ILEUS PARALITIK
Oleh :
IRA FINARTI, S.Tr.Kep
NIM :
Oleh :
IRA FINARTI, S.Tr.Kep
NIM :
A. DEFINISI
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding
usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen
usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut. Ileus obstruktif adalah blok
saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus, dan makanan, dapat secara
mekanis atau fungsional (Inayah, 2004).
Ileus obstruktif adalah hambatan pasase isi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik misalnya oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam
lumen usus.(Sjamsuhidayat, 2005). Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus pada traktus intestinal (Price & Wilson, 2007).
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara,
2007).
Berdasarkan bebera pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Ileus obstruktif
adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik yang menghambat pasase cairan, flatus, dan makanan.
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang
menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknyanormal
(Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran ususyang
menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanisatau
fungsional. (Tucker, 1998)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan
total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan.
B. ETIOLOGI
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis
obstruksi usus, yaitu:
1. Mekanis
Terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus,
contohnya adalah intrasusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur,
perlekatan (adhesi), hernia dan abses.
2. Fungsional
muskulator usus tidak mampu mendorong isisepanjang usus. (Brunner and
Suddarth, 2002)
C. PATOFISIOLOGI
Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen,
peritonitis, sepsis dll, sedang ileus mekanis disebabkan oleh perlengketan
neoplasma, benda asing, striktur dll.Adanya penyebab tersebut dapat
mengakibatkan passage usus terganggu sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan
dlm lumen usus. Adanya akumulasi isi usus dapat menyebabkan gangguan absorbsi
H20 dan elektrolit pada lumen usus yang mengakibatkan kehilangan H20 dan
natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan volume cairan ekstraseluler sehingga
terjadi syok hipovolemik, penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan,
hipotensi dan asidosis metabolik. Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi
dinding usus sehingga timbul nyeri, kram dan kolik.Distensi dinding usus juga
dapat menekan kandung kemih sehingga terjadi retensi urine.Distensi juga dapat
menekan diafragma sehingga ventilasi paru terganggu dan menyebabkan sulit
bernafas.Selain itu juga distensi dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen.Selanjutnya terjadi iskemik dinding usus, kemudian terjadi nekrosis,
ruptur dan perforasi sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang
nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan toksin ke
peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia.
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan
terjadinya obstruksi komplet sehingga gelombang peristaltik dapat berbalik arah
dan menyebabkan isi usus terdorong ke mulut,keadaan ini akan menimbulkan
muntah-muntah yang akan mengakibatkan dehidrasi. Muntah-muntah yang
berlebihan dapat menyebabkan kehilangan ion hidrogen & kalium dari lambung
serta penurunan klorida dan kalium dalam darah, hal ini merupakan tanda dan
gejala alkalosis metabolik.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu :
1. PK : asidosis metabolik, nyeri akut, retensi urinarius, pola nafas tak efektif,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko kekurangan volume
cairan.
2. PK : alkalosis metabolic
D. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi
1. Foto polos abdomen
Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus)memperlihatkan
dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antaraair dan udara atau gas
(air-fluid level) yang membentuk pola bagaikantangga.
2. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema
Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus
halus. Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu
obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen.
Pada anak-anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enemabarium tidak
hanya sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.
3. CT – Scan
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen
dicurigai adanya strangulasi. CT– Scan akan mempertunjukkan secara
lebihteliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus,
danperitoneum. CT– Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras ke
dalam pembuluh darah.Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi
dari obstruksi.
4. USG
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebabdari
obstruksi.
5. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa
mungkin menunjukkan dehidrasi.Analisa gas darah dapat
mengindikasikanasidosis atau alkalosis metabolic. ( Brunner and Suddarth,
2002 )
G. DATA FOKUS
a. Primary survey
1. Airway
Masalah airway dapat dilihat dengan memeriksa suara napas dengan metode
look, listen, and feel. Masalah yang mungkin timbul pada airway adalah: –
Obstruksi jalan napas karena benda asing, cairan.
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah
ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
1) Chin lift/ Jaw thrust
2) Suction
3) Guedel Airway
4) Instubasi Trakea
2. Breathing
Hal–hal yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi masalah breathing
adalah:
- menghitung frekuensi napas/Respiratory rate (RR)
- melihat gerakan dada simetris atau tidak
- perkusi: redup, hipersonor
- suara napas: vesikuler, meningkat atau menurun
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
1) Beri oksigen
2) Posisikan semi Flower
3. Circulation
Hal–hal yang dapat dilihat untuk mengidentifikasi masalah circulation
secara cepat adalah:
- warna kulit yang menandakan perfusi jaringan
- nadi
Hati–hati pada orang tua, anak kecil, atlet, dan riwayat pemakaian obat–
obatan karena pasien tidak bereaksi secara normal
Menilai sirkulasi / peredaran darah
1) Cek capillary refill
2) Pemberian infus
3) Auskultasi adanya suara nafas tambahan
4) Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
5) Cek Frekuensi Pernafasan
6) Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
7) Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil.
4. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien.
Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan
ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi
dokter.
Memeriksa skala kesadaran antara lain dengan metode AVPU (Alert,
Verbal, Pain, Unresponsive) atau GCS (Glasgow Coma Scale).
5. Exposure atau kontrol lingkungan. Pakaian pasien harus dibuka semua agar
dapat dilakukan pemeriksaan dan evaluasi secara menyeluruh namun harus
tetap dijaga agar tidak terjadi hipotermi.
Secara khusus, pemeriksaan harus dipusatkan pada bagian tubuh yang
paling berkonstribusi pada status penyakit pasien. Menurut Musliha (2010),
pengkajian yang dilakukan setelah masalah airway, breathing, circulaton, dan
disability yang ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian
sekunder meliputi pengkajian subjektif dan objektif dari riwayat keperawatan
(Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan,
riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki. Pengkajian sebagai
berikut:
(b)Exposure : kaji tekanan darah, irama dan kekuatan nadi, saturasi oksigen
1
11
H. KOMPLIKASI
I. PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan
elektrolit dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan
dekompresi,mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan
obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1. Resusitasi
2. Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan
sebagaiprofilaksis.Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala
mual muntah.
3. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik
untuk mencegah sepsis sekunder.Operasi diawali dengan laparotomi
kemudiandisusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil
eksplorasi selamalaparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau
pertimbangan untuk dilakukanoperasi: jika obstruksinya berhubungan
dengan suatu simple obstruksi atauadhesi, maka tindakan lisis yang
dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasimaka reseksi intestinal sangat
diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macamcara/tindakan bedah yang
dilakukan pada obstruksi ileus :
a. Koreksi sederhana (simple correction), yaitu tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada
hernia incarceratanon-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau
pada volvulus ringan.
b. Tindakan operatif by-pass, yaitu tindakan membuat saluran usus
baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada
tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
c. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari
tempatobstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
d. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis
ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinoma colon, invaginasi, strangulata, dan
sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang
dilakukan tindakanoperatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya
sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca
sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian
hari dilakukan reseksi usus dananastomosis. (Sabara, 2007)
14
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
16
Inayah, iin.2004 .Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. 202. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Beda. Jakarta: EGC.