Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
1. LENNI AGUS (21906158)
2. ANDI NURLIANA (21906087)
3. ISDAYANTI (21906095)
4. M FARID IDRUS (21906096)
5. ULFA JAYANTI IDRIS (21906115)
A. Definisi
Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang
besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan tumor yang di
jumpai yang paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutein,
tumor ovarium yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam
rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala kedalam panggul.
(Winjosastro, et.all 2011)
B. Etiologi
Kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium
ovarium. Dan dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon esterogen dan prgesteron
diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di
dalam korteks
b. Kista fungsional
- Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau
folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus
menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang manarche kurang dari 12
tahun
- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesteron
setelah ovulasi
- Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat
pada molahidatidosa.
- Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar HL yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista Neoplasma (wijosastro. Et.all 2011)
a. Kistoma ovari simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistadenoma ovari musinosum, asal kista ini belum pasti, mungkin berasal
dari suatu terutama yang pertumbuhannya elemen mengalahkan elemen
lain
c. Kistodenoma ovari serosum, berasal epitel permukaan ovarium (germinal
ovarium)
d. Kista Endrometreid, belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid.
e. Kista dermoid, tumor yang berasal dari sel telur melalui proses
patogenesis.
Pada kehamilan yang dijumpai dengan kista ovarium ini memerlukan tindakan
operasi untuk mengangkat kista tersebut (pada kehamilan 16 minggu) karena
dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya
mengakibatkan abortus, kematian dalam rahim. (dr.Ida Ayu)
C. Manifestasi Klinis
Kadang-kadang kista ovarium ditemukan pada pemeriksaan fisik, tanpa
ada gejala (asimptomatik)
Mayoritas pederita tumor ovarium tidak menunjukkan adanya gejala
sampai periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan penyakit ini
berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnosa sering ditemukan pada saat
pasien dalam keadaan stadium lanjut sampai pada waktu klien mengeluh
adanya ketidakteraturan menstruasi, nyeri pada perut bawah, rasa sebah pada
perut, dan timbul benjol pada perut.
Pada umumnya kista adenoma ovari serosim tak mempunyai ukuran yang
amat besar dibandingkan dengan kista denoma musinosa. Permukaan tumor
biasanya licin akan tetapi dapat pula berbagi karena ovarium pun dapat
berbentuk multivokuler. Meskipun lazimnya berongga satu, warna kista putih
keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler kedalam
rongga kista sebesar 0% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5% isi kista
cair kuning dan kadang-kadang cokelat karena campuran darah. Tidak jarang
kistanya sendiripun kecil tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan
papiler (solid papiloma)
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pap smear : untuk mengetahui dislopia seluler menunjukkan kemungkinan
adanya kanker/kista.
2. Ultrasound/CT Scan : membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi massa
3. Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan
endometrial
4. Hitung darah lengkap
5. Foto Rongen : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks.
E. Penatalaksanaan
Pengobatan kista ovarium biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan/fisiologis pada pasien muda yang sehat. Kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivasi ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar
80% lesi yang terjadi pada wanita berusia 29 tahun dan yang lebih muda adalah
jinak, setelah 50 tahun hanya 50% yang jinak. Perawatan paska operatif setelah
pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan
setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan
intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah
sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat. (Smeltzer
C. Suzanne)
F. Pathway
Etiologi :
Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
Pertumbuhan folikel tidak seimbang
Degenerasi ovarium
Infeksi ovarium
Gangguan reproduksi
Konservatif :
Observasi 1-2 bulan
Laparatomi Laparoskopi
Keluhan tetap :
Aktivitas hormon Ovarian Salpingo-
Discomfort cystectomy oophorectomy
a. Pengkajian (assesment)
b. Perencanaan (planning)
c. Pelaksanaan (implementasi)
d. Penilaian (evaluasi)
Yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan
keterampilan tenaga keperawatan.
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama :
d. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium : tentang biokimia darah baik SGOT
maupun SGPT.
- Pemeriksaan USG.
- Pemeriksaan laboratorium patologi : tentang plane test.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah data tersebut dianalisa maka dapat disimpulkan beberapa
diagnosa yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan pasien.
3. Rencana keperawatan
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dianalisa kemudian ditetapkan
diagnosa keperawatannya yaitu :
4. Penatalaksanaan
Pelaksanaan keperawatan adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan. Untuk memperoleh hasil pelaksanaan yang efektif dituntu
keterampilan dan pengetahuan yang luas dari perawat untuk memberikan
pelayanan perawatan yang telah ditentukan dapat tercapai.
Dari beberapa hasil evaluasi ini dapat dirumuskan masalah, tujuan serta
tindakan keperawatan berikutnya.
Tahap dari evaluasi ini menggambarkan apakah pelayanan sudah dicapai
atau belum, masalah apa yang sudah dipecahkan dan masalah apa yang
perlu dikaji kembali.
Dalam asuhan keperawatan pada pasien post op. kista ovarium perlu
dilakukan evaluasi dan observasi dengan pertanyaan sebagai berikut :
A. Data biografi
1. Identitas pasien :
a. Nama : Nn. P
b. Umur : 25 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Suku : Makassar
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : -
h. Alamat : Tombolo, Gowa
2. Identitas penanggung :
Ditanggung oleh JPS.
4. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Serumah
Keterangan lain :
- Nenek pasien meninggal karena usia lanjut.
- Kakek pasien meninggal karena usia lanjut.
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
- Klien tinggal serumah dengan saudaranya.
5. Riwayat reproduksi
a. Riwayat haid.
- Menarche : 15 tahun
- Siklus : 28 – 30 tahun
- Durasi : 5 – 7 hari
- Dysmenerhoe : kadang-kadang
6. Pola kegiatan sehari-hari.
a. Nutrisi :
- Jenis : Nasi, lauk-pauk, dan buah.
- Frekuensi : 3 x sehari
- Tidak ada makanan pantang.
Perubahan selama MRS :
- Tidak ada perubahan.
- Klien memperoleh dan instalasi gizi.
b. Eliminasi :
BAB
- Frekuensi : 2 x sehari.
- Konsistensi : kenyal
- Warna : kuning.
Perubahan selama sakit : klien setelah operasi belum BAB.
BAK
- Frekuensi : 6 – 7 x sehari.
- Warna : kuning.
- Bau : amoniak.
Perubahan selama MRS : klien setelah operasi klien baik melalui kateter.
Jumlah 1000 cc/hari.
7. Kebersihan diri
a. Mandi : 3 x sehari
b. Sikat gigi : 3 x sehari
c. Keramas : 2 x semingu
8. Istirahat dan tidur
a. Tidur malam : 22.00 – 05.00
b. Tidur siang : 14.00 – 16.00
Perubahan selama MRS :
a. Tidur malam : jam 21.00 – 03.00
b. Tidur siang : jam 12.00 – 14.00
9. Olahraga dan aktivitas
a. Klien biasanya jalan-jalan subuh.
b. Klien biasanya melakukan aktivitas di dalam rumah (memasak dan
mencuci).
Perubahan selama MRS :
a. Segala kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
b. Klien belum mampu beraktivitas.
10. Pemeriksaan kesehatan umum :
a. Keadaan umum : klien nampak lemah, kesadaran : composmentis.
b. Tanda-tanda vital :
- TD : 110/80 mmHg
- N : 88 x/m
- S : 36,2 0C
- P : 24 x/menit
c. TB dan BB : tidak dilakukan.
d. Kepala :
Inspeksi :
- Rambut berwarna hitam.
- Penyebaran rambut merata.
- Kepala tidak botak.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
- Rambut tidak mudah rontok.
e. Muka :
Inspeksi :
- Bentuk lonjong.
- Warna kulit sama dengan daerah sekitar.
- Ekspresi wajah nampak meringis dan nampak murung.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
f. Mata :
Inspeksi :
- Kedua mata simetris kiri dan kanan.
- Kelopak mata tidak pucat.
- Conjungtiva tidak pucat.
- Sklera tidak icterus.
Palpasi :
- Tidak ada peningkatan tekanan intra okuler.
g. Hidung dan sinus :
Inspeksi :
- Hidung nampak simetris.
- Tidak nampak adanya perdarahan.
- Tidak ada deviasi septum.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada hidung dan sinus.
h. Mulut dan gigi :
Inspeksi :
- Bibir lembab.
- Lidah kotor.
- Tidak ada caries.
- Mulut berbau.
i. Telinga
Inspeksi :
- Simetris kiri dan kanan.
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya.
- Fungsi pendengaran baik.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
j. Leher
Inspeksi :
- Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tyroid.
- Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi :
- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid.
- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe.
k. Payudara
Inspeksi :
- Payudara simetris kiri dan kanan.
- Warna aorta mamae : merah kecoklatan.
- Putting susu menonjol.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
l. Dada dan paru
Inspeksi :
- Bentuk dada normal.
- Kedua dada simetris.
- Frekuensi pernafasan : 24 x/menit.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
- Taktil fremitus seimbang kiri dan kanan.
Perkusi :
- Bunyi pekak pada daerah hati.
- Bunyi sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi :
- Bunyi nafas vesikuler.
- Tidak terdengar suara tambahan.
m. Jantung
Inspeksi :
- Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi :
- Teraba ictus cordis pada ICS 4 – 5.
Perkusi :
- Batas jantung pada ICS 3 – 4 – 5, mid klavikula kiri.
Auskultasi :
- Bunyi jantung I dan II murni.
n. Abdomen
Inspeksi :
- Perut datar.
- Nampak adanya luka operasi yang ditutup verband.
Palpasi :
- Nyeri tekan pada daerah sekitar luka operasi.
Perkusi :
- Pekak pada daerah hati.
o. Genetalia dan anus
Inspeksi :
- Nampak terpasang kateter.
Anus :
- Tidak ada keluhan
p. Ekstremitas
1.) Ekstremitas atas :
- Nampak terpasang infus Dextrose 5 % pada tangan kanan.
- Tidak tampak adanya pembengkakan.
2.) Ekstremitas bawah :
- Tidak nampak adanya pembengkakan.
- Tidak nampak adanya varises.
C. Data psikologis
- Klien berharap luka bekas operasi cepat sembuh.
- Klien sering bertanya tentang penyakitnya.
D. Data sosial dan spiritual
- Orang yang paling dekat dengan klien saudaranya.
- Klien dalam kehidupan keluarga rukun.
- Klien rajin shalat 5 waktu.
- Klien rajin melaksanakan ibadah puasa.
E. Data penunjang
- Pemeriksaan laboratorium :
Tgl. 13 – 06 – 2002 Normal
1. Ureum darah 10, 2 mg/dl 10 – 50 mg/dl
2. Kreatinin darah 1,03 LK : < 1,3, Pr : < 1,1
3. SGOT 36 LK : < 38, Pr : < 24
4. SGPT 19 LK : < 41, Pr : < 31
Tgl. 13 – 06 – 2002 Normal
- LED jam I waktu bekuan : jam 10.00 (4 – 10 menit)
Jam II waktu perdarahan : 02.00 (1 – 7 menit)
Laboratorium patologi. Tgl 8 – 07 – 2002
Plano test
- Pemeriksaan USG :
Tanggal 09 – 07 – 2002
Kista bisapta, asites , permukaan licin, tidak tampak pembuluh darah
molignent.
Kesimpulan : kista ovarium.
- Perawatan dan pengobatan :
- Perawatan :
- Ganti verband.
- Mobilisasi dini.
- Pengobatan
- Panoxilin 1 gram/IV/8 jam
- Novalgin 1 amp/IV/8 jam
- Salticin 1 amp/IV/ 8 jam
- Dalsic 1 amp /IV/ 8 jam
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBYEKTIF :
- Klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.
- Klien mengeluh lemah.
- Klien bertanya tentang penyakitnya.
- Klien berharap supaya luka bekas operasi cepat sembuh.
- Klien tidak mampu beraktivitas.
- Klien mengatakan segala kebutuhan dibantu oleh keluarga dan perawat.
DATA OBYEKTIF :
- Post op hari II
- Ekspresi wajah nampak murung.
- Ekspresi wajah nampak meringis bila ada serangan nyeri.
- KU lemah.
- Nampak terpasang infus dextrose 5 % pada tangan kiri.
- Nampak adanya luka operasi yang tertutup oleh verband.
- Nampak terpasang kateter.
- Klien nampak baring di tempat tidur.
- Klien nampak baring di tempat tidur.
- Mulut berbau.
ANALISA DATA
2. DS :
- Klien mengeluh lemah. Tindakan operasi Gangguan
- Klien mengeluh nyeri bila pemenu-han ADL.
bergerak. Kelemahan fisik
- Klien mengatakan segala
kebutuhan dibantu oleh Keterbatasan aktivitas
pe-rawat.
DO : Gangguan pemenuhan
- Klien tampak lemah. ADL
- Nampak terpasang infus
Dexstrose 5 % pada
tangan kiri.
- Nampak terpasang
kateter.
- Klien nampak baring di
tempat tidur.
3. DS :
- Klien bertanya tentang Perubahan status Kecemasan.
pe-nyakitnya. kesehatan
- Klien berharap luka
bekas operasi cepat Kurangnya informasi
sembuh.
Stressor dan klien
DO :
- Ekspresi wajah nampak Koping in adekuat
mu-rung.
Kecemasan
4. DS :
- Tampak luka operasi Resiko terjadi in-
Luka operasi
pada perut. feksi.
DO : -
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Pintu masuknya kuman
Resiko terjadi infeksi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
KISTA OVARIUM POST OP. HARI KE II
1. Rabu, Nyeri berhubungan dengan Nyeri hilang atau teratasi 1. Kaji tingkat nyeri. 1. Merupakan respon
17-07-02 terputus-nya kontuinitas jaringan dengan kriteria : klien yang spesifik
ditandai de-ngan : - Ekspresi wajah ceria. sifatnya dan
DO : - Klien tidak mengeluh merupakan indika-tor
- Ekspresi wajah meringis. nyeri pada daerah untuk melakukan
DS : bekas operasi. tindakan selanjutnya.
- Klien mengeluh nyeri pada
daerah bekas operasi. 2. Atur posisi yang 2. Dapat memberikan
menye-nangkan. rasa nyaman pada
pasien.
2. Rabu, Gangguan pemenuhan ADL Pemenuhan ADL terpenuhi 1. Kaji tingkat 1. Sebagai indikator
17-07-02 berhubu-ngan dengan kelemahan dengan kriteria : kemampuan pasien untuk melanjutkan
fisik, ditandai dengan : - KU klien baik. dalam memenuhi tindakan selanjutnya.
DO : - Klien dapat memenuhi kebutuhannya.
- KU nampak lemah. kebutuhannya (mandi,
- Nampak terpasang infus makan, dan mandi). 2. Bantu klien memenuhi 2. Agar kebutuhan klien
dextrose 5 % pada tangan kiri. kebutuhannya. dapat terpenuhi.
- Nampak terpasang kateter.
- Klien nampak baring di tempat 3. Dekatkan alat-alat 3. Agar klien mudah
tidur. yang dibutuhkan klien. men-jangkau
kebutuhannya.
Rencana Asuhan Keperawatan
No Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
3. Rabu, Kecemasan berhubungan dengan Kecemasan klien hilang 1. Kaji tingkat 1. Sebagai indikator
17-07-02 status kesehatan ditandai dengan : atau berkurang dengan kecemasan. untuk melakukan
DO : kriteria : tindakan selanjutnya.
- Ekspresi wajah nampak - Ekspresi wajah
murung. nampak ceria. 2. Beri kesempatan pada 2. Agar klien merasa di-
DS : - Klien tidak bertanya klien untuk mengung- pertahankan.
- Klien sering bertanya tentang lagi tentang kapkan perasaannya.
penyakitnya. penyakitnya.
- Klien berharap luka bekas 3. Libatkan 3. Agar klien merasa
operasi cepat sembuh. keluarga/orang tidak dikecilkan
terdekat untuk merasa di-perhatikan.
Rencana Asuhan Keperawatan
No Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
menema-ni klien.
4. Rabu, Resiko terjadi infeksi berhubungan Infeksi tidak terjadi dengan 1. Kaji-kaji tanda infeksi. 1. Untuk mengetahui
17-07-02 dengan luka operasi, ditandai kriteria : ada-nya tanda-tanda
dengan : - Tidak tampak adanya infeksi.
DO : tan-da-tanda infeksi
- Nampak luka operasi yang (beng-kak, warna kulit 2. Gunakan tehnik 2. Dengan
ditutup oleh verband merah. aseptik dan antiseptik menggunakan tehnik
DS : - - Luka dapat sembuh de- dalam melakukan aseptik dapat
ngan baik. tindakan. mencegah terjadinya
infeksi.
Rencana Asuhan Keperawatan
No Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI II
No
Hari/Tgl Jam Implementasi Evaluasi
.
Nurmansyah., Djemi., Tri Setyawati. (2019). Sebuah Laporan Kasus: Kista Ovarium.
Desember, 2019. http://jurnal.untad.ac.id/
Amin Huda nurarif, Hardi ismail. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Penerbit mediaction