Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA. NY M.

V DENGAN KISTA OVARIUM DI


RUANGAN IBS YN RSUP DR. PROF. R.D KANDOU MANADO

OLEH :
Filsilia Simbala, S.Kep

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MANADO 2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi
cairan,normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kistaindung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampaimenopause,
juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012).
Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam
jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah
telur dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim, 2005: 17)

2
A. KLASIFIKASI
Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :
1. Tipe Kista Normal
Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak
ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan
dengan siklus menstruasi yang normal.
Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa
subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh
sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan
hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel dan kista
korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan
dapat menghilang sendiri dalam waktu 6 – 8 minggu.

Gambar : kista ovarium fungsional


2. Tipe Kista Abnormal
a. Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur.
Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat menimbulkan
nyeri.
b. Kista coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista
coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
c. Kista dermoid

3
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit,
kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian
indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang
berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya
lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat,
terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.

Gambar : kista corpus luteum


g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium
akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Kista polikistik ovarium yang
menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista
tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit.

4
Gambar : kista polikistik ovarium
B. ETIOLOGI
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium (ketidakseimbangan
hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang
gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang
terjadi didalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar
bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan
berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya
pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal
dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104), kebanyakan
wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu.
Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
D. PATHOFISIOLOGI

5
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap
hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel
de Graff. Pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm
akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum,
yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-
tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus
luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama
kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak (Nugroho, 2010).

6
E. PATHWAY

Etiologi :
 Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
 Pertumbuhan folikel tidak seimbang
 Degenerasi ovarium
 Infeksi ovarium

Gangguan reproduksi

Tanda dan gejala : Diagnosa : Komplikasi :


 Tanpa gejala  Anamnesa  Pembenjolan perut
 Nyeri saat menstruasi  Pemeriksaan fisik  Pola haid berubah
 Nyeri di perut bagian bawah  Pemeriksaan  Perdarahan
 Nyeri saat berhubungan penunjang  Torsio (putaran tangkai)
seksual  Infeksi
 Nyeri saat berkemih atau BAB  Dinding kista robek
 Siklus menstruasi tidak teratur Kista ovarium  Perubahan keganasan

Kista fungsional Kista non fungsional

Konservatif :
 Observasi 1-2 bulan
Laparatomi Laparoskopi

Keluhan tetap :
 Aktivitas hormon Ovarian Salpingo-
 Discomfort cystectomy oophorectomy

Perawatan post operasi : Penyulit post operasi :


 Obat analgetik  Nyeri
 Mobilisasi  Perdarahan
 Personal hygiene  Infeksi

7
Bagan 2.1 Pathway Kista Ovarium (Taufan Nugroho, 2010)
F. KOMPLIKASI
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi pada
kista ovarium diantaranya:
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung
kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih
besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan
rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
` Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan
gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam
jumah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang
menimbukan nyeri di perut.
b. Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan
diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau
ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat
berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi biasanya
unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang tidak
melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini paling
sering muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri
mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat

8
terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa
dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap
kista dibuang dan dievaluasi secara histologis.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat
bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut,
maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga peritoneum
dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen
akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis
yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya
asites dalam hal ini mencurigakan. Massa kista ovarium berkembang setelah
masa menopause sehingga besar kemungkinan untuk berubah menjadi
kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik
menjadi penting.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperolehkepastian
sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang
tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantudalam pembuatan
differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapatdigunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis adalah (Bilotta, 2012 :1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor berasal
dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi (USG)

9
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor kistik atau solid,
dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.

Gambar : USG kista ovarium


3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.Selanjutnya, pada
kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perludiperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila
dinding kista tertusuk.

H. PENATALAKSANAAN
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya
setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas
(kanker) (Nugroho, 2010: 105).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan
operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22 gejala akut,
tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.

10
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya
memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang memiliki
kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk meminimalisir resiko
terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar
terkena kenker jenis ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini
disebut ovarian cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium
termasuk tuba fallopi, maka disebut salpingo oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung
pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan
jenis kista.
Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit (twisted)
dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan tindakan darurat
pembedahan (emergency surgery) untuk mengembalikan posisi ovarium menurut
Yatim, (2005: 23)
Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim, (2005:
23) yaitu:
a. Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dokter
melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara ini, alat laparoskopi
dimasukkan ke dalam rongga panggul 23 dengan melakukan sayatan kecil
pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan.

Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi.


Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparotomi, kista bisa
diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah
dalam proses keganasan, operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan
lemak sekitar serta kelenjar limfe.

11
LAPORAN OPERASI
( HISTEREKTOMI)

1. Persiapan Ruang Operasi


- Meja operasi : 1 buah
- Lampu operasi : 2 buah
- Alat Monitor : 1 buah
- Saction unit : 1 unit ( digunakan )
- Cutter : 1 unit
- Meja instrument : 2 buah
- Tiang infuse : 1 buah
- Peralatan anestesi : Mesin anastesi (alat penguap/vaporizer,
oksigen flush control, sungkup muka/face mask, ETT pipa endotrakeal
- Obat-obatan : Fentanyl injk,ceftriaxone injek, roculax
sevlovurane UAP 250 ml
2. Persiapan instrument
- Kain /tenun - Baju operasi
- Klem duk besar dan kecil - Pincet
- Arteri klem - Naal puder
- Hack kecil - Kassa
- Betadine 10% - Catgute
- Side - Neer beken
- Bisturi & handle - Ringtang
- Handscoen - Koher
- Bipolar - Monopolar
- Suction pump
- Spatel

3. Persiapan klien
09.00 wita Klien tiba di ruangan operasi, periksa kelengkapan operasi,
informed concent operasi terlampir.

12
09.01 wita Memastikan persiapan klien untuk menjalankan operasi dengan
menanyakan apakah klien sudah dipuasakan.
09.05 wita Ganti baju klien.
09. 15 wita Pemasangan gelang identitas
09.20 wita Ambulasi klien ke ruang operasi 8

4. Pelaksanaan operasi
JAM TINDAKAN
10.15 wita Penatalaksanaan anastesi oleh tim anastesi .
10.25 wita Pasang monitor.
10.28 wita Premedikasi induksi
10.30 wita Anastesi di mulai: Epidural
10.40 wita Prosedur dropping.
10.45 wita Operasi di mulai:
- Pasien posisi supinasi
- Instrumentator, asisten dan operator cuci tangan.
- Instrumentator, asisten dan operator pakai baju operasi
steril.
- Dilakukan desinfeksi daerah operasi dengan betadin dan
alkohol.
- Dilakukan pengosongan kandung kemih dengan
pemasangan kateter. Kateter ini akan terus dipasang
selama operasi dan beberapa saat setelahnya.
- Dilakukan pembersihkan vagina dan perut
dengan cairan steril. Betadine 10%
- Dokter lalu membuat insisi pada abdomen 20cm
untuk mengangkat NOK dan rahim
- Di cuci NaCl kemudian jahit lapis demi lapis.
- Pasang drain sebelah sinistra
12:30 - Operasi selesai.

13
13:10 wita Ambulasi klien ke recovery room.
 Beri pasien tidur terlentang kepala sedikit ditinggikan
0.
15
 Mengatur posisi pasien
 Mengatur tetesan infuse RL 20 tetes/menit.
 Melatih pasien latihan napas dalam
 Mengobservasi tanda-tanda vital setiap 30 menit ( TD :
120/70 mmHg, Nadi : 90 x/menit, P : 20x/menit dan SB :
36.6oC.
 Memonitor perdarahan drained an urine output
14.00 wita Klien di antar ke ruangan Perawatan

14

Anda mungkin juga menyukai