Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT STROKE

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah kesehata masyarakat

Dosen Pengampu : Dr. Demsa Simbolon, S.KM., M.KM

Oleh Kelompok 5:

1. Anisah Istiqoma R P0 5130221 054


2. Hanifia Marzahra P0 5130221 068
3. Pitrah Tul Jannah P05130221082
4. Zelfi Tri Murdianti P05130221096
5. Deswita Maharani P0 5130221 061
6. Mita Apriani P0 5130221 075
7. Sela Maria P0 5130221 089

KELAS 1B

PRODI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “tingkat
pencegahan penyakit stroke ” ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Dr. Demsa Simbolon, S.KM., M.KM selaku dosen Mata Kuliah kesmas. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “tingkat pencegahaan penyakit stoke”
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari Ibu Dr. Demsa Simbolon, S.KM., M.KM . selaku dosen
Mata Kuliah kesmas kami terima dengan senang hati demi harapkan kesempurnaan makalah
kami.

Semoga tugas makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua

Bengkulu ,16 oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAAN.......................................................................................................3
A. Pengertian diabetes melitus.............................................................................................3
B. Klasifikasi diabetes melitus.............................................................................................3
C. Diagnosa diabetes melitus...............................................................................................6
D. Faktor resiko diabetes melitus........................................................................................6
E. Pencegahan diabetes melitus...........................................................................................7
F. Diet penderita penyakit stroke........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi saraf yang diakibatkan oleh penyakit
pembuluh darah otak, bukan oleh sebab yang lain (WHO). Gangguan fungsi syaraf pada
stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Gangguan syaraf tersebut menimbulkan gejala antara lain: kelumpuhan wajah
atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan kesadaran,
gangguan penglihatan, dan lain-lain. Stroke merupakan penyebab disabilitas nomor satu
dan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung iskemik baik di
negara maju maupun berkembang.
Stroke dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang akan menurunkan
status kesehatan dan kualitas hidup penderita stroke, di samping itu akan menambah
beban biaya kesehatan yang ditanggung keluarga dan negara.terdapat beberapa faktor
yang meningkatkan risiko stroke. Selain stroke, faktor risiko ini juga dapat meningkatkan
risiko serangan jantung,Hipertensi,Diabetes. Kolesterol tinggi. Obesitas.Penyakit jantung,
seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi jantung.dan salah satu faktor
yang akan kita bahas adalah diabetes melitus

B. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian dari diabetes melitus?
B. Apa saja klasifikasi diabetes melitus?
C. Apa saja diagnosa dari diabetes melitus?
D. Apa saja faktor faktor risiko dari diabetes melitus?
E. Bagaimana cara pencegahan diabetes melitus?
1. Pencegahan primer
2. Pencegahan sekunder
3. Pencegahan tersier
F. Apa itu diet penderita penyakit stroke?

1
C. Tujuan Penulisan
1.untuk mengentahui pengertian diabetes melitus
2.untuk mengentahui apa sajaklasifikasi diabetes melitus
3.untuk mengentahui apa saja diagnosa dari diabetes melitus
4.untuk mengentahui apa saja faktor risiko dari diabetes melitus
5.untu mengentahui bagaimana cara pencegahan diabetes melitus
6.untuk mengentahui diet penderita penyakit stroke

D. Manfaat Penulisan
1.mampu menganalisis pengertian dan klasifikasi dari diabetes meletus
2.mampu memahami diagnosa dan faktor risiko dari diabetes melitus
3.mampu memahami pencegahan diabetes melitus

2
BAB II
PEMBAHASAAN

A. Pengertian diabetes melitus


Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) pengertian penyakit diabetes adalah
suatu gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid
dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin.
Ya, pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sedangkan tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat
menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), saat ini sudah ada sekitar 150
juta orang yang mengalami diabetes di seluruh belahan dunia. Maka tak heran, kalau
penyakit diabetes semakin menjadi perhatian karena jumlah penderitanya yang terus
bertambah.
Pada pengertian penyakit diabetes ini apabila kondisinya secara terus-
menerus dapat menyebakan kerusakan pada dinding pembuluh darah dan
mengakibatkan komplikasi pada berbagai organ penting di dalam tubuh seperti
jantung koroner, stroke, obesitas, serta gangguan pada mata, ginjal, dan saraf.
Sebagian besar penderitanya mengaku bahwa mereka baru menyadari adanya
penyakit diabetes setelah muncul komplikasi serius seperti gangguan mata atau
gangguan ginjal. Karenanya, mengetahui kehadiran penyakit ini sedini mungkin
menjadi suatu hal yang sangat penting.

B. Klasifikasi diabetes melitus


Berikut adalah ulasan masing-masing klasifikasi diabetes melitus:
1.Diabetes 1
adalah penyakit autoimun kronis yang terjadi ketika tubuh kurang atau sama
sekali tidak dapat menghasilkan hormon insulin.Padahal, insulin dibutuhkan untuk
menjaga kadar gula darah tetap normal. Kondisi ini lebih jarang terjadi dibandingkan
DM tipe 2.Umumnya, diabetes tipe 1 terjadi dan ditemukan pada anak-anak, remaja,
atau dewasa muda, meski bisa terjadi pada usia berapa pun.Diabetes tipe 1

3
kemungkinan besar disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang seharusnya
melawan patogen (bibit penyakit) malah keliru sehingga menyerang sel-sel penghasil
insulin di pankreas (autoimun).Kekeliruan sistem imun pada tersebut bisa dipengaruhi
oleh faktor genetik dan paparan virus di lingkungan.Oleh karena itu, orang yang
memiliki riwayat keluarga dengan jenis diabetes ini berisiko tinggi terkena penyakit
ini.Sering kali penderita DM tipe 1 memerlukan terapi insulin seumur hidup untuk
mengendalikan gula darahnya.

2. Diabetes tipe 2
Jenis diabetes ini lebih umum terjadi dibandingkan tipe 1. Mengutip dalam
laman CDC, diperkirakan sekitar 95 persen kasus kencing manis adalah diabetes tipe
2. Secara umum, jenis diabetes ini dapat menyerang siapa saja pada semua kalangan
usia.Namun, diabetes tipe 2 biasanya lebih mungkin terjadi pada orang dewasa dan
lansia karena faktor gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang gerak dan kelebihan
berat badan.Gaya hidup tak sehat menyebabkan sel-sel tubuh kebal atau kurang
sensitif merespons hormon insulin. Kondisi ini disebut juga dengan resistensi insulin.
Akibatnya, sel-sel tubuh tidak dapat memproses glukosa dalam darah
menjadi energi dan glukosa pun akhirnya menumpuk di dalam darah.
Untuk mengatasi gejala diabetes tipe 2, pasien perlu menjalani polah hidup diabetes
yang lebih sehat, seperti mengatur pola makan dan memperbanyak aktivitas fisik.
Dokter juga mungkin akan memberikan obat diabetes untuk menurunkan
gula darah yang tinggi dalam perawatan DM tipe 2.Tidak seperti DM tipe 1 yang
memerlukan tambahan insulin, pengobatan melalui terapi insulin tidak umum
dilakukan untuk mengendalikan gula darah pada DM tipe 2.

3. Diabetes tipe 3
penyakit AlzheimerDiabetes tipe 3 adalah kondisi yang disebabkan oleh
kurangnya suplai insulin ke dalam otak.Minimnya kadar insulin dalam otak dapat
menurunkan kerja dan regenerasi sel otak sehingga memicu terjadinya penyakit
Alzheimer.Penyakit Alzheimer sendiri termasuk ke dalam penyakit neurodegeneratif
atau penurunan fungsi otak yang terjadi secara perlahan akibat berkurangnya jumlah
sel-sel otak yang sehat.Kerusakan sel otak tersebut ditandai dengan penurunan
kemampuan berpikir dan mengingat.Suatu studi dari jurnal Neurology menunjukkan
risiko Alzheimer dan demensia bisa berkali lipat lebih tinggi pada penderita diabetes

4
dibandingkan dengan individu yang sehat.Dijelaskan dalam studi tersebut hubungan
antara diabetes dan Alzheimer sebenarnya merupakan hal yang kompleks.
Penyakit Alzheimer pada penderita diabetes kemungkinan disebabkan oleh
resistensi hormon insulin dan tingginya kadar gula dalam darah sehingga
menyebabkan kerusakan dalam tubuh, termasuk kerusakan dan kematian sel-sel otak.
Kematian sel-sel otak tersebut disebabkan otak tidak memperoleh glukosa
yang cukup. Padahal otak adalah organ vital tubuh yang paling banyak memerlukan
gula darah (glukosa).Sementara itu, otak sangat bergantung pada hormon insulin
untuk dapat menyerap glukosa.Saat otak tidak memiliki cukup insulin, asupan glukosa
ke otak akan berkurang. Akibatnya distribusi glukosa menuju otak tidak merata dan
sel otak yang tidak mendapatkan glukosa akan mengalami kematian dan memicu
munculnya Alzheimer.
Meskipun demikian, terdapat mekanisme lain yang menjelaskan bahwa
Alzheimer bisa saja terjadi dengan sendirinya tanpa mengikut penyakit diabetes.
Namun, keduanya dipicu oleh faktor risiko yang serupa, yaitu pola konsumsi
tinggi karbohidrat dan glukosa.Terlebih lagi pengobatan diabetes tipe 1 dan 2 tidak
mempengaruhi kadar insulin otak sehingga tidak memiliki dampak positif terhadap
penanganan penyakit Alzheimer.Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut masih
diperlukan untuk memahami mekanisme kondisi diabetes memicu terjadinya
Alzheimer.

4. Diabetes gestasional
isiko diabetes gestasionalDiabetes gestasional adalah jenis diabetes yang
terjadi pada ibu hamil. Tipe diabetes ini terjadi selama kehamilan bisa menyerang ibu
hamil, walau tidak memiliki riwayat diabetes.Menurut American Pregnancy
Association, klasifikasi diabetes ini muncul karena plasenta ibu hamil akan terus
menghasilkan sebuah hormon khusus.
Nah, hormon inilah yang menghambat insulin bekerja dengan efektif.
Akibatnya, kadar gula darah Anda pun menjadi tidak stabil selama
kehamilan.Sebagian besar wanita tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami
diabetes jenis ini karena seringnya diabetes gestasional tidak memunculkan gejala dan
tanda yang spesifik
Kabar baiknya, kebanyakan wanita yang mengalami jenis diabetes ini akan
sembuh selepas melahirkan.Agar tidak menimbulkan komplikasi, ibu hamil yang

5
mengalami tipe diabetes melitus ini perlu mengecek kesehatan dan kehamilannya
pada dokter secara rutin. Selain itu, gaya hidup juga perlu diubah jadi lebih
sehat.Wanita yang hamil di usia 30 tahun, memiliki berat badan berlebih, pernah
mengalami keguguran atau bayi lahir mati (stillbirth), atau punya riwayat penyakit
hipertensi dan PCOS, berisiko tinggi mengalami diabetes gestasional.

C. Diagnosa diabetes melitus


Diagnosis diabetes mellitus tipe 1 dimulai dari anamnesis (terutama 3 gejala
klasik diabetes: poliuria, polidipsi, dan polifagia), pemeriksaan fisik (tidak hanya
terkait diabetes tetapi juga komplikasinya), serta pemeriksaan penunjang

Diagnosis diabetes mellitus tipe 2 ditegakkan berdasarkan anamnesis


mengenai gejala klasik diabetes, pemeriksaan fisik terkait komplikasi diabetes, serta
pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan kadar gula darah, tes toleransi glukosa
oral, serta HbA1c untuk kontrol keberhasilan terapi.

D. Faktor resiko diabetes melitus


Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe-2 (DMT2)
Seperti pada beberapa penyakit lainnya,DMT2 juga punya faktor resiko yang
membuat seseorang akan lebih mudah menjadi penderita. Penyakit ini sebenarnya
bisa dihindari dengan mengenali apa saja faktor risiko yang dimiliki oleh
seseorang.Secara umum, faktor resiko penyakit ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah.
Faktor risiko yang dapat diubah erat kaitannya dengan perilaku sehari-hari,
atau gaya hidup seseorang. Gaya hidup tidak sehat seperti kelebihan berat badan
(obesitas), hipertensi (tekanan darah tinggi), kurang aktivitas fisik, merokok, riwayat
kolesterol, dan pola makan yang tidak sehat membuat seseorang berisiko tinggi untuk
menjadi penderita diabetes.
Sedangkan faktor yang tidak dapat diubah biasanya terkait dengan kondisi
bawaan dari seseorang itu sendiri, faktor tersebut diantaranya adalah usia yang sudah
di atas 45 tahun, riwayat keluarga dengan orang tua yang juga penderita diabetes,

6
riwayat diabetes saat kehamilan (gestasional), bayi dengan riwayat BBLR (berat bayi
lahir rendah: <2,5 kg) dan riwayat melahirkan bayi dengan berat badan sang bayi
lebih dari 4 kg.

E. Pencegahan diabetes melitus


Pencegahan diabetes melitus terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Pencegahan primer

ditujukan untuk kelompok beresiko yang dapat dilakukan dengan penyuluhan


tentang pola hidup sehat melalui program penurunan berat badan untuk mencapai berat badan
ideal, latihan jasmani, dan hentikan kebiasaan merokok maupun intervensi farmakologis.

2.Pencegahan sekunder

adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang
telah terdiagnosis DM. Pencegahan sekunder meliputi pengendalian kadar glukosa dan faktor
resiko penyulit, melakukan deteksi dini adanya penyulit dan program penyuluhan yang
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program
pengobatan sehingga mencapai target terapi yang diharapkan.

3.Pencegahan tersier

ditujukan pada kelompok penderita diabetes yang telah mengalami penyulit dalam
upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup. Upaya
rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap. Pada upaya
pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi penyuluhan
termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal. Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan komprehensif dan terintegrasi
antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan.

F. Diet penderita penyakit stroke


1. Energi cukup, yaitu 25-45 kkal/kg BB. Pada fase akut energi diberikan 1100-
1500 kkal/hari.

7
2. Protein cukup, yaitu 0,8-1 gr/kg BB. Apabila pasien dalam keadaan gizi kurang
protein diberikan 1,2-1,5 gr/kg BB. Apabila disertai komplikasi Ginjal, protein
diberikan rendah yaitu 0,8 gr/kg BB.
3. Lemak cukup, 20-25% dari kebutuhan total.
4. Karbohidrat cukup, 60-70% dari total kebutuhan.
5. Vitamin cukup, terutama vitamin A, riboflavin, B6, asam folat, B12, C dan E.
6. Mineral cukup, terutama kalsium, magnesium, dan kalium. Penggunaan natrium
dibatasi dengan memberikan garam dapur maksimal 1 ½ sdt/hari
7. Serat cukup
8. Cairan cukup
9. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien.
10. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.

Berdasarkan tahapannya diet pada pasien stroke dibagi menjadi dua fase :

1. Fase Akut (24 – 48 jam)

Apabila keadaan tidak sadarkan diri atau kesadaran menurun, diberikan makanan
parenteral dan dilanjutkan dengan makanan enteral (bisa melalui NGT).

1. Fase Pemulihan

Fase dimana pasien sudah sadar dan tidak mengalami gangguan fungsi menelan
(disfagia). Makanan diberikan peroral secara bertahap dalam bentuk makanan cair, makanan
saring, makanan lunak, dan makanan biasa.Apabila ada disfagia, makanan diberikan secara
bertahap sebagai gabungan antara parenteral nutrisi, peroral, dan NGT.

Makanan yang Dianjurkan :

1. Bahan makanan yang mengandung lemak tak jenuh : minyak yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan (minyak kacang tanah, minyak sawit, minyak jagung, minyak
kedelai, margarine).
2. Sumber hidrat arang : nasi, nasi tim, nunur, roti, gandum, makaroni, pasta,
kentang, ubi, havermout, sereal.
3. Sumber protein : tempe, tahu, oncom, kacang-kacangan, daging tak berlemak,
ayam tanpa kulit, ikan.

8
4. Sayuran yang tidak menimbulkan gas : bayam, buncis, labu kuning, labu siam,
wortel, tauge, tomat, kacang panjang.
5. Makanan yang tidak berlemak dan menggunakan santan encer.
6. Makanan yang ditumis lebih dianjurkan daripada digoreng.

Makanan yang Dibatasi :

1. Sumber hidrat arang : mie, ketan, kue-kue, cake, biskuit, pastries.


2. Sumber protein hewani : daging, ayam, bebek, udang.
3. Sayuran yang mengandung gas : kol, sawi, nangka muda, lobak.
4. Buah-buahan yang mengandung alkohol : nangka tua, anggur, nanas,
durian.
5. Teh kental, tape, kopi.

Makanan yang Dihindari :

1. Bahan makanan yang mengandung lemak jenuh : lemak sapi, babi,


kambing, susu full cream, cream, keju, mentega, minyak kelapa, santan
kental, mayonaise.
2. Daging berlemak dan jeroan : sapi, kambing, babi, otak, limpa, ginjal,
hati, kuning telur, ham, sosis, babat, usus.
3. Minuman yang mengandung soda dan alkohol : arak, bir, soft drink.

Cara Mengatur Diet :

1. Gunakanlah minyak kedelai, minyak sawit, minyak kacang tanah atau


minyak jagung dalam jumlah terbatas (1 sendok makan/hari).
2. Penggunaan daging merah maksimal 2x seminggu.
3. Makanlah ikan sebagai pengganti daging.
4. Batasi penggunaan kuning telur maksimal 2x seminggu.
5. Makan banyak sayur dan buah-buahan segar.
6. Memasak dengan merebus, mengukus, mengungkep, menumis,
memanggang atau bakar.
7. Bila disertai dengan darah tinggi dan atau penyakit jantung diberikan
pula diet rendah garam.
8. Hati-hati dengan minuman atau suplemen berenergi (lebih baik
konsultasi dengan dokter)

9
DAFTAR PUSTAKA
https://rsudkajen.id/pengertian-penyakit-diabetes-faktor-risiko-dan-cara-
pencegahannya/ PENGERTIAN DIABETES MELITUS

https://hellosehat.com/diabetes/tipe-diabetes/ KLASIFIKASI DIABETES


MELITUS

https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/diabetes-mellitus-tipe-2/
diagnosis DIAGNOSA DIABETES MELITUS

https://www.gendhismanis.id/faktor-resiko-diabetes-melitus.html FAKTOR
DIABETES MELITUS

http://www.stikestelogorejo.ac.id/2018/12/08/mengenal-lebih-dekat-diabetes-melitu

PENCEGAHAN DIABETES MELITUS

https://rsupsoeradji.id/diet-penyakit-stroke/ DIET PENDERITA PENYAKIT


DIABETES MELITUS

10

Anda mungkin juga menyukai