Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DISMENORE

CT :Ns. Septriani Renteng, S.kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh:
Diandry Tamamengka
20014104002

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MANADO 2021
DISMENORE
A. Pengertian Dismenore
Dismenore atau yang biasanya dikenal dengan nyeri haid dengan timbulnya
gejala keram pada perut bagian bawah menjelang atau selama haid/menstruasi.
Dismenorea atau nyeri haid merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan oleh
wanita usia remaja. Gejala yang tidak nyaman ini disebabkan karena tingginya
kadar prostaglandin di dalam darah. Prostaglandin ini dapat saat haid/menstruasi
akan merangsang terjadinya kontraksi (rasa seperti diremas-remas) untuk
meluruhkan lapisan Rahim sehingga timbul keram.rasa keram pada perut disertai
dengan rasa sakit dibagian punggung, dengan rasa mual dan muntah, sakit kepala
ataupun diare. Dismenore tidak berbahaya tapi terkadang dapat menimbulkan gejala
yang menggangu aktivitas. Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri
yang disebabkan oleh kejang otot uterus yang dimana merupakan salah satu
masalah ginekologi yang paling umum di alami oleh wanita dari berbagai tingkat
usia.Nyeri dapat tersa sebelum dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus
menerus.

Istilah dismenore atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya,
sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk
beberapa jam atau hari (Simanjuntak, 1997. Ada dua jenis dismenorea, yaitu
dismenorea primer dan dismenorea sekunder.

B. Klasifikasi dismenorea
Dismenorea terbagi menjadi 2, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder :
1. Dismenorea primer
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat genital
yang nyata, atau tidak ada hubungan dengan kelainan genekologik dan merupakan
ciri-ciri siklus ovulasi dan biasanya timbul setelah 12 bulan atau lebih setelah
menarche. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya bersama-sama dengan
permulaan haid dan berlangsung beberapa hari.
Dismenore primer biasanya terjadi akibat adanya kelainan pada gangguan fisik
yang mendasarinya, sebagian besar dialami oleh wanita yang telah mendapatkan
haid. Lokasi nyeri dapat terjadi di daerah suprapubik, terasa tajam, menusuk, terasa
diremas, atau sangat sakit. Biasanya terjadi terbatas pada daerah perut bagian
bawah, tapi dapat menjalar sampai daerah paha dan pinggang. Selain rasa nyeri,
dapat disertai dengan gejala sistematik, yaitu berupa mual, diare, sakit kepala, dan
gangguan emosional. Umumnya terjadi pada tahun-tahun pertama setelah
menstruasi pertama atau menarche (Koltz, 1995)

2. Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) didefinisikan sebagai nyeri haid
sebagai akibat dari anatomi dan atau patologi pelvis makroskopis (Dawood, 1990;
Koltz, 1995), seperti yang dialami oleh wanita dengan endometriosis atau radang
pelvis kronis (chronic pelvic inflammatory disease). Kondisi ini paling sering
dialami oleh wanita berusia 30-45 tahun. Biasanya terjadi selama 2 – 3 hari
selama siklus dan wanita yang mengalami dismenore sekunder ini biasanya
mempunyai siklus haid yang tidak teratur atau tidak normal. Pemeriksaan dengan
laparaskopi sangat diperlukan untuk menemukan penyebab jelas dismenore
sekunder ini
C. Etiologi
1. Dismenorea primer
Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik myometrium yang
menampilkan satu gejala atau lebih mulai dari nyeri yang ringan sampai berat
di perut bagian bawah, bokong dan nyeri spasmodic disisi medial paha.
Penyebab dismenorea primer antara lain :
a. Factor endokrin
Pada umumnya nyeri haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus
yang tidak bagus. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh
hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga
menimbulkan nyeri.
b. Kelainan organic
Seperti retrofleksia uterus, hipoplasia uterus, obstruksi kanalis
servikalis, mioma submukosum bertangkai polip endometrium.
c. Factor kejiwaan atau gangguan psikis
Seperti : rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil hilangnya tempat
berteduh, konflik dengan kewanitaannya dan imaturitas.
Factor psikologis biasanya terjadinya pada gadis-gadis yang secara
emosional tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang rendah,
sehingga dengan sedikit rangsangan nyeri, maka ia akan sangat merasa
kesakitan.
d. Factor konstitusi
Seperti : anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat
mempengaruhi timbulnya dismenorea
e. Factor alergi
Menurut smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset ada
asosiasi antara dismenorea dan urtikaria, migren dan asma bronkiale.
2. Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder mungkin disebabkan oleh kondisi berikut :
a. Endometriosis
b. Polip atau fibroid uterus
c. Penyakit radang panggul
d. Perdarahan uterus disfungsional
e. Prolapse uterus
f. Maladapdatasi pemakaian AKDR (alat kontrasepsi dalam Rahim)
g. Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus spontan, abortus
terapeutik, melahirkan
h. Kanker ovarium atau uterus

D. Patofisiologi
1. Dismenore primer
Disebabkan karena kelebihan atau ketidak seimbangan dalam jumlah sekresi
prostaglandin (PG) dari endometrium saat menstruasi, prostaglandin F2 alpha
(PGF2alpha) merupakan stimulasi myometrium yang kuat dan vasokontriktor
pada endometrium. Selama peluruhan endometrium, sel-sel endometrium
melepaskan (PGF2alpha) saat menstruasi dimulai. (PGF2alpha) merangsang
kontraksi myometrium, iskemia dan sensitisasi ujung saraf.
2. Dismenore sekunder
Dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering
muncul di usia 30-an atau 40-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri.
Peningkatan prostaglansin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun,
secara pengertian penyebab yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata
(fibroid),adenomyosis,polip endometrium dan chronic pelvic inflammatory
disease.
E. Gambaran Klinis
1. Dismenore Primer
Deskripsi perjalanan penyakit
a. Dismenore muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah,
bersifat spasmodic yang dapat menyebar ke punggung atau paha
bagian dalam.
b. Umumnya ketidaknyamanan dimulai 1-2 hari sebelum menstruasi,
namun nyeri yang paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan
mereda pada hari kedua.
c. Dismenore disertai efek samping seperti :
 Muntah
 Diare
 Sakit kepala
 Sinkop
 Nyeri kaki
d. Karakteristik dan factor yang berkaitan :
 Dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah
menstruasi
 Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia
23 – 27 tahun, lalu mulai mereda
 Umumnya terjadi pada wanita nullipara, kasus ini kerap
menuntun signifikasi setelah kelahiran anak
 Lebih sering terjadi pada wanita yang obesitas
 Dismenore berkaitan dengan menstruasi yang lama
 Jarang terjadi pada atlet
 Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)
 Usia saat menstruasi pertama <12 tahun
2. Dismenore sekunder
Deskripsi perjalanan penyakit
a. Dismenore dimulai setelah usia 20 tahun
b. Nyeri bersifat unilateral
c. Tanda gejala umum paling sering terjadi :
 Nyeri pada daerah supra pubis seperti cram, menyebar sampai
area lumbrosakral
 Sering disertai nausea, mual
 Diare
 Kelelahan
 Nyeri kepala
 Emosi labil
F. Perbedaan antara dismenore primer dan sekunder
1. Dismenore primer
a. Usia lebih muda
b. Timbul segera setelah terjadinya siklus haid yang teratur
c. Sering pada nultipara
d. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
e. Nyeri timbul mendahului haid, meningkat pada bersamaan hari
pertama dan kemudian dengan keluarnya darah haid
f. Sering memberikan respon – sering memerlukan tindakan terhadap
pengobatan
g. Sering disertai mual, muntah, kelelahan dan nyeri kepala
2. Dismenore sekunder
a. Usia lebih tua
b. Tidak tentu
c. Tidak berhubungan dengan paritas
d. Nyeri terus menerus
e. Nyeri dimulai pada saat haid menghilang bersamaan dengan keluarnya
darah haid

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk
menunjang penegakan diagnosa bagi penderita dismenore atau mengatasi gejala yang
timbul. Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab
organic dismenore :
1. Cervical kultur untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases
2. Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi
3. Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan
ektopik
4. Sedimentation rate
5. Canser antigen 125 (CA 125) : ini memiliki nilai klinis yang terbatas dalam
mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif negatifnya
yang relative rendah
6. Laparoscopy, untuk melihat kemungkinan adanya endometriosis, dan
penyakit-penyakit lain dalam rongga pangguL
7. Hysteroscopy , untuk membuat gambar dalam rongga rahim, seperti polyp
atau tumor lain
8. Dilatation
9. Curettage
10. Biopsy endometrium

H. Penatalaksanaan
1. Dismenorea primer
a. Latihan
 Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang
 Latihan menggoyangkan panggul
 Latihan dengan posisi lutut ditekukkan kedada berbaring
terlentang atau miring
b. Panas
 Buli-buli panas atau botol air panas yang diletakan pada
punggung atau abdomen bagian bawah
 Mandi air hangat atau sauna
c. Orgasme yang mampu menegakan kongesti panggul. (peringatan :
hubungan seksual tanpa orgasme, dapat meningkatkan kongesti
panggul
d. Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin
e. Pijat daerah punggung, kaki ,atau betis
f. Istirahat
g. Obat-obatan
 Kontrasepsi oral menghambat ovulasi sehingga meredakan
gejala
 Mirena atau progestasert AKDR dapat mencegah kram
 Obat pilihan adalah ibuproven 200-250 mg di minum peroral
setiap 4-12 jam tergantung dosis, namun tidak melebihi 600 mg
dalam 24 jam
 Aleve (natrium naproksen) 200 mg juga bisa diminum peroral
setiap 6 jam
h. Terapi komplementer
i. Biofeedback
j. Akupuntur
k. Meditasi
l. Black cohos
2. Dismenore sekunder
a. PRP
PRP (penyakit radang panggul) termasuk endometritis, salpoingitis,
abses tuba ovarium, atau peritonitis panggul
b. Terapi antibiotic spectrum-luas harus diberikan segera saat diagnosis
ditegakan untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi, sterilitas)
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat menstruasi
 Frekuensi dan keteraturan siklus
 Lama dan jumlah aliran menstruasi
 Hubungan antara dismenorea dengan siklus dan aliran menstruasi
2. Deskripsi Nyeri
 Rasa keram spasmodic atau menetap
 Lokasi menyeluruh atau spesifik
 Lokasi pada abdomen bagian bawah, punggu atau paha
3. Data subjektif
Nyeri abdomen dapat mulai beberapa jam sampai 1 hari mendahului keluarnya
darah haid. Nyeri biasanya paling kuat sekitar 12 jam setelah mulai timbul
keluarnya darah, saat pelepasan endometrium maksimal. Nyeri cenderung
bersifat tajam dan kolik 12 biasanya dirasakan di daerah suprapubis. Nyeri juga
dapat meliputi daerah lumbosakral dan bagian dalam dan anterior paha sampai
daerah inervasi saraf ovarium dan uterus yang dialihkan ke permukaan tubuh.
Biasanya nyeri hanya menetap sepanjang hari pertama tetapi nyeri dapat
menetap sepanjang seluruh siklus haid. Nyeri dapat demikian hebat sehingga
pasien memerlukan pengobatan darurat. Gejala- gejala haid, haid biasanya
teratur. Jumlah dan lamanya perdarahan bervariasi. Gejala- gejala lain seperti
nausea, vomitus dan diare mungkin dihubungkan dengan haid yang nyeri.
Gejala- gejala seperti ini dapat disebabkan oleh peningkatan prostaglandin yang
beredar yang merangsang hiperaktivitas otot polos usus. Riwayat penyakit
terdahulu pasien dengan dismenore mungkin menceritakan riwayat nyeri
serupa yang timbul pada setiap siklus haid. Kadang- kadang pasien
mengungkapkan riwayat kelelahan yang berlebihan dan ketegangan saraf.
4. Data objektif
Pemeriksaan fisik abdomen dan pelvis. Pada pemeriksaan abdomen biasanya
lunak tanpa adanya rangsangan peritonium atau suatu keadaan patologik yang
terlokalisir dan bising usus normal. Sedangkan pada pemeriksaan pelvis, pada
kasus- kasus dismenore primer pemeriksaan pelvis adalah normal dan pada
dismenore sekunder pemeriksaan pelvis dapat menyingkap keadaan patologis
dasarnya sebagai contoh, nudul- nodul endometriotik dalam kavum Dauglasi
atau penyakit tubaovarium atau leiomiomata. Sedangkan untuk tes
laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah lengkap yang normal dan
urinalisis normal.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen pencederaan fisiologis
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
3. Koping tidak efektif yang berhubungan dengan krisis situasional
4. Defisit pengetahuan tentang proses terjadinya dismenore b/d kurang terpapar
informasi
no diagnosa Kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
pencederaan fisiologis keperawatan diharapkan tingkat 1. Observasi
nyeri menurun  Identifikasi (lokasi, karakteristik, durasi,
Dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor
a) Keluhan nyeri menurun pencetus nyeri)
(skala 3-5) 2. Terapeutik
b) Meringis menurun  Berikan teknik nonfarmakologi untuk
c) Gelisah menurun mengurangi nyeri
d) Frekuensi nadi menurun  Berikan istirahat
(60-100x/menit)  Berikan lingkungan yang nyaman yang
e) Pola napas membaik dapat mengurangi nyeri
f) Tekanan darah membaik 3. Edukasi
(systole: 100-130mmHg,  Jelaskan penyebab, periode daan pemicu
diastole: 70-100mmHg) nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
2. Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
kelemahan keperawatan diharapkan Toleransi 1. Observasi
Aktivitas meningkat. Dengan  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
a) Frekuensi nadi meningkat
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
b) Kemudahan dalam melakukan
selama melakukan aktivitas
aktivitas sehari-hari meningkat
2. Terapeutik
c) Kecepatan berjalan meningkat
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
d) Jaraak berjalan meningkat
stimulus (mis.cahaya, suara, kunjungan)
e) Toleransi dalam menaiki
 Berikan aktivitas distraksi yang
tangga meningkat
f) Keluhan lelah menurun menenangkan

g) Tekanan darah membaik 3. Edukasi

h) Frekuensi napas membaik  Anjurkan tirah baring


 Anjurkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

3. Koping tidak efektif yang Setelah dilakukan tindakan Dukungan Pengambilan Keputusan
berhubungan dengan krisis keperawatan diharapkan status 1. Observasi
situasional koping membaik  Identifikasi persepsi mengenai masalah dan
Dengan kriteria hasil: informasi yang memicu konflik
a) Perilaku koping adaptif 2. Terapeutik
meningkat  Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan
yang membantu membuat pilihan
3. Edukasi
 Informasikan alternative solusi secara jelas
 Berikan informasi yang diminta pasien

4. Defisit pengetahuan tentang Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan


proses terjadinya dismenore keperawatan diharapkan tingkat 1. Observasi
b/d kurang terpapar informasi pengetahuan meningkat  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Dengan kriteria hasil: menerima informasi
a) Perilaku sesuai anjuran 2. Terapeutik
meningkat  Sediakan materi dan media pendidikan
b) Perilaku sesuai dengan kesehatan
pengetahuan  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
c) Persepsi yang keliru kesepakatan
terhadap masalah menurun  Berikan kesempatan bertanya
3. Edukasi
 Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan strategi yang digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNPAD. 1983. Fisiologi Alat-alat reproduksi Wanita
dalam Obstetri Fisiologi. Bandung. Penerbitan Eleman.

Hamilto Persis Mary, Dasar-Dasar Keprawatan Maternitas, Edisi – 6, Penerbit


Buku Kedokteran EGC, Jakarta 1995

Ida Bagus Gde Manuaba, Ilmu Kebidabnan Kandungan dan Keluarga Berencana, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai