Oleh :
Desty Wulandari : 17010008
Nurul Mutmainah : 17010020
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Gaya Kepemimpinan Menurut Laissez Faire”. Dimana makalah ini merupakan
salah satu dari tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen yang megajar dan teman-teman yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan teman-teman.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17
LAMPIRAN.......................................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan,
khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-
orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu
atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu
mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk
pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181)
Sebagaimana yang sedang terjadi di negara kita saat khususnya, krisis kepemimpinan
melanda dimana sebagian besar seseorang yang dijadikan pemimpin tidak menjalankan
4
perannya dengan baik, baik dilihat dari sisi kecakapan, sikapnya dalam menjalankan
kepemimpinannya dan kurangnya kepercayaan dari karyawan. Tidak jarang seorang
pemimpin dibenci oleh karyawannya sehingga hal ini bisa memicu ketidak harmonisan,
konflik internal, motivasi kerja sampai pencapaian produktivitas kerja yang menurun.
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah “Bagaimana gambaran tentang teori
gaya kepemimpinan Laissez-faire”.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan kepemimpinan dan gaya
kepemimpinan.
b. Memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud Teori Kepemimpinan Laissez-
Faire
c. Memberikan penjelasan tentang ciri dari teori kepemimpinan Laissez-Faire.
d. Memberikan penjelasan tentang bagaimana kelebihan dan kekurangan Teori
Kepemimpinan Laissez-Faire.
e. Memberihan gambaran tentang hasil analisis dari dilapangan tentang Teori
Kepemimpinan Laissez-Faire.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu faktor pendukung terciptanya produktivitas tinggi adalah peran pemimpin
yang mampu menampilkan kepemimpinanya secara professional. Eksistensi pemimpin
semakin penting ketika dihadapkan pada situasi dengan keragaman karakteristik dan
kemampuan yang dimiliki anggota organisasi, namun masinmg-masing tetap dituntut untuk
dapat berkontribusi secara optimal bagi oraganisasinya.
Pemimpin organisasi di era baru adalah visi, yang akan memberi arah kemana
organisasi akan dibawa. Dengan demikian siapapun yang mengemban tugas, manajemen
harus tetap merujuk pada visi organisasi, dan menampilkan diri sebagai sosok panutan yang
visioner.
6
Berikut adalah definisi-definisi yang dikemukakan para ahli:
7
13. Kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memotivasi individu-individu dan
kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan (John D. Pfiffner & Robert
Presthus)
14. Leadership is the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal
and confident.
15. Kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
dengan semangat keyakinan. (Harold Kontz dan Cyrill O’Donel)
16. Leadreship is a process influencing other peoplefor the purpose of achieving shared
goals.
17. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain dengan maksud untuk mencapai
tujuan bersama. (Kae.H.Cung & Leon C.Magginson)
18. Leadership is the process influencing the activities of individual ar agroup in efford
toward goal achievement in a given situation.
19. Kepemimpinan adalan proses mempengaruhi kegiatn individu atau kelompok dalam
usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. (Paul Hersey & Kenett H. Blanchard)
20. Leadership is the process by which a person exert influence over other people and
inspires, motivates, and direct their activities to help achieve group or organizational
goals. The person who exerts such influence is a leader (Gareth R.Jones et al. 2000:463)
8
bagaimana memanfaatkan faktor-faktor eksternal untuk mengembangkan faktor interbal
sehingga mendorong timbulnya kinerja produkktif. Denagan demikian, kepemimpian
bukanlah sesuatu yang statis karena pola perilaku kepemimpinan yang ditampilkan setiap
orang senantiasa bergerak dinamis mengikuti perubahan tuntutan internal maupun eksternal.
Sedangkan gaya kepemimpinan itu sendiri menurut Suyanto (2008) merupakan suatu
pola perilaku yang ditampilkan sebagai pimpinan ketika mencoba mempengaruhi perilaku
orang lain. Oleh karena perilaku yang diperlihatkan oleh bawahan pada dasarnya adalah
respon bawahan terhadap gaya kepemimpinan yang dilakukan pada mereka. Ada pula yang
mendefenisikan sebai berikut, Gaya kepemimpinan adalah teknik-teknik gaya
kepemimpinan dalam mempengaruhi stafnya dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan
kewenangan dan kekuasaan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
Gaya kepemimpinan berbeda-beda sekalipun mereka menganut sistem yang sama, dan
tidak mesti suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih jelak dari pada gaya
kepemimpinan yang lain. Menurut (Rivai,2003:61), gaya kepemimpinan adalah perilaku dan
strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering
diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.
9
Kepemimpinan “membiarkan” artinya pemimpin melepaskan tanggung jawabnya
meninggalkan karyawan tanpa arah, supervisi dan koordinasi yang jelas serta memaksa
karyawan untuk membuat perencanaan, mengimplementasikannya, dan menilainya menurut
apa yang mereka rasakan tepat tanpa adanya suatu standar yang jelas. Dalam kondisi tertentu
pemimpin hanya berfungsi sebagai fasilitator.
Gaya ini dapat bekerja dengan baik hanya pada bidang yang kecil, atau bilamana
anggota-anggota dari kelompok memiliki tingkat pendidikan yang sama dengan
pemimpinnya dan pemimpin melakukan tugas yang sama dengan anggota-anggotanya.
Dalam beberapa situasi, gaya kepemimpinan Laissez-faire dapat membiarkan orang–orang
merasa kehilangan dan frustasi karena kurangnya bimbingan dari pemimpin. Ketika mereka
mencoba untuk mencapai beberapa tujuan, seringkali hanya menginput dari pemimpin yang
mengerjakan yang salah. Ketika menghadapi keputusan yang sukar, pemimpin laissez-faire
biasanya menghindari membuat sebuah keputusan dengan harapan masalah akan
terpecahkan sendiri.
Gaya kepemimpinan seseorang sebenarnya dapat dilihat dan ditentukan ketika terjadi
komunikasi dengan para pengikutnya. Yaitu dari bagaimana para pengikutnya memberikan
penilaian atas perilaku dari pemimpinnya. Sehingga keefektifan seorang pemimpin
tergantung pada tanggapan para pengikutnya atas perilaku pemimpin yang bersangkutan
pada saat mereka saling.
10
Sikap seorang pemimpin yang laissez faire dalam memimpin organisasi:
1. Sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak
sesuai dengan keyakinan dan bisikan hati nuraninya asal saja kepentingan bersama tetap
terjaga dan tujuan organisasi tetap tercapai;
2. Kepentingan dan kebutuhan para bawahan mendapat perhatian besar karena dengan
terpeliharanya kepentingannya dan terpuaskan kebutuhannya para bawahan itu, mereka
akan dengan sendirinya berperilaku positif dalam kehidupan organisasionalnya;
3. Memperlakukan bawahan sebagai rekan sekerja, hanya saja kehadirannya sebagai
pimpinan diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi;
4. Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif;
5. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan
kepada para petugas operasonal, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata
menuntut keterlibatannya secara langsung;
6. Status duo organisasional tidak tertanggu;
7. Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan bertindak yang inovatif dan
kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang besangkutan sendiri;
8. Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja
yang memadai, intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat
yang minimum;
Ciri-cirinya:
11
1. Memerintah (tell) contohnya “berdasarkan keputusan saya, ini adalah apa yang saya
ingin anda lakukan”
2. Membujuk (sell) contohnya “Berdasarkan keputusan, saya ingin anda lakukuakan,
karena .........”
3. Berkonsultasi (consul). Contohnya” Sebelum saya membuat kepyutusan saya
menginginkan masukan dari anda.”
4. Meminta Partisipasi (partisipative) contoh “ Kita perlu membuat suatu ke potudan
bersama.”
5. Memdelegasikan (delegate) contoh “ Anda saja yang membuat keputusaan”
2.4. Kelebihan dan Kekurangan dari Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire
1. Kelebihan laissez faire :
a. Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok sehingga
keputusan yang dihasilkan menjadi keputusan bersama.
b. Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan kemampuannya, daya
kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkahkan serta mengembangkan rasa
tanggung jawab.
c. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang dianggap penting sehingga
proses penyelesaianya lebih cepat.
2. Kelemahan laissez faire :
a. Tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik.
b. Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan.
c. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi penyimpangan dari peraturan
yang berlaku dari bawahan serta mengakibatkan salah tindak dan memaka bayak
waktu bila bawahan kurang pengalaman.
2.5. Analisis Penerapan Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irman Somantri, dkk.pada tahun 2006 di RS.
TNI AU TK II “Dr. SALAMUN”, analisis antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan
kerja aspek imbalan didapatkan hubungan yang signifikan, dimana dari hasil penelitian
didapatkan bahwa semakin tinggi tingkat keterlibatan pimpinan dalam mengatur bawahan
maka kepuasan kerja yang muncul semakin tinggi pula. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa kepala ruangan dengan gaya kepemimpinan otoriter dianggap mampu memberikan
12
kepuasan kerja aspek imbalan sebesar 1,398 kali dibandingkan kepala ruangan yang
mempunyai gaya kepemimpinan laissez faire.
Pemimpin ini juga tidak senang mengambil resiko, sementara pekerjaan perawat
mempunyai resiko yang sangat tinggi karena berhubungan dengan nyawa seseorang. Pasien
menyerahkan dan mempercayakan sepenuhnya kesembuhan penyakit yang dideritanya pada
tim medis dan dalam hal ini perawat memiliki andil yang besar karena perawat yang
bersama pasien dan memantau kondisi pasien selama 24 jam per hari. Pemimpin ini juga
melimpahkan wewenang kepada para bawahan dan enggan memberikan sanksi, pimpinan
hanya sebagai official, staf yang menentukan sendiri kegiatankegiatan yang akan
dilaksanakan tanpa pengarahan, supervise dan koordinasi sehingga kendali yang dilakukan
pimpinan sangat minimal dan hanya bersifat laporan. Sehingga dalam pembagian tugas tidak
ada yang mengontrol dan tanggung jawab untuk merawat pasien bukan menjadi hal yang
utama karena tidak adanya pengawasan dari pemimpin mereka. Dan pemimpin ini
memperlakukan para bawahan sebagai rekan karena itu hubungan bersifat hierarkis tidak
disenanginya dan keserasian dalam interaksi organisasional dipandang sebagai etos yang
perlu dipertahankan.
13
buruk karena dalam menjalankannya pemimpin menaruh kepercayaan yang tinggi pada
karyawan. Tetapi dalam penerapan di dunia kerja perawat hal ini tidak sertamerta baik
karena pendelegasian yang ekspansif, yang bisa menimbulkan kekacauan dalam
tanggunggugat.
14
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
15
a. Tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik.
b. Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan.
c. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi penyimpangan dari peraturan
yang berlaku dari bawahan serta mengakibatkan salah tindak dan memaka bayak waktu
bila bawahan kurang pengalaman.
3.2.Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Daniel Tambunan, S.Sos, MARS, Elfrida Nainggolan, SKM. 2013. Gaya kepemimpinan kepala
ruangan dan produktivitas kerja Perawat pelaksana di instalasi rawat inap rs hkbp balige
34.Jurnal Keperawatan HKBP Balige, Vol.1, Juni 2013: No.1ISSN 2338-3690
Ellis, J. R dan Hartley, C. L. 2012. Nursing in today’s world-trends, issues, and management.
Philadelphia: Lippincott Williams and wilkins.
Irman Somantri, dkk. 2006. Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Gaya
Kepemimpinan Dan Tipe Kepribadian Kepala Ruangan Yang Dipersepsikan Perawat Pelaksana
Dengan Kepuasan Kerja. Jakarta; Universitas Indonesia.
Robbins, S.P. 2007. Perilaku organisasi (Jilid 12).Jakarta: Penerbit Salemba Empat..
17