Anda di halaman 1dari 7

A.

PENGERTIAN HARI AKHIR

Yang dimaksud dengan Hari Akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan di dunia yang fana
mi berakhir; termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi pada Hari itu, mulai dari kehancuran
alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyamah), kebangkitan seluruh
umat manusia dari alam kubur (Ba'ats), dikumpul- kannya seluruh umat manusia di padang Mahsyar
(Hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan manusia di dunia (Hisab), penimbangan amal perbuatan
tersebut untuk mengetahui per- bandingan amal baik dan amal buruk (Wazn), sampai kepada
pembalasan dengan surga atau neraka (Jaza').

Akan tetapi pembahasan tentang Hari Akhir dimulai dari pembahasan tentang alam kubur karena
peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil (Al-Qiyamah As- Sughra), dan juga karena
orang-orang yang sudah meninggal dunia telah memasuki bagian dari proses Hari Akhir yaitu proses
transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan di Akhirat. Alam transisi tersebut dinamai dengan
Alarn Barzakh.

Di samping istilah Hari Akhir (Al-Yaum Al-Akhir), Al- Qur'an juga menggunakan istilah atau nama-nama
lain, yang masing-masing nama menunjukkan peristiwa, keadaan atau *suasana yang akan dialami oleh
umat manusia dalam proses menuju kehidupan yang abadi tersebut. Nama-nama itu adalah:

B. PROSES DAN PERISTIWA HARI AKHIR

Yang dimaksud dengan proses dan peristiwa Hari Akhir adalah kronologis peritiwa yang akan dilalui oleh
umat ma- nusia pada Hari Akhir nanti, mulai dari Kiamat sampai Pemba- lasan dengan surga atau
neraka. Tapi, seperti yang sudah dijelas kan pada pasal sebelumnya pembahasan akan kita mulai dari
alam kubur, yaitu alam transisi dari alam dunia menuju alam akhirat.

1. Alam Kubur

Yang dimaksud dengan alam kubur bukanlah semata ku- buran, tetapi alam yang dimasuki oleh setiap
orang yang me- ninggal dunia, apakah dia dikuburkan atau tidak dikuburkan. Misalnya jasad Fir'aun
(Rames II), meskipun sampai sekarang masih utuh sebagai mummi dan disimpan di Museun Tahrir Cairo
Mesir, namun tetap tidak bisa terbebas dari alam kubur. Begitu juga jasad-jasad laire, baik yang utuh
maupun yang han- cur bagai tepung tetap memasuki alam kubur.

Alam kubur dikenal juga dengar sebutan Alam Barzakh. Barzakh artinya yang membatasi antara dua hal.
Dalam hal ini Alam Barzakh adalah alam pembatas antara alam dunia dan alam akhirat.

Setelah seseorang memasuki alam kubur, dia akan ditanya oleh Malaikat Munkar dan Nakir tentang
Tuhan, Agama dan Nabi-nya. Orang yang beriman akan menjawab: Tuhanku Allah, Agamaku Islam daa
Nabiku Muhammad SAW. Sedang- kan orang yang tidak beriman atau orang yang ragu, akan me-
ngatakan tidak tahu, lalu dia akan disiksa. Yang menentukan bisa dan tidaknya seseorang menjawab
pertanyaan Malaikat adalah iman dan amal shalehnya selama hidup ini dunia. Oleh sebab itu tidak ada
persiapan untuk menjawab pertanyaan itu, kecuali meningkatkan kualitas iman dan memperbanyak
amal shaleh untuk mencari keridhaan Ailah SWT semata.
Setiap orang yang lulus dalam "ujian" alam kubur akan merasakan kenikmatan, sebaliknya yang tidak
lulus akan me- rasakan azab dan penderitaar.. Bagaimana bentuk dan teknis kenikmatan dan siksaan itu
tidaklah perlu kita selidiki dan kita banding-bandingkan dengan apa yang didapat di dunia sekarang ini,
karena tentu saja alam kubur yang ghaib, berbeda dengan alam dunia yang nyata ini. Tapi yang jelas,
kenikmatan dan siksaan itu dirasakan oleh roh dan badan sekaligus, bukan hanya roh semata. Sayid
Sabiq mengutip pendapat Ibnul Qay. yim sebagai berikut: "Umat salaf (dahulu) serta para imam
imamnya berpendapat bahwa jikalau seseorang manusia me ninggal dunia, maka ia akan mendapat
kenikmatan ataupun siksaan. Kedua macam keadaan yakni kenikmatan atau siksaan ini akan dirasakan
oleh roh dan badannya juga. Roh itu seka lipun telah berpisah dengan tubuhnya akan tetapi dapat hera-
sakan kenikmatan atau siksaan itu. Reh itu ada kalanya dapat berhubungan kembali dengan tubuhnya
dan dengan demikian, maka tubuh bersama-sama dengan roh tadi akan sama-sama dapat merasakan
kenikmatan atau siksaan tersebut." (Sayıd Sabiq, 1986, hal. 390).

Bagaimana tubuh yang sudah hancur luluh bahkan sudah bersatu dengan tanah bisa merasakan
kenikmatan dan siksaan? Bukankah kalau seseorang duduk memperhatikan jasad Fir- aun yang tidak
dikuburkan itu berhari-hari, bahkan berbulan- bulan sekalipun tidak pernah menyaksikan ada tanda-
tanda siksaan pada tubuhnya? Bagaimana kita bisa memahami bahwa kenikmatan dan siksaan kubur itu
dirasakan bersama antara roh dan jasad seperti yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim di atas?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu jum- hur Ulama memberikan jawaban sebagai
berikut: "Perihal ti dak dapat disaksikan atau tidak membekas sama sekali dalam tubuh mayat itu, tidak
dapat digunakan sebagai hujjah bahwa hal itu tidak benar-benar sebagaimana yang dilihat. Sebabnya
ialah karena hal seperti itu tidaklah tertolak dalam kekuasaan Allah Ta'ala. Malahan kita dapat
memberikan contohnya da- lam keadaan sehari-hari, yakni seperti orang tidur. Bukankah orang tidur itu
dapat merasakan kelezatan dan juga dapat merasakan kesakitan. Orang yang duduk di dekat orang yang
tidur itu tentulah tidak dapat menyaksikan atau ikut merasa kan apa yang dirasakan oleh orang yang
sedang tidur tadi..." (Sayid Sabiq, 1986, hal. 394).

Kesalahan mendasar orang-orang yang mempertanyakan logis tidaknya kenikmatan dan siksaan kubur
adalah memban dingkan keadaan di alam ghaib dengan keadaan di alam nyata. di dunia ini, padahal
keduanya jelas merupakan dua alam yang makhluk di sekitarnya, kecuali oleh manusia dan jin." (Hadits
Muttafaqun 'alaih).

Dalam suatu hadits riwayat Imam Ahmad dan juga Ibnu Abi Hatim dijelaskan oleh Rasulullah SAW baliwa
setelah seorang mukmin menyatakan kesaksiannya tentang Muham- mad Rasulullah, dia bukakan
untuknya pintu ke arah sorga dan dikatakan kepadanya: "Inilah tempat tinggalmu dan itu pulalah yang
disediakan oleh Allah untukmu yakni segala se- suatu yang ada di dalamnya". Mayat itu merasa
memperoleh kenikmatan besar dan amat suka cita batinya. Kemudian diluas- kanlah untuknya tempat
yang ada dalam kuburnya itu sampai tujuh puluh hasta dan diberi penerangan sinar pula di dalam- nya.
Tubuhnya dikembalikan sebagaimana permulaan dulu. Rohnya diletakkan dalam kelompok Roh yang
suci... (Sayıd Sabiq, 1986, hal. 392). Menurut Doktor Muhammad Na'im Yasin dalam bukunya Al Iman,
hadits-hadits sahih yang mene- tapkan adanya azab kubur sangat banyak sekali, mencapai dera- jat
mutawatir (Yasin, 1983, hal. 106).

2. Kiamat

Kiamat pasti terjadi. Tapi tidak seorang pun yang tahu- termasuk para Nabi dan Rasul - kapan akan
terjadi. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:

Namun demikian, Rasulullah SAW memberitahukan kepada kita beberapa tanda-tanda kiamat, ada yang
disebut dengan tanda-tanda kecil (alamat sughra) dan ada yang disebut dengan tanda-tanda besar
('alamat kubra). '

Selain tanda-tanda kiamat yang disebutkan di dalam be- berapa hadits di atas masih banyak lagi tanda-
tanda lain yang disebutkan oleh Rasulullah SAW, antara lain: Banyak terjadi gempa bumi, banyak tinıbul
fitnah, banyak terjadi pembunuhan, orang-orang sama bermegah-megahan dalam gedung-ge- dung
yang menjulang tinggi (HR Bukhari), amanah banyak disia-siakan (HR Bukhari), banyak orang yang ingin
mati (HR Bukhari, Muslim dan Malik), Umat Islam patuh sepenuhnya kepada umat lain (HR. Bukhari) dan
lain-lain.

Tanda-Tanda Besar:

Pada suatu kesempatan Rasulullah SAW menjelaskan ke- pada Huzaifah bin Asid Al-Ghiffari dan sahabat-
sahabat yang lain yang sedang membicarakan tentang kiamat bahwa: Kiamat tidak akan terjadi sebelum
muncul sepuluh tanda-tanda yaitu keluarnya asap (dukhan), keluarnya sejenis binatang yang aneh
bentuknya (dabbah), munculnya dajjal, terbitnya matahari darı barat, turunnya Isa putra Maryam,
munculnya Ya'juj dan Ma juj, terjadinya gerhana di timur, gerhana di barat, dan gerhana di jazirah
Arabia, dan yang terakhir keluarnya api darı Ya- man..." (HR Muslim).

Demikianlah beberapa tanda kiamat yang telah disebutkan oleh Rasulullah SAW. Dalam kesempatan ini
penulis tidak akan menguraikan tanda-tanda tersebut - baik yang kecil maupun yang besar satu per satu,
karena di samping memer- lukan waktu yang cukup, juga memerlukan halaman yang ba- nyak. Cukuplah
diingatkan saja di sini bahwa di antara tanda- tanda kiamat yang disebutkan oleh Rasulullah SAW itu ada
yang bisa dipahami secara harfiah, dan ada yang harus dipahami secara simbolis. Untuk mengetahui
mana yang harfiah mana yang simbolis, dan kalau simbolis apa makna ynag terkandung di dalamnya,
tentu memerlukan pengkajian dan penelitian yang seksama dan teliti. Tapi yang jelas di setiap tanda
yang disebut kan, kita dapat mengambil pelajaran yang berharga untuk kehidupan, dan mengingatkan
kita untuk selalu bersiap- siap menuju kehidupan yang abadi di akhirat kelak.

Peristiwa Kiamat:

Tentang bagaimana terjadinya peristiwa kiamat itu, Bey Arifin menggambarkannya sebagai berikut: "Di
kala keadaan manusia di puncak kebobrokan, kerusakan, kekufuran dan kekejaman itu, lalu Allah
memerintahkan Malaikat Israfil me- niup sangkakala atau terompet. Terompet besar yang berbunyi
terdengar dari timur sampai barat, bahkan sampai ke ruang angkasa luar sekalipun.

Di saat itu bumi lalu bergoncang sehebat-hebatnya, gu- nung-gunung beterbangan meletus menjadi
abu, air lautan bergulung-gulung (tidak teratur lagi jalannya). Terjadi letusan derni letusan, di bumi di
langit dan di mana saja. Terjadi kilat yang luar biasa tajamnya sehingga merabutakan segala mata. Hati
dan jantung berdebar dan romuk, mata merem ketakutan.

Terjadilah kematian total yang serentak bagi segala makh- luk hidup dan makhluk seluruhnya. Mati
semua manusia, mati semua malaikat, mati semua jin dan iblis, mati semua binatang dan tumbuh-
tumbuhan. Mati semua bintang dan planet (tidak beredar lagi), mati segala angin (tidak berhembus lagi),
mati semua air dan lautan, tidak ada riak dan gelombang lagi. Mati segala-galanya. Yang tetap hidup
adalah Zat Allah Yang Maha Hidup dan tidak akan mati-mati selamanya. Dan yang terakhir mati adalah
Malaikat Israfil yang meniup terompet dan kemu- dian itu Malaikat Maut sendiri." (Bey Arifin, Hidup
Sesudah Mati, 1987 hal. 121-122).

Tentang kehancuran alam semesta, kematian semua makh- luk dan tiupan terompet Malaikat Israfil, Al-
Qur'an menyebut- an antara lain:

3. Kebangkitan

Setelah tiupan terompet Målaikat israfil yang kedua di- bangkitkanlah seluruh manusia dari
kematiannya. Nyawa di kembalikan ke jasad masing-masing. Di samping itu dihidup- kan pula jin, iblis
dan malaikat. Menurut sebagian ulama juga dihidupkan kembali beberapa macam binatang dan
tumbuh- tumbuhan. Inilah yang disebut dengan al-ha 'ats atau kebang- kitan.

Pada waktu kebangkitan itu terjadi orang-orang kafir dan munafiq berkata:

4. Berkumpul di Mahsyar

Setelah kebangkitan, semua umat manusia akan berkum pul di padang Mahsyar menunggu perhitungan
(hisab) amal perbuatan mereka di dunia. Pada waktu itu keadaan manusia akan berbeda-beda sesuai
dengan perbedaan amalannya di dunia.

Dalam banyak hadits diriwayatkan bahwa keadaan di padang Mahsyar itu sangat sulit, sangat panas, dan
masing-ma- sing mengurus dirinya sendiri. Semua cepat ingin terbebas dari situasi Mahsyar, ingin cepat-
cepat dihisab dan diberi keputusan, apakah akan masuk sorga atau masuk neraka. Pada saat itulah
mereka datang minta syafa'at kepada para Nabi dan Rasul ter- dahulu, tapi semua menolak. Akhirnya
mereka sampai kepada Rasulullah SAW, barulah beliau yang bersedia mernintakan kepada Allah SWT
agar segera diadakan putusan dan penetapan antara seluruh makhluk, agar mereka capat terbebas dari
ke- sengsaraan yang diderita di padang Mahsyar. Inilah yang dimak- sudd d dengan syafa'at uzhma yang
merunjukkan kedudukan be- liau yang terpuji sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT:
Adapun syafa'at lain yang dimiliki oleh Rasulullah SAW diberikan kepada orang-orang tertentu dengan
syarat-syarat tertentu atas izin Allah SWT. Dan itu nanti akan diberikan setelah dilakukan hisab, dan
bahkan ada yang diberikan setelah dilaksanakan pembalasan.

5. Perhitungan dan Penimbangan

Perhitungan akan dilaksanakan sesuai dengan isi "kıtab" yang mencatat seluruh amalan seseorang di
atas dunia. Cara menyerahkan kitab kepada masing-masing orang berbeda, ada yang menerima dari
kanan dan depan, dan ada yang dari kiri dan belakang. Perbedaan tersebut mengisyaratkan perbedaan
"nasib" nya di akhirat. Allah menjelaskan perbedaan tersebut:

Pada hari penghitungan itu mulut tidak lagi bisa memberi- kan jawaban yang tidak benar, karena seluruh
tubuh akan menjadi saksi. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:

Kemudian setelah dilakukan perhitungan (Al-Hisab), dila- kukan penimbangan (al-wazn): Siapa yang
berat timbangan kebaikannya akan masuk sorga, sedangkan siapa yang berat timbangan kejahatannya
akan masuk neraka. Allah berfirman:

Setelah hisab dan wazn (mizan) semua orang akan melalui as-shirath (jembatan) yang terbentang di atas
neraka jahanam. Semua manusia tanpa kecuali, termasuk para Nabi dan Rasul, akan melalui jembatan
tersebut. Siapa yang berjalan secara lu- rus (istiqamah) di jalan Allah di dunia (Islam), maka dia akan
berjalan pula dengan lurus (selamat) melewati jembatan terse- but. Sulit dan mudahnya seseorang
melewati jembatan itu ter- gantung kepada kualitas amalannya. Rasulullah SAW bersabda:

6. Pembalasan

Setelah penimbangan dan melalui oshirath maka setiap orang akan merasakan pembalasan dari Allah
SWF sesuai de ngan hasil penimbangannya. Sebagaimaria yang sudah disebut- kan sebelumnya bahwa
siapa yang amal kebaikannya lebih berat dari amalan kejahatannya maka dia akan langsung masuk sorga
tanpa harus merasakan dulu siksaan Allah SWT di nera- ka. Sebaliknya siapa yang amal kejahatannya
lebih banyak dari amal kebaikannya dia akan masuk neraka. Kalau dia orang yang beriman, dan tidak
mempersekutukan Allah SWT maka setelah masa hukumannya habis di neraka dia akan dikeluarkan dan
dimasukkan ke dalam sorga. Sebaliknya bagi orang-orang kafir, atau orang-orang musyrikin, mereka
akan kekal di dalam neraka buat selama-lamanya. Sedangkan orang-orang yang ber- iman yang berada
di sorga, mereka akan kekal di sorga buat selama-lamanya.

Kalau kita hubungkan dengan ayat-ayat yang sudah dise- butkan di atas, tentu orang-orang beriman
yang dosanya lebih besar dari pahalanya itu akan keluar dari neraka setelah habis masa hukuman yang
telah ditentukan oleh Allah SWT sesuai dengan tingkat dosanya masing-masing.

Tingkat dan jenis siksaan yang dirasakan oleh penduduk neraka berbeda-beda sesuai dengan tingkat
kekufuran, kemu- nafikan, kemusyrikan dan kenmaksiatan mereka. Begitu juga tingkat dan jenis
kenikmatan yang dirasakan oleh penduduk sorga juga berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketaqwaan
mereka kepada Allah SWT.
7. Hal-Hal Lain

Hal-hal lain tentang Hari Akhir yang belum disebutkan di sini atau belum dijelaskan secara terperinci,
misalnya tentang Al-Handh, Al-Kautsar, syafa'at Rasulullah SAW, tingkatan dan bentuk-bentuk siksaan di
neraka, tingkatan dan bentuk ke- nikmatan di sorga, dan lain-lain sebagainya silakan pembaca- yang
ingin mendalaminya-menelitinya di dalam buku-buku 'aqidah yang disebutkan dalam daftar bacaan atau
buku-buku lainnya.

C. IMAN KEPADA HARI AKHIR

Al-Qur'an memberikan perhatian yang sangat besar ter- hadap iman kepada Hari Akhir ini..Hal itu
terlihat antara lain dari:

1. Seringnya disebut langsung iman kepada Hari Akhir sesudah iman kepada Allah SWT, terutama jika
arkanul iman yang lainnya tidak disebutkan secara lengkap. Misalnya:

2. Banyaknya Al-Qur'an menyebut tentang Hari Akhir di- bandingkan dengan masalah-masaleh ghaib
yang lainnya. Ham- pir tiap halaman Al-Qur'an dijumpai pembicaraan tentang Ha- ri Akhir.

3. Banyaknya nama-nama Hari Akhir, yang masing-masing narma menunjukkan proses, peristiwa dan
keadaan yang terjadi pada Harı itu.

Adapun hikmah perhatian Al-Qur'an yang besar itu antara lain adalah:

1. Menunjukkan betapa pentingnya iman kepada Hari Akhir itu dalam ajaran Islam. Sebab dengan
adanya keimanan terha dap Hari Akhir seseorang akan disiplin dan berusaha maksimal untuk mematuhi
ajaran Allah SWT. sebab dia tahu bahwa tidak satu pun amal perbuatannya baik lahur maupun batın-
yang luput dari pencatatan dan perhitungan kelak di Akhirat.

2. Dengan adanya penggambaran yang detail tentang sorga dan neraka dengan segala kenikmatan dan
siksaannya, seseo rang akan terdorong untuk merasakan kenikmatan itu, dan takut untuk merasakan
siksaan. Hal tersebut tentu akan mem- buatnya selalu ingin melaksanakan kebaikan dan tidak mau
melaksanakan kemaksiatan.

3. Dengan seringnya disebutkan masalah iman kepada Harı Akhir, maka hal itu akan bisa mengingatkan
orang-orang yang sering terlupa dan lalai dalam kehidupannya karena terpenga- ruh dengan segala
kesenangan hidup di dunia.

4. Dengan menyebutkan masalah Hari Akhir secara detail di- harapkan dapat mematahkan argumentasi
para penentangnya atau mematahkan dalil-dalil yang sebenarnya tidak ilmiah dari orang-orang yang
tidak percaya dengan adanya Hari Akhir. (Yasin, 1983, hal. 89-93).
Sebagai penutup bab Hari Akhir ini ada baiknya kembali kita ingat bahwa seorang mukmin wajib
beriman dengan Hari Akhir dengan segala proses, peristiwa dan keadaan yang terjadi pada Hari itu
sesuai dengan apa-apa yang telah diberitakan di dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW tanpa
mengu- rangi dan menambah-nambahnya. Dan untuk hal-hal yang sifatnya teknis (kaifiyat) tidak perlu
diselidiki dan dibahas secara panjang lebar karena hal itu tidak mungkin mengha silkan sesuatu yang
meyakinkan, sebab teknis dan kaifiyat se gala sesuatu yang menyangkut masalah ghaib hanyalah bisa
diketahui sepanjang diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Misalnya tentang timbangan (mizan),
bagaimana bentuknya, bagaimana menimbang amal perbuatan manusia, begitu juga tentang jembatan
(shirath) bagaimana bentuknya dan bagai- mana melaluinya serta hal-hal lain semacam itu tidak perlu
di- pikirkan dan diselidiki, cukup diimari saja. Wallahu' lam..

Anda mungkin juga menyukai