Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN KISTA OVARIUM

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik

Departemen Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :

DEDI IRAWAN

NIM. 202104090

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN KISTA OVARIUM

DI RUANG SYUKUR RS AL HUDA GENTENG

Banyuwangi, Mei 2022

Mahasiswa

(Dedi Irawan, S.Kep.)

NIM. 202104090

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(……………………………) (……………………………)
A. Definisi
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik
atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling
sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar
dapat menyebabkan kelain letak janin dalam rahim atau dapat menghalang- halangi
masuknya kepala ke dalam panggul (Winkjosastro, 2015).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium
yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yangdapat
bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi (Williams,2015).
Kista ovarium merupakan pembesaran sederhana ovarium nlormal, folikel de graf
atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium
ovarium (Benson & Ralph C, 2014).

B. Konsep Anatomi Sistim Reproduksi Perempuan


1) Anatomi

2) Fisiologi
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk kelenjer dan tempat
menghasilkan ovum. Kelenjer itu berbentuk biji buah kenari, terletak di kanan dan kiri
uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uteri. Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel
primordial dan medulla sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh darah, serabut sara dan sedikit otot polos.
Fungsi ovarium adalah:
 Memproduksi ovum Hormon gonodotrofik dari kelenjar hipofisis bagian anterior
mengendalikan (melalui aliran darah) produksi hormon ovarium. Hormon
perangsangfolikel (FSH) penting untuk awal pertumbuhan folikel de graaf,
hipofisis mengendalikan pertumbuhan ini melalui Lutenizing Hormon (LH) dan
sekresi luteotrofin dari korpus lutenum.
 Memproduksi hormon estrogenHormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari
mulai anak - anak sampai sesudah menopause (hormon folikuler) karena terus
dihasilkan oleh sejumlah besar folikel ovarium 2 Estrogen penting untuk
pengembangan organ kelamin wanita dan menyebabkan perubahan anak gadis
pada masa pubertas dan penting untuk tetap adanya sifat fisik dan mental yang
menandakan wanita normal.
 Memproduksi hormon progesterone Hormon progesteron disekresi oleh luteum dan
melanjutkan pekerjaan yang dimulai oleh estrogen terhadap endometrium yaitu
menyebabkan endometrium menjadi tebal, lembut dan siap untuk penerimaan
ovum yang telah dibuahi.

C. Etiologi
Berdasarkan Setiadi (2015). Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti,
kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan pembentukan hormone dihipotalamus,
hipofisis atau di indung telur sendiri (ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat
timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau
mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung
telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista
theka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami.
Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya
pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
Etiologi Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor
pemicu yaitu :
a. Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
1) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
2) Zat tambahan pada makanan
3) Kurang olah raga
4) Merokok dan konsumsi alcohol
5) Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
6) Sering stress
7) Zat polutan
b. Faktor genetic Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker,
yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena
makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentuatau
karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen
pemicu kanker.
D. Tanda dan Gejala
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala
yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi tumor
tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam
waktu yang lama.
Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Tanda dan gejala yang sering
muncul pada kista ovarium antara lain :
1. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
2. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
3. Nyeri saat bersenggama.
4. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih lama,
mungkin lebih pendek, atau mungkin tidak keluar darah menstruasi pada siklus
biasa atau siklus menstruasi tidak teratur. Pada stadium awal gejalanya dapat
berupa:
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggma.
 Pada stadium lanjut :
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam
rongga perut (usus dan hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada
akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan
penderita sangat merasa sesak nafas. Bila ditemukan sifat kista seperti
tersebut diatas, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan USG
dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan bahkan mungkin
diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan tumor
marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein.
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker
ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan
tindakan operasi. Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker
ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium biasa.
E. Pathway

Nyeri pada vagina Kista ovarium


pecah
Pola seksual
terganggu
Perdarahan

Kehilangan
Disfungsi
banyak darah
seksual Risiko
Ansietas Nyeri Akut
Anemia Konstipasi

Perfusi perifer
Risiko
Nyeri Akut
tidak efektif Infeksi
Risiko
Konstipasi
Defisit Nutrisi
F. Patofolgis
Berdasarkan Prawirohardjo, Sarwono (2014) menyatakan bahwa fungsi ovarium yang
normal tergantung pada sejumlah hormon, dan kegagalan salah satu pembentukan hormon
dapat mempengaruhi fungsi ovarium tersebut. Ovarium tidak akan berfungsi secara
normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan,
gagal berinvolusi, gagal mereabsorbsi cairan dan gagal melepaskan sel telur, sehingga
menyebabkan folikel tersebut menjadi kista. Setiap hari ovarium normal akan membentuk
beberapa kista kecil yang disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel
dominan dengan diameter lebih dari 2.8cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang
rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm
dengan kista di tenga-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan
pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan (Williams, Rayburn
F.2015).
Kista ovari berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa kista folikural dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuik FSH dan HCG.
Kista fungsional multipledapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin, atau sensitivitas
terhadap gonadotropin yang berlebih.pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiforn
mole dan choriocarsinoma) dan kadang kadang pada kelainan multiple dengan diabetes,
HCg menyebabkan kondisi yang disebut iperraktif lutein. Pasien dalam terapi infertilasi,
induksi ovulasi, dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovarium, terutama bila
disertai dengan pwmberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih, dan tidak terkontrol
dala ovarium serta dapat bersikap ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal
dari semua jenis sel dan jaringan varium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari
epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak
yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovary
ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulose
dari sex cord. Sel dan germ cel tumor darib germ sel primordial. Teratoma berasal dari
tumor, germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional. Ektodermal,
endodermal dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma
ovary npolikistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikeldengan multiple kistik
berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista kista sendiri bukan menjadi
problem utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.
G. Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi pada kista
ovarium diantaranya:
a. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut.
Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya
dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan
miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-
kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan edema
pada tungkai.
b. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium Tumor ovarium tidak mengubah pola haid
kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
c. Akibat komplikasi kista ovarium
 Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan kista
membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang
minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi
distensi yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.
 Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau
lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika
dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian.
Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang
tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini paling sering
muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di
kuadran abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam dan leukositosis.
Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji,
adneksa gangren dibuang, setiap kista dibuang dan dievaluasi secara histologis.
 Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
 Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh
atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat bersetubuh. Jika robekan kista
disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke
uterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai
tanda-tanda abdomen akut.
 Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama
terhadap kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya asites dalam hal ini
mencurigakan. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga
besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang
menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.

H. Pemeriksaan penunjang
Berdasarkan Williams, Rayburn F 2015) bahwa pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada klien dengan kista ovarium sebagai berikut:
a. Laparaskopi, pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
b. Ultrasonografi, pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
c. Foto Rontgen, pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.
Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium
dalam colon disebut di atas.
d. Pap smear, untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya
kanker atau kista.
e. Pemeriksaan darah CS – 125 (menilai tinggi rendahnya kadar protein pada darah).

I. Penatalaksanaan
a. Observasi
Kebanyakan kista ovarium terbentuk normal yang disebut kista fungsional dimana
setiap ovulasi. Telur di lepaskan keluar ovarium, dan terbentuklah kantung sisa tempat
telur. Kista ini normalnya akan mengkerut sendiri biasanya setelah 1-3 bulan. Oleh
sebab itu, dokter menganjurkan agar kembali berkonsultasi setelah 3 bulan untuk
meyakinkan apakah kistanya sudah betul-betul menyusut (Yatim, 2015).
b. Pemberian Hormone
Pengobatan gejala hormone yang tinggi, dengan pemberian obat pil KB (gabungan
estrgen dan progesteron) boleh di tambahkan obt anti androgen dan progesterone
cypoteronasetat (Yatim, 2015).
c. Terapi bedah atau operasi
Cara perlu mempertimbangkan umur penderita, gejala dan ukuran besar kista. Pada
kista fungsional dan perempuan yang bersangkutan masih menstruasi, biasanya tidak
dilakukan pegobatan dengan operasi, tetapi bila hasil pada sonogram, gambaran kista
bukan kista fungsional, dan kista berukuran besar, biasanya dokter menganjurkn
mengangkat kist dengan operasi, begitu pula bila perempuan sudah menopause, dan
dokter menemukan adanya kista, seringkali dokter yang bersangkutan mengangkat
kista tersebut dengan jalan operasi meskipun kejadian kanker ovarium jarang
ditemukan. Akan tetapi bila si perempuan berusia 50-70 tahun, maka resiko tinggi
terjadi kanker (Yatim,2015).
Prinsip pengobatan kista dengan operasi menurut Yatim, (2015):
1) Laparaskopi
2) Laparostomi
3) Ooferoktomi
4) Histeriktomi
Histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral
Operasi yang tepat jika terdapat keganasan adalah dengan histerektomi dan salpingo-
ooforektomi bilateral (pengangkatan kedua tuba). Pada wanita muda yang masih ingin
mempunyai keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah (misalnya
tumor sel granulosa), dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil risiko dengn
melakukan operasi yang tidak bersifat radikal (Wiknjosastro, 2014 ).
Faktor- faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung pada usia
pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis kista. Prinsip
pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut:
1. Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan, biasanya dokter melakukan
operasi dengan laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan
kedalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut,
yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan (Yatim, 2008).
2. Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan kista
dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah mengalami
proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan
operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar
serta kelenjar limfe (Yatim, 2008).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KISTA OVARIUM
1. PENGKAJIAN
a. Langkah I (pertama) :
Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Perawat mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam 30 manajemen
kolaborasi perawat akan melakukan konsultasi. Pengkajian atau pengumpulan data
dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
keadaan pasien. (Muslihatun, dkk. 2009: 115).
a. Data subyektif
1) Identitas pasien
a) Nama : Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak keliru
dengan pasien-pasien lain.
b) Umur : Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa
reproduksi.
c) Agama : Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai
gangguan reproduksi.
d) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
e) Suku/bangsa : Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari pasien.
f) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya.
g) Alamat : Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
2) Alasan Kunjungan Alasan apa yang mendasari ibu datang.
Tuliskan sesuai uangkapan.
a) Keluhan Utama
Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk mengetahui
permasalahan utama yang dihadapi ibu mengenai kesehatan reproduksi.
b) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah diderita yang dapat
mempengaruhi dan memperparah penyakit yang saat ini diderita.
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada saat ini yang berhubungan dengan gangguan reproduksi
terutama kista ovarium.
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gaangguan kesehatan pasien.
c) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah, syah atau tidak,
umur berapa menikah dan lama pernikahan.
d) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus, lama menstruasi,
banyak menstruasi, sifat dan warna darah, disminorhoe atau tidak dan flour
albus atau tidak. Dikaji untuk mengetahui ada tidaknya kelainan system
reproduksi sehubungan dengan menstruasi
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit, maka bidan harus
menggali lebih spesifik untuk memastikan bahwa apa yang terjadi pada ibu
adalah normal atau patologis.
f) Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan saat ini
digunakan ibu yang kemungkinan menjadi penyebab atau berpengaruh pada
penyakit yang diderita saat ini.
g) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan makanan
yang masih mentah dan apakah ibu suka minum minuman beralkohol
karena dapat merangsang pertumbuhan tumor dalam tubuh.
(2) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan air
kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
(3) Hubungan seksul
Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut apakah
menimbulkan keluhan pada hubungan seksual atau sebaliknya.
(4) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang cukup atau
tidak.
(5) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia.
(6) Aktivitas
Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien sehari hari. Pada
pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
b. Data Objektif
Seorang perawat harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan
klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen
pengkajian data obyektif ini adalah:
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
b) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c) Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang
dialaminya, meliputi : Tekanan darah, temperatur/ suhu, nadi serta
pernafasan
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a) Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan rambut
rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.
b) Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau tidak,
pucat atau tidak.
c) Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik atau
tidak, konjungtiva anemis atau tidak.
d) Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau tidak,
bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.
e) Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan sekret atau
tidak.
f) Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah atau tidak,
stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
g) Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar
tiroid, limfe, vena jugularis atau tidak.
h) Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar
limfe atau tidak.
i) Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak.
j) Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan pembesaran
perut.
k) Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau
tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.
l) Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau
tidak, sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek patella positif atau
tidak.
m) Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses ataupun
pengeluaran yang tidak normal.
n) Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau tidak.
3) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat keadaan
muka, payudara, abdomen dan genetalia.
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau tangan, digunakan
untuk memeriksa payudara dan abdomen.
4) Pemeriksaan Penunjang
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan dan penyakit.
b. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan (Muslihatun, dkk. 2009: 115).
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan di interpretasikan menjadi
diagnosa keperawatan dan masalah.
a. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan yang berkaitan dengan nama ibu, umur
ibu dan keadaan gangguan reproduksi. Data dasar meliputi:
1) Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang keterangan umur serta keluhan yang dialami ibu.
2) Data Obyektif
Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkaan pernyataan pasien Data dasar meliputi:
1) Data Subyektif
Data yang di dapat dari hasil anamnesa pasien.
2) Data Obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.
c. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini, perawat mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi. Jika memungkinkan, dilakukan pencegahan. Sambil
mengamati kondisi klien, bidan diharapkan dapat bersiap jika diagnosis atau masalah
potensial benar-benar terjadi. Langkah ini menentukan cara perawat melakukan asuhan
yang aman (Purwandari, 2008:79).
d. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
keperawatann. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa
data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera
untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu (Muslihatun, dkk. 2009: 117).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter.
Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter (Muslihatun, dkk. 2009: 117).
e. Langkah V (kelima): Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi(Purwandari, 2008: 81).
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut tentang apa yang akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan untuk masalah sosial ekonomi, budaya, atau
40 psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup
setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan harus
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu perawat dan klien, agar dapat dilaksanakan
dengan efektif karena klien merupakan bagian pelaksanaan rencana tersebut. Oleh
karena itu, pada langkah ini tugas perawat adalah merumuskan rencana asuhan sesuai
hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakannya (Purwandari, 2008: 81).
f. Langkah VI (keenam): Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan
oleh perawat atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan yang lain. Jika perawat tidak melakukannya sendiri ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien
akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien
(Muslihatun, dkk. 2009: 118).
g. Langkah VII (terakhir): Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang diidentifikasi dalam masalah
dan diagnosis. Ada kemungkinan rencana tersebut efektif, sedang sebagian yang lain
belum efektif. Mengingat proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum,
perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses
manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut
(Purwandari, 2008: 82).
Langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang
memperjelas proses pemikiran dan mempengaruhi tindakan serta orientasi proses klinis.
Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinis dan dua langkah
yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinis, tidak mungkin manajemen ini
dievaluasi dalam tulisan saja (Purwandari, 2008: 83).
Data Perkembangan
Menurut Muslihatun, (2009: 123-124) pendokumentasian atau catatan manajemen
keperawatan dapat deterapkan dengan metode SOAP, yang merupakan singkatan dari:
1) S (Subjektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama
(pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis.
2) O (Objektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama
(pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium) pemeriksaan diagnostik lain.
3) A (Assessment)
Merupakaan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data
subjektif dan objektif.
4) P (Planning)
Berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya
kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya

2. Diagnosis Keperawatan
Preoperative
1. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi,
iskemia, neoplasma), agen pencedera fisik(prosedur operasi) ditandai dengan (Tanda
mayor; mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, nadi meningkat,
sulit tidur), (Tanda minor; pola nafas berubah, tensi meningkat, menarik diri)
2. Defisit nutrisi (D0019) berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme,
factor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan) ditandai dengan (Tanda
mayor; BB menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, (Tanda minor; nafsu makan
menurun, otot pengunyah dan menelan lemah, albumin turun, sariawan, mukosa pucat)
3. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)berhubungan dengan Perubahan metabolisme
ditandai dengan (Tanda mayor; mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, nyeri saat
bergerak, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun), (Tanda minor;
merasa cemas saat bergerak, sendi kaku, gerakan terbatas, fisik lemah)
Post operative
4. Harga diri rendah situasional (D.0087) berhubungan dengan perubahan citra tubuh,
riwayat kehilangan, ditandai dengan kriteria mayor Menilai diri negatif (mis. tidak
berguna, tidak tertolong), Merasa malu/bersalah, Melebih-lebihkan penilaian negatif
tentang diri sendiri, Berbicara pelan dan lirih, Menolak berinteraksi dengan orang lain,
Berjalan menunduk, Postur tubuh menunduk. Kriteria minor sulit berkonsentrasi,
Kontak mata kurang Lesu dan tidak bergairah, Pasif, Tidak mampu membuat
keputusanCemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
5. Risiko infeksi (D0142) berhubungan dengan Penyakit kronis, efek prosedur infasif,
malnutrisi, Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer (kerusakan integritas kulit), ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder (penurunan Hb, immunosupresi,, leukopenia, supresi respon inflamasi)
6. Ansietas (D0080) berhubungan dengan Krisis situasional, ancaman terhadap konsep
diri, kurang terpapar informasi ditandai dengan Tanda mayor ; Merasa bingung,
merasa khawatir akibat kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah,
tampak tegang, sulit tidur. Tanda minor ; Mengeluh pusing, anorexia, palpitasi, merasa
tidak berdaya, frekuensi nafas meningkat, nadi meningkat, diaphoresis, tremor, muka
tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada
masa lalu

3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan 1. Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen pencedera selama 2x24 jam durasi, frekuensi, kualitas dan
fisiologis (inflamasi, diharapkan Tingkat intensitas nyeri (O)
iskemia, neoplasma), nyeri (L.08066) - Identifikasi skala nyeri (O)
agen pencedera menurun, Kontrol nyeri - Identifikasi respon nyeri non
fisik(prosedur (L.08063) meningkat, verbal (O)
operasi) ditandai status kenyamanan - Identifikasi faktor yang
dengan (Tanda (L.08064) meningkat memperberat dan memperingan
mayor; mengeluh nyeri (O)
Kriteria Hasil :
nyeri, tampak - Identifikasi pengetahuan dan
- Kemampuan aktifitas
meringis, bersikap keyakinan tentang nyeri (O)
meningkat
protektif, gelisah, - Anjurkan memonitor nyeri
- Kemampuan tehnik
nadi meningkat, sulit secara mandiri (E)
non farmakologis
tidur), (Tanda minor; - Anjurkan menggunakan
meningkat
pola nafas berubah, analgetik secara tepat (E)
- Rileks meningkat
tensi meningkat, - Ajarkan tehnik non
- Skala nyeri menurun
menarik diri) farmakologis untuk mengurangi
- Gelisah menurun
rasa nyeri (terapi music, aroma
- Kesulitan tidur terapi) (E)
menurun - Kolaborasi pemberian anlgetik
- Tekanan darah (K)
membaik 2. Pemberian analgesic (I.08243)
- Frekuensi nadi - Identifkasi riwayat alergi obat
menurun (O)
- Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (O)
- Monitor efektifitas analgesik
(O)
3. Latihan pernafasan (I.01007)
Monitor frekuensi, irama dan
kedalaman nafas (O)
Terapeutik
- Sediakan tempat yang tenang
- Posisikan pasien nyaman dan
relaks
- Tempatkan satu tangan di dada
dan satu tangan di perut
- Pastikan tangan di dada mundur
ke belakang dan tangan di perut
maju ke depan saatmenarik
nafas
- Ambil nafas dalam secara
perlahan melalui hidung dan
tahan selama 7 hitungan
- Hitungan ke 8 hembuskan nafas
melalui mulut dengan perlahan
- Anjurkan mengulangi latihan 4-5
kali (E)
4. Teknik distraksi (I.08247)
- Identikasi pilihan tehnik distraksi
yang diinginkan (O)
- Gunakan Teknik distraksi (mis.
Baca buku, mendengarkan music)
(O)
5. Pemantauan tanda vital (I.02060)
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D0019) tindakan keperawatan
berhubungan dengan selama 2 x24 jam - Identifikasi status nutrisi (O)
peningkatan diharapkan Tingkat - Identifikasi makanan yang disukai
kebutuhan Nausea (L.08065) (O)
metabolisme, factor menurun, Fungsi - Identifikasi perlunya penggunaan
psikologis (mis. gastrointestinal selang nasogastric (O)
stress, keengganan (L.03019) meningkat, - Monitor asupan makanan (O)
untuk makan) Nafsu makan (L.03024) - Monitor berat badan (O)
ditandai dengan meningkat dengan - Monitor hasil pemeriksaan
(Tanda mayor; BB tujuan dan kriteria laboratorium (albumin, limfosit,
menurun minimal hasil : elektrollit serum, Hb)(O)
10% dibawah - Fasilitasi oral hygiene sebelum
- Nafsu makan
rentang ideal, (Tanda makan (T)
meningkat
minor; nafsu makan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Kemampuan
menurun, otot menentukan jumlah kalori dan jenis
mengenali penyebab
pengunyah dan nutrient yang dibutuhkan (K)
penurunan nutrisi
menelan lemah,
meningkat 2. Promosi berat badan (I.03136)
albumin turun,
- Asupan makan
sariawan, mukosa
- Identifikasi kemungkinan
meningkat
pucat)
penyebab BB kurang (O)
- Keluhan mual
- Monitor adanya mual dan muntah
menurun
(O)
- Jumlah saliva
- Sediakan makanan yang tepat
menurun
sesuai dengan kondisi pasien (T)
- Anorexia menurun
- Perasaan asam di
3. Edukasi diet (I.12369)
mulut menurun
- Pucat menurun - Identifikasi kemampuan keluarga
dan pasien dalam menerima
informasi (O)
- Identifikasi kebiasaan pola makan
saat ini dan masa lalu (O)
- Anjurkan mempertahankan posisi
semi fowlerv20-30 menit setelah
makan (E)

4. Pemantauan nutrisi(I.03123)

- Identifikasi kelainan pada kulit


(mis.memar berlebihan, luka sulit
sembuh) (O)
- Identifikasi kemampuan menelan
(O)
- Identifikasi kelainan rongga
mulut (O)
- Identifikasi kelainan eleminasi
(mis. diare, BAB tidak teratur)
(O)
- Monitor asupan oral (O)
- Timbang Berat badan (T)
- Ukur IMT (T)

3 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 1. Dukungan ambulasi (I.06171)


fisik tindakan keperawatan - Identifikasi adanya nyeri atau
(D.0054)berhubunga selama 2x24 jam keluhan fisik lainnya (O)
n dengan Perubahan diharapkan Mobilitas - Identifikasi toleransi fisik
metabolisme fisik (L.05042) melakukan ambulasi
ditandai dengan meningkat, fungsi - Fasilitasi melakukan mobilisasi
(Tanda mayor; sensori (L.06048) fisik, jika perlu (T)
mengeluh sulit meningkat, - Aajarkan ambulasi sederhana
menggerakkan keseimbangan yang harus dilakukan (E)
ekstremitas, nyeri (L.05039) meningkat,
saat bergerak, koordinasi pergerakan 2. Dukungan mobilisasi (I.05173)
kekuatan otot (L.05041) meningkat, - Identifikasi kondisi umum selama
menurun, rentang melakukan mobilisasi (O)
kriteria hasil :
gerak (ROM) - Libatkan keluarga untuk
menurun), (Tanda membantu pasien dalam
- Pergerakan
minor; merasa cemas meningkatkan pergerakan (T)
ekstremitas
saat bergerak, sendi - Ajarkan cara Identifikasi sarana
meningkat
kaku, gerakan dan prasarana yang mendukung
- Kekuatan otot
terbatas, fisik untuk ambulasi di rumah (E)
meningkat
lemah)*
- Rentang gerak
3. Edukasi tehnik ambulasi
(ROM) meningkat
(I.12450)
- Persepsi stimulasi
- Ajarkan cara Identifikasi
kulit meningkat
kemampuan ambulasi (mis,
- Keyakinan positif
kekuatan otot, rentang gerak) (E)
meningkat
- Ajarkan duduk di tempat tidur, di
- Kecepatan Gerakan
sisi tempat tidur (menjuntai), atau
membaik
di kursi sesuai toleransi (E)
- Keluhan Lelah
menurun
4. Tehnik latihan penguatan otot
(I.05184)

- Monitor efektifitas latihan (O)


- Berikan instruksi tertulis tentang
pedoman dan bentuk Gerakan
untuk setiap gerakan otot (T)
- Jelaskan fungsi otot, dan
konsekuensi tidak digunakannya
otot (E)
- Ajarkan tanda dan gejala
intoleransi selama dan setelah
sesi latihan (mis. Kelemahan,
kelelahan ekstrem, palpitasi) (E)
- Kolaborasi dengan fisioterapis
(K)

4 Harga diri rendah Setelah dilakukan 1. Promosi Harga diri


situasional (D.0087) tindakan keperawatan - Monitor verbalisasi merendahkan
berhubungan dengan selama 3 x24 jam diri (O)
perubahan citra diharapkan Harga diri - Monitor tingkat harga diri setiap
tubuh, riwayat menigkat dengan waktu sesuai kebutuhan (O)
kehilangan, ditandai kriteria hasil : - Motivasi terlibat dalam
dengan kriteria verbalisasi positif untuk diri
- Perasaan diri positif
mayor Menilai diri sendiri (T)
meningkat
negatif (mis. tidak - Diskusikan persepsi negative diri
- Penilaian terhadap
berguna, tidak (T)
diri positif meningkat
tertolong), Merasa - Jelaskan pada keluarga
- Berjalan
malu/bersalah, pentingnya dukungan dalam
menampakkan wajah
Melebih-lebihkan perkembangan positif pasien (E)
- Postur tubuh
penilaian negatif - Latih cara berfikir dan
menampakkan wajah
tentang diri sendiri, berperilaku positif (E)
- Konsentrasi
Berbicara pelan dan
meningkat
lirih, Menolak
- Tidur meningkat
berinteraksi dengan
- Kontak mata
orang lain, Berjalan
meningkat
menunduk, Postur
tubuh menunduk - Aktif
Kriteria minor sulit - Percaya diri
berkonsentrasi, meningkat
Kontak mata kurang - Perasaan malu
Lesu dan tidak menurun
bergairah, Pasif,
Tidak mampu
membuat keputusan
5 Ansietas (D0080) Setelah dilakukan 1. Reduksi ansietas
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Identifikasi saat tingkat ansietas
Krisis situasional, selama 2x24 jam berubah (mis. Kondisi, waktu,
ancaman terhadap diharapkan Tingkat stressor) (O)
konsep diri, kurang ansietas (L.09093) - Identifikasi kemampuan
terpapar informasi menurun, dukungan mengambil keputusan (O)
ditandai dengan sosial (L.13113) - Ciptakan suasana terapeutik
Tanda mayor ; meningkat, tingkat untuk menumbuhkan
Merasa bingung, pengetahuan (L.12111) kepercayaan (T)
merasa khawatir dengan kriteria hasil : - Pahami situasi yang membuat
akibat kondisi yang ansietas dengarkan dengan penuh
- Kemampuan meminta
dihadapi, sulit perhatian (T)
bantuan meningkat
berkonsentrasi, - Diskusikan perencanaan realistis
- Dukungan emosi dari
tampak gelisah, tentang peristiwa yang akan
org lain meningkat
tampak tegang, sulit datang (T)
- Kemampuan
tidur. Tanda minor ; - Latih kegiatan pengalihan untuk
menjelaskan tentang
Mengeluh pusing, mengurangi ketegangan (E)
topik meningkat
anorexia, palpitasi, - Latih tehnik relaksasi (E)
- Verbalisasi
merasa tidak - Kolaborasi pemberian anti
kebingungan
berdaya, frekuensi ansietas bila perlu (K)
menurun
nafas meningkat,
- Perilaku gelisah
nadi meningkat, 2. Terapi relaksasi
menurun
diaphoresis, tremor, - Identifikasi ketidakmampuan
- Anorexia menurun
muka tampak pucat, berkonsentrasi, atau gejala lain
- Tremor menurun
suara bergetar, yang mengganggu kemampuan
- RR membaik
kontak mata buruk, kognitif (O)
- Pola tidur membaik
sering berkemih, - Ciptakan lingkungan yang tenang
- Nadi membaik
berorientasi pada dan suhu ruangan yang nyaman
masa lalu (T)
3. Pemantauan tanda vital

6 Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Pencegahan infeksi (I.14539)


(D0142) tindakan keperawatan - Monitor tanda dan gejaka infeksi
berhubungan dengan selama 2x24 jam local dan sistemik (O)
Penyakit kronis, efek diharapkan Tingkat - Lakukan hand hygiene 5 moment
prosedur infasif, infeksi (L.14137), (T)
malnutrisi, menurun, Integritas - Lakukan tehnik aseptic pada
Peningkatan paparan kulit dan jaringan (L. pasien dengan resiko tinggi (T)
organisme pathogen 14125) membaik, - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
lingkungan, Status imun (L. 14133) (E)
ketidakadekuatan meningkat dengan - Aajarkan hand hygiene (E)
pertahanan tubuh kriteria hasil - Anjurkan meningkatkan asupan
primer (kerusakan - Perfui jaringan nutrisi (E)
integritas kulit), meningkat 2. Perawatan luka (I.14564)
ketidakadekuatan - Tanda tanda vital - Bebaskan area yang akan
pertahanan tubuh membaik dilakukan tindakan(T)
sekunder (penurunan - Buka balutan pada luka (T)
Hb, immunosupresi,, - Kaji kondisi luka, luka akut atau
leukopenia, supresi kronis, dimensi luka, warna
respon inflamasi) luka,exudat, tunnel dan
undermining (O)
- Cuci luka dengan NaCl 0,9%,
untuk luka kronis cuci luka
dengan sabun gentle antiseptic
dengan gerakan dari arah luar
(periwound) ke arah dalam (T)
- Bilas dengan NaCl 0,9% (T)
- Keringkan luka dengan kassa
kering (T)
- Lakukan necrotomy pada warna
luka hitam dan kuning dengan
menggunakan pinset cirrurgie dan
gunting jaringan (T)
- Cuci kembali dengan NaCl 0,9%,
keringkan dengan kassa dari arah
dalam ke luar luka (T)
- Ganti sarung tangan (T)
- Aplikasikan balutan primer sesuai
dengan stadium luka (T)
- Tutup luka dengan balutan
sekunder (kassa) (T)
- Lakukan fixasi dengan creepe
bandage, soft bandage, atau
verban (T)
- Kolaborasi surgical debridement
bila perlu (K)
3. Pemantauan tanda vital (I.02060)

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perancanaan atau intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai dan ditujukan
pada perawat untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam,
2013). Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Sri Wahyuni, 2016).
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada


tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan
didasarkan pada perubahn perilaku dari criteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi pada individu (Nursalam, 2015). Evaluasi ini sangat penting karena manakala setelah
dievaluasi ternyata tujuan tidak tercapai atau tercapai sebagian, maka harus di reassesment
kembali kenapa tujuan tidak tercapai (Purwanto, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 Edisi 8. EGC.
Jakarta

http://lpkeperawatan.blogspot.co.od/2014/01/laporan-pendahuluan-ca-mammae-carsinoma-
mammae-kanker-payudara.html#.V2JdSHVmls Diakses tanggal 20 Juni 2016

Mahli, Ridhani. 2013. Laporan Pendahuluan Ca Mammae. Tersedia di


http://ridhanimahli.blogspot.co.id/2013/09/laporan-pendahuluan-ca-mammae.html
Diakses tanggal 20 Juni 2016

Mobeen S, Apostol R. Ovarian Cyst. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560541/

Pamela.C.A.et.al.2008. Nursing: Understanding Disease. Lippincott William & Wilkins :


Norristown Road.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPD PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Shannon M.G. 2018. Ovarian Cysts. Med Scape. Emedicine.


https://emedicine.medscape.com/article/255865-overview.

Bobak,Jensen, (2015). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Alih Bahasa


Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono (2014). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina


Pustaka.

Williams, Rayburn F, (2015). Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Widya


Medika.

Winkjosastro, (2014), Ilmu Kebidanan.Jogyakarta: Mitra Cendika.

Anda mungkin juga menyukai