Anda di halaman 1dari 17

GAYA KEPEMIMPINAN MENURUT LAISSEZ FAIRE

Oleh :
Desty Wulandari : 17010008
Nurul Mutmainah : 17010020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PEKANBARU MEDICAL CENTER

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Gaya Kepemimpinan Menurut Laissez Faire”. Dimana makalah ini merupakan
salah satu dari tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen yang megajar dan teman-teman yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan teman-teman.

Pekanbaru, 25 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang......................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................6


2.1 Definisi Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan............................................6
2.2 Teori Kepemimpinan Laissez-Faire.....................................................................9
2.3 Ciri-Ciri Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire.....................................................10
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Dari Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire...........12
2.5 Analisis Penerapan Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire...................................12

BAB III PENUTUP...........................................................................................................15


3.1 Kesimpulan.............................................................................................................15
3.2 Saran.......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17

LAMPIRAN.......................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan,
khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-
orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu
atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu
mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk
pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181)

Kepemimpinan dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal dengan


menguasai keterampilan dalam menghadapi orang lain dengan efektif (Lefton & Buzzotta,
2004). Keterampilan tersebut adalah menilai orang lain, berkomunikasi, emotivasi dan
menyesuaikan diri. Pemimpin keperawatan yang efektif tidak akan menggunakan cara dan
pendekatan yang sama untuk semua bawahan melainkan membedakan teknik komunikasi
dan cara memotivasi bawahan yang satu dengan yang lainnya.

Kepemimpinan efektif merupakan gaya memimpin yang dapat menghasilkan keluaran


melalui pengaturan kinerja orang lain. Pemimpin harus memastikan bahwa bawahan
melaksanakan pekerjaannya berdasarkan keterampilan dan komitmen yang dimiliki terhadap
pekerjaan untuk menghasilkan keluaran yang terbaik (Leffton & Buzzotta, 2004). Gaya
kepemimpinan sangat mempengaruhi produktifitas kerja.

Sebagaimana yang sedang terjadi di negara kita saat khususnya, krisis kepemimpinan
melanda dimana sebagian besar seseorang yang dijadikan pemimpin tidak menjalankan

4
perannya dengan baik, baik dilihat dari sisi kecakapan, sikapnya dalam menjalankan
kepemimpinannya dan kurangnya kepercayaan dari karyawan. Tidak jarang seorang
pemimpin dibenci oleh karyawannya sehingga hal ini bisa memicu ketidak harmonisan,
konflik internal, motivasi kerja sampai pencapaian produktivitas kerja yang menurun.

Teori kepemimpinan Laissez-faire , secara sempit dapat diartikan sebagai


kepemimpinan dengan gaya yang bebas, gaya kepemimpinan yang seperti ini harus dikenali
dengan baik akibat yang akan ditimbulkan dalam sebuah organisasi.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah “Bagaimana gambaran tentang teori
gaya kepemimpinan Laissez-faire”.

1.3. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran dan menjelaskan tentang teori gaya kepemimpinan Laissez-faire.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan kepemimpinan dan gaya
kepemimpinan.
b. Memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud Teori Kepemimpinan Laissez-
Faire
c. Memberikan penjelasan tentang ciri dari teori kepemimpinan Laissez-Faire.
d. Memberikan penjelasan tentang bagaimana kelebihan dan kekurangan Teori
Kepemimpinan Laissez-Faire.
e. Memberihan gambaran tentang hasil analisis dari dilapangan tentang Teori
Kepemimpinan Laissez-Faire.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan (leadership) merupakan intisari manajemen. Dengan kepempinan yang


baik, proses manajemen akan berjalan lancar dan karyawan bergairah melaksanakan tugas-
tugasnya. Gairah kerja, produktivitas kerja, dan proses manajemen suatu perusahaan akan
baik jika tipe, gaya, cara kepemimpinan yang diterapkan manajernya baik.

Salah satu faktor pendukung terciptanya produktivitas tinggi adalah peran pemimpin
yang mampu menampilkan kepemimpinanya secara professional. Eksistensi pemimpin
semakin penting ketika dihadapkan pada situasi dengan keragaman karakteristik dan
kemampuan yang dimiliki anggota organisasi, namun masinmg-masing tetap dituntut untuk
dapat berkontribusi secara optimal bagi oraganisasinya.

Definisi kepemimpinan telah mengalami perkembangan dan pergeseran. Dalam


paradigma lama kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan dan kesiapan yang dimiliki
seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dengan memotivasi, menggerakkan,
mengarahkan, mengajak, menuntun dan jika perlu memaksa mereka untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu. Dalam paradigma baru, kepemimpinan dimaknai secara lebih luas,
bukan sekedar kemampuan mempengaruhi, yang lebih penting adalah kemampuan member
inspirasi kepada pihak lain, agar mereka secara proaktif tergugah untuk melakukan berbagi
tindakan demi tercapainya visi, misi dan tujuan oragnisasi.

Pemimpin organisasi di era baru adalah visi, yang akan memberi arah kemana
organisasi akan dibawa. Dengan demikian siapapun yang mengemban tugas, manajemen
harus tetap merujuk pada visi organisasi, dan menampilkan diri sebagai sosok panutan yang
visioner.

6
Berikut adalah definisi-definisi yang dikemukakan para ahli:

1. Kepemimpinan adalah seni seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar


mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Drs. H.
Malayu S.P. Hasibuan)
2. Kepemimpian adalah kemampuan pribadi untuk menegaskan keputusan yang
memberikan dimensi mutu dan dimensi kesusilaan terhadap koordinasi kegiatan
organisasi dan perumusan tujuannya. (Chester Irving Barnad)
3. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi kegiatan kelompok yang dioraganisasi
menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan (Ralp M.Stogdill)
4. Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari semua sumber dan alat yang
tersedia dalam sebuah organisasi. (Sondang P.Siagian)
5. Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan
keputusan-keputusan (Robert Dubin)
6. Individu di dalam kelompok yang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasian
yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok (Fred E. Friedler)
7. Kepemimpinan adalah pengaruh antarpribadi yang dilaksanakan dalam situasi dan
diarahkan melalui proses komunikasi menuju pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan
spesifik. (Komaruddin Sastradipoera, dalam Jurnal Manajerial Volume 2 Nomor 3
(2003:2))
8. Leadership is the activity of influencing people to cooperate toward some goals which
come to find desirable.
9. Kepemimpinan adalah kegiatan memengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk
mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan. (Ordway Tead)
10. Leadership as te process of influencing the activities of an organized group in it efforts
toward goal setting and goal achievement.
11. Kepemimpinan sebagian proses memengaruhi kegiatan yang diorganisasi dalam
kel;ompok di dalam usahanya mencpai suatu tujuan yang telah ditentukan. (William G.
Scott)
12. Leadership is the art of coordinating and motivating individuals and group to achieve
desired ends.

7
13. Kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memotivasi individu-individu dan
kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan (John D. Pfiffner & Robert
Presthus)
14. Leadership is the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal
and confident.
15. Kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
dengan semangat keyakinan. (Harold Kontz dan Cyrill O’Donel)
16. Leadreship is a process influencing other peoplefor the purpose of achieving shared
goals.
17. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain dengan maksud untuk mencapai
tujuan bersama. (Kae.H.Cung & Leon C.Magginson)
18. Leadership is the process influencing the activities of individual ar agroup in efford
toward goal achievement in a given situation.
19. Kepemimpinan adalan proses mempengaruhi kegiatn individu atau kelompok dalam
usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. (Paul Hersey & Kenett H. Blanchard)
20. Leadership is the process by which a person exert influence over other people and
inspires, motivates, and direct their activities to help achieve group or organizational
goals. The person who exerts such influence is a leader (Gareth R.Jones et al. 2000:463)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan


dapat diartikan sebagai kemempuan atau kekuatan seseorang (pemimpin) untuk
mempengaruhi pemikiran (mindset) orang lalin agar mau dan mampu untuk mengikuti
kehendaknya dan member inspirasi kepada pihak lain untuk merancang sesuatu yang lebih
bermakna. Sedangkan pemimpin adalah orang yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
dan member inspirasi kepada orang lain agar mereka menunjukkan respon tertentu dalam
merealisasikan visi dan misi organisasi.

Esensi pengaruh (influences) dalam konsep kepemimpinan bukanlah semata-mata


berbentuk instruksi melainkan lebih merupakan motivasi atau pemicu (trigger) yang dapat
memberi inspirasi pada bawahan, sehingga inisiatif dan kreativitas mereka dapat
berkembang secara optimal untuk meningkatkan kinerjanya.Sehubungan dengan hal
tersebut, maka yang paling penting dalam mengaplikasikan kepemimpinan adalah

8
bagaimana memanfaatkan faktor-faktor eksternal untuk mengembangkan faktor interbal
sehingga mendorong timbulnya kinerja produkktif. Denagan demikian, kepemimpian
bukanlah sesuatu yang statis karena pola perilaku kepemimpinan yang ditampilkan setiap
orang senantiasa bergerak dinamis mengikuti perubahan tuntutan internal maupun eksternal.

Esensi yang terkandung pada definisi-definisi menunjukkan bahwa kepemimpinan


mencerminkan kulaitas kegiatan kerja dan interaksi kelompok, yang member sumbangan
atau berkontribusi terhadap berkembangnya situasi kerjasama internal maupun eksternal.
Kepemimpinan dan kelompok merupakan dua hal yang tidak da[pat dipisahkan , memiliki
interelasi dan interdependensi yang erat.

Sedangkan gaya kepemimpinan itu sendiri menurut Suyanto (2008) merupakan suatu
pola perilaku yang ditampilkan sebagai pimpinan ketika mencoba mempengaruhi perilaku
orang lain. Oleh karena perilaku yang diperlihatkan oleh bawahan pada dasarnya adalah
respon bawahan terhadap gaya kepemimpinan yang dilakukan pada mereka. Ada pula yang
mendefenisikan sebai berikut, Gaya kepemimpinan adalah teknik-teknik gaya
kepemimpinan dalam mempengaruhi stafnya dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan
kewenangan dan kekuasaan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.

Gaya kepemimpinan berbeda-beda sekalipun mereka menganut sistem yang sama, dan
tidak mesti suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih jelak dari pada gaya
kepemimpinan yang lain. Menurut (Rivai,2003:61), gaya kepemimpinan adalah perilaku dan
strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering
diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.

2.2. Teori kepemimpinan Laissez-faire

Menurut Heidjrachman dan Husnan (1990:224) gaya kepemimpinan dibagi menjadi


tiga macam dimana salah satunya adalah gaya kepemimpinan Laissez-faire. Laissez-faire
berasal dari bahasa prancis yang berarti “tinggalkan itu sendiri”. Gaya kepemimpinan ini
lebih banyak menekankan keputusan kelompok dan memperbolehkan kelompok yang
memimpin dalam menentukan tujuan dan metode mereka yang akan dicapai.

9
Kepemimpinan “membiarkan” artinya pemimpin melepaskan tanggung jawabnya
meninggalkan karyawan tanpa arah, supervisi dan koordinasi yang jelas serta memaksa
karyawan untuk membuat perencanaan, mengimplementasikannya, dan menilainya menurut
apa yang mereka rasakan tepat tanpa adanya suatu standar yang jelas. Dalam kondisi tertentu
pemimpin hanya berfungsi sebagai fasilitator.

Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok serta dalam


bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada bawahan. Pemimpin tidak
membuat peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hanya sedikit melakukan kontak atau
hubungan dengan para bawahan sehingga bawahan dituntut untuk memiliki kemampuan dan
keahlian yang tinggi.

Gaya ini dapat bekerja dengan baik hanya pada bidang yang kecil, atau bilamana
anggota-anggota dari kelompok memiliki tingkat pendidikan yang sama dengan
pemimpinnya dan pemimpin melakukan tugas yang sama dengan anggota-anggotanya.
Dalam beberapa situasi, gaya kepemimpinan Laissez-faire dapat membiarkan orang–orang
merasa kehilangan dan frustasi karena kurangnya bimbingan dari pemimpin. Ketika mereka
mencoba untuk mencapai beberapa tujuan, seringkali hanya menginput dari pemimpin yang
mengerjakan yang salah. Ketika menghadapi keputusan yang sukar, pemimpin laissez-faire
biasanya menghindari membuat sebuah keputusan dengan harapan masalah akan
terpecahkan sendiri.

Gaya kepemimpinan seseorang sebenarnya dapat dilihat dan ditentukan ketika terjadi
komunikasi dengan para pengikutnya. Yaitu dari bagaimana para pengikutnya memberikan
penilaian atas perilaku dari pemimpinnya. Sehingga keefektifan seorang pemimpin
tergantung pada tanggapan para pengikutnya atas perilaku pemimpin yang bersangkutan
pada saat mereka saling.

2.3. Ciri-ciri Gaya Kepemimpinan Laissez-faire

Pandangan seorang pemimpin yang laissez faire memperlakukan para bawahan


sebagai orang-orang yang bertanggung jawab, orang-orang yang dewasa, orang-orang yang
setia dan lain sebagainya.Nilai yang tepat dalam hubungan atasan-bawahan adalah nilai yang
didasarkan kepada saling mempercayai yang besar.

10
Sikap seorang pemimpin yang laissez faire dalam memimpin organisasi:

1. Sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak
sesuai dengan keyakinan dan bisikan hati nuraninya asal saja kepentingan bersama tetap
terjaga dan tujuan organisasi tetap tercapai;
2. Kepentingan dan kebutuhan para bawahan mendapat perhatian besar karena dengan
terpeliharanya kepentingannya dan terpuaskan kebutuhannya para bawahan itu, mereka
akan dengan sendirinya berperilaku positif dalam kehidupan organisasionalnya;
3. Memperlakukan bawahan sebagai rekan sekerja, hanya saja kehadirannya sebagai
pimpinan diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi;
4. Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif;
5. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan
kepada para petugas operasonal, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata
menuntut keterlibatannya secara langsung;
6. Status duo organisasional tidak tertanggu;
7. Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan bertindak yang inovatif dan
kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang besangkutan sendiri;
8. Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja
yang memadai, intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat
yang minimum;

Ciri-cirinya:

1. Pemimpin menyerahkan tanggung jawab pada pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan,


2. Pemimpin memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengemukakan ide, saran,
dab pendapat.
3. Pemimpin menyerahkan kepada bawahan sepenuhnya dalam hal pengambilan
keputusan.
4. Pemimpin percaya bawahannya mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
5. Pemimpin membiarkan bawahannya memilih cara-cara yang dikehendaki dalam
menyelesaikan tugas, (Gillies, 1994 dan La Monica,1986)

Menurut William C. Miller dalam buku Creative Edge :

11
1. Memerintah (tell) contohnya “berdasarkan keputusan saya, ini adalah apa yang saya
ingin anda lakukan”
2. Membujuk (sell) contohnya “Berdasarkan keputusan, saya ingin anda lakukuakan,
karena .........”
3. Berkonsultasi (consul). Contohnya” Sebelum saya membuat kepyutusan saya
menginginkan masukan dari anda.”
4. Meminta Partisipasi (partisipative) contoh “ Kita perlu membuat suatu ke potudan
bersama.”
5. Memdelegasikan (delegate) contoh “ Anda saja yang membuat keputusaan”
2.4. Kelebihan dan Kekurangan dari Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire
1. Kelebihan laissez faire :
a. Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok sehingga
keputusan yang dihasilkan menjadi keputusan bersama.
b. Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan kemampuannya, daya
kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkahkan serta mengembangkan rasa
tanggung jawab.
c. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang dianggap penting sehingga
proses penyelesaianya lebih cepat.
2. Kelemahan laissez faire :
a. Tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik.
b. Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan.
c. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi penyimpangan dari peraturan
yang berlaku dari bawahan serta mengakibatkan salah tindak dan memaka bayak
waktu bila bawahan kurang pengalaman.
2.5. Analisis Penerapan Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irman Somantri, dkk.pada tahun 2006 di RS.
TNI AU TK II “Dr. SALAMUN”, analisis antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan
kerja aspek imbalan didapatkan hubungan yang signifikan, dimana dari hasil penelitian
didapatkan bahwa semakin tinggi tingkat keterlibatan pimpinan dalam mengatur bawahan
maka kepuasan kerja yang muncul semakin tinggi pula. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa kepala ruangan dengan gaya kepemimpinan otoriter dianggap mampu memberikan

12
kepuasan kerja aspek imbalan sebesar 1,398 kali dibandingkan kepala ruangan yang
mempunyai gaya kepemimpinan laissez faire.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daniel Tambunan, dkk. pada 14


responden di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS. HKBP Balige tahun 2012 ditemukan gaya
kepemimpinan kepala ruangan adalah Laissez Faire dengan produktivitas kerja tinggi
sebesar 15,38% dan produktivitas kerja rendah sebesar 84,61%. Gaya ini efektif dijalankan
dalam memimpin apabila perawat di ruangan tersebut memiliki pengalaman yang banyak
dalam merawat pasien dan keterampilan yang baik, kreativitas tinggi, pintar, memiliki
kinerja yang baik dan tanggap akan kondisi pasien sehingga tidak memerlukan pengawasan
dari atasan. Seperti yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka bahwa gaya
kepemimpinan Laissez Faire ini memiliki gaya santai yang berpandangan bahwa organisasi
tidak menghadapi maslah yang serius dan kalaupun ada selalu dapat ditemukan
penyelesaiannya.

Pemimpin ini juga tidak senang mengambil resiko, sementara pekerjaan perawat
mempunyai resiko yang sangat tinggi karena berhubungan dengan nyawa seseorang. Pasien
menyerahkan dan mempercayakan sepenuhnya kesembuhan penyakit yang dideritanya pada
tim medis dan dalam hal ini perawat memiliki andil yang besar karena perawat yang
bersama pasien dan memantau kondisi pasien selama 24 jam per hari. Pemimpin ini juga
melimpahkan wewenang kepada para bawahan dan enggan memberikan sanksi, pimpinan
hanya sebagai official, staf yang menentukan sendiri kegiatankegiatan yang akan
dilaksanakan tanpa pengarahan, supervise dan koordinasi sehingga kendali yang dilakukan
pimpinan sangat minimal dan hanya bersifat laporan. Sehingga dalam pembagian tugas tidak
ada yang mengontrol dan tanggung jawab untuk merawat pasien bukan menjadi hal yang
utama karena tidak adanya pengawasan dari pemimpin mereka. Dan pemimpin ini
memperlakukan para bawahan sebagai rekan karena itu hubungan bersifat hierarkis tidak
disenanginya dan keserasian dalam interaksi organisasional dipandang sebagai etos yang
perlu dipertahankan.

Menurut kelompok kami, penerapan gaya kepemimpinan seperti ini harus


dikombinasikan dengan gaya kepemipinan yang lain, sehingga bisa menjadi gaya
kepemimpinan yang demokratis dengan kepercayaan tinggi. Jadi, bukan berarti sepenuhnya

13
buruk karena dalam menjalankannya pemimpin menaruh kepercayaan yang tinggi pada
karyawan. Tetapi dalam penerapan di dunia kerja perawat hal ini tidak sertamerta baik
karena pendelegasian yang ekspansif, yang bisa menimbulkan kekacauan dalam
tanggunggugat.

14
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Kepemimpinan merupakan masalah yang sangat penting dalam manajemen dan


organisasi. Bahkan ada yang menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan jantung tau
intinya manajemen dan organisasi. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku yang
ditampilkan sebagai pimpinan ketika mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.

Gaya pemimpin Laissez-faire memperbolehkan kelompok yang memimpin dalam


menentukan tujuan dan metode mereka yang akan dicapai. Rencana yang sedikit, membuat
keputusan yang minimal, dan kurangnya keterlibatan pemimpin.

Ciri dari gaya kepemimpinan ini ialah :

1. Pemimpin menyerahkan tanggung jawab pada pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan,


2. Pemimpin memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengemukakan ide, saran,
dab pendapat.
3. Pemimpin menyerahkan kepada bawahan sepenuhnya dalam hal pengambilan
keputusan.
4. Pemimpin percaya bawahannya mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
5. Pemimpin membiarkan bawahannya memilih cara-cara yang dikehendaki dalam
menyelesaikan tugas

Ada pun kelebihan dari gaya kepemimpianan laissez faire :

1. keputusan yang dihasilkan menjadi keputusan bersama.


2. mengembangkan kemampuannya, daya kreativitasnya untuk memikirkan dan
memecahkahkan serta mengembangkan rasa tanggung jawab karyawan.
3. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang dianggap penting sehingga
proses penyelesaianya lebih cepat.

Adapun kelemaha gaya kepemimpinan laissez faire :

15
a. Tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik.
b. Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan.
c. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi penyimpangan dari peraturan
yang berlaku dari bawahan serta mengakibatkan salah tindak dan memaka bayak waktu
bila bawahan kurang pengalaman.

Dalam penerapannya karyawan kurang menyukai gaya kepemimpinan ini, dan


menghasilkan produktivitas yang rendah bagi karyawan.

3.2.Saran

Gaya kepemimpinan Laissez-faire tidak bisa juga dikatakan sebagai gaya


kepemimpinan yang buruk, tetapi lebih baik seorang pemimpin memilih gaya
kepemimpinan yang sesuai untuk organisasi atau institusi maupun kelompok yang
dipimpinnya. Bagi para pembaca sebaiknya lebih mengenali gaya kepemimpinan apa yang
cocok untuk organisasinya dan tidak menganggap bahwa gaya kepemimpinan laissez faire
ini adalah hal yang buruk.

Sebaiknya bagi para pemimpin (manajerial) dalam lingkup keperawatan jika


memutuskan untuk menggunakan gaya kepemimpinan ini, disarankan untuk membangun
kepercayaan dan pengenalan organisasi/institusi serta peran karyawan agar tidak terjadi
penyimpangan dan menghasilkan produktivitas yang tinggi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Catalano, J. T. 2009. Nursing now-today’s issues, tomorrow’s trends. Philadelphia: F. A. Davis


company.

Daniel Tambunan, S.Sos, MARS, Elfrida Nainggolan, SKM. 2013. Gaya kepemimpinan kepala
ruangan dan produktivitas kerja Perawat pelaksana di instalasi rawat inap rs hkbp balige
34.Jurnal Keperawatan HKBP Balige, Vol.1, Juni 2013: No.1ISSN 2338-3690

Ellis, J. R dan Hartley, C. L. 2012. Nursing in today’s world-trends, issues, and management.
Philadelphia: Lippincott Williams and wilkins.

Irman Somantri, dkk. 2006. Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Gaya
Kepemimpinan Dan Tipe Kepribadian Kepala Ruangan Yang Dipersepsikan Perawat Pelaksana
Dengan Kepuasan Kerja. Jakarta; Universitas Indonesia.

Robbins, S.P. 2007. Perilaku organisasi (Jilid 12).Jakarta: Penerbit Salemba Empat..

Swansburg,Russel C . 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen keperawatan. Jakarta;


EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai