Anda di halaman 1dari 3

EKONOMI SYARI’AH PENDORONG PENGUATAN EKONOMI KALA PANDEMI

‫السلام عليكم ورمحة اهلل و بركاته‬


‫بسم اهلل الرمحن الرحيم احلمد هلل رب العاملني و الصالة" و السالم على أشرف األنبياء و املرسلني‬
.‫سيدنا و موالنا حممد‬
‫اللهم صل و سلم و بارك عليك اللهم صل عليه‬
.‫ أما بعد‬.‫و على اله وصحبه امجعني‬
Segala puji bagi Allah, Sholawat dan Salam bagi rosulnya,

Dewan Hakim yang arif dan bijaksana

Hadirin kaum muslimin sebangsa dan se-tanah air yang kami mulyakan

Sejak Dunia diguncang oleh virus corona banyak terjadi hal-hal yang berbeda, diantaranya krisis
kesehatan, pekerjaan, keuangan, sampai politik. Salah satu permasalahan yang terdapak adalah disisi
ekonomi. Banyak isu yang mengisyaratkan bahwa munculnya permasalahan dari berbagai kalangan.
Bukankah karena miskin seseorang tidak dapat meneruskan pendidikannya maka ia menjadi bodoh?
Bukankah karena miskin seseorang tidak dapat melihat dan mendengarkan berita-berita terkini, maka ia
menjadi terbelakang? Bukankah karena miskin seseorang dapat menjual akidahnya maka ia menjadi
kufur?

Jumlah kasus positif covid 19 di Indoseia terus melesat penambahan kasus 3000-an perhari dicatat
sebagai rekor baru penularan virus corona di negeri ini. jumlahnya telah melampaui 200 rb kasus
peningkatan. Apakah ini fakta atau dusta? Apakah hanya untuk kepentingan pribadi belaka? Atau hanya
untuk kepuasan duniawi semata?. Padahal islam telah memberi solisi konkrit, dengan cara “Ekonomi
Syariah Pendorong Penguatan Ekonomi Kala Pandemi”, sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah
di dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275:

‫ك بَِأن َُّه ْم قَالُ ٓو ۟ا ِإمَّنَا‬ ِ ِ ِ ‫ٱلرب ٰو ۟ا اَل ي ُقومو َ"ن ِإاَّل َكما ي ُق‬
ِّ ‫وم ٱلَّذى َيتَ َخبَّطُهُ ٱلشَّْي ٰطَ ُن م َن ٱلْ َم‬
َ ‫س ۚ َٰذل‬ ُ َ َ ُ َ َ ِّ ‫ين يَْأ ُكلُو َن‬
ِ َّ
َ ‫ٱلذ‬
۟ ۟
‫ف‬ َ َ‫ٱلر َب ٰوا ۚ فَ َمن َجٓاءَهۥُ َم ْو ِعظَةٌ ِّمن َّربِِّهۦ ف‬
َ َ‫ٱنت َه ٰى َفلَهۥُ َما َسل‬ ِّ ‫َأح َّل ٱللَّهُ ٱلَْبْي َع َو َحَّر َم‬ ِّ ‫ٱلَْبْي ُع ِمثْ ُل‬
َ ‫ٱلر َب ٰوا ۗ َو‬
ٰٓ ۟
‫ب ٱلنَّا ِر ۖ ُه ْم فِ َيها َٰخلِ ُدو َن‬ ‫ح‬ٰ ‫َأص‬ ‫ك‬ ‫ِئ‬َ ِ ‫ِإ‬
ُ َ ْ َ ‫َو َْأم ُرهۥُٓ ىَل ٱللَّه ۖ َو َم ْن َع َاد فَُأول‬
Orang-orang yang maka (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum dating larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
didalamnya.
Hadirin Rohimakumulloh

Firman Allah yang baru kita simak bersama mengisyaratkan agar kita umat islam memiliki ekonomi yang
kuat. Mari kita kaji secara mendalam. Imam Ibnu katsir di dalam kitabnya tafsir Ibnu Katsir jilid ke-3
menyebutkan, bahwa sebab diturunkan ayat ini berawal dari sebuah pertanyaan Sa’ad bin Waqash
kepada Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW. “Wahai Rasulullah aku memiliki harta yang banyak akan
tetapi pewarisku hanya satu orang anak, maka bolehkah aku bersedekah jika aku bersedekah dua
pertiganya? Rasul menjawab: “tidak boleh”. Bolehkah jika seperduanya? Rasul menjawab: “tidak boleh”.
Bagaimana jika sepertiganya? Rasul menjawab: “tidak boleh” seraya melanjutkan perkataanya:

“sungguh aku mengharapkan jika engkau dapat warisi keturunan yang kaya dan berharta dan itulah
yang terbaik dari pada yang terbaik dari pada engkau mewarisi keturunan yang lemah lagi papa serta
hanya mengharapkan belas kasih orang lain”

Hadiri Rohimakumulloh

Dalam dunia ekonomi kita mengenal adanya tiga buah sistem ekonomi. Pertama, sistem ekonomi
sosialis dimana pemerintah secara mutlak mengurus dan mengelola sistem perekonomian mereka.
Kedua, sistem ekonomi kapitalis dimana setiap individu, setiap warausahawan berhak untuk mengelola
serta mengurus keadaan perekonimian mereka, sistem ekonomi inilah yang telah membuat jarak yang
sangat antara yang kaya dengan yang miskin juga telah mengakibatkan yang kaya semakin kaya dan
yang miskin semakin miskin. Ketiga, sistem ekonomi islam dimana dalam sistem ini yang diangkat ke
permukaan adalah nilai-nilai ukhuwah dan nilai-nilai kebersamaan, dengan artian bahwa setiap orang
harus tolong-menolong, yang kaya menolong yang miskin yang kuat menolong yang lemah, tidak ada
jarak diantara mereka, bahkan mereka merasa bahwa mereka bagaikan satu-kesatuan yang tak dapat
dipisahkan.

Dari penejlasan ini maka timbullah sebuah pertanyaan teknis untuk merealisasikan prinsip ini? Sebagai
jawabannya mari kita renungkan friman Allah dalam surat Adz-Dzariat ayat 19:

ِ ‫لسٓاِئ ِل وٱلْمحر‬
‫وم‬ ِّ ِ‫هِل‬ ‫ىِف‬
ُ ْ َ َ َّ ‫َو ٓى َْأم َٰو ْم َح ٌّق ل‬
Artinya: ”dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin meminta dan orang miskin yang
tidak mendapan bagian”.

Hadirin dan hadirat yang kami hormati

Firman Allah pada ayat ini dengan tegas dan jelas mengisyaratkan kepada kita bahwa pemberdayaan
ekonomi diproyeksikan demi kesejahteraan bersama. Islam menolak keras sistem ekonomi dalam
bentuk monopoli, oligopoli dan ekonomi yang diorientasikan hanya untuk kepentingan pribadi. Prinsip
ini harus kita aplikasikan di negara kita. Jikalau kita menginginkan negara kita menjadi negara yang maju
dan damai. Badan pusat statistik menunjukkan angka kemiskinan kala pandemi per-Maret 2020 naik
menjadi 9,78 persen yang artinya jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 26,42 juta orang. Umat
manusia dibawah garis kemiskinan, lalu berpa banyakkan umatnya? Ternyata setelah diteliti oleh
lembaga peneliti di Indonesia, terdapat lebih dari 20 juta jiwa umat islam yang berada dibawah garis
kemiskinan. Sebuah pertanyaan besar yang ada pada pikiran kita semua, mengapa umat islam lebih
banyak tenggelam dalam kemiskinan?

Menurut KH. Zarkasih, pertama, banyak diantara kita yang hanya berorientasi pada keakheratan saja.
Mereka memiliki pemahaman yang sempit terhadap hadist nabi Muhammad SAW “Ad-dunya Jiffa”
dunia ini adalah bangkai yang menjijikkan dan “ad-dunya sijnul mukminin” dunia adalah penjara bagi
umat islam pemehaman yang sempit terhadap kedua hadist ini mengakibatkan permasalahan-
permasalahan duniawi ditinggalkan dan islam pada akhirnya identik dengan masalah kemiskinan. Kedua,
kemunduran ekonomi umat islam disebabkan dalam melaksanakan kegiatan ekonomi mayoritas umat
islam masih berpikir dengan corak agraris dan kolot. Padahal saat ini, dunia bisnis membutuhkan orang-
orang yang kreatif dan siap untuk saling berkompetisi dengan yang lainnya.

Hadirin Rohimakumulloh

Syekh Mustofa Al-Maraghi dalam tafsir al-maraghi menyatakan bahwa halalnya perniagaan, transaksi
jual beli jika terjadi saling meridhoi antara keduanya, sebaliknya islam sangat mengharamkan adanya
penipuan, pendustaan dan pemalsuan barang.

Berdasarkan prinsip ini maka dapat dipahami bahwa ekonomi islam adalah ekonomi mu’awanah,
terdapat didalamnya sistem ekonomi mudharabah, murabahah, musyarakah, dan di negara kita
alhamdulillah setidaknya telah melaksanakan prinsip ini seperti adanya bank-bank syari’ah. oleh sebab
itu untuk menopang prinsip ini Rasulullah bersabda:

”siapa yang memiliki harta, maka bersedekahlah dengan hartanya, siapa yang memiliki kekuasaan
maka bersedekahlah dengan kekuasaannya, siapa yang memiliki ilmu maka bersedekahlah dengan
ilmunya”.

Dengan demikian pada akhirnya kami mengajak pada seluruh umat islam untuk bersama-sama
mengaplikasikan sistem perekonomian islam, yakni dengan cara pemberdayakan ekonomi umat, maka
secara tidak langsung segala bentuk kebodohan, keterbelakangan, dan kekufuran akan hilang dengan
sendirinya.

Untuk itu marilah kita berdoa kepada Allah semoga kita dijauhkan dari bergai macam wabah khususnya
virus Corona agar perekonomian stabil kembali.

Amin-amin ya robbal alamin.

‫والسالم عليكم ورمحة اهلل و بركاته‬

Anda mungkin juga menyukai