(KISTA OVARIUM)
ROBBY ROHMANSYACH
NIM. 4399814901210081
A. KONSEP DASAR
1. Adaptasi Fisiologi & Psikologi
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yan
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Kegiatan untuk meningkatkan kesehatan
(promotif), mencegah penyakit (preventif), terapi (kuratif) maupun pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) adalah upaya kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2011).
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa
dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.
Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau
kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer atau secara diam diam
menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang
kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba. Kista
ovarium menimbulkan beragam manifestasi klinis pada pasien. Manifestasi klinis
yang terjadi dapat berupa ketidak nyamanan pada abdomen, sulit buang air kecil,
nyeri panggul, nyeri saat senggama serta gangguan menstruasi. Adanya gangguan
menstruasi ini menyebabkan masyarakat berpendapat bahwa wanita yang
mengalami kista ovarium akan mengalami kemandulan (infertilitas). Hal ini dapat
menimbulkan kecemasan pada pasiennya (Sungkar, 2015). Penanganan infertil
pada perempuan salah satunya dengan menggunakan obat penyubur (fertility
drugs) sementara obat-obat penyubur telah diidentifikasi menjadi faktor risiko
terjadinya neoplasma ovarium (Denschlag, 2010). Neoplasma ovarium termasuk
dalam kelompok tumor epithelial, kebanyakan bersifat jinak dan hanya sebagian
kecil yang bersifat ganas, neoplasma ovarium ganas lebih mematikan
dibandingkan dengan jenis kanker ginekologi lainnya (Sallinen etal, 2014).
Neoplasma ovarium selain mempengaruhi kesuburan seorang perempuan, juga
dapat menyebabkan terjadinya gangguan menstruasi, tumbuh bulu-bulu halus
pada wajah (hirsutism), kulit menipis, terdapat echymosis, centraladiposity,
buffalo hump, penumpukan lemak pada supraclavicula dan hipertensi berat. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan oophorectomy atau
pengangkatan ovarium (Sallinen et-al, 2014, Yuan et-al, 2014). Pengangkatan
ovarium yang dilakukan dapat berpengaruh terhadap pembentukan hormon
estrogen dan progesteron dan bila pengangkatan dilakukan sebelum pubertas
maka organ-organ yang pematangannya dipengaruhi oleh estrogen dan
progesterone akan mengalami gangguan. Estrogen juga berfungsi menjaga
kekuatan tulang, berkurangnya estrogen akan menyebabkan penarikan kalsium
dari tulang yang berakibat pada osteoporosis (Ricci, 2009). Kista yang sudah dian
ditempat yang sama dan menyebar ketempat lainnya. Seseorangyang mengalami
hirsutism, gangguan menstruasi, hipertensi, peningkatan cortisol dan androgen
merupakan tanda awal
terjadinya kekambuhan (recurrence) setelah dilakukan pengangkatan kista (Yuaal,
2014). Permasalahan yang terjadi pada fisik seseorang akan berpengaruh pada
kondisi psikologi, demikian keluhan yang dirasakanoleh penderita neoplasma
meliputi gejala fisik seperti nyeri dan pembesaran massa tumor.
2. Pengertian
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik
maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007: 346).
Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi
cairan,normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kistaindung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas
sampaimenopause, juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012).
Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam
jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah
telur dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim, 2005: 17).
3. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofisis dan ovarium (ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler
dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi
atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus
luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor,
disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari
siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan
bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel
yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel
ovarium, korpus luteum, sel telur.
4. Tanda & Gejala
kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala
sampai periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
5. Patofisilogi
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap
hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih
dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan
kista ditengah- tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum
akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual
akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi
normal disebut kista fungsional dan selalu jinak (Nugroho, 2010).
6. Pathway Keperawatan
Etiologi :
Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
Pertumbuhan folikel tidak seimbang
Degenerasi ovarium
Infeksi ovarium
Gangguan reproduksi
Konservatif :
Observasi 1-2 bulan
Laparatomi Laparoskopi
Keluhan tetap :
Aktivitas hormon Ovarian Salpingo-
Discomfort cystectomy oophorectomy
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perludiperhatikan
bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista
bila dinding kista tertusuk.
8. Penatalaksanaan
1. Observasi
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian focus
b. Data Objektif
Seorang perawat harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien
dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data
obyektif ini adalah:
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
b) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c) Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang
dialaminya, meliputi : Tekanan darah, temperatur/ suhu, nadi serta pernafasan
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a) Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan rambut rontok
atau tidak, kebersihan kulit kepala.
b) Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau tidak, pucat
atau tidak.
c) Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik atau tidak,
konjungtiva anemis atau tidak.
d) Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau tidak,
bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.
e) Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan sekret atau
tidak.
f) Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah atau tidak,
stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
g) Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid,
limfe, vena jugularis atau tidak.
h) Ketiak: Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe
atau tidak.
i) Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada benjolan
atau tidak.
j) Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan pembesaran
perut.
k) Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau
tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.
l) Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau
tidak, sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek patella positif atau
tidak.
m) Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses ataupun
pengeluaran yang tidak normal.
n) Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau tidak.
2) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat keadaan
muka, payudara, abdomen dan genetalia.
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau tangan, digunakan
untuk memeriksa payudara dan abdomen.
b. Laboratorium
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat
diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang
cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat
membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang
dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta,
2012:1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor
berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga perut
yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites.
Perludiperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
c. Penunjang
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan dan penyakit.
2. Diagnosa keperawatan utama:
Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
2. Ansietas b.d diagnosis dan pembedahan
Post Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
2. Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan
3. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan fisik
3. Perenacaan keperawatan
Pre Operasi
Terapeutik
Diskusikan jenis
analgesic yang
disukai untuk
mencapai analgesic
optimal
Tetapkan target
efektifitas untuk
mengoptimalkan
respons pasien
Edukasi
Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesic
2. Setelah dilakukan Terapi Rekreasi 1. Agar mengetahui
asuhan keperawatan Observasi adanya deficit
selama 2x24 jam Periksa adanya 2. Agar mengetahui
diharapkan ansietas deficit mobilitas kemampuan fisik dan
dapat teratasi Periksa kemampuan mental
Dengan kriteria fisik dan mental 3. Untuk mengetahui
hasil: untuk berpartisipasi respon emosional
- Klien mampu dalam kegiatan pasien
mengidentifikasi rekreasi 4. Agar melibatkan
dan Periksa respon dalam perencanaan
mengungkapkan emosional, fisik, dan 5. Agar mempermudah
gejala cemas social terhadap perlengkapan klien
- Mengidentifikasi, kegiatan rekreasi 6. Agar membantu
mengungkapkan apabila terjadi risiko
dan menunjukkan Terapeutik 7. Untuk mempermudah
tehnik untuk Libatkan dalam klien
mengontol cemas perencanaan 8. Agar mengetahui
- Vital sign dalam kegiatan rekreasi prosedur terapi
batas normal Sediakan peralatan 9. Agar mengetahui
- Postur tubuh, rekreasi yang aman manfaat stimulus
ekspresi wajah, Persiapkan tindakan melalui modalitas
bahasa tubuh dan pencegahan risiko sensorik dsalam
tingkat aktivitas keselamatan rekreasi
menunjukkan
Fasilitasi
berkurangnya
transportasi ke
kecemasan
tempat rekreasi
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur terapi
Jelaskan manfaat
stimulus melalui
modalitas sensorik
dalam rekreasi
Post Operasi
Terapeutik
Diskusikan jenis
analgesic yang
disukai untuk
mencapai
analgesic optimal
Tetapkan target
efektifitas untuk
mengoptimalkan
respons pasien
Edukasi
Jelaskan efek
terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian dosis
dan jenis analgesic
2. Setelah dilakukan Pencegahan infeksi 1. Agar mengetahui
asuhan keperawatan Observasi tanda dan gejala
selama 2x24 jam infeksi
Monitor tanda dan
diharapkan Resiko 2. Agar klien bisa
gejala infeksi
Inefksi dapat teratasi lokal sistemik beristirahat lebih
Dengan kriteria hasil: optimal
- Klien bebas dari Terapeutik 3. Agar mengurangi
tanda dan gejala edema
Batas jumlah
infeksi pengunjung 4. Agar terhindar dari
- Mendeskripsikan Berikan perawatan kotoran dan infeksi
proses penularan kulit pada area 5. Agar
edema
penyakit, factor mempertahankan
Cuci tangan
yang sebelum dan aseptic pada klien
mempengaruhi sesudah kontak 6. Agar mengetahui
dengan pasien dan
penularan serta tanda dan gejala
lingkungan pasien
penatalaksanaannya Pertahankan 7. Agar pasien bisa
, teknik aspetik melakukan cuci
pada pasien resiko
- Menunjukkan tangan dengan benar
tinggi
kemampuan untuk 8. Agar klien bisa
mencegah melakukan etika batuk
timbulnya infeksi Edukasi 9. Agar klien bisa
Jumlah leukosit dalam memeriksa luka
Jelaskan tanda dan
batas normal secara mandiri
gejala infeksi
Menunjukkan perilaku Ajarkan mencuci 10. Agar klien lebih
hidup sehat tangan dengan meningkatkan asupan
benar
nutrisi
Ajarkan etika
batuk 11. Agar lebih
Ajarkan cara mengoptimalkan
memeriksa kondisi pemberian imuniasai
luka atau luka
bila perlu
operasi
Anjurkan cara
meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberiam
imunisasi,jika
perlu
Anjurkan menidentifikasi
peregerakan mobilisasi
Edukasi
Jelaskan tujuan
dan proesdur
mobiliasi
Ajurkan
melakukan
mobiliasai dini
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Dudduk di
tempat tidur ,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur kursi.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI
PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI
Susanti. I . (2017) Aplikasi Teori Model Calista Roy Dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan Pada Ny. S dengan Kista Ovarium Di Sukamaju Kota Bengkulu.
5(2) : 42-49
(Depkes RI, 2011)
(Sungkar, 2015)
(Dencschlag, 2010)
(Sallinen et-al, 2014, Yuan et-al, 2014)
(Ricci, 2009)
(Wiknjosastro, 2007: 346)
(Bilotta. K, 2012)
(Yatim, 2005: 17)
(Nugroho, 2010: 105)