• secara langsung Nabi saw. tidak pernah membicarakan soal Keluarga Berencana
secara
. tekstual seperti yang dipahami masyarakat masa sekarang. Beberapa hadis
berikut sering diangkat para ulama ketika membicarakan soal KB dalam perspektif
Islam, antara lain:
• ْز ُل َعلَى َع ْه ِد النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وسلم
ِ – َع ْن َجابِ ٍر قَا َل ُكنَّا نَع.
• Artinya: Dari Jabir. Ia berkata: “Kami pernah melakukan ‘azl (berhubungan seks
dengan mengeluarkan mani di luar vagina, coitus interuptus) pada masa Nabi saw.
(HR. Bukhari, no. 5207).
• Dari Jabir, ia berkata: Kami pernah melakukan ‘azl (coitus interuptus) pada masa
Rasulullah saw. kemudian berita itu sampai kepada Nabi saw. namun Nabi saw. tidak
melarang kami. (HR. Muslim, no. 3634).
• Hadis-hadis di atas menegaskan tentang realitas praktik ‘azl di masa Nabi oleh
sejumlah sahabat. Praktik ‘azl tidak dilarang oleh Nabi. Ini menunjukkan bahwa jika
dipandang perlu atau mengandung kemaslahatan yang lebih besar, maka praktik ‘azl
antara seorang suami dan istri dapat diterima.
Hukum Inseminasi Buatan
• Inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri dan tidak
.
ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain, termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami
berpoligami), maka Islam membenarkan, baik dengan cara mengambil sperma suami, kemudian
disuntikkan kedalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim,
kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam didalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri
yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memeroleh anak, karena
dengan cara lain yang sudah ditempuh dengan maksimal, belum berhasil memperoleh anak.
• Hal ini sesuai dengan kaidah hukum fiqh Islam: “Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu)
diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa (emergency). Padahal keadaan darurat/ terpaksa itu
membolehkan melakukan hal-hal yang terlarang”
• Cara inseminasi buatan seperti ini tidak mencederai kemuliaan Manusia sebagaimana firman Allah
Swt Q.S. Al Israa[17]:70