Dosen Pengampu:
Ema Hikmah, S.Kep.Ners.M.Kes
Disusun Oleh:
Isna Arofah
NIM: P27904121061
2. Etiologi
Biasanya kista ovarium menyerang wanita pada usia produktif.
Umumnya hal itu disebabkan oleh berubahnya tingkat hormon pada
siklus menstruasi, dan bisa terjadi saat ovarium memproduksi atau
melepaskan sel telur. Kista ovarium bisa disebabkan oleh pertumbuhan
sel yang tidak normal, sel telur gagal keluar dari korpus luteum, ataupun
saat folikel tidak bisa melepaskan sel telur. Kista ini juga bisa muncul
pada wanita yang mengidap endometriosis, dan wanita yang memiliki
penyakit sindrom ovarium polikistik atau sering di singkat PCOS.
Kista ovarium juga disebabkan oleh gangguan (pembentukan)
hormon pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Ada hubungan terbalik
antara kista ovarium dan kanker payudara. Resiko terjadinya kista
fungsional meningkat dengan merokok, terpapar asap rokok, dan
menurunnya indeks massa tubuh atau body mass indeks (BMI).
Penimbunan folikel
Defisit nutrisi
Resiko aspirasi
4. Manisfestasi Klinik
Hampir semua jenis kista ovarium kedatangannya tidak menimbulkan
gejala atau tanda-tanda pada penderitanya. Jika ada gejala dan tanda yang
diderita, itu hanya gejala umum, seperti siklus menstruasi yang tidak
teratur, nyeri saat berhubungan seksual. ataupun nyeri saat haid. Gejala
serius akan muncul saat kista sudah berubah menjadi ganas. Gejala
umum pada saat stadium lanjut yaitu:
a. Adanya penumpukan cairan di rongga dada
b. Adanya penumpukan cairan di rongga perut
c. Kista menyebar ke organ-organ di area perut dan lemak perut
5. Komplikasi
Torsi kista ovarium biasanya terjadi saat hamil atau pascapartum.
Keluhannya nyeri perut mendadak, mual dan muntah, torsi menahun
tidak dirasakan karena perlahan-lahan sehingga tidak banyak
menimbulkan rasa nyeri abdomen, timbulnya torsi karena ada tumor
dalam perut. Terapi yang dilakukan adalah tindakan laparotomi.
a. Perdarahan dapat terjadi trauma abdomen, langsung pada kistanya.
Keluhan seperti trauma diikuti rasa nyeri mendadak. Perdarahan
menimbulkan pembesaran kista dan memerlukan tindakan
laparotomi. Tidak ada patokan mengenai ukuran besar kista yang
berpotensi pecah. Ada kista yang berukuran 5 cm sudah pecah,
namun ada pula yang sampai berukuran 20 cm belum pecah.
Pecahnya kista menyebabkan pembuluh darah robek dan
menimbulkan terjadinya perdarahan
b. Infeksi kista ovarium
Infeksi pada kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks, tuba dan
menuju lokus ovulasi, sampai abses. Keluhan infeksi kista ovarii
yaitu badan panas, nyeri pada abdomen, perut terasa tegang,
diperlukan pemeriksaan 22 laparotomi dan laboratorium untuk
mengetahui adanya infeksi pada kista.
c. Ruptur kapsula kista
Ruptur kapsul kista terjadi karena akibat dari perdarahan mendadak,
infeksi kista dengan pembentukan abses membesar ruptura.
Diperlukan tindakan laparotomi untuk mengetahui terjadinya ruptura
kapsul kista.
d. Degenerasi ganas
Degenerasi ganas berlangsung pelan “silent killer”. Terdiagnosa
setelah stadium lanjut, diagnosa dini karsinoma ovarium
menggunakan pemeriksaan tumor marker CA 125 untuk mengetahui
terjadinya degenerasi ganas (Manuaba, 2010).
6. Pemeriksaan Penunjang
Metode-metode yang biasa dijadikan diagnosis yang tepat adalah:
a. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah ada
sebuah kista berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan
sifat-sifat tumor.
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,
apakah tumor berasal dari uterus ovarium atau kandung kencing,
apakah tumor lasik atau solid dan dapa dibedakan juga antara cairan
dalam rongga perut yang bebas dan uang tidak.
c. Foto rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks
selanjutnya pada kista demeroid kadang-kadang dapat dilihat adanya
gigi dalam kista.
d. Pemeriksaan kadar HCG
Untuk menyisihkan ada tidaknya kehamilan.
e. Pemeriksaan CS-125
Untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada kista.
7. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada penderita kista ovarium
bergantung pada seberapa bahayanya kista tersebut, dan bagaimana
kondisi pasien. Jika penderita sudah memasuki pra-menopause, kista
yang tumbuh bisa menjadi awal keganasan kanker. Oleh sebab itu,
penderita harus segera menjalani operasi untuk mengangkat kedua
ovarium, rahim, lipatan jaringan lemak yang disebut omentun, dan
beberapa kelenjar getah bening.
Untuk mengetahui jenis kista, dokter terlebih dahulu akan
memeriksa dan mengamati kista dengan bantuan USG selama 1
bulan, setelah didapatkan hasil yang akurat dokter akan
menyarankan pengobatan yang sesuai. Jika jenis kista yang tumbuh
dalam tubuh pasien hanya kista fungsional, dokter akan
menyarankan penderita untuk melakukan pola hidup sehat karena
kista fungsional dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka
waktu satu atau dua bulan lamanya. Sementara untuk jenis kista
lainnya, penanganan akan didilakukan dengan cara operasi. Terdapat
dua jenis operasi yang akan dilakukan oleh penderita kista ovarium.
Jenis operasi dibagi berdasarkan status keparahan penderita, yaitu:
1) Laparatomi
Laparotomi atau sayatan yang dibuat pada perut dengan ukuran
besar dan lebar. Kegiatan pembedahan ini untuk mempermudah
jalannya dokter melakukan pengangkatan kista titik biasanya
pemilihan jenis ini diterapkan pada penderita yang memiliki
kista sangat besar dan diduga jenis itu merupakan awal
keganasan.
2) Laparoscopy
Laparoscopy apa sayatan berukuran kecil yang dibuat pada perut
untuk memasukkan alat mirip seperti selang yang dilengkapi
dengan kamera dan pisau bedah di ujungnya. Kegiatan
pembedahan ini dilakukan untuk memotong kista keseluruhan
atau sebagian dengan cara dokter mengamati dari layar monitor.
Setelah menemukan letak kista, dokter melakukan pemotongan
sebagian untuk diamati lebih lanjut di bawah mikroskop agar
dapat menentukan jenis kista dan melakukan penanganan yang
tepat.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada klien post operatif merupakan hal
yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan untuk
melakukan operasi, seperti hemorargik atau infeksi. Pengkajian
dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran,
rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik
biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa
aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan
pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.
Efek anestesi yang umumnya yaitu mempengaruhi keadaan
umum penderita, karena kesadaran menurun. Selain itu juga
diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit,
suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih,
drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan
bagaimana aktifitas klien di rumah setelah pemulangan,
berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi
tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan
mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat
menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual
sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi
medis pasca bedah sesuai anjuran.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan langkah awal proses keperawatan,
yaitu dengan melakukan pengumpulan data klien secara lengkap dengan
tujuan terpecahkannya masalah keselamatan klien serta dapat
disimpulkan tindakan selanjutnya. Data yang digunakan dan
dikumpulkan dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik sebagai data
subjektif, maupun data objektif.
a. Identitas pasien
Meliputi: nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, no. medrec, diagnosa medis,
no telepon, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit.
b. Keluhan pasien saat masuk rumah sakit
Biasanya pasien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada
massa di daerah abdomen, menstruasi yang tidaj berhenti
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan pasien adalah nyeri pada daerah
abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut,
menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah
Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya apakah pasien mengalami penyakit seperti ini dan
apakah ada keluhan
Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan
Riwayat perkawinan
Menikah/tidak ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya
kista ovarium
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi
untuk tumbuh atau tidaknya kista ovarium
e. Riwayat menstruasi
Pasien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea
dan bahkan sampai amenorhea
f. Pemeriksaan fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstermitas bawah secara
sistematis
Kepala
- Hygiene rambut
- Keadaan rambut
Mata
- Sclera: Ikterik/tidak
- Konjungtiva: Anemis/tidak
- Mata: Simetris/tidak
Leher
- Pembengakakn kelenjar tyroid
- Tekanan vena jugularis
Dada
- Pernapasan: Jenis pernapasan, bunyi napas
Abdomen
- Nyeri tekan pada abdomen
- Teraba massa pada abdomen
Ekstermitas
- Nyeri panggul saat beraktivitas
- Tidak ada kelemahan
Eliminasi, urinasi
- Adanya konstipasi
- Susah BAK
g. Data sosial ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan
berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum
monopouse
h. Data spiritual
Pasien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan
kepercayaan
i. Data psikologis
Ovarium merupakan bagian organ reproduksi wanita, dimana
ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium
tersebut sementara pada pasien dengan kista ovarium yang
ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental
pasien yang hamil/punya keturunan.
j. Pola kebiasaan sehari-hari
Biasanya pasien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosia keperawatan yang lazim terjadi pada penderita Neoplasma
Ovarium Kistik diantaranya, yaitu:
No. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis.
abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
(D.0078)
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0080)
3. Defisit nutrisi beerhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
(D.0019)
4. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan
(D.0006)
5. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
(D.0142)
3. Perencanaan Keperawatan
jika
perlu
5. Risiko infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi Observasi:
berhubungan (L.14137) (I.14539) 1. Mengetahui tindakan
dengan efek yang akan dilakukan
prosedur invasif Tujuan: Observasi: Terapeutik:
(D.0142)
Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 2. Agar tidak terpapar
tindakan dan gejala organisme patogenik.
keperawatan ... × infeksi lokal dan 3. Mencegah resiko
24 jam diharapkan sistemik. infeksi
tingkat infeksi Terapeutik: 4. Untuk menghindari
klien menurun 2. Batasi jumlah atau mencegah
dengan pengunjung masuknya kuman
Kriteria Hasil: 3. Berikan patogenik.
1. Kebersihan perawatan kulit 5. Mencegah resiko
tangan pada edema infeksi
meningkat 4. Cuci tangan Edukasi
2. Kebersihan sebelum dan 6. Memberikan
badan sesudah kontak penjelasan membuat
meningkat dengan klien dan klien mengetahui
3. Demam lingkungan klien tanda dan gejala
menurun 5. Pertahankan infeksi
4. Kemerahan teknik aseptik 7. Memberikan
menurun pada klien penjelasan membuat
5. Nyeri menurun berisiko tinggi klien mengetahui cara
6. Bengkak Edukasi: mencuci tangan
menurun 6. Jelaskan tanda dengan benar
7. Kadar sel dan gejala 8. Memberikan
darah putih infeksi penjelasan membuat
membaik 7. Ajarkan cara klien mengetahui etika
mencuci tangan batuk
dengan benar 9. Memberikan
8. Ajarkan etika penjelasan agar klien
batuk memriksa kondisi luka
9. Ajarkan cara atau operasi
memeriksa 10. Memberikan
penjelasan agar klien
kondisi luka atau meningkatkan asupan
operasi nutrisi
10. Anjurkan 11. Memberikan
meningkatkan penjelasan agar klien
asupan nutrisi meningkatkan asupan
11. Anjurkan cairan
menngkatkan Kolaborasi:
asupan cairan 12. Mencegah terjadinya
Kolaborasi: infeksi
12. Kolaborasi
pemberian
imunisasi,
jika
perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat mengembangkan rencana asuhan
keperawatan. Rencana keperawatan dilakukan berdasarkan diagnosis
keperawatan dan perawat memulai intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan sehingga status kesehatan
pasien dapat meningkat. Intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan
pada penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan
status kesehatan pasien. Idealnya, intervensi yang digunakan perawat
harus berdasarkan bukti atau evidence based. Intervensi termasuk
tindakan perawatan langsung dan tidak langsung yang ditujukan pada
individu, keluarga, dan komunitas (Potter, Patricia. Perry.dkk. 2013).
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terncana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dibagi menjadi 2,
yaitu:
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna
menilai kefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal
dengan SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif
(data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan
teori), dan perencanaan.
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir layan, menanyakan respon
klien dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir layanan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasioanal
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasioanal
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasioanal
Indonesia.