Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

Rukun iman yang kelima dan keenam adalah beriman kepada hari akhir dan kepada taqdir
AllahSWT. Iman kepada hari akhir adalah percaya akan adanya hari akhir. Hari akhir adalah hari
berakhirnya kehidupan dunia. Pada saat itu baik dan buruknya perilaku seseorang akan dicatat
bergantung bagaimana kadar keimanan seseorang dalam hatinya. Sedangkan iman kepada taqdir
Allah adalah percaya akan semua hal kejadian atas segala sesuatu itu datangnya dari ketetapanserta
kehendak dari Allah SWT semata.Orang yang benar-benar beriman adanya hari kiamat dan taqdir
Allah SWT akan senantiasamenjaga agar perilakunya baik dan berusaha menjauhi hal-hal yang buruk
dan juga akan selalumenrima apa adanya, mudah bersyukur dan bersabar atas apa yang terjadi pada
dirinya. Begitu juga sebaliknya.Masih banyak orang yang tidak menjaga perilakunya sehari-hari,
sehingga berbuat seenaknya.Padahal Allah SWT sudah memberi peringatan dengan mendatangkan
bencana alam di berbagaitempat.Persoalan :

1. Mengapa banyak orang yang berperilaku seperti fenomena tersebut ?


2. Apa pelajaran yang dapat dipetik dari datangnya berbagai bencana alam di bumi ini ?
3. Bagaimana cara kita untuk dapat mempercayai dan meyakini akan datangnya hari akhir ?
4. Bagaimana memahami Taqdir Allah SWT secara benar ?

1
BAB 2

IMAN KEPADA HARI AKHIR

A. Pengertian Hari Kiamat

Hari akhir disebut juga dengan hari kiamat, artinya hari kebangkitan. Pada hari
kebangkitan inisemua manusia yang telah meninggal dibangkitkan kembali untuk
mempertanggung-jawabkansemua amal perbuatannya selama hidup di dunia.Pada saat
terjadinya hari akhir, semua makhluk yang ada di dunia ini akan musnah, langithancur,
gunung-gunung meletus, lautan meluap, dan bumi memuntahkan segala isinya.Kiamat
dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1. Kiamat sughra adalah kiamat kecil, misalnya terjadinya kematian, terjadinya musibah
seperti banjir, gempa bumi, gelombang tsunami, dsb. Firman Allah
SWT :Artinya :“Segala sesuatu itu pasti rusak, kecuali Zat-nya (Allah).”(QS. Al-Qashas/28 :
88) — Dalam firman Allah SWT yang lain disebutkan :Artinya :“Tiap-tiap yang bernyawa
(pasti) akan mengalami mati.”(QS. Ali Imran : 185)
2. Kiamat kubra adalah kiamat besar, yaitu saat rusaknya jagad raya dengan segala isinya.
Firman Allah SWT : Artinya :“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang
dahsyat) dan bumi telahmengeluarkan beban-beban berat (yang dikandungnya dan
manusia bertanya : “Mengapa bumi(jadi begini)?” (QS. Al-Zalzalah : 1-3) Firman Allah
SWT : Artinya :“Apabila bumi digoncangkan dahsyat-dahsyatnya dan gunung-gunung
dihancurkan sehancur-hancurnya maka jadilah ia debu yang beterbangan.” (QS. Al-
Waqi’ah : 4-6) Disamping istilah hari akhir ( Al Yaum Al Akhir ), Al Qur’an juga
menggunkan istilah ataunama-nama lain, yang masing-masing nama menunjukkan
peristiwa, keadaan atau suasana yangakan dialami oleh umat manusia dalam proses
menuju kehidupan yang abadi tersebut. Nama-nama itu adalah :

a. Yaumul Qiyamah / Hari Kiamat (Az Zumar 39:60).


b. Yaumul Ba’ats / Hari Kebangkitan(Ar Rum 30:56).
c. Yaumul Hisab / Hari Perhitungan (Al Mukmin 40:67).
d. Yaumul Din / Hari Pembalasan (Al Fatihah 1:3).
e. Yaumul Fath / Hari Kemenangan (As Sajadah 32:29).
f. Yaumul Talaq / Hari Pertemuan(Al Mukmin 40:15-16).
g. Yaumul Jami’ / Hari Berhimpun (At Taghabun 64:9).
h. Yaumul Taghabun / Hari ditampakkannya kesalahan-kesalahan ( At Taghabun 64:9).
i. Yaumul Khulud / Hari Kekekalan (Qaf 50:34).
j. Yaumul Khuruj / Hari Keluar (Qaf 50:42).
k. Yaumul Hasrah / Hari Penyesalan (Maryam 19:39).
l. Yaumul Tanad / Hari Panggil Memanggil (Al Mukmin 40:32).
m. Yaumul Fash / Hari Keputusan (An Naba’ 78:17).
n. As Sa’ah / Waktu (Al Qamar 34:1).15. Al Akhirah / Akhirat ( Al A’la 87:16-17).
o. Al Azifah / Peristiwa Dekat (An Najm 53:57).

2
p. At Tammah / Mala Petaka Besar (An Nazi’at 79:34).
q. As Sakhah / Tiupan sangkakala yang kedua (Abasa 80:33).
r. Al Ghassiyah / Kejadian yang Menyelubung (Al Ghassiyah 88:1).
s. Al Waqi’ah / Peristiwa Dahsyat (Al waqi’ah 56:1).
t. Dan lain-lain.

B. Tanda Terjadinya Kiamat

1. Terbitnya matahari dari arah barat dan terbenam dari arah timur. Hal ini terjadi karena
perubahan besar dalam susunan alam semesta.
2. Keluarnya suatu binatang yang sangat aneh. Binatang ini dapat bercakap-cakap
kepadasemua orang dan menunjukkan kepada manusia bahwa kiamat sudah sangat
dekat.
3. Datangnya Al-Mahdi. Beliau termasuk keturunan dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu,
beliau serupa benar akhlak dan budi pekertinya dengan Rasulullah SAW.
4. Munculnya Dajal. Dajal adalah seorang yang muncul sebagai tanda semakin
dekatdatangnya kiamat. Dajal bermata buta sebelah dan mengaku sebagai “Tuhan”.
5. Hilang dan lenyapnya Al-Qur’an dan mushaf, hafalan dalam hati. Bahkan lenyap
pulalahyang ada di dalam hati seseorang.
6. Berkumpulnya manusia, seperti selamatan kelahiran, khitanan, perkawinan, ulang
tahun, dll.Akan tetapi tidak pernah sedikit pun dijalankan perintah-perintah-Nya serta
dijauhi larangan- Nya.
7. Turunnya Nabi Isa as. Beliau akan turun ke bumi ini di tengah-tengah merajalela
pengaruhDajal.

C. Peristiwa Sesudah Hari Akhir

1. Alam Barzah Alam barzah juga disebut alam kubur. Di alam barzah manusia sudah dapat
merasakan balasanamal baik dan buruk. Firman Allah SWT :Artinya :“Agar aku berbuat
amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.Sesungguhnya itu
adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzah(dinding
pemisah) sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mukmin : 100)
2. KiamatKiamat pasti terjadi. Tetapi tidak ada seorangpun yang tahu, termasuk nabi dan
atau rasul kapanhal itu akan terjadi. Seperti dalam Firman Allah sebagai berikut :

3
Artinya :Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?"
Katakanlah:"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku;
tidak seorangpun yangdapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu
amat berat (huru haranya bagimakhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan
datang kepadamu melainkan dengantiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan
kamu benar-benar mengetahuinya.Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang
bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapikebanyakan manusia tidak Mengetahui" ( Al
A’raf 7:187)
3. Yaumul Ba’atsYaumul Ba’as artinya hari kebangkitan, yaitu hari bangkitnya kembali
seluruh umat manusiasejak nabi Adam a.s. hingga manusia terakhir dari alam kubur
setelah malaikat Israfil meniupsangkakala yang kedua. — Firman Allah
SWT :Artinya :“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-
macam, agar kepadamereka itu dapat diperlihatkan amalan-amalannya yang sudah-
sudah.” (QS. Az-Zalzalah : 6)
4. Yaumul Mahsyar Yaumul Mahsyar adalah hari berkumpulnya seluruh umat manusia.
Setelah manusiadibangkitkan dari alam kubur, manusia digiring dan dikumpulkan di
padang mahsyar. — Firman Allah SWT :........Artinya :“........ Dan kami kumpulkan seluruh
manusia dan tidak kami tinggalkan seorang pun darimereka.” (QS. Al-Kahfi : 47)
5. Yaumul MizanYaumul Mizan yaitu hari penimbangan amal baik dan amal buruk yang
dilakukan manusiaselama hidupnya. — Firman Allah SWT :Artinya :“Kami akan
memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikanseseorang
barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti
Kamimendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.”
(QS. Al-Anbiya : 47)5.
6. Yaumul HisabYaumul hisab artinya hari perhitungan amal baik dan buruk yang dilakukan
selama hidupnya. — Firman Allah SWT :Artinya :“Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi
balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang di rugikan pada hari ini.
Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.” (QS. Al-Mukmin : 17)
7. Sirat Sirat adalah jalan atau jembatan penentu dari setiap manusia setelah
diperhitungkan danditimbang perbuatan baik-buruknya. Sirat tersebut menentukan
manusia masuk surga atauneraka.
8. Surga dan NerakaSurga dan neraka adalah tempat terakhir yang diciptakan oleh Allah
SWT untuk memberikan balasan atas perbuatan manusia semasa di dunia.

D. Fungsi Iman Kepada Hari akhir

1. Menambah iman serta ketaqwaan kepada Allah SWT


2. Lebih taat kepada Allah dan Rasulullah SAW dengan menghindarkan diri dari
perbuatanmaksiat
3. Senantiasa hidup dengan hati-hati, waspada, dan selalu meminta ampunan kepada
AllahSWT
4. Memberi motivasi untuk beramal dan beribadah karena segala perbuatan baik
akanmendapat balasan di akhirat
5. Selalu menghiasi diri dengan berzikir kepada Allah SWT sehingga jiwa menjadi tenang

4
BAB 3

IMAN KEPADA TAQDIR ALLAH SWT

Setidaknya ada dua kelompok ekstrim dalam memandang Takdir Allah swt, yang pertama
mengatakan, bahwa manusia adalah “robot hidup” yang tidak memiliki kemauan, usaha danlakunya
tergantung secara total dari kehendak Tuhan. Kelompok lain berpendapat, bahwamanusia adalah
makhluk bebas dengan kemampuan akal pikiran dan potensi irodah ( kehendak )dirinya ia dapat
melakukan apa saja.

Menjawab dua sikap ekstrim ini Allah menegaskan dalam al-Qur’an : Bagi siapa diantara
kamu yang berkehendak untuk istiqomah, tetapi kalian tidak berkehendak melainkan atas masyi’ah
(kehendak) Allah Tuhan alam semesta (Q.S. at-Takwir:28-29 ).

Sehubungan dengan tafsir ayat tersebut Ibnu Katsir mengatakan: Siapa yang
menginginkanhidayat, maka hendaknya ia mengambil al-Qur’an (sebagai hidayat), hal itu merupakan
kunci selamat dan bahagia. Siapa saja bisa berkehendak hidayat atau berkehendak kesesatan,
tetapikehendak itu tidak mutlak di tangan kalian, melainkan mengikuti kehendak Allah swt ( tafsir
Ibnu Katsir 4/481 ).

Sayyid Quthub berkata dalam “Fi Zhilal al-Qur’an, bahwa setelah diberikan potensi berfikir
dan penjelasan dari Allah lewat para Rasul, manusia dapat memilih untuk mengambil jalan lurus atau
menyimpang darinya. Pilihan tersebut akan diminta pertanggung jawaban kelak. Hendaknya mereka
juga memahami, bahwa kehendak mereka itu tidak terlepas dari kehendak Allah YangMaha
Mengetahui dan Maha Bijaksana (Fi Zhilal al-Qur’an 6/3843 )

.Apa pun yang terjadi di dunia dan yang menimpa diri manusia pasti telah digariskan oleh
AllahYang Mahakuasa dan Yang Mahabijaksana. Semua telah tercatat secara rapi dalam sebuah
Kitab pada zaman azali. Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan
sesuai ketentuan-ketentuan ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan tidak adanya
pengetahuan manusia tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka ia memiliki peluang atau
kesempatan untuk berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, berusahakeras untuk
mencapai yang dicita-citakan tanpa berpangku tangan menunggu takdir, dan berupaya memperbaiki
citra diri.

Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT,
seorangmukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga
diridengan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT. Ia akan berubah menjadi batu karang yangtegar
menghadapi segala gelombang kehidupan dan senantiasa sabar dalam menyongsong badaiujian
yang silih berganti. Ia juga selalu bersyukur apabila kenikmatan demi kenikmatan beradadalam
genggamannya. Perhatikan beberapa ayat Allah dan hadits Rasul berikut ini.

5
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendirimelainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya.Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang
demikian itu)supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu
janganterlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai
setiaporang yang sombong lagi membanggakan diri,” (al-Hadiid: 22-23)

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya
kecualiDia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun
punyang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalamkegelapan
bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitabyang nyata
(Lauh Mahfudz).”(al-An’aam: 59)

“Tiada seorangpun dari kalian kecuali telah ditulis tempatnya di neraka atau di surga.
Salahseorang dari mereka berkata, ‘Bolehkah kami bertawakal saja, ya, Rasulullah?’
Beliaumenjawab, ‘Tidak, (akan tetapi) beramallah …karena setiap orang dimudahkan (dalam
beramal).’ Kemudian, beliau membaca ayat ini, ‘Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan
Allah), bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil, merasadirinya cukup
dan mendustakan pahala yang terbaik, maka kami kelak akan menyiapkan baginya(jalan) yang sukar
(al-Lail: 5-10).’” (HR Bukhari dan Muslim, dari Ali bin Abi Thalib)

“Sangat mengherankan seorang mukmin itu, karena semua urusannya mengandung


kebaikan.Dan yang demikian itu tidak pernah dimiliki seseorang kecuali orang mukmin; apabila ia
diujidengan kenikmatan (kebahagiaan), ia bersyukur. Maka, inilah kebaikan baginya. Dan apabila
iadiuji dengan kemelaratan (kepayahan), ia bersabar. Maka, inilah kebaikan baginya.” (HR Muslim
dari, Abu Yahya Shuhaib bin Shinan)

A. Definisi.

Secara etimologi, Qadha memiliki banyak pengertian sebagaimana berikut.

-Perintah. kita bisa temukan pengertian ini pada firman Allah di bawah ini.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklahkamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antarakeduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (al-Israa`:23)

-Pemberitaan, bisa kita temukan dalam ayat berikut ini.

“Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan
ditumpashabis di waktu subuh.” (al-Hijr: 66)

6
.Imam az-Zuhri berkata, “Qadha secara etimologi memiliki arti yang banyak. Dan semua
pengertian yang berkaitan dengan qadha kembali kepada makna kesempurnaan….” (An-
Nihayatfii Ghariib al-Hadits, Ibnu al-Atsir 4/78)

Adapun Qadar secara etimologi berasal dari kata qaddara yuqaddiru taqdiiran yang
berarti penentuan. Pengertian ini bisa kita lihat dalam ayat Allah berikut ini.

“Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinyadan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam
empat masa.(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.” (Fushshilat: 10)

Dari sudut terminologi, Qadha adalah pengetahuan yang lampau, yang telah ditetapkan
olehAllah pada zaman azali. Adapun qadar adalah terjadinya suatu ciptaan yang sesuai dengan
penetapan (qadha)

.Ibnu Hajar berkata, “Para ulama berpendapat bahwa qadha adalah hukum kulli
(universal) ijmali(secara global) pada zaman azali, sedangkan qadar adalah bagian-bagian kecil
dan perincian- perincian hukum tersebut.” (Fathul-Baari 11/477)

Ada juga dari kalangan ulama yang berpendapat sebaliknya, yaitu qadar merupakan
hukum kulliijmali pada zaman azali, sedangkan qadha adalah penciptaan yang terperinci.

Sebenarnya, qadha dan qadar ini merupakan dua masalah yang saling berkaitan, tidak
mungkin satu sama lain terpisahkan oleh karena salah satu di antara keduanya merupakan asas
atau pondasi dari bangunan yang lain. Maka, barangsiapa yang ingin memisahkan di antara
keduanya,ia sungguh merobohkan bangunan tersebut (An-Nihayat fii Ghariib al-Hadits, Ibnu
Atsir 4/78,Jami’ al-Ushuul 10/104).

B. Dalil-dalil Qadha dan Qadar

Beriman kepada qadha dan qadar merupakan salah satu rukun iman, yang mana iman
seseorangtidaklah sempurna dan sah kecuali beriman kepadanya. Ibnu Abbas pernah berkata,
“Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan beriman
kepada qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan
mendustakanqadar, maka dustanya merusakkan tauhidnya” (Majmu’ Fataawa Syeikh al-Islam,
8/258).

Oleh karena itu, iman kepada qadha dan qadar ini merupakan faridhah dan kewajiban
yang harusdilakukan setiap muslim dan mukmin. Hal ini berdasarkan beberapa hadits berikut ini.

-Hadits Jibril yang diriwayatkan Umar bin Khaththab r.a., di saat Rasulullah saw. ditanya
olehJibril tentang iman. Beliau menjawab, “Kamu beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab-
kitab,Rasul-rasul, Hari Akhir, dan kamu beriman kepada qadar baik maupun buruk.” (HR Muslim)

-“Sekiranya Allah SWT menyiksa penduduk langit dan bumi, maka Dia sungguh
melakukannyatanpa menzalimi mereka. Dan sekiranya Dia mengasihi mereka, maka rahmat-Nya
lebih baik daripada amal mereka. Dan sekiranya kamu memiliki emas seperti Gunung Uhud
atausemisalnya, lalu kamu infakkan di jalan Allah, maka Dia tidak akan menerimanya
sehinggakamu beriman terhadap qadar dan kamu mengetahui bahwa apa yang ditakdirkan

7
menimpamutidak akan meleset darimu dan apa yang ditakdirkan bukan bagianmu tidak akan
mengenaimu,dan sesungguhnya jika kamu mati atas (aqidah) selain ini, maka niscaya kamu
masuk neraka.”(HR Ahmad, dari Zaid bin Tsabit)

Perhatikan beberapa ayat Allah dan hadits Nabi yang berkaitan dengan qadha dan
qadar-Nya berikut ini.

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkantelah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya,yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu)
supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan
terlalu gembiraterhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yangsombong lagi membanggakan diri.” (al-Hadiid: 22-23)

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”(al-Qamar: 49)

“(Yaitu di hari) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di
pinggir lembah yang jauh, sedangkan kafilah itu berada di bawah kamu. Sekiranya kamu
mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak
sependapat dalammenentukan hari pertempuran itu, akan tetapi (Allah mempertemukan dua
pasukan itu) agar Diamelakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan, yaitu agar orang yang
binasa itu binasanyadengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya
dengan keterangan yangnyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (al-Anfaal: 42)

Tidak ada suatu keberatan pun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah
baginya. (Allahtelah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah
berlalu dahulu.Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” (al-Ahzab:
38)

“Yang pertama kali diciptakan Allah Yang Mahaberkah lagi Mahaluhur adalah pena (al-
qalam).Kemudian Dia berfirman kepadanya, ‘Tulislah…,’ Ia bertanya, ‘Apa yang saya tulis?’ Dia
berfirman, ‘Maka ia pun menulis apa yang ada dan yang bakal ada sampai hari kiamat.” (HR
Ahmad)

“Tiada seorang pun dari kalian kecuali telah ditulis tempatnya di neraka atau di surga.
Salahseorang dari mereka berkata, ‘Bolehkah kami bertawakal saja, ya, Rasulullah?’
Beliaumenjawab, ‘Tidak, (akan tetapi) beramallah…karena setiap orang dimudahkan (dalam
beramal),’kemudian beliau membaca ayat ini, ‘Adapun orang yang memberikan (hartanya di
jalan Allah), bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kami kelak
akanmenyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil, merasa
dirinyacukup dan mendustakan pahala yang terbaik, maka kami kelak akan menyiapkan baginya
(jalan)yang sukar.’” (HR Bukhari dan Muslim, dari Ali bin Abi Thalib)

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan
membenarkanadanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya
jalan yangmudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta

8
mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (al-
Lail: 5-10)

C. Hakikat Takdir Allah SWT.

Agar takdir dapt dipahami dengan benar dan proporsional, maka hendaknya kita
memahamihakikat Takdir itu sendiri.

1) Takdir Allah hendaknya didasari dengan pandangan “Husnu Azh-Zhon” (berbaik


sangka)kepada Allah swt. Maksudnya, bahwa iman kepada takdir Allah didasari
dengan keyakinanterhadap ke-Mahabijaksanaan Allah swt dan ke-MahatahuanNya
atas segala yang menimpahambaNya. Seringkali suatu kejadian nampaknya buruk
dalam pandangan manusia, tetapi dalam pandangan Allah swt suatu kebaikan, sebab
segala perbuatan Allah adalah kebaikan mutlak ( Lihat: Abdur-Rahmnan Habannakah,
Pokok-pokok Akidah Islam, 674, th. 1998, GIP ).
2) Keimanan kepada Takdir Allah bukan berarti meniadakan tanggung jawab mukmin
atas perbuatannya dan pilihannya dalam kehidupan. Sebagaimana firman Allah swt
(Q.S. al-Anbiya:23) yang artinya: Allah tidak ditanya atas perbuatanNya, tetapi
manusia akan ditanya dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Segala sesuatu
yang terjadi sebagai ketentuan qadho danqodar mesti diterima dengan ridha dan
pasrah, dan diyakininya bahwa hal itu adalah ke-Mahabijaksanaan Allah swt.
Sedangkan dalam ruang lingkup tanggung jawab manusia, ia berusaha menguasai
sebab musabab yang merupakan sunnatullah pada alam ciptaanNya (Lihat :Abdur-
Rahman H, hal: 678 ).
3) Iman kepada Takdir Allah merupakan sikap Tawakkal dan I’timad ( bersandar ) kepada
allahswt. Tawakkal berarti berupaya melakukan sesuatu sesuai ketentuan yang
berlaku padasunnatullah, dengan menggunakan bekal-bekal dan potensi-potensi
yang diberikan Allah untuk manusia, kemudian berdo’a, memohon kemudahan
kepadaNya. Hasil usaha dan do’a tersebutdiserahkan kepada Allah yang memiliki
masyi’ah ilahiah.
D. Hikmah Iman Kepada Takdir
1.Ibtila ( Ujian).

Diantara hikmah Iman kepada Takdir Allah adalah ujian kepada manusia, bahwa
kejadian-kejadian yang menimpa manusia, baik atau buruk, semuanya merupakan ujianAllah.
FirmanNya :

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan Q.S. Al-
Anbiya: 35.

2.Sarana Pendidikan dan Pengajaran.


Allah swt dalam mendidik dan mengajari hamba-hambaNya kadang-kadang menimpakan
musibah dan kadang-kadang memberikan kesenangandan kenikmatan hidup. Suatu saat Allah
memberikan hadiah penghargaan, pada saat lainmemberikan teguran-teguran berupa sangsi-
sangsi, baik bersifat fisik maupun moril.

9
3.Pembalasan yang disegerakan. Allah swt kadangkala menyegerakan balasan orang
yangmelakukan kemaksiatan, sebagaimana menyegerakan ganjaran bagi yang berbuat baik.
Semua itudilakukan dalam rangka dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain yang menyaksikan
balasanatau ganjaran tersebut.
E. Pengaruh Iman kepada Takdir Allah SWT.

Iman kepada Takdir Allah yang benar dan tepat tidak melahirkan sifat dan sikap yang kontra
produktif apalagi anarkis dan destruktif. Sebaliknya, bahwa keimanan tersebut memberikan
pencerahan hidup dan kehidupan.

Diantara buah dan pengaruh positif keimanan seseorang kepada Takdir Allah sebagai berikut :

1.Ketenangan Jiwa .
Setiap mukmin akan senantiasa merasa tenang dan tentram, karenakeimanan kepada
ketentuan Allah swt. Sebab ia berkeyakinan, bahwa apapun yang terjadisetelah upaya-upaya
dilakukan, tidak terlepas dari kebijaksanaanNya. Ia pun berkeyakinan bahwa Allah tidak
mungkin menyia-nyiakan hambaNya yang patuh kepada ketentuan-ketentuanNya.
2.Al-Jiddiyah ( Serius dan Semangat Bekerja )
Setiap mukmin merasa bertanggung jawab atassegala perbuatannya. Pilihannya
berdasarkan karunia Allah; Dia memberikan akal pikiran, potensi baik dan kemampuan dalam
rangka bekerja keras dan berupaya meraih ketentraman dankenyaman hidup. Persepsi ini
memberikan pemahaman lain, bahwa kesalahan atau kekalahantidak boleh semata-mata
diarahkan kepada orang lain, atau mengkambinghitamkan Takdir.Sebagaimana penjelasan
Allah swt dalam peristiwa Perang Uhud ( Lihat Q.S. Ali Imron: 165 ).Ayat ini memberikan
landasan analisis kepada manusia muslim dalam seluruh rangkaian struktur problematika
yang dihadapinya. Kefaktoran manusia sebagai sumber musibah adalahsunnatullah, seperti
penegasan Allah dalam ayat lain Q.S. 3: 137 ( Sesungguhnya telah berlalusebelummu sunnah-
sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat
orang-orang yang mendustakan ( Rasul-Rasul )
3.Sikap Tawakkal dan Berserah Diri Kepada Allah.
Seseorang yang beriman kepada Takdir Allah berkeyakinan, bahwa kehendaknya dalam
berupaya tidak bisa dipisahkan dari kehendak Allah, artinya Allah swt tidak akan menyia-
nyiakan hasil usahanya dalam bekerja. Karenanya, iasenantiasa berharap rahmat dari Allah
dengan lantunan doa’-do’a menyertai usaha-usaha yangdilakukannya.
F. Rukun-Rukun Iman Kepada Qadha Dan Qadar

Beriman kepada qadha dan qadar berarti mengimani rukun-rukunnya. Rukun-rukun ini
ibarat satuan-satuan anak tangga yang harus dinaiki oleh setiap mukmin. Dan tidak akan pernah
seorang mukmin mencapai tangga kesempurnaan iman terhadap qadar kecuali harus
menitisatuan anak tangga tersebut.

Iman terhadap qadha dan qadar memiliki empat rukun sebagai berikut.

Pertama, Ilmu Allah SWT. Beriman kepada qadha dan qadar berarti harus beriman
kepda IlmuAllah yang merupakan deretan sifat-sifat-Nya sejak azali. Dia mengetahui segala
sesuatu. Tidak ada makhluk sekecil apa pun di langit dan di bumi ini yang tidak Dia ketahui.
Dia mengetahuiseluruh makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan. Dia juga mengetahui

10
kondisi dan hal-ihwalmereka yang sudah terjadi dan yang akan terjadi di masa yang akan
datang oleh karena ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

Dialah Tuhan Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata.Hal ini bisa kita temukan
dalam beberapa ayat quraniah dan hadits nabawiah berikut ini.

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah
berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu,
dansesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (ath-Thalaaq: 12)

“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang
nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (al-Hasyr: 22)

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecualiDia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan,
dan tiada sehelai daun punyang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh
sebutir biji pun dalamkegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkan tertulis dalam kitabyang nyata (Lauh Mahfudz).”(al-An’aam: 59)

“Allah lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan ketika menciptakan mereka.”
(HR Muslim)

Kedua, Penulisan Takdir. Di sini mukmin harus beriman bahwa Allah SWT menulis
danmencatat takdir atau ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan kehidupan manusia
dan sunnahkauniah yang terjadi di bumi di Lauh Mahfuzh—“buku catatan amal” yang dijaga.
Tidak adasuatu apa pun yang terlupakan oleh-Nya. Perhatikan beberapa ayat di bawah ini.

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkantelah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yangdemikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan
yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu,
dan supaya kamu jangan terlalu gembiraterhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan
Allah tidak menyukai setiap orang yangsombong lagi membanggakan diri,” (al-Hadiid: 22-23)

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja
yang ada dilangit dan di bumi; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab
(Lauh Mahfuzh).Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (al-Hajj: 70)

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengankedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu
pun dalamAl-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (al-An’aam: 38)

“Yang pertama kali diciptakan Allah Yang Mahaberkah lagi Mahaluhur adalah pena
(al-qalam).Kemudian Dia berfirman kepadanya, ‘Tulislah….” Ia bertanya, ‘Apa yang aku
tulis?’ Dia berfirman, maka ia pun menulis apa yang ada dan yang bakal ada sampai hari
kiamat.” (HR Ahmad)

Ketiga, Masyi`atullah (Kehendak Allah) dan Qudrat (Kekuasaan Allah). Seorang


mukmin yangtelah mengimani qadha dan qadar harus mengimani masyi`ah (kehendak) Allah

11
dan kekuasaan- Nya yang menyeluruh. Apa pun yang Dia kehendaki pasti terjadi meskipun
manusia tidak menginginkannya. Begitu pula sebaliknya, apa pun yang tidak dikehendaki
pasti tidak akanterjadi meskipun manusia memohon dan menghendakinya. Hal ini bukan
dikarenakan Dia tidak mampu melainkan karena Dia tidak menghendakinya. Allah
berfirman,“Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di
bumi.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Faathir: 44)

Adapun dalil-dalil tentang masyi`atullah sangat banyak kita temukan dalam Al-
Qur`an, diantaranya sebagai berikut.“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan
itu) kecuali apabila dikehendaki Allah,Tuhan semesta alam.” (at-Takwiir: 29)

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada
dalam gelapgulita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-
Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia
menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus.” (al-An’aam: 39)

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata


kepadanya,‘Jadilah!’ maka terjadilah ia.” (Yaasiin: 82)

“Siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka Dia akan menjadikannya
faqih(memahami) agama ini.” (HR Bukhari)

Simaklah apa jawaban Imam Syafi’i ketika ditanya tentang qadar berikut ini.“Maka,
apa-apa yang Engkau kehendaki pasti terjadi meskipun aku tidak berkehendak Dan apapun
yang aku kehendaki—apabila Engkau tidak berkehendak—tidak akan pernah adaEngkau
menciptakan hamba-hamba ini sesuai yang Engkau ketahuiMaka dalam (bingkai) ilmu ini,
lahirlah pemuda dan orang tua rentaKepada (hamba) ini, Engkau telah memberikan karunia
dan kepada yang ini Engkau hinakanYang ini Engkau tolong dan yang ini Engkau biarkan
(tanpa pertolongan)Maka, dari mereka ada yang celaka dan sebagian mereka ada yang
beruntungDari mereka ada yang jahat dan sebagian mereka ada yang baik

Keempat, Penciptaan-Nya. Ketika beriman terhadap qadha dan qodar, seorang


mukmin harusmengimani bahwa Allah-lah pencipta segala sesuatu, tidak ada Khaliq selain-
Nya dan tidak adaRabb semesta alam ini selain Dia. Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut
ini.“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.”(az-Zumar: 62)

“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala
sesuatu, dan Diamenetapkan ukuran-ukuranya dengan serapi-rapinya.”(al-Furqaan: 2)

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat Itu.“ (ash-
Shaaffat: 96)

“Sesungguhnya, Allah adalah Pencipta semua pekerja dan pekerjaannya.”(HR Hakim)

Inilah empat rukun beriman kepada qadha dan qadar yang harus diyakini setiap
muslim. Maka,apabila salah satu di antara empat ini diabaikan atau didustakan, niscaya ia
tidak akan pernahsampai gerbang keimanan yang sesungguhnya. Sebab, mendustakan satu

12
di antara empat rukuntersebut berarti merusak bangunan iman terhadap qadha dan qadar,
dan ketika bangunan imanterhadap qadar rusak, maka juga akan menimbulkan kerusakan
pada bangunan tauhid itu sendiri.

G. Macam-Macam Takdir Takdir

ada empat macam. Namun, semuanya kembali kepada takdir yang ditentukan pada
zamanazali dan kembali kepada Ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Keempat macam
takdir tersebut adalah sebagai berikut

.Pertama, Takdir Umum (Takdir Azali). Takdir yang meliputi segala sesuatu dalam
lima puluhribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Di saat Allah SWT
memerintahkan al-Qalam(pena) untuk menuliskan segala sesuatu yang terjadi dan yang
belum terjadi sampai hari kiamat.Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut ini.“Tiada suatu
bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkantelah
tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yangdemikian itu adalah mudah bagi Allah.”(al-Hadiid: 22)

“Allah-lah yang telah menuliskan takdir segala makhluk sejak lima puluh ribu tahun
sebelumdiciptakan langit dan bumi. Beliau bersabda, ‘Dan ‘Arsy-Nya berada di atas air.” (HR
Muslim)

Kedua, Takdir Umuri. Yaitu takdir yang diberlakukan atas manusia pada awal
penciptaannya ketika pembentukan air sperma (usia empat bulan) dan bersifat umum.
Takdir ini mencakuprizki, ajal, kebahagiaan, dan kesengsaraan. Hal ini didasarkan sabda
Rasulullah saw. berikut ini.“…Kemudian Allah mengutus seorang malaikat yang
diperintahkan untuk meniupkan ruhnyadan mencatat empat perkara: rizki, ajal, sengsara,
atau bahagia... .” (HR Bukhari)

Ketiga, Takdir Samawi. Yaitu takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadar setiap
tahun.

Perhatikan firman Allah berikut ini.

“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.”(ad-Dukhaan: 4-5)

Ahli tafsir menyebutkan bahwa pada malam itu dicatat dan ditulis semua yang akan
terjadi dalamsetahun, mulai dari kebaikan, keburukan, rizki, ajal, dan lain-lain yang berkaitan
dengan peristiwa dan kejadian dalam setahun. Hal ini sebelumnya telah dicatat pada Lauh
Mahfudz.Keempat, Takdir Yaumi. Yaitu takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang
akan terjadidalam satu hari; mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan,
mengampuni dosa,menghilangkan kesusahan, dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan
firman Allah,“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu
Dia dalamkesibukan.” (ar-Rahmaan: 29)

Ketiga takdir yang terakhir tersebut, kembali kepada takdir azali: takdir yang telah
ditentukandan ditetapkan dalam Lauh Mahfudz.

BERDALIH DENGAN QADAR DALAM KEMAKSIATAN DAN MUSIBAH.

13
Semua yang ditakdirkan oleh Allah SWT selalu tersirat hikmah dan maslahat bagi
manusia.Hikmah dan maslahat yang telah diketahui oleh-Nya. Maka, Dia tidak pernah
menciptakankejelekan dan keburukan murni yang tidak pernah melahirkan suatu
kemaslahatan. Kejelekandan keburukan ini tidak boleh dinisbatkan kepada Allah SWT,
melainkan dinisbatkan kepadaamal perbuatan manusia. Sesungguhnya, segala sesuatu yang
dinisbatkan kepada Allahmengandung keadilan, hikmah, dan rahmat

Hal ini berdasarkan firman Allah SWT.

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu,maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada
segenapmanusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (an-Nisaa`: 79)

Maksudnya, segala kenikmatan dan kebaikan yang dialami manusia berasal dari
Allah SWT,sedangkan keburukan yang menimpanya diakibatkan karena dosa dan
kemaksiatannya.Allah membenci kekufuran dan kemaksiatan yang dilakukan hamba-hamba-
Nya. Sebaliknya,Dia mencintai dan meridhai ketakwaan dan kesalehan. Dia juga
menunjukkan dua jalan untuk hamba-hamba-Nya, sedangkan manusia diberikan akal untuk
memilih salah satu jalan tersebutsesuai pilihan dan kehendaknya. Maka, barangsiapa yang
memilih jalan kebaikan ia berhak mendapat ganjaran dan yang memilih jalan keburukan atau
kebatilan maka ia berhak mendapatsiksa oleh karena hal ini dilakukan secara sadar dan atas
pilihannya sendiri tanpa ada unsur paksaan. Meskipun sebab-sebab dan factor-faktor
pendorong amal perbuatannya tidak lepas darikehendak Allah SWT.

Maka, tidak ada alasan dan hujjah lagi bagi manusia bahwa setiap kekufuran dan
kemaksiantanyang dilakukannya karena takdir Allah SWT. Oleh karena itu, Allah mencela
orang-orangmusyrik yang berdalih dengan masyi-at Allah atas kekufuran mereka seperti
dalam firmanNya;

“Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan, ‘Jika Allah


menghendaki,niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak
(pula) kamimengharamkan barang sesuatu apa pun.’ Demikian pulalah orang-orang sebelum
mereka telahmendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah,
‘Adakah kamumempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya
kepada Kami?"Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain
hanyalah berdusta.

Katakanlah, ‘Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia
menghendaki, pastiDia memberi petunjuk kepada kamu semuanya.” (al-An’am: 148-149)

“Dan berkatalah orang-orang musyrik, ‘Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak
akanmenyembah sesuatu apa pun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan
tidak pulakami mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin)-Nya.’ Demikianlah yang diperbuat
orang-orangsebelum mereka, maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari
menyampaikan (amanatAllah) dengan terang. Tiap-tiap umat mempunyai rasul yang diutus
untuk menerangkankebenaran.” (an-Nahl: 35)

14
Adapun berhujjah dengan takdir atas musibah yang menimpa manusia dapat
dibenarkan Islam.Sebagaimana dialog yang terjadi antara Nabi Adam dan Nabi Musa tentang
musibahdikeluarkannya Bani Adam dari surga.

“Adam dan Musa berbantah-bantahan. Musa berkata, ‘Wahai, Adam, Anda adalah
bapak kamiyang telah mengecewakan dan mengeluarkan kami dari surga. Lalu Adam
menjawab, ‘Kamu,wahai Musa yang telah dipilih Allah dengan Kalam-Nya dan menuliskan
untkmu denganTangan-Nya, apakah kamu mencela kepadamu atas suatu perkara yang
mana Allah telahmenakdirkan kepadaku sebelum aku diciptakan empat puluh tahun?’ Maka
Nabi bersabda,‘Maka, Adam telah membantah Musa, Adam telah membantah Musa.’” (HR
Muslim)

H. Buah Iman Kepada Takdir

Muslim yang meyakini akan qadha dan qadar Allah SWT secara benar akan melahirkan
buah- buah positif dalam kehidupannya. Ia tidak akan pernah frustrasi atas kegagalan atau
harapan-harapan yang lari darinya, dan ia tidak terlalu berbangga diri atas kenikmatan dan
karunia yangada di genggamannya. Sabar dan syukur adalah dua senjata dalam menghadapi
setiap permasalahan hidup.

DR. Umar Sulaiman al-Asyqar dalam kitab “Al-Qadha wa Al-Qadar” menyimpulkan buah
beriman terhadap qadar sebagai berikut.

Pertama, jalan yang membebaskan kesyirikan.

Kedua, tetap istiqamah. “Sesungguhnya, manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi
kikir.Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir,kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat.” (al-Ma’arij: 19-22)

Ketiga, selalu berhati-hati. “Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang
tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang
merugi.” (al-A’raaf: 99)Keempat, sabar dalam menghadapi segala problematika kehidupan.

15
BAB 4

KESIMPULAN

Dengan memahami kajian teori di atas, tentunya kita semakin mengetahui bahwa kehidupan
didunia ini hanya bersifat sementara. Manusia lahir lalu bertumbuh-kembang, dan
akhirnyameninggal dunia. Begitu juga dengan hewan dan tumbuhan.Dari pernyataan diatas, dapat
disimpulkan bahwa kehidupan yang kekal hanya di akhirat kelak.Disana tidak ada lagi kematian.
Orang-orang beriman dan beramal saleh akan hidup selamanyadi surga. Sebaliknya, orang-orang
kafir dan beramal buruk akan hidup di neraka untuk selamanya.

16
BAB 5

DAFTAR PUSTAKA

Tim Abdi Guru, 2007, Ayo Belajar Agama Islam IX, Jakarta : Erlangga.· Soepardjo, S.Ag. Drs. ,
Ngadiyanto, Drs., 2004, Mutiara Akhlak dalam PAI IX, Solo : TigaSerangkai.· Achmadi Wahid, Masrun,
2007, Pendidikan Agama Islam IX, Jakarta : Ganeca.· Tim Arafah, 2006, Pendidikan Agama Islam 3,
Semarang : Aneka Ilmu.

17

Anda mungkin juga menyukai