Disusun Oleh :
1. Novi Fitriani
2. Novia Rosa Khairany
3. Nurul Asri Andini
4. Nurul Azhar
5. Rahimah Nurjannah
6. Rahmawati Lengkoano
7. Rika Meisari
8. Selia Andini
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu tercurah kepada Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Terapi
Komplementer yang berjudul “Pengaruh Aroma Terapi Inhalasi Lavender Terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis” dapat selesai
seperti waktu yang telah kami rencanakan.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Terapi Komplementer.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah- makalah selanjutnya.
i
DAFTAR I SI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
LAMPIRAN.......................................................................................................................................... iv
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................ 3
ii
d. Klasifikasi Tingkat Kecemasan .............................................................................................. 14
e. Penatalaksanaan Kecemasan................................................................................................... 16
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 33
B. Saran ......................................................................................................................................... 33
iii
LAMPI RAN
LAMPIRAN
iv
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(Smeltzer & Bare, 2002:1448). Gagal ginjal merupakan penyebab kematian
pasien rawat inap di Rumah Sakit dengan presentase sekitar 3,16% (Depkes
RI, 2007).
Intervensi medis yang dapat dilaksanakan pada pasien dengan
penyakit gagal ginjal kronis adalah dengan melaksanakan terapi/tindakan
hemodialisis/ cuci darah tergantung pada keluhan pasien dengan keadaan
kormobid dan parameter, kecuali apabila telah tersedia ada donor hidup yang
sesuai yang ditentukan, keharusan akan tindakan suatu transplantasi
terhambat oleh karena langkanya pendonor. Pilihan terapi dialisis meliputi
hemodialisis (cuci darah) dan Peritoneal Dialisis (PD) (Widyono, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO,2011) melaporkan bahwa
57 juta kematian di dunia, dimana tingkat kematian penyakit tidak menular di
dunia adalah sebesar 37 juta. Laporan The United States Renal Data System
(USRDS,2010) menunjukkan prevalensi rate penderita penyakit ginjal kronik
di Amerika Serikat sebesar 1,811 per 1 juta penduduk dan 80% menjalani
terapi hemodialisis. Sedangkan di Indonesia sendiri penderita yang
mengalami penyakit ginjal kronik dan yang menjalani terapi hemodialisis
mengalami peningkatan dari survei yang dilakukan oleh Perhimpunan
Nefrologi Indonesia (Pernefri, 2012) terdapat 20 juta orang di Indonesia
menderita penyakit ginjal kronik, data Indonesia Renal Regestry tahun 2011
berjumlah pasien hemodialisis 2.148 penduduk sedangkan tahun 2012 jumlah
pasien hemodialisis mengalami peningkatan yaitu 2.260 penduduk.
1
Pasien GGK yang memilih hemodialisa (HD) sebagai terapi pengganti
fungsi ginjal akan menjalani terapi tersebut seumur hidupnya kecuali pasien
menjalani transplantasi ginjal (Rahardjo dkk., 2006:591). Ketergantungan
pasien GGK terhadap HD seumur hidupnya, akan berdampak luas dan
menimbulkan masalah baik secara fisik, psikososial, dan ekonomi.
Kompleksitas masalah yang timbul pada pasien GGK yang menjalani HD
akan mengakibatkan timbulnya kecemasan pada pasien tersebut (Indrawati
dkk., 2009).
Kecemasan adalah perasaan yang menetap berupa kekuatan atau rasa
was-was, khawatir yang merupakan respons terhadap ancaman yang akan
datang (Keliat, Wijoyono & Susanti, 2011). Dianggap berbahaya atau hal
tersebut dapat merupakan perasaan yang ditekan ke dalam alam bawah sadar
bila terjadi peningkatan akan adanya bahaya dari alam. Jika individu yang
mengalami kecemasan tidak dapat mengatasi kecemasannya secara sehat,
dapat menyebabkan perilaku yang maladaptif (Keliat, Wijoyono & Susanti,
2011), maka dari itu diperlukan terapi non farmakologis untuk menurunkan
kecemasan pasien yang akan menjalani terapi hemodialisis. Salah satu terapi
non farmakologis yang dapat digunakan adalah terapi komplementer. Saat ini
Complementary and Alternative Medicine (CAM) sudah mulai digunakan dan
dikembangkan dalam dunia kesehatan. Penggunaan CAM dalam dunia
kesehatan diharapkan dapat menjadi pelengkap dari perawatan medis dan
dapat diaplikasikan oleh tenaga kesehatan, khususnya tenaga di bidang
keperawatan (Tzu, 2009). Jenis CAM yang populer digunakan dalam bidang
kesehatan yaitu aromaterapi (Watt & Janca, 2008).
Aromaterapi adalah salah satu metode terapi keperawatan yang
menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap atau dikenal
sebagai minyak essensial dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang
bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang
(Purwanto, 2013). Dalam penggunaanya, aromaterapi dapat diberikan melalui
beberapa cara, antara lain inhalasi, berendam, pijat, dan kompres (Bharkatiya
et al, 2008). Empat cara tersebut cara tertua, termudah, dan tercepat
2
diaplikasikan adalah metode inhalasi (menghirup) karena menghirup uap
minyak esensial secara langsung dianggap sebagai cara penyembuhan paling
cepat dan juga menghirup uap minyak essensial, molekul-molekul dalam
minyak bereaksi langsung dengan organ penciuman sehingga langsung
dipersepsikan otak (Mangoenprasodjo & Hidayati, 2005).
Menurut Jaelani (2009), kandungan dari senyawa kimia miyak
essensial aromaterapi lavender dapat mempengaruhi aktifitas fungsi kerja
otak melalui sistem saraf yang berhubungan dengan indera penciuman.
Respon ini akan merangsang peningkatan aktivitas neurotransmiter, yaitu
berkaitan dengan pemulihan kondisi psikologis (seperti emosi, perasaan,
pikiran, dan keinginan). Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti
tertarik untuk mengambil judul penelitian yaitu “Pengaruh Aromaterapi
Inhalasi Lavender Dalam Mengurangi Tingkat Kecemasan Pasien
Hemodialisa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian
ini adalah adakah pengaruh aromaterapi inhalasi lavender dalam mengurangi
tingkat kecemasan pasien hemodialisa.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh aromaterapi inhalasi lavender dalam
mengurangi tingkat kecemasan pasien hemodialisa.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien hemodialisa
sebelum diberikan aromaterapi inhalasi lavender.
3
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan dan
masyarakat sebagai pilihan terapi non farmakologis yang dapat diberikan
pada responden yang mengalami kecemasan serta bagi peneliti selanjutnya
diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi dasar sumber data penelitian
terutama tentang aromaterapi inhalasi lavender.
4
BAB I I LANDASAN TEORI
BAB II
LANDASAN TEORI
5
dengan nilai 36%, Nefropati diabetic dengan proporsi nilai 29%. Dan
penyebab lainnya sebesar 8%.
6
4. Disfungsi Seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering
mengalami penurunan dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita
dapat terjadi hiperprolaktinemia.
5. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronik
Pada gagal ginjal kronik akan terjadi rangkaian perubahan. Bila
LFG menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus menerus
mendekati nol maka pasien akan menderita sindrom uremik, yaitu
satu kompleks yang di akibatkan atau berkaitan dengan retensi
metabolit nitrogen akibat gagal ginjal.
7
i. Neuromuskuler : Mudah lemah, otot mengecil dan mudah
lemah, SSP : Penurunan ketajaman mental, konsentrasi buruk,
kekacauan mental, koma, otot berkedut, kejang.
8
3. Pielografi Intravena
Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter. Apabila ada
kecurigaan adanya obstruksi yang reversible maka dilakukan
Pielografi retrograd. Dan untuk mengkaji sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskuler, dan masa maka dilakukan
pemeriksaan Arteriogram ginjal.
4. Endoskopi ginjal nefroskopi
Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal : keluar batu, hematuria
dan pengangkatan tumor selektif.
5. Radiologi
Untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal,
anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih
serta prostat.
6. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan (vaskuler,
parenkim) serta sisa fungsi ginjal.
B. Konsep Hemodialisis
a. Definisi Hemodialisis
Menurut National Kidney Foundation (NKF) (2016),
hemodialisismerupakan suatu bentuk terapi pengganti pada pasien dengan
kegagalanfungsi ginjal, baik yang bersifat akut maupun kronik. Pasien
gagal ginjalyang menjalani terapi hemodialisis, membutuhkan waktu 12-
15 jam untuk dianalisis setiap minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam per
kali terapi. Kegiatan ini akan berlangsung terus-menerus sepanjang
hidupnya (Bare & Smeltzer, 2002, dalam Nurani & Mariyanti, 2013).
Menurut Baradero, dkk (2009), hemodialisis merupakan pengalihan
darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser yang terjadi secara difusi dan
ultrfiltrasi, kemudian darah kembali lagi ke dalam tubuh pasien.
Hemodialisis memerlukan akses ke sirkulasi darah pasien, suatu
9
mekanisme untuk membawa darah ke dan dari dializen (tempat terjadi
pertukaran cairan, elektrolit, dan zat sisa tubuh), serta dialiser.
Hemodialisis adalah suatu proses yang digunakan pada pasien dalam
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek
(beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit
ginjal stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang
memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisis
adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam
darahdan mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto dan Madjid,
2009).
Hemodialisis adalah cara terpilih pada pasien yang mempunyai laju
katabolisme tinggi secara hemodinamik stabil (Stein, 2011 dalamSatriya,
2018).
b. Tujuan Hemodialisis
Tujuan dilakukan terapi hemodialisis yaitu untuk menurunkan
kreatinin dan zat toksik yang lainnya dalam darah, Hemodialisis juga
bertujuan untuk menghilangkan gejala yaitu mengendalikan uremia,
kelebihan cairan dan ketidak seimbangan elektrolit yang terjadi pada
pasien penyakit ginjal tahap akhir (Markum, 2006 dalam
Munawar,2017).
10
durasi tindakan hemodialisis yang sebaiknya 5 jam untuk frekuensi 2
kali seminggu.
d. Proses Hemodialisis
Ginjal buatan (Dialyzer), mempunyai 2 kompartemen, yaitu
kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Kedua kompartemen
tersebut, selain dibatasi oleh membran semi-permeabel, juga mempunyai
perbedaan tekanan yang disebut sebagai trans-membran pressure (TMP).
Selanjutnya, darah dari dalam tubuh dialirkan ke dalam kompartemen
darah, sedangkan cairan pembersih (dialisat), dialirkan kedalam
kompartemen dialisat. Pada proses hemodialisis, terjadi 2 mekanisme
yaitu, mekanisme difusi dan mekanisme ultrafiltrasi. Mekanisme difusi
bertujuan untuk membuang zat-zat terlarut dalam darah (blood
purification), sedangkan mekanisme ultrafiltrasi bertujuan untuk
mengurangi kelebihan cairan dalam tubuh (volume control).
Kedua mekanisme dapat digabungkan atau dipisah, sesuai
dengantujuan awal hemodialisisnya. Mekanisme difusi terjadi karena
adanya perbedaan konsentrasi antara kompartemen darah dan
kompartemen dialisat. Zat-zat terlarut dengan konsentrasi tinggi dalam
darah, berpindah dari kompartemen darah ke kompartemen dialisat,
sebaliknya zat-zat terlarut dalam cairan dialisat dengan konsentrasi
rendah, berpindah dari kompartemen dialisat ke kompartemen dialisat.
Proses difusi ini akan terus berlangsung hingga konsentrasi pada kedua
kompartemen telah sama. Kemudian, untuk menghasilkan mekanisme
difusi yang baik, maka aliran darah dan aliran dialisat dibuat saling
berlawanan. Kemudian pada mekanisme ultrafiltrasi, terjadi pembuangan
cairan karena adanya perbedaan tekanan antara kompartemen darah dan
kompartemen dialist. Tekanan hidrostatik akan mendorong cairan untuk
keluar, sementara tekanan onkotik akan menahannya. Bila tekanan
diantara kedua kompartemen sudah seimbang, mekanisme ultrafiltrasi
akan berhenti. (Munawwar, 2017).
11
C. Konsep Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu respon yang lama
atau berkepanjangan terhadap adanya ancaman yang tak terduga, respon
yang meliputi fisiologis, afektif, dan perubahan kognitif. Sejalan
dengan aspek emosional dari gangguan kecemasan, pasien kecemasan
akan mengalami suatu kesulitan untuk berkonsentrasi dan merasakan
adanya perasaan terganggu yang berdampak negatif terhadap pekerjaan
dan hubungan dengan orang lain (interpersonal) mereka.
b. Penyebab Kecemasan
Menurut Andaners (2009) dalam Satriya (2018), penyebab rasa
cemas dapat dikelompokkan pula menjadi 3 faktor, yaitu :
1. Faktor biologis atau fisiologis, berupa ancaman akan
kekuranganmakanan, minuman, perlindungan dan keamanan.
2. Faktor psikososial, ancaman terhadap konsep diri, kehilangan
bendaatau orang yang dicintai dan perubahan status sosial
ekonomi.
3. Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada masa bayi, anak dan
remaja.
12
1. Faktor internal
a. Pengalaman
Sumber - sumber ancaman yang dapat menimbulkan
kecemasan tersebut bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan
tersebut dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam
kehidupan atau dapat terletak didalam kehidupan atau dapat
terletak di dalam diri seseorang.
b. Respon Terhadap Stimulus
Kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau besarnya
rangsangan yang diterima akan mempengaruhi kecemasan
yang timbul.
c. Usia
Pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin
banyak pengalamannya sehingga pengetahuannya semakin
bertambah. Karena pengetahuannya banyak maka seseorang
akan lebih siap dalam menghadapi sesuatu.
d. Gender/Jenis Kelamin
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita.
Perempuan lebih mudah merasakan cemas karena ketidak
mampuannya dibanding dengan laki-laki. Laki-laki lebih aktif,
eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian
Anangdipa (2009), juga menunjukkan bahwa laki-laki lebih
rileks dibanding perempuan.
e. Pendidikan dan Status Ekonomi
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah akan
menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan.
Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh
terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat
pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan
menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
yang baru (Stuart & Sundeen, 2013)
13
f. Agama
Pendidikan non formal klien tentang ajaran yang
memberikan kekuatan dan keyakinan akan kebesaran Tuhan
atas semua yang terjadi pada diri keluarga, sehingga keluarga
menjadi lebih siap menghadapi masalah yang dialami.
2. Faktor Eksternal
a. Dukungan Keluarga
Dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah dukungan
informasional dan instrumental dimana keluarga memberikan
nasihat, saran, konseling, pendampingan, mengunjungi,
pertemuan, pelatihan, dukungan jasmani dan rohani.
b. Kondisi Lingkungan
Kombinasi dari tindakan yang meliputi sistem monitor,
aktivitas perawat dan bunyi yang terus menerus dari peralatan
monitor, akan menyebabkan peningkatan secara ekstrem
terhadap tingkat kecemasan keluarga (Stuart & Sundeen,
2013).
c. Penyakit Klien (Anggota keluarga yang sakit)
Suatu keadaan yang timbul dimana individu atau keluarga
menerima yang menurutnya tidak disukai oleh orang lain yang
berusaha memberikan penilaian atas opininya (Sadock dan
Kaplan, 2010).
14
a. Respon fisiologis
Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu
menerima rangsang yang pendek, muka berkerut dan bibir
bergetar.
b. Respon kognitif
Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu
menerima rangsang yang kompleks, konsentrasi pada
masalah dan menyelesaikan masalah.
c. Respon perilaku dan emosi
Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk
tenang, tremor halus pada lengan dan suara kadang meninggi.
2. Ansietas Sedang
Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dengan mengesamping kan
yang lain pada perhatian selektif dan mampu melakukan sesuatu
yang lebih terarah. Manifestasi yang muncul pada kecemasan
sedang antara lain :
a. Respon fisiologis
Nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,
diareatau konstipasi, tidak nafsu makan, mual dan
berkeringat setempat.
b. Respon Kognitif
Respon pandang menyempit, rangsangan luas mampu
diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian dan
bingung.
c. Respon perilaku dan emosi
Bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan merasa tidak
aman.
15
3. Ansietas Berat
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain.
a. Respon fisiologis
Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan
sakit kepala, penglihatan kabur dan ketegangan.
b. Respon kognitif
Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
c. Respon perilaku dan emosi
Perasan terancam meningkat, verbalisasi cepat dan menarik
diri dari hubungan interpersonal.
e. Penatalaksanaan Kecemasan
Pengobatan yang paling efektif untuk klien dengan gangguan
kecemasan umum adalah kemungkinan pengobatan yang
mengkombinasikan psikoterapi, farmakoterapi dan pendekatan suportif
(Kaplan, Saddock and Roan, 2010).
1. Psikoterapi
Teknik utama yang digunakan adalah pendekatan perilaku
misalnya relakasi dan bio feed back (proses penyediaan sesuatu
informasi pada keadaan satu atau beberapa variabel fisiologi
seperti denyut nadi, tekanan darah dan temperatur kulit).
2. Farmakoterapi
Dua obat utama yang dipertimbangkan dalam pengobatan
kecemasan umum adalah buspirone dan benzodiazepi. Obat lain
yang mungkin berguna adalah obat trisklik sebagai contohnya
imipramine (tofranil) antihistamin dan antagonis adrenergik beta
sebagai contohnya propanolol (inderal).
16
3. Pendekatan suportif
Dukungan emosi dari keluarga dan orang terdekat akan memberi
kita cinta dan perasaan berbagi beban. Kemampuan berbicara
kepada seseorang dan mengekspresikan perasaan secara terbuka
dapat membantu dalam menguasai keadaan (smeltzer and Bare,
2000 dalam Satriya, 2018).
4. Complementary and Alternative Medicine (CAM)
Complementary and Alternative Medicine (CAM) merupakan
pengobatan yang bebas dari efek samping. Seperti akupuntur,
alexander technique, aromaterapi, pelatihan autogenic, kelasi,
chiropratic, terapi enzim, pengobatan dengan bunga, herbalisme,
homeopati, pijatan, osteopati, refleksiologi, penyembuhan spiritual,
Thai Chi, dan Yoga (Satria, 2013).
17
d. Ganguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam
hari,tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
e. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan
sulit konsentrasi.
f. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan
pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang
hari.
g. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi,
suara tidak stabil dan kedutan otot.
h. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur,
muka merah dan pucat serta merasa lemah.
i. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi
mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,
sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
k. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan
menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan
sesudah makan, perasaan panas di perut.
l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan
kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
m. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka
merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.n.
n. Perilaku sewaktu wawancaara : gelisah, jari-jari gemetar,
mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat dan napas pendek dan cepat.
18
3 : lebih dari ½ gejala yang ada
4 : semua gejala ada
a. Definisi Aromaterapi
Aromaterapi adalah salah satu metode terapi keperawatan yang
menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap atau dikenal
sebagai minyak essensial dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan
yang bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau kesehatan
seseorang (Purwanto, 2013).
Menurut (Watt & Janca, 2008:70) Aromaterapi adalah terapi
yang menggunakan minyak essensial yang dinilai dapat membantu
mengurangi bahkan mengatasi gangguan psikologis dan gangguan rasa
nyaman seperti cemas, depresi, nyeri, dan sebagainya.
19
2. Lilin
Sandalwood dan Lavender merupakan aromaterapi yang sering
ditemukan, hal itu dikarenakan minyak essensial tertetu membuat
lilin sulit membeku. Lilin yang berkualitas baik tidak mudah
meleleh dan asapnya tidak hitam.
3. Minyak Essensial
Minyak essensial merupakan konsetrat yang pada umumnya
merupakan hasil penyulingan dari bunga, buah, semak – semak dan
pohon
20
penyemprotan senyawa yang mengandung minyak ke udara. Hal
ini juga dapat dilakukan dengan menempatkan beberapa tetes
minyak essensial dalam diffuser dan menyalakan sumber panas.
Duduk dalam jarak tiga kaki dari diffuser, pengobatan biasanya
berlangsung sekitar 30 menit.
4. Kompres
Panas atau dingin yang mengandung minyak essensial dapat
digunakan untuk nyeri otot dan segala nyeri, memar dan sakit
kepala.
5. Perendaman
Mandi yang mengandung minyak essensial dan berlangsung
selama 10-20 menit yang direkomendasikan untuk masalah kulit
dan menenangkan saraf (Craig hospital, 2013).
21
BAB I II METODE PENELITI AN
BAB III
METODE PENELITIAN
Design yang dipilih oleh peneliti untuk dijadikan literatur review ini
menggunakan metode terbaik dalam menjawab pertanyaan klinis dilapangan.
Pencarian artikel jurnal dilakukan melalui media elektronik dengan sumber
yang berasal dari beberapa database. Database yang digunakan ialah google
scholar. Artikel jurnal yang digunakan merupakan hasil penelitian dari tahun
2012 sampai 2020. Keyword dalam pencarian artikel jurnal diantaranya
adalah “Aromaterapi inhalasi lavender”, “kecemasan”, serta “hemodialisis”.
Artikel yang diperoleh selanjutnya di review untuk dipilih sebanyak 5 Jurnal
sesuai dengan kriteria inklusi berdasarkan PICOT frame work (Patient,
Intervention, Comparison, Outcome,Time (P: pasien yang menjalani
hemodialisis, I:aromaterapi inhalasi lavender, O: ada pengaruh dari
aromaterapi inhalasi lavender terhadap penurunan kecemasan pasien yang
menjalani hemodialisis), (T:2012-2020).
Artikel yang telah ditetapkan untuk di review selanjutnya
diidentifikasi dalam sebuah tabel. Artikel yang telah ditelaah terdiri dari : 5
artikel jurnal yang menggunakan kelompok perlakuan dan tidak
menggunakan kelompok kontrol. Kemudian Artikel tersebut selanjutnya di
review dengan tema penggunaan aromaterapi inhalasi (lavender) terhadap
penurunan kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis.
22
BAB I V HASI L ANALI SI S
BAB IV
HASIL ANALISIS
23
penelitian Non-Equivalent Control Group. Rancangan ini melibatkan dua
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. enjalani
hemodialisis sebanyak 30 responden terdiri dari 13 laki-laki dan 17
perempuan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik
Purposive Sampling yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri. Instrument pada penelitian ini adalah lembar kuesioner
Zung Self- Rating Anxiety Scale yang telah dimodifikasi dan dilakukan uji
validitas.
B. Hasil Penelitian
Artikel Pertama merupakan penelitian dari Warjiman , ivana t ,
triantoni y, 2017. Tingkat kecemasan pre pasien yang sedang menjalani
hemodialisa secara umum bahwa 5 (50%) responden mengalami tingkat
kecemasan secara umum ringan saja, 3 (30%) responden mengalami tingkat
kecemasan secara umum sedang dan 2 (20%) responden mengalamai tingkat
kecemasan secara umum. Tingkat kecemasan post pasien yang sedang
mengalami hemodialisa secara umum bahwa 8 (80%) responden mengalami
tingkat kecemasan secara umum ringan saja, 2 (20%) responden mengalami
tingkat kecemasan secara umum sedang dan 0 (0%) responden mengalami
tingkat kecemasan secara umum berat. Ada pengaruh yang signifikan
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan nilai Z sebesar - 2,236b
dan Signifikansi ,025
24
Artikel kedua merupakan penelitian dari Tahan adrianus manalu,
2018. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata
antara pengukuran sebelum dan sesudah 18.000 dengan standart deviasi
4.163. Hasil Uji statistik didapatkan nilai p = 0,001 dimana nilai p lebih
kecil dari nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pada
penelitian ini diterima yaitu ada pengaruh aromaterapi inhalasi terhadap
penurunan nilai kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di RS Grandmed Lubuk Pakam tahun 2018.
25
Artikel kelima merupakan penelitian dari ary agustin, dian
hudiyawati, arif putra purnama, 2020. rerata nilai kecemasan sebelum
dilakukan intervensi aromaterapi yaitu 48,85 dengan standar deviasi 7,92.
Sedangkan rata-rata nilai kecemasan sesudah diberikan intervensi
aromaterapi yaitu 41,85 dan standar deviasi 11,6. Perbedaan rata-rata nilai
kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi aromaterapi yaitu 7,00
dengan standar deviasi 7,18. Hasil statistik didapatkan p < 0,05 berarti
terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata nilai kecemasan sebelum dan
sesudah diberikan intervensi aromaterapi.
26
Tabel 1.1 Tabel Literatur Review
27
umum sedang dan 0 (0%) responden
mengalami tingkat kecemasan secara
umum berat. 3. Ada pengaruh yang
signifikan sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan dengan nilai Z
sebesar - 2,236b dan Signifikansi ,025
Tahan Pengaruh Pada Pre eksperimen dengan Tidak Instrumen yang Hasil penelitian membuktikan bahwa
adrianus aromaterapi penelitian ini one group pre test dan ada digunakan pada ada perbedaan nilai rata-rata antara
manal. 2018 inhalasi responden post test. penelitian ini adalah pengukuran sebelum dan sesudah
terhadap sebanyak 13 Dari seluruh sampel dengan 18.000 dengan standart deviasi 4.163.
penurunan responden, yang terpilih dilakukan Pengumpulan data Hasil Uji statistik didapatkan nilai p =
nilai Sesuai oservasi dan wawancara dengan observasi dan 0,001 dimana nilai p lebih kecil dari
kecemasan dengan (pre test) terhadap wawancara diukur nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan
pasien gagal kriteria responden 10 menit dengan menggunakan bahwa hipotesis pada penelitian ini
ginjal kronik inklusi sebelum dilakukan hamilton rating scale diterima yaitu ada pengaruh
yang penelitian. pemberian aromaterapi for anxiety (hrs-a) aromaterapi inhalasi terhadap
menjalani inhalasi. Menggunakan dengan score (0-56) penurunan nilai kecemasan pada
hemodialisa. selembar kertas tissue pasien gagal ginjal kronik yang
untuk diteteskan menjalani hemodialisa di RS
28
essensial oil lavender Grandmed Lubuk Pakam tahun 2018.
0,6 ml, ajarkan pasien
untuk bernafas rileks
selama 5 menit. Setelah
rileks Mengintruksikan
relaksasi penghirupan
aromaterapi inhalasi
selama 30 menit.
Dewi, Pengaruh Pada Pra eksperimental Tidak Instrumen yang Ada pengaruh pemberian aromaterapi
nkas.,ns. I aromaterapi penelitian ini dengan one group pre ada digunakan adalah inhalasi terhadap penurunan tingkat
putu inhalasi responden test dan post test. dengan pengumpulan kecemasan pasien gagal ginjal kronik
pasuana terhadap sebanyak 30. Pelaksanaan peneliti data wawancara yang menjalani hemodialisis di RSUD
putra, penurunan Sesuai akan memberikan terstruktur untuk Wangaya Denpasar (asymp sig (2-
s.kep., tingkat dengan aromaterapi inhalasi mengukur tingkat tailed) = 0,000; α ≤ 0,05).
m.m.,ns. I kecemasan kriteria kepada seluruh sampel kecemasan dengan
made surata pasien gagal inklusi selama 30 menit setiap menggunakan
witarsa, ginjal kronik penelitian. kali hd sebanyak empat kuesioner beck anxiety
s.kep. 2012 yang kali perlakuan. inventory
menjalani
29
hemodialisis
di rsud
wangaya
Denpasar.
Sarah Pengaruh Pada Quasi eksperiment Kelompo Instrumen yang Berdasarkan hasil penelitian,
anastasia , aromaterapi penelitian ini dengan rancangan k digunakan pada didapatkan responden berusia 41-60
bayhakki, inhalasi responden penelitian non- eksperim penelitian ini adalah tahun dengan mayoritas berjenis
fathra annis lavender sebanyak 30. equivalent control en lembar kuesioner zung kelamin perempuan (56,7%) dan
nauli,2014 terhadap Terdiri dari group. Rancangan ini diberikan self- rating anxiety paling banyak berpendidikan SMP
kecemasan 13 laki-laki melibatkan dua aromater scale yang telah (26,7%). Hasil penelitian juga
pasien gagal dan 17 kelompok, yaitu api dimodifikasi dan didapatkan lama menjalani
ginjal kronik perempuan. kelompok eksperimen inhalasi dilakukan uji validitas hemodialisis adalah 5-8 bulan
yang dan kelompok kontrol. lavender sebanyak 8 orang (53,3%).
menjalani Pelaksanaan selama 5 Pada kelompok eksperimen terjadi
hemodialisis Kelompok eksperimen menit penurunan kecemasan setelah
yang menjalani sebanyak diberikan aromaterapi inhalasi
hemodialisis hari senin satu kali, lavender sebesar 4,33. Hasil analisa
dan kelompok kontrol dan penurunaan ini dengan menggunakan
yang menjalani kelompo dependent t test diperoleh nilai p
30
hemodialisis hari k kontrol value= 0,000 (p ˂ =0.05.pada
selasa. Kelompok tidak kelompok kontrol tidak terjadi
eksperimen diberikan diberikan penurunan tetapi peningkatan nilai
aromaterapi inhalasi aromater rata-rata kecemasan sebesar
lavender selama 5 api 0.86.peneliti kemudian
menit sebanyak satu inhalasi membandingkan kedua kelompok ini
kali, dan kelompok lavender. dengan menggunakan independent t-
kontrol tidak diberikan test dengan hasil p volue = 0,000 (p
aromaterapi inhalasi ˂=0,05).hasil ini membuktikan
lavender. aromaterapi inhalasi lavender efektif
dalan menurunkan kecemasan pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis dengan p volue ˂ (0,05)
Ary agustin, Pengaruh Pada Pre-eksperimental one Tidak Instrumen yang rerata nilai kecemasan sebelum
dian aromaterapi penelitian ini group pretest and ada digunakan dilakukan intervensi aromaterapi yaitu
hudiyawati, inhalasi responden posttest design. Alat yang digunakan 48,85 dengan standar deviasi 7,92.
arif putra terhadap sebanyak 7. Responden diberikan dalam penelitian ini Sedangkan rata-rata nilai kecemasan
purnama, kecemasan Sesuai aromaterapi inhalasi adalah kuisioner sesudah diberikan intervensi
2020 pasien dengan sebanyak empat kali terhadap penurunan aromaterapi yaitu 41,85 dan standar
31
hemodialis. kriteria perlakuan pelaksanaan tingkat kecemasan deviasi 11,6. Perbedaan rata-rata nilai
penelitian dilakukan menggunakan lembar kecemasan sebelum dan sesudah
Sampai kurun Responden saat proses zung self rating anxiety dilakukan intervensi aromaterapi yaitu
waktu hd dimulai sampai hd scal (zsras). 7,00 dengan standar deviasi 7,18.
tertentu. berlangsung selama 30 Hasil statistik didapatkan p < 0,05
menit pertama. berarti terdapat perbedaan yang
signifikan rata-rata nilai kecemasan
sebelum dan sesudah diberikan
intervensi aromaterapi.
32
BAB V PENUTUP
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari kelima artikel direview terdapat perbedaan signifikan
antara kecemasan sebelum diberikan intervensi aromaterapi inhalasi
lavender dengan sesudah diberikanya aromaterapi inhalasi lavender ,
diperoleh bahwa aromaterapi inhalasi lavender terbukti berpengaruh
terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani
hemodialisis.
B. Saran
Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat lebih mempersiapkan
diri atau melakukan perencanaan yang terarah, dalam meneliti tentang
pemberian aromaterapi inhalasi lavender terhadap pasien yang mengalami
kecemasan akibat adanya tindakan hemodialisis sehingga mampu
memberikan penanganan kecemasan lebih baik serta melakukan
aromaterapi inhalasi lavender dengan sesuai dengan prosedur.
33
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Nkas.,ns. I Putu Pasuana Putra, s.kep., m.m.,ns. I Made Surata Witarsa,
s.kep. 2012. Pengaruh aromaterapi inhalasi terhadap penurunan tingkat
kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di rsud
wangaya Denpasar. Jurnal Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana Denpasar.
Agustin Ary, Dian Hudiyawati, Arif Putra Purnama. 2020. Pengaruh aromaterapi
inhalasi terhadap kecemasan pasien hemodialis. Jurnal Prosiding Seminar
Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. E-ISSN : 2715 –
616X. 17-22
34