A. Pengertian
B. Etiologi
Menurut Nugroho (2014), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat
hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau
mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus
luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena
tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay
bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain
adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya
pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
C. Manifestasi klinis
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b. Perasaan penuh dan tertekan di perut bagian bawah, disertai
nyeri.
c. Nyeri saat bersenggama.
d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin
pendarahan lebih lama, mungkin lebih pendek, atau
mungkin tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa
atau siklus menstruasi tidak teratur.
D. Patofisologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis,
ovarium, dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium
terjadi akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus
menerus datang dan ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis
anterior melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di
hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang
pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron (Nurarif, 2018).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron
yang normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat
mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan
infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2019).
E. Pemeriksaan penunjang
a. Laparaskopi ( memeriksa kondisi kista ovarium secara
lebih detail)
b. Ultrasonografi (USG) melihat adanya ukuran, bentuk,
lokasi dan meninjau apakah kista berisi cairan padat atau
cair.
c. Foto rontgen melihat adanya hidrotoraks
1. Kista Nonneoplastik
Termasuk dalam kista ini adalah abses ovarial, abses tube-ovarial, dan
kista tube-ovarial.
b) Kista Lain :
1) Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berevolusi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel
kista. Bisa didapati satu atau beberapa kista dan besarnya biasanya
Kista yang berdiri sendiri bisa menjadi besar sebesar jeruk nipis,
bagian dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa lapisan sel
atropi pada lapisan ini. Cairan kista jernih dan sering mengandung
estrogen.
merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus luteum lebih
jarang daripada kista folikel, dan yang pertama bisa lebih besar
Kista biasanya bilateral dan dapat menjadi sebesar tinju. Kista ini
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian–bagian kecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih
banyak terdapat pada wanita yang lanjut usia, dan besarnya jarang
melebihi
KONSEP ASUHANANKEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pra Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan pengaruh dari penyakit kista ovarium
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan/prosedur pembedahan
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan proses penyakitnya.
Rencana Tindakan :
Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan
dengan pengobatan tertentu.
– Rasional : Bimbingan anstipasi dapat membantu klien
memulai beradaptasi pada status baru/penyakitnya
Diskusikan tentang masalah efek dari kista ovarium/pengobatan
– Rasional : Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai
proses pemecahan masalah.
Akui kesulitan klien yang mungkin di alami.
– Rasional : Memvalidasi relita perasaan klien dan dapat memberikan
izin untuk tindakan apapun yang dilakukan.
Berikan dukungan emosi, untuk klien selama masa pengobatan.
– Rasional : Membantu klien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan
efek kista ovarium atau efek samping obat.
Gunakan sentuhan selama interaksi.
– Rasional: Membantu menurunkan perasaan klien tentang
ketidaknyamanan dan keraguan diri.
4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan langkah ke empat dari
proses keperawatan. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan perawat
harus bekerja sama dengan anggota keperawatan lain dan dengan
klien/keluarga dan petugas kesehatan lain.
Implementasi adalah pengelola dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independen), saling
ketergantungan/kolaborasi (interdependen), dan tindakan rujukan/
ketergantungan (dependen).
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda
dengan rencana. Hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan
rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa
adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang
dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat
fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan
tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika
klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam melaksanakan
tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai
kebutuhan klien.
Ada tiga prinsip pedoman implementasi asuhan keperawatan yaitu :
1. Mempertahankan keamanan klien
Keamanan merupakan fokus utama dalam melakukan tindakan
keperawatan. Oleh karena itu, tindakan yang membahayakan tidak hanya
dianggap sebagai pelanggaran etika standar keperawatan professional, tetapi
juga merupakan suatu tindakan pelanggaran hukum yang dituntut.
2. Memberikan asuhan yang efektif
Asuhan yang efektif adalah memberikan asuhan yang sesuai dengan
yang harus dilakukan. Semakin baik pengetahuan dan pengalaman seseorang
perawat, maka semakin efektif asuhan keperawatan yang diberikan.
3. Memberikan asuhan keperawatan seefisiensi mungkin
Asuhan keperawatan yang efisien berarti, perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dapat menggunakan waktu sebaik mungkin
sehingga dapat menyelesaikan masalah klien.
5. Evaluasi
Tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon
klien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil
yan
diharapkan telah dicapai. Evaluasi yang merupakan proses yang
terus-menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa baik rencana
keperawatan bekerja.
Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien tidak mencapai tujuan
yang ditetapkan)
2) Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan
untuk mencapai tujuan)
3) Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mencapai tujuan)
Tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu evaluasi proses
dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan selama proses keperawatan
berlangsung atau menilai respon klien secara langsung. Sedangkan evaluasi
hasil dilakukan pada saat waktu tertentu atau sesuai dengan target waktu
tujuan yang ditentukan.