Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KASUS GINEKOLOGI

Ny. R DENGAN KISTA OVARIUM


DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA JAMBI

DISUSUN OLEH
NAMA : RAYHAN FIRDAUZY
NIM : G1B220038

PEMBIMBING AKADEMIK:
Dr. MUTHIA MUTMAINNAH, M.Kep., Sp. Mat
Ns. SRI MULYANI, S.Kep., M.Kep

PEMBIMBING LAPANGAN:
Ns. RADNA VILUSA, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i

LAPORAN PENDAHULUAN.........................................................................................1

1. KONSEP DASAR......................................................................................................1

1.1 Pengertian Kista Ovarium...................................................................................1

1.2 Etiologi Kista Ovarium.......................................................................................1

1.3 Tanda dan Gejala Kista Ovarium........................................................................2

1.4 Patofisiologi Kista Ovarium...............................................................................3

1.5 Pathways Keperawatan.......................................................................................4

1.6 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................5

1.7 Penatalaksanaan Kista Ovarium.........................................................................6

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................7

2.1 Data Fokus..........................................................................................................7

2.2 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................8

2.3 Diagnosa Keperawatan.......................................................................................8

2.4 Intervensi Keperawatan......................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

LAPORAN KASUS........................................................................................................14

i
LAPORAN PENDAHULUAN
KISTA OVARIUM

1. KONSEP DASAR
1.1 Pengertian Kista Ovarium
Kista ovarium adalah kantung berisi cairan atau bahan semiliquid yang muncul di
ovarium. Diagnosis kista ovarium semakin meningkat dengan maraknya pemeriksaan
fisik rutin dan teknologi ultrasonografi. Deteksi kista ovarium menyebabkan kecemasan
yang cukup besar pada wanita karena takut akan keganasan, tetapi sebagian besar kista
ovarium bersifat jinak. Kista ini dapat berkembang pada wanita di semua tahap
kehidupan, dari periode neonatal hingga pasca menopause.1
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang menyerang
wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya
pertumbuan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak. Walupun demikian tidak
menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Kista atau tumor
merupakan bentuk gangguan pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak
dan banyak menyerang wanita pada usia reproduktif. Berdasarkan survei demografi
kesehatan Indonesia angka kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai 37,2% dan
paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun.2

1.2 Etiologi Kista Ovarium


Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terdapat gangguan pembentukan hormon
pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul dari folikel
yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi. Faktor resiko terjadinya kista ovarium:
a. Riwayat kista ovarium sebelumnya
b. Siklus menstruasi yang tidak teratur
c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
d. Menstruasi dini
e. Tingkat kesuburan.

1
Pada tumor padat, etiologi pasti belum diketahui, diduga akibat abnormalitas
pertumbuhan sel embrional, atau sifat genetis kanker yang tercetus oleh radikal bebas
atau bahan bahan karsinogenik.3

1.3 Tanda dan Gejala Kista Ovarium


Sebagian besar pasien dengan kista ovarium tidak menunjukkan gejala, dengan
kista ditemukan secara kebetulan selama ultrasonografi atau pemeriksaan panggul rutin.
Namun, beberapa kista dapat dikaitkan dengan berbagai gejala, terkadang parah,
sementara kista ovarium ganas sering tidak menimbulkan gejala sampai mencapai
stadium lanjut. Nyeri atau kecemasan bisa timbul di abdomen bagian bawah. Torsi
(memutar) atau pecah dapat menyebabkan nyeri yang lebih parah. Pecahnya kista
ditandai dengan nyeri panggul yang tiba-tiba. Ini bisa terkait dengan trauma, olahraga,
atau senggama. Selain itu, ruptur kista dapat menyebabkan tanda-tanda peritoneal, perut
kembung, dan perdarahan yang biasanya sembuh sendiri. Gejala lain pada pasien
dengan kista ovarium diantaranya :
a. Pasien mungkin mengalami ketidaknyamanan saat berhubungan, terutama
penetrasi yang dalam
b. Beberapa pasien mungkin mengalami tenesmus (keinginan untuk sering
buang air besar dan perasaan tidak nyaman saat buang air besar)
c. Pasien mungkin mengalami perut penuh dan kembung.
d. Anak kecil mungkin datang dengan pubertas dini dan awal menarche
e. Pasien mungkin mengalami gangguan pencernaan, mulas, atau rasa kenyang
dini
f. Pasien sering berkemih karena adanya tekanan pada kandung kemih
g. Siklus menstruasi yang tidak teratur dan perdarahan vagina yang abnormal
dapat terjadi serta interval intermenstrual dapat diperpanjang.1
1.4 Patofisiologi Kista Ovarium
Kista ovarium adalah masalah serius dalam sistem reproduksi manusia. Keganasan
ini umumnya dikenal sebagai penyebab peningkatan infertilitas pada hewan yang biasa
dibiakkan. Degenerasi ovarium kistik (COD) pada dasarnya merupakan gangguan
proses neuroendokrin pada wanita. Kista ovarium berasal dari folikel ovarium yang
belum mengalami ovulasi. Mereka terus bertambah besar, mencapai diameter lebih dari
11 mm. Dalam ultrasonografi, kista folikel bervariasi di tingkat dinding luteinisasi.
Dindingnya terbuat dari sel granulosa dan selubung folikel dan tidak menunjukkan
tanda-tanda luteinisasi.3
Dinding kistik mengalami degenerasi dan fibrosis seiring waktu, mengarah pada
pembentukan kista selubung-luteal. Mereka ditandai dengan pertumbuhan folikel dan
luteinisasi korteks bagian dalam, serta pertumbuhan berlebih dari lapisan basal
granulosa. Pada kista folikel luteinisasi, luteinisasi terjadi di lapisan granulosa dan
bagian dalam selubung, yang menghasilkan peningkatan ketebalan dinding mereka.3
Kista lutein timbul dari folikel ovulasi atau korpus luteum, dengan kemungkinan
dapat dideteksi. Jenis kista ini disebabkan oleh hiperplasia dan pembentukan vesikel
berisi serum. Dinding kista bersifat fibrotik dan degeneratif Pada citra USG, dinding
yang tebal menyerupai stroma ovarium, yaitu membuatnya sulit untuk mendiagnosisnya
dengan benar. Kista tunggal atau ganda dapat terjadi pada satu atau kedua ovarium.3
1.5 Pathways Keperawatan

Degenerasi ovarium Infeksi ovarium

Histerektomi
Kistoma ovari

Pembesaran ovarium Coverektomi, kistektomi


Kurang informasi

Ruptur ovarium
Kurang pengetahuan

Defisist pengetahuan Resiko Perdarahan

Komplikasi peritonitis Gangguan Perfusi jaringan

peritonitis

Metabolisme menurun Luka operasi


Resiko perdarahan

Hipolisis → asam laktat →kelebihan


Diskontinuitas jaringan
Resiko infeksi

Gangguan metabolisme

Defisit perawatan diri

Nyeri

Refleks menelan & muntah Nervus Anastesi


Risiko Aspirasi

Peristaltic usus menurun


Konstipasi Absorbsi air di colon
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakuan atas indikasi
tertentu guna memperoleh ketarangan yang lebih lengkap. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan dalam kasus kista ovarium antara lain :
a. USG pada kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat
(kadang- kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding-dinding
yang tipis/tegas/licin dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang
lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unilokuler (tidak
bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang 20 terlihat bintik-
bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari
elemen-elemen darah di dalam kista.
1) Transabdominal sonogram Pemeriksaan cara sonogram menggunakan
gelombang bunyi untuk melihat gambaran organ tubuh. Pemeriksaan jenis
ini bisa dilakukan melalui dinding perut atau bisa juga dimasukkan melalui
vagina dan memerlukan waktu sekitar 30 menit, bisa diketahui ukuran dan
bentuk kistanya. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan
dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh.
2) Endovaginal sonogram Pemeriksaan ini dapat menggambarkan atau
memperlihatkan secara detail struktur pelvis. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan vesica
urinaria kosong.
3) Kista endometriosis Menunjukkan karakteristik yang difuse, low
level/echoes pada endometrium, yang memberikan gambaran yang padat.
4) Polikistik ovarium Menunjukkan jumlah folikel perifer dan hiperechoid
stroma.
b. CT-Scan Akan didapat massa kistik berdinding tipis yang memberikan
penyangatan kontras pada dindingnya.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan
jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan, serta ketelitian dalam
mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-scan dapat memberikan petunjuk
tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam
beberapa/banyak kasus. USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi
kista ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-scan.
d. CA-125 Dokter juga memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA-
125. Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur, meskipun tidak ada
proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan pada
perempuan yang berisiko terjadi proses keganasan.4

1.7 Penatalaksanaan Kista Ovarium


Penatalaksanaan kista ovarium menurut Yatim (2008) diantaranya:
a. Apabila kistanya kecil misalnya sebesar permen dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan biasanya dilakukan laparoskopi.
b. Apabila kistanya besar dilakukan laparatomi.
c. Polikistik ovarium biasanya dengan pengobatan oral yaitu pil KB gabungan
esterogen-progesteron untuk mengurangi ukuran besar kista.5

Menurut Winkjosastro (2008), penatalaksanaan kista ovarium dapat dilakukan


dengan:
a. Kista yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5
cm disebut kista folikel atau korpus luteum. Penangannya dengan pengangkatan
tumor dengan mengadakan resekresi pada bagian ovarium.
b. Jika kista berukuran besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan
ovarium biasanya disertai dengan pengangkatan tuba ( Salpingo ooforektomi).
c. Jika terdapat keganasan dilakukan histerektomi dan dan Salpingo ooforektomi
bilateral.5
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Data Fokus
a. Identitas klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama dan alamat, serta data penanggung jawab

b. Keluhan klien saat masuk rumah sakit: biasanya klien merasa nyeri pada daerah
perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-
henti.

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada
daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi
yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
2) Riwayat kesehatan dahulu: Sebelumnya tidak ada keluhan.
3) Riwayat kesehatan keluarga: Kista ovarium bukan penyakit
menular/keturunan.
4) Riwayat perkawinan: Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh
terhadap timbulnya kista ovarium.
5) Riwayat kehamilan dan persalinan: Dengan kehamilan dan persalinan/tidak,
hal ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
6) Riwayat menstruasi: Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi
digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.

d. Pemeriksaan Fisik: Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah


secara sistematis.
1) Kepala
a) Hygiene rambut
b) Keadaan rambut
2) Mata
a) Sklera: ikterik/tidak
b) Konjungtiva: anemis/tidak
c) Mata: simetris/tidak
3) Leher
a) Pembengkakan kelenjer tyroid
b) Tekanan vena jugolaris.
4) Dada
a) Jenis pernapasan
b) Bunyi napas
c) Penarikan sela iga
5) Abdomen
a) Nyeri tekan pada abdomen.
b) Teraba massa pada abdomen.
6) Ekstremitas
a) Nyeri panggul saat beraktivitas.
b) Tidak ada kelemahan.
7) Eliminasi, urinasi
a) Adanya konstipasi
b) Susah BAK

e. Data Sosial Ekonomi


Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai
tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.

f. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.

2.2 Pemeriksaan Penunjang


1) Data laboratorium :Pemeriksaan Hb
2) Ultrasonografi :Untuk mengetahui letak batas kista.

2.3 Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri akut b.d agen injuri fisik
2) Resiko infeksi b.d tindakan invasif dan pembedahan
3) Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
2.4 Intervensi Keperawatan

Diangosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
injuri fisik diharapkan nyeri pasien berkurang
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
NOC :
presipitasi
v Pain Level,
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
v Pain control,
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
v Comfort level
pengalaman nyeri pasien
Kriteria Hasil :
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
v Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
nyeri, mencari bantuan)
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
v Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
manajemen nyeri
dukungan
v Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
tanda nyeri)
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
v Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
v Tanda vital dalam rentang normal

9
Diangosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC
Keperawatan
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam Infection Control (Kontrol infeksi)
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
penurunan diharapakan infeksi terkontrol
2. Pertahankan teknik isolasi
pertahanan primer NOC : 3. Batasi pengunjung bila perlu
v Immune Status 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
v Knowledge : Infection control berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
v Risk control 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
Kriteria Hasil : kperawtan
v Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Diangosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC
Keperawatan
v Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang 9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya, dengan petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
v Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
kandung kencing
infeksi 11. Tingktkan intake nutrisi
v Jumlah leukosit dalam batas normal 12. Berikan terapi antibiotik bila perlu

v Menunjukkan perilaku hidup sehat


Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular
6. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
Diangosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC
Keperawatan
14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif

3. Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Personal hyegene managemen
diri b.d imobilitas diharapakan pasien menunjukkan kebersihan diri 1. Kaji keterbatasan pasien dalam perawatan diri
(nyeri pembedahan) NOC : 2. Berikan kenyamanan pada pasien dengan membersihkan
tubuh pasien (oral,tubuh,genital)
v Kowlwdge : disease process
3. Ajarkan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan
v Kowledge : health Behavior diri
Kriteria Hasil : 4. Ajarkan kepada keluarga pasien dalam menjaga
kebersihan pasien
v Pasien bebas dari bau
v Pasien tampak menunjukkan kebersihan
v Pasien nyaman
DAFTAR PUSTAKA

1. Alzahidy. 2018. Journal: Causes and Management of Ovarian Cysts. The


Egyptian Journal of Hospital Medicine (January 2018) Vol. 70 (10), Page
1818-1822
2. Fajriyah. Dkk. 2014. Hubungan Antara Usia dan Paritas Ibu Dengan Kejadian
Kista Ovarium di RSUD’45 Kuningan Periode 01-Januari – 30 November
Tahun 2014. Cirebon: Akbid Muhammadiyah Cirebon.
3. Rysbka, dkk.. 2018. Journal: Pathogenesis and pathophysiology of ovarian
follicular cysts in mammals. DOI: 10.2478/acb-2018-0019. Medical Journal
of Cell Biology 2018
4. Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. 2014. Ilmu Kandungan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Fatkhiyah N.. 2019. Faktor Risiko Kejadian Kista Ovarium Pada Wanita Usia
Reproduksi Di Rskia Kasih Ibu Kota Tegal. Jurnal: Bhamada JTIK Vol.10
No.1
6. NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Alih bahasa: Budi Anna Keliat, dkk. Jakarta: EGC

13
LAPORAN KASUS
KLIEN DENGAN KISTA OVARIUM
I. PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 61 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Bulut Suban, Air Hitam Sarolangun
Status perkawinan : Cerai mati
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
No Register : 08.05.45
Diagnosa medis : Kista ovarium
Tanggal masuk : 27 Februari 2021
Tanggal pengkajian : 1 Maret 2021
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 34 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Berkebun
Hubungan dengan pasien : Anak
Alamat : Desa Bulut Suban, Air Hitam Sarolangun
B. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Klien mengeluh nyeri hilang timbul pada perut bagian bawah, perut terasa
membesar dan keras semenjak ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
C. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Klien mengatakan mengalami nyeri pada area perut dan terasa kencang dan
sering kembung ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Nyeri yang dirasakan
klien hilang timbul. Nyeri yang dirasakan klien terkadang menjalar hingga ke
area panggul. Setelah dilakukan tindakan operasi nyeri yang dirasa klien
berkurang tidak seperti sebelum di operasi. Nyeri yang dirasakan klien saat
ini pada area operasi terutama saat melakukan pergerakan miring kanan,
miring kiri dan saat di tekan. Nyeri yang dirasakan klien saat ini tidak
menjalar dan skala nyeri 4.
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Klien mengatakan perutnya sering terasa kembung dan nyeri. Klien
sebelumnya belum pernah mengalami penyakit seperti ini.
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit serupa seperti
klien.
F. RIWAYAT OBSTERTI GINEKOLOGI
1. RIWAYAT GINEKOLOGI
a. Riwayat menstruasi
1) Menarche : klien mulai menstruasi usia 13 tahun
2) Lamanya haid : klien mengatakan haid ± 1 minggu (7 hari)
3) Siklus : klien mengatakan dulu haidnya teratur 1 bulan
sekali dan saai ini klien mengatakan sudah menopause.
4) Sifat darah : haid berwarna merah dan cair
b. Riwayat perkawinan (suami dan istri)
1) Usia perkawinan : 41 tahun
2) Pernikahan yang ke : 2
c. Riwayat kontrasepsi
1) Jenis kontrasepsi yang digunakkan : tidak menggunakan KB
2) Waktu dan lama penggunaan :-
Penggunaan pil KB :-
Penggunaan KB suntik 3 bulan :-
3) Masalah dalam penggunaan :-
2. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G6 P6 A0
Keadaan
Tipe Jenis BB Komplikasi
No Tahun Penolong Bayi Saat
Persalinan Kelamin Lahir Nifas
Lahir
1 1973 Normal Dukun Laki-laki Sehat Tidak ada
2. 1975 Normal Dukun Laki-laki Sehat Tidak ada
3. 1978 Normal Dukun Laki-laki Sehat Tidak ada
4. 1980 Normal Dukun Laki-laki Sehat Tidak ada
5. 1983 Normal Dukun Laki-laki Sehat Tidak ada
6. 1987 Normal Dukun Perempuan Sehat Tidak ada

G. DATA BIOLOGIS
a. Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari/ Activity Daily Living (ADL)
ADL
No. (Activity Sebelum sakit Setelah sakit
Daily Living)
1. Nutrisi : Klien mengatakan Klien makan sesuai
Makan makan 3x dalam satu dengan menu diet dari
hari. Makanan pokok RS. Klien mengatakan
yang dikonsumsi klien hanya sanggup
ialah nasi. Klien juga menghabiskan ½ porsi
mengonsumsi sayur dan makanan dikarenakan
lauk (tahu/tempe/ikan) perutnya masih terasa
setiap hari. Porsi makan penuh dan terasa
klien dalam 1x makan kencang.
ialah 1 porsi. Serta klien
mengatakan tidak ada
pantangan makan.
Minum Klien minum ± 5 gelas Klien minum ± 3000 ml
dalam sehari, karena jika dalam sehari, karena
terlalu banyak minum jika minum banyak
klien mengatakan terasa perutnya akan terasa
kembung pada area penuh.
perut.
2. Istirahat dan tidur
Malam Klien mengatakan tidur Klien mengatakan tidur
malam ±7 Jam dari pukul malam ± 6 jam dari
22.00 wib s/d 05.00 wib. pukul 23.00 wib s/d
05.00 wib.
Siang Klien mengatakan Klien mengatakan bisa
istirahat siang ± 1 jam istirahat siang saat
dari pukul 12.00 wib s/d dirumah sakit.
14.00 wib
3. Eliminasi
BAK Klien BAK ± 5 kali Urin klien ±2500cc
dalam sehari, berwarna berwarna kuning pekat.
kekuningan.
BAB Klien BAB 1 x dalam Selama di RS klien
sehari belum ada BAB dan
flatus.
4. Personal Hygine Klien mandi 2x dalam Selama di RS klien
sehari yaitu pagi dan mengatakan mandi 2x
sore hari, menggosok dalam sehari yaitu pagi
gigi 2x sehari dan dan sore dengan di seka
mengganti pakaian 2x menggunakan tisu
sehari setelah mandi. basah.
Klien
mengatakan mandi
menggunakan sabun.
5. Mobilitas dan Klien mengatakan Klien mengatakan
aktivitas mampu melakukan setelah operasi aktivitas
klien dibantu oleh
mobilisasi dan aktivitas keluarga, dan mobilisasi
secara mandiri. dilakukan secara
perlahan (berjalan).

b. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum
Kondisi umum klien : tampak lemah, klien mengatakan merasa
kedinginan, mengeluh mual.
Tingkat kesadaran : Compos mentis ( E 4, M 6, V5)
TTV :
 TD : 130/80 mmHg
 N : 80 x/menit
 RR : 20x/menit
 Suhu : 35, 6°C.
 BB/TB : 45 kg/150 cm
b. Sistem Pernafasan : pergerakan dada simetris, traktil permitus, bunyi
nafas vesikuler.
c. Sistem kardiovaskuler : konjungtiva ananemis, mukosa bibir tampak
pucat, bunyi jantung norml s1 dan s2 reguler, CRT < 2 detik, pada
ekstremitas tidak ditemukannya edema dan varises.
d. Sistem pencernaan : bising usus (+) tetapi suara bising usus lemah, flatus
(-), belum BAB selama di RS.
e. Sistem persyarafan : status mental baik
f. Sistem panca indra : pandangan tampak jelas, pendengaran baik dan
tidak ditemukan sekret, klien mampu merasakan rasa makanan, mencium
bau-bauan, serta terasa saat diberikan stimulus berupa sentuhan.
g. Sistem perkemihan : Klien terpasang kateter, warna urin kuning pekat.
h. Sistem integumen : Kulit klien teraba hangat, luka post operasi tampak
kering tidak ditemukan perdarahan.
i. Sistem muskuloskeletal : Tidak adanya deformitas pada ekstremitas klien,
kekuatan otot baik.
j. Sistem reproduksi : pada area genitalia eksterna klien tampak bersih.

c. Obat-obatan
Oral
a. Ciproflaxine 3x1
b. Ketoprofen 3x1
c. Omeprazole 3x1
Injeksi
Injeksi ceftriaxone 3 x 1 gr
Injeksi Asam Tranexamat 3 x 500 gr
Injeksi ketorolac 3 x 1
Injeksi ranitidine 3x 1
Infus
RL 30 tpm
D5 30 tpm
Inf Metrodinazole 3x1
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Pre Op Hasil Post Nilai Rujukan Keterangan
Op
Hemoglobin 11,9 11,1 11,0 – 15,0 Menurun

Leukosit 9,35 12,09 4.000-10.000 Meningkat

Hematokrit 34 32,5 37 – 47 Menurun

Trombosit 433 335 150.0000- Normal


350.000
Eritrosit 4,15 3,85 4,00-5,00 Menurun

MCV 81,9 84,3 80-100 Normal

MCH 28,7 28,9 27-34 Normal

MCHC 35 34,2 32-36 Normal

RDW 11 10,7 11-16 Menurun


Basofil 0,3 0,1 0,1-1 % Normal

Esofil 1,6 2,2 0,5-5 % Normal

Neutrofil 75,9 89,4 50-70 % Meningkat

Limfosit 15,1 30,3 20-40% Normal

Monosit 7,1 5 3- 12 % Normal

ANALISA DATA
No. Hari, tanggal / Kemungkinan
Data Problem
jam penyebab
1. Senin, 01 Maret DS : klien merasa Hipotermi Terpapar suhu
2021/ 15.00 wib kedinginan lingkungan
DO : klien yang rendah.
tampak
menggigil, kulit
teraba dingin,
mukosa bibir
pucat dan suhu
tubuh klien
35,6°C
2. Senin, 01 Maret DS : klien Nyeri akut Agen
2021/ 15.00 wib mengatakan area pencedera fisik
bekas operasinya (prosedur
mengalami nyeri operasi)
terutama saat
miring kiri dan
miring kanan.
Nyeri tidak
menjalar kearea
lain.
No. Hari, tanggal / Kemungkinan
Data Problem
jam penyebab
DO : klien
tampak meringis,
skala nyeri 4.
3. Senin, 01 Maret DO : Resiko Infeksi Efek prosedur
Adanya luka bekas invasive
2021/ 15.00 wib
operasi laparatomi
4. Senin, 01 Maret DS : klien Disfungsi Pembedahan
2021/ 15.00 wib mengatakan motilitas
belum ada BAB gastrointestinal
dan flatus selama
di RS. Klien
mengatakan
hanya sanggup
menghabiskan ½
porsi makanan
dikarenakan
perutnya masih
terasa penuh dan
terasa kencang,
mengeluh mual.
DO : bising usus
(+) tetapi suara
bising usus lemah
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Paraf
No. Hari, tanggal/jam Diagnosis Keperawatan

1. Senin, 01 Maret Hipotermi berhubungan dengan Terpapar


2021/ 15.00 wib suhu lingkungan yang rendah ditandai
dengan klien merasa kedinginan klien
tampak menggigil, kulit teraba dingin,
mukosa bibir pucat dan suhu tubuh klien
35,6°C
2. Senin, 01 Maret Nyeri akut berhubungan dengan agen
2021/ 15.00 wib pencedera fisik (prosedur operasi)
ditandai dengan klien mengatakan area
bekas operasinya mengalami nyeri
terutama saat miring kiri dan miring
kanan. Nyeri tidak menjalar kearea lain.
Klien tampak meringis, skala nyeri 4.
3. Senin, 01 Maret Resiko Infeksi berhungan dengan efek
2021/ 15.00 wib prosedur invasive ditandai dengan adanya
luka bekas operasi laparatomi
4. Senin, 01 Maret Disfungsi motilitas gastrointestinal
2021/ 15.00 wib berhubungan dengan pembedahan
ditandai dengan klien mengatakan belum
ada BAB dan flatus selama di RS setelah
operasi. Klien mengatakan hanya
sanggup menghabiskan ½ porsi makanan
dikarenakan perutnya masih terasa penuh
dan terasa kencang, mengeluh mual.
Bising usus (+) tetapi suara bising usus
lemah
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Perencanaan Paraf
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipotermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam 1. Monitor suhu tubuh
dengan Terpapar suhu diharapkan termoregulasi klien baik. 2. Identifikasi penyebab hipotermia (misal
lingkungan yang rendah Kriteria hasil : terpapar suhu lingkungan rendah, pakaian
ditandai dengan klien merasa Suhu dalam rentang normal (36°C- 37,5°C) tipis)
kedinginan klien tampak 3. Sediakan lingkungan yang hangat (atur suhu
menggigil, kulit teraba ruangan).
dingin, mukosa bibir pucat 4. Lakukan penghangatan pasif (menggunakan
dan suhu tubuh klien 35,6°C selimut)
5. Lakukan penghangatan aktif eksternal
(kompres hangat)
6. Anjurkan untuk minum hangat
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam 1. Identifikasi karakteristik, lokasi, intensitas,
dengan agen pencedera fisik diharapkan nyeri klien berkurang. frekuensi, durasi dan intensitas nyeri
(prosedur operasi) ditandai Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
dengan klien mengatakan 1. Klien melaporkan nyeri berkurang 3. Identifikasi respon nonverbal klien
area
bekas operasinya mengalami

23
Perencanaan Paraf
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
nyeri terutama saat miring 2. Klien mampu menggunakan teknik 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
kiri dan miring kanan. Nyeri nonfarmakologi yang di ajarkan pada klien. memperingan nyeri.
tidak menjalar kearea lain. 5. Fasilitasi istirahat dan tidur klien
Klien tampak meringis, skala 6. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
nyeri 4. mengurangi nyeri dengan metode nafas dalam
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
8. Kolaborasi pemberian analgetik (Injeksi
keterolac 30 mg/1ml, dan Ketoprofen 500 mg
3x1tablet)
Resiko Infeksi berhungan Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam Pencegahan Infeksi :
dengan efek prosedur invasive diharapkan tidak ada tanda- tanda Infeksi pada luka 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
operasi, dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan konsumsi makanan dan cairan bernutrisi
ditandai dengan adanya luka 1. Tidak ada kenaikan suhu tubuh (mengkonsumsi putih telur, ikan gabus) untuk
bekas operasi laparatomi 2. Keadaan luka sayatan tidak terasa panas, tidak penyembuhan luka, makan buah dan sayur serta
tampak kemerahan, pembengkakan dan banyak mengkonsumsi air putih.
peradangan. 3. Kolaborasi pemberian metronidazole 3x1, inj.
3. Luka klien tampak kering dan tidak berair Ceftriaxone 2 gr

Perawatan luka
1. Monitor karakteristik luka dan tanda- tanda infeksi
pada luka sayatan
Perencanaan Paraf
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
2. Mencuci tangan sebelum membersihkan luka
3. Ganti perban luka dengan perawatan steril
Disfungsi motilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam 1. Monitor suara usus klien
gastrointestinal berhubungan diharapkan motalias gastrointestinal klien baik. 2. Monitor perasaan kembung, distensi abdomen.
dengan pembedahan ditandai Kriteria hasil : 3. Monitor asupan makan klien
dengan klien mengatakan 1. Bising usus (+) suara bising usus kuat 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
belum ada BAB selama di RS 2. Kembung (-). konstipasi.
dan klien jarang kentut hanya 3. Klien mampu BAB 5. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
1 kali setelah operasi. Klien 6. Anjurkan menghindari kondisi yang
mengatakan hanya sanggup menyebabkan udara tertelan secara berlebihan
menghabiskan ½ porsi (misal minum minuman berkarbonasi, makan
makanan dikarenakan dengan cepat).
perutnya masih terasa penuh 7. Kolaborasikan pemberian obat untuk
dan terasa kencang. Mual dan pencegahan infeksi :
muntah 2x saat duduk. Bising Injeksi Ceftriaxone 1gr/5ml
usus (+) tetapi suara bising Clyndamicin
usus lemah Ciproflaxine
Perencanaan Paraf
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
8. Kolaborasikan pemberian obat injeksi ranitidine
25mg/1ml untuk mengatasi produksi asam
lambung.

4. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tanggal : 01 Maret 2021
Waktu :16.00 wib
Diagnosa keperawatan Implementasi Tanggal/waktu Evaluasi Paraf
Hipotermi berhubungan 1. Memonitor suhu tubuh Senin, 04 S : klien mengatakan rasa dingin sedikit
dengan Terpapar suhu 2. mengidentifikasi penyebab hipotermia Januari 2021/ berkurang.
lingkungan yang rendah (terpapar suhu lingkungan rendah, 16.00 wib O : suhu tubuh klien naik 0,4 °C dari 35,6°C
pakaian tipis) menjadi 36 °C.
3. Menyediakan lingkungan yang hangat : A : masalah teratasi
 mengatur suhu ruangan dari suhu P : hentikan intervensi
16°C ke suhu 21°C.
 Memindahkan posisi tempat tidur
klien (tidak dibawah AC).
Diagnosa keperawatan Implementasi Tanggal/waktu Evaluasi Paraf
4. melakukan penghangatan pasif
(menggunakan selimut)
5. melakukan penghangatan aktif eksternal
(kompres hangat)
6. menganjurkan untuk minum hangat
Nyeri akut berhubungan 1. Mengidentifikasi karakteristik, lokasi, Senin, 04 S : Nyeri dirasakan sedikit berkurang saat
dengan agen pencedera intensitas, frekuensi, durasi dan intensitas Januari 2021/ beristirahat dan menarik nafas dalam.
fisik (prosedur operasi) nyeri 18.00 wib O : skala nyeri yang saat ini dirasakan klien
2. Mengidentifikasi skala nyeri skala 3.
3. Mengidentifikasi respon nonverbal klien A : masalah teratasi sebagian
4. Mengidentifikasi faktor yang P : lanjutkan intervensi point 2,3,5,6,8.
memperberat dan memperingan nyeri.
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur klien
6. Memberikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri dengan metode
nafas dalam
7. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
8. Mengkolaborasi pemberian analgetik :
Diagnosa keperawatan Implementasi Tanggal/waktu Evaluasi Paraf
Injeksi keterolac 30 mg/1 ml
Ketoprofen 500 mg 3x1 tablet

Tanggal : 02 Maret 2021


Pukul : 14.00 wib
Diagnosa keperawatan Implementasi Tanggal/waktu Evaluasi Paraf
Nyeri akut berhubungan 1. Mengidentifikasi skala nyeri Selasa, 02 S : klien mengatakan nyeri berkurang setelah
dengan agen pencedera 2. Mengidentifikasi respon nonverbal klien Maret 2021/ dilakukan nafas dalam dan minum obat
fisik (prosedur operasi) 3. Memfasilitasi istirahat dan tidur klien 14.00 wib O : klien tampak lebih tenang dan tidak
4. Memberikan teknik nonfarmakologi meringis
untuk mengurangi nyeri dengan metode A : Masalah teratasi
nafas dalam P : Hentikan Intervensi
5. Mengkolaborasi pemberian analgetik :
Injeksi keterolac 30 mg/1 ml

Ketoprofen 500 mg 3x1 tablet


Diagnosa keperawatan Implementasi Tanggal/waktu Evaluasi Paraf
Resiko Infeksi berhungan 1. Monitor karakteristik luka dan tanda- tanda Selasa, 02 S : -
dengan efek prosedur infeksi O : Tidak ada tampak bengkak atau kemerahan di
Maret 2021/
2. Mencuci tangan sebelum membersihkan luka sekitar luka klien
invasive ditandai dengan 14.00 wib A : Risiko Infeksi b.d efek prosedur invasif
3. Ganti perban luka dengan perawatan steril
adanya luka bekas operasi 4. Memonitor vital sign P : Masalah teratasi sebagian dan lanjutkan
laparatomi 5. Menganjurkan klien menghindari perubahan intervensi:
posisi mendadak 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
6. Anjurkan keluarga dalam pemenuhan 2. Anjurkan konsumsi makanan dan
kebutuhan nutrisi klien secara oral cairan bernutrisi tinggi protein
7. Mengkolaborasikan pemberian pronalges (mengkonsumsi putih telur, ikan
dan metronidazole gabus) untuk penyembuhan luka,
makan buah dan sayur serta banyak
mengkonsumsi air putih
3. Ganti perban luka dengan perawatan
steril
4. Ajarkan keluarga dalam pemenuhan
personal hygine klien
Disfungsi motilitas 1. Monitor suara usus klien Selasa, 02 S : Klien mengatakan perutnya masih terasa
gastrointestinal 2. Monitor perasaan kembung, distensi Maret 2021/ penuh, belum ada BAB dan buang angin
berhubungan dengan abdomen. 14.00 wib (flatus)
pembedahan 3. Monitor asupan makan klien O :Bising usus terdengar kuat.
A : Masalah teratasi sebagian
Diagnosa keperawatan Implementasi Tanggal/waktu Evaluasi Paraf
4. Berikan makanan tinggi serat untuk P : lanjutkan intervensi obat
mencegah konstipasi.
5. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
6. Anjurkan menghindari kondisi yang
menyebabkan udara tertelan secara
berlebihan (misal minum minuman
berkarbonasi, makan dengan cepat).
7. Kolaborasikan pemberian obat untuk
pencegahan infeksi :
Injeksi Ceftriaxone 1gr/5ml
Clyndamicin
Ciproflaxine
8. Kolaborasikan pemberian obat injeksi
ranitidine 25mg/1ml untuk mengatasi
produksi asam lambung
31

Anda mungkin juga menyukai