟﻮد ﯾﻄﻌﻦ اﻟﺸﯿﻄﺎن ﻓﻲ ﺟﻨﺒﻪ ﺣﯿﻦ ﯾﻮﻟﺪ ﻏﯿﺮ ﻋﯿﺴﻰ وأﻣﻪ ﺟﻌﻞ ﺑﯿﻨﻬﻤﺎ ﺣﺠﺎب ﻓﺄﺻﺎﺑﺖ اﻟﻄﻌﻨﺔ اﻟﺤﺠﺎب وﻟﻢ ﯾﻨﻔﺬ ﻟﻬﻤﺎ‬: ‫ﻗﺎل ﻗﺘﺎدة‬
‫ وإن ﻟﻢ ﯾﻜﻦ ﻛﺬﻟﻚ ﺑﻄﻠﺖ اﻟﺨﺼﻮﺻﯿﺔ ﺑﻬﻤﺎ وﻻ ﯾﻠﺰم ﻣﻦ ﻫﺬا أن ﻧﺨﺲ اﻟﺸﯿﻄﺎن ﯾﻠﺰم ﻣﻨﻪ إﺿﻼل اﻟﻤﻤﺴﻮس‬: ‫ﻣﻨﻪ ﺷﻲء ﻗﺎل ﻋﻠﻤﺎؤﻧﺎ‬
‫وإﻏﻮاؤه ﻓﺈن ذﻟﻚ ﻇﻦ ﻓﺎﺳﺪ ﻓﻜﻢ ﺗﻌﺮض اﻟﺸﯿﻄﺎن ﻟﻸﻧﺒﯿﺎء واﻷوﻟﯿﺎء ﺑﺄﻧﻮاع اﻹﻓﺴﺎد واﻹﻏﻮاء وﻣﻊ ذﻟﻚ ﻓﻌﺼﻤﻬﻢ اﷲ ﻣﻤﺎ ﯾﺮوﻣﻪ‬
‫ } إن ﻋﺒﺎدي ﻟﯿﺲ ﻟﻚ ﻋﻠﯿﻬﻢ ﺳﻠﻄﺎن { ﻫﺬا ﻣﻊ أن ﻛﻞ واﺣﺪ ﻣﻦ ﺑﻨﻲ آدم ﻗﺪ وﻛﻞ ﺑﻪ ﻗﺮﯾﻨﻪ ﻣﻦ اﻟﺸﯿﺎﻃﯿﻦ ﻛﻤﺎ‬: ‫اﻟﺸﯿﻄﺎن ﻛﻤﺎ ﻗﺎل ﺗﻌﺎﻟﻰ‬
‫ ﻓﻤﺮﯾﻢ واﺑﻨﻬﺎ وإن ﻋﺼﻤﺎ ﻣﻦ ﻧﺨﺴﻪ ﻓﻠﻢ ﯾﻌﺼﻤﺎ ﻣﻦ ﻣﻼزﻣﺘﻪ ﻟﻬﻤﺎ وﻣﻘﺎرﻧﺘﻪ واﷲ أﻋﻠﻢ‬: ‫ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ و ﺳﻠﻢ‬
- Fath al-Baari Li Ibn ar-Rajab III/163 :
‫ﻛﻤﺎ ﻓﻲ )) ﺻﺤﯿﺢ ﻣﺴﻠﻢ (( ﻋﻦ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد‬، ‫ اﻟﺸﯿﻄﺎن اﻟﻤﻮﻛﻞ ﺑﺎﻟﻌﺒﺪ‬: ‫ﯾﺮﯾﺪ ﺑﻪ‬. ‫وﺣﺪﯾﺚ أﺑﻲ أﻣﺎﻣﺔ ﻓﯿﻪ أن اﻟﺬي ﻋﻠﻰ اﻟﺸﻤﺎل ﻫﻮ اﻟﻘﺮﯾﻦ‬
: ‫ ﻗﺎﻟﻮا‬. (( ‫ )) ﻣﺎ ﻣﻨﻜﻢ ﻣﻦ أﺣﺪ إﻻ وﻗﺪ وﻛﻞ ﺑﻪ ﻗﺮﯾﻨﻪ ﻣﻦ اﻟﺠﻦ وﻗﺮﯾﻨﻪ ﻣﻦ اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ‬: ‫ ﻗﺎل‬، - ‫ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ‬- ‫ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ‬،
‫وﻗﺪ ورد ﻓﻲ ﺣﺪﯾﺚ ﺧﺮﺟﻪ اﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ ﻣﻦ ﺣﺪﯾﺚ‬. (( ‫ ﻓﻼ ﯾﺄﻣﺮﻧﻲ إﻻ ﺑﺨﯿﺮ‬، ‫وﻟﻜﻦ اﷲ أﻋﺎﻧﻨﻲ ﻋﻠﯿﻪ‬، ‫)) وإﯾﺎي‬: ‫وإﯾﺎك ﯾﺎ رﺳﻮل اﷲ ؟ ﻗﺎل‬
ً
‫وإﺳﻨﺎده ﺷﺎﻣﻲ ﺿﻌﯿﻒ‬. (( ‫ ))أن اﻟﻘﺮﯾﻦ ﻫﻮ ﻛﺎﺗﺐ اﻟﺴﯿﺌﺎت‬:- ‫ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ‬ - ‫ أﺑﻲ ﻣﺎﻟﻚ اﻷﺷﻌﺮي‬.
- Tafsiir as-Siraaj al-Muniir I/433 :
‫ "ﻣﺎ ﻣﻨﻜﻢ ﻣﻦ أﺣﺪ إﻻ وﻗﺪ وﻛﻞ ﺑﻪ ﻗﺮﯾﻨﻪ ﻣﻦ اﻟﺠﻦ‬: ‫ "ﻣﺎ ﻣﻦ إﻧﺴﺎن إﻻ وﻣﻌﻪ ﺷﯿﻄﺎن" وﻓﻲ رواﯾﺔ‬: ‫وروي أﻧﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬
: ‫أن اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ أﻋﺎﻧﻨﻲ ﻋﻠﯿﻪ ﻓﺄﺳﻠﻢ ﻓﻼ ﯾﺄﻣﺮﻧﻲ إﻻ ﺑﺨﯿﺮ" وﻓﻲ رواﯾﺔ‬ ّ ‫ "وإﯾﺎي إﻻ‬: ‫ وإﯾﺎك ﯾﺎ رﺳﻮل اﷲ ؟ﻗﺎل‬: ‫وﻗﺮﯾﻨﻪ ﻣﻦ اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ" ﻗﺎﻟﻮا‬
ً
‫ ﯾﺮوى ﺑﻔﺘﺢ اﻟﻤﯿﻢ وﺿﻤﻬﺎ‬: ‫"ﻟﻜﻨﻪ أﺳﻠﻢ ﺑﻌﻮن اﷲ ﻓﻠﻘﺪ أﺗﺎﻧﻲ ﻓﺄﺧﺬت ﺑﺤﻠﻘﻪ وﻟﻮﻻ دﻋﻮة ﺳﻠﯿﻤﺎن ﻷﺻﺒﺢ ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ ﻃﺮﯾﺤﺎ" ﻗﺎل اﻟﻨﻮوي‬
ً
‫ﻣﺴﻠﻤﺎ‬ ‫ ﺻﺎر‬: ‫إن اﻟﻘﺮﯾﻦ أﺳﻠﻢ أي‬ ّ : ‫ﻓﻤﻦ ﺿﻤﻬﺎ ﻣﻌﻨﺎه ﻓﺄﺳﻠﻢ أﻧﺎ ﻣﻦ ﺷﺮه وﻓﺘﻨﺘﻪ وﻣﻦ ﻓﺘﺤﻬﺎ ﻗﺎل ﻣﻌﻨﺎه‬
- Al-Ahkaam al-Kubroo III/285-286 :
‫ َﻋﻦ‬، ‫ﺼﻮر‬ ُ ‫ َﻋﻦ َﻣْﻨ‬، ‫ َﺛَﻨﺎ ﺟﺮﯾﺮ‬: ‫ﺎل ُﻋْﺜ َﻤﺎن‬ َ ‫ أَﻧﺎ َوَﻗ‬: ‫ﺎل إ ْﺳ َﺤﺎق‬ َ َ ِ ‫ْﺮ‬
ِ ‫اﻫﯿﻢ ﻗ‬ َ ‫ َﺣﺪﺛَﻨﺎ ُﻋْﺜ َﻤﺎن ﺑﻦ أﺑﻲ ﺷﯿﺒَﺔ َوِإ ْﺳ َﺤﺎق ﺑﻦ ِإﺑ‬: ‫اﻟﻘﺮﯾﻨﻤﺴﻠﻢ‬ُ ‫ﺑَﺎب ذﻛﺮ‬
‫ﱠ‬ ُ ْ
‫ " َﻣﺎ ِﻣﻨﻜﻢ ﻣﻦ أﺣﺪ ِإﻻ َوﻗﺪ‬: - َ ‫ْﻪ َو َﺳﻠﻢ‬ ‫ﱠ‬ َ ُ‫ﱠ‬
ِ ‫ﺻﻠﻰ اﷲ َﻋﻠﯿ‬ ‫ﱠ‬ َ َ َ َ َ
َ - ‫ ﻗﺎل َر ُﺳﻮل اﷲ‬: ‫ َﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ َﻣ ْﺴ ُﻌﻮد ﻗﺎل‬، ‫ َﻋﻦ أِﺑﯿﻪ‬، ‫َﺳﺎﻟﻢ ﺑﻦ أﺑﻲ اﻟ َﺠ ْﻌﺪ‬ ْ
َ ‫ﱠ‬ ْ
. " ‫ْﻪ ﻓﺄﺳﻠﻢ ﻓﻼ ﯾَﺄ ُﻣﺮِﻧﻲ ِإﻻ ِﺑﺨﯿﺮ‬ َ َ َ َ َ
ِ ‫ وإﯾﺎي ِإ ﱠﻻ أن اﷲ أﻋﺎﻧﻨﻲ َﻋﻠﯿ‬: ‫ﺎل‬ َ ‫ َوإﯾﱠﺎك ﯾَﺎ َر ُﺳﻮل اﷲ ؟ َﻗ‬: ‫ َﻗﺎﻟُﻮا‬. ‫وﻛﻞ ﺑ ِﻪ ﻗﺮﯾﻨﻪ ﻣﻦ ْاﻟﺠ ّﻦ‬
ِ ِ ِ
َ
‫ َﺛَﻨﺎ ﯾﺤﯿﻰ‬، ‫ وﺛﻨﺎ أﺑُﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ أﺑﻲ ﺷﯿﺒَﺔ‬. ‫ َﻋﻦ ُﺳْﻔﯿَﺎن‬- ‫ﻣﻬﺪي‬ ْ ‫ ُﻫ َﻮ اﺑْﻦ‬- ‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤﻦ‬ ‫ َﺛَﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﱠ‬: ‫ َﺣﺪﺛَﻨﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﺜﻨﻰ َواﺑْﻦ ﺑﺸﺎر َﻗ َﺎﻻ‬: ‫ُﻣﺴﻠﻢ‬
‫ ﻏﯿﺮ أَن ِﻓﻲ َﺣِﺪﯾﺚ ُﺳْﻔﯿَﺎن " َوﻗﺪ وﻛﻞ ِﺑ ِﻪ ﻗﺮﯾﻨﻪ ﻣﻦ‬، ‫ﺼﻮر ِﺑِﺈ ْﺳَﻨﺎد ﺟﺮﯾﺮ ﻣﺜﻞ َﺣِﺪﯾﺜﻪ‬ ُ ‫ ِﻛَﻼ ُﻫ َﻤﺎ َﻋﻦ َﻣْﻨ‬، ‫ َﻋﻦ ﻋﻤﺎر ﺑﻦ ُر َزﯾْﻖ‬، ‫ﺑﻦ آدم‬
َ َ ْ
. " ‫اﻟ ِﺠ ّﻦ وﻗﺮﯾﻨﻪ ﻣﻦ اﻟ َﻤﻼِﺋﻜﺔ‬ ْ
- ‫ أَن َﻋﺎِﺋ َﺸﺔ زوج اﻟﱠﻨِﺒﻲ‬، ‫ َﺣﺪﺛ ُﻪ أَن ُﻋ ْﺮ َوة َﺣﺪﺛ ُﻪ‬، ‫ َﻋﻦ اﺑْﻦ ﻗﺴﯿﻂ‬، ‫ﺻ ْﺨﺮ‬ َ ‫ أَ ْﺧﺒﺮِﻧﻲ أَﺑُﻮ‬، ‫ َﺛَﻨﺎ اﺑْﻦ وﻫﺐ‬، ‫ﺎرون ﺑﻦ ﺳﻌﯿﺪ‬ ُ ‫ َﺣﺪﺛِﻨﻲ َﻫ‬: ‫ُﻣﺴﻠﻢ‬
‫ﻓﺠﺎء َﻓ َﺮأى َﻣﺎ‬ ‫ْﻪ‬ ‫ﯿ‬‫ﻠ‬َ‫ﻋ‬ ‫ﻓﻐﺮت‬ : ‫ﺖ‬ َ
‫ﺎﻟ‬ َ
‫ﻗ‬ ، ً
‫ْﻼ‬‫ﯿ‬‫ﻟ‬َ ‫ﺎ‬ َ
‫ﺪﻫ‬ ْ
‫ﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺧﺮج‬ - ‫ﻢ‬‫ﱠ‬
‫ﻠ‬‫ﺳ‬ ‫و‬ ‫ْﻪ‬
‫ﯿ‬ َ
‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ُ‫ﱠ‬
‫اﷲ‬ ‫ﻰ‬‫ﱠ‬
‫ﻠ‬‫ﺻ‬ - ‫اﷲ‬ ‫ﻮل‬ ‫ﺳ‬ ‫ر‬ ‫ن‬ َ
‫أ‬ " ‫ﺣﺪﺛﺘﻪ‬ - ‫ﱠ‬ َ ُ‫َ ﱠ ﱠ‬
َ ِ َ ِ َ ََ ِ َ َ َُ َ َ َ ِ ‫ﺻﻠﻰ اﷲ َﻋﻠﯿ‬
‫ﻢ‬‫ﻠ‬‫ﺳ‬ ‫و‬ ‫ْﻪ‬
‫ﱠ‬
‫ أﻗﺪ‬: - َ ‫ْﻪ َو َﺳﻠﻢ‬ َ ُ‫ﱠ‬
ِ ‫ﺻﻠﻰ اﷲ َﻋﻠﯿ‬ ‫ﱠ‬ َ
َ - ‫ َﻓَﻘﺎل َر ُﺳﻮل اﷲ‬. ‫ َو َﻣﺎ ﻟﻲ َﻻ ﯾﻐﺎر ﻣﺜﻠﻲ ﻋﻠﻰ ﻣﺜﻠﻚ‬: ‫ َﻣﺎ ﻟﻚ ﯾَﺎ َﻋﺎِﺋ َﺸﺔ ؟ أﻏﺮت ؟ َﻓﻘﻠﺖ‬: ‫ﺎل‬ َ َ ‫ َﻓَﻘ‬، ‫أﺻﻨﻊ‬
‫ وﻣﻌﻚ ﯾَﺎ َر ُﺳﻮل اﷲ‬: ‫ ﻗﻠﺖ‬. ‫ ﻧﻌﻢ‬: ‫ﺎل‬ َ ‫ َو َﻣ َﻊ ﻛﻞ إْﻧ َﺴﺎن ؟ َﻗ‬: ‫ ﻗﻠﺖ‬. ‫ ﻧﻌﻢ‬: ‫ﺎل‬ َ ‫ْﻄﺎن ؟ َﻗ‬ َ ‫ أَو ﻣﻌﻲ َﺷﯿ‬، ‫ ﯾَﺎ َر ُﺳﻮل اﷲ‬: ‫ْﻄﺎﻧﻚ ؟ َﻗ َﺎﻟﺖ‬ َ ‫ﺎءك َﺷﯿ‬
َ ‫َﺟ‬
ِ
. " ‫ْﻪ َﺣﺘﻰ أﺳﻠﻢ‬ ‫ﱠ‬ َ َ
ِ ‫ َوﻟ ِﻜﻦ َرﺑﱢﻲ أﻋﺎﻧﻨﻲ َﻋﻠﯿ‬، ‫ ﻧﻌﻢ‬: ‫؟ ﻗﺎل‬ َ َ
- َ ‫ْﻪ َو َﺳﻠﱠﻢ‬ ‫ﯿ‬
ِ َ َ
‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ُ‫ﱠ‬
‫اﷲ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ‬ َ - ‫ﺎل َر ُﺳﻮل اﷲ‬ َ ‫ َﻗ‬: ‫ﺎل‬ َ ‫ْﺮة َﻗ‬ َ ‫ َﻋﻦ أﺑﻲ ُﻫ َﺮﯾ‬، ‫ َﻋﻦ أَِﺑﯿﻪ‬، ‫ َﻋﻦ ُﺳ َﻬﯿْﻞ‬، ‫ﻋﻮاَﻧﺔ‬ َ ‫ َﺛَﻨﺎ أَﺑُﻮ‬، ‫ َﺣﺪﺛَﻨﺎ َﺷﯿﺒَﺎن ﺑﻦ ﻓﺮوخ‬: ‫ُﻣﺴﻠﻢ‬
َ ‫ﱠ‬ ُ
‫ " ﺻﯿﺎح اﻟ َﻤ ْﻮﻟﻮد ِﺣﯿﻦ ﯾَﻘﻊ ﻧﺰﻏﺔ ﻣﻦ اﻟﺸﯿْﻄﺎن‬: " . ْ
HADITS TENTANG JIN QARIN
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang pun dari kalian kecuali telah ditetapkan JIN
yang menyertainya, Para sahabat bertanya: "Apakah termasuk Anda juga wahai
Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Ya termasuk saya, hanya saja Allah menolong saya
sehingga jin itu masuk Islam. Ia (jin tadi) tidak pernah menyuruh saya kecuali untuk
kebaikan" (HR. Muslim). Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada seorangpun kecuali ia
disertai oleh seorang qarin (penyerta)dari jin dan seorang qarin (penyerta) dari malaikat".
(HR. Muslim).
Rasulullah SAW keluar dari rumah pada malam hari, aku cemburu karenanya. Tak lama ia
kembali dan menyaksikan tingkahku, lalu ia berkata: “Apakah kamu telah didatangi
syetanmu?” “Apakah syetan bersamaku?” Jawabku. “Ya, bahkan setiap manusia.” Kata Nabi
Muhammad SAW. “Termasuk engkau juga?” Tanyaku lagi. “Betul, tetapi Allah menolongku
hingga aku selamat dari godaannya.” Jawab Nabi (HR. Muslim). Rasulullah SAW bersabda,
"Jeritan bayi ketika lahir adalah karena mendapat tusukan setan." (HR. Muslim).
Mengenai kebiasaan dan tipu daya Jin Qarin silahkan kunjungi :
www.fb.com/notes/153050921403180
Link Diskusi :
www.fb.com/groups/piss.ktb/359949054027909/

1576. SUAMI ATAU ISTRI MURTAD, BATALKAH PERNIKAHANNYA ?


6 bulan yang lalu

PERTANYAAN :
Bagaimana hukumnya suami istri bilamana yang salah satu itu murtad (keluar dari islam)
atau seperti jaman sekarang banyak yang tinggal sholat ? pernikahan apa masih berlanjut /
batal ? [Novan Probolingo].
JAWABAN :
Kalo salah satu murtad maka otomatis nikahnya jadi batal, bukan jatuh talak, tapi
diharamkan baginya berhubungan badan, kalau dia kembali islam saat masih iddah, maka
jadi pasutri lagi. Adapun jika salah satu suami istri meninggalkan sholat selama tidak
mengingkari sholat itu wajib, maka tidak dihukumi kufur, jadi nikahnya tetap berlaku.
- asnal matholib juz 3 hal 248 :
‫ﺎع‬ َ ْ َ َ ‫ﻮف َﻓﺈ ْن أَ ْﺳَﻠ َﻢ ْاﻟ ُﻤ ْﺮَﺗﱡﺪ ﻓﻲ ْاﻟ ِﻌﱠﺪ ِة َﺗَﺒﱠﯿﱠﻨﺎ ِ َ ْ ُ ْ ﱠ‬ ٌ ‫ﻮل َﻣ ْﻮُﻗ‬
ِ ‫اﻟﺪ ُﺧ‬
‫َﻌَﺪ ﱡ‬ ْ ‫اﻟﺮﱠد ِة ِﻣْﻨ ُﻬ َﻤﺎ أو ﻣﻦ أَ َﺣِﺪ ِﻫ َﻤﺎ ﺑ‬
‫ﺎو ْرِد ﱡي َو ْاﻟ ُﺨْﻠ ُﻊ ﻓﻲ ﱢ‬ َ ‫َﻗ َﺎﻟ ُﻪ ْاﻟ َﻤ‬
ِ ‫ﺻ ﱠﺤﺔ اﻟﺨﻠ ِﻊ َوِإﻻ ﻓﻼ ِﻻﻧِﻘﻄ‬ ِ
‫ﺎﻟﺮﱠد ِة‬
‫ﺎح ِﺑ ﱢ‬ َ‫ﱢ‬
ِ ‫اﻟﻨﻜ‬
- asnal matholib juz 4 hal 123 :
‫ُﻀ ِﻊ َز ْو َﺟِﺘ ِﻪ َﺳ َﻮا ٌء ْاﻟَﺘ َﺤ َﻖ ِﺑَﺪ ِار ْاﻟ َﺤ ْﺮ ِب أَ ْم َﻻ َﻓِﺈ ْن أَ ْﺳَﻠ َﻢ َﻓ ُﻬ َﻮ ﻟﻪ َﻗ ْﻄ ًﻌﺎ‬
ْ ‫ﻮف َﻛﺒ‬ٌ ‫ﺎب َوَﻧ ْﺤﻮ ِﻫ َﻤﺎ َﻣ ْﻮُﻗ‬
ِ ٍ ‫اﺣِﺘ َﻄ‬
ْ ‫َﺎد َو‬
ٍ ‫ﺎﺻ ِﻄﯿ‬ ْ ‫ﺼ ٌﻞ ِﻣْﻠ ُﻚ ْاﻟ ُﻤ ْﺮَﺗﱢﺪ َوَﺗ َﻤﻠﱡ ُﻜ ُﻪ ِﺑ‬ ْ ‫َﻓ‬
َ
‫أ ْي َﺗَﺒﱡﯿًﻨﺎ‬
- ianatut tholibin juz 3 hal 351 :
​( ‫ﻗﻮﻟﻪ ﺑﻔﺮاق وﻗﻊ ﻣﻨﻬﺎ ( أي ﺑﺴﺒﺐ ﻋﯿﺐ ﻓﯿﻪ أو ﺑﺴﺒﺐ ردﺗﻬﺎ ﻓﺈﻧﻪ ﺑﺎﻟﺮدة ﯾﻨﻔﺴﺦ اﻟﻨﻜﺎح ﺣﺎﻻ إذا ﻛﺎن ﻗﺒﻞ اﻟﻮطء‬
- Hasyiyah Sarqowi, Juz II, h. 237 :
​"Wa laa tahillu murtaddatun li ahadin". Wanita murtad tidak halal bagi siapapun.
- Assiroj alwahhaj juz 1 hal 377 :
‫وﻟﻮ ارﺗﺪ زوﺟﺎن أو أﺣﺪﻫﻤﺎ ﻗﺒﻞ دﺧﻮل ﺗﻨﺠﺰت اﻟﻔﺮﻗﺔ ﺑﯿﻨﻬﻤﺎ أو ﺑﻌﺪه أي اﻟﺪﺧﻮل وﻗﻔﺖ ﻓﺎن ﺟﻤﻌﻬﻤﺎ اﻻﺳﻼم ﻓﻲ اﻟﻌﺪة دام اﻟﻨﻜﺎح وإﻻ‬
‫ﺑﺄن ﻟﻢ ﯾﺠﻤﻌﻬﺎ ﻓﺎﻟﻔﺮﻗﺔ ﻣﻦ اﻟﺮدة وﯾﺤﺮم اﻟﻮطء ﻓﻲ اﻟﺘﻮﻗﻒ‬
Jika pasutri murtad atau salah satunya sebelum melakukan hubungan badan maka
langsung berlaku hukum cerai di antara mereka jika murtadnya setelah melakukan
hubungan badan maka dihentikan dulu, jika mereka bisa kembali islam saat masih iddah
maka hukum nikahnya masih tetap berlaku, jika tidak, maka hukum furqoh/cerai itu berlaku
gara-gara murtad dan diharamkan berhubungan badan dalam masa-masa
pemberhentiannya.
Kalau suami-istri ini konsisten murtad, maka jatuh talaq 1 / roj'iyyah.
- fathul wahhab juz 2 hal 78 :
‫وﻻ ﺣﺪ ( ﻓﯿﻪ ﻟﺸﺒﻬﺔ ﺑﻘﺎء اﻟﻨﻜﺎح ﺑﻞ ﻓﯿﻪ ﺗﻌﺰﯾﺮ وﺗﺠﺐ اﻟﻌﺪة ﻣﻨﻪ ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﻃﻠﻖ زوﺟﺘﻪ رﺟﻌﯿﺎ ﺛﻢ وﻃﺌﻬﺎ ﻓﻲ اﻟﻌﺪة‬
- fathul wahhab juz 2 hal 78 :
‫ﻓﻜﺎﻟﻤﺴﻠﻢ ) وﻻ ﺗﺤﻞ ﻣﺮﺗﺪة ( ﻷﺣﺪ ﻻ ﻣﻦ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ﻷﻧﻬﺎ ﻛﺎﻓﺮة ﻻ ﺗﻘﺮ وﻻ ﻣﻦ اﻟﻜﻔﺎر ﻟﺒﻘﺎء ﻋﻠﻘﺔ اﻹﺳﻼم ﻓﯿﻬﺎ ) وردة ( ﻣﻦ اﻟﺰوﺟﯿﻦ أو‬
( ‫أﺣﺪﻫﻤﺎ ) ﻗﺒﻞ دﺧﻮل ( وﻣﺎ ﻓﻲ ﻣﻌﻨﺎه ﻣﻦ اﺳﺘﺪﺧﺎل ﻣﻨﻲ ) ﺗﻨﺠﺰ ﻓﺮﻗﺔ ( ﺑﯿﻨﻬﻤﺎ ﻟﻌﺪم ﺗﺄﻛﺪ اﻟﻨﻜﺎح ﺑﺎﻟﺪﺧﻮل أو ﻣﺎ ﻓﻲ ﻣﻌﻨﺎه ) وﺑﻌﺪه‬
‫ﺗﻮﻗﻔﻬﺎ ) ﻓﺈن ﺟﻤﻌﻬﻤﺎ إﺳﻼم ﻓﻲ اﻟﻌﺪة دام ﻧﻜﺎح ( ﺑﯿﻨﻬﻤﺎ ﻟﺘﺄﻛﺪه ﺑﻤﺎ ذﻛﺮ ) وإﻻ ﻓﺎﻟﻔﺮﻗﺔ ( ﺑﯿﻨﻬﻤﺎ ﺣﺎﺻﻠﺔ ) ﻣﻦ ( ﺣﯿﻦ ) اﻟﺮدة ( ﻣﻨﻬﻤﺎ أو‬
‫ﻣﻦ أﺣﺪﻫﻤﺎ ) وﺣﺮم وطء ( ﻓﻲ ﻣﺪة اﻟﺘﻮﻗﻒ ﻟﺘﺰﻟﺰل ﻣﻠﻚ اﻟﻨﻜﺎح ﺑﺎﻟﺮدة ) وﻻ ﺣﺪ ( ﻓﯿﻪ ﻟﺸﺒﻬﺔ ﺑﻘﺎء اﻟﻨﻜﺎح ﺑﻞ ﻓﯿﻪ ﺗﻌﺰﯾﺮ وﺗﺠﺐ اﻟﻌﺪة‬
‫ﻣﻨﻪ ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﻃﻠﻖ زوﺟﺘﻪ رﺟﻌﯿﺎ ﺛﻢ وﻃﺌﻬﺎ ﻓﻲ اﻟﻌﺪة‬
Wallaahu A'lamu Bis Showaab. [Sunde Pati, Nisfi Sitta, Mbah Godek, Abdullah Al-Bughisy].
Link Asal :

www.fb.com/groups/piss.ktb/381687141854100/

4978. TAFSIR Q.S AN-NUR AYAT 35 : MAKSUD ALLAH ITU CAHAYA LANGIT DAN BUMI
6 bulan yang lalu

PERTANYAAN :

Assalāmu 'alaikum wr wb. Pak ustadz, saya mau bertanya : Bagaimanakah tafsir Al-Qur'an
surah An- Nūr ayat 35 ? Soalnya masih banyak orang yang ngawur dalam memahaminya.
Terimakasih. Wassalāmu 'alaikum wr wb. [Rocketz Rockerz]

JAWABAN :
Wa'alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh Surat An-Nur Ayat 35 :

۞ ‫ﺎﺟ ُﺔ َﻛَﺄﱠﻧ َﻬﺎ َﻛ ْﻮ َﻛ ٌﺐ ُد ﱢر ﱞي ﯾُﻮَﻗُﺪ ِﻣ ْﻦ َﺷ َﺠ َﺮ ٍة‬ ‫ﺎﺟ ٍﺔۖ ﱡ‬


َ ‫َﺎح ِﻓﻲ ُز َﺟ‬ ْ ‫َﺎحۖ ْاﻟ ِﻤ‬ َ ‫ﻮر ِه َﻛ ِﻤ ْﺸ َﻜﺎ ٍة ِﻓ‬ ُ َُ َ ْ ِ ‫ﺎو‬ ُ ‫اﷲﱠُ ُﻧ‬
َ ‫اﻟﺰ َﺟ‬ ُ ‫ﺼﺒ‬ ٌ ‫ﺼﺒ‬ ْ ‫ﯿﻬﺎ ِﻣ‬ ِ ‫ضۚ َﻣﺜﻞ ﻧ‬ ِ ‫ات َواﻷ ْر‬ َ ‫اﻟﺴ َﻤ‬
‫ﻮر ﱠ‬
ُ‫َﻀﺮ ُب اﷲﱠ‬ َ ُ ُ‫ﱠ‬ ‫ﻮر َﻋَﻠﻰ‬ ٌ ‫ُﻀﻲ ُء َوَﻟ ْﻮ َﻟ ْﻢ َﺗ ْﻤ َﺴ ْﺴ ُﻪ َﻧ‬
ِ ْ ‫ﻮر ِه َﻣ ْﻦ ﯾَﺸﺎ ُءۚ َوﯾ‬ِ ‫َﻬِﺪي اﷲ ِﻟﻨ‬ ٍ ‫ٰ ُﻧ‬
ْ ‫ﻮرۗ ﯾ‬ ٌ ‫ﺎرۚ ُﻧ‬ ِ ‫َﻜ ُﺎد َزْﯾُﺘ َﻬﺎ ﯾ‬ َ ‫ﱠﺔ ﯾ‬
ٍ ‫ﱠﺔ َو َﻻ َﻏ ْﺮِﺑﯿ‬
ٍ ‫َﺎر َﻛ ٍﺔ َزْﯾُﺘﻮَﻧ ٍﺔ َﻻ َﺷ ْﺮِﻗﯿ‬
َ ‫ُﻣﺒ‬
َ ‫ﱢ‬ ُ ُ‫ﱠ‬
‫ﺎسۗ َواﷲ ِﺑﻜﻞ ﺷ ْﻲ ٍء َﻋِﻠﯿ ٌﻢ‬ ‫ﱠ‬ َ َ َ ْ
ِ ‫اﻷ ْﻣﺜﺎل ِﻟﻠﻨ‬

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah
seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di
dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh
tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya
(berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.

- Tafsir Jalalain :
(Allah cahaya langit dan bumi) yakni pemberi cahaya langit dan bumi dengan matahari dan
bulan. (Perumpamaan cahaya Allah) sifat cahaya Allah di dalam kalbu orang Mukmin
(adalah seperti misykat yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca) yang
dinamakan lampu lentera atau Qandil. Yang dimaksud Al Mishbah adalah lampu atau
sumbu yang dinyalakan. Sedangkan Al Misykaat artinya sebuah lubang yang tidak tembus.
Sedangkan pengertian pelita di dalam kaca, maksudnya lampu tersebut berada di dalamnya
(kaca itu seakan-akan) cahaya yang terpancar darinya (bintang yang bercahaya seperti
mutiara) kalau dibaca Diriyyun atau Duriyyun berarti berasal dari kata Ad Dar'u yang artinya
menolak atau menyingkirkan, dikatakan demikian karena dapat mengusir kegelapan,
maksudnya bercahaya. Jika dibaca Durriyyun dengan mentasydidkan huruf Ra, berarti
mutiara, maksudnya cahayanya seperti mutiara (yang dinyalakan) kalau dibaca Tawaqqada
dalam bentuk Fi'il Madhi, artinya lampu itu menyala. Menurut suatu qiraat dibaca dalam
bentuk Fi'il Mudhari' yaitu Tuuqidu, menurut qiraat lainnya dibaca Yuuqadu, dan menurut
qiraat yang lainnya lagi dapat dibaca Tuuqadu, artinya kaca itu seolah-olah dinyalakan
(dengan) minyak (dari pohon yang banyak berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak
di sebelah Timur dan pula tidak di sebelah Barat) akan tetapi tumbuh di antara keduanya,
sehingga tidak terkena panas atau dingin yang dapat merusaknya (yang minyaknya saja
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api) mengingat jernihnya minyak itu.
(Cahaya) yang disebabkannya (di atas cahaya) api dari pelita itu.

Makna yang dimaksud dengan cahaya Allah adalah petunjuk-Nya kepada orang Mukmin,
maksudnya hal itu adalah cahaya di atas cahaya iman (Allah membimbing kepada
cahaya-Nya) yaitu kepada agama Islam (siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat)
yakni menjelaskan (perumpamaan-perumpamaan bagi manusia) supaya dapat dicerna oleh
pemahaman mereka, kemudian supaya mereka mengambil pelajaran daripadanya,
sehingga mereka mau beriman (dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu) antara lain
ialah membuat perumpamaan-perumpamaan ini. ‘Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan
perkataan ‘Abdullah bin ‘Abbas tentang firman Allah : “Allah (Pemberi) cahaya (kepada)
langit dan bumi,” yakni, Allah pemberi petunjuk bagi penduduk langit dan bumi. Ibnu Juraij
berkata, Mujahid dan ‘Abdullah bin ‘Abbas berkata tentang firman Allah : ‘Allah (Pemberi)
cahaya (kepada) langit dan bumi.’ Yaitu, yang mengatur urusan di langit dan di bumi,
mengatur bintang-bintang, matahari, dan bulan.”

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Anas bin Malik , ia berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman:
‘Cahaya-Ku adalah petunjuk.’” Inilah pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Abu Ja'far ar-Razi
meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab tentang firman Allah : “Allah (Pemberi) cahaya (kepada)
langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya.” Yaitu, orang Mukmin yang Allah resapkan
keimanan dan al-Qur-an ke dalam dadanya. Lalu Allah me​nyebut​kan permisalan
tentangnya, Allah berfirman: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi,” Allah
memulai dengan menyebutkan cahaya-Nya, kemudian menyebutkan cahaya orang Mukmin:
“Perumpamaan cahaya orang yang beriman kepada-Nya.” Ubay membacanya:
“Perumpamaan cahaya orang yang beriman kepada-Nya,” yaitu seorang Mukmin yang Allah
resapkan keimanan dan al-Qur-an ke dalam dadanya. Demikianlah diriwayatkan oleh Sa’id
bin Jubair dan Qais bin Sa’ad dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, bahwa beliau membacanya:
“Perumpamaan cahaya orang yang beriman kepada Allah.”

Sebagian qari’ membacanya: “Allah Penerang langit dan bumi.” Adh-Dhahhak membacanya:
“Allah yang menerangi langit dan bumi.” Dalam menafsirkan ayat ini, as-Suddi berkata:
“Dengan cahaya-Nya langit dan bumi menjadi terang benderang.” Dalam kitab
ash-Shahihain diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas , ia berkata: “Apabila Rasulullah
bangun di tengah malam, beliau berdo’a: “Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau adalah
cahaya langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di dalamnya. Segala puji bagi-Mu,
Engkau Yang Mengatur langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di dalamnya.”
(Al-Hadits).

Firman Allah : “Perumpamaan cahaya-Nya,” ada dua pendapat berkaitan dengan dhamir
(kata ganti orang ketiga) dalam ayat ini: Dhamir tersebut kembali kepada Allah, yakni
perumpamaan petunjuk-Nya dalam hati seorang Mukmin seperti misykaah (lubang yang tak
tembus). Demikian dikatakan oleh ‘Abdullah bin ‘Abbas . Dhamir tersebut kembali kepada
orang-orang Mukmin yang disebutkan dalam konteks kalimat, yakni perumpamaan cahaya
seorang Mukmin yang ada dalam hatinya seperti misykaah. Hati seorang Mukmin
disamakan dengan fitrahnya, yaitu hidayah dan cahaya al-Qur-an yang diterimanya yang
sesuai dengan fitrahnya. Seperti disebutkan dalam ayat lain: “Apakah (orang-orang kafir itu
sama dengan) orang-orang yang mempunyai bukti yang nyata (al-Qur-an) dari Rabbnya,
dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah.” (QS. Huud: 17).

Allah menyamakan kemurnian hati seorang Mukmin dengan lentera dari kaca yang tipis dan
mengkilat, menyamakan hidayah al-Qur-an dan syari’at yang dimintanya dengan minyak
zaitun yang bagus lagi jernih, bercahaya dan tegak, tidak kotor dan tidak bengkok. Firman
Allah : “Seperti sebuah lubang yang tak tembus,” Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Muhammad bin
Ka’ab, dan lainnya mengatakan: “Misykaah adalah tempat sumbu pada lampu, itulah makna
yang paling masyhur.” Firman Allah : “Yang di dalamnya ada pelita besar,” yaitu cahaya
yang terdapat di dalam lentera. Ubay bin Ka’ab mengatakan: “Mishbaah adalah cahaya,
yaitu al-Qur-an dan iman yang terdapat dalam dada seorang Mukmin.”
Firman Allah : “Pelita itu di dalam kaca,” cahaya tersebut memancar dalam kaca yang
bening. Ubay bin Ka’ab dan para ulama lainnya mengatakan: “Maksudnya adalah
perumpamaan hati seorang Mukmin.” Firman Allah : “(Dan) kaca itu seakan-akan bintang
(yang bercahaya) seperti mutiara,” sebagian qari[1] membacanya tanpa hamzah di akhir
kata, yakni seakan-akan bintang seperti mutiara. Sebagian lainnya membaca dan atau
dengan kasrah dan dhammah huruf daal dan dengan hamzah, diambil dari kata , artinya
lontaran. Karena bintang apabila dilontarkan akan lebih bercahaya daripada kondisi-kondisi
lainnya. Bangsa Arab menyebut bintang-bintang yang tidak diketahui namanya dengan
sebutan . Ubay bin Ka’ab mengatakan: “Yakni bintang-bintang yang bercahaya.”

Firman Allah : “Yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya,” yaitu
berasal dari minyak zaitun, pohon yang penuh berkah, yakni pohon zaitun. Dalam kalimat,
kedudukan kata adalah badal atau ‘athaf bayan. Firman Allah : Yang tumbuh tidak di
sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya),” tempat tumbuhnya bukan di
sebelah timur hingga tidak terkena sinar matahari di awal siang dan bukan pula di sebelah
barat hingga tertutupi bayangan sebelum matahari terbenam, namun letaknya di tengah,
terus disinari matahari sejak pagi sampai sore. Sehingga minyak yang dihasilkannya jernih,
sedang dan bercahaya.

Abu Ja’far ar-Razi meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab tentang firman Allah : “Pohon zaitun
yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya),” beliau
berkata: “Yakni pohon zaitun yang hijau dan segar yang tidak terkena sinar matahari,
bagaimanapun kondisinya, baik ketika matahari terbit maupun matahari terbenam.” Beliau
melanjutkan: “Demikianlah seorang Mukmin yang terpelihara dari fitnah-fitnah. Adakalanya
ia tertimpa fitnah, namun Allah meneguhkannya, ia selalu berada dalam empat keadaan
berikut: Jika berkata ia jujur, jika menghukum ia berlaku adil, jika diberi cobaan ia bersabar
dan jika diberi, ia bersyukur. Keadaannya di antara manusia lainnya seperti seorang yang
hidup berjalan di tengah-tengah kubur orang-orang yang sudah mati. Zaid bin Aslam
mengatakan: “Maksud firman Allah : ‘Tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di
sebelah barat(nya),’ yaitu negeri Syam.”

Firman Allah : “(Yaitu), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak
disentuh api,”“Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis),” al-‘Aufi meriwayatkan dari ‘Abdullah
bin ‘Abbas , bahwa maksudnya adalah iman seorang hamba dan amalnya. Ubay bin Ka’ab
berkata tentang firman Allah : ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan: “Yakni,
disebabkan kilauan minyak yang ber​cahaya. Firman Allah : “Cahaya di atas cahaya,” yakni
tidak lepas dari lima cahaya, perkataannya adalah cahaya, amalnya adalah cahaya, tempat
masuknya adalah cahaya, tempat keluarnya adalah cahaya, tempat kembalinya adalah
cahaya pada hari Kiamat, yakni Surga. As-Suddi mengatakan: “Maksudnya adalah, cahaya
api dan cahaya minyak, apabila bersatu akan bersinar, keduanya tidak akan bersinar
dengan sendirinya jika tidak berpasangan. Demikian pula cahaya al-Qur-an dan cahaya
iman manakala bersatu, tidak akan bercahaya kecuali bila keduanya ber​satu.”

Firman Allah : “Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki,” Allah
membimbing kepada hidayah bagi siapa yang Dia kehendaki, seperti yang disebutkan
‫‪dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari ‘Abdullah bin ‘Amr , bahwa ia‬‬
‫‪mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-Nya dalam‬‬
‫‪kegelapan, kemudian Allah memberi cahaya-Nya kepada mereka. Barang siapa mendapat‬‬
‫‪cahaya-Nya pada saat itu, berarti ia telah mendapat petunjuk dan barang siapa tidak‬‬
‫‪mendapatkannya berarti ia telah sesat. Oleh karena itu, aku katakan: ‘Al-Qur-an (penulis‬‬
‫”’‪takdir) dari ilmu Allah telah kering.‬‬

‫‪Firman Allah : “Dan Allah mem​perbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan‬‬


‫‪Allah Mahamengetahui segala sesuatu.” Setelah menyebutkan perumpamaan cahaya-Nya‬‬
‫‪dan hidayah-Nya dalam hati seorang Mukmin, Allah menutup ayat ini dengan firman-Nya:‬‬
‫‪“Dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah‬‬
‫‪Mahamengetahui segala sesuatu.” Yaitu, Dia Mahamengetahui siapa yang berhak‬‬
‫‪mendapat hidayah dan siapa yang berhak disesatkan.‬‬
‫‪-Tafsir Ibn Katsir :‬‬

‫ﻗﺎل ﻋﻠﻲ ﺑﻦ أﺑﻲ ﻃﻠﺤﺔ ‪ ،‬ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ‪ ) :‬اﷲ ﻧﻮر اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض ( ﯾﻘﻮل ‪ :‬ﻫﺎدي أﻫﻞ اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض ‪ .‬وﻗﺎل اﺑﻦ ﺟﺮﯾﺞ ‪:‬‬
‫ﻗﺎل ﻣﺠﺎﻫﺪ واﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ ‪ ) :‬اﷲ ﻧﻮر اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض ( ﯾﺪﺑﺮ اﻷﻣﺮ ﻓﯿﻬﻤﺎ ‪ ،‬ﻧﺠﻮﻣﻬﻤﺎ وﺷﻤﺴﻬﻤﺎ وﻗﻤﺮﻫﻤﺎ ‪ .‬وﻗﺎل اﺑﻦ ﺟﺮﯾﺮ‬
‫‪ :‬ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻠﯿﻤﺎن ﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺧﺎﻟﺪ اﻟﺮﻗﻲ ‪ ،‬ﺣﺪﺛﻨﺎ وﻫﺐ ﺑﻦ راﺷﺪ ‪ ،‬ﻋﻦ ﻓﺮﻗﺪ ‪ ،‬ﻋﻦ أﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻗﺎل ‪ :‬إن إﻟﻬﻲ ﯾﻘﻮل ‪ :‬ﻧﻮري ﻫﺪاي ‪.‬‬
‫واﺧﺘﺎر ﻫﺬا اﻟﻘﻮل اﺑﻦ ﺟﺮﯾﺮ ‪ ،‬رﺣﻤﻪ اﷲ ‪ .‬وﻗﺎل أﺑﻮ ﺟﻌﻔﺮ اﻟﺮازي ‪ ،‬ﻋﻦ اﻟﺮﺑﯿﻊ ﺑﻦ أﻧﺲ ‪ ،‬ﻋﻦ أﺑﻲ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ ‪ ،‬ﻋﻦ أﺑﻲ ﺑﻦ ﻛﻌﺐ ﻓﻲ ﻗﻮل‬
‫اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ‪ ) :‬اﷲ ﻧﻮر اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض ( ﻗﺎل ‪ :‬ﻫﻮ اﻟﻤﺆﻣﻦ اﻟﺬي ﺟﻌﻞ ] اﷲ [ اﻹﯾﻤﺎن واﻟﻘﺮآن ﻓﻲ ﺻﺪره ‪ ،‬ﻓﻀﺮب اﷲ ﻣﺜﻠﻪ ﻓﻘﺎل ‪:‬‬
‫) اﷲ ﻧﻮر اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض ( ﻓﺒﺪأ ﺑﻨﻮر ﻧﻔﺴﻪ ‪ ،‬ﺛﻢ ذﻛﺮ ﻧﻮر اﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﻘﺎل ‪ :‬ﻣﺜﻞ ﻧﻮر ﻣﻦ آﻣﻦ ﺑﻪ ‪ .‬ﻗﺎل ‪ :‬ﻓﻜﺎن أﺑﻲ ﺑﻦ ﻛﻌﺐ ﯾﻘﺮؤﻫﺎ ‪:‬‬
‫" ﻣﺜﻞ ﻧﻮر ﻣﻦ آﻣﻦ ﺑﻪ ﻓﻬﻮ اﻟﻤﺆﻣﻦ ﺟﻌﻞ اﻹﯾﻤﺎن واﻟﻘﺮآن ﻓﻲ ﺻﺪره ‪ .‬وﻫﻜﺬا ﻗﺎل ﺳﻌﯿﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﯿﺮ ‪ ،‬وﻗﯿﺲ ﺑﻦ ﺳﻌﺪ ‪ ،‬ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس أﻧﻪ‬
‫ﻗﺮأﻫﺎ ﻛﺬﻟﻚ ‪ " :‬ﻧﻮر ﻣﻦ آﻣﻦ ﺑﺎﷲ " ‪ .‬وﻗﺮأ ﺑﻌﻀﻬﻢ ‪ " :‬اﷲ ﻧﻮر اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض " " ‪ .‬وﻋﻦ اﻟﻀﺤﺎك ‪ " :‬اﷲ ﻧﻮر اﻟﺴﻤﺎوات‬
‫واﻷرض " ‪ .‬وﻗﺎل اﻟﺴﺪي ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ ‪ ) :‬اﷲ ﻧﻮر اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض ( ‪ :‬ﻓﺒﻨﻮره أﺿﺎءت اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض ‪ .‬وﻓﻲ اﻟﺤﺪﯾﺚ اﻟﺬي رواه‬
‫ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ إﺳﺤﺎق ﻓﻲ اﻟﺴﯿﺮة ‪ ،‬ﻋﻦ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ أﻧﻪ ﻗﺎل ﻓﻲ دﻋﺎﺋﻪ ﯾﻮم آذاه أﻫﻞ اﻟﻄﺎﺋﻒ ‪ " :‬أﻋﻮذ ﺑﻨﻮر وﺟﻬﻚ اﻟﺬي‬
‫أﺷﺮﻗﺖ ﻟﻪ اﻟﻈﻠﻤﺎت ‪ ،‬وﺻﻠﺢ ﻋﻠﯿﻪ أﻣﺮ اﻟﺪﻧﯿﺎ واﻵﺧﺮة ‪ ،‬أن ﯾﺤﻞ ﺑﻲ ﻏﻀﺒﻚ أو ﯾﻨﺰل ﺑﻲ ﺳﺨﻄﻚ ‪ ،‬ﻟﻚ اﻟﻌﺘﺒﻰ ﺣﺘﻰ ﺗﺮﺿﻰ ‪ ،‬وﻻ ﺣﻮل‬
‫وﻻ ﻗﻮة إﻻ ﺑﻚ " ‪ .‬وﻓﻲ اﻟﺼﺤﯿﺤﯿﻦ ‪ ،‬ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ‪ :‬ﻛﺎن رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ ﺳﻠﻢ إذا ﻗﺎم ﻣﻦ اﻟﻠﯿﻞ ﯾﻘﻮل ‪ " :‬اﻟﻠﻬﻢ ﻟﻚ اﻟﺤﻤﺪ ‪،‬‬
‫أﻧﺖ ﻗﯿﻢ اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض وﻣﻦ ﻓﯿﻬﻦ ‪ ،‬وﻟﻚ اﻟﺤﻤﺪ ‪ ،‬أﻧﺖ ﻧﻮر اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض وﻣﻦ ﻓﯿﻬﻦ " اﻟﺤﺪﯾﺚ ‪ .‬وﻋﻦ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ‪ ،‬رﺿﻲ‬
‫اﷲ ﻋﻨﻪ ‪ ،‬ﻗﺎل ‪ :‬إن رﺑﻜﻢ ﻟﯿﺲ ﻋﻨﺪه ﻟﯿﻞ وﻻ ﻧﻬﺎر ‪ ،‬ﻧﻮر اﻟﻌﺮش ﻣﻦ ﻧﻮر وﺟﻬﻪ ‪ .‬وﻗﻮﻟﻪ ‪ ) :‬ﻣﺜﻞ ﻧﻮره ( ﻓﻲ ﻫﺬا اﻟﻀﻤﯿﺮ ﻗﻮﻻن ‪:‬‬
‫أﺣﺪﻫﻤﺎ ‪ :‬أﻧﻪ ﻋﺎﺋﺪ إﻟﻰ اﷲ ‪ ،‬ﻋﺰ وﺟﻞ ‪ ،‬أي ‪ :‬ﻣﺜﻞ ﻫﺪاه ﻓﻲ ﻗﻠﺐ اﻟﻤﺆﻣﻦ ‪ ،‬ﻗﺎﻟﻪ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ) ﻛﻤﺸﻜﺎة ( ‪ .‬واﻟﺜﺎﻧﻲ ‪ :‬أن اﻟﻀﻤﯿﺮ ﻋﺎﺋﺪ إﻟﻰ‬
‫اﻟﻤﺆﻣﻦ اﻟﺬي دل ﻋﻠﯿﻪ ﺳﯿﺎق اﻟﻜﻼم ‪ :‬ﺗﻘﺪﯾﺮه ‪ :‬ﻣﺜﻞ ﻧﻮر اﻟﻤﺆﻣﻦ اﻟﺬي ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻪ ‪ ،‬ﻛﻤﺸﻜﺎة ‪ .‬ﻓﺸﺒﻪ ﻗﻠﺐ اﻟﻤﺆﻣﻦ وﻣﺎ ﻫﻮ ﻣﻔﻄﻮر ﻋﻠﯿﻪ ﻣﻦ‬
‫اﻟﻬﺪى ‪ ،‬وﻣﺎ ﯾﺘﻠﻘﺎه ﻣﻦ اﻟﻘﺮآن اﻟﻤﻄﺎﺑﻖ ﻟﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﻔﻄﻮر ﻋﻠﯿﻪ ‪ ،‬ﻛﻤﺎ ﻗﺎل ﺗﻌﺎﻟﻰ ‪ ) :‬أﻓﻤﻦ ﻛﺎن ﻋﻠﻰ ﺑﯿﻨﺔ ﻣﻦ رﺑﻪ وﯾﺘﻠﻮه ﺷﺎﻫﺪ ﻣﻨﻪ ( ] ﻫﻮد‬
‫‪ ، [ 17 :‬ﻓﺸﺒﻪ ﻗﻠﺐ اﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﻲ ﺻﻔﺎﺋﻪ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻪ ﺑﺎﻟﻘﻨﺪﯾﻞ ﻣﻦ اﻟﺰﺟﺎج اﻟﺸﻔﺎف اﻟﺠﻮﻫﺮي ‪ ،‬وﻣﺎ ﯾﺴﺘﻬﺪﯾﻪ ﻣﻦ اﻟﻘﺮآن واﻟﺸﺮع ﺑﺎﻟﺰﯾﺖ‬
‫اﻟﺠﯿﺪ اﻟﺼﺎﻓﻲ اﻟﻤﺸﺮق اﻟﻤﻌﺘﺪل ‪ ،‬اﻟﺬي ﻻ ﻛﺪر ﻓﯿﻪ وﻻ اﻧﺤﺮاف ‪ .‬ﻓﻘﻮﻟﻪ ‪ ) :‬ﻛﻤﺸﻜﺎة ( ‪ :‬ﻗﺎل اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ‪ ،‬وﻣﺠﺎﻫﺪ ‪ ،‬وﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻛﻌﺐ ‪،‬‬
‫وﻏﯿﺮ واﺣﺪ ‪ :‬ﻫﻮ ﻣﻮﺿﻊ اﻟﻔﺘﯿﻠﺔ ﻣﻦ اﻟﻘﻨﺪﯾﻞ ‪ .‬ﻫﺬا ﻫﻮ اﻟﻤﺸﻬﻮر; وﻟﻬﺬا ﻗﺎل ﺑﻌﺪه ‪ ) :‬ﻓﯿﻬﺎ ﻣﺼﺒﺎح ( ‪ ،‬وﻫﻮ اﻟﺬﺑﺎﻟﺔ اﻟﺘﻲ ﺗﻀﻲء ‪ .‬وﻗﺎل‬
‫اﻟﻌﻮﻓﻲ ‪ ،‬ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ] ﻓﻲ [ ﻗﻮﻟﻪ ‪ ) :‬اﷲ ﻧﻮر اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض ﻣﺜﻞ ﻧﻮره ﻛﻤﺸﻜﺎة ﻓﯿﻬﺎ ﻣﺼﺒﺎح ( ‪ :‬وذﻟﻚ أن اﻟﯿﻬﻮد ﻗﺎﻟﻮا ﻟﻤﺤﻤﺪ‬
‫ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ ‪ :‬ﻛﯿﻒ ﯾﺨﻠﺺ ﻧﻮر اﷲ ﻣﻦ دون اﻟﺴﻤﺎء؟ ﻓﻀﺮب اﷲ ﻣﺜﻞ ذﻟﻚ ﻟﻨﻮره ‪ ،‬ﻓﻘﺎل ‪ ) :‬اﷲ ﻧﻮر اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض ﻣﺜﻞ‬
‫‪ .‬ﻧﻮره ( ‪ .‬واﻟﻤﺸﻜﺎة ‪ :‬ﻛﻮة ﻓﻲ اﻟﺒﯿﺖ ‪ -‬ﻗﺎل ‪ :‬وﻫﻮ ﻣﺜﻞ ﺿﺮﺑﻪ اﷲ ﻟﻄﺎﻋﺘﻪ ‪ .‬ﻓﺴﻤﻰ اﷲ ﻃﺎﻋﺘﻪ ﻧﻮرا ‪ ،‬ﺛﻢ ﺳﻤﺎﻫﺎ أﻧﻮاﻋﺎ ﺷﺘﻰ‬

‫‪Dan seterusnya...‬‬
‫‪http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=1271&idto=1271&bk_no=49‬‬
‫‪&ID=1297‬‬
‫]‪Wallahu a’lam. [Santrialit‬‬

‫‪LINK ASAL :‬‬


‫‪www.fb.com/notes/1307764845912987‬‬
‫‪www.fb.com/groups/piss.ktb/1253823284640477/‬‬

‫? ‪2592. DOSAKAH JIKA NIAT BERZINA TAPI TERNYATA DIA ITU ISTRINYA‬‬
‫‪6 bulan yang lalu‬‬

‫‪PERTANYAAN :‬‬

‫‪Assalamualaikum ! Mau tanya :‬‬


‫‪1. ada seorang niat zina ! Tapi tahu-tahu yang dizinai ini adalah istrinya sendiri apakah dosa‬‬
‫?‬
‫‪2. tapi kalau sebaliknya nie, ada orang bersetubuh dengan istrinya tapi tahu-tahu yang‬‬
‫‪ditidurin orang lain apakah termasuk zina ? [Pencary Ridhoe Mue].‬‬

‫‪JAWABAN :‬‬

‫‪Wa'alaikumussalaam. Bila seseorang yang ada niatan / berkeyaqinan berzina dengan‬‬


‫‪seorang perempuan tapi ternyata perempuan tersebut adalah istrinya sendiri maka orang‬‬
‫‪tersebut tetap berdosa / haram. Jika dibalik, seperti orang menyetubuhi orang lain / bukan‬‬
‫‪istrinya tapi dia menyangka itu istrinya maka dia tak dapat siksa zina. [Ghufron Bkl, Sunde‬‬
‫‪Pati ].‬‬

‫ﻟﻮ ﺗﻌﺎﻃﻰ ﻓﻌﻞ ﺷﯿﺊ ﻣﺒﺎح ﻟﻪ وﻫﻮ ﯾﻌﺘﻘﺪ ﻋﺪم ﺣﻠﻪ ﻛﻤﻦ وﻃﺊ إﻣﺮأة ﯾﻌﺘﻘﺪ أﻧﻬﺎ أﺟﻨﺒﯿﺔ وأﻧﻪ زان ﺑﻬﺎ ﻓﺈذا ﻫﻲ ﺣﻠﯿﻠﺘﻪ ﻓﻬﻮ ﺣﺮام‪ .‬اﻟﻔﺮاﺋﺪ‪.‬‬
‫اﻟﺒﻬﯿﺔ ص ‪١١ :‬‬

‫و ﻋﻜﺲ ﻫﺬا ‪ :‬ﻣﻦ وﻃﺊ أﺟﻨﺒﯿﺔ و ﻫﻮ ﯾﻈﻨﻬﺎ ﺣﻠﯿﻠﺔ ﻟﻪ ﻻ ﯾﺘﺮﺗﺐ ﻋﻠﯿﻪ ﺷﻲء ﻣﻦ اﻟﻌﻘﻮﺑﺎت اﻟﻤﺆاﺧﺬات اﻟﻤﺘﺮﺗﺒﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﺰاﻧﻲ اﻋﺘﺒﺎرا ﺑﻨﯿﺘﻪ‬
‫و ﻣﻘﺼﺪه‬
‫‪- Asybah wa An-Nadhoir hal.40 :‬‬

‫وﻓﻲ اﻟﻠﻘﻄﺔ ﺑﻘﺼﺪ اﻟﺤﻔﻆ أو اﻟﺘﻤﻠﯿﻚ ‪ ،‬وﻓﯿﻤﺎ ﻟﻮ أﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ أﻛﺜﺮ ﻣﻦ أرﺑﻊ ‪ ،‬ﻓﻘﺎل ‪ :‬ﻓﺴﺨﺖ ﻧﻜﺎح ﻫﺬه ‪ ،‬ﻓﺈن ﻧﻮى ﺑﻪ اﻟﻄﻼق ﻛﺎن ﺗﻌﯿﯿﻨﺎ‬
‫ﻻﺧﺘﯿﺎر اﻟﻨﻜﺎح ‪ ،‬وإن ﻧﻮى اﻟﻔﺮاق أو أﻃﻠﻖ ﺣﻤﻞ ﻋﻠﻰ اﺧﺘﯿﺎر اﻟﻔﺮاق ‪ ،‬وﻓﯿﻤﺎ ﻟﻮ وﻃﺊ أﻣﺔ ﺑﺸﺒﻬﺔ ‪ ،‬وﻫﻮ ﯾﻈﻨﻬﺎ زوﺟﺘﻪ اﻟﺤﺮة ‪ ،‬ﻓﺈن‬
‫اﻟﻮﻟﺪ ﯾﻨﻌﻘﺪ ﺣﺮا وﻓﯿﻤﺎ ﻟﻮ ﺗﻌﺎﻃﻰ ﻓﻌﻞ ﺷﻲء ﻣﺒﺎح ﻟﻪ ‪ ،‬وﻫﻮ ﯾﻌﺘﻘﺪ ﻋﺪم ﺣﻠﻪ ‪ ،‬ﻛﻤﻦ وﻃﺊ اﻣﺮأة ﯾﻌﺘﻘﺪ أﻧﻬﺎ ] ص‪ [ 11 :‬أﺟﻨﺒﯿﺔ ‪ ،‬وأﻧﻪ‬
‫زان ﺑﻬﺎ ‪ ،‬ﻓﺈذا ﻫﻲ ﺣﻠﯿﻠﺘﻪ أو ﻗﺘﻞ ﻣﻦ ﯾﻌﺘﻘﺪه ﻣﻌﺼﻮﻣﺎ ‪ ،‬ﻓﺒﺎن أﻧﻪ ﯾﺴﺘﺤﻖ دﻣﻪ ‪ ،‬أو أﺗﻠﻒ ﻣﺎﻻ ﻟﻐﯿﺮه ‪ ،‬ﻓﺒﺎن ﻣﻠﻜﻪ ‪.‬‬

‫ﻗﺎل اﻟﺸﯿﺦ ﻋﺰ اﻟﺪﯾﻦ ‪ :‬ﯾﺠﺮي ﻋﻠﯿﻪ ﺣﻜﻢ اﻟﻔﺎﺳﻖ ﻟﺠﺮأﺗﻪ ﻋﻠﻰ اﷲ ; ﻷن اﻟﻌﺪاﻟﺔ إﻧﻤﺎ ﺷﺮﻃﺖ ﻟﺘﺤﺼﻞ اﻟﺜﻘﺔ ﺑﺼﺪﻗﻪ ‪ ،‬وأداء اﻷﻣﺎﻧﺔ ‪ ،‬وﻗﺪ‬
‫اﻧﺨﺮﻣﺖ اﻟﺜﻘﺔ ﺑﺬﻟﻚ ‪ ،‬ﻟﺠﺮأﺗﻪ ﺑﺎرﺗﻜﺎب ﻣﺎ ﯾﻌﺘﻘﺪه ﻛﺒﯿﺮة ‪.‬‬
‫ﻗﺎل ‪ :‬وأﻣﺎ ﻣﻔﺎﺳﺪ اﻵﺧﺮة ﻓﻼ ﯾﻌﺬب ﺗﻌﺬﯾﺐ زان وﻻ ﻗﺎﺗﻞ ‪ ،‬وﻻ آﻛﻞ ﻣﺎﻻ ﺣﺮاﻣﺎ ﻷن ﻋﺬاب اﻵﺧﺮة ﻣﺮﺗﺐ ﻋﻠﻰ ﺗﺮﺗﺐ اﻟﻤﻔﺎﺳﺪ ﻓﻲ‬
‫اﻟﻐﺎﻟﺐ ‪ ،‬ﻛﻤﺎ أن ﺛﻮاﺑﻬﺎ ﻣﺮﺗﺐ ﻋﻠﻰ ﺗﺮﺗﺐ اﻟﻤﺼﺎﻟﺢ ﻓﻲ اﻟﻐﺎﻟﺐ ‪.‬‬
‫ﻗﺎل ‪ :‬واﻟﻈﺎﻫﺮ أﻧﻪ ﻻ ﯾﻌﺬب ﺗﻌﺬﯾﺐ ﻣﻦ ارﺗﻜﺐ ﺻﻐﯿﺮة ; ﻷﺟﻞ ﺟﺮأﺗﻪ واﻧﺘﻬﺎك اﻟﺤﺮﻣﺔ ; ﺑﻞ ﻋﺬاﺑﺎ ﻣﺘﻮﺳﻄﺎ ﺑﯿﻦ اﻟﺼﻐﯿﺮة واﻟﻜﺒﯿﺮة ‪.‬‬
‫وﻋﻜﺲ ﻫﺬا ‪ :‬ﻣﻦ وﻃﺊ أﺟﻨﺒﯿﺔ وﻫﻮ ﯾﻈﻨﻬﺎ ﺣﻠﯿﻠﺔ ﻟﻪ ﻻ ﯾﺘﺮﺗﺐ ﻋﻠﯿﻪ ﺷﻲء ﻣﻦ اﻟﻌﻘﻮﺑﺎت اﻟﻤﺆاﺧﺬات اﻟﻤﺘﺮﺗﺒﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﺰاﻧﻲ اﻋﺘﺒﺎرا ﺑﻨﯿﺘﻪ‬
‫‪ .‬وﻣﻘﺼﺪه‬

‫‪LINK ASAL :‬‬

‫‪www.fb.com/groups/piss.ktb/577249405631205‬‬
4977. HUKUM RITUAL SESAJEN SAWAH
6 bulan yang lalu

PERTANYAAN :

Assalamualaikum Wr. Wb. Begini ustadz tadi salah satu keluarga saya minta antar kesawah
karena besok mau panen, dan saya antarkan. Dia membawa bingkisan yang entah apa
isinya, ketika saya tau isinya itu nasi maka sayapun bertanya: "Buat apa ?". "Makanih
pengeraksanah" (memberi makan yang menjaga) katanya. Dia lanjutkan "sesungguhnya gak
boleh kata para kiyai waktu sowan" Melihat keadaan yang memang sudah tau dan tetep
dilakukan akhirnya saya cari solusi ringan. "Kalo mau menaruh makanan disawah niati
sodaqoh ke hewan atau ke mahluk Allah" Apa solusi saya masih dapat dibenarkan ustadz?
Melihat bukan cuma satu keluarga saya itu tapi sepertinya sudah semua masyarakat
pedesaan yang melakukan ritual yang mereka sebut RASOL tersebut. Mohon jawabannya.
[Mustofa Al-Hasany]

JAWABAN :

Wa’alaikum salam. Hukum ditafshil :


1. Haram, jika tujuannya untuk mendekatkan diri (taqarrub) pada jin dan memubadzirkan
harta/makanan.
2. Boleh, jika hanya bertujuan bersedekah untuk mendekatkan diri pada Alloh (taqarrub
ilallah), selama tidak dilakukan dengan menyia-nyiakan harta benda.
Catatan : Sebenarnya sekedar bersedekah dengan niat mendekatkan diri pada Allah tidak
pantas dilakukan di tempat-tempat tadi, agar orang-orang awam tidak meyakini bahwa
penghuni tempat-tempat tersebut memang dapat mendatangkan malapetaka kalau tidak
diberikan sesajen, atau keyakinan-keyakinan lain yang bertentangan dengan syariat.

‫ اﻟﻌﺎدة اﻟﻤﻄﺮدة ﻓﻰ ﺑﻌﺾ اﻟﺒﻼد ﻟﺪﻓﻊ ﺷﺮ اﻟﺠﻦ ﻣﻦ وﺿﻊ ﻃﻌﺎم أو ﻧﺤﻮه ﻓﻰ اﻷﺑﯿﺎر أو اﻟﺰرع وﻗﺖ ﺣﺼﺎده وﻓﻰ ﻛﻞ ﻣﻜﺎن‬: ‫ث‬- ‫ﻣﺴﺄﻟﺔ‬
‫ﯾﻈﻦ أﻧﻪ ﻣﺄوى اﻟﺠﻦ وﻛﺬﻟﻚ إﯾﻘﺎد اﻟﺴﺮج ﻓﻰ ﻣﺤﻞ ادﺧﺎر ﻧﺤﻮ اﻷرز اﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ أﯾﺎم ﻣﻦ ﯾﻮم اﻹدﺧﺎر وﻧﺤﻮ ذﻟﻚ ﻛﻞ ذﻟﻚ ﺣﺮام ﺣﯿﺚ‬
.‫ ﻗﯿﺎﺳﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﺬﺑﺢ ﻟﻸﺻﻨﺎم اﻟﻤﻨﺼﻮص ﻓﻰ ﻛﺘﺒﻬﻢ‬-‫واﻟﻌﯿﺎذ ﺑﺎﷲ‬-‫ﻗﺼﺪ ﺑﻪ اﻟﺘﻘﺮب إﻟﻰ اﻟﺠﻦ ﺑﻞ إن ﻗﺼﺪ اﻟﺘﻌﻈﯿﻢ واﻟﻌﺒﺎدة ﻟﻪ ﻛﺎن ذﻟﻚ ﻛﻔﺮا‬
‫ ﻓﺈن ذﻟﻚ ﻟﯿﺲ‬,‫وأﻣﺎ ﻣﺠﺮد اﻟﺘﺼﺪق ﺑﻨﯿﺔ اﻟﺘﻘﺮب إﻟﻰ اﷲ ﻟﯿﺪﻓﻊ ﺷﺮ ذﻟﻚ اﻟﺠﻦ ﻓﺠﺎﺋﺰ ﻣﺎ ﻟﻢ ﯾﻜﻦ ﻓﯿﻪ إﺿﺎﻋﺔ ﻣﺎل ﻣﺜﻞ اﻹﯾﻘﺎظ اﻟﻤﺬﻛﻮر اﻧﻔﺎ‬
‫ ﺣﺘﻰ إن ﻣﺠﺮد اﻟﺘﺼﺪق ﺑﻨﯿﺔ‬: ‫ ﻗﻠﺖ‬.‫ﻫﻮ اﻟﺘﺼﺪق اﻟﻤﺤﻤﻮد ﺷﺮﻋﺎ ﻛﻤﺎ ﺻﺮﺣﻮا أن اﻹﯾﻘﺎد أﻣﺎم ﻣﺼﻠﻰ اﻟﺘﺮاوﯾﺢ وﻓﻮق ﺟﺒﻞ أﺣﺪ ﺑﺪﻋﺔ‬
‫اﻟﺘﻘﺮب إﻟﻰ اﷲ ﻻ ﯾﻨﺒﻐﻰ ﻓﻌﻠﻪ ﻓﻰ ﺧﺼﻮص ﺗﻠﻚ اﻷﻣﺎﻛﻦ ﻟﺌﻼ ﯾﻮﻫﻢ اﻟﻌﻮام ﻣﺎ ﻻ ﯾﺠﻮز إﻋﺘﻘﺎده‬.

“Tradisi yang sudah mengakar di sebagian masyarakat yang menyajikan makanan dan
semacamnya kemudian diletakkan di dekat sumur atau tanaman yang hendak dipanen dan
ditempat-tempat lain yang dianggap tempatnya jin, serta tradisi lain seperti menyalakan
beberapa lampu di tempat penyimpanan padi selama tujuh hari yang dimulai dari hari
pertama menyimpan padi tersebut, begitu pula tradisi-tradisi lain seperti dua contoh di atas
itu hukumnya haram jika memang bertujuan mendekatkan diri kepada jin. Bahkan bisa
menyebabkan kekafiran ( murtad ) jika disertai tujuan pemuliaan dan wujud pengabdian.
Keputusan hukum ini diqiyaskan dengan hukum penyembelihan hewan yang
dipersembahkan untuk berhala yang disebutkan oleh fuqaha dalam kitab-kitab mereka.
Adapun jika sekedar bersedekah dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah untuk
menghindarkan diri dari kejahatan yang dilakukan oleh jin tersebut maka diperbolehkan
selama tidak dengan cara menyia-nyiakan harta benda, seperti tradisi menyalakan lampu
yang baru saja disebutkan. Karena hal tersebut tidak termasuk dalam sedekah yang terpuji
dalam pandangan syari'at, Sebagaimana ulama menjelaskan bahwa menyalakan lampu di
depan tempat shalat tarawih dan di atas gunung arafah itu dikategorikan bid'ah. Saya
berkata : Bahkan sekedar bersedekah dengan niat mendekatkan diri pada Allah pun tidak
pantas dilakukan di tempat-tempat ditempat-tempat tersebut, agar orang awam tidak salah
faham,lalu meyakini hal yang tidak seharusnya diyakini .” (Bulghatut Thullab hlm. 90/91)
Wallahu a’lam. [Mujaawib: Ust.Ghufron Bkl, Ust.Akhbib Maulana].

LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/1249895241699948/
www.fb.com/notes/1304380746251397

Anda mungkin juga menyukai