Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

OBSTRUKSI INTESTINAL

Dosen Pembingbing: Ns. Novi Afrianti, M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 16
Misnatun Rahmi (13404320141)
Hafizatul Miza (13404320049)
Nadia Syifa Naura (13404318079)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IM BANDA


ACEH
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
“Makalah tentang obstruksi intestinal”
Kami menyadari tugas ini masih kurang sempurna karena keterbatasan
sumber buku dan pengetahuan kami baik segi materi maupun penyajiannya. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membantu demi
kesempurnaan tugas ini.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini. Akhirnya kami mengharapkan
semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Obstruksi Intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpai, 60-70 persen dari seluruh kasus akut abdomen. Abdomen dapat disebabkan
oleh kelainan didalam abdomen berupa ulkus obstruktif, iskemik dan pendarahan.
Sebagian kasus dapat disebabkan oleh cidera langsung atau tidak langsung yang
menyangkut perforasi saluran cerna atau pendarahan. Obstruksi usus disebut juga
ileus obstrukai. Seringkali adanya sumbatan dalam lumen usus. Obstruksi usus
merupakan gangguan peristaltik baik di usus halus maupun usus besar. Hal ini
disebabkan adanya lesi pada bagian dinding usus. Obstruksi usus dapat akit parsial
atau total.

2. TUJUAN MASALAH
a. Untuk mengetahui penyakit obstruksi usus
b. Untuk mengetahui gejala-gejala munculnya obstruksi usus
c. Untuk mengetahui penanganan pasien obstruksi usus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP DASAR

A. Definisi
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal. Obstruksi usus dapat diartikan sebagai kegagalan usus untuk melakukan
propulsi (pendorongan) isi dari saluran cerna. Kondisi tersebut dapat terjadi dalam
berbagai bentuk baik terjadi pada usus halus maupun usus besar. Obstruksi usus
dapat akut dengan kronik, parsial atau total. Terdapat 2 jenis obstruksi usus: 1) Non-
mekanis ( ileus peralitik atau ileus adinamik), peristatltik usus dihambat akibat
pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi pengendalian otonom motilitas usus.
2) Mekanis, terjadi obstruksi di dalam lumen usus obstruksi mural yang disebabkan
oleh tekanan ekstrinsik.

B. Etiologi
Obstruksi non-mekanis atau ileus adinamik sering terjadi setelah pembedahan
abdomen karena adanya reflek penghambatan peristaltik akibat visera abdomen yang
tersentuh tangan. Reflek penghambatan peristaltik ini sering disebut sebagai ileus
peralitik, walaupun tidak terjadi secara total. Keadaan lain yang sering menyebabkan
terjadinya ileus adinamik adalah peritonitis. Atoni usus dan peregangan gas sering
timbul menyertai berbagai kondisi traumatic, terutama setelah fraktur iga, trauma
medula spinalis, dan fraktur tulang belakang.
Penyebab obstruksi mekanis berkaitan dengan kelompok usia yang terserang dan letak
obstruksi. Sekitar 50% obstruksi terjadi pada kelompok usia pertengahan dan tua, dan
terjadi akibat perletakan yang disebabkan oleh pembedahan sebelumnya. Tumor
ganas dan volvulus merupakan penyebab tersering obstruksi usus besar pada usia
pertengahan dan tua. Kanker kolon merupakan penyebab 90% obstruksi yang terjadi.
Volvulus adalah usus yang terpelintir, paling sering terjadi pada pria usia tua dan
biasanya mengenai kolon sigmaid. Inkarseri lengkung usus pada hernia inguinalis atau
femoralis sangat sering menyebabkan terjadinya obstruksi usus halus. Intusepsi adalah
invaginasi salah satu bagian usus ke dalam bagian berikutnya dan merupakan
penyebab osbtruksi yang hampir selalu ditemukan pada bayi dan balita. Intesupsi
sering terjadi pada ileum terminalis yang masuk kedalam sekum. Benda asing dan
kelainan kongenital merupakan penyebab lain obstruksi yang terjadi pada anak dan
bayi.

C. Manifestasi Klinis
a. Obstruksi Usus Halus
1. Gejala awal biasanya nyeri abdomen sekitar umbilicus atau bagian epigastrium yang
cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat intermiten.
Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus maka nyeri
bersifat konstan.
2. Klien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal dan tidak
terdapat flatus.
3. Umumnya gejala obstruksi usus berupa konstipasi, yang berakhir pada distensi
abdomen, tetapi pada klien dengan obstruksi parsial biasa mengalami diare.
4. Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras
dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kearah mulut.
5. Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin
kebawah obstruksi dibawah area gastrointestinal yang terjadi, semakin jelas adanya
distensi abdomen.
6. Jika obstruksi usus berlanjut dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hypovolemia
akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma, denga manifestasi klinis takikardi dan
hipotensi. Suhu tubuh biasanya normal tapi kadang dapat meningkat. Demam
menunjukkan obstruksi strangulate.
b. Obstruksi Usus Besar
1. Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada
usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.
2. Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten, pada klien dengan
obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya dalam
satu hari.
3. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar jadi dapat dilihat
dari luar melalui dinding abdomen.
4. Klien mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah.

D. Patofisiologi
a. Obtruksi Usus Halus
Akumulasi isi usus, cairan, dan gas di daerah atas usus yang mengalami obstruksi.
Distensi cairan mengurangi absorpsi cairan dan merangsang lebih banyak sekresi
lambung. Dengan peningkatan distensi, tekanan dalam lumen usus meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan kapiler vena dan arteriola. Pada gilirannya hal ini
akan menyebabkan edema, kongesti, nekrosis, dan akhirnya ruptur atau perforasi dari
dinding usus, dengan akibat peritonitis.
Muntah refluks dapat terjadi akibat distensi abdomen. Muntah mengakibatkan
kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung. Serta menimbulkan penurunan
kliroda dan kalium dalam darah yang akhirnya mencetuskan alkolosis metabolik
dehidrasi dan asidosis yang terjadi kemudian disebabkan karena hilangnya cairan dan
natrium. Dengan kehilangan cairan akut, syok hipovolemik dapat terjadi.
b. Obstruksi Usus Besar
Obstruksi usus besar mengakibatkan isi usus, cairan, dan gas berada
proksimal disebelah obstruksi. Obstruksi dalam kolon dapat menimbulkan distensi
hebat dan perforasi kecuali gas dan cairan dapat mengalir balik melalui katup ileal.
Obstruksi usu besar meskipun lengkap biasanya tidak dramatis bila suplai darah ke
kolon tidak terganggu. Apabila suplai darah tidak terhenti, terjadi strangulasi usus dan
nekrosis(kematian jaringan), kondisi ini mengancam hidup. Pada usus besar dehidrasi
terjadi lebih lambat dibandingkan usus kecil karena kolon mampu mengabsorsi isi
cairannya dan dapat melebar sampai ukuran yang dipertimbangkan di atas kapasitas
normalnya.

E. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tes labolatorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis tetapi
sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu resusitasi.
Pada tahap awal, ditemukan hasil laboolatorium yang normal. Selanjutnya ditemukan
adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Selain itu
dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu,
dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda-
tanda shock,dehidrasi dan ketosis.
b. Radiologik
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “airfluid level” pada
foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos
abdomen mempunyai tingkatsensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan
sensitivitas84% pada obstruksi kolon. Pada foto polos abdomen dapat ditemukan
gambaran ”step ladder danair fluid level” terutama pada obstruksi bagian distal. Pada
kolon bisasaja tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan nekrosis, maka akanterlihat
gambaran berupa hilangnya muosa yang reguler dan adanyagas dalam dinding usus.
Udara bebas pada foto thoraks tegakmenunjukkan adanya perforasi usus. Penggunaan
kontras tidakdianjurkan karena dapat menyebabkan peritonitis akibat
adanya perforasi.CT scan kadang-kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa
padaobstruksi usus halus untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang komplit
dan pada obstruksi usus besar yang dicurigai adanyaabses maupun keganasan.

F. Komplikasi
a. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritoniumsehinnga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intraabdomen.
b. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra
abdomen.
c. Sepsis, Infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
d. Syok Hipovelemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma
G. Penatalaksanaan
a. Obstruksi Usus Halus
Nasogastrik sangat berfungsi dalam mayoritas kasus. Apabila usus tersumbat
secara lengkap, maka starngulasi yang terjadi memerlukan intervensi bedah.Sebelum
pembedahan terapi diperlukan untuk mengganti penipisan air, natrium, klorida, dan
kalium. Penyebab paling umum dari obstruksi,seperti hernia dan perlekatan, prosedur
bedah mencakup perbaikanhernia atau pemisahan perlekatan pada usus tersebut.
Pada beberapasituasi, bagian dari usus yang terkena dapat diangkat dan
dibentukanastomosis. Kompleksitas prosedur bedah untuk obstruksi usustergantung
pada durasi obstruksi dan kondisi usus yang ditemukanselama pembedahan.
b. Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapatdilakukan untuk
membuka lilitan dan dekompresi usus.
Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pada sekum, dapat dilakukan
pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan
pengangkatan obstruksi. Prosedur ini memberikan jalan keluar untuk mengeluarkan
gas dan sejumlah kecil rabas. Selangrektal dapat digunakan untuk dekompresi area
yang ada dibawah usus.Tindakan yang biasanya dilakukan, adalah reseksi bedah
untuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara
atau permanen mungkin diperlukan. Kadang-kadang anastomosis ileoanaldilakukan
bila pengangkatan keseluruhan usus
besar diperlukan. penatalaksanaan penting yang dapat dilakukan pada penderitaobstru
ksi usus adalah:
 Dekompresi usus yang mengalami obstruksi: pasang selangnasogastrik
 Ganti kelilangan cairan dan elektrolit: berikan ringer laktat atau NaCl dengan
suplemen K+
 Pantau pasien-diagram keseimbangan cairan, kateter urine,diagram suhu, nadi,
dan napas regular, pemeriksaan darah.
 Minta pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyebab yang mungkin
 Hilangkan obstruksi dengan pembedahan jika:
1. Penyebab dasar membutuhkan pembedahan (misalnya hernia,karsinoma
kolon)
2. Pasien tidak menunjukan perbaikan dengan terapi konservattif(misalnya
obstruksi akibat adhesi); atau
3. Terdapat tanda-tanda starngulasi atau peritonitis.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama : Ny.A
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Agama : Islam
Suku : Aceh
Gaya Hidup :
b. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama : Klien datang dengan keluhan sakit perut yang hebat,
kembung, mual, muntah dan tidak ada BAB.
 Riwayat Kesehatan Sekarang : Perubahan BAB, sakit perut, kembung, mual,
dan muntah, flatus.
 Riwayat Kesehatan Dahulu : Tidak ada riwayat tumor ganas, tidak ada
peradangan kronik pada usus, tidak ada riwayat operasi abdomen, dan tidak
pernah 3.
c. Pemeriksaan Fisik
 B1(breath) : Teratur, suara nafas vesikuler
 B2(blood) : - Irama Jantung : Reguler
- Bunyi Jantung : Normal
- CRT < 3 detik
- Akral hangat
 B3(brain) : GCS : eye 4, verbal 5, motorik 6
Sclera/konjungtiva : ananemis
 B4(bladder) : Urin : 60cc, warna : kuning pucat
 B5(bowel) : Porsi Makan : habis, Minum : 1000cc, Mukosa : lembab
Abdomen perut : Nyeri tekan pada abdomen
 B6(bone) : Kemampuan pergerakan sendi bebas.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik tube usus.
2. Kekurangan volume cairan output berlebihan, mual dan muntah.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Intervensi
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi
dan mengoreksi.

NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL


.
1. Nyeri b/d distensi 1. Selidiki keluhan nyeri, 1. Nyeri distensi
abdomen dan adanya perhatikan lokasi, abdomen dan mual.
selang nasogastric intensitas skala 0-10
tube usus. dan factor pemberat. 2. Respon autonomik
meliputi perubahan
2. Pantau tanda-tanda pada TD. Nadi, dan
vital. pernafasan, yang
Tujuan: Volume 3. Memberikan tindakan berhubungan dengan
cairan seimbang. kenyamanan keluhan energi.

4. Palpalasi kandung 3. memeberikan


Kriteria Hasil: kemih terhadap distensi dukungan fisik dan
- Nyeri berkurang bila berkemih ditunda. emosional,
sampai hilang menurunkan tegangan
- Ekspresi wajah 5. Berikan analgesic, otot, menigkatkan
rileks narkotik, sesuai indikasi. relaksasi.
- TTV dalam batas
normal 6. Katerisasi sesuai 4. Posisi tegak
- Skala nyeri 3-0 kebutuhan. meningkatkan tekanan
intra-abdomen yang
dapat membantu
dalam berkemih.

5. Mengontrol nyeri
untuk meningkatkan
istirahat.

6. Katerisasi tunggal
dapat digunakan untuk
mengosongkan
kandung kemih.
2. Kekurangan volume 1. Pantau tanda-tanda 1. Tanda-tanda awal
cairan b/d output vital dengan sering, hemoragik usus atau
berlebihan , mual dan perhatikan peningkatan pembentukan
muntah. nadi, perubahan TD, hematoma, yang
takipnea dan ketakutan. dapat menyebabkan
syok hipovolemik.
Tujuan: Volume 2. Palpalasi nadi perifer,
cairan seimbang. evaluasi pengisian 2. Memberi informasi
kapiler, turgor kulit dan tentang volume
membran mukosa. sirkulasi umum dan
Kriteria Hasil: tingkat dehidrasi.
- Klien mendapat 3. Perhatikan adanya
cairan yang cukup edema. 3. Edema dapat terjadi
untuk mengganti karena perpindahan
cairan yang hilang. 4. Pantau masukan dan cairan berkenaan
- Klien menunjukkan haluaran, perhatikan dengan penurunan
tanda-tanda hidrasi haluaran urine, berat kadar albumin
adekuat. jenis, kalkulasi serum/protein.
keseimbangan 24 jam
dan timbang berat 4. Indikator langsung
badan setiap hari. dari hidrasiorgan dan
fungsi, memberikan
pedoman untuk
penggantian cairan.
3. Perubahan nutrisi 1. Tinjau factor-faktor 1. Mempengaruhi
kurang dari individual yang pilihan intervensi.
kebutuhan tubuh b/d mempengaruhi
gangguan absorbs kemampuan untuk 2. Menentukan
nutrisi. mencerna makanan. kembalinya peristaltik
Mis: status puasa, mual, (biasanya dalam 2-4
ileus paralitik setelah hari).
Tujuan: Berat badan selang dilepas.
stabil dan nutrisi 3. Meningkatkan
teratasi. 2. Auskultasi bising Kerjasama pasien
usus, palpasi abdomen, dengan aturan diet.
catat pasase flatus. Protein/vitamin c
Kriteria Hasil: adalah contributor
- Tidak ada tanda- 3. Identifikasi utama dalam
tanda mal nutrisi. kesukaan/ketidaksukaa pemeliharaan jaringan
- Berat badan stabil. n diet dari pasien. dan perbaikan.
- Pasien tidak Anjurkan pilihan
mengalami mual makanan tinggi protein
muntah. dan vitamin c.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran usus
yang menghambat pasase cairain. Flatus dan makanan dapat secara mekanis atau
fungsional yang segera memerlukan tindakan. Obstruksi usus merupakan
penyumbatan disaluran usus, dan karena adanya kelainan anatomis pada usus.
Etiologi dari obstruksi ada dua yaitu secara mekanis dan nonmekanis. Tanda dan
gejala obstruksi usus halus awalnya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti
kramyang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat
hilang timbul. Sedangkan untuk obstruksi usus besar nyeri perut yang bersifat kolik
dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh
lebih rendah. Komplikasi obstruksi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi
selalu lama pada organ intra abdomen. Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan
kehilangan volume cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Judith M. Wilkinson, Nancy R Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta:ECG
“Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth”. Volume 2 Edisi 8.
Jakarta ECG.
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/obstruksi-usus/
http://campusmo-nursingstudent.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-
klien-ileus.html

Anda mungkin juga menyukai